Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN ISLAM

Dosen Prof. Dr. H. Mahmuddin. M.Ag

Ciri ciri Manajemen menurut ajaran islam:

Manajemen berdasarkan akhlak yang luhur

Manajemen terbuka, Manajemen demokratis

Disusun oleh:

Nur salam 50400122065

Resaldi Amnur 50400122058

Akbar Mustari 50400122064

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada Prof. Dr. H. Mahmuddin, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Islam
dan Manajemen islam yang telah memberikan tugas makalah ini dengan topik pembahasan
“Manajemen menurut ajaran islam:Manajemen berdasarkan akhlak dan luhur,manajemen
terbuka dan demokratis" Selain itu, kami juga ingin berterima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna. Namun kami berharap pembaca dapat mengambil manfaat
dan ilmu dari makalah ini. Selain itu, kami juga membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna meningkatkan kesempurnaan kualitas makalah kami yang
akan datang
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

BAB 1 pendahuluan

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB 2 pembahasan

1. Manajemen berdasarkan akhlaq yang luhur


2. Manajemen terbuka
3. Manajemen demokratis
BAB 3 Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

Pendahuluan

A.Latar belakang

Manajemen dalam ajaran Islam bukan hanya tentang aspek praktis dalam
mengelola suatu organisasi, tetapi juga mencakup nilai-nilai etis dan spiritual yang
menekankan pentingnya akhlaq yang luhur, keterbukaan, dan demokrasi dalam proses
pengambilan keputusan. Berikut adalah latar belakang mengenai ciri-ciri manajemen Islam
yang didasarkan pada akhlaq yang luhur, manajemen terbuka, dan manajemen demokratis:
Akhlaq yang luhur:,Manajemen terbuka:,Manajemen demokratis:

Melalui penerapan ciri-ciri ini, manajemen Islam berupaya menciptakan lingkungan


kerja yang adil, transparan, dan partisipatif. Dalam konteks organisasi, hal ini dapat
meningkatkan efisiensi, keadilan, dan kepuasan kerja. Selain itu, manajemen Islam juga
mendorong pemimpin untuk mempertimbangkan dampak sosial dan moral dari keputusan
mereka, serta menjaga hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar dan masyarakat
secara umum.

Penting untuk dicatat bahwa konsep manajemen Islam dapat bervariasi dalam
praktiknya, tergantung pada interpretasi dan penerapannya di berbagai budaya dan konteks
organisasi. Namun, nilai-nilai etis dan prinsip-prinsip tersebut tetap menjadi pijakan utama
dalam upaya menciptakan manajemen yang berlandaskan ajaran Islam.

B.Rumusan Masalah

1. Manajemen berdasarkan akhlaq yang luhur


2. Manajemen terbuka
3. Manajemen demokratis
C.Tujuan

1. Dapat memahami manajemen berdasarkan akhlaq yang luhur


2. Dapat memahami manajemen terbuka
3. Dapat memahami demokratis
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Manajemen berdasarkan akhlak yang kuhur (akhlakul karimah).


Setiap muslim di mana pun dia berada harus mempunyai akhlak yang luhur (akhlakul
karimah). Al-Qur’an dan Hadis menjadi dasar dan sumber akhlak yang mulia. Oleh
karena akhlakyang mulia membedakan antara rang Islam dan bukan Islam, maka tidak
ada pilihan lain bagi setiap pemimpin atau seorang manajer Islam wajib mempunyai,
menghargai, mempraktekkan akhlak ini. Perusahaan atau lembaga masyarakat milik
muslim harus dikelola berdasarkan prinsip akhlak yang luhur.

Degan demikian, agama islam adalah akhlakul karimah, dan benar-benar autoritatif,
karena agama ini adalah agama akhir zaman untuk seluruh umat manusia berdasarkan
fitrah. Universal berarti sesuai dengan kebutuhan umat manusia dalam semua keadaan
dan sepanjang zaman.

Oleh karena itu para calon pemimpin dan manajer harus diambil dari orang yang
mempunyai akhlak luhur dan juga harus berpedoman kepada akhlakul karimah.

