Anda di halaman 1dari 10

PERBEDAAN BISNIS SYARIAH DAN BISNIS KONVESIONAL

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pengantar ekonomi dan bisnis

Dosen pengampu :

Ambariyani, M.E.Sy

Oleh:

Mustofa ali (21130040)

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU (IAIMNU)

METRO LAMPUNG

2021 M/1442 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ekonomi manusia sebenarnya telah tumbuh dan berkembang bersamaan dengan umur
manusia dialam raya ini. Oleh sebab itu, sebagai manusia kita sudah melakukan kegiatan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk yang tampak maupun yang tidak
tambak. Salah satu contoh dalam kehidupan kita yaitu ekonomi bisnis, dan bisnis itu sendiri ada
dua macam, yaitu bisnis secara syari’ah dan bisnis secara konvensional. Untuk itu dalam
makalah ini kita akan membahas apa itu “Bisnis Syari’ah dan Bisnis Konvensional”. Pengertian
serta permasalahan dalam kedua bisnis ini tetap mencakup kepada kehidupan kita sendiri.
Tetapi secara umum kita juga akan mempelajari apa pengertian bisnis secara umum dan bisnis
secara islami.
Oleh karena itu, kita akan membahas bagaimana proses bisnis syari’ah dan bagaimana
proses bisnis konvensional, apa itu bisnis syariah dan bisnis konvensional, apa kelebihan dan
kekurangan bisnis syari’ah dan bisnis konvensional, dan apa perbedaan bisnis syari’ah dan bisnis
konvensional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan bisnis syariah dan bisnis Konvensional ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bisnis secara umum dan secara islam


Ilmu ekonomi perusahaan merupakan cabang ilmu ekonomi. Jika ekonomi mempelajari
cara-cara mencapai kemakmuran maka ilmu ekonomi perusahaan mempelajari cara-cara
memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran.
Ilmu ekonomi berusaha menjelaskan bagaimana manusia (baca: suatu bangsa) berusaha
mencapai kemakmurannya dengan berbagai upaya mengelola factor-faktor produksi seperti
alam, tenaga manusia, dan barang modal dengan indicator-indikator kemakmuran seperti
peningkatan pendapatan nasional, pendapatan pekapita, laju pertumbuhan ekonomi dll.
Definisi umum dari istilah bisnis atau perusahaan adalah suatu entitas ekonomi yang
diselenggarakan dengan tujuan bersifat ekonomi dan social. Tercapainya tujuan ekonomi dan
sosial dari kegiatan bisnis secara ideal perlu didukung oleh semua pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung, berjasa dalam meraih keuntungan bisnis secara layak. Hal ini muncul
dengan alasan bahwa keuntungan yang diperoleh bisnis secara logis disebabkan karena jasa
pihak lain terkait. Dengan kata lain pencapaian tujuan bisnis terwujud karena telah didukung
oleh sumber daya manusia dan non manusia. Sumber daya inilah yang disebut dengan
stakeholder ( versi islam sebagai pemegang amanah dari Allah ).
Proses bisnis adalah suatu kumpulan aktivitas atau pekerjaan terstruktur yang saling
terkait untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu atau yang menghasilkan produk atau layanan
(demi meraih tujuan tertentu). Suatu proses bisnis dapat dipecah menjadi beberapa subproses
yang masing-masing memiliki atribut sendiri, tetapi juga berkontribusi untuk mencapai tujuan
dari superprosesnya. Analisis proses bisnis umumnya melibatkan pemetaan proses dan subproses
di dalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan. Dan sedangkan Proses Bisnis syariah
adalah bisnis yang berlandaskan prinsip-prinsip islam, bisnis syariah terikat pada moral dan etika
sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Islam sangat mengakui desirabilitas “hasrat” dalam aktifitas bisnis. Tidak seperti agama-
agama lain, islam tidak mencela bisnis atau aktifitas duniawi lainnya. Menurut islam, tidak ada
yang salah dalam perdagangan dan komersialisasi yang adil. Dalam kenyataan, seorang pelaku
bisnis yang melakukan operasi bisnis yang jujur dan sesuai dengan perintah Allah akan
dianugrahi pahala yang setimpal oleh Allah diakhirat. Aktifitas bisnis dapat menjadi satu bagian
dari bentuk peribadatan jika dilaksanakan sesuai dengan perintah Allah dan kode perilaku islam.
Orang bahkan dapat menjalankan aktifitas bisnis ketika haji yang merupakan bentuk peribadahan
tertinggi dalam islam. Jadi tidak ada konflik inheren antara bisnis yang adil dengan islam. Islam
menegaskan bahwa mencari sumber penghidupan melalui bisnis yang adil adalah seperti mencari
anugrah Allah. Islam memberi nilai tinggi pada kerja keras untuk mencari sumber penghidupan.
Islam “mencela” kecenderungan meminta-minta diantara para pemeluknya. Ayat-ayat Al-Qur’an
dan hadist berikut ini menjelaskan signifikasi bisnis dalam islam:
“tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rizki dari hasil perdagangan) dari tuhanmu
(ketika berhaji) “. (Q.S. Al-Baqorah, 2:198)

