Anda di halaman 1dari 21

URGENSI MANAJEMEN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Lembaga
Pendidikan Islam”

Yang dibimbing oleh Bpk. Muhammad Ilyas S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun Oleh:

M HISBULLOH HUDA 2003805111001

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalahnya yang berjudul “Urgensi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam”
Walaupun melalui jalan yang panjang di serta dengan berbagai macam kesulitan,
namun syukur Alhamdulillah berkat adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak, maka
kesulitan tersebut dapat terselesaikan.

Makalah ini kami susun dengan maksud untuk memenuhi tugas makalah “Manajemen
Lembaga Pendidikan Islam” yang dibimbing oleh Bapak Muhammad Ilyas S.Pd.I., M.Pd.I
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Akhir kata kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan
ataupun kesalahan dalam penyusunan makalah ini, namun kami harapkan mudah-mudahan
makalah ini menjadi bermanfaat bagai perkembangan teknologi khususnya dan ilmu
pengetahuan pada umumnya.

Jember, 11 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1. Latar Belakang .................................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
3. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

1. Pengertian Manajemen Lembaga Pendidikan Islam .......................................... 3


2. Objek Dalam Kajian Manajemen Lembaga Pendidikan Islam .......................... 8
3. Ruang Linkup Kajian Manajemen Lembaga Pendidikan Islam ........................ 9
4. Prinsip – Prinsip Dasar dalam Manajemen Lembaga Pendidikan Islam ........... 13

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 17

1. Kesimpulan ......................................................................................................... 17
2. Saran ................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini telah masuk pada era global, dimana segala informasi diseluruh dunia
dapat diakses dengan cepat dan mudah oleh siapa saja dan dimana saja. Selaras
dengan hal teserbut maka dunia pendidikan dituntut untuk turut serta mengikuti
perkembangan era yang ada pada saat ini. Lembaga pendidikan bukan sebatas
mengenalkan cara baca dan memahami sebuah tulisan, namun lembaga pendidikan
diharapkan menjadi pintu gerbang bagi peserta didik untuk mempersiapkan serta
mengasah pengetahuan, skil, dan kreatifitas yang dimiliki siswa agar dapat
menghadapi dunia luas dimasa depan.
Berangkat dari hal terserbut, maka menjadi sebuah keharusan bagi lembaga
pendidikan tidak terkecuali lembaga pendidikan islam untuk tidak hentinya
berionvasi dan mengaktualisasi lembaganya agar kompetitif dan memiliki daya saing
dengan lembaga lain yang setara.1 Sebab, jika lembaga pendidikan islam telah
kehilangan daya saingnya sehingga gairah masyarakat untuk menitipkan putra-
putrinya menuntut ilmu dilembaga pendidikan yang bernafaskan islam, maka bukan
tidak mungkin jika nilai – nilai islami yang seharusnya dikenalkan dan ditanamkan
kepada peserta didik lambat laun akan pudar dan menghilang.
Oleh sebab itu, sebagai salah salah satu ikhtiyar dalam menghadapi perkembangan
zaman, perlu dilakukan penataan kelembagaan yang baik. Dimulai dari manajerial
yang tertata dengan rapi. Diharapkan dengan penataan lembaga yang rapi nan
terkelola dengan baik, maka segala aspek yang terdapat didalamnya dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin.

1
Muh. Hambali, Mualimin “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer” (IRCiSoD:2020),hlm.7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada gejolak permasalahan yang terlah dipaparkan dalam latar belakang
diatas, maka rumusan masalah yang akan menjadi topik pembahasan dalam makalah
ini adalah :
1. Apa Pengertian dari Manajemen Lembaga Pendidikan Islam ?
2. Apa Saja Objek Kajian Manajemen Lembaga Pendidikan Islam ?
3. Apa Saja Ruang Lingkup dalam Manajemen Lembaga Pendidikan Islam ?
4. Apa Saja Prinsip – prinsip Dalam Manajemen Lembaga Pendidikan Islam ?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah terserbut, kami sampaikan tujuan penulisan makalah ini
sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian dari Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
2. Mengetahui Objek Kajian Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
3. Mengetahui Ruang Lingkup dalam Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
4. Mengetahui Prinsip – prinsip Dalam Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


Sebelum membahas pengertian secara mandalam tentang pengertian dari Manajemen
Lembaga Pendidikan Islam, ada baiknya terlebih dahulu kita ketahui bersama
pengertian dari masing – masing kata terserbut. Secara harfiyah, “manajemen”
memiliki pengertian suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan2. Dari
pengertian tersebut dapat kita fahami bahwa manajemen adalam suatu proses terarah
dan terukur mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan agar semua berjalan dengan
baik dan tidak ada hal yang menyimpang dari rencana dan tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan “lembaga” merupakan wadah atau tempat orang-orang berkumpul,
bekerja sama secara berencana terorganisasi, terkendali, terpimpin dengan
memanfaatkan sumber daya untuk satu tujuan yang sudah ditetapkan.3 Dari uraian
terserbut dapat kita ketahu bahwa lembaga dalah suatu wadah yang menjadi tempat
bagi orang – orang yang memiliki tujuan yang sama, dimana dalam wadah terserbut
segala sesuatunya telah terorganisir, terkendali, terstruktur dan memiliki aturan baku
yang menjadi landasan kegiatannya.
Sementara “pendidikan” secara etimologi, kata ‘pendidikan’ berasal dari bahasa
Yunani ‘paedagogie’ dengan akar kata ‘pais’ dan ‘again’. Kata ‘pais’ mengandung
arti anak, sementara kata ‘again’ bermakna membimbing. Dengan demikian,
‘paedagogie’ artinya adalah bimbingan yang diberikan kepada anak.4 Mengacu pada
pengertian pendidikan bersarkan pada Undang – undang Republik Indonesia No 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

2
A. Khalik, A.A. Musyaffa “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer”, (CV. Oman Publishing:2021),
hlm.2
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga (diakses pada 09 Maret 2023)
4
Muh. Hambali, Mualimin “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer” (IRCiSoD:2020),hlm.23
negara.5 Secara sederhana dapat kita ketahui bahwa pendidikan adalah segenap usaha
secara sadar yang dilakukan oleh seseorang dalam hal ini dikatakan sebagai seorang
guru untuk memberikan bekal berupa nilai spiritual, pengetahuan dan keterampilan
yang nantinya dapat mengembangkan dan membentuk kepribadian peserta didik atau
dalam istilah lain dikatakan sebagai siswa, sehingga kepribadiannya dapat tertata,
terasah pengetahuannya serta terbina keterampilannya dengan harapan segala yang
telah diberikan oleh guru dan diterima oleh siswa dapat bermanfaat untuk dirinya
sendiri dimasa mendatang, serta secara umum dapat bermanfaat untuk orang lain dan
juga bangsa.
Adapun “Islam” menurut istilah menunjuk pada suatu agama yang dibangun pada
lima pilar, yaitu dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, melaksanakan shalat,
melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, serta melaksanakan
ibadah haji bagi yang mampu.6 Menurut Mahmud Syaltout adalah agama Allah SWT
yang diwasiatkan dengan ajaran – ajarannya sebagaimana terdapat didalam pokok-
pokok dan syari’atnya kepada Nabi Muhammad SAW dan mewajibkan kepadanya
untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia serta mengajak mereka
untuk memeluknya.7
Dari serangkaikan penjelasan diatas dapat kita sedarhanakan bahwa Manajemen
Lembaga Pendidikan Islam memiliki suatu pengertian sebagai suatu usaha
pengelolaan lembaga pendidikan yang bernafaskan islam agar setiap kegiatan yang
dilakukan dalam lembaga terserbut dapat selaras dan sesuai dengan berdirinya
lembaga terserbut. Sehingga nantinya, hakikat tujuan dari pendidikan dapat diraih
serta mendapat hasil yang maksimal.
Manajemen pendidikan Islam merupakan bidang keilmuan yang sangat penting untuk
mencapai tujuan berupa terciptanya kualitas pendidikan Islam yang lebih baik.
Sebagai bagian dalam bidang keilmuan, manajemen pendidikan Islam memiliki objek
formal dan objek material yang harus dikuasai dengan baik oleh setiap pengelola
pendidikan.
Objek formal ilmu manajemen pendidikan Islam adalah ilmu manajemen dengan
pendekatan yang dapat digunakan adalah riset ilmiah bidang manajemen. Sedangkan
objek materialnya adalah lembaga, pranata, serta organisasi pendidikan Islam baik

5
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional”
6
Muh. Hambali, Mualimin “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer” (IRCiSoD:2020),hlm.27
7
Mahmud Syaltout, Al-Islam Aqidah Wa Syar‟iah, (Mesir: Dar al-Qolam,1996)
yang bersifat formal, nonformal, maupun informal. Dengan demikian, para pengelola
lembaga pendidikan Islam, mau tidak mau, harus menguasai dengan baik dasar-dasar
ilmu manajemen serta menerapkannya dalam mengelola lembaga pendidikan.8
Secara garis besar, lembaga pendidikan islam yang ada di Indonesia terdiri dari dua
jenis yaitu Formal dan Non Formal. Lembaga formal adalah lembaga pendidikan
formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan
jalur normal terdiri dari lembaga pendidikan prasekolah, lembaga pendidikan dasar
(SD/SMP), lembaga pendidikan menengah (SMA/SMK), dan lembaga pendidikan
tinggi. Dalam sistem pendidikan nasional juga dinyatakan bahwa setiap warga negara
diwajibkan mengikuti pendidikan formal minimal sampai selesai tingkat SMP9.
Sedangkan lembaga Nonformal Menurut Soelaman Joesoef, adalah setiap
kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang
memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan
tingkat usia dan kebutuhan hidup, dengan tujuan mengembangkan tingkat
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-
peserta yang efesien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan
lingkungan masyarakat dan negaranya10. Lembaga pendidikan Islam Nonformal yang
jamak ditemukan lingkungan seperti TPQ, Madrasah Diniyah, dan juga Pesantren.
Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan terkait lembaga pendidikan islam,
penulis membatasi pembahasan pada lembaga formal dalam pendidikan islam.
Berbicara tentang manajemen lembaga pendidikan islam maka mencakup segala
aspek yang berpedan didalamnya, terutama pengelolaan sumber daya manusia yang
memiliki peran sebagai motor penggerak nafas pendidikan. Sumber daya manusia
meruapakan sektor strategis dalam suatu proses pendidikan11. Sebab dengan adanya
sumber daya yang terkelola dengan baik dalam lembaga pendidikan, maka kualitas
pendidikan didalamnya akan menjadi baik pula. Mengacu pada Undang – undang
nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

8
Muh. Hambali, Mualimin “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer” (IRCiSoD:2020),hlm.29
9
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional”
10
Soelaman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Non Formal. (Jakarta:Bumi Aksara:2011). hlm51.
11
Lukman Hakim, Mukhtar “Dasar – dasar Manajemen Pendidikan”(Timur Laut Aksara:2018),hlm.97
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam lembaga pendidikan yang memegang peran manajerial adalah kepala
sekolah12. Sehingga menjadi sebuah keharusan bagi seorang kepala sekolah memiliki
keahlian untuk mengelola lebaga pendidikan yang ia pempin agar tetap berjalan
sesuai dengan rule of play yang telah ditentukan dan disepakati bersama yaitu visi
dan misi yang menjadi spirit lembaga terserbut13 . Hal tersebut diperkuat dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 dimana dalam
peraturan tersebut menyatakan bahwa kepala sekolah bertindak sebagai pemegang
tampuk manajerial yang merencanakan, mengelola, dan mengevalusi segala proses
didalam lembaga pendidikan14.
Dengan demikian tidak salah jika dikatakan bahwa manajer dalam lembaga
pendidikan islam merupakan penjamin mutu dari suatu lembaga15,baik buruknya
kualitas suatu lembaga ditentukan oleh kepiawaian manajernya dalam mengelola.
Tenaga pendidikan terampil namun tidak terakomodir oleh manajer yang kurang
baik, maka keterampilan yang ia miliki tidak akan tersalurkan dengan baik. Namun
sebaliknya. Tenaga pendidik yang kurang terampil namun diakomodir dengan
manajer yang baik, maka lambat laun akan menjadi terampil dengan melakukan
pengasahan terhadap keterampilan yang belum ia kuasai.
Lebih jauh lagi, manajemen dalam lembaga pendidikan islam memiliki fungsi
sebagai berikut :
Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan fungsi yang paling awal dari keseluruhan fungsi
manajemen. Faktor perencanaan sangat menentukan lancar tidaknya kegiatan
Pendidikan dan pengajaran di Pendidikan Islam, dan apabila perencanaan ini
tidak dapat dijalankan dengan baik maka berimbas pada kegagalan dalam
mencapai tujuan Lembaga. Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam
perencanaan antara lain: merumuskan tujuan, memprediksi permasalahan
permasalahan- kemungkinan mengumpulkan informasi yang diprlukan secara

12
Sherly,dkk “Manajemen Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik”,(Widana Bakti Persada
Bandung:2020),hlm.2
13
Ibid.3
14
Peratutan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
15
Sherly,dkk “Manajemen Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik”,(Widana Bakti Persada
Bandung:2020),hlm.5
tepat, merumuskan dan menentukan tahap- merumuskan serta data yang muncul,
tahap kegiatan, pemecahan masalah, merumuskan bagaimana pekerjaan itu bisa
diselesaikan secara efektif dan efisien.
Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian ini menjembatani kegiatan perencanaan dengan pelaksanaan.
Pengorganisasian merupakan proses pembentukan dan penyusunan personel
sesuai dengan tupoksi kerja dan tanggung jawabnya. Semua anggota yang
diberikan tanggung kewenangan dan mampu jawab seyogyanya sistematis,
inovasi, bekerja secara terstruktur, memiliki kreatifitas sehingga menumbuhkan
produktifitas dalam bekerja.
Atuating (Penggerakan)
Fungsi actuating berhubungan erat dengan sumber daya manusia, oleh sebab itu
peran pemimpin Lembaga Pendidikan Islam sangat penting untuk membangun
kerjasama, mendorong dan menciptakan kegairahan semua personil untuk dapat
bekerja secara maksimal demi tercapainya tujuan Lembaga. Disamping itu juga
perlu memperhatikan dan memahami karakteristik setiap pekerja. Pemimpin bisa
menjadi contoh untuk dapat yang baik
Controlling (Pengawasan)
Pengawasan merupakan proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi sekaligus untuk memastikan apakah kegiatan tersebut sudah berjalan
sesuai rencana. Pengawasan dalam Lembaga Pendidikan Islam merupakan
kegiatan yang sangat kompleks, tidak hanya pengawasan material saja melainkan
juga pengawasan spíritual. Fungsi pengawasan dapat berjalan dengan baik
apabila komunikasi berjalan dengan baik pula, sehingga informasi yang
didapatkan benar-benar sesuai dengan apa yang diukur dan tidak menimbulkan
kesalahpahaman. Melalui pengawasan ini dapat diketahui apakah kegiatan yang
telah dilakukan sudah sesuai dengan prosedur dan apakah sudah mencapai tujuan
yang diinginkan Lembaga.16

16
Munardji “Manajemen Lembaga Pendidikan Islam”.(Alim’s Publishing Jakarta:2019),hlm.27-34
B. Objek Dalam Kajian Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
Manajemen mulanya tercetuskan akibat adanya pertanyaan besar dari para menajer
dari kalangan pebisnis tentang bagaimana cara mengelola sebuah bisnis yang baik.17
Hal ini tentunya tidak jauh berbeda dengan dunia pendidikan. Munculnya tanda tanya
besar dari para pengelola pendidikan tentang cara yang tepat agar lembaga yang ia
kolola dapat berjalan baik dan sebagaima mestinya. Dari situlah seni dan ilmu
manajemen mulai menjadi bahan kajian.
Setiap manajemen akan memiliki objek kajiannya masing – masing sesuai dengan
bidang yang dibahas. Adapun objek dalam Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
antara lain sebagai berikut :
Man (Manusia)
Manusia memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan beberapa
aktifitas, karena manusialah yang menjalankan semua program yang
direncanakan. Oleh karena itu tanpa adanya manusia, manajer tidak akan
mungkin bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan manajer/pimpinan
itu sendiri orang yang mencapai hasil atau tujuan melalui orang lain. Dalam
lingkup lembaga pendidikan, Man dapat diartikan sebagai jajaran staf pengajar,
andministrasi, kebersihan, keamanan dan lain sebagainya.
Money (Uang)
Uang digunakan sebagai sarana manajemen dan harus digunakan sedemikian
rupa agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai dengan baik dan tidak
memerlukan uang yang begitu besar. Apabila dinilai dengan uang yang lebih
besar digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Keuangan menjadi modal
keberlangsungan kegiatan yang akan ataupun sedang dilaksanakan oleh lembaga,
maka perlu dilakukan manajerial yang baik didalamnya.
Machines (Mesin)
Mesin adalah suatu jenis alat yang digunakan sebagai proses pelaksana kegiatan
manajemen dengan menggunakan teknologi atau alat bantu berupa mesin. Dalam
lembaga pendidikan, mesin dapat tafsirkan sebagai sarana dan prasarana yang
tersedia didalamnya.
Methods (Metode)

17
Muh. Hambali, Mualimin “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer” (IRCiSoD:2020),hlm.15
Metode atau cara bisa diartikan pula sebagai sarana atau alat manajemen, karena
itu mencapai tujuan harus menggunakan metode atau cara yang efektif dan
efisien. Namun, metode-metode yang ada harus disesuaikan denga perencanaan
18
yang sudah dibuat, agar metode itu tepat sasaran. Dalam lingkup lembaga
pendidikan metode dapat diartikan sebagai cara atau langkah yang diambil oleh
manajer dalam melakukan pengelolaan terhadap kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki lembaga tersebut.
C. Ruang Linkup Kajian Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
Manajemen pendidikan, pada dasarnya, merupakan alat mencapai tujuan pendidikan,
yang hal itu dilakukan dengan cara mengatur semua bidang pendidikan.
Bidangbidang pendidikan yang menjadi basis garapan manajemen pendidikan
meliputi semua kegiatan yang dapat menjadi penunjang proses belajar mengajar,
sehingga tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan dapat tercapai.19
Berdasar pada hal tersebut, maka ruang lingkup dalam manajemen lembaga
pendidikan islam meliputi hal – hal berikut :
Manajemen Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang berisi tentang
tujuan, isi, serta bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman kegiatan
pembelajaran yang harus dikelola secara efektif dan efisien demi tercapainya
tujuan pendidikan. Di samping itu, manajemen kurikulum juga menyangkut
proses usaha bersama untuk memperlancar tercapainya tujuan pengajaran
dengan menitikberatkan pada upaya peningkatan kualitas interaksi dalam proses
belajar mengajar.20
Mengacu pada Undang – undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.21
Menurut Asmendri, sebagaimana dikutip Indrawan, dalam manajemen
kurikulum, prinsip yang harus diperhatikan adalah manajemen terciptanya sistem
pengelolaan kurikulum secara kooperatif, sistemik, komprehensif, dan sistemik.

18
Lukman Hakim, Mukhtar “Dasar – dasar Manajemen Pendidikan”(Timur Laut Aksara:2018),hlm.22
19
Muh. Hambali, Mualimin “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer” (IRCiSoD:2020),hlm.38
20
Ibid.38-39
21
Undang – undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
Semua itu harus dijadikan acuan oleh setiap lembaga pendidikan sehingga tujuan
kurikulum atau tujuan pendidikan dapat tercapai. Karena itu, dalam manajemen
kurikulum, aktivitas terpentingnya adalah aktivitas yang erat kaitannya dengan
tugas guru serta aktivitas yang berkaitan erat dengan proses pembelajaran dan
pengajaran itu sendiri.22
Namun yang perlu kita perhatikan lebih lanjut bahwa, Lembaga Pendidikan
Islam sebagai lembaga pendidikan yang memiliki nilai plus yaitu pada sisi
penanaman nilai – nilai islami dalam proses pendidikannya, maka perlu
menjadikan norma yang terkadung dalam Al – Qur’an dan Hadist. Adapun
contoh kerangka kurikulum yang memiliki landasan islam dalah sebagai berikut
:
a) Dasar agama sebagai ruh dan target tertinggi dalam kurikulum dengan
mengacu kepada sumber utama ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan hadis.
b) Dasar falsafah yang memberikan pedoman secara filosofis terhadap tujuan
pendidikan Islam sehingga tujuan, isi, dan organisasi kurikulum
mengandung nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran baik ditinjau
dari sisi ontologis, epistemologis, dan juga aksiologisnya.
c) Dasar psikologis yang memberikan landasan dalam perumusan kurikulum
agar sejalan dengan perkembangan psikis peserta didik.
d) Dasar sosial yang memberikan gambaran agar pendidikan Islam mengakar
dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat23
Manajemen Peserta Didik
Dalam suatu lembaga pendidikan, selain terdapat kurikulum sebagai landasan
kegiatan pembelajaran, tentunya juga terdapat peserta didik sebagai sasaran
pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu, perlu juga adanya manajemen terhadap
peserta didik terserbut. Manajemen Peserta Didik Manajemen peserta didik
adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara
sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam
lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar
mengajar (PBM) secara efektif dan efisien, demi tercapainya tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan. Secara kronologis operasional, rentangan kegiatannya

22
A. Khalik, A.A. Musyaffa “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer”, (CV. Oman Publishing:2021),
hlm.14
23
Ibid.15
mulai dari penerimaan peserta didik baru sampai mereka meninggalkan sekolah
(eksit), karena telah tamat, meninggal dunia, putus sekolah atau karena sebab-
sebab lain sehingga ia tidak terdaftar lagi sebagai peserta didik sekolah.24
Manajemen peserta didik dalam hal ini miliki peranan untuk mendisiplinkan,
memotivasi dan memberikan arahan agar peserta didik tetap melangkah pada alur
yang semestinya serta terimbing arah tujuannya dalam pendidikan. Tanpa adanya
manajemen terhadap peserta didik, maka bisa saja potensi alamiyah yang
dimiliki peserta didik dan seharusnya dapat tereksplorasi kearah yang baik, justru
mengarah pada hal – hal yang kurang baik.
Contoh sederhana, seringkali kita menemukan seorang anak yang gemar sekali
memabuat gambar – gambar di dinding. Jika kita lihat dari sisi negatif, mungkin
hal tersebut tampak seperti suatu tindakan tidak baik sebab dapat mengganggu
keindahan lingkungan sekolah. Namun jika kita melihat dari sisi positifnya, bisa
saja anak terserbut memiliki kegemaran menggambar namun tidak memiliki
wadah ataupun sosok yang dapat menampung serta mengarahkan kegemarannya
tersebut agar menjadi suatu kegiatan yang cenderung liar dan merugikan orang
lain, namun justru dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri dan bahkan untuk
lembaga tempat ia belajar. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk sekiranya
dapat mengelola sekecil apapun potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Karena
salah satu fungsi dari lembaga pendidikan merupakan sebagai tempat mengasah
keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.
Manajemen Kepegawaian
Manajemen kepegawaian atau tenaga pendidikan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan penerimaan
pegawai baru, surat keputusan, mutasi, surat tugas, berkas tenaga kependidikan,
daftar umum kepegawaian, upaya peningkatan SDM pegawai, serta kinerja
pegawai dalam insitusi pendidikan25.Dalam lembaga pendidikan terdapat dua
jenis kepegawaian, yaitu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Tenaga
pendidik dalam keseharian disebut dengan guru, yaitu para praktisi pengajar.
Sedangkan tenaga kependidikan adalah staf pendukung dalam lembaga seperti
TU, Operator, dan pengajar ekstrakulikuler.

24
Muh. Hambali, Mualimin “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer” (IRCiSoD:2020),hlm.41
25
A. Khalik, A.A. Musyaffa “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer”, (CV. Oman Publishing:2021),
hlm.18
Manajemen terhadap kepegawaian mejadi salah satu hal yang harus dilakukan
oleh seorang manajer dalam lingkup lembaga pendidikan islam terutama pada
tenaga pendidiknya. Sebab merekalah ujung tombak berjalannya pendidikan
dalam lembaga tersebut. Pengelolaan tenaga pendidik dapat dilakukan dengan
memberikan motivasi kepada mereka untuk ikut serta dalam berbagai pelatihan
dan workshop yang dapat mengasah keterampilan pendidikan dalam mengajar.
Kepiawaian guru dalam mengajar turut menjadi penentu hasil dari pembelajaran
yang ia lakukan. Seorang tenaga pendidik yang aktif dalam mengikuti beragam
pelatihan keguruan, maka akan mengasah kreatifitas dan inovasi dalam
pembelajaran. Dengan demikian maka ia akan menjadi tenaga pendidik yang
profesional dalam menjalankan profesinya.26
Dewasa ini banyak sekali ditemukan tenaga pendidik yang kurang mengikuti
perkembangan masa bahkan tidak dapat memenuhi kewajiban administrasinya
sebagai tenaga pendidik. Sudah bukan rahasia lagi jika sebagian besar tenaga
pendidik yang ada di lembaga pendidikan yang ada saat ini kurang piawai dalam
membuat sebuah perangkat pembelajaran semisal RPP, Silabus, dan lain
sebagainya. Hal ini cukup ironis sekali, sebab pada dasarnya perangkat tersebut
meruapakan administrasi dasar yang harus dipenuhi oleh tenaga pendidik
sebelum ia melakukan proses pembelajaran.
Selain itu, saat ini merupakan era modern dimana perlu adanya inovasi baru
dalam dunia pendidikan seperti misalnya digitalisasi dalam pembelajaran.
Memanfaatkan IT sebagai salah satu sarana dalam proses pembelajaran untuk
saat ini sudah menjadi keharusan. Sebab dunia pendidikan pada saat ini bukan
lagi dunia pendidikan sebagaimana pendidikan masa silam. Maka dari itu, perlu
adanya melakukan upgrade kepada tenaga pendidikan yang ada pada saat ini
sehingga dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada pada saat ini. Oleh sebab
itu, kepala sekolah sebagai sosok yang memiliki peran sebagai manajer perlu
mendorong tenaga pendidiknya untuk uptudate dalam melakukan inovasi
pembelajaran.
Manajemen Keuangan
Sebagaimana dalam substansi manajemen pendidikan Islam lainnya, manajemen
keuangan juga harus dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian,

26
Agus Zainudin, “Profesi Keguruan” (Penerbit UIJ Kyai Mojo:2020),hlm.9
pengarahan, pengawasan, dan juga pengendalian. Dalam mengelola institusi
pendidikan, masalah keuangan juga harus dikelola dengan sebaik-baiknya
karena ia akan ikut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah.27
Tidak dapat dipungkiri bahwa, berjalannya sebuah roda kelembagaan termasuk
dalam hal ini adalah lemabaga pendidikan islam membutuhkan dana sebagai
motor penggeraknya. Oleh sebab itu, pengelolaan uang wajib dilakukan dengan
mengedepankan beberapa prinsip seperti transparansi, berkeadilan, efektivitas,
efisiensi dan akuntabel.28 Sering kita jumpai lembaga – lebaga yang tidak
mengedepankan prinsip – prinsip tersebut dalam mengelola keuangannya, maka
bisa dipastikan akan muncul polemik intern didalamnya akibat dari adanya
ketidak jelasan keluar – masuknya keuangan lembaga yang bisa saja digunakan
bukan untuk kepentingan lembaga namun justru kepentingan pribadi atau
sekelompok orang saja.
Berangkat dari hal tersbut, manajerial dalam hal pendanaan lembaga pendidikan
islam perlu dilakukan agar tercipta iklim keuangan yang sehat sehingga rasa
saling percaya dan memiliki dari masing – masing personal dalam lembaga
terserbut dapat terbentuk dengan sendirinya.

D. Prinsip – Prinsip Dasar dalam Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


Prinsip – prinsip Manajemen Lembaga Pendidikan Islam mengandung artian sebagai
dasar – dasar pergerakan lembaga pendidikan islam. Prinsip dasar dalam sebuah
lembaga menjadi pondasi dan pijakan utama dalam menentukan langkah dan
kebijakan yang nantinya akan diambil. Oleh karenya, perlu menentukan prinsip –
prinsip baku yang fleksibel, sehingga memiliki sifat tegas namun selaras dari masa
ke masa.
Diantara prinsip – prinsip yang menjadi landasan bagi lembaga pendidikan islam
adalah :
Ikhlas
Mengelola sekolah pada hakikatnya adalah sebuah kepercayaan dan tugas dari
Allah. Subhanahu wa ta’ala. Seringkali dalam aplikasinya kita menghadapi

27
A. Khalik, A.A. Musyaffa “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer”, (CV. Oman Publishing:2021),
hlm.19
28
A. Khalik, A.A. Musyaffa “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer”, (CV. Oman Publishing:2021),
hlm.20
beban tugas yang tidak sesuai dengan materi yang diperoleh. Jika mengacu pada
prinsip matrealistis, kita akan sering membandingkan apa yang kita kerjakan
dengan apa yang kita peroleh, sehingga sering terjadi ketidak optimalan saat
menjalankan tugas. Dalam hal ini, prinsip keikhlasan adalah sebuah prinsip yang
akan mendorong kita untuk berbuat yang terbaik meskipun yang kita peroleh
tidak sebanding dengan materi duniawi yang kita dapatkan, sebab kita yakin
bahwa apa yamg kita lakukan semata-mata sebagai wujud ibadah dn semata-mata
mengharap keridhoan Allah29. Sebagaimana firman-Nya :
‫]دُو‬uُ َv fْ Kُ َ‫َأ‬PَH IJَ Kَ ۚ َMNP‫ ﱢ‬Q‫ُ ٱ‬TَQ َMUW ۟ Jُ Uِlَ‫ ۖ َوأ‬oْ
ِ ِXZْ [ُ ُ‫ َوٱ ْد^ُ]ه‬Pٍ bِْ c[َ ‫ﱢ‬dKُ Pَ e^ِ fْ gُ َ‫ُ]ھ‬i‫]ا ُو‬ ِ cِpQ‫ِ ْﭑ‬H r‫ﱢ‬H‫ َر‬tَ [َ َ‫ْ أ‬dُl
“Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah):
"Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan
kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)". (Al-
A’rof:29)
Dari penjelasan dan ayat diatas, dapat kita fahami bahwa dalam sebuah
manajemen perlu adanya jiwa ikhlas. Sebab jika segalanya harus dikonversi
dengan materi dan tanda didasari rasa ikhla, maka segala sesuatu yang ada pada
lembaga tersebut tidak akan dapat berjalan dengan optimal. Terlebih bagi
seorang pemimpin dalam lembaga, perlu menjunjung tinggi prinsip ikhlas.
Karena apabila pimpinannya saja tersikap metrealistis, maka staf yang ia pimpin
akan memiliki prinsip yang serupa.
Jujur
Salah satu sifat yang dimiliki oleh Rasulullh adalah jujur, sifat ini menjadi salah
satu identitas nabi Muhammad yang menjadikannya dikenal dan dipercaya oleh
seluruh masyarakat Arab pada waktu itu. Tentu hal ini menjadi uswah bagi kita
selaku umatnya, bahwa sifat jujur adalah merupakan salah satu modal yang
penting guna menjadi sebagai seorang pemimpin.30
Sebagamana firman Allah :

‫ ٰ ﱠ‬Q‫ ٱ‬zَ [َ ‫]ا‬


َMUِlPِ W ۟ ُ{]Kُ ‫ٱ|َ َو‬ ۟ ُe[‫َ َءا‬MN~ِ ‫ﱠ‬Q‫ ٱ‬Iَ•N‫َ• َ ﱡ‬Nٓ ٰ
۟ ُp‫ﱠ‬v‫]ا ٱ‬
‫]ا ﱠ‬ َ

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.” (At-Taubah:119)

29
Asnil Aidah Ritonga,dkk “Prinsip –prinsip Manajemen Pendidikan Islam”
30
Ibid.
Kejujuran merupakan prinsip yang harus dipegang teguh dalam lembaga
pendidikan khususnya sebagai seorang yang bertindak sebagai manajer, sebab
berbagai kebijakan pengelolaan yang ada didalam lembaga berada ditangannya,
tidak terkecuali kebijakan dalam pengelolaan anggaran. Sebagaimana yang telah
dipaparkan sebelumnya bahwa keuangan merupakan salah satu sektor krusial
dalam lembaga. Seorang manager lembaga dalam hal ini adalah kepala sekolah
memiliki kuasa yang cukup tinggi dalam melakukan pengelolaan terhadap
anggaran yang ada. Jika seorang manajer tidak mengedepankan prinsip kejujuran
dalam pengelolaannya, maka bukan tidak mungkin terjadi penggelapan dana
yang dimiliki oleh lembaga tereserbut.
Adil
Salah satu prinsip dasar yang penting dalam manajement pendidikan Islam
adalah adil. Menurut Abuddinnata keadilan adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan pada persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara
Keadilan ini berdasarkan keputusan akal yang dikonsultasikan dengan agama.
Berlaku adil sangat dianjurkan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan
menjadi salah satu indikator ketaqwaan seseorang.31 Allah berfirman dalam ayat-
Nya :
٩ َ‫ َ†ان‬Uۡ Jِ Q‫ُوا ۡا‬tcِ Zۡ ُv •َ ‫ َو‬oِ cۡ ِpQIۡ ِH َ‫ َ] ۡزن‬Q‫]ا ۡا‬Jُ Uۡ ِlَ‫ َوا‬٨ ‫†َا ِن‬Uۡ Jِ Q‫ ۡا‬rِ‰ ‫‹ َۡ]ا‬Œَۡ v •‫ اَ ﱠ‬٧ َ‫ َ† ۙان‬Uۡ Jِ Q‫ ۡا‬zَ ˆ
َ ‫ َو َو‬Iَ•uَ َ‰‫ٓ َء َر‬IJَ c‫ ﱠ‬Q‫َوا‬
“Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan. agar kamu
jangan merusak keseimbangan itu. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan
adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.”(Ar – Rahman:7-9)
Dalam ayat tersebut, adil diibaratkan sebagai neraca yang harus selalu
menunjukkan kesetaraan anatara satu sisi dengan sisi yang lain, sebab jika satu
sisi lebih berat dari pada sisi yang lain maka salah satu fikah akan merasa
dirugikan dan fihak lain di untungkan. Dari situ dapat kita fahami bahwa, adil
adalah