Manajemen berdasarkan akhlak luhur adalah pendekatan manajemen yang didasarkan


pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral yang diajarkan dalam Islam. Dalam ajaran Islam,
manajemen tidak hanya berkaitan dengan aspek teknis dan efisiensi semata, tetapi juga
melibatkan dimensi spiritual dan etika. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri manajemen
berdasarkan akhlak eluhur dalam ajaran Islam:

 Keadilan: Keadilan merupakan prinsip utama dalam manajemen menurut ajaran


Islam. Manajemen yang berdasarkan akhlak luhur harus memastikan adanya
perlakuan yang adil dan setara terhadap semua pihak yang terlibat, termasuk
karyawan, konsumen, mitra bisnis, dan masyarakat umum. Manajer Muslim
diharapkan untuk mengambil keputusan yang berkeadilan dan menjaga
keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan umum.
 Tanggung Jawab: Konsep tanggung jawab dalam manajemen menurut ajaran
Islam meliputi tanggung jawab terhadap Allah, diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Manajer Muslim harus memiliki kesadaran bahwa mereka
bertanggung jawab tidak hanya terhadap pemilik atau pemegang saham
perusahaan, tetapi juga kepada Allah SWT dan umat manusia secara keseluruhan.
Mereka harus menjalankan tugas manajerial dengan integritas dan
mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari keputusan
yang mereka buat.
 Etika Bisnis: Manajemen berdasarkan akhlak luhur menekankan pentingnya etika
dalam bisnis. Manajer Muslim harus menghindari praktik-praktik yang
bertentangan dengan ajaran Islam, seperti penipuan, korupsi, riba, dan
penyalahgunaan kekuasaan. Mereka harus bertindak dengan jujur, transparan,
dan memiliki kepedulian terhadap kepentingan semua pihak yang terlibat dalam
bisnis.
 Kepemimpinan yang Bijaksana: Dalam manajemen berdasarkan akhlak luhur,
kepemimpinan yang bijaksana sangat ditekankan. Seorang manajer Muslim harus
menjadi contoh yang baik bagi bawahannya dan memimpin dengan keteladanan.
Mereka harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang terpuji seperti kejujuran,
keadilan, kesabaran, dan kebijaksanaan. Kepemimpinan yang bijaksana mampu
menginspirasi dan memotivasi bawahannya untuk mencapai tujuan yang lebih
tinggi.
 Kolaborasi dan Konsensus: Manajemen berdasarkan akhlak luhur mendorong
kolaborasi dan mencari konsensus dalam pengambilan keputusan. Manajer
Muslim diharapkan untuk mendengarkan pendapat dan masukan dari semua
pihak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Mereka harus
menghindari sikap otoriter dan mengutamakan musyawarah untuk mencapai
mufakat. Kolaborasi yang baik akan memperkuat hubungan antara manajemen
dengan karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang harmonis.
 Kesadaran Spiritual: Salah satu ciri khas manajemen berdasarkan akhlak luhur
adalah adanya kesadaran spiritual. Manajer Muslim diharapkan untuk
menjalankan tugas-tugas manajerial dengan niat yang tulus dan mengharapkan
ridha Allah SWT. Mereka harus mengingat bahwa kesuksesan dalam bisnis tidak
hanya diukur dari segi materi, tetapi juga dari segi spiritual dan akhirat.

manajemen berdasarkan akhlak luhur dalam ajaran Islam menekankan pentingnya nilai-
nilai moral, etika, dan tanggung jawab sosial dalam menjalankan tugas-tugas manajerial.
Konsep-konsep seperti keadilan, tanggung jawab, etika bisnis, kepemimpinan yang
bijaksana, kolaborasi, konsensus, dan kesadaran spiritual menjadi landasan dalam
membangun manajemen yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi semua pihak
yang terlibat. Dengan menerapkan ciri-ciri tersebut, manajer Muslim dapat menciptakan
lingkungan bisnis yang adil, transparan, dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas.

