Anda di halaman 1dari 12

“ KONSEP MANAJEMEN DAN MANAJEMEN ISLAM“

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pemasaran
Dosen Pengampu : Chadijah Haris, MM

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

MUFRIANA AMBANAGA (1942053)

KELAS/SEMESTER : PERBANKAN SYARIAH B/5

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

INSTITUT AGAM ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manajemen syariah di Indonesia dalam beberapa tahun ini sedang


mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat membutuhkan sistem ekonomi yang lebih
terpercaya dan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan
pemahaman masyarakat muslim indoneisa mengenai konsep syariah
masih terbatas hanaya pda kegiatan-kegiatan ibadah rutin, padahal
konsep syariah meliputi semua aspek kehidupan. Ekonomi syariah
juga tidak hanya sebatas pada perbankan syariah, namun mencakup
berbagai ruang lingkup perekonomian yang mendasarkan pada
pemgetahuan dan nilai-nilai syariah Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian konsep Manajemen ?
2. Apa pengertian Manajemen Syariah ?
3. Bagaimana Manajemen Menurut Islam ?
4. Apa perbedaan Antara Manajemen Konvensional dan syariah ?
5. Bagaimana nilai-nilai Manajemen Syariah dalam Perusahaan ?

BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN KONSEP MANAJEMEN

Kata manajemen mengambil konsep kata manage dari bahasa Inggris yang
berarti mengelola, mengatur dan merencanakan. Secara garis besar konsep
manajemen memang mengajarkan tata kelola sebuah perusahaan sehingga
segala aktivitasnya bisa terkontrol dengan baik. 
Orang yang bertanggung jawab dalam manajemen perusahaan disebut sebagai
seorang manajer. Dia harus menguasai konsep manajemen dengan baik, bukan
hanya sebatas teori tapi juga prakteknya di lapangan.

Dalam manajemen, terdapat lima unsur yang harus ada agar perusahaan bisa
beroperasi dengan baik. Kelima unsur tersebut antara lain tenaga kerja, bahan,
mesin, waktu dan keuangan. Jika salah satu tidak bekerja dengan baik maka
manajemen tidak dapat berlangsung dengan optimal.

 Konsep Manajemen
 Sebagai pengetahuan : manajemen menjadi rujukan atau dasar ilmu
pengambilan keputusan di dalam perusahaan maupun kehidupan manusia
secara umum. Dengan manajemen, alasan dan proses manusia bekerja sama
dapat diukur dan dievaluasi.
 Sebagai seni : manajemen bukan hanya sebatas teori, dia bergerak
fleksibel seperti seni yang terkadang tidak bisa diprediksi. Ketika berada di
lapangan, manajemen dibutuhkan untuk bisa bekerja luwes dalam
menghadapi segala tantangan.
 Sebagai profesi : hal ini merujuk pada profesi manajer atau staff
manajemen yang bekerja secara profesional untuk perusahaan dan
mendapatkan gaji sesuai dengan keahlian mereka. 
 Sebagai proses : sama seperti arti katanya, manajemen merupakan sebuah
cara pengelolaan yang berarti membutuhkan waktu untuk bisa mencapai hasil
yang diinginkan. Proses ini berkaitan erat dengan fungsi manajemen di dalam
perusahaan.

B.PENGERTIAN MANAJEMEN SYARIAH

Manajemen syariah adalah suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil optimal


yang bermuara pada pencarian keridhaan Allah. Oleh sebab itu maka segala
sesuatu langkah yang diambil dalam menjalankan manajemen tersebut harus
berdasarkan aturan-aturan Allah. Aturan ituntertuang dalam Al-Qur’an, Al-
Hadits dan beberapa contoh yang dilakukan oleh para sahabat. Dari definisi
yang dipaparkan maka dapat kita ketahui bahwa ruang lingkup manajemen
syariah sangatlah luas, antara lain yaitu mencakup tentang pemasaran, produksi,
mutu, keuangan, sumber daya alam, sumber daya manusia, danmasih banyak
hal lagi yang belum tersebutkan.

Secarah umum dapat dikatakan bahwa syariah menghendaki kegiatan ekonomi


yang halal, baik produk yang menjadi objek, cara perolehanya, maupun cara
penggunaanya. Selain itu, prinsip investasi syariah juga harus dilakukan tanpa
paksaan (ridha), adil, dan transaksinya berpijak pada kegiatan produksi dan jasa
yang tidak dilarang oleh islam, termasuk bebas manipulasi dan spekulasi.

