Anda di halaman 1dari 12

Latar Belakang

Semua aspek kehidupan manusia dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas dan ditopang
sepenuhnya oleh uang.Tidak ada satupun peradaban di dunia ini yang tidak mengenal dan
menggunakan uang. Dalam sistem ekonomi, keberadaan uang merupakan hasil inovasi besar
dalam evolusi perekonomian dunia. Sebagai salah satu bagian variabel penting dalam
perekonomian, maka posisi uang dipandang sangat strategis fungsinya di dalam sebuah bingkai
sistem ekonomi dan sulit untuk diganti dengan variabel lain. Oleh karena itu, uang merupakan
bagian suatu fungsi yang terintegrasi dalam suatu perekonomian serta merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem ekonomi modern.

Dalam dewasa ini, untuk membatasi peredaran uang di suatu Negara, maka pemerintah
mengambil suatu kebijakan moneter yang didalamnya terdapat standar moneter. Standar
moneter merupakan suatu system moneter yang didasarkan atas standar nilai uang, termasuk
didalamnya peraturan mengenai sifat sifat uang, pengaturan jumlah uang yang beredar (baik
uang logam maupun uang kertas), ekspor impor logam-logam mulia, serta fasilitas bank dalam
hubungannya dengan perluasan demand deposit. Jika suatu Negara hanya memakai satu jenis
logam(hanya emas atau perak saja) sebagai standar moneternya, maka Negara tersebut
dikatakan menganut “mono metallism standart” (standar tunggal), tetapi bila Negara tersebut
mengginakan dua logam sebagai standar moneternya maka dikatakan negara tersebut
menganut “bimetallism standart” (standar kembar).

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian di atas yaitu:
1. Apa pengertian dari standar moneter?

2. Apa saja jenis-jenis standar moneter?

3. Apa kelebihan dan kekurangan dari sistem penggolongan setiap standar moneter?

Standar Moneter

1. Sistem Keuangan, Moneter dan Fungsi Sistem Moneter

A. Sistem Keuangan

Adalah sistem jaringan kerja yang terdiri dari lembaga-lembaga keuangan yang kegiatannya
menarik dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Adapun lembaga-lembaga keuangan
terdiri dari Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Sedangkan bank terdiri dari Bank
Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.[1]

1) Bank Sentral

Bank sentral di setiap Negara pada umumnya mempunyai tugas memelihara agar sistem
moneter yang berlaku pada masing-masing Negara tersebut berjalan secara efektif dan efisien
sehingga dapat menjamin tingkat pertumbuhan kredit dan uang yang beredar sesuai dengan
kebutuhan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang direncanakan tanpa
mengakibatkan kenaikan harga barang-barang dan jasa-jasa secara tidak terkendali.

Bank sentral mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tugas-tugas pemerintah dalam
pelaksanaan kebijakan moneter suatu Negara. Bank sentral juga berperan penting dalam lalu
lintas keuangan dan pembayaran dari suatu Negara lain serta menempati kedudukan yang
penting dalam pengelolaan devisa (valuta asing). Bank sentral di Indonesia adalah Bank
Indonesia yang diatur berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia.

2) Bank Umum/ Commercial Bank

Commercial Bank atau Bank Umum adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Cirri utama yang melekat pada bank umum ialah bahwa
dalam menjalankan usahanya tersebut juga bergerak dalam lalu lintas pembayaran.

3) Bank Perkreditan Rakyat

Menurut Undang-Undang Nomor 10/1998: Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dengan definisi demikian maka BPR tidak dapat menciptakan uang (giral), walaupun demikian
bank jenis ini dapat menghimpun dana berupa simpanan dalam bentuk tabungan, deposito
atau simpanan sejenis lainnya yang dapat dipersamakan itu. Mengingat persyaratan pendirian
BPR relatif tidak terlalu berat, maka jumlah BPR pun relatif banyak.

B. Sistem Moneter (Monetary System)

Sistem moneter di Indonesia adalah lembaga-lembaga yang dapat menciptakan uang kartal,
uang giral dan uang kuasi. Sistem moneter di Indonesia terdiri dari:

1) Autoritas Moneter yaitu Bank Indonesia (selaku bank sentral), Autoritas moneter
melaksanakan fungsi mengeluarkan uang kartal (currency), mengelola cadangan devisa dan
mengawasi sistem moneter.