2.Manajemen terbuka.
Fungsi dan tugas pemimpin atau manajer adalah memegang amanat karena dia bukan
mengurus atau mengelola harta benda miliknya sendiri, akan tetapi harta benda milik
orang lain yaitu harta pemegang saham atau rakyat. Oleh karena itu, ia harus
mengelolanya dengan baik, secara sehat, dan jujur. Dengan kata lain, ia
harusmengelolanya menurut sistem manajemen terbuka.

Jika seoran pemimpin atau manajer menerapkan sistem manajemen terbuka maka
trpenuhilah tugasnya kepada Allah terutama mengenai zakat kepada pemerintah,
mengenai pajak dan kepada pemegang modal mengenai rugi laba yang sebernya.
Sehubungan dengan hal ini apabila dia sebagai pejabat pemerintah yang memikul
amanat Allah dan rakyat harus bertanggung jawab kepada Allah dan rakyat.

Dengan demikan, manajemen terbuka seharusnya diterapkan oleh pemimpin atau


manajer dan bersedia untuk diminta keterangan mengenai pengelolaanya. Jika perlu
setiap waktu ia bersedia untuk diperiksa baik pembukuan, kas asset yang ada dan
kebijakan (policy) yang diambilnya.

Pembahasan tentang ciri-ciri manajemen menurut ajaran Islam, khususnya manajemen


terbuka, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Visi dan Misi yang Jelas: Dalam manajemen terbuka versi Islam, visi dan misi
organisasi harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yang mencakup keadilan,
keseimbangan, dan kemaslahatan umum. Visi dan misi tersebut haruslah jelas
dan dapat dimengerti oleh seluruh anggota organisasi.

2. Transparansi: Salah satu ciri utama manajemen terbuka dalam Islam adalah
transparansi. Transparansi berarti para pemimpin organisasi harus terbuka dan
jujur dalam mengelola organisasi. Mereka harus memberikan informasi yang jelas
dan akurat kepada semua anggota organisasi serta melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan yang penting.

3. Partisipasi dan Keterlibatan Anggota: Manajemen terbuka dalam Islam


mendorong partisipasi dan keterlibatan aktif dari semua anggota organisasi.
Pemimpin diharapkan melibatkan anggota dalam proses pengambilan keputusan,
mendengarkan pandangan mereka, dan memberdayakan mereka untuk
berkontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.
4. Keadilan dan Kesetaraan: Manajemen terbuka menurut ajaran Islam menekankan
pentingnya keadilan dan kesetaraan dalam memperlakukan semua anggota
organisasi. Pemimpin harus adil dalam memberikan kesempatan dan hak-hak
kepada semua anggota, tanpa memandang latar belakang, ras, atau status sosial
mereka.

5. Komunikasi Efektif: Manajemen terbuka dalam Islam mendorong komunikasi yang


efektif antara pemimpin dan anggota organisasi. Komunikasi yang baik harus
didasarkan pada saling menghormati, saling mendengarkan, dan saling
memahami. Pemimpin harus memastikan bahwa informasi disampaikan dengan
jelas dan tepat waktu kepada semua anggota organisasi.

6. Pembangunan Kepemimpinan Berbasis Nilai: Manajemen terbuka dalam Islam


mendorong pembangunan kepemimpinan yang berbasis pada nilai-nilai Islam.
Pemimpin harus memiliki integritas, kejujuran, dan tanggung jawab dalam
mengelola organisasi. Mereka harus menjadi teladan yang baik bagi anggota
organisasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.

7. Etika Bisnis: Manajemen terbuka dalam Islam menekankan pentingnya etika bisnis
yang baik. Pemimpin dan anggota organisasi harus menjalankan bisnis dengan
jujur, menghindari praktik-praktik yang merugikan, dan berkomitmen untuk
mematuhi prinsip-prinsip etika Islam dalam setiap aspek operasional organisasi.

8. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Manajemen terbuka dalam Islam


menghargai pentingnya pengembangan sumber daya manusia. Pemimpin harus
berinvestasi dalam pengembangan keterampilan dan pengetahuan anggota
organisasi agar mereka dapat berkembang secara pribadi dan profesional. Ini
termasuk memberikan pelatihan, pendidikan, dan kesempatan untuk
meningkatkan diri.

Dalam kesimpulannya, manajemen terbuka menurut ajaran Islam melibatkan visi dan misi
yang jelas, transparansi, partisipasi anggota, keadilan, komunikasi efektif, kepemimpinan
berbasis nilai, etika bisnis yang baik, dan pengembangan sumber daya manusia. Dengan
menerapkan prinsip-prinsip ini, manajemen terbuka dapat menciptakan lingkungan
organisasi yang adil, transparan, dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan yang sesuai
dengan ajaran Islam.
3. Manajemen demokratis.

Sebagai akibat dari penerapan manajemen terbuka, pegelolaan sesuatu badan harus
pula di jalankan secara demokratis. Manajemen demokratis artinya semua harus
dimusyawarahkan bersama semua peserta, partisipan dan pemegang saham. Mereka
harus dapat diberi hak untuk menyampaikan pendapatnya. Ini adalah ciri khas Islam
berdasarkan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َ ‫ﻢ ُﻳْﻨِﻔُﻘْﻮ‬
‫ن‬ ْ ‫ۖ َوِﻣَّﻤﺎ َرَزْﻗٰﻨُﻬ‬ ْ ‫ﺷْﻮٰرى َﺑْﻴَﻨُﻬ‬
‫ﻢ‬ ُ ‫ﻢ‬
ْ ‫ﻫ‬
ُ ‫ۖ َوَا ْﻣُﺮ‬ ‫ﺼٰﻠﻮَة‬
َّ ‫ﻢ َوَا َﻗﺎ ُﻣْﻮا اﻟ‬
ْ ‫ﺠﺎ ُﺑﻮا ِﻟَﺮِّﺑِﻬ‬
َ ‫ﺳَﺘ‬
ْ ‫ﻦا‬
َ ‫َوا َّﻟِﺬْﻳ‬

orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan -"dan (bagi) orang
sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan
mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka," asy-
syura ayat 38

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ْ‫ﺳَﺘْﻐِﻔْﺮ َﻟُﻬﻢ‬ ْ ‫ﻢ َوا‬ ْ ‫ﻋْﻨُﻬ‬


َ ‫ﻒ‬ ُ ‫ﻋ‬ ْ ‫ﻚ ۖ َﻓﺎ‬ َ ‫ﺣْﻮِﻟ‬
َ ‫ﻦ‬ ْ ‫ﻀْﻮا ِﻣ‬ُّ ‫ﺐ َﻟﺎ ْﻧَﻔ‬
ِ ‫ﻆ اْﻟَﻘْﻠ‬
َ ‫ﻏِﻠْﻴ‬
َ ‫ﻈﺎ‬
ًّ ‫ﺖ َﻓ‬
َ ‫ﻢ ۚ َوَﻟْﻮ ُﻛْﻨ‬ ْ ‫ﺖ َﻟُﻬ‬
َ ‫ﻦ اﻟّٰﻠِﻪ ِﻟْﻨ‬
َ ‫ﺣَﻤٍﺔ ِّﻣ‬
ْ ‫َﻓِﺒَﻤﺎ َر‬
َ‫ﺐ اْﻟُﻤَﺘَﻮِّﻛِﻠْﻴﻦ‬
ُّ ‫ﺤ‬
ِ ‫ن اﻟّٰﻠَﻪ ُﻳ‬
َّ ‫ﻋَﻠﻰ اﻟّٰﻠِﻪ ۗ ِا‬َ ‫ﻞ‬ْ ‫ﺖ َﻓَﺘَﻮَّﻛ‬
َ ‫ﻋَﺰْﻣ‬ َ ‫ﻢ ِﻓﻰ اْﻟَﺎ ْﻣِﺮ ۚ َﻓِﺎ َذا‬ ْ ‫ﻫ‬
ُ ‫ﺷﺎِوْر‬ َ ‫َو‬

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan
bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang
yang bertawakal." Ali 'Imran 3: Ayat 159

Akibat dari penerapan system manajemen secara demokratis menimbulkan suatu


pengawasan social (social control), yang harus disalurkan dan diberi hak untuk
menggunakannya. Islam sangat menghargai pengawasan social ini. Jadi, di dalam
masyarakat islam, setiap orang mempunyai hak untuk berbicara atau mengoreksi dalam
menggunakan hak pengawasan sodal (social control) terhadap kebijakan (policy) atau
tindakan penguasa atau manajer. Yang tidak dapat menerima control rakyat ini bukan
muslim yang baik dan dapat diberhentikan.

Manajemen demokratis adalah suatu pendekatan manajemen yang didasarkan pada


prinsip-prinsip demokrasi dan nilai-nilai Islam. Dalam ajaran Islam, terdapat beberapa ciri
-ciri khusus yang dapat diidentifikasi dalam konteks manajemen demokratis. Berikut
adalah beberapa ciri utama:

1. Partisipasi dan Keterlibatan: Manajemen demokratis mendorong partisipasi aktif


dan keterlibatan semua anggota tim atau organisasi dalam proses pengambilan
keputusan. Dalam konteks Islam, prinsip ini sejalan dengan nilai-nilai keadilan dan
musyawarah, di mana setiap individu memiliki hak untuk berbicara dan
memberikan masukan dalam proses pengambilan keputusan.

2. Keadilan dan Kesetaraan: Prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan menjadi bagian


integral dari manajemen demokratis yang berlandaskan ajaran Islam. Setiap
anggota tim atau organisasi dianggap setara, dan tidak ada perlakuan yang tidak
adil atau diskriminatif. Keputusan-keputusan diambil berdasarkan konsensus dan
musyawarah, dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan semua pihak
yang terlibat.

3. Transparansi dan Akuntabilitas: Manajemen demokratis menekankan transparansi


dalam semua aspek operasional. Keputusan-keputusan diambil secara terbuka
dan dipertanggungjawabkan kepada seluruh anggota tim atau organisasi. Dalam
konteks Islam, transparansi dan akuntabilitas merupakan bagian dari prinsip-
prinsip amanah dan taqwa, di mana pemimpin bertanggung jawab atas tindakan
dan keputusan mereka.

4. Pembagian Kekuasaan: Dalam manajemen demokratis, kekuasaan dan tanggung


jawab dibagi secara adil di antara anggota tim atau organisasi. Pemimpin tidak
memonopoli kekuasaan, tetapi memberikan ruang bagi partisipasi dan kontribusi
dari seluruh anggota. Dalam konteks Islam, ini sesuai dengan prinsip 'syura' atau
konsultasi, di mana keputusan diambil dengan melibatkan banyak pihak.

5. Pengembangan Kepemimpinan: Manajemen demokratis mendorong


pengembangan kepemimpinan yang inklusif dan berbasis pada kemampuan serta
keahlian. Dalam konteks Islam, kepemimpinan yang baik didasarkan pada nilai-
nilai moral dan etika yang diajarkan oleh agama, seperti kejujuran, keadilan, dan
kepedulian terhadap kepentingan umum.
6. Pemberdayaan: Manajemen demokratis memberikan ruang bagi pemberdayaan
individu dan tim. Setiap anggota diberikan kesempatan untuk berkontribusi,
berkembang, dan mengambil inisiatif. Dalam konteks Islam, pemberdayaan
individu sejalan dengan prinsip-prinsip kebebasan dan tanggung jawab yang
diajarkan oleh agama.

Ciri-ciri di atas mencerminkan pendekatan manajemen demokratis yang sejalan dengan


prinsip-prinsip Islam. Pendekatan ini mengutamakan partisipasi aktif, keadilan,
transparansi, dan pemberdayaan sebagai landasan dalam proses pengambilan
keputusan dan operasional organisasi.

