Anda di halaman 1dari 23

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Filsafat Manajemen Pendidikan Selamat Maulana S.Pd., M. Pd


Islam

EPISTEMOLOGY PRINSIP-PRINSIP DAN FUNGSI MANAJEMEN


PENDIDIKAN ISLAM

OLEH

Alvita Sari 220101050045


Ilham Saputra 220101050287
Yurida Salsabila 220101050261

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
BANJARMASIN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat, dan berkah-Nya, dan dengan pertolongan-Nya, sehingga tugas makalah ini dapat
diselesaikan dengan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan
oleh-Nya kepada junjungan kita Rasulullah Saw, para Sahabat dan seluruh pengikut
Beliau hingga akhir zaman.
Sehingga kami dapat menyusun dan menyelasaikan makalah kami yang berjudul
“Epistemology Prinsip-prinsip dan Fungsi Manajemen Pendidikan Islam” dengan
lancar tanpa suatu halangan. Penyusunan makalah ini disusun secara sistematis dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah
ini. Sebab itu kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafat
Manajemen Pendidikan Islam bapak Selamat Maulana S.Pd., M.Pd yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Terlepas dari semua itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari para pembaca. Sehingga kami dapat mengintropeksi diri serta
memperbaiki kesalahan yang kami lakukan dalam penyusunan makalah ini. Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Aamiiin…

Banjarmasin, 20 September 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii


DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2
A. Epistemology Prinsip - Prinsip Manajemen ........................................................... 2
B. Epistemology Fungsi – Fungsi Manajemen ............................................................ 8
C. Epistemology Pengorganisasian dan Koordinasi .................................................... 14
D. Epistemology Budgeting dan Coordinating ............................................................ 16
PENUTUP ................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika mempelajari Filsafat maka akan selalu bertemu dengan salah satu dari cabang
filsafat yaitu “Epistomologi”. Epistomologi membicarakan sumber pengetahuan dan
bagaimana cara memperolehnya. Bagi para calon manajer yang akan berkecimpung di
dunia pendidikan haruslah mengetahui dan memahami filsafat manajemen pendidikan
dengan betul agar mengetahui urgensi dari apa yang sedang ia tekuni serta tidak hanya
serta merta memanajemen sebuah pendidikan semata.
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.
Suatu pendidikan dipandang bermutu diukur dari kedudukannya untuk ikur
mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional adalah
pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas. Untuk itu perlu
dirancang suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan proses
pembelajaran yang menyenangkan dan menantang peserta didik untuk mengembangkan
diri secara optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja epistemology prinsip-prinsip manajemen?
2. Apa saja epistemology fungsi-fungsi manajemen?
3. Bagaimana epistemology pengorganisasian dan koordinasi?
4. Apa itu epistemology budgeting dan coordinating?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja epistemology prinsip – prinsip manajemen
2. Untuk mengetahui apa saja epistemology fungsi – fungsi manajemen
3. Untuk mengetahui epistemology pengorganisasian dan koordinasi
4. Untuk mengetahui epistemology budgeting dan coordinating

1
PEMBAHASAN

A. Epistemology Prinsip - Prinsip Manajemen


Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari sifat, asal-usul, batasan,
dan batasan pengetahuan. Ini mencakup pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana
kita tahu sesuatu, apa yang dapat diketahui, bagaimana kita membenarkan
pengetahuan kita, serta sifat dasar pengetahuan itu sendiri. Epistemologi berusaha
untuk memahami proses berpikir, akar dari keyakinan, dan dasar-dasar pengetahuan
manusia. Ini adalah salah satu aspek penting dalam filsafat yang membantu kita
memahami bagaimana pengetahuan dibangun dan dievaluasi.
Prinsip dasar Manajemen Pendidikan Islam yang notabene mengandung berbagai
prinsip umum yang fleksibel sehingga ia sejalan dengan kemajuan dan perkembangan
yang baik pula, khususnya di Era Revolusi Industri 4.0 ini. Prinsip- prinsip inilah yang
membedakan antara manajemen pendidikan secara umum dengan Manjemen
Pendidikan Islam. Mengenai prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan Islam dalam Al-
Quran, maka secara terperinci beberapa diantara prinsip dasar Manajemen Pendidikan
Islam jika diterapkan dalam konteks persekolahan atau madrasah dan pesantren dapat
diuraikan sebagai berikut.1
1. Prinsip Ikhlas
Dalam mengelola madrasah, sekolah ataupun pesantren pada hakikatnya
adalah sebuah kepercayaan dan tugas amanah dari Allah SWT. Sering kali dalam
aplikasinya kita menghadapi beban tugas yang tidak sebanding dengan materi yang
akan diperoleh. Jika kita berprinsip materialistis, maka tentu yang akan terjadi
adalah kurang optimalnya pekerjaan yang dilakukan, hal ini disebabkan kita akan
selalu membandingkan apa yang kita kerjakan dengan apa yang kita peroleh.
Dalam kaitannya hal ini, keikhlasan adalah sebuah prinsip yang akan mendorong

1
Hisam Ahyani, Agus Yosep Abduloh, and Tobroni Tobroni, “PRINSIP-PRINSIP DASAR
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL-QUR’AN,” Jurnal Isema : Islamic Educational
Management 6, no. 1 (June 30, 2021): 37–46, https://doi.org/10.15575/isema.v6i1.10148.
2
kita untuk berbuat yang terbaik meski apa yang kita peroleh tidak sebanding
dengan antara materi duniawi yang didapatkan, ini dikarenakan kita yakin bahwa
apa yang kita lakukan semata-mata sebagai wujud ibadah dan semata-mata
mengharap ridha dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran
Surat Al-A’raf ayat 29 yang berbunyi sebagai berikut

ِّ ُ‫صيْنَ لَه‬
ِۗ‫الديْنَ ە‬ ِّ ‫ع ْوهُ ُم ْخ ِّل‬ ِِّۗ ‫قُ ْل ا َ َم َر َربِّ ْي بِّ ْال ِّقس‬
ُ ْ‫ْط َواَقِّ ْي ُم ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم ِّع ْندَ ُك ِّل َمس ِّْج ٍد َّواد‬
‫َك َما بَدَا َ ُك ْم تَعُ ْود ُْو ِۗ َن‬

Katakanlah, “Tuhanku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada


Allah) pada setiap salat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-
mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana
kamu diciptakan semula.
Ayat di atas mengajarkan agar manusia senentiasa mengikhlaskan diri dari
segala bentuk peribadatan kita semata-mata karena Allah SWT, disertai dengan
keyakinan bahwa Allah SWT pasti akan memberikan balasan yang setimpal atas
apa yang ibadah kita lakukan itu. Konsekuensi logisnya jika sebuah sekolah atau
pesantren dipimpin oleh seorang manajer yang memiliki prinsip ikhlas karena
Allah SWT, maka niscaya sekolah atau pesantren itu akan mendapatkan
perlakukan manajerial terbaik yang diharapkan mampu dilakukan oleh manajer
tersebut, dan hal ini tentu akan sangat berdampak kepada kualitas sekolah atau
pesantren tersebut ke depannya.
Dalam konteks kekinian terkait lembaga pendidikan Islam mulai dari sumber
daya manusia yang merupakan tenaga atau personel kependidikan yang terdiri dari
kepala sekolah, kemudian tenaga pendidik, dan pegawai tata usaha sampai dengan
pesuruh atau bawahan. Itu semua personel pendidikan tersebut harus dikelola
secara profesional dan matang dalam hal mendoktrin dalam hal ikhlas, luruskan
niat dengan niat yang tulus, dan berniat hanya mengharapkan ridha ilahi Rabbi
yang maha ikhlas sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing.

3
Manajemen dalam ranahnya membangkitkan cita rasa yang ikhlas ini, salah
satu bidang ilmu pengetahuan yang telah berkembang dan diterapkan dalam
berbagai tatanan organisasi, baik itu pemerintahan, perusahaan, sosial, maupun
pendidikan formal maupun non formal. Dasar keihlasan inilah yang harus
ditanamkan.

Adanya penerapan ilmu manajemen tersebut, diharapkan organisasi maupun


lembaga dapat mencapai tujuan-tujuannya yang ingin dicapai melalui disiplin
ilmu dalam prinsip ikhlas secara efektif dan efisien, serta menghasilkan
produktivitas yang tinggi dengan prinsip ikhlas tersebut. Kendatipun ilmu
manajemen itu berasal dari barat, dan telah berkembang ke seluruh dunia, akan
tetapi sesungguhnya melalui Al-Quran dan Al-Hadits, Islam telah melahirkan
sekaligus meletakkan dasar-dasar manajemen dalam diri seseorang maupun
kelompok, dari mulai kehidupan pribadi atau personal, sosial sampai pada
memanajemen kehidupan secara lebih luas dan terarah. Tetapi, karena umat Islam
tidak lagi mau menggali kandungan Al-Quran sebagaimana pada zaman Islam
klasik dahulu, maka pada saat ini baik ilmu pengetahuan maupun peradaban juga
termasuk ahli-ahli manajemen lebih banyak lahir dari dunia barat.
Pendidikan Islam yang notabene merupakan sebuah proses transformasi yang
di terapkan bagi setiap insan ini dalam ranah nilai-nilai Islam kepada peserta didik
sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di
akhirat. Dengan demikian pula, maka yang dinamakan sebuah Manajemen
Pendidikan Islam itu merupakan proses pemanfaatan semua sumber daya yang
dimiliki oleh umat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya, baik itu perangkat
keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan guna menjadikan terobosan
baru melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif dan efisien serta produktif
guna tercapainya sebuah kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di
akhirat.
Selain daripada itu semua diatas yang sudah dijelaskan, konsep Manajemen
Pendidikan Islam perspektif atau pandangan Al-Quran sendiri yaitu diantaranya
konsep fleksibel. Fleksibel ini tidaklah kaku dalam artian lentur. Berdasarkan hasil
pengamatan walaupun sifatnya masih terbatas, hal ini menunjukkan bahwa sekolah

4
atau madrasah meraih prestasi unggul. Hal ini justru dikarenakan adanya
fleksibilitas pengelolanya dalam menjalankan tugas- tugasnya. Artinya jika
dikaitkan dengan keikhlasan dalam menjalankan tugas- tugas dan tupoksi para
SDM ini akan menimbulkan kelenturan dalam suatu manajemen. Lentur disini
bermakna manajemen yang demkoratis.
2. Prinsip Jujur
Salah satu sifat yang dimiliki oleh baginda Rasulullah SAW yang dibawa
sejak sebelum masa kenabian tiada lain adalah sifat jujur.Jujur ini menjadi identitas
seorang Nabi dan Rasul Muhammad SAW yang menjadikannya dikenal dan
dipercaya oleh seluruh masyarakat Arab pada kala itu. Tentu hal ini menjadi uswah
bagi kita sebagai umatnya, betapa kejujuran kemudian akan menjadi modal untuk
memimpin umat. Jika kita berkaca pada realita manajerial di Era Revolusi Industri
4.0 ini, maka kejujuran adalah sesuatu yang sangat mahal dan langka. Munculnya
kasus KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) yang semakin merambah di kalangan
para pejabat contohnya, mulai dari pejabat tinggi negara, hingga kepada level
pejabat di sekolah mengindikasikan betapa semakin memudarnya sifat kejujuran,
hal ini dikarenakan bagaimanapun perilaku KKN itu terjadi ketika orang sudah
mengabaikan kejujuran. Beberapa ayat Al-Quran berbicara tentang kejujuran,
diantaranya dalam Surat Al-Ahzab ayat 24. Surat Al-Zumr ayat 33, Surat At-
Taubah ayat 119 dan Surat Muhammad ayat 21 dengan penjelasan sebagai berikut.
‫اّٰلل لَ َكانَ لَّ ُه ْۚ ْم َخي ًْرا‬ َ ‫اْل ْم ِۗ ُر فَلَ ْو‬
َ ‫صدَقُوا ه‬ ٌ ِۗ ‫طا َعةٌ َّوقَ ْو ٌل َّم ْع ُر ْو‬
َ ْ ‫ف فَ ِّاذَا َعزَ َم‬ َ
Artinya:Yang lebih baik bagi mereka adalah) taat (kepada Allah) dan bertutur kata
yang baik. Sebab apabila perintah (perang) ditetapkan (mereka tidak
menyukainya). Padahal jika mereka benar-benar (beriman) kepada Allah, niscaya
yang demikian itu lebih baik bagi mereka. .(QS: Muhammad: 21)

َ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِّذيْنَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا ه‬


‫اّٰلل َو ُك ْونُ ْوا َم َع ال ه‬
َ‫ص ِّدقِّيْن‬
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah
kamu dengan orang-orang yang benar. (QS. At-Taubah: 119).
Dalam konteks persekolahan atau pesantren misalnya, kejujuran menjadi prinsip
yang sangat penting dimiliki oleh pimpinan madrasah/sekolah/pesantren.
Pimpinan madrasah/sekolah/pesantren memiliki legitimasi untuk menetapkan

5
banyak kebijakan sekolah, termasuk kebijakan dalam anggaran. Dalam konteks ini,
peluang untuk merekayasa data dan melakukan kecurangan sangat terbuka lebar.
Namun jika memiliki prinsip kejujuran, maka tentunya sebesar apapun peluang
untuk melakukan perilaku kebohongan, tentu tidaklah akan dilakukan.
Konsekuensi bagi sekolah yang dipimpin oleh seorang manajer yang jujur
tentu sekolah itu akan mendapatkan hak sesuai dengan peruntukan yang diberikan
kepadanya. Program-program pemerintah yang saat ini banyak berpihak kepada
pengembangan kualitas sekolah tentu akan tepat sasaran dan peningkatan kualitas
pendidikan yang diharapkan akan menjadi sebuah keniscayaan dan tidak akan
banyak mengalami kebocoran dana atau penyalahgunaan wewenang.
Amanah dalam agama Islam menjelaskan bahwa jabatan merupakan sebuah
amanah yang harus di pertanggung jawabkan. Pertanggung jawaban ini tidak
hanya di dunia saja kepada manusia, tetapi juga di akhirat kelak kepada Allah SWT.
Amanah dimaknai sebagai kepercayaan, maka seseorang yang diberi amanah ialah
orang yang mendapatkan kepercayaan untuk memegang suatu tugas tertentu. Allah
SWT berfirman dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 58 sebagai berikut.
ٰٓ ِّ ‫اْلمٰ ٰن‬
َ ْ ‫اّٰلل يَأ ْ ُم ُر ُك ْم ا َ ْن ت ُ َؤدُّوا‬
ِۗ ‫اّٰلل نِّ ِّع َّما يَ ِّعُُ ُك ْم ِّبه‬ ِّ َّ‫ت ا ِّٰلى ا َ ْه ِّل َه ۙا َواِّذَا َحك َْمت ُ ْم بَيْنَ الن‬
َ ‫اس ا َ ْن ت َ ْح ُك ُم ْوا ِّب ْال َعد ِّْل ِۗ ا َِّّن ه‬ َ ‫ا َِّّن ه‬
ِّ َ‫اّٰلل َكانَ َس ِّم ْي ًع ۢا ب‬
‫صي ًْرا‬ َ ‫ا َِّّن ه‬

Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya
kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi
pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.(QS. An-
Nisa 58)
Berdasarkan penjelasan ayat di atas, maka amanah baiknya hendak diberikan
kepada orang yang berhak menerimanya, diantaranya yang berhak adalah orang-
orang yang memenuhi kriteria sesuai dengan karakteristik pekerjaan atau tugas
yang akan diembannya tersebut. Selanjutnya, orang yang diberi amanah harus
mewujudkan amanah yang diembannya tersebut dan tidak melakukan
penyelewengan atau penyalahgunaan. Dalam konteks persekolahan maupun
pesantren, jabatan pimpinan sekolah dan pengasuh pondok pesantren adalah
sebuah amanah. Seorang pemimpin sekolah atau guru atau dosen yang memiliki

6
prinsip bahwa pekerjaan atau tugasnya itu adalah sebuah amanah, maka dia tentu
akan selalu berusaha melaksanakan kepercayaan tersebut sesuai dengan apa yang
ditugaskan dan yang menjadi kewenangan yang diberikan kepadanya.
Penyelewengan atau penyalahgunan terhadap suatu tugas dan wewenang
tertentu yang diembankan kepadanya adalah mengindikasikan bahwa orang
tersebut adalah orang yang tidak amanah. Maka, sekolah atau pesantren yang
dihuni oleh orang-orang yang amanah dengan sendirinya akan mendapatkan
sebuah kultur kehidupan dimana semua orang berpegang dan bekerja sesuai
dengan apa yang menjadi tugas dan kewenangannya, dan hal ini tentu akan sangat
berdampak signifikan terhadap kualitas sekolah atau pesantren tersebut. Segala
jenis program yang dibuat sekolah atau pesantren tentu akan relatif lebih mudah
untuk segera diwujudkan.
3. Prinsip Adil
Salah satu prinsip dasar yang tidak kalah penting dalam Manajemen
Pendidikan Islam adalah sifat adil. Menurut Abuddinnata tentang keadilan adalah
sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada persamaan atau bersikap
tengah-tengah (tawasuth) diantara dua perkara . Keadilan dalam hal ini, yang
terjadi berdasarkan keputusan akal yang dikonsultasikan dengan agama. Adil
sering juga dimaknai sebagai suatu sikap yang moderat, obyektif terhadap orang
lain dalam memberikan hukuman atau punishment yang sering diartikan pula
dengan persamaan dan keseimbangan dalam memberikan hak orang lain tanpa ada
yang dilebihkan atau dikurangi. Berlaku adil sangatlah dianjurkan dalam
kehidupan sehari-hari, bahkan menjadi salah satu indikator ketaqwaan seseorang.
Dalam konteks persekolahan atau pesantren, keadilan sering kali menjadi hal
yang sangat sensitif dan sangat rentan timbulnya konflik ketika sifat adil itu tidak
diwujudkan. Pemberian gaji atau tunjangan misalnya bagi guru atau dosen sampai
pemberian tugas atau wewenang dan tanggung jawab adalah diantara bagian
manajemen persekolahan atau madrasah yang memiliki peluang melahirkan
ketidakadilan. Oleh karenanya, manajemen dalam pendidikan Islam, keadilan
harus didahulukan guna menjadi prinsip dasar yang dimiliki oleh seorang
pemimpin di dalamnya.

7
Sebuah sekolah atau madrasah yang memiliki pemimpin yang adil di
dalamnya, akan memiliki kultur sekolah atau madrasah yang kondusif bagi
pengembangan kualitas didalamnya.
Pendidikan Islam juga dituntut ideal. Maksudnya pendidikan harus memunculkan
bagaimana sifat yang transenden dan integral, hal ini sangat berguna sekali dalam
hal ini yang berkaitan antara alam fisik dan metafisik, karena keduanya saling
berhubungan satu sama lain. Pendidikan juga dituntut harus mampu melatih
perasaan peserta didik sehingga dalam hal sikap hidup, tindakan, keputusan dan
pendekatan terhadap segala jenis pengetahuan, hal tersebut dipengaruhi sekali oleh
nilai spiritual.
Untuk meminimalisir hal di atas, yakni mengenai salah satu prinsip dasar yang
tidak kalah penting dalam Manajemen Pendidikan Islam adalah sifat adil di
sekolah peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pendidikan Islam. Pendidikan
Islam merupakan usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar
mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah
(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan hadirnya pendidikan Islam maka
peserta didik mengerti hal yang baik dan buruk dan dengan itu secara tidak
langsung tau akan arti kebersamaan, toleran, dan mampu menyesuaikan diri dalam
berbagai perbedaan dan kemajemukan. Dalam pendidikan multikultural ini
diharapkan sifat adil dalam Manajemen Pendidikan Islam sebagai dasar atau
pondasi yang tergabung dalam Manajemen Pendidikan Islam ini dapat
dimanfaatkan teori keadilan ini.2
B. Epistemology fungsi-fungsi Manajemen
Adapun fungsi manajemen secara umum menurut Robbin dan Coulter,
bahwa fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Senada dengan itu Mahdi bin
Ibrahim menyatakan bahwa fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam
pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : Perencanaan, pengorganisasian,

2
Abduloh, A. Y., & Ahyani, H. (2020). Pendidikan Hati Menurut Al-Ghazali (Keajaiban Hati:
Penjelasan Tentang Perbedaan Antara Dua Maqom). Tawadhu, 4(2), 1209–1227.
8
pengarahan dan pengawasan. Untuk mempermudah pembahasan mengenai fungsi
manajemen pendidikan Islam, maka akan diuraikan fungsi manajemen pendidikan
Islam sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang
pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, kepemimpinan, dan pengawasan. Apa hakekat perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan / kepemimpinan, dan pengawasan tersebut bila
dihubungkan dengan pendidikan Islam?. Menurut penulis disinilah ontologi
manajemen pendidikan Islam tersebut.
1. Fungsi Perencanaan (Planning).
Kata perencanaan (planning) merupakan istilah umum yang sangat luas cakupan
kegiatannya. Pengertian dari perencanaan adalah suatu proses pengambilan
keputusan untuk menyusun suatu rencana (plan). Para ahli mendefinisikan kata
perencanaan dengan kalimat berbeda-beda, tergantung aspek apa yang ditekankan.
Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik atau teratur
untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah, 66 dapat berbentuk grafis
atau visual atau gambar bangunan dan lingkungannya atau dapat juga
verbal berupa rangkaian kata-kata. Perencanaan diartikan sebagai upaya
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala
keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Di dalam ilmu
manajemen, perencanaan merupakan bagian paling awal dari fungsi manajemen yang
lain. Rencana (plan) adalah produk dari proses perencanaan yang dimaksudkan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu melalui tahap-tahap kegiatan. Setiap rencana
paling tidak mempunyai 3 unsur pokok, yaitu sebagai berikut:
a. Titik Tolak Perencanaan ( Planing) Titik tolak rencana merupakan kondisi
awal dari mana kita berpijak di dalam menyusun rencana dan sekaligus
nantinya menjadi landasan awal untuk melaksanakan rencana tersebut. Di
dalam perencanaan pendidikan, titik tolak rencana adalah berupa fakta
kondisional lembaga pendidikan tersebut, Relevansi lembaga pendidikan dengan
dunia kerja, kondisi sarana yang diperlukan, dan lain-lain.
b. Tujuan (Goal) Tujuan adalah sesuatu keadaan yang ingin dicapai di masa
yang akan datang. Di dalam perencanaan pendidikan Islam tujuan yan ingin
dicapai adalah dicapainya kebahaiaan dunia dan kebahagiaan akherat serta

9
terhindar dari siksa neraka. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dijabarkan
dengan pencapaian sasaran-sasaran(objectives).
c. Arah Arah rencana merupakan pedoman untuk mencapai rencana dengan
cara yang legal, efisien, dan terjangkau oleh pelaksana. Pedoman mencakup
dari yang bersifat normatif, antara lain norma dan nilai social masyarakat,
peraturan perundangan, sampai yang bersifat operasional antara lain petunjuk
operasional dan petunjuk teknis untuk melaksanakan rencana. Apabila suatu
rencana tidak dilengkapi pedoman yang jelas maka pencapaian tujuan tidak
efektif dan terjadi pemborosan pemakaian sumber daya dan waktu.
Untuk melakukan perencanaan diperlukan teori perencanaan (planning theory)
yang sering dibedakan menjadi dua, yaitu teori merencana (theory of planning) dan
teori di dalam perencanaan (theory inplanning). Theory of planning adalah teori
bagaimana prosedur Menyusun rencana, bahwa rencana tersusun atas beberapa
tahapan kegiatan. Teori prosedural tersebut, misalnya rational model, instrumental
model, dan mixed scanning. Sedangkan theory in planning adalah teori-teori
substantif yang mendukung atau digunakan dalam proses Menyusun rencana. Teori
substantif tersebut misalnya sebagai berikut:
a. Teori psikologi perkembangan, untuk memprediksi kemampuan peserta didik
dari sisi IQ, EQ, dan SQnya. Dengan teori ini jelas pengetahuan yang harus
dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan tahap perkembangannya.
b. Teori Paedagogik, teori ini untuk merencanakan bagaimana cara memberikan
pengetahuan tersebut agar mudah difahami dan dilaksanakan oleh peserta
didik. Termasuk dalam hal ini teori media dan evaluasi pembelajaran.
c. Economic base theory (teori basis ekonomi) dan input-output theory; untuk
mengetahui efek ganda (multiplier effect) sektorsektor kegiatan.
d. Dan Teori - teori lain yang terkait.
perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam
menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat patal bagi
keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah SWT memberikan arahan kepada
setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan
dikemudian hari, sebagaimana Firman Allah dalam Al Qur’an surah Al Hasyr: 18,
yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

10
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Pada pengertian ayat diatas hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
diperbuatnya untuk hari esok artinya seseorang diharuskan merencanakan dengan
seksama hal-hal yang akan dilakukan untuk hari esok, hal yang prinsip yang
berkenaan dengan niat. Didalam niat tersebut terkait dengan tujuan untuk apa sesuatu
yang direncankan tersebut.
2. Fungsi Organization atau Kelembagaan
Kelembagaan/pengorganisasian dimaksudkan untuk mengelompokkan
kegiatan-kegiatan yang diperlukan dan bagaimana hubungan antar kegiatan tersebut
dalam suatu bentuk struktur organisasi atau institusi. Institusi yang dominan dalam
mengelola manajemen suatu pendidikan. Sehingga kegiatan anggota organisasi dapat
terlaksana secara efektif dan efisien.
Dikatakan efektif kegiatan tersebut terlaksana dengan tepat waktu, dikatakan
efisien kegiatan tersebut tepat guna. Ajaran Islam senantiasa mendorong para
pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab
bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa
diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi.
Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang
mendesain perjalanan organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika
kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan
lembaga pendidikan islam akan sangat membantu bagi para manajer Pendidikan
Islam.
Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengorganisasian merupakan fase
kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.Pengorganisasian terjadi
karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu
orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah
suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan
dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas-

11
tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-
masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan dan pengetahuan.
Menurut Rahman, amanat diberikan kepada orang-orang yang berhak yaitu
orang-orang yang memiliki kompetensi intelektual dan manajerial dalam sebuah
organisasi. Sebab profesionalisme sangat dihargai dalam Islam. Allah berfirman
dalam surat Al-Isra ayat 84, yang artinya: “Katakanlah: Tiap-tiap orang berbuat
menurut keadaannya
masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang
lebih benar jalannya.
Adapun dalam konteks pengorganisasian, dapat kita contohkan salah satu
aspek yang pokok, yakni manajemen kurikulum. Manajemen kurikulum adalah suatu
proses mengarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik sebagai tolak
ukur pencapaian tujuan pengajaran oleh pelajar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa,
rangkaian proses manajemen
kurikulum di lembaga pendidikan, mencakup: bidang perencanaan, pengorganisasian
dan koordinasi, pelaksanaan, dan evaluasi/ pengawasan.
3. Fungsi Actuating atau Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan kerja, atau usaha untuk mewujudkan tujuan dari
rencana yang telah dibuat/disusun. Hal ini terkait dengan :
a. Sumber Daya Manusia Sebagai Penggerak Organisasi
Setelah organisasi terbentuk maka untuk dapat bergerak diperlukan
sumber daya manusia. Untuk itu, dilakukan staffing, yaitu pengisian orang
yang sesuai untuk melaksanakan tugas dan fungsi bagian-bagian organisasi.
b. Strategi Pelaksanaan Manajemen
Mengingat bahwa pengelolaan Suatu lembaga pendidikan mencakup
berbagai unsur pendidikan maka tidak efisien apabila seluruh tugas tersebut
ditangani langsung oleh manajernya atau kepala sekolahnya. Pada era
manajemen modern, pemerintah lebih disarankan sebagai pengatur atau
fasilitator daripada sebagai pelaksana kegiatan di lapangan.
Misalnya, untuk membangun dan mengelola fasilitas umum, seperti
rumah sakit, sekolahan, dan jalan tol, cukup diserahkan kepada masyarakat
atau pihak swasta; sementara pihak pemerintah mengatur kebijaksanaan

12
mengenai lokasi dan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan kepentingan
orang banyak. Akan tetapi, untuk daerah-daerah yang penyediaan kebutuhan
dasar pelayanannya tidak efisien secara ekonomi maka harus tetap menjadi
tanggung jawab pemerintah. Misalnya, puskesmas dan sekolah di daerah
pedesaan atau daerah miskin.
c. Dampak Aplikasi Pengaturan Ruang
Salah satu tugas dari pemerintah adalah melakukan perencanaan kota
dan wilayah serta mengaplikasikannya. Perencanaan dan aplikasi rencana
tersebut merupakan bentuk aplikasi kekuasaan yang berkaitan dengan
penggunaan aset masyarakat yang berupa tanah/ruang. Dengan mandat
kekuasaan tersebut maka ada kontrol publik/pemerintah terhadap ruang atau
tanah milik pribadi. konsekuensi bagi pemilik tanah adalah apabila ada
kerugian akibat pengaturan rencana tata ruang maka akan ditanggung oleh
pemilik tanah itu sendiri.
Hal ini didasarkan aturan bahwa rencana tata ruang yang sudah
diundangkan mempunyai kekuatan hukum untuk ditaati bagi warga negaranya.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam
manajemen pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-
prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau
melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh.
4. Fungsi Pengendalian/Pengawasan
Pengendalian merupakan tidakan preventif, agar hasil suatu pekerjaan atau
pelaksanaan rencana tidak menyimpang dari tujuan yang direncanakan semula dan
berkelanjutan (sustenaible) Kegiatan pengendalian mencakup pengendalian intern
organisasi dan ekstern organisasi atau kegiatan yang terjadi di masyarakat.
Pengendalian intern organisasi dilakukan sesuai dengan budaya organisasi yang ada.
Misalnya, untuk budaya birokrat biasanya digunakan sistem pengawasan dari masing-
masing atasan.
Pengawasan merupakan tugas yang melekat pada setiap pimpinan sehingga
disebut sebagai pengawasan melekat (waskat). Tujuan pengendalian organisasi
adalah agar pelaksanaan tugas dan fungsi setiap komponen organisasi sesuai dengan
rencana dan program yang telah ditetapkan. Biasanya di dalam pelaksanaan rencana

13
tidak bersifat kaku karena dalam kurun waktu kegiatan dapat dilakukan evaluasi dan
revisi/penyesuaian rencana program dengan perkembangan kondisi yang terjadi.
Proses pengawasan merupakan fungsi manajemen terakhir yang ditempuh
dalam kegiatan manajerial, setelah perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan.
Pengawasan atau controlling merupakan proses pengamatan atau memonitor kegiatan
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan berjalan sesuai dengan rencana
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengawasan pendidikan Islam menjadi sangat strategis sekali apabila setiap orang
dalam organisasi harus menyadari pentingnya pengawasan agar tidak terjadi
penyimpangan. Namun perlu digaris bawahi bahwa nilai-nilai Islam mengajarkan
secara mendasar mengenai pengawasan tertinggi atas perbuatan dan usaha manusia
baik secara individu maupun secara organisatoris adalah Allah SWT. Pengawasan
dari Allah SWT., adalah terletak pada sifat Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha
Melihat. Allah telah menegaskannya dalam Al-Qur’an surah An Nisa ayat 135 yang
artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah,biarpun terhadap dirimu sendiri atau
ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin,Maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan.
Kegiatan pengawasan ini sangat terkait dengan kemampuan
pemimpin/ manajer. Oleh karenanya Kepemimpinan Pendidikan Islam
wajib memahami konsep dasar berbagai teori kepemimpinan. Istilah
kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut “Leadership”.3
C. Epistemology Pengorganisasian dan Koordinasi
Organisasi berasal dari bahasan Yunani “organon” yang berarti “alat” atau “sarana”.
Mendasarkan pada pengertian tersebut, penganut aliran ini mengatakan bahwa organisasi

3
Engkoswara, E., & Komariah, A. (2012). Administrasi Pendidikan. Alfabeta. Hasbullah, H.
(2006). Otonimi Pendidikan (Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan). PT Raja Grafindo Persada.
14
merupakan sarana (means) untuk mencapai suatu sasaran (ends). Daft mengemukakan
pendapat bahwa organisasi merupakan sekumpulan (social entities) yang memiliki suatu
tujuan serta dirancang secara sengaja untuk beraktivitas yang dikoordinasikan secara
sistematis serta terbuka dan terkait dengan lingkungan eksternal. Robbins menyatakan
bahwa organisasi dipandang sebagai kumpulan entitas
sosial yang secara sadar terkoordinasi dalam batasan-batasan yang relatif jelas serta
secara bersama-sama dalam batas waktu tertentu dan terus menerus berupaya mencapai
suatu sasaran.4
Budihardjo menambahkan bahwa semua organisasi memiliki visi, misi dan sasaran
yang ingin dicapai. Sasaran tersebut kemudian lazimdikenal sebagai keefektifan
organisasi (organizational effectiveness). Dalam konteks organisasi, yang perlu
diperhatikan agar sasaran tercapai secara maksimal adalah harus terukur. Artinya, dalam
merumuskan sasaran dari sebuah organisasi, harus melihat kemampuan yang dimiliki
dan mempertimbangkan berbagai faktor lainnya, apakah sasaran tersebut nantinya akan
dapat dicapai atau hanya akan menjadi slogan saja. Karena kemampuan dan berbagai
faktor yang mempengaruhi suatu organisasi berbeda, maka tentunya setiap organisasi
juga mempunyai sasaran yang
berbeda.
Wijayanti menyatakan bahwa organisasi merupakan suatu sistem yang terdiri
dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh
sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Paparan tersebut
menegaskan adanya beberapa unsur dalam organisasi yang harus terpenuhi, yaitu unsur
sistem, pola aktivitas kerja sama yang berulang-ulang, sekelompok orang, dan tujuan.5
Dengan demikian, organisasi dan pengorganisasi pada dasarnya merupakan
istilah yang lahir dari satu asal kata, yakni organon (dalam perspektif etimologi) dan
mengalami pergeseran paradigma menjadi organisasi dan pengorganisasian (dalam
perspektif terminologi). Karena telah mengalami pergeseran struktur kata untuk
digunakan mengistilahkan suatu makna, maka tentunya antara organisasi dan

4
Budihardjo, Andreas. 2011. Organisasi: Menuju Pencapaian Kinerja Optimum, Sintesis
Teori untuk Mengungkap “Kotak Hitam” Organisasi. Jakarta: Prasetiya Mulya
Publishing. h. 14.
5
Wijayanti, Irine Diana Sari. 2008. Manajemen. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. h. 4.
15
pengorganisasian terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut tampak dari sisi penempatan
(penggunaan), artinya organisasi dalam konteks ini dipandang sebagai suatu wadah atau
sistem dimana sekumpulan orang-orang atau entitas sosial melakukan berbagai aktivitas
untuk mencapai tujuan.
E. Epistemology Budgeting dan Coordinating
Fungsi Budgeting (Penganggaran) Fungsi ini dilakukan setelah tahap perencanaan
(planning) dinyatakan rampung. Fungsi budgeting (penganggaran) merupakan suatu proses
penghitungan biaya yang akan digunakan dalam berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Fungsi ini dipandang sebagai suatu proses, dengan asumsi bahwa
pembiayaan dimulai dari tahap persiapanpenyusunan rencana, pengumpulan data dan
informasi yang diperlukan, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri,
implementasi rencana yang sudah tersusun, hingga pada tahap pengendalian dan evaluasi
hasil pelaksanaan yang sudah direncanakan. 6 Menurutnya dalam penganggaran ini,
beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Pembiayaan harus realistis, tidak terlalu optimis dan tidak terlalu pesimis.
b. Pembiayaan harus luwes, tidak kaku dan mempunyai peluang untuk
c. disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan situasi.
d. Pembiayaan harus berazaskan kontinuitas, dalam arti membutuhkan
e. perhatian yang terus menerus, dan tidak merupakan usaha insidentil.
Fungsi Coordinating (Koordinasi) Coordinating (pengkoordinasian) merupakan
berbagai upaya atautindakan yang dilakukan seorang manajer untuk menghindari terjadinya
kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan dengan jalan menghubungkan, menyatukan
dan menyelaraskan tugas-tugas dan pekerjaan bawahan dalam mencapai suatu tujuan
bersama yang telah ditentukan organisasi. Pandangan tersebut menekankan pada
keteraturan dan kecocokan dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh setiap bawahan
untuk mengarahpada satu titik, yaitu pencapaian tujuan organisasi. Karena keteraturan dan
kecocokan yang terwujud antar bawahan, akan membangun semangat kesatuan dan kerja
sama yang tinggi dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, kelancaran fungsi
coordinating akan turut berperan serta dalam kesuksesan pencapaian tujuan yang telah

6
Ibid. h. 15.
16
ditetapkan. Sebaliknya, coordinating yang tidak berjalan sebagaimana mestinya juga akan
menjadi penyumbang besar kegagalan pencapaian tujuan organisasi.

17
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Prinsip dasar Manajemen Pendidikan Islam yang notabene mengandung berbagai
prinsip umum yang fleksibel sehingga ia sejalan dengan kemajuan dan perkembangan
yang baik pula, khususnya di Era Revolusi Industri 4.0 ini. Prinsip- prinsip inilah
yang membedakan antara manajemen pendidikan secara umum dengan Manjemen
Pendidikan Islam. Adapun prinsip – prinsipnya :
a. Prinsip Ikhlas
b. prinsip jujur
c. prinsip adil
2. Adapun fungsi manajemen secara umum menurut Robbin dan Coulter,
bahwa fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Senada dengan itu Mahdi bin
Ibrahim menyatakan bahwa fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam
pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : Perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan.
3. organisasi dan pengorganisasi pada dasarnya merupakan istilah yang lahir dari satu
asal kata, yakni organon (dalam perspektif etimologi) dan mengalami pergeseran
paradigma menjadi organisasi dan pengorganisasian (dalam perspektif terminologi).
Karena telah mengalami pergeseran struktur kata untuk digunakan mengistilahkan
suatu makna, maka tentunya antara organisasi dan pengorganisasian terdapat
perbedaan.
4. Pengendalian merupakan tidakan preventif, agar hasil suatu pekerjaan atau
pelaksanaan rencana tidak menyimpang dari tujuan yang direncanakan semula dan
berkelanjutan (sustenaible) Kegiatan pengendalian mencakup pengendalian intern
organisasi dan ekstern organisasi atau kegiatan yang terjadi di masyarakat.
5. Fungsi Budgeting (Penganggaran) Fungsi ini dilakukan setelah tahap perencanaan
(planning) dinyatakan rampung. Fungsi budgeting (penganggaran) merupakan suatu
proses penghitungan biaya yang akan digunakan dalam berbagai aktivitas untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Fungsi ini dipandang sebagai suatu proses,
dengan asumsi bahwa pembiayaan dimulai dari tahap persiapanpenyusunan rencana,
pengumpulan data dan informasi yang diperlukan, pembagian tugas perencanaan,

18
penyusunan rencana itu sendiri, implementasi rencana yang sudah tersusun, hingga
pada tahap pengendalian dan evaluasi hasil pelaksanaan yang sudah direncanakan.

B. Saran

Kami sebagai penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini ada

begitu banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik
maupun saran dari para pembaca yang dapat membangun semangat kami untuk
terus berkarya dan memperbaiki segala kesalahan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abduloh, A. Y., & Ahyani, H. 2020. Pendidikan Hati Menurut Al-Ghazali


(Keajaiban Hati: Penjelasan Tentang Perbedaan Antara Dua Maqom).
Tawadhu 4(2)
Ahyani, Hisam., Agus Yosep Abduloh & Tobroni, 2021. Prinsip-prinsip Dasar
Manajemen Pendidikan Islam.. Jurnal Isema :Islamic Education
Management 6(1), 37-46
Budihardjo, Andreas.2011. Organisasi: Menuju Pencapaian Kinerja Optimum,
Sintesis Teori untuk Mengungkap “Kotak Hitam” Organisasi.. Jakarta :
Prasetia Mulya Publishing
Engkoswara, E., & KOmariah, A. 2012.Administrasi Pendidikan. Alfabeta.
Hasbullah, h. Otonomi Pendidikan (Kebijakan Otonom Daerah dan
Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan). PT Raja Grafindo
Persada
Wijayanti, Irine D.S.2008. Manajemen. Yogyakarta :Mitra Cendikia Press

20

Anda mungkin juga menyukai