Anda di halaman 1dari 22

Makalah Pemenuhan Tugas Akhir Mata Kuliah

Pengantar Manajemen Islam


Etika Manajerial Islami

Disusun oleh:
1. Sindy Puspita Sari (041911433051)
2. Widiyanti Ayu N. (041911433069)
3. Annisa Rahmah A. (041911433102)
4. M. Arjun Wahyu (041911433119)
5. Salsabila Putri M. (041911433144)

Program Studi Ekonomi Islam


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga
Surabaya
2020
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur kami panjatkan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya serta limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Manajerial Islam” dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Ucapan terima kasih juga kami berikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Terutama kepada dosen mata
kuliah Pengantar Manajemen Islam yang telah memberikan kami kesempatan
dalam proses pembelajaran untuk menuliskan makalah perihal bagaimana sistem
etika manajerial yang sesuai dengan prinsip Islam. Kami selaku penulis ingin ikut
berpartisipasi dalam materi ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis berharap apa yang kami sampaikan dapat diterima dan mudah untuk
dipahami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi segenap pembaca. Apabila terdapat
beberapa kekurangan atau kesalahan dalam data, penulisan, atau lainnya, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk perbaikan makalah
ini dilain kesempatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 11 Juni 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................................i


Daftar Isi .................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 3
2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 3
Moral, Etika, dan Hukum ............................................................................. 3
Etika, Moralitas, dan Legalitas dari Perspektif Islam ............................... 4
Pengertian Manajemen ................................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 6
3.1 Konsep Etika Manajerial Islam ............................................................ 6
3.1.1 Concept of Faith (Tauhid)............................................................... 6
3.1.2 Concept of Right ............................................................................... 7
3.1.3 Concept of Wrong ............................................................................ 8
3.2 Dampak Penerapan Etika Manajerial Islam ....................................... 8
3.2.1 Rewards ............................................................................................ 8
3.2.2 Work Conflict ................................................................................... 9
3.2.3 Job Turnover Intentions .................................................................. 9
3.2.4 Job Satisfication ............................................................................. 10
3.3 Penerapan Etika dan Tanggung Jawab Sosial Manajer pada
Organisasi......................................................................................................... 11
3.3.1 Jejak Kepemimpinan dan Manajerial Nabi Muhammad SAW
dalam Berbisnis ............................................................................................ 12
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 16
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama lebih dari 20 tahun, pasar keuangan Islam telah
mendemonstrasikan pertumbuhan yang pesat baik di belahan bumi bagian timur
maupun barat. Dengan demikian, menandakan minat yang secara terus-menerus
bagi konsumen dan investor di sector keuangan khusus. Pada skema yang lebih
luas, fokus pada masalah bisnis etika, terutama bagaimana etika dari suatu
manajemen organisasi menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan landasan
moral sering dijadikan acuan ketika mencoba mencirikan dari industri keuangan
syariah.
Berbicara masalah etika memang tidak akan pernah menemui titik temu,
hal ini di sebabkan adanya faktor relativisme yang berbeda-beda antar manusia.
Bagi seseorang mungkin etika tidak terlalu penting, tetapi bagi yang lain bisa
jadi etika adalah hal yang utama dibanding dengan aspek kehidupan yang lain.
Namun ketika etika dikaitkan dengan ekonomi, tentunya semua orang sudah
mengetahui bahwa peranan etika selain untuk memperoleh dan
memperdagangkan barang dan jasa juga dilihat dari aspek bagaimana merepa
mengatur sistem perekonomian tersebut. Etika dalam ekonomi secara garis
besar berbicara pada tataran perilaku ekonomi.
Konsep etika Islam didasarkan pada filosofi yang sangat sederhana
namun konkret. Islam dengan jelas menyebutkan Allah adalah pencipta tunggal
alam semesta. 1 Islam dengan sangat jelas menyajikan konsep etika tematik
mono yang menyelubungi seluruh kehidupan manusia dari segala penjuru
sehingga dapat dipahami bahwa moralitas adalah inti dari semua prinsip Islam.2
Munculnya wacana pemikiran etika pada sistem manajerial ekonomi
didorong oleh realitas keadaan ekonomi yang mengabaikan nilai-nilai moral
atau akhlak. Bagi beberapa pihak, kegiatan ekonomi adalah aktivitas manusia
dalam memenuhi kebetuhan hidupnya dengan usaha seminimal mungkin

1
QS. Al-Kahf: 109. “Jika laut adalah tinta untuk (menulis) kata-kata Tuhanku akan habis, bahkan
jika kami membawa (laut lain) seperti itu untuk bantuannya.”
2
Rana Zamin Abbas, dkk., (2012), “Managerial Ethics in Islamic Framework”, International
Journal of Business and Social Science, Vol. 3, No. 7, Hal. 103.

1
namun mampu memperoleh keuntungan yang besar. Pada dasarnya etika (nilai-
nilai dasar) dalam bisnis berfungsi untuk memecahkan problem-problem
(moral) dalam praktek manajerial perekonomian mereka.
Fokus intrinsik dari makalah ini adalah untuk melingkari, menyelimuti,
dan mengabadikan ide-ide relevan yang berkaitan dengan kata 'Etika' yang
sangat penting dan mengaitkannya dengan sifat-sifat Manajerial pada saat yang
sama. perspektif yang benar dari suatu Organisasi, berjalan di bawah panji
Kode Etik Islam yang komprehensif. Untuk membangun pemahaman yang
inklusif tentang Etika dalam perspektif Islam, sangat penting untuk memulai
dengan definisi konseptual dan filosofisnya, serta hal-hal yang perlu dikoresi
dalam pemahaman bagaimana Barat memahami Etika dalam perspektif umum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep suatu etika manajerial Islam ditinjau dari Concept of
Faith (Tauhid), Concept of Right, Concept of Wrong (Sharr)?
2. Bagaimana dampak dari etika kerja islami terhadap pekerjaan pada variabel-
variabel terkait?
3. Bagaimana contoh penerapan etika dan tanggung jawab sosial manajer pada
kegiatan bisnis yang sesuai dengan prinsip Islam serta yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami suatu konsep etika ditijau dari Concept of Right, Concept of
Wrong (Sharr), Concept of Faith (Tauhid), dan Concept of Balance pada
konteks manajerial.
2. Memahami perihal dampak dari etika kerja islami terhadap pekerjaan pada
variabel-variabel terkait.
3. Memahami bagaimana contoh penerapan etika dan tanggung jawab sosial
manajer pada kegiatan bisnis yang sesuai dengan prinsip Islam serta yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Moral, Etika, dan Hukum
Norma dalam masyarakat dibedakan menjadi 3 hal, yakni sebagai moral,
etika, dan hukum. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan ketiga
konsep tersebut, terdapat masing-masing penjelasan dalam mengklarifikasi apa
yang dimaksud. Hazard, Jr. dalam (Habib Ahmed, 2011, hlm. 2) mendefinisikan
moral sebagai pengertian tentang benar dan salah yang membimbing masing-
masing dari kita secara subjektif dalam kehidupan kita sehari-hari. Moral tertanam
pada budaya dan ditentukan oleh berbagai faktor seperti asuhan, pendidikan, agama,
dan lingkungan. Moral cenderung memiliki orientasi dimana validasinya diambil
seperti yang telah diberikan.3 Sedangkan etika dapat diartikan sebagai norma yang
dimiliki bersama oleh suatu kelompok yang biasanya berdasarkan pengakuan
timbal balik.
Etika atau filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang
praksisi manusiawi, tentang tindakan. Kata “etika” berasal dari kata Yunani ethos
yang berarti ‘cara‘, ‘bertindak‘, ‘tempat tinggal‘, ‘kebiasaan‘.4 Etika secara detail
merupakan ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang sejauh apa manusia
berkaitan dengan hal moralitas. Penyelidikan tingkah laku moral dapat
diklasifikasikan dalam etika deskriptif, normatif, dan metaetika. Etika deskriptif
mendeskripsikan perihal tingkah laku moral dalam arti luas seperti adat kebiasaan,
anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan maupun
tidak. Objek penyeledikan etika deskriptif kebanyakan mengarah pada para
individu dan kebudayaan. Etika normatif menyangkut kepada bagaimana seseorang
dapat dikatakan participation approach karena yang bersangkutan telah melibatkan
diri dengan mengemukakan penilaian terhadap perilaku manusia. Etika normatif
bersifat tidak netral karena ia berhak untuk mengatakan atau menolak suatu etika
tertentu.

3
Terry T. Ray, (1996), “Differentiating the Related Concepts of Ethics, Morality, Law and Justice”,
New Directions for Teaching and Learning, 66, 47-53.
4
Dr. Harry Hamersma, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm. 34.

3
Sedangkan pengertian dari hukum menurut Hazard dalam (Habib Ahmed,
2011, hlm. 2) adalah norma yang secara resmi diundangkan oleh otoritas politik
yang dapat ditegakkan dan lebih atau kurangnya ditegakkan secara teratur melalui
proses yang berdasarkan ajudikasi. Menurut Murphy (1999) dalam (Abdus Sattar
Abbasi et al. 2010, hlm 1875) Keadilan adalah sebuah elemen penting untuk
menjaga urusan individu dan kolektif. Seperti halnya ketulusan, keadilan adalah
mutlak. Tidak ada yang relative adil atau tidak adil. Keadilan jelas merupakan nilai
dan kebajikan dalam semua agama dan dijunjung tinggi oleh semua masyarakat. 5
Oleh karena itu pada Islamic Value System, keadilan adalah suatu pondasi utama
dari nilai-nilai yang diajarkan Islam, salah satunya pada kegiatan manajemen
dimana terdapat hukum-hukum ang berlaku, diantaranya ialah pperihal etika.
Etika, Moralitas, dan Legalitas dari Perspektif Islam
Inti dari pandangan dunia Islam adalah tauhid yang berarti kedaulatan
Tuhan (Allah). Meskipun tauhid berarti persatuan dari Tuhan dan ciptaan-Nya,
tauhid memiliki implikasi yang terkait dengan semua aspek kehidupan termasuk
ekonomi dan keuangan. 6 Konsep dari Tauhid mengimplikasikan bahwa Tuhan
mengimplikasikan sebagai suumber dari nilai dan norma. Prinsip syariah didasari
dari perintah Allah untuk melakukan hal baik dan meninggalkan perbuatan buruk
karena itu merupakan cerminan perbuatan setan. Implikasi dari konsep Tauhid
dinamakan hukum Islam, dimana di dalam hukum tersebut berguna untuk mencapai
kesejahteraan dan kebaikan bersama (maslahah). Pentingnya ajaran moral dalam
Islam akan mendorong manusia untuk mencegah perbuatan tercela tersebut karena
semua amal perbuatan yang telah kita lakukan akan dimintai pertanggung jawaban
di akhirat.7
Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris, management, yang
dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola. Kata
manage tersebut berasal dari bahasa Italia, maneggio, yang diadopsi dari bahasa

5
Abdus Sattar Abbasi, et al. (2010), “Islamic Management Model”, Afr. J. Bus. Manage, Hal. 1875.
6
Habib Ahmed, (1996), “Defining Ethics in Islamic Finance: Looking Beyond Legality”, 8𝑡ℎ
International Conference on Islamic Economics and Finance, Hal. 3.
7
QS. Al Isra’: 36. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai
pertanggung jawabnya.”

4
latin managiare, yang berasal dari kata manus, artinya tangan. Manajemen adalah
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau pimpinan
yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi. 8 Konsep
manajemen tidaklah mudah untuk didefinisikan. Sampai sekarang belum ditemukan
definisi manajemen yang benar-benar dapat diterima secara universal. Apabila kita
membuat suatu pembatasan atau definisi tentang manajemen, dapatlah
dikemukakan sebagai berikut, “bekerja dengan orang-orang untuk mencapai tujuan
organisasi dengan pelaksanaan fungsi fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing),
pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).

8
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Etika Manajerial Islam
Etika sebagai cerminan kepercayaan Islam (iman) memberikan sangsi
internal yang kuat dalam menjalankan standar etika secara keseluruhan. Sehingga
konsep etika dalam dalam Islam tidak utilatarian dan relatif, akan tetapi bersifat
mutlak dan abadi. Oleh karena itu, Islam menjadi sumber nilai dan etika dalam
segala aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pengorganisasian bisnis juga
manajerial.
Manajer sebagai orang yang bertugas memegang kekuasaan bertugas untuk
memimpin dan mengendalikan sekelompok orang di dalam organisasi. Hal ini juga
dijelaskan pada QS. Al Zukhruf: 32 yang berbunyi, “... dan Kami telah meninggian
sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar ssebagian mereka
dapat mempergunakan sebagian yang lain ...” Pada struktur manajemen Islam
menyediakan kerangka kerja infrastruktur untuk manajerial yang efektif dan efisien.
Hal tersebut bertujuan agar pada saat penambilan keputusan hingga manajemen
waktu sekalipun benar-benar dilaksanakan dengan pemberian arahan yang baik
oleh manajer kepada para karyawan di bawahnya.
Konsep etika Islam meliputi 3 sudut dasar yang diantaranya ialah: Iman
(Concept of Faith); berbuat baik dan menjadi teladan bagi orang lain (Concept of
Right); serta menghindari keburukan (Concept of Sharr).
3.1.1 Concept of Faith (Tauhid)
Tauhid merupakan wacana teologis yang mendasari segala aktivitas
manusia, termasuk dalam berbisnis dan berorganisasi. Tauhid menyadarkan
manusia sebagai makhluk ilahiyah. Sangat penting bagi seorang manajer dan
pengusaha memiliki keyakinan (iman) yang sangat kuat pada penerapan nilai-nilai
agama. Konsep tauhid ini bertujuan untuk menyelamatkan manajer dari jalur yang
salah ke jalur yang benar bersama dengan bawahan yang dipimpinnya. Hal ini
sesuai dengan hadist Rasulullah SAW bahwa pemimpin juga harus bertanggung
9
jawab terhadap amanah kepemimpinan yang dibebankan. Prinsip

9
Rasulullah SAW bersabda, “Dan tiap kamu adalah pemimpin, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

6
pertanggungjawaban menurut Sayid Qutbh adalah tanggung jawab yang seimbang
dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara orang dan
keluarga, antara individu dengan masyarakat serta antara masyarakat satu dengan
mansyarakat lainnya.10 Selain itu agama juga harus memberikan peluang kepada
pemeluknya untuk percaya pada diri sendiri. Islam ialah sebagai salah satu agama
yang menyediakan semua keberanian, keyakinan, komitmen, dan keberanian untuk
memainkan peran seperti seorang manajer dan pengusaha.
3.1.2 Concept of Right
Concept of Right dipahami sebagai suatu pedoman bagi seorang manajer
dimana etika (khulq) sebagai unsur intrinsik dari pedoman ini.11 Manajer berperan
sebagai role mode sangat diperlukan sebagai contoh karakter bagi pekerja
dibawahnya. Kekuatan seorang manajer berada pada karakter dan moral yang tinggi
sehingga karakter tersebut menjadi sumber insipirasi bagi karyawan lainnya.
Manajer adalah orang yang membuat orang lain bekerja, mengatur sumber
daya, memimpin tim dan mengendalikan keseluruhan proses. Bentuk karakterya
harus didasari dari pedoman yang sangat kuat seperti kepribadian Nabi Muhammad
SAW. Perilaku Nabi membuktikan bagaimana ia memenuhi tujuan mulia bersama
sahabat-sahabtnya. Tujuan mulia tersebut tidak lain ialah untuk memperkuat
karakter moral orang-orang dalam memperoleh kenikmatan dunia dengan
pengetahuan yang dimiliki sehingga terhindar dari sesuatu yang buruk seperti
keserakahan dan kebathilan. Tentu saja hal ini juga ditegaskan di Al-Quran bahwa
orang yang mengerjakan kebenaran tidak akan binasa karena pahala yang
diperolehnya.12
Kebenaran menjadi simbol dalam menyelesaikan sesuatu dengan cara yang
benar di waktu, tempat, serta orang yang tepat. Kepribadian yang dikendalikan oleh
diri sendiri menjadi tempat dari seorang manajer dalam menuntun orang lain untuk
berjalan mengikutinya karena kebenaran sendiri adalah atribut paling penting dari

10
Sri Nawatmi, (2010), “Etika Bisnis dalam Perspektif Islam”, Fokus Ekonomi (FE), Vol. 9, No. 1,
Hal. 54.
11
Rana Zamin Abbas, dkk., (2012), “Managerial Ethics in Islamic Framework”, International
Journal of Business and Social Science, Vol. 3, No. 7, Hal. 105.
12
QS. Al Kahf: 30, “Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak
akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan-Nya dengan yang baik.”

7
persona seseorang yang sedang mengembangkan kredibilitas pribadi dan nilai
karakter.
3.1.3 Concept of Wrong
Concept of Wrong secara sederhana dipahami sebagai lawan dari Concept
of Right yang telah dijelaskan dalam Islam. Setan (Iblis) adalah symbol agung dari
sharr dan jelas bahwa setiap Muslim telah dilarang oleh Islam untuk tidak berjalan
di jalan setan.
Pada konsep ini peran etika dalam konteks manajerial ialah menandai
langkah-langkah seorang manajer dengan cara yang sesuai dan memberikan
pedoman lengkap dengan tujuan menghindari kesalahan dalam suatu organisasi.
Selain itu juga mengembangkan kode etik untuk memandu prinsip-prinsip etika
organisasi dalam semua interaksinya; memastikan kepatuhan dengan menunjuk
aktor organisasi utama ke panel peninjau etika; penunjukan advokat etika untuk
menyelidiki keputusan manajemen secara teratur; seleksi dan pelatihan yang
menggabungkan tanggung jawab etis karyawan untuk membantu menetapkan
harapan dan pemahaman bersama dalam organisasi; serta menyesuaikan sistem
penghargaan untuk menghargai perilaku etis.
Kode etik perilaku diatas mendorong seorang manajer dalam memperoleh
tujuannya dengan membimbingnya untuk tetap menjaga keseimbangan dalam
berorganisasi, membantunya menghindari konflik, menjauhkan dari yang bathil,
menjalankan keadilan, serta selalu terhubung dengan iman dan taqwa.

3.2 Dampak Penerapan Etika Manajerial Islam


Pada penerapan etika kerja Islami selalu berkaitan dan berdampak pada
variabel-variabel terkait pekerjaan. Terdapat empat variabel independen, yaitu
penghargaan (rewards), konflik kerja (work conflict), niat pergantian pekerjaan (job
turnover intentions), komitmen organisasi dan kepuasan kerja (organization
commitment and job satisfication) sementara etos kerja Islami diambil sebagai
variabel independen.
3.2.1 Rewards
Hadiah adalah manfaat internal dan eksternal yang diterima oleh seseorang
atau karyawan sebagai hasil dari pekerjaan mereka. Mulki et al. (2008) dalam (M.

8
Shakil Ahmad, 2011, hlm 854) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis hadiah. Jenis
hadiah pertama disebut reward intrinsic yang juga disebut penghargaan internal;
tipe kedua disebut reward ekstrinsik yang juga dikenal sebagai penghargaan
eksternal. Hadiah internal termasuk pengakuan pekerjaan oleh manajer, prestasi,
promosi, wewenang dan tanggung jawab di tempat kerja. Sementara penghargaan
eksternal mencakup bonus dalam gaji, jam kerja ekstra, kebijakan perusahaan,
dukungan pengawas, keselamatan pekerja dan lingkungan yang sesuai di tempat
kerja (Militer et al., 2000) dalam (M. Shakil Ahmad, 2011, hlm 854).
3.2.2 Work Conflict
Konflik kerja dapat timbul karena lama jam kerja, keterlambatan promsi dan
aspek lain dari lingkungan tempat kerja. Terdapat dua jenis konflik kerja di
lingkungan kerja. Yang pertama disebut ‘konflik peran’ dan yang kedua adalah
‘ambiguitas peran’. Menurut Beekun (1997) dalam (M. Shakil Ahmad, 2011, hlm
855) konflik peran adalah segala bentuk tanggung jawab atau kegiatan yang
orangnya tidak yakin atau bersih. Ini mencakup aspek-aspek seperti deskripsi
pekerjaan yang tidak jelas dan penjelasan pekerjaan yang tidak jelas tanggung
jawabnya. Dia menggambarkan ambiguitas peran sebagai memiliki fitur tertentu
seperti tugas yang tidak jelas atau tugas yang bisa menjadi sumber ketidakpastian
bagi pekerja dan karenanya menyebabkan frustasi dan stress. Steers (1977) dalam
(M. Shakil Ahmad, 2011, hlm 855) juga sependapat dengan pandangan ini dalam
studinya yang menyimpulkan bahwa konflik peranan dan ambiguitas peran adalah
sumber stress dan depresi bagi karyawan.
3.2.3 Job Turnover Intentions
Koh dan Boh (2004) dalam (Lum et al., 1998; Simsi dan Kroeck, 1994)
menyatakan bahwa investigasi komitmen organisasi penting dan bermanfaat bagi
organisasi pemimpin sebagai komitmen organisasi yang memengaruhi hasil dari
pekerjaan, termasuk turnover intentions. Hal ini juga sesuai dengan “The link
between organizational ethics and job satisfication can be explained by the
Organizational Justice Theory.”13 Studi tentang niat pergantian staf menunjukkan
hubungan negative antara etos kerja dan intensi turnover. Rice (1999) dalam (M.