2) Bank-bank Pencipta Uang Giral (BPUG), yaitu bank-bank umum.


BPUG memliki kedudukan yang penting dalam sistem moneter karena BPUG dapat dan
diizinkan untuk menerima simpanan dalam bentuk giro yaitu sejenis simpanan yang dapat
ditarik setiap waktu oleh pemiliknya dengan menggunakan cek, bilyet giro atau surat perintah
pemindah bukuan lainnya. Oleh karena itu, simpanan tersebut dipersepsi oleh masyarakat
sebagai uang dan memenuhi fungsi-fungsi uang. Dengan demikian maka bank-bank umum
dapat menciptakan uang giral, sehingga dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar.

C. Fungsi Sistem Moneter

Adapun fungsi-fungsi sistem moneter adalah:

1) Menyelenggarakan mekanisme lalu lintas pembayaran yang efektif dan efisien, sehingga
lalu lintas pembayaran dapat dilakukan dengan biaya dan hambatan yang seminimal-
minimalnya.

2) Menjadi penghubung atau perantara (intermediary) antara penyimpan atau penabung


dan penanam modal (investor) sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai
dengan yang direncanakan.

3) Menjaga kestabilan tingkat harga dengan cara menciptakan uang dalam jumlah yang
sesuai dengan keperluan riil perekonomian.

Ketiga fungsi tersebut walaupun berbeda-beda namun dalam pelaksanaannya tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain.

2. Standar Emas, Kebaikan dan Kelemahannya

Standar emas (the gold standard) didefinisikan sebagai suatu sistem moneter dimana sesuatu
bangsa mengucapkan atau menyatakan kesatuan moneternya dengan emas, bebas
memperjualbelikan emas dengan harga yang pasti dan mengizinkan orang-orang untuk
mengimpor dan mengekspor emas tanpa batas.[2]

A. Kebaikan Standar Emas


1) Acceptability

Masyarakat menerima emas dan uang yang didasarkan atas emas, karena kegunaan dari logam
ini. Seluruhnya uang dan deposit di dalam Negara yang menganut standar emas pada umumnya
beredar karena masyarakat menyadari bahwa uang kertas yang diciptakan dan deposit bank
adalah dapat ditukarkan dengan segera dengan emas. Dalam hal ini uang kertas yang tidak
dapat ditebus sewaktu-waktu tergantung pada pandangan positif masyarakat terhadap
kemampuan memutuskan oleh pemerintah untuk menunda penebusan.

2) A Check on Inflation and Deflation

Pembatasan secara otomatis terhadap pemerintah dalam pencetakan uang dan kredit bank
mencegah pencetakan uang yang berlebihan dibandingkan dengan penyediaan barang-barang
dan jasa.

Sehingga inflasi tidak timbul. Sebaliknya penurunan kegiatan usaha tidak mesti diakibatkan oleh
penurunan cadangan emas. Jika suatu Negara menpunyai cadangan emas yang cukup,
persyaratan cadangannya dapat dikurangi dan akibat yang jelek dari terlalu kakunya
persyaratan cadangan emas dapat diminimumkan ataupun malah dihilangkan. Pada waktu yang
sama kepercayaan masyarakat umum terhadap alat pertukaran di suatu Negara dapat dijamin.
Lagipula, selama periode depresi ongkos menambang emas menurun. Karena harga emas
tetap, produksi emas meningkat dan selanjutnya keuntungan perusahaan pertambangan emas
meningkat.

Adanya hubungan antara biaya penambangan dan harga jual emas tersebut membawa akibat
semakin meluasnya dasar emas dan ini menjadi dasar peningkatan volume usaha. Pada waktu
baik yaitu ketika ongkos penambangannya meningkat, produksi emas menurun, sehingga
keuntungan penambangan tidak lagi menarik bagi pengusaha emas. Meskipun demikian,
volume kredit bank yang ada di masyarakat meningkat selama periode makmur (prosperity)
dan mendorong harga untuk naik sampai cadangan emas bank habis atau penawaran dari
barang-barang dan jasa mengejar permintaannnya atau beberapa faktor di luar mengganggu
kegiatan usaha pada umumnya. Perlu dicatat bahwa jumlah total dari tambang emas yang baru
setiap tahunnya relatif kecil jika dibandingkan dengan penawaran yang ada. Sehingga alokasi
sumber ekonomi yang kurang tepat tidak mempengaruhi perubahan dalam penawaran emas.

