Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN PERBANK SYARI’AH

Disusun Oleh:

ILHAMSYAH

2127102010444

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM AN NUR LAMPUNG

2023/1445
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT. Yang telah memberi segala
nikmat kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membimbing umatnya menuju arah terang dan
gemilang.

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas Manajemen Perbankan


Syariah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini

Dengan iringan doa semoga amal baik yang telah dilakukan mereka tersebut
mendapat balasan yang baik dari Allah SWT.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan
bagi para pembaca, serta dapat dijadikan rujukan untuk penelitian lebih lanjut.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Implikasi Manajemen Dalam Syari’at Islam................................................3


B. Prinsip Etika Bisnis Islam yang Arus Terimplementasi Dalam Manajemen
................................................................................................................. 4
C. Unsur-Unsur Manajemen.............................................................................7
D. Struktur Organisasi Bank Syari’ah dan Sistem Kerja..................................9

BAB III : PENUTUP..............................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................13

Daftar Pustaka........................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sebagai suatu sistem hidup yang sempurna tentu saja
memiliki konsep pemikiran tentang manajemen. Kesalahan kebanyakan
dari kaum muslimin dalam memahami konsep manajemen dari sudut
pandang Islam adalah karena masih mencampuradukan antara ilmu
manajemen yang bersifat teknis (uslub) dengan manajemen sebagai
aktivitas. Kerancuan ini akan mengakibatkan kaum muslimin susah
membedakan mana yang boleh diambil dari perkembangan ilmu
manajemen saat ini dan mana yang tidak.
Managemen di dalam Bank berfungsi sebagai sarana pendorong
tercapainya tujuan dari Bank Syari’ah itu sendiri. Bukan hanya untuk
pencapain ke untungan semata melainkan untuk kemaslahatan umat.
Untuk lebih jelasnya kami telah menyiapkan penjelasan yang lebih rinci
pada bab selanjutnya. Penjelasan tersebut mencakup sebagian penjelasan
mengenai Pola Managemen Bank Syari’ah yaitu: Tujuan dari Managemen
bank syari’ah, aspek dan sifat manusia sebagai dasar managemen bank
syari’ah, unsur dari managemen bank syari’ah dan bagaimana
implikasinya di dalam bank syari’ah.
Struktur organisasi tergantung pada besar kecilnya bank (bank
size), keragaman layanan yang ditawarkan, keahlinya personelnya dan
peraturan- peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tidak ada acuan
baku bagi penyusunan struktur organisasi bagi bank dalam segala situasi
kebutuhan operasinya. Struktur organisasi setiap bank berikut tanggung
jawab dan wewenang para pejabatnya bervariasi satu sama lain. Oleh
karena itu struktur organisasi mencerminkan pandangan menejemen
tentang cara yang paling efektif untuk mengoperasikan bank.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implikasi Manajemen Dalam Syari’at Islam?

1
2. Bagaimana Prinsip Etika Bisnis Islam yang Arus Terimplementasi
Dalam Manajemen?
3. Apa Unsur-Unsur Manajemen?
4. Bagaimana Struktur Organisasi Bank Syari’ah dan Sistem Kerja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Implikasi Manajemen Dalam Syari’at Islam.
2. Untuk mengetahui Prinsip Etika Bisnis Islam yang Arus
Terimplementasi Dalam Manajemen.
3. Untuk mengetahui Unsur-Unsur Manajemen.
4. Untuk mengetahui Struktur Organisasi Bank Syari’ah dan Sistem Kerja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Implikasi Manajemen dalam Syari’at Islam


Dalam pandangan ajaran islam, segala sesuatu harus dilakukan
secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti
dengan baik. Sesuatu tisak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini
merupakan prinsip utama dalam ajaran islam. Rasulullah saw. bersabda
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani, 1 “Sesungguhnya
Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan,
dilakukan secara Iqtan (tepat, terarah, jelas dan tuntas).”(HR Thabrani)
Arah yang jelas, landasan yang mantap, dan cara-cara
mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai
Allah swt. Sebenarnya, manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu
agar dilakukan dengan baik, tepat, dan tuntas merupakan hal yang
disyariatkan dalam ajaran Islam.
Seperti yang sudah dikemukan diatas bahwa peran syariah Islam
adalah pada cara pandang dalam implementasi manajemen. Dimana
standar yang diambil dalam setiap fungsi manajemen terikat dengan
hukum-hukum syara’ (syariat Islam). Fungsi manajemen sebagaimana kita
ketahui ada empat yang utama, yaitu:
1. Perencanaan (planning), berikut ini adalah beberapa implementasi
syariah dalam fungsi perencanaan:
a. Perencanaan bidang SDM
b. Perencanaan Bidang Keuangan
c. Perencanaan Bidang Operasi/produksi
2. Pengorganisasian (organizing), berikut ini adalah beberapa
implementasi syariah dalam fungsi pengorganisasian:
a. Aspek Struktur

1
Marhum Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Mukhtarul Ahaadits wa al-Hukmu al-Muhamadiyyah,
Surabaya: Daar an-Nasyr al-Misriyyah, hlm 34.

3
b. Aspek Tugas dan Wewenang
c. Aspek Hubungan
3. Pengontrolan (controlling), berikut ini beberapa Implementasi syariah
dalam fungsi pengarahan adalah merupakan tugas utama dari fungsi
kepemimpinan yaitu:
a. Motivasi
b. Fasilitator
4. Pengevaluasian (evaluating), Fungsi manajerial pengawasan adalah
untuk mengukur dan mengoreksi prestasi kerja bawahan guna
memastikan bahwa tujuan organisasi disemua tingkat dan rencana
yang di desain untuk mencapainya, sedang dilaksanakan. Pengawasan
membutuhkan prasyarat adanya perencanaan yang jelas dan matang
serta struktur organisasi yang tepat.
B. Prinsip Etika Bisnis Islam yang Arus Terimplementasi Dalam Manajemen
Berbicara mengenai bisnis dan ekonomi dalam Islam, pada
dasarnya
Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya merupakan “amanah”
dari Allah kepada manusia sebagai kholifah dimuka bumi ini. Untuk
dipergunakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan ummat manusia. Untuk
mencapai tujuan yang suci ini Allah tidak meninggalkan manusia, baik
aqidah akhlak maupun syari’ah.
Dua komponen yang pertama aqidah dan akhlak sifatnya konsisten
dan tak mengalami perubahan dengan berbedanya waktu dan tempat.
Adapun komponen yang terakhir “syari’ah” senantiasa diubah sesuai
menurut kebutuhan dan taraf peradaban umat, dimana seorang Rasul
diutus, kenyataan ini diungkapkan oleh Rasulullah s.a.w dalam suatu
hadits yang maknanya: “Saya dan Rasul-rasul yang lain tak ubahnya
bagaikan saudara sepupu, syari’at mereka banyak tetapi agama (aqidah)
nya satu (yaitu mentauhidkan atau mengesakan Allah).”.
Melihat kenyataan ini syari’ah Islam sebagai suatu syari’at yang
dibawa Rasul terakhir punya keunikan tersendiri, ia bukan saja
Comprehensive yang berarti merangkum seluruh aspek kehidupan baik

4
ritual maupun social dan muamalah. Ibadah diperlukan dengan tujuan
untuk menjaga ketaatan, dan keharmonisannya hubungan antara manusia
dengan khaliqnya, serta untuk mengingatkan secara berlanjut tugas
manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Ketentuan muamalah
diturunkan untuk menjadi rules of game dalam keberadaan manusia
sebagai makhluk sosial.
Universal yang bermakna bahwa dapat diterapkan dalam setiap
waktu dan tempat sampai hari akhir nanti. Keuniversalan ini akan tampak
jelas sekali terutama dalam bidang muamalah, dimana ia bukan saja luas
dan flexible bahkan tidak special treatment bagi muslim dan
membedakannya dari nonmuslim. Sifat-sifat ini mutlak diperlukan sebab
tidak akan ada syari’at yang akan datang untuk menyempurnakannya.2
Pada dasarnya Islam menghalalkan bisnis. Sebagaimana yang
terdapat dalam al Qur’an Surat A-Baqarah ayat 275; “…padahal Alloh
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al Baqarah: 275).
Tidak hanya mubah atau halal, bisnis juga bias menjadi penilaian mulia
tau tidaknya suatu kaum di mata Allah. Seperti yang terdapat pada sebuah
hadits; “Apabila Allah menginginkan kemajuan dan kesejahteraan kepada
suatu kaum maka Allah member mereka karunia kemudahan dalam jual-
beli dan kehormatan diri. Namun bila Allah menginginkan bagi suatu
kaum kemacetan dan kegagalan maka Allah membuka bagi mereka pintu
pengkhianatan.” (HR. Ath-Thabrani).
Islam memang menghalalkan jual beli atau bisnis. Tapi hal itu
bukan berarti tidak memberikan filter terhadapnya. Karena seperti yang
kita ketahui bersama, pada bisnis juga terdapat keburukan yang harus
ditolak. Untuk menolak keburukan tersebut, Islam memberikan sebuah
hukum atau aturan tentang halal atau haramnya bisnis. Aturan tersebut
meliputi barang yang diperjual-belikan, cara yang digunakan, hingga
penggunaan keuntungan yang didapat.3

2
M.Syafi’I Antonio, Bisnis dan Perbankan Dalam Perspektif Islam, Bank Syari’ah, Yogyakarta:
EKONISIA Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta, 2002, hal. 12.
3
Anton Ramdan, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Bee Media Indonesia, 2013, hal. 5
5
Prinsip-prinsip dalam berbisnis dalam melakukan berbagai
aktivitas bisnis antara lain:
1. Saling Ridha, Tidak boleh ada satu pihak yang terzholimi. Pada
kerjasama tersebut harus ada unsure saling ridha dan saling
menguntungkan (win-win solution).
2. Barang Halal, Predikat halal harus dipenuhi oleh setiap produk/barang
yang kita konsumsi. Predikat ini harus dinilai dari cara
mendapatkannya dan kehalalan barang itu sendiri.
3. Bukan Judi, seorang pebisnis Muslim harus menjaga diri dari bisnis-
bisnis yang berbau judi.
4. Menjauhi Riba, riba adalah suatu tambahan pada uang atau barang.
Riba ada 2 macam yaitu riba nasiah adalah tambahan pembayaran atas
suatu pinjaman yang disyari’atkan oleh si peminjam ataupun tidak
disyaratkan, sedangkan riba fadhl adalah tambahan jumlah atas barang
sejenis yang ditukarkan atau dipinjamkan.
5. Tidak mengurangi timbangan, seperti yang telah disabdakan
Rasululloh s.a.w, “Apabila kamu menimbang hendaklah ditepati” (HR.
Ibnu Majah).
6. Tidak Manipulasi, manipulasi bisa berupa penipuan ringan.
7. Tunaikan zakat, dengan membayar zakat, harta kita menjadi bersih dan
halal seratus persen untuk digunakan. Selain itu zakat juga memberi
ketentraman bagi yang mengeluarkan ataupun yang menerimanya.4

Strategi bisnis yang perlu dilakukan antara lain:

1. Membangun jaringan bisnis, hendaknya membangun jaringan bisnis


2. Marketing yang baik, dengan cara mengenalkan sekaligus menarik
dan menyampaikan produk ke masyarakat atau konsumen.
3. Membangun Brand, tidak hanya mengandalkan kemampuan
marketing namun ada unsur-unsur dari produk itu sendiri seperti
kualitas produk yang baik, kemasan yang bagus dan sebagainya.

4
Anton Ramdan, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Bee Media Indonesia, 2013, hal. 9-44

6
4. Inovasi, pembaruan atau penemuan hal baru.
5. SDM yang handal dan manajemen yang baik.

Dalam manajemen bisnis tentunya memiliki pinsip dan strategi


yang harus dilakukan supaya bisa tercapai tujuan yang diharapakan dan
menyesuaikan pola kelembagaan yang sudah disepakati bersama.

C. Unsur-Unsur Manajemen
Manajemen sebagai sistem, di dalamnya terdapat unsur-unsur yang
saling berkaitan. Unsur-unsur tersebut diantaranya:5
1. Perencanaan
Untuk pencapaian tujuan manajemen maka setiap usaha harus
didahului proses perencanaan yang baik. Suatu perencanaan yang baik
dilakukan melalui berbagai proses kegiatan meliputi:
a. Forecasting adalah suatu peramalan usaha yang sistematis
yang paling mungkin memperoleh sesuatu dimasa yang akan
datang dengan dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan
yang rasional atas fakta yang ada.
b. Obyektive adalah nilai yang akan dicapai atau diinginkan oleh
seseorang atau badan usaha.
c. Policies atau plan of action atau guiding principles yang
diadakan oleh suatu badan usaha untuk menentukan kegiatan
yang berulang-ulang.
d. Programmers adalah sederetan kegiatan yang digambarkan
untuk melaksanakan policies.
e. Schedules adalah pembagian program yang harus diselesaikan
menurut urut-urutan waktu tertentu. Dalam keadaan tertentu
schedule dapat berubah tapi program dan tujuan tidak berubah.
f. Procedures adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan.

5 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, hal 197

7
g. Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang harus
dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dimasa yang akan
datang.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian ini terkait dengan struktur organisasai yang ada
dalam Bank Syari’ah. Struktur Bank Syari’ah tergantung besar
kecilnya bank, keragaman layanan yang ditawarkan, keahlian
personilnya dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak
ada acuan baku bagi penyusunan struktur organisasi bagi bank dalam
segala kondisi kebutuhan operasinya.
3. Pelaksanaan
Bank Indonesia sangat menekankan training and development
secara eksplisit dalam petunjuk pelaksanaan pembukaan Kantor bank
syari’ah sebagai lembaga yang knowledge intentgive. Maka dengan ini
ketrampilan dan keahlian staf menjadi kunci keberhasilan bank. Selain
itu, sumber Daya Manusia Bank Syari’ah dituntut memiliki
pengetahuan mengenai ketentuan syari’ah secara baik, memiliki akhlak
dan moral Islami. Akhlak dan moral Islami dalam bekerja dapat
disarikan dalam empat ciri pokok, yaitu: Shiddiq (benar dan jujur)
amanah (dapat dipercaya, tabligh (mengembangkan lingkungan dan
bawahan menuju kebaikan) dan fathonah (kompeten dan professional).
4. Pengawasan
Kelancaran operasi bank adalah kepentingan utama bagi
manajemen puncak (Top Management). Melalui pengawasan para
manajer dapat memastikan tercapai atau tidaknya harapan mereka.
Pengawasan ini pula membantu mereka mengambil keputusan yang
lebih baik.
Adapun prinsip atau kaidah dan teknik manajemen yang ada
relevansinya dengan Al-Qur’an dan Hadits,6 antara lain:
1. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar

6
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, hal 188

8
Setiap muslim mempunyai kewajiban menjalankan yang ma’ruf dan
mencegah yang munkar sebagaimana dalam QS. Ali Imron: 104. Ini
harus kita terapkan dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu
manajemen.
2. Kewajiban menegakkan kebenaran
Menegakkan kebenaran adalah metode Allah yang harus dita’ati oleh
manusia, maka dalam melaksnakan manajemen (pengelolaan) harus
sesuai dengan prinsip ini supaya terhindar dari kesalahan dan
kekeliruan.
3. Kewajiban menegakkan keadilan.
Hukum syari’ah mewajibkan kita menegakkan keadilan, kapan dan
dimanapun. Sebagaimana dalam QS. An Nisa 58.
4. Kewajiban menyampaikan amanah
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada setiap muslim untuk
menunaikan amanah. Kewajiban menunaikan amanah terdapat dalam
QS. An Nisa: 58.7
D. Struktur Organisasi Bank Syari’ah dan Sistem Kerja
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalah hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang
amat membedakan antara Bank Syariah dan bank konvensional adalah
keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi
oprasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis
syariah.
Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan diposisi setingkat
dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari
setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu,
biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh
rapat umum pemegang saham, setelah para anggota Dewan Pengawas
Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

7
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syari’ah, Graha Ilmu hal.89

9
Dalam struktur organisasi tersebut bentuk dan unit kerja, berapa
direktoratnya, dibwah direktorat apakah dalam bentuk divisi, Biro, Urusan
dan seterusnya sangat tergantung pada kebutuhan manajemen dan
melaksanakan entitas tersebut kecuali ”Dewan Pengawas Syariah” yang
sudah ditetapkan sebagaimana tersebut dalam gambar. Oleh karena itu saat
ini organisasi Bank Umum Syariah yang satu dengan yang lain berbeda-
beda tergantung pada rentang pengawasan dan tanggung jawab serta
kebutuhan Bank Umum Syariah yang bersangkutan.8

Seputar Dewan Syariah Nasional Dan Dewan Pengawas Syariah:

1. Majelis Ulama Indonesia (MUI)

8
Wiroso, SE, MBA, Produk Perbankan Syariah, Penerbit LPFE Usakti, 2009

10
Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah salah satu komponen
terpenting dalam mencetuskan dan menggagas pendirian bank islam
pertama di indonesia. Majelis Ulama Indonesia yang lazim disingkat
dengan MUI, didirikan pada tanggal 17 Rajab 1395 Hijriah bertepatan
dengan tanggal 26 Juli 1975 Miladiyah.
Organisasi yang berasakan Islam dan bersifat keagamaan,
kemasyarakatan, dan independen, ini memiliki empat fungsi utama
sebagai berikut: (i) sebagai wadah musyawarah para ulama, zuama dan
cendekiawan Muslim dalam mengayomi umat dan mengembangkan
kehidupan yang Islami (ii) sebagai wadah silaturahmi para ulama,
zuama dan cendekiawan Muslim untuk mengembangkan dan
mengamalkan ajaran Islam yang menggalang ukhuwah Islamiyah, (iii)
sebagai wadah yang mewakili umat Islamdalam hubungan dan
konsultasi antara umat beragama, (iv) sebagai pemberi fatwa kepada
umat Islam dan pemerintah, baik diminta maupun tidak diminta.
2. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Peran utama ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah
mengawasi jalannya oprasional bank sehari-hari agar selalu sesuai
dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi
yang berlaku dalam bank syariah sangat khusus jika di banding bank
konvensional. Karena itu, diperlukan garis panduan (guidelines) yang
mengaturnya. Garis panduan ini disusun dan ditentukan oleh Dewan
Syariah Nasional.
Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara
berkala (biasanya tiap tahun) bahwa bank yang diawasinya telah
berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Pernyataan ini dimuat dalam
laporan tahunan (annual report) bank bersangkutan. Dewan Pengawas
Syariah adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari
bank yang diawasinya. Dengan demikian, Dewan Pengawas Syariah
bertidak sebagai penyaring pertama sebeum suatu produk diteliti
kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.

11
3. Dewan Syariah Nasional (DSN)
Guna menjamin pelaksanaan fatwa-fatwa DSN-MUI dalam praktek
ekonomi dan keuangan Syariah diberbagai lembaga keuangan Syariah
diberbagai lembaga keuangan Syariah (LKS) baik itu bank maupun
nonbank, bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI), Departemen Keua
ngan Republik Indonesia (Depkeu RI) serta lembaga-lembaga terkait
lainya terutama lembaga keuangan itu sendiri. Dewan Syariah
Nasional antara lain memiliki kewenangan untuk memberikan
rekomendasi atas pengangkatan Dewan Pengawas Syariah (DPS)
sebagaimana akan segera dibahas setelah ini. Kecuali itu, DSN juga
berwenang melakukan tugas penyaringan fit and proper test bagi bakal
calon anggota DPS yang diajukan lembaga keuangan, untuk kemudian
dimintakan rekomendasi kepada pengurus MUI di samping kepada
Bank Indonesia.
4. Dewan Komisaris
Dewan komisaris berwenang dan bertanggung jawab untuk
memberikan persetujuan atas kebijakan pembiayaan dan rencana
pembiayaan tahunan, termasuk pembiayaan kepada pihak-pihak terkait
dan nasabah-nasabah besar tertentu yang dituangkan dalam rencana
kerja bank.
5. Direksi
Direksi bertanggung jawab atas penyususnan kebijakan dan
rencana pembiayaan yang dituangkan dalam rencana kerja bank, dan
memastikan bahwa kebijakan itu tidak bertentangan dengan prinsi-
prinsip syariah.
6. Dewan Pengawasan Pemerintah
Bank memelihara dana milik masyarakat. Untuk melindungi
kepentingan dan kepercayaan masyarakat terhadap bank, pemerintah
mengawasi oprasi bank sehari-hari dengan ketat. Pengawasan itu
dilaksanakan oleh bank sentral (Bank Indonesia). Bank harus selalu
dalam keadaan sehat.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seperti yang sudah dijelaskan dapat ditarik kesimpulan bahwa
peran syariah Islam adalah pada cara pandang dalam implementasi
manajemen. Dimana standar yang diambil dalam setiap fungsi manajemen
terikat dengan hukum-hukum syara’ (syariat Islam).
Dalam manajemen bisnis tentunya memiliki pinsip dan strategi
yang harus dilakukan supaya bisa tercapai tujuan yang diharapakan dan
menyesuaikan pola kelembagaan yang sudah disepakati bersama.
Manajemen sebagai sistem, di dalamnya terdapat unsur-unsur yang
saling berkaitan. Unsur-unsur tersebut diantaranya: Perencanaan,
Perorganisasian, Pelaksanaan, Pengawasan.
Dalam struktur organisasi Bank Syari’ah tersebut bentuk dan unit
kerja, berapa direktoratnya, dibwah direktorat apakah dalam bentuk divisi,
Biro, Urusan dan seterusnya sangat tergantung pada kebutuhan manajemen
dan melaksanakan entitas tersebut kecuali ”Dewan Pengawas Syariah”
yang sudah ditetapkan sebagaimana tersebut dalam gambar.
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada para pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Tak
lupa, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan.

Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anton Ramdan, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Bee Media Indonesia, 2013.
Marhum Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Mukhtarul Ahaadits wa al-Hukmu al
Muhamadiyyah, Surabaya: Daar an-Nasyr al-Misriyyah.
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005.
Muhammad Syafi’I Antonio, Bisnis dan Perbankan Dalam Perspektif Islam, Bank
Syari’ah, Yogyakarta: EKONISIA Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta,2002.
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syari’ah, Graha Ilmu.
Wiroso, SE, MBA, Produk Perbankan Syariah, Penerbit LPFE Usakti, 2009

14

Anda mungkin juga menyukai