B. Dasar filosofi tujuan bisnis syari’ah


Dalam pandangan islam, tujuan memperoleh laba, suatu kegiatan bisnis diposisikan
sebagai kerangka struktur dalam system social dan system ekonomi secara benar. Oleh Karena
itu ada 5 tahap yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Bahwa bisnis dilakukan tidak hanya sekedar mencari untung sendirian, tetapi bisnis juga
mencari dan mengiginkan mencapainya tujuan lain yang secara teori dibutuhkan dalam
rangka kelangsungan dan eksistensi bisnis secara berkelanjutan atau untuk waktu yang
panjang.
2. Menfokus pada tujuan keuntungan optimal. Pada tahap ini, orientasi tujuan keuntungan
optimal adalah tujuan jangka panjang dan dilakukan dengan cara penggunaan sumber daya
ekonomi yang benar dan logis setelah memenuhi kebutuhan dan keinginan pihak-pihak
stakeholder.
3. Sebagai pendukung tercapainya keuntungan optimal, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan masyarakat, tahap ini penting, karena majunya bisnis ditetapkan oleh masyarakat
khususnya masyarakat konsumen.
4. Tahap yang berorientasi pada tujuan untuk menjawab persoalan-persoalan umat manusia
pada umumnya, yaitu mencapai tujuan kesejahteraan hidup secara ekonomi dan social.
5. Mendirikan bisnis beribadah muamalah, mencari ridha dari Allah, yang sesuai dengan
amanah yang diemban manusia yang dilahirkan dimuka bumi oleh sang maha pencipta
seluruh alam, yaitu manusia dipercaya untuk mengelola dengan benar dan baik bagi
kemaslahatan umat manusia. Kemaslahatan umat manusia dapat berupa: hidup bersama,
berdampingan secara harmonis dan sama-sama menikmati riski dan karunia yang disediakan
oleh Allah dimuka bumi.
Berdasarkan pengertian dan tujuan bisnis tersebut, maka arah dan maksud didirikannya bisnis
syariah adalah:
1. Untuk ibadah, artinya pengelolaan bisnis diniatkan sebagai ibadah mualamalah.
2. Untuk kemaslahatan umat manusia.
3. Mendapatkan profit yang layak, artinya: profit = penghasilan – biaya atau harga – biaya
perunit.
4. Menjaga kelangsungan usaha (kontinuitas ) artinya keberlangsungan usaha sering terjadi.
5. Pertumbuhan, artinya asset berkembang ,tumbuh dan maju dimasa datang.
6. Membangun citra yang baik, artinya citra baik, nama baik, dihargai dan dihormati dan harum
dimasyarakat.
7. Ikut serta memecahkan masalah social.
8. Memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
9. Menciptakan nilai tambah, artinya nilai yang terbentuk karena bernilai lebih dibanding nilai
input.
10. Memperoleh barokah artinya mendapat kecukupan kenikmatan lahir dan batin serta manfaar.
11. Mencitakan manfaat dan kesejahteraan.
Oleh karena itu, untuk mencapai arah dan maksud tersebut maka yang harus dilakukan
adalah:
1. Memperoleh laba secara layak dan logis atau masuk akal.
2. Mampu mandiri.
3. Memberikan yang terbaik bagi stakeholders.
4. Mampu meminimalkan dan menhilangkan mudharat bagi manusia.
5. Mampu mengelola sumber daya secara adil dan optimal.

C. Perbedaan Bisnis Syari’ah dan Bisnis Konvensional


Terdapat 3 jenis proses bisnis secara syari’ah dan secara konvensional, yaitu:
1. Proses manajemen, yakni proses yang mengendalikan operasional dari sebuah sistem.
Contohnya: Manajemen Strategis.
a. Syari’ah
Pertama, manajemen ini mementingkan perilaku yang terkait denga nilai-nilai
keimanan dan ketauhidan.
Kedua, manajemen syariah pun mementingkan adanya struktur organisasi. Ini bisa
dilihat pada surat Al An'aam: 65, "Allah meninggikan seseorang di atas orang lain
beberapa derajat". Ini menjelaskan bahwa dalam mengatur dunia, peranan manusi tidak
akan sama.
Ketiga , manajemen syariah membahas soal sistem. Sistem ini disusun agar perilaku
pelaku di dalamnya berjalan dengan baik.
b. Konvensional
Di dalam manajemen ini, manajer di saat menghadapi masalah memecahkannya
berdasarkan kepada tindakan-tindakannya yang terdahulu atau dengan kata lain
didasarkan pada masa lalu.
2. Proses Operasional yakni proses yang meliputi bisnis inti dan menciptakan aliran nilai
utama. Contohnya proses pembelian, manufaktur, pengiklanan dan pemasaran, dan
penjualan.
a. Syari’ah, didalam proses operasional ini, proses secara syari’ah dibagi menjadi 5
macam, yaitu:
1) Mudharabah (perkongsian untung) ialah pengaturan atau perjanjian di antara
pemberi modal dan pengusaha projek di mana pengusaha projek boleh
menggunakan dana bagi menjalankan aktiviti perniagaan beliau. Sebarang
keuntungan yang diperoleh akan dibahagi di antara pemberi modal dan pengusaha
projek tersebut mengikut nisbah yang telah dipersetujui sementara kerugian akan
ditanggung seluruhnya oleh pemberi modal.
2) Musyarakah (usaha sama) merupakan konsep perbankan Islam yang biasanya
diguna pakai bagi perniagaan perkongsian atau perniagaan usaha sama untuk
sesuatu perusahaan perniagaan. Keuntungan yang diperoleh akan dikongsi bersama
berdasarkan nisbah yang telah dipersetujui manakala kerugian akan ditanggung
berdasarkan nisbah sumbangan modal.
3) Murabahah ((kos tokok) (bahasa Arab: ‫ ))مرابحه‬ditakrifkan sebagai penjualan
barangan, yang tidak melanggar syariah, pada harga yang termasuk margin
keuntungan yang dipersetujui oleh kedua-dua penjual dan pembeli. Antara syarat
adalalah harga belian dan jualan, kos-kos lain serta margin keuntungan hendaklah
dinyatakan dengan jelas semasa perjanjian jualan dilaksanakan.
4) Ijarah (pure leasing) adalah pemberian kesempatan kepada penyewa untuk
mengambil kesempatan dari barang sewaan untuk jangka waktu tertentu dengan
imbalan yang besarnya telah disepakati bersama. Sebagai contoh adalah
pembiayaan mobil, pelanggan akan memasuki kontrak pertama dan memberikan
harga sewa mobil tersebut pada kadar sewa yang telah dipersetujui untuk suatu
tempo tertentu. Pada akhir tempo pembayaran, kontrak kedua akan dikuatkuasakan
bagi pelanggan untuk membeli kendaraan tersebut pada harga yang telah
dipersetujui.
5) Wadiah adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut
sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak berkewajiban, namun
diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada nasabah.
b. Konvensional
1) Penciptaan kredit
2) Fungsi giral
3) Penanaman dan penagihan
4) Akumulasi tabungan dan investasi
5) Jasa-jasa trust
6) Jasa-jasa lain
7) Perolehan laba untuk imbalan para pemegang saham

3. Proses pendukung, yaitu yang mendukung proses inti. Contohnya semisal akunting,
rekruitmen, dan pusat bantuan.
Tidak ada perbedaan proses pendukung antara bank syariah dan bank Non syariah
(konvensional), karena baik bank syariah dan bank konvensional sama-sama membutuhkan
akunting, rekruitmen, dan pusat bantuan.
Berikut ini table tentang perbedaaan yang mendasari perbedaan prosess bisnis syariah dan
konvensional.

No. Proses Bisnis Syariah No. Proses Bisnis Konvensional


1. Kegiatan Ekonomi diorientasikan untuk 1. Motovasi dalam kegiatan berbisnis
kebahagiaan dunia dan akhirat didasari oleh keinginan dunia tanpa
memperhatikan akhirat
2. Memiliki Pemahaman Terhadap Bisnis 2. Tidak Memiliki Pemahaman
yang Halal dan Haram(Modal, Terhadap Bisnis Yang Halal dan
Proses,dll) Haram (Modal,Proses,dll)
3. Benar secara Syar'i dalam Implementasi 3. Proses pemasaran bisnis
konvensional menghalalkan segala
cara
4. Proses Bisnis Syariah selalu didahului 4. Proses Konvensional Tidak Selalu
akad/perjanjian didahului akad/perjanjian dalam
pelaksanaanya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan tersusunnya makalah ini dan terpenuhilah tugas penulis dalam rangka
menambah nilai tugas khususnya mata kuliah “Ekonomi Bisnis” ini. Penulis menyadari
bahwa dalam makalah yang telah disusun ini masih belum sempurna dan masih banyak
kekurangan-kekurangan. Dan tak lupa pula penulis berterima kasih kepada bapak dosen mata
kuliah Ekonomi Bisnis atas bimbingan dan keikhlasannya dalam membimbing kami serta
pihak-pihak yang telah membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan yang perlu
ditambahkan. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Muslich, bisnis syari’ah perspektif mu’amalah dan manajemen, unit penerbit dan percetakan
sekolah tinggi ilmu manajamen YKPN, 2007

Jabir Al-Alwani Taha, Bisnis Islam, AK GROUP, 2005

Ranupandojo, Heidjrachman, Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan, UPP AMP YKPN, 1990

http://unknown-alones.blogspot.com/2012/09/proses-bisnis-syariah-dan-non-syariah.html

Anda mungkin juga menyukai