3) Automatic Limitation on Medium of Exchange

Persyaratan minimum cadangan emas untuk uang kertas yang diciptakan dan deposito bank
membuat suatu penahan yang otomatis pada kelebihan pencetakan uang kertas dan kredit
bank. Kepercayaan masyarakat pada umumnya terhadap alat pertukaran selalu terjamin jika
persyaratan minimum cadangan emas ditaati.

4) Basic of an International Money System

Pada waktu yang lalu, uang kartal didasarkan pada emas. Diterimanya uang kartal ini secara
umum, serta nilainya yang stabil mengakitbatkan uang dipakai sebagai nilai standar
internasional dan sebagai alat penukar. Nilai emas dari uang emas memperbaiki nilai-nilainya
relatif terhadap satu sama lain dan menyediakan dasar percaturan internasional yang stabil.

5) Stimulus to International Investment and Trade

Selama uang emas diterima secara umum maka berarti bahwa dengan standar emas akan
mengakibatkan perdagangan internasional dan investasi. Baik importer, eksportir, banker dan
investor akan dengan senang hati menanamkan dananya pada pekerjaan dimana kontraktornya
mau menerima pembayaran dalam bentuk uang emas.

6) Uniform International Price System

Pasar bebas emas memperbolehkan setiap orang untuk mengimpor dan mengekspor emas. Jika
di Negara A harga emasnya lebih rendah dibandingkan Negara tetangganya B, maka Negara A
menerima emas sebagai bagian dari pembayaran karena pembelian yang berlebihan dari
Negara B. Dengan diterimanya emas dari Negara B ini merupakan dasar untuk penciptaan uang
baru dan kredit yang mana akan mendorong kenaikan harga di Negara A; harga-harga di Negara
B akan turun selagi uang dan kredit berkurang karena kehilangan emasnya. Selanjutnya harga-
harga di Negara A dan B akan berfluktuasi di sekitar titik yang sama. Pergerakan emas ini akan
mempengaruhi harga-harga internasional dan secara otomatis membuat penyesuaian pada
harga-harga internasional. Penyesuaian diatas dikenal dengan nama “Mekanisme DAVID
HUME” [3]

B. Keburukan standar emas

1) Kepercayaan terhadap uang timbul hanya bila kepercayaan ini diperlukan. Karena selama
resesi kepercayaan terhadap uang hancur sehingga permintaan masyarakat terhadap emas
untuk uang dan deposito bank bank menghabiskan cadangan logam yang dimiliki pemerintah,
dan memaksa untuk meninggalkan standar emas ini.

2) Jika standar emas ditinggalkan, berarti tidak ada lagi pembatasan secara otomatis pada
penawaran uang dan deposito. Jika cadangan emas berkurang, pemerintah tidak perlu mentaati
ketentuan standar emas yang otomatis, tetapi pemerintah menjamin penawaran uang di dalam
peredarannya walaupun ada penurunan cadangan emasnya. Persyaratan cadangan emas yang
tetap dapat dikurangi dan ditunda ataupun malah pemerintah menolak untuk mengekspor
emasnya untuk pembayaran utang-utang internasionalnya.

3) Standar emas tidak otomatis seperti yang kita tuntut ataupun kita percayai. Berkurangnya
emas tidaklah berarti penciutan jumlah uang yang beredar dan kredit bank serta penurunan
tingkat harga. Dan juga kenaikan di dalam cadangan emas tidak menunjukkan kenaikan secara
otomatis dalam jumlah uang yang beredar dan kredit perbankan serta dalam hubungannya
dengan kenaikan harga. Konsekuensinya harapan penyesuaian harga internasional tidak akan
terjadi.

4) Pengumpulan cadangan emas tanpa memandang perkembangan kegiatan usaha yang


bersangkutan meletakkan dasar (landasan) kerja untuk spekulasi dan akibatnya nilai uang akan
jatuh.

5) Selama kadar emas tetap pada setiap satu-satuan moneternya menjamin stabilitas
pertukaran atau perdagangan diluar negeri tetapi tidak menjamin keseimbangan harga di
dalam negeri. Suatu negeri dengan cadangan emas yang melimpah dapat memperbesar jumlah
uang yang beredar dan kredit serta mendorong kenaikan harga. Tetapi dengan berkurangnya
emas akan menyebabkan deflasi sebagaimana juga uang dan kredit akan ditarik dari peredaran.

3. Standar Perak

Standar perak adalah suatu sistem standar moneter di mana suatu bangsa bebas
memperjualbelikan perak dengan harga yang pasti dan mengizinkan seseorang untuk
mengimpor dan mengekspor perak tanpa batas. Standar perak mempunyai kebaikan dan
keburukan yang sama dengan standar emas.

Banyak kesamaanya dengan standar emas. Sehingga dimungkinkan adanya:

a) The Silver Coin Standars

b) The Silver Bullion Standard

c) The Managed Silver Bullion Standard

d) The Silver Exchange Standard

4. Standar Kembar

Sistem moneter suatu Negara dikatakan menganut standar logam kembar jika:

a) Dua logam pada suatu perbandingan tetap antara satu dengan yang lain dijadikan sebagai
standar nilai satu-satuan moneternya (biasanya emas dan perak).

b) Pemerintah harus selalu siap membeli emas dan perak pada harga tetap. Sementara itu
uang emas dan perak dinyatakan sebagai alat pembayaran yang sah.

c) Segala bentuk uang kertas dari suatu Negara mungkin dapat ditukarkan oleh
pemegangnya ke dalam bentuk uang logam atau batangan logam .
Standar kembar artinya suatu negara menggunakan dua logam sebagai logam standar, misalnya
emas dan perak dengan perbandingan tertentu di antara kedua macam standar tersebut.

A. Kebaikan standar kembar di antaranya sebagai berikut.

1) Kurang memadainya penyediaan emas sebagai uang dan kredit, mendorong dipakainya
standar logam kembar.

2) Dapat menciptakan kestabilan nilai uang dari pada standar tunggal (sistem standar
moneter yang menggunakan standar uangnya berupa satu buah logam mulia, bisa emas
maupun perak).

3) Nilai dari cadangan emas juga akan lebih stabil karena produksi emas dan perak berubah-
ubah dalam arah yang berlainan.

4) Hukum Gresham tidak secara tetap akan berlaku karena aliran yang terlalu tinggi dari
uang ke dalam pasar yang mana akan menekan nilainya, dan membawanya ke dalam garis nilai
tambang (mint value).

B. Keburukan standar kembar

Sejarah moneter di dunia pada abad 19 menunjukkan bahwa sistem standar logam kembar
menjadi sistem standar logam tunggal kenyataannya. Perbedaan antara nilai tambang dengan
nilai pasar dari dua logam cenderung mendorong logam yang mudah hilang dari peredaran.
Akibatnya sistem moneter ini hanya berdasar pada satu logam saja.

Jika suatu Negara hanya memakai satu jenis barang (logam) sebagai standar moneternya maka
Negara tersebut dikatakan menganut “mono-metallism standard”, tetapi jika Negara tersebut
memakai dua barang (logam) sebagai standar moneternya maka dikatakan bahwa Negara
tersebut menganut “bimetallism standard”.[4]
5. Standar Kepercayaan

Standar kepercayaan merupakan sistem moneter di mana nilai uang tidak dijamin dengan
seberat tertentu barang, tetapi kepercayaan masyarakat dapat menerima uang sebagai alat
pembayaran yang sah.

A. Kebaikan standar kepercayaan di antaranya sebagai berikut.

1) Terlepasnya dari cadangan logam untuk penciptaan uang dan kredit mengakibatkan
perluasan uang dan kredit serta memenuhi persyaratan perdagangan.

2) Akibat yang bersifat inflasi dan deflasi dari standar emas otomatis dapat dihindari.

3) Lebih murah untuk mencetak uang kertas daripada uang logam.

B. Adapun keburukan standar kepercayaan antara lain sebagai berikut.

1) Tidak dikaitkannya dengan cadangan logam mengakibatkan pencetakan uang kertas dan
kredit bank yang berlebihan.

2) Pencetakan uang adalah suatu hal yang mudah tetapi akan berakibat inflasi yang hebat
(hyperinflation).

3) Dapat mengakibatkan fluktuasi harga atau nilai tukar valuta asing sehingga dapat
menghancurkan keuangan internasional, perdagangan, dan investasi.

6. Standar Moneter Internasional

Pada dasarnya pengertian dari Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah


didokumentasikan yang di dalamnya terdiri antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis
atau kriteria-kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-
definisi tertentu untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan yang
telah dinyatakan. Standar moneter adalah sistem moneter yang didasarkan atas standar nilai
uang artinya bahwa uang merupakan alat pembayaran yang sah untuk melakukan segala
transaksi ekonomi. Tanpa uang kita akan kesulitan dalam bertransaksi di masyarakat, dan
ternyata jumlah uang yang beredar pun mempengaruhi kemakmuran masyarakat suatu negara.
Standar moneter pada hakekatnya bisa dikategorikan menjadi dua golongan yaitu:[5]

1) Standar barang (commodity standard) dan

2) Standar kepercayaan (fiat standard).

7. Mencari Standar Moneter yang Lebih Adil (Standar Devisa yang Konvertibel)

Dewasa ini perekonomian suatu Negara tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh
perekonomian Negara lain, sifat ketergantungan suatu Negara terhadap Negara lain semakin
lama semakin menjadi fenomena yang signifikan, tidak hanya dirasakan oleh Negara-negara
berkembang saja bahkan juga oleh Negara-negara maju. Di pihak lain dengan semakin pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memproduksi barang-barang dan jasa
dan juga di bidang industri teknologi komunikasi, maka peranan perdagangan internasional,
volume ekspor dan impor, di setiap Negara menunjukkan peningkatan yang sangat pesat.
Dengan semakin menigkatnya ekspor dan impor berarti semakin banyak barang-barang dan
jasa yang dijual keluar negeri dan dibeli dari luar negeri. Logika dasarnya adalah untuk membeli
barang dari suatu Negara tertentu harus menggunakan mata uang yang dikehendaki oleh
penjual (eksportir). Dengan demikian dewasa ini mata uang asing atau devisa (foreign
exchange) sangat memegang peranan penting. Masalahnya mata uang asing mana? Tentunya
adalah mata uang asing yang banyak disukai dan diterima oleh hampir semua Negara yang
terlibat dalam perdagangan internasional. Mata uang asing itulah yang disebut hard currency
atau mata uang kuat yaitu mata uang yang dengan mudah ditukarkan (dikonversi) dengan mata
uang-mata uang lainnya, yang selanjutnya terkenal devisa yang konvertibel (convertible).

Dengan demikian devisa yang konvertibel dimiliki oleh masing-masing Negara tersebut
merupakan kekayaan assets yang sangat berharga dan saat ini tak kalah pentingnya
dibandingkan dengan emas. Dengan sejumlah devisa yang dimiliki maka suatu Negara dapat
mengimpor barang-barang kebutuhan warganya dari Negara lain sepanjang barang tersebut
tidak diproduksi di dalam negeri atau tidak efisien kalau diproduksi di dalam negeri karena
Negara lain memiliki spesialisasi dan keuntungan komparatif (comparative/competitive
advantage) yang lebih baik.[6]

[1] Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Pengantar Teori Moneter serta Aplikasinya pada Sistem
Ekonomi Konvensional dan Syariah, (Bandung: ALFABETA, 2001), hlm. 45

[2] Drs. Iswardono, UANG DAN BANK, Edisi 4, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1999), hlm. 22

[3] Ibid., hlm. 28-31

[4] Ibid., hlm. 32-34

[5] Ibid., hlm. 21

[6] Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Pengantar Teori Moneter serta Aplikasinya pada Sistem
Ekonomi Konvensional dan Syariah, (Bandung: ALFABETA, 2001), hlm. 68

Anda mungkin juga menyukai