BAB 3

Penutup
A.Kesimpulan

Dalam ajaran Islam, manajemen memiliki ciri-ciri khusus yang mencakup akhlaq
yang luhur, manajemen terbuka, dan manajemen demokratis. Akhlaq yang luhur
menekankan pentingnya etika dan moral yang tinggi dalam praktik manajemen,
termasuk kejujuran, keadilan, integritas, tanggung jawab, dan kasih sayang. Manajemen
terbuka menciptakan lingkungan kerja yang transparan, di mana informasi relevan
disampaikan secara jujur dan komunikasi terbuka antara pemimpin dan bawahan.
Sementara itu, manajemen demokratis mendorong partisipasi semua anggota organisasi
dalam pengambilan keputusan melalui musyawarah, syura, dan ijtihad.

Penerapan ciri-ciri manajemen Islam ini dapat memberikan dampak positif dalam
konteks organisasi. Menerapkan akhlaq yang luhur dalam manajemen dapat
meningkatkan integritas, keadilan, dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan,
serta menciptakan lingkungan kerja yang harmonis. Manajemen terbuka memungkinkan
adanya transparansi dan komunikasi yang efektif antara pemimpin dan bawahan,
memperkuat kepercayaan dan meminimalkan konflik. Selain itu, manajemen demokratis
melibatkan semua anggota organisasi dalam pengambilan keputusan, sehingga
memperkuat rasa kepemilikan dan meningkatkan kualitas keputusan melalui diskusi
kolektif.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai etis dan prinsip-prinsip manajemen Islam,


organisasi dapat mencapai efisiensi yang lebih baik dan kepuasan kerja yang meningkat.
Penerapan manajemen Islam juga mencerminkan tanggung jawab sosial dan moral,
dengan menjaga hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar dan masyarakat secara
umum. Penting untuk memahami bahwa penerapan ciri-ciri manajemen Islam dapat
bervariasi tergantung pada konteks dan budaya organisasi, namun prinsip-prinsip
tersebut tetap relevan dalam menciptakan manajemen yang berlandaskan pada ajaran
Islam.

B.Saran

a) Manajemen berdasarkan akhlaq yang luhur: Berbasis pada nilai-nilai etika dan
moral, manajemen berdasarkan akhlaq yang luhur mengutamakan integritas,
kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan dalam setiap keputusan dan interaksi.
Dalam menjalankan manajemen berdasarkan akhlaq yang luhur, penting untuk
membangun hubungan saling percaya, berkomunikasi dengan kejujuran, dan
mengutamakan kepentingan bersama.

b) Manajemen terbuka: Manajemen terbuka menciptakan lingkungan kerja yang


transparan, di mana informasi disampaikan secara jujur dan mudah diakses oleh
semua anggota tim. Dalam manajemen terbuka, penting untuk memberikan
umpan balik secara terbuka, mendengarkan masukan dari semua level organisasi,
dan melibatkan karyawan dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini dapat
meningkatkan kolaborasi, inovasi, dan kepuasan kerja.

c) Manajemen demokratis: Manajemen demokratis melibatkan partisipasi aktif


karyawan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan dan
organisasi secara keseluruhan. Dalam manajemen demokratis, pimpinan berperan
sebagai fasilitator dan pendukung, memberikan kesempatan kepada karyawan
untuk berkontribusi, berbagi ide, dan merasa memiliki terhadap hasil yang dicapai.
Hal ini dapat meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan kreativitas dalam tim.
Dalam keseluruhan, mengadopsi manajemen berdasarkan akhlaq yang luhur,
manajemen terbuka, dan manajemen demokratis dapat menciptakan lingkungan kerja
yang harmonis, di mana karyawan merasa dihargai, termotivasi, dan berkontribusi
secara maksimal.
Daftar pustaka

https://id.scribd.com/doc/58677394/Ciri-ciri-Manajemen-Menurut-Ajaran-
Islam

Al-Haddad, A. (2019). Islamic Leadership: A Model for Moral Management


and Ethical Governance. Journal of Business Ethics, 159(1), 135-149.

Alatas, S. F. (2018). Akhlaq-based Management: A Review of Literature.


International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences,
8(7), 1345-1353.

Bennis, W. G., & Nanus, B. (2017). Leaders: Strategies for Taking Charge.
HarperCollins Leadership.

Anda mungkin juga menyukai