Seperti halnya manajemen Konvensional, dalam manajemen syariah juga


menerapkan empat fungsi standar seperti yang dipaparkan oleh G.R Terry,
diantaranya yaitu :

- Perencanaan (planning)
Plannig merupkan fungsi manajemen yang berkenaan dengan
pendefinisian sasaran untuk kinerja badan usaha/organisasi dimasa depan
dan untuk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya yang digunakan dan
dibutuhkan untuk mencapai sasaran tersebut.
- Pengorganisasian (organizing)
Organizing merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan suatu
proses untuk merancang atau mengelompokkan dan mengatur serta
membagi tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi dengan efisien.
- Pengarahan (actuacting)
Actuacting merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan
bagaimana menggunakan pengaruh memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi.
- Pengawasan (controlling)
Controlling merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan proses
kegiatan pemantauan untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan
organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga
merupakan kegiatan untuk mengkoreksi dan memperbaiki bila ditemukan
adanya penyimpangan yang akan menganggu pencapaian.

Selain memiliki empat fungsi standar, manajemen syariah juga memiliki


beberapa prinsip. Prinsip tersebut didasarkan pada UU NO.10 tahun 1998
tentang syariah, didalam UU tersebut menerangkan bahwa syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainya yang
dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah, antara lain :

- Pembiayaan prinsip bagi hasil (mudharabah)


- Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)
- Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
- Pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan
(ijarah)
- Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain (ijarah waiqtina).

C.MANAJEMEN MENURUT SYARIAT ISLAM

Manajemen menurut pandangan islam merupakan manajemen yang adil.


Batasan adil adalah pimpinan tidak “menganiaya”bawahan dan bawahan tidak
merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan
yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan
memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Sebaiknya kesepakatan
kerja di buat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. Jika
seseorang manejer mengharuskan bawahanya bekerja melampaui waktu kerja
yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya.
Dan ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
Nabi Muhammad saw adalah seorang yang sangat terpercaya dalam
menjalankan manajemen bisnisnya. Manajemen yang dicontohkan Nabi
Muhammad saw, adalah menempatkan manusia bukan sebagai factor produksi
yang semata diperas tenaganya untuk mengejar target produksi.

Nabi Muhammad saw mengoala dan mempertahankan kerjasama dengan


stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya hubungan sesaat. Salah-satu
kebiasaan Nabi adalah memberikan reward atas kreativitas dan prestasi yang
ditunjukkan stafnya.

Menurut Hidayat, manajemen islam pun tidak mengenal perbedaan perlakuan


(diskriminasi) berdasarkan suku, agama, ataupun ras. Nabi Muhammad saw
bahkan pernah bertransaksi bisnis dengan kaum yahudi. Ini menunjukkan
bahwa islam menganjurkan pluralitas dalam bisnis maupun manajemen.

Hidayat mengungkapkan, ada empat pilar etika manajemen bisnis menurut


syariat islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw .

Pilar pertama, tauhid artinya memandang bahwa segala asset dari transaksi
bisnis yang terjadi di dunianadalah milik Allah, manusia hanya mendapatkan
amanah untuk mengelolahnya.

Pilar kedua, adil artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan
bisnis atau kesepakatan kerja harus dilandasi dengan akad saling setuju.

Pilar ketiga, adalah kehendak bebas artinya manajemen islam mempersilahkan


umatnya untuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya
sepanjang memenuhi asas hukum ekonomi islam, yaitu halal.

Dan keempat, adalah pertanggung jawaban artinya semua keputusan seorang


pimpinan harus dipertanggung jawabkan oleh yang bersangkutan.
Keempat pilar tersebut akan membentuk konsep etika manajemen yang fair
ketika melakukan kontrak-kontrak kerja dengan perusahaan lain ataupun antara
pimpinan dengan bawahan.

Ciri lain manajemen islam yang membedakanya dari manajemen barat adalah
seseorang pimpinan dalam manajemen islam harus bersikap lemah lembut
terhadap bawahan. Contoh kecil seorang manajer yang menerapkan kelembutan
dalam hubungan kerja adalah selalu memberikan senyum ketika berpapasan
dengan karyawan karena senyum salah-satu bentuk ibadah dalam islam dan
mengucapkan terima kasih ketika pekerjaanya sudah selesai. Namun
kelembutan tersebut tidak lantas menghilangkan ketegasan dan disiplin. Jika
karyawan tersebut melakukan kesalahan, tegakkan aturan. Penegakkan aturan
harus konsisten dan tidak pilih kasih.

D.PERBEDAAN ANTARA MANAJEMEN KONVENSIONAL DAN


SYARIAH

Semua orang telah mengetahui bahwa prinsip-prinsip ekonomi pada umumnya


dan manajemen pada khususnya selalu mengangungkan perolehan hasil sebesar-
besarnya dengan kerja sekecil-kecilnya, prinsip konvensional ini berkembang
pesat didunia barat. Islam tidak menentang prinsip konvensional ini bahkan
mendorong prinsip itu. Masalahnya adalah manajemen syariah hanya
menambahkan batasan dalam penerapan prinsip konvensional agar tidak hanya
ditujukkan untuk memperoleh hasil didunia saja melainkan harus dibarengi
dengan perolehan hasil di akhirat.

Untuk memahami manajemen syariah ini harus terlebih dahulu mengetahui


pandangan islam tentang harta dan dasar-dasar sistem ekonominya. Diterangkan
dalam Al-Qur’an bahwa harta adalah sebuah obyek yang digunakan menguji
manusia dan harta juga sebuah sarana untuk melaksanakan taqwa. Selain itu
diperingatkan pula bahwa harta dapat membawa mala petaka manusia di
akhirat nanti bila salah menyikapinya. Ada dua pandangan islam dalam melihat
harta; sebagai suatu haka tau kepemilikan sesama manusia, islam sangat
menghargainya sedang dalam hubungan manusia terhadap tuhanya, manusia
tidak mempunyai hak sama sekali.

Bertolak dari dasar-dasar tersebut diatas maka semua yang dilakukan dalam
manajemen syariah yang dititik beratkan pada bidang ekonomi tidak akan lepas
dari kehati-hatian dalam menyikapi harta. Maka penerapan manajemen syariah
secrah utuh tidak akan membuat orang saling menindas dalam menjalankan
roda perekonomian. Semua orang akan merasa diuntugkan karenanya.

E.NILAI-NILAI MANAJEMEN SYARIAH DALAM PERUSAHAAN

Dalam pandangan islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar,
tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus di ikuti dengan baik. Sesuatu tidak
boleh dilakukan secarah asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam
ajaran islam. Rasulullah. Bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
Imam Thabrani, “sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika
melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secarah itqan (tepat waktu, terarah,
jelas, dan tuntas). Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara
mendapatkanya yang transparan merupakan amal perbuatan yang di cintai oleh
Allah. Sebenarnya, manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar
dilakukan dengan baik, cepat, dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan
dalam ajaran islam.

Dalam konsep manajemen syariah yang dirumuskan oleh DR.KH.Didin


Hafidhuddin, M.Sc. dan Hendri Tanjung, S.Si.,MM,dalam bukunya berjudul
“Manajemen Syariah dalam Praktik”, manajemen syariah adalah perilaku yang
terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan, setiap perilaku orang yang
terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid, maka diharapkan
perilakunya akan terkendali dan tidak terjadi perilaku KKN (Korupsi, kolusi,
dan nepotisme) karena menyadari adanya pengawasan dari yang maha Tinggi ,
yaitu Allah yang akan mencatat setiap amal perbuatan yang baik maupun yang
buruk.

Hal ini berbeda dengan perilaku dalam manajemen konvensioanl yang sama
sekali tidak terkait bahkan terlepas dari nilai-nilai tauhid. Orang-orang yang
menerapkan manajemen konvensional tidak merasa adanya pengawasan yang
melekat, kecuali semata-mata pengawasan dari pemimpin atau atasan. Setiap
kegiatan dalam manajemen syariah, diupayakan menjadi amal saleh yang
bernilai abadi.

Nabi Yusuf juga mencontohkan bagaimana ia seorang yang memiliki sifat


hafidzh dan alim. Diamana ia merupakan pemimpin yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat, dan bukan semata-mata pada kekuasaan.

Nabi Nuh yang melakukan dakwah dengan manajemen syariah baik dimana ia
melakukan dengan cara halus, hikmah, jelas, dan argumentatif.

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail juga mencotohkan proses manajemen dimana
perintah-perintah dari Allah yang sifatnya mutlak ia lakukan dengan proses-
proses dialogis kepada pengikutnya supaya dijalankan dengan kesadaran. Dan
terakhir manajemen yang dicontohkan Rasulullah dengan menempatkan orang
pada posisi yang tepat (right man on the right place). Inilah beberapa contoh
manajemen syariah yang dicontohkan para Nabi.

Manajemen dalam organisasi bisnis (perusahaan) merupakan suatu proses


aktivitas penentuan dan pencapaian tujuan bisnis melalui pelaksanaan empat
fungsi dasar, yaitu planning, organizing, actuacting, dan controlling dalam
penggunaan sumber daya organisasi. Oleh karena itu, aplikasi manajemen
organisasi perusahaan hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM organisasi
perusahaan yang bersangkutan. Dalam konteks di atas, Islam menggariskan
hakikat amal perbuatan manusia harus berorientasi pada pencapaian ridha Allah.
Hal ini seperti dinyatakan oleh Imam Fudhail bin Iyadh, dalam menafsirkan
surat Al-Muluk ayat 2 : “Dia yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk
menguji kamu siapa yang paling baik amalnya. Dialah maha Perkasa dan Maha
Pengampun.” Ayat ini mensyaratkan dipenuhinya dua syarat sekaligus, yaitu
niat yang ikhlas dan cara yang harus sesuai dengan syariat islam. Bila perbuatan
manusia memenuhi dua syarat itu sekaligus, maka amal itu tergolong baik
(ahsanul amal), yaitu amal terbaik disisi Allah. Dengan demikian, keberadaan
manajemen organisasi harus dipandang pula sebagai suatu sarana untuk
memudahkan implementasi islam dalam kegiatan organisasi tersebut.

Implementasi nilai-nilai islam berwujud pada difungsikanya islam sebagai


kaidah berfikir dan kaidah amal (tolak ukur perbuatan ) dalam seluruh kegiatan
organisasi. Nilai-nilai islam inilah yang sesungguhnya yang menjadi nilai-nilai
utama organisasi. Dalam implementasi selanjutnya, nilai-nilai islam akan
menjadi payung strategis hingga taktis seluruh aktivitas organisasi sebagai
kaidah berfikir, aqidah, dan syariah difungsikan sebagai asas atau landasan pola
pikir dan beraktivitas, sedangkan kaidah amal, syariah difungsikan sebagai tolak
ukur kegiatan organisasi.

Tolak-ukur syariah digunakan untuk membedakan aktivitas yang halal dan


haram. Hanya kegiatan yang halal saja yang dilakukan oleh seorang muslim.
Sementara yang haram akan di tinggalkan semata-mata untuk menggapai
keridhaan Allah.

Konsep perdagangan yang dibicarakan Al-Qur’an pada umumnya bersifat


prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam perdagangan sepanjang masa,
sesuai dengan karakter keabadian Al-Qur’an.

Atas dasar uraian di atas maka perlu disimpulkan prinsip-prinsip manajemen


lembaga keuangan syariah yang diajarkan Al-Qur’an sebagai berikut :
1. Setiap perdagangan harus didasari sikap saling ridha di antara dua pihak,
sehingga para pihak tidak merasa dirugikan ata didzalimi.
2. Penegakan prinsip keadilan, baik dalam takaran, timbangan, ukuran mata
uang (kurs) , dan pembagian keuntungan.
3. Prinsip larangan riba
4. Kasih saying, tolong-menolong dan persaudaraan univer sal.
5. Dalam kegiatan perdagangan tidak melakukan investasi pada usaha yang
diharamkan seperti usaha yang merusak mental misalnya narkoba dan
pornografi. Demikian pula komoditas perdagangan haruslah produk yang
halal dan thayyib baik barang maupun jasa.
6. Perdagangan harus terhindar dari praktik spekulasi, gharar, tadlis dan
masyir.
7. Perdagangan tidak boleh melalaikan diri dari beribadah (shalat dan
zakat)dan mengingat Allah.
8. Dalam kegiatan perdagangan baik hutang-piutang maupun bukan,
hendaklah dilakukan pencatatan yang baik.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Manajemen syariah adalah suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil


optimal yang bermuara pada pencarian Keridhaan Allah. Oleh sebab itu maka
segala sesuatu langkah yang diambil dalam menjalankan manajemen tersebut
harus berdasarkan aturan-aturan Allah. Aturan-aturan itu tertuang dalam Al-
Qur’an, Al-Hadits dan beberapa contoh yang dilakukan oleh para sahabat.

Secarah umum dapat dikatakan bahwa syariah menghendaki kegiatan


ekonomi yang halal, baik produk yang menjadi objek, cara perolehanya,
maupun cara penggunaanya. Selain itu,prinsip investasi syariah juga harus
dilakukan tanpa paksaan(ridha), adil, dan transaksinya berpijak pada kegiatan
produksi dan jasa yang tidak dilarang oleh islam, termasuk bebas manipulasi
dan spekulasi.

Seperti halnya manajemen konvensional, dalam manajemen syariah juga


menerapkan empat fungsi standar seperti yang dipaparkan oleh G.R. Terry,
diantaranya yaitu :

a. Perencanaan (planning)
b. Pengorganisasian (organizing)
c. Pengarahan (actuacting)
d. Pengawasan (controlling)

B.PENUTUP

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahanya, untuk itu penulis banya berharap para pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://rumuspintar.com/konsep-manajemen/

Anda mungkin juga menyukai