13
Hian Chye Koh and El’Fred H. Y. Boo, (2004), “Organisational Ethics and Employee
Satisfication and Commitment”, Management Decision, hal. 678.

9
Shakil Ahmad, 2011, hlm 855) mengidentifikasi tiga elemen yang mengarah pada
penarikan proses kognisi. Elemen pertama adalah berpikir untuk berhennti dari
pekerjaan saat ini; elemen kedua ialah menemukan dan berolahraga pada pekerjaan
lain yang cocok di tempat lain; sementara elemen ketiga adalah keputusan untuk
berhenti. Namun sebuah studi oleh Lau (1995) dalam (M. Shakil Ahmad, 2011, hlm
855) melaporkan tiga faktor lain yaitu juga faktor niat untuk keluar dari pekerjaan.
Hal inni meliputi usia karyawan, pengalaman masa lalu mereka dan tingkat/struktur
gaji yang didapat saat ini. Dia menyimpulkan bahwa karyawan yang lebih muda
dengan lebih sedikit pengalaman lebih mungkin untuk berhenti dari pekerjaan.
3.2.4 Job Satisfication
Kepuasan kerja adalah perasaan/emosi yang menyenangkan yang
didapatkan seseorang ketika menyelesaikan tugas dengan sukses atau menilai
pekerjaan saat ini dan didasarkan pada internal karyawan merasa tentang pekerjaan
mereka saat ini, kualitas pekerjaan yang mereka lakukan dan imbalan yang
diharapkan untuk usaha mereka. Porter et al. (1979) dalam (M. Shakil Ahmad, 2011,
hlm 854) menyatakan bahwa tingkat kepuasan kerja berubah dengan garis
wewenang berarti lebih banyak tanggung jawab, sehingga kepuasan kerja juga
bervariasi dengan posisi pekerjaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Darwis A.
Yousef 14 menunjukkan hasil bahwa karyawan dalam organisasi yang menajdi
sampel cukup puas dengan pekerjaan mereka dan berkomitmen tinggi terhadap etos
kerja Islam. Hasil lain juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi signifikan antara
komitmen organisasi dan kepuasan kerja maupun etos kerja islam. 15 Nabi
Muhammad SAW juga menekankan aspek sosial di tempat kerja dan tugasnya
menuju masyarakat harus menjadi elemen penting dari kehidupan organisasi.
Selanjutnya, keadilan dan kedermawaan di tempat kerja dan keterlibatan dalam
kegiatan ekonomi dipandang sebagai keberadaan wajib. Karya Yousaf (2000) jelas
menunjukkan bahwa adopsi IWE adalah sumber untuk meningkatkan komitmen
organisasi di antara karyawan.16

14
United Arab Emirates University, Al-Ain, United Arab Emirates.
15
Darwish A. Yousef, (2001), “Islamic Work Ethics, A Moderator between Organizational
Commitment and Job Satisfication in A Cross-cultural Context” Personel Review. Vol. 30 No. 2,
Hal. 161.
16
Muhammad Shakil Ahmad, (2011), “Work Ethics: An Islamic Prospective”, International Journal
of Human Sciences, Vol. 8, No.1, Hal. 854.

10
3.3 Penerapan Etika dan Tanggung Jawab Sosial Manajer pada Organisasi
Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajiban-kewajiban sebuah
perusahaan untuk melindungi dan memberi kontribusi kepada masyarakat dimana
perusahaan itu berada. Hal ini juga sesuai dengan apa diajarkan di Al- Quran bahwa
kita harus memperlakukan setiap muslim secara adil terhadap sesama manusia.17
Ada perbedaan mandasar konsep Corporate Social Responsibility sekular
dan Islami. CSR islami berhubungan dengan akhlak dalam melaksanakan business
process. Sementara CSR sekular lebih kepada program filantropi. 18 Islam tidak
melihat apa yang dihasilkan seseorang melainkan bagaimana proses ia dalam
mendapatkan hasil tersebut. Meskipun seorang manajer menghasilkan suatu output
yang baik dari pekerjaannya namun dalam proses mendapatkan tujuan tersebut
disertai dengan ketidakjujuran, ketidakadilan, serta karena riya’ maka tidak ada
nilainya disisi Allah SWT. Walau perusahaan tidak punya program filantropi
namun proses bisnis besera struktur organisasi yang dibangun telah membuat
karyawan sejahtera, pemegang saham puas, konsumen tidak dirugikan, negara
mendapat pajak, lingkungan terpelihara dengan baik, masyarakat mendapatkan
manfaat. Itulah bentuk etika sebenarnya yang diajarkan oleh Islam.
Implementasi corporate social responsibility (CSR) dalam Islam secara
rinci harus memenuhi beberapa unsur yang menjadikannya ruh, sehingga dapat
membedakan CSR dalam perspektif Islam dengan CSR secara universal yaitu:
1. Al-Adl
Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis atau usaha yang
mengandung kedzaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan yang
teraplikasikan dalam hubungan usaha dan kontrak kontrak serta perjanjian
bisnis, sifat keseimbangan atau keadilan dalam bisnis adalah ketika korporat
mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Dalam beraktfitas di
dunia bisnis, Islam mengahruskan berbuat adil yang diarahkan kepada hak
orang lain, hak lingkungan sosial, hak alam semesta. Jadi keseimbangan alam

17
QS. An-Nisa: 85, “Barangsiapa memberikan hasil yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian
pahala. Dan barangsiapa menimbulkan akibat yang buruk, niscaya ia akan memikul
konsekuensinya.”
18
Budi Gautama Siregar, (2015), “Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
Pandangan Islam”, JURIS, Vol. 14, No. 2, Hal. 147.

11
dan keseimbangan sosial harus tetap terjaga secara bersamaan dengan
operasional bisnis. Hal ini sesuai dengan Surat Al-Huud ayat 85.19
2. Al-Ihsan
Islam hanya memerintahkan dan menganjurkan perbuatan baik bagi
kemanusiaan, agar amal yang dilakukan manusia dapat memberi nilai tambah
dan mengangkat derajat manusia baik individu maupun kelompok.
Implementasi CSR dengan semangat ihsan akan dimiliki ketika individu atau
kelompok melakukan kontribusi dengan semangat ibadah dan berbaut karena
mengahrap atas ridho Allah SWT. Ihsan adalah melakukan perbuatan baik,
tanpa adanya kewajiban tertentu untuk melakukan hal tersebut.
3. Manfaat
Konsep ihsan yang telah di jelaskan di atas seharusnya memenuhi unsur
manfaat bagai kesejahteraan masyarakat (internal maupun eksternal
perusahaan).
4. Amanah
Dalam usaha manajerial bisnis, konsep amanah merupakan niat dan ittikad yang
perlu di perhatikan terkait pengelolaan sumber daya (alam dan manusia) secara
makro, maupun dalam mengemudikan suatu perusahaan. Bank yang
menerapkan corporate social responsibility (CSR), harus memahami dan
menjaga amanah dari masyarakat yang secara otomatis terbebani dipundaknya
menciptakan produk yang berkualitas serta menghindari hal dan perbuatan yang
tidak terpuji dalam setiap aktivitas bisnis.
3.3.1 Jejak Kepemimpinan dan Manajerial Nabi Muhammad SAW dalam
Berbisnis
Etika bisnis lahir di Amerika pada tahun 70-an dan meluas ke Eropa
sehingga menjadi fenomena global pada tahun 1990-an. Namun, ketika melihat dari
sejarah Islam, tampak pandangan positif terhadap perdagangan dan kegiatan
ekonomis yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, manajemen dan leadership
Rasulullah adalah bagian hidup yang sangat menarik dan sangat istimewa. Melihat

19
QS Al-Huud: 85, “Dan Syuaib berkata: ‘Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan
adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu
membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusaka.’”

12
kondisi umat Islam yang sedang terpuruk dalam semua sisi kehidupan saat ini, maka
sisi mamanjemen dan leadership ini salah satu yang paling dibutuhkan umat Islam.
Karena dengan memahami dan menerapkan manajemen dan leadership Rasulullah
dalam semua lini kehidupan, insya Allah kehidupan kita akan mengalami
peningkatan dan perubahan ke arah yang benar seperti yang dialami generasi
Sahabat, Tabi’in, Tabi’ittabi’in dan seterusnya. Berpijak dari latar belakang di atas
penulis berusaha untuk mengurai jejak- jejak Nabi Muhammad SAW dalam teori
leadership dan manajemen.

Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya. Seorang
pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan moral bisnis
Islami yang mencakup Husnul Khuluq.20
Rasulullah SAW memberikan petunjuk mengenai etika bisnis yang sangat
banyak, di antaranya ialah:
1. Pertama, bahwa prinsip penting dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin
Islam, kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis.
Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis.21
2. Kedua, kesadaran tentang pentingnya kegiatan sosial dalam bisnis. Pelaku
bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntunganyang maksimal,
seperti yang diajarkan pada ekonomi kapitalis, tetapi juga berorientasi kepada
sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis.
3. Ketiga, tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad saw sangat intens
melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan
transaksi bisnis.22. Dalam HR. Abu Dzar, Rasulullah saw mengancam dengan
azab yang pedih bagi orang yang bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah tidak
akan mem- perdulikannya nanti di hari kiamat (H.R. Muslim).
4. Keempat, ramah-tamah . Seorang palaku bisnis, harus bersikap ramah dalam
melakukan bisnis.23

20
Biki Zulfikri Rahmat, (2017), “Corporate Social Responsibility dalam Persektif Etika Bisnis
Islam.” Jurnal Ekonomi dan Keungan Syariah Vol. 1 No. 1, Hal. 104.
21
“Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia
menjelaskan aibnya” (H.R. Al-Quzwani). “Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok
kami” (H.R. Muslim).
22
HR. Bukhari, Nabi saw bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang
terjual, tetapi hasilnya tidak berkah”
23
“Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran dalam berbisnis.”(HR.Bukhari dan Tarmizi).

13
5. Kelima, tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain
tertarik membeli dengan harga tersebut. Sabda Nabi Muhammad, “Janganlah
kalian melakukan bisnis najas (seorang pembeli tertentu, berkolusi dengan
penjual untuk menaikkan harga, bukan dengan niat untuk membeli, tetapi agar
menarik orang lain untuk membeli)”.
6. Keenam, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli
kepadanya.24
7. Ketujuh, tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah menumpuk dan menyimpan
barang dalam waktu tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi
naik dan keuntungan besar pun diperoleh. Rasulullah melarang keras perilaku
bisnis semacam itu.
8. Kedelapan, takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan,
timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan.25
9. Kesembilan, Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada Allah.
Firman Allah, “Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat
Allah, dan dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada
suatu hari yang hari itu, hati dan penglihatan menjadi goncang”.
10. Kesepuluh, membayar upah sebelum keringat karyawan kering. Nabi
Muhammad Saw bersabda, “Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum
kering keringatnya”. Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah
tidak boleh ditunda- tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang
dilakukan.
11. Kesebelas, tidak ada monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis
ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana adalah
eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air,
udara dan tanah dan kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral.
12. Keduabelas, tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi bahaya (mudharat)
yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial.

24
“Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual
oleh orang lain” (H.R. Muttafaq ‘alaih).
25
QS. 83: 112, “Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi”

14
13. Ketigabelas, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal,
bukan barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dsb.
Nabi Muhammad Saw bersabda26
14. Keempatbelas, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan.27
15. Kelimabelas, segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah
memuji seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan
hutangnya.28
16. Keenambelas, Memberi tenggang waktu apabila pengutang belum mampu
membayar.29
17. Ketujuhbelas, bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba.30 Pelaku
dan pemakan riba dinilai Allah sebagai orang yang kesetanan (QS. 2: 275). Oleh
karena itu Allah dan Rasulnya mengumumkan perang terhadap riba.

26
“Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan “patung-patung”(HR. Jabir).
27
QS An-Nisa: 29, “Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka-sama suka
di antara kamu”
28
“Sebaik- baik kamu, adalah orang yang paling segera membayar hutangnya” (H.R. Hakim).
29
“Barang siapa yang menangguhkan orang yang kesulitan membayar hutang atau membebas-
kannya, Allah akan memberinya naungan di bawah naunganNya pada hari yang tak ada naungan
kecuali naunganNya. (HR. Muslim).
30
QS Al-Baqarah: 278, “Hai orang-orang yang beriman, tinggal kanlah sisa-sisa riba jika kamu
beriman“

15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Etika sebagai cerminan kepercayaan Islam memberikan sangsi internal yang
kuat dalam menjalankan standar etika secara keseluruhan. Manajer sebagai orang
yang bertugas memegang kekuasaan bertugas untuk memimpin dan mengendalikan
sekelompok orang di dalam organisasi. Hal tersebut bertujuan agar pada saat
penambilan keputusan hingga manajemen waktu sekalipun benar-benar
dilaksanakan dengan pemberian arahan yang baik oleh manajer kepada para
karyawan di bawahnya.
Concept of Wrong
Concept of Wrong secara sederhana dipahami sebagai lawan dari Concept
of Right yang telah dijelaskan dalam Islam. Kode etik perilaku diatas mendorong
seorang manajer dalam memperoleh tujuannya dengan membimbingnya untuk
tetap menjaga keseimbangan dalam berorganisasi, membantunya menghindari
konflik, menjauhkan dari yang bathil, menjalankan keadilan, serta selalu terhubung
dengan iman dan taqwa.
Job Turnover Intentions
Rice mengidentifikasi tiga elemen yang mengarah pada penarikan proses
kognisi. Namun sebuah studi oleh Lau melaporkan tiga faktor lain yaitu juga faktor
niat untuk keluar dari pekerjaan. Dia menyimpulkan bahwa karyawan yang lebih
muda dengan lebih sedikit pengalaman lebih mungkin untuk berhenti dari pekerjaan.
Job Satisfication
Kepuasan kerja adalah perasaan / emosi yang menyenangkan dan
menyenangkan yang didapatkan seseorang menyelesaikan tugas dengan sukses atau
menilai pekerjaan saat ini dan didasarkan pada internal karyawan merasa tentang
pekerjaan mereka saat ini, kualitas pekerjaan yang mereka lakukan dan imbalan
yang diharapkan untuk usaha mereka
Penerapan Etika dan Tanggung Jawab Sosial Manajer pada Organisasi
Islam tidak melihat apa yang dihasilkan seseorang melainkan bagaimana
proses ia dalam mendapatkan hasil tersebut. Meskipun seorang manajer
menghasilkan suatu output yang baik dari pekerjaannya namun dalam proses

16
mendapatkan tujuan tersebut disertai dengan ketidakjujuran, ketidakadilan, serta
karena riya’ maka tidak ada nilainya disisi Allah SWT. Walau perusahaan tidak
punya program filantropi namun proses bisnis besera struktur organisasi yang
dibangun telah membuat karyawan sejahtera, pemegang saham puas, konsumen
tidak dirugikan, negara mendapat pajak, lingkungan terpelihara dengan
baik, masyarakat mendapatkan manfaat. Itulah bentuk etika sebenarnya yang
diajarkan oleh Islam.
Dalam usaha manejerial bisnis, konsep amanah merupakan niat dan ittikad
yang perlu di perhatikan terkait pengelolaan sumber daya secara makro, maupun
dalam mengemudikan suatu perusahaan. Bank yang menerapkan corporate social
responsibility, harus memahami dan menjaga amanah dari masyarakat yang secara
otomatis terbebani dipundaknya menciptakan produk yang berkualitas, serta
menghindari tidal terpuji dalam setiap aktivitas bisnis. Islam sangat mendukung
corporate social responbility karena tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis
menciptaan banyak permasalahan sosial, dan perusahaan bertanggung jawab untuk
menyelesaikannya. bisnis membutuhkan berbagai sumber daya alam untuk
kelangsungan usaha, sehingga perusahaan bertanggung jawab untuk
memeliharannya.
Islam secara tidak langsung menganggap bisnis sebagai entittas yang
kewajibannya terpisah dari pemiliknya, dan juga dengan adnya sistem CSR akan
meningkatkan ittikad baik perusahaan tersebut. Mempelajari sekaligus mengkaji
perjalanan hidup Nabi Muhammad merupakan keilmuan yang luar biasa, sangat
kaya, dan sangat mencerahkan. Padahal dalam kurun waktu tak kurang dari 62
tahun beliau meninggalkan jejak- jejak kesuksesan yang menginspirasi tentang
banyak hal. Nabi Muhammad SAW sosok pribadi yang paripurna sehingg a
menjadi teladan utama terbaik bagi umat manusia, khususnya umat Islam dalam
menjalankan kehidupan di dunia untuk meraih kebahagiaan kehidupan akhirat.
Yang lebih mengagumkan lagi ialah pesona kepribadian Muhammad
shallallahu ‘alaihiwasallam yang sempurna itu bukan hanya dirasakan semasa
Beliau masih hidup, akan tetapi memancar cahaya dan pengaruhnya setelah Beliau
wafat dan sampai akhir zaman dan menjadi keharusan bagi umat Islam untuk
meneladaninya. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, manajemen dan

17
leadership Rasulullah adalah bagian hidup yang sangat menarik dan sangat
istimewa. Melihat kondisi umat Islam yang sedang terpuruk dalam semua sisi
kehidupan saat ini, maka sisi mamanjemen dan leadership ini salah satu yang paling
dibutuhkan umat Islam. Karena dengan memahami dan menerapkan manajemen
dan leadership Rasulullah dalamsemua lini kehidupan, insya Allah kehidupan kita
akan mengalami peningkatan dan perubahan kearah yang benar seperti yang
dialami generasi Sahabat, Tabi’in, Tabi’ittabi’in dan seterusnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, Abdus Sattar, et al. (2010). Islamic Management Model. African Journal
of Business Management Vol. 4(9).

Ahmed, H. (1996). Defining Ethics in Islamic Finance: Looking Beyond Legality.


8th International Conference on Islamic Economics and Finance, 3.

Hamersma, H. (2008). Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Koh, H. C., dan Boo, El'fred H. Y. (2004). Organisational Ethics adn Employee
Satisfication and Commitment. Management Decision.

Nawatmi, S. (2010). Etika Bisnis dalam Perspektfi Islam. Fokus Ekonomi (FE) Vol.
9 No. 1, 54.

Rahmat, Biki Zulfikri. (2017). Corporate Social Responsibility dalam Perspektif


Etika Bisnis Islam. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 1 No. 1.

Rana Zamin Abbas, et al. (2012). Managerial Ethics in Isalmic Framework.


International Journal Business and Social Science Vol.3 No.7, 103.

Ray, T. T. (1996). Differentiating the Related Concepts of Ethics, Morality, Law,


adn Justice. New Directions for Teaching and Learning 66, 47-53.

Siregar, B. G. (2015). Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam


Pandangan Islam. Jurnal Ekonomi Islam (JURIS) Vol. 14 No. 3, 147.

Shakil, M. A. (2011). Work Ethics: An Islamic Prospective. International Journal


of Human Science Vol. 8 No. 1 , 854.

Umam, M. K. (2018). Imam Para Nabi: Menelusuri Jejak Kepimpinan dan


Manajerial Nabi Muhammad SAW. Jurnal al-Hikmah Vol. 6 No. 1, 59-66.

Yousef, Darwish A. (2001). Islamic Work Ethic, A Moderator between


Organizational Commitment and Job Satisfication in A Cross-cultural
Context. Personel Review. Vol. 30 No. 2.

19

Anda mungkin juga menyukai