Disusun Oleh :
Nur Fitriah (2001015175)
SEMESTER / KELAS : V / E
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran
bagi orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran/3: 138). Maksud ayat ini adalah bahwa Al-Quran
sebagai penerang atau petunjuk bagi seluruh manusia tanpa terkecuali untuk diambil
berbagai macam nasihat dan bimbingan yang terdapat di dalamnya mengenai kebenaran
atau kebatilan. Selain itu juga, Al-Qur`an secara khusus menjadi sumber nasihat dan
bimbingan bagi orang-orang yang bertakwa untuk mengarahkan mereka kepada jalan yang
lurus dan membimbing mereka agar menjauh dari jalan yang batil (jalan yang sesat).
Jadi model konseling eklektik dalam perspektif Al-Qur`an pada model yang pertama
ini fokusnya pada sumber utama bimbingan atau nasihat yang berasal dari Al-Qur`an.76
Sedangkan model konseling eklektik dalam perspektif Al-Qur`an yang bisa dikatakan sebagai
model kedua yang fokusnya tetap pada sumber utama Al-Qur`an, namun diintegrasikan
secara selektif dengan pendekatan-pendekatan lain seperti pendekatan psikologis Islam,
pendekatan komunikasi terapeutik, pendekatan tasawuf (spiritual), atau dengan pendekatan
resiliensi.
Dari pembahasan di atas mengenai perspektif Al-Qur`an terhadap konseling eklektik.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tersebut adalah, Pertama, konseling
eklektik Qur`ani atau Qur`anic Eclectic Counseling merupakan model konseling yang integratif
dan selektif berdasarkan Al-Qur`an yang memberikan bimbingan atau pengajaran mengenai
pedoman hidup bagi seseorang agar mampu berfikir dan beriman secara baik dan benar
sesuai dengan tuntunan ajaran Islam yang berdasarkan nilai-nilai Qur`ani. Kedua, konseling
eklektik Qur`ani atau Qur`anic Eclectic Counseling menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya
sebagai konselor yang membimbing seluruh umat manusia ke jalan yang lurus. Ketiga,
konseling eklektik Qur`ani atau Qur`anic Eclectic Counseling menjadikan seluruh ayat-ayat
dalam Al-Qur`an sebagai sumber bimbingan atau nasihat kebaikan dan kebenaran. Keempat,
konseling eklektik Qur`ani atau Qur`anic Eclectic Counseling menjadikan sebagian dari ayat
Al-Qur`an sebagai jawaban atau solusi yang bersifat direktif serta menjadikan sebagian
lainnya bersifat nondirektif dalam mengatasi problematika kehidupan sehari-hari.
- Pendekatan Resiliensi dalam Model Konseling Qur`ani
Resiliensi dalam perspektif Al-Qur`an tidak bisa dilepaskan dari pengertian mendasar
resiliensi itu sendiri yaitu suatu proses yang dinamis dengan melibatkan faktor dari dalam diri
seseorang, faktor sosial, dan faktor lingkungan yang dapat mencerminkan ketangguhan
seseorang untuk bangkit kembali dari pengalaman emosional negatif di saat menghadapi
situasi yang sangat sulit yang menekan atau menghadapi berbagai macam hambatan yang
berat. Singkatnya resiliensi merupakan kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk
bangkit dari kesulitan dan tumbuh dalam tantangan.
Apabila resiliensi diartikan sebagai kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk
bangkit dari kesulitan dan tumbuh dalam tantangan, maka perspektif Al-Qur`an terhadap
resiliensi tersebut pada dasarnya sudah ada secara teoritis dan praktis sejak pertama kali
wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Buktinya kesabaran dan keteguhan yang
dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW dalam mengiformasikan kenabiannya setelah wahyu
pertama turun menjadi tindakan praktis yang dilakukannya sehingga kemudian menjadi
rumusan teoritis pada wahyu-wahyu berikutnya seperti pada perintah untuk bersabar dan
dan istiqamah. Salah satu contoh ayat Al-Qur`an yang relevan dengan resiliensi sebagai
kemampuan seseorang untuk sabar dan tabah serta mampu bangkit dari kesulitan hidupnya
dan kemudian tumbuh dalam tantangan karena keyakinan pertolongan Allah datang padanya,
ayat yang dimaksud yaitu sebagai berikut:
ُ ﻮل ٱ ﱠلﺮ ُس
ﻮل َ أ ْم َحس ْ ُت ْﻢ أن َت ْد ُخلﻮا ٱل َج ﱠن َة َول ﱠمﺎ َ أت ﻢ ﱠﻣ َث ُﻞ ٱلذ
َ ين َخل ْﻮا ﻣن َق ْ ل ﻢ ۖ ﱠﻣ ﱠس ْت ُﻬ ُﻢ ٱل َ أ َسﺎ ُء َوٱل ﱠ ﱠ ا ُء َو ُزلزلﻮا َح ﱠ ٰ َ ُق
ِ ِ ِ ِ ِ
ٌين َء َاﻣ ُنﻮا َﻣ َﻌ ُهۥ َﻣ َ ٰ َﻧ ْ ُ ٱ ِ ۗ أ َ ٓ إ ﱠن َﻧ ْ َ ٱ ِ َق ب َ َوٱلذ
ِ ِ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (al-Baqarah/2:
214)
Ketika itu umat Islam bersama Nabi Muhammad SAW mengalami keletihan yang
sangat, tekanan dan rasa takut yang dahsyat, merasakan hawa dingin yang menusuk tubuh,
dan kekurangan makanan. Dalam kondisi seperti ini umat Islam dan Nabi sabar dan tabah
menjalaninya hingga akhirnya pertolongan Allah datang kepada mereka.85 Sebagian lagi ada
yang berpendapat bahwa turunnya ayat di atas adalah pada saat perang Uhud. Pada perang
Uhud tersebut umat Islam mengalami kekalahan yang telak. Pada perang ini Nabi Muhammad
SAW mengalami penderitaan dan luka berat pada tubuhnya. Penderitaan Nabi ini ditambah
lagi dengan tewasnya Hamzah paman Nabi secara tragis dianiaya. Pendapat berbeda lainnya
juga ada yaitu bahwa sebab turunnya ayat di atas untuk menghibur umat Islam ketika mereka
meninggalkan tempat tinggal dan kekayaannya di Mekah saat hijrah ke Madinah. Dan juga
turun ayat tersebut untuk menghibur umat Islam yang sedang mengalami kesulitan di
Madinah.
- Metode Tanya Jawab sebagai Instrumen Strategis dalam Model konseling Qur’ani
Metode tanya jawab atau keterampilan konseling kapasitas bertanya (questioning)
adalah teknik verbal arahan (lead) yakni pertanyaan yang diajukan oleh seorang konselor
kepada klien atau konseli dalam bentuk ertanyaan terbuka (general lead atau open-ended
question) dan pertanyaan tertutup atau menggali (specific lead atau cloused question).
Keterampilan konseling bertanya ini juga disebut dengan questioning strategies.
Kapasitas bertanya atau questioning strategies ini bagi konselor merupakan
kemampuan yang sangat penting dalam rangka untuk memusatkan atau memfokuskan
konten atau isi pembicaraan dalam proses bimbingan dan konseling. Di antara tujuannyan
adalah untuk membantu konselor untuk memastikan semua rincian yang disebutkan oleh
klien atau konseli dapat dipahami secara utuh dan sempurna sehingga menjadi bekal dasar
bagi konselor untuk lebih mengembangkan langkah-langkah selanjutnya.
Adapun prosedur melakukan keterampilan konseling kapasitas bertanya terdapat tiga
aspek penting dalam pengembangannya yang dirumuskan yaitu, Pertama, aspek pemilihan
kata yang tepat dan dimengerti oleh konselor untuk bertanya kepada konseli atau klien.
Kedua, aspek sejauh mana respons pertanyaan yang dilontarkan konselor diharapkan atau
disukai oleh konseli atau klein. Ketiga, aspek tingkat kebebasan bagi konseli untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh konselor.
Ketiga aspek tersebut di atas, apabila dihubungkan dengan metode tanya jawab
sebagai instrumen strategis dalam model konseling Qur`ani, maka salah satu contohnya
adalah seperti dalam kisah tanya jawab yang terjadi antara Nabi Ibrahim AS dan para malaikat
yang menjadi tamunya. Kisah ini terdapat dalam Surah Hu>d/11: 74-76, sebagai berikut:
َْ َ َ ُ ْ ُ ُ َْ َ َ ُ ْ َ ﱠ َ َ َ َ ْ َْ َ ﱠ
ﻮط ٍ الﺮوع وجﺎءته ال َ ٰى ج ِﺎدلنﺎ ِ قﻮ ِم ل فلمﺎ ذهب عن ِإبﺮ ِاه ﻢ
ب ٌ إ ﱠن إ ْب َﺮاه َﻢ ل َحل ٌﻢ أ ﱠو ٌاه ُﻣن
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ْ َ َُْ ٌ َ َ ْ ْ َُ َْ ُ ْ ْ َ ْ ََٰ ﱠ ُ َ ْ َ َ ُْ َﱢ َ َ ﱠ
ود
ٍ يﻬﻢ عذاب غ ﻣﺮد ِ ﺎ ِإبﺮ ِاه ﻢ أعﺮض عن ه ذا ۖ ِإﻧه قد جﺎء أﻣﺮ ر ك ۖ و ِ ﻧﻬﻢ آ ِت
Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang
kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth.
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka
kembali kepada Allah. Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang
ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat
ditolak. (Hu>d/11: 74-76)
Ayat ke-74 sampai 76 dari Surah Hu>d di atas menyebutkan tentang tanya jawab yang
terjadi antara Nabi Ibrahim AS dengan para malaikat yang diutus Allah SWT sebagai tamu Nabi
Ibrahim AS. Sebelum tanya jawab ini terjadi, para malaikat memberi kabar gembira kepada
Nabi Ibrahim AS tentang kelahiran putranya yang saleh yang dinamai Ishaq AS. Setelah para
malaikat selesai mebahas kelahiran putra Nabi Ibrahim AS, kemudian Nabi Ibrahim AS
mengajukan pertanyaan kepada para malaikat
D. Bentuk dan Teknik Psikoterapi Islam
Pembagian dua kategori obat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri
manusia terdapat dua substansi yang bergabung menjadi satu, yaitu jasmani dan ruhani.
Masing-masing substansi ini memiliki sunnah (hukum) tersendiri yang berbeda satu dengan
yang lain. Kelainan (penyakit) yang terjadi pada aspek jasmani harus ditempuh melalui sunnah
pengobatan hissin, bukan dengan sunnah pengobatan ma‟nawi seperti berdoa. Tanpa
menempuh sunnahnya maka kelainan itu tidak akan sembuh. Permasalahan tersebut menjadi
lain apabila yang mendapat kelainan itu kepribadian (tingkah laku) manusia. Kepribadian
merupakan produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Aspek ruhani menjadi esensi kepribadian
manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh karena kedudukan seperti ini
maka kelainan kepribadian manusia tidak akan dapat disembuhkan dengan sunnah
pengobatan hissi, melainkan dengan sunnah pengobatan m‟nawi. Demikian juga, kelainan
jasmani seringkali disebabkan oleh kelainan ruhani dan cara pengobatannyapun harus
dengan sunnah pengobatan ma‟nawi pula.
Dokter sekaligus filosof Muslim yang pertama kali memfungsikan pengetahuan jiwa
untuk pengobatan medis adalah Abu Bakar Muhammad Zakariah al-Razi (864-925). Menurut
al-Razi, tugas seorang dokter di samping mengetahui kesehatan jasmani (al-thibb al-jasmani)
dituntut juga mengetahui kesehatan jiwa (at-thibb al-ruhani). Hal ini untuk menjaga
keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, supaya tidak terjadi keadaan
yang minus atau berkelebihan. Oleh karena konsep ini maka al-Razi menyusun dua buku yang
terkenal, yaitu al-Thibb al-Manshuriyah (kesehatan al-Manshur) yang menjelaskan
pengobatan jasmani, dan at-thibb al-ruhani (kesehatan mental) yang menerangkan
pengobatan jiwa.
Kutipan diatas menunjukan urgensinya suatu pengetahuan tentang psikis,
Pengetahuan psikis ini tidak sekedar berfungsi untuk memahami kepribadian manusia, tetapi
juga untuk pengobatan penyakit jasmaniah dan ruhaniah. Banyak di antara penyakit jasmani
seperti kelainan fungsi pernapasan, usus perut dan sebagainya justru diakibatkan oleh
kelainan jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stres, waswas, dengki, iri-hati, nifak dan
sebagainya seringkali menjadi kondisi emosi seseorang labil dan tak terkendali. Kelabilan jiwa
ini mempengaruhi syaraf dan fungsi organik, sehingga terjadi penyempitan di saluran
pernapasan, atau penyempitan usus perut yang mengkibatkan penyakit jasmani.
Penyempitan usus perut yang mengkibatkan penyakit jasmani. Ibnu Qayyim al-
jauziyah dalam “Ighatsah al-Lahfan” lebih spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori,
yaitu tabi‟yyah dan syar‟iyyah. Psikoterapi tabi‟iyyah adalah pengobatan secara psikologis
terhadap penyakit yang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam
kondisi tertentu, seperti penyakit kecemasan, kegelisahan, kesedihan, dan amarah.
Penyembuhannya dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya. Psikoterapi syar‟iyyah
adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat diamati
dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, tetapi ia benar-benar
penyakit yang berbahaya, sebab dapat merusak kalbu seseorang, seperti penyakit yang
ditimbulkan dari kebodohan, syubhat, keragu-raguan, dan syahwat. Pengobatannya adalah
dengan penanaman syariah yang datangnya dari Tuhan. Hal itu dipahami dari Qs. Al-An‘am :
125.
Muhammad Mahmud Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi
psikoterapi Islam dalam dua kategori; Pertama, bersifat duniawi, berupa pendekatan dan
teknik-teknik pengobatan psikis setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata;
Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan agama.
Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson, terdapat enam teknik psikoterapi yang
digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain:
1. Teknik Terapi Psikoanalisis
Bahwa di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan yang saling berlawanan yang
menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik ini mempunyai pengaruh kuat pada
perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik
ini menekankan fungsi pemecahan masalah dariegoyang berlawanan dengan impuls seksual
dan agresif dariid. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya,
paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan
mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud
ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.
2. Teknik Terapi Perilaku
Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu, antara
laindesensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan,
pengulanganperilaku yang pantas danregulasi diriperilaku.
3. Teknik Terapi Kognitif
Perilaku Teknik modifikasi perilaku individu dan mengubah keyakinan maladatif.
Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa
dengan interpretasi yang lebih realistik.
4. Teknik Terapi Humanistik
Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu
menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis
yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga timbul jika proses
pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain.
5. Teknik Terapi Elektik atau Integratif
Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu. Terapis
mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual, dan
depresi.
6. Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga
Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk
menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah
serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-
istri, atau hubungan arang tua anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk
berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.
E. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh Konselor dalam melaksanakan Konseling dalam
Islam
seorang konselor Islami harus mememiliki akhlak sebagai berikut :
a. Berkomunikasi secara baik
Dalam melakukan konseling, perlu dilakukan dengan komunikasi yang baik. Tanpa
komunikasi yang baik, niscaya pesan yang diinginkan sulit menimbulkan efek yang positif
terhadap klien. Dalam al-Qur'an, terdapat beberapa isyarat tentang pola-pola komunikasi
yang ditunjukkan dalam beberapa istilah seperti tabel berikut ini:
1. Qawlan ma'rufan (Al-Baqarah: 263; An-Nisa': 8; Al-Ahzab: 32) maksudnya Perkataan
yang baik Bahasa yang sesuai dengan tradisi, bahasa yang pantas atau cocok untuk
tingkat usianya; bahasa yang dapat diterima akal untuk tingkat usia.
2. Qawlan kariman (Al-Isra': 23) maksudnya Perkataan yang mulia Bahasa yang memiliki
arti penghormatan, bahasa yang enak didengar karena terdapat unsur-unsur
kesopanan.
3. Qawlan maysuran (Al-Isra': 28) maksudnya Perkataan yang pantas Bahasa yang
dimengerti, bahasa yang dapat menyejukkan perasaan.
4. Qawlan balighan (An-Nisa: 63) maksudnya Perkataan yang mengena/ mendalam
Bahasa yang efektif, sehingga tepat sasaran dan tujuannya, bahasa yang efisien,
sehingga tidak membutuhkan banyak biaya, waktu dan tempat.
5. Qawlan layyinan (Thaha: 44) maksudnya Perkataan lemah lembut Bahasa yang halus,
sehingga menembus relung kalbu, bahasa yang tidak menyinggung perasaan orang
lain, bahasa yang baik dan enak didengar.
Bahasa di atas dapat digunakan melihat kondisi dan psikologi klien sehingga tujuan dari
proses konseling dapat tercapai dengan baik.
b. Kasih Sayang
Kasih sayang (rahmah) adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap konselor. Karenanya
orang yang hatinya keras tidak layak menjadi konselor. Sebab, kasih sayang yang merupakan
gerakan kalbu adalah modal perasaan yang secara otomatis bisa mendorong pendidik, dan
menolak untuk tidak suka meringankan beban orang yang didik.
c. Lemah Lembut
Sikap lemah lembut merupakan sikap yang tidak bisa dipisahkan dari sikap kasih
sayang yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Demikian halnya Rasulullah SAW, sebagai
konselor umat sepanjang zaman, juga memiliki akhlak yang lemah lembut. Akhlak ini memang
telah dianugerahkan Allah kepada para Nabi-Nya, firman-Nya:
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka...
d. Sabar (patience)
Sabar adalah bekal setiap konselor. Seorang pendidik (konselor) yang tidak berbekal
kesabaran, ibarat musafir yang melakukan perjalanan tanpa bekal. Bisa jadi dia akan gagal,
atau kembali sebelum sampai ke tempat tujuan. Melalui kesabaran konselor dalam proses
konseling dapat memban-lu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar
konselor menunjukkan lebih memperhatikan diri klien daripada hasilnya. Konselor yang sabar
cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak tergesa-gesa.
e. Tawadhu’
Untuk menggugah simpati klien, sifat tawadhu' dari seorang konselor juga diperlukan.
Dengan sifat tawadhu' akan menambahkan keakraban antara keduanya. Sifat ini juga tampak
dalam diri Rasulullah SAW sehingga ia dikenal sebagai guru yang tawadhu’.
f. Toleransi
Dalam melaksanakan konseling, seorang konselor juga dituntut untuk bersikap toleran
terhadap kliennya. Hal ini selalu dilakukan oleh Rasulullah SAW. Misalnya, toleransi nabi
terlihat dalam hadis tentang orang yang bersetubuh di siang hari Ramadhan dalam keadaan
puasa.
g. Demokratis dan Terbuka
Sebagai seorang konselor yang bijaksana, juga diperlukan sikap toleransi yang tinggi
kepada klien. Perlu pula keterbukaan antara keduanya sehingga berbagai persoalan yang
dihadapi oleh klien dapat diselesaikan.
h. Jujur (honesty)
Yang dimaksud jujur di sini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan (terbuka),
autentik, dan asli (genuine).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep dasar terapi Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw., yang
aplikasinya dapat dengan beberapa cara dan pendekatan. Terapi yang dilaksanakan dan
dikembangkan oleh para Pakar Barat, sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi saw. Dapat diterima dan itu yang dinamakan terapi Islami. Prosedur terapi Islam,
melalui beberapa tahapan, yaitu terapis (konselor) perlu mengkaji dan mendalami
pengalaman klien, menggali pengalaman masa lalu selama hal itu relevan dengan
permasalahan yang dihadapi oleh klien. Tindakan, berikutnya, baik terapis maupun klien
mengkaji ulang kembali apa yang telah dipelajari klien selama terapi berlangsung, dan apa
yang akan diterapkannya nanti dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA