Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN MANAJEMEN DALAM PERSPEKTIF

SYARIAH DAN KONVENSIONAL


DOSEN PENGAMPU : HASRIWANA, S.E.,M.M.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. CUT PUTRI IKHTIAR ARTA (105731100621)


2. NUR WAHYUNI SYAFAR (105731100521)
3. RISKY AMELIA (105731100721)

KELAS AK21A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha ESA atas anugrah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang TINJAUAN MANAJEMEN DALAM
PERSFEKTIF SYARIAH DAN KONVENSIONAL Adapun maksud dan tujuan dari
penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar
juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.

Kami penulis meminta maaf jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi
Teknik penulisan, maupun dari isi, dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua
pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga
dalam pengetahuan kita Bersama.

Ucapan terimakasih kepada Ibu Hasriwana selaku dosen pengampu mata kuliah pengantar
manajemen yang sudah memberikan arahan serta bimbingannya, sehingga kami bisa
menuntaskan tugas mata kuliah ini dengan baik.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………………….. i

Daftar isi ……………………………………………………………………………………………………….……… ii

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar belakang ………………………………………………………………………………………........... 1

B. Rumusan masalah …..………………………………………………………………………………………. 1

C. Tujuan penulisan …………………………………………………………………………………………….. 1

Bab 2 Pembahasan

A. Manajemen perspektif islam ………………………………………………………….………………. 2

B. Perkembangan manajemen dalam islam ……………………………………………………….. 5

C. Manajemen perspektif pakar ………………………………………………………………………….. 6

Bab 3 Penutup

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………… 7

B. Saran ……………………………………………………………………………………………………………...... 7

C. Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………………………. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada,manajemen sebetulnya
sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapademikian, karena pada dasarnya
manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen,
baik langsung maupun tidak langsung, baik disadarai ataupun tidak disadari. Contohnya
dalam kehidupan sehari-hari kita seperti mengatur diri kita atau jadwal tugas-tugas kita, kita
sudah melakukan yang namanya manajemen. Nabi Adam dan Siti Hawa sebagai manusia
pertama menghuni dunia dengan tekun telah menata sejarah kehidupan manusia tahap demi
tahap dengan tatanan yang perspektif. tatanan kehidupan manusia melalui tata cara yang
selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Tatanan kehidupan yang tertata
baik dan terarah merupakan sendi-sendi manajemen yang tidak bisa terpisahkan dengan
kehidupan manusia.tatanan kehidupan manusia dari berbagai bentuknya se!ara sertamerta
tidak akan terlepas dengan yang namanya manajemen dari bentuk dan keadaan yang multi
dimensi. tentunya manajemen menjadi keniscayaan bagi kehidupan manusia untuk selalu di
inofasi sesuai dengan perkembangan sehingga manajemen bisa memberi manfaat yang lebih
baik. disini penulis akan membahas manajemen dalam agama islam dan perkembanganya.

B. Rumuasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, adapun ruusan masalah yaitu:
1. Apa itu Manajemen Perspektif Islam?
2. Bagaimana Perkembangan manajemen dalam islam?
3. Apa itu Manajemen Perspektif Pakar?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui dan memahami manajemen perspektif dalam islam.
2. Untuk mengetahui perkembangan manajemen dalam islam
3. Untuk mengetahui dan memahami manajemen perspektif pakar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. MANAJEMEN PERSPEKTIF ISLAM

Pembahasan pertama dalam manajemen syari’ah adalah perilaku yang terkait dengan
nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Jika setiap perilaku orang yang terlibat dalam sebuah
kegiatan dilandasi dengan nilai, tauhid, maka diharapkan perilakunya akan terkendali dan
tidak terjadi perilaku KKN (korupsi, kolusi, nepotisme)karena menyadari adanya
pengawasan dari Allah SWT.

“sesungguhnya allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan,
dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tulus).” (HR. Thbrani). Kalau kita telusuri
sejarah, perjuangan Nabi Muhammad SAW sungguh merupakan suatu fenomena yang
spektakuler. Dirinya mampu membentuk suatu peradaban terbesar hanya dalam kurung
waktu 23 tahun. Waktu yang sangat singkat untuk membentuk peradaban yang begitu kokoh
dan tersebar luas hingga kini dapat merenungkan bahwa kesuksesan terebut tentu tidak
mungkin terjadi tanpa adanya manajemen yang baik. Walaupun pada waktu itu belum
muncul yang namanya istilah yang sudah dipahami dan dimengerti oleh manusia secara luas.
Dalam sebuah hadist disebutkan: “sesungguhnya allah sangat mencintai orang yang jika
melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tulus).” (HR.
Thbrani).

Hal ini berbeda dengan perilaku dalam manajemen konvensional yang sama sekali
tidak terkait bahkan terlepas dari nilai-nilai tauhid. Orang-orang yang menerapkan
manajemen konvensional tidak merasa adanya pengawasan melekat, kecuali semata mata
pengawasan dari pemipin atau atasan. Setiap kegiatan dalam manajemen syari’ah
doupayakan menjadi amal sholeh yang bernilai abadi.

Manajemen menurut pandangan islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil
adalah pimpinan tidak “menganiyaya” bawahan, dan bawahan tidak merugikan pimpina
maupun perusahaan yang di tempati. Bentuk penganiyayaan yang di maksud adalah
mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja
melebihi ketentuan. Seyogyanya keseoakatan dibuat untuk kepentingan bersama antara
pimpinan dan bawahan. Jika seorang menejer mengharuskan bawahannya bekerja yang
ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah menzalimi bawahannya. Dan ini sangat
bertentangan dengan ajaran islam.

2
Manajemen islam harus di dasari nilai-niai dan etika islam. Islam yang ditawarkan
berlaku universal tanpa mengenal ras dan agama. Boleh saja berbisnis dengan label islam
dengan segala labelnya, namun bila nilai-nilai dan akhlak islam dalam melakukan bisnis
tersebut ditinggalkan, maka tidaklah lagi pantas diianggap sebagai islam.

“barangsiapa yang megerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya, dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula. (QS AZ-ZARRAH:7-8). Agama islam sebagai agama yang
sempurna (kaffah) telah meberikan ketentuan-ketentuan bagi umat manusia dalam
melakukan aktivitas didunia, termasuk dalam bidang perekonomian, semua kententuan
diarahkan agar setiap individu dalam melakukan aktivitasnya dapat selaras dengan nilai-nilai
yang terdapat dalam Alqur-‘an dan al-hadis. Dengan berpegangan padaaturan-aturan islam,
manusia dapat mencapai tujuan yang tidak semata-mata bersifat materi melainkan juga yang
bersifat rohani, yang didasarkan pada falah (kesejahteraan).

Muhammad hidayat, seorang konsultan bisnis syari’ah, menekankan pentingnya


unsur kejujuran dan kepercayaan dalam manajemen islam. Nabi Muhammad SAW adalah
seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan manajemen bisnisnya. Manajemen yang
dicontohkan Nabi Muhammad SA, adalah menempatkan manusia bukan sebagai faktor
produksi yang semata diperas tenaganya untuk mengejar target produksi.

Nabi Muhammad SAW mengelola (manage) dan mempertahankan (mantain)


kerjasama dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya dalam waktu yang
sesaat. Salah satu kebiasaan Nabi adalah memberikan reward atas kreativitas dan prestasi
yang ditunjukkan stafnya.

Menurut Hidayat, manajemen islam pun tidak mengenal perbedaan perlakuan


(deskriminasi) berdasarkan suku, agama, atau pun ras. Nabi Muhammad SAW bahkan
pernah bertranksaksi bisnis dengan kaum Yahudi. Ini menunjukkan bahwa islam
menganjurkan pluralitas dalamal bisnis maupun manajemen.

Menurut Abu Sin untuk dapat dikategorikan manajemen islam ada empat hal yang
harus di penuhi:

1. Pertama

Manajemen isami harus didasari nilai-nilai dan akhlak islami. Etika bisnis yang
ditawarkan salafy dan salam berlaku universal tanpa mengenal ras dan agama. Boleh saja
berbisnis dengan label islam dengan segala atributnya, namun bila nilai-nilai dan akhlak
berbisnis ditinggalkan, cepat atau lambat bisnisnya akan hancur.

3
2. Kedua

Konpensasi ekonimis dan penekanan terpenuhinya kebutuhan dasar pekerja.


Cukuplah menjadi suatu kezaliman bila perusahaan memanipulasi semangat jihat
seorang pekerja dengan menahan haknya, kemudian menghidurnya dengan mengiming-
iming pahala yang besar. Urusan pahala, Allah yang mengatur. Urusan konpensasi
ekonomis, kewajiban perusahaan membayarnya.

3. Ketiga
Fakto kemanusiaan dan spiritual sama pentingnya dengan kompensasi ekonomis.
Pekerja diperlakukan dengan hormat dengan diikutsertakan dalam pengambilan
keputusan. Tingkat partisipatif pekerja tergantung pada intelektual dan kematangan
psikologisnya. Bila hak-hak ekonomisnya tidak ditahan, pekerja dengan semangat jihat
akan mau dan mampu melaksanakan tugasnya jauh melebihi kewajiban.

4. Keempat
System dan struktur organisasi sama pentingnya, kedekatan atasan dan bawahan
dalam ukhuwah islamiyah, tidak berarti menghilangkan otoritas formal dan ketaatan
pada atasan selama tidak bersangkut dosa.

Menurut Ketua Dewan Penasihat Majelis Ulama Indonesia, Prof KH Ali Yafie,
dalam Islam manajemen dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang harus bertitik
tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas untuk
mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama.

Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam,


yaitu: kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki
empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang
maksimal. Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah
harus ada jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama
dalam konsep manajemen.

Sebenarnya terdapat perbedaan mendasar antara manajemen syariah (islam) dengan


manajemen modern. Keduanya berbeda dalam hal tujuan, bentuk aturan teknis,
penyebarluasan dan disiplin keilmuannya. Disamping itu, pengembangan pemikiran
modern oleh Negara barat telah berlangsung sangat dinamis. Di satu sisi, masyarakat
muslim belum optimal dalam mengembangkam kristalisasi pemikiran manajemen
syariah dari penggalan sejarah (turats) yang otentik, baik dari segi teori maupun praktik.
Padahal Rasulallah telah bersabda bahwa: “Telah aku tinggalkan atas kalian semua satu

4
perkara, jikakalian berpegang teguh atasnya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya
setelah ku, yaitu kitab allaah (alqur’an) dan sunnah ku(Hadis).”

B. PERKEMBANGAN MANAJEMEN DALAM ISLAM

Perhatian umat islam terhadap ilmu manajemen khususnya sebenarnya bisa dilacak
dari beberapa aktivitas yang ditemukan pada masa kekhalifahan islam. Menurut langgulung
(1988), terhadap beberapa penulis yang menyatakan bahwa pengembangan ilmu-ilmu yang
ada saat itu tidaklah dipisahkan sebagai system ilmu yang berdiri sendiri, namun sebagai
system ilmu lain. Salah satunya adalah Nizam Al-idari atau system tatalaksana yang
merupakan padanan bagi istilah manajemen yang digunakan kala itu.

Sebenarnya terdapat perbedaan mendasar antara manajemen syariah (islam) dengan


manajemen modern. Keduanya berbeda dalam hal tujuan, bentuk aturan teknis,
penyebarluasan dan disiplin keilmuannya. Di samping itu, pengembangan pemikiran modern
oleh Negara barat telah berlangsung sangat dinamis. Di satu sisi, masyarakat muslim belum
optimal, dalam mengembangkan kristalisasi pemikiran manajemen syari’ah dari penggalan
sejarah yang otentik, baik dari segi teori maupun praktik. Padahal Rasulullah telah bersabda
bahwa; “Telah aku tinggalkan atas kalian semua satu perkara, jika kalian berperan teguh
atasnya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya setelah ku, yaitu kitab Allah (AL-
QUR’AN) dan sunnahku (HADIS) .

Proses dan system manajemen yang diterapakan Rasulullah bersifat tidak mengikat
bagi para pemimpin dan umat setelahnya. Persoalan hidup terus berkembang dan berubah
searah dengan putaran waktu dan perbedaan tempat. Yang di tuntut oleh syariat adalah para
pemimpin dan umatnya harus berpegang teguh pada asas manfaat dan masalah. Namuun,
mereka tidak terikat untuk mengikuti sistem manajemen Rasul dalam pemilihan pegawai,
misalnya, kecuali, jika metode itu memberikan asas masalah yang lebih, maka iya harus
mengikutinya. Jika iya menolaknya, iya merupakan bentuk pengkhianatan terhadap amanah.

Stabdar asas manfaat dan masalah tidak bersifat tetap. Iya bisa berubah dari waktu ke
waktu. Dan dari satu tempat ke tempat lainnya. Unuk itu, manajemen dalam islam, bersandar
pada hasil, ujtihat pemimpin, dan umatnya. Dengan catatan iya tidak boleh bertentangan
dengan konsep dasar dan prinsip hukum utama yang bersumber dari AL-QUR’AN dan AL-
SUNNAH. Serta tidak bertolak belakang dengan rincian hokum syara’ yang telah
dimaklumi.

5
C. MANAJEMEN PERSPEKTIF PAKAR

Menurut Handoko (2012:8) manajemen adalah proses perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha- usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.

Dari segi seni, definisi manajemen dijelaskan oleh Mary Parker Follett, seorang ahli
teori sosial dan manajemen Amerika. Menurut Follett, manajemen adalah seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Manajemen sebagai seni juga berarti
kemampuan pengelolaan sesuatu yang merupakan seni menciptakan dan kreatif. Hal ini
merupakan keterampilan seseorang, yang sangat penting untuk mencapai tujuan

Terry dan Franklin- “Manajemen adalah proses berbeda yang terdiri dari perencanaan
kegiatan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian, dilakukan untuk menentukan
dan mencapai tujuan yang dinyatakan dengan menggunakan manusia dan sumber daya
lainnya.”

Koontz dan Weihrich- “Manajemen adalah proses merancang dan memelihara


lingkungan di mana individu, bekerja bersama dalam kelompok, secara efisien mencapai
tujuan yang dipilih.”

FW Taylor- “Manajemen adalah seni mengetahui apa yang harus dilakukan dan
melihat bahwa itu dilakukan dengan cara sebaik mungkin.”

6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Sesunggungguhnya manajemen itu sudah ada ketika manusia sudah ada, dan tidak
terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari didalam mengatur hidupnya. Adapun tuntunan
dan acuan manajemen didalam islam ialah berpegang teguh kepada AL-qur’an dan hadist.
Allah SWT mengutus Muhammad SAW sebagai salah seorang yang sangat ahli didalam
manajemen baik itu agama, politik, sosial, maupun ekonomi, beliau adalah pemimpin yang
wajib dicontoh dan diteladani oleh umat islam.
Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan islam,
yaitu kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki
empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang
maksimal.
Yang paling penting dalam manajemen menurut pandangan islam adalah harus ada
sifat ri’ayah atau jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan menurut islam merupakan factor
utama dalam konsep manajemen. Manajemen menurut pandangan islam islam merupakan
manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan yang takmenganiyaya perusahaan dan
perusahaan tak merugikan perusahaan.

B. SARAN
Sesunggungguhnya manajemen itu sudah ada ketika manusia sudah ada, dan tidak
terlepas dari kehidupan kita sehari-hari didalam mengatur hidupnya. Kita cuman perlu
memahami bagai mana manajemen, dan apa itu manajemen agar kita bias memahami
manajemen sesungguhnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/330283876/Fungsi-Manajemen-Dalam-Islam

https://id.scribd.com/doc/216734007/Makalah-Manajemen-Dalam-Perpektif-Islam

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5542060/pengertian-manajemen-dari-berbagai segi-

menurut-ahli-dan-4-fungsinya

Anda mungkin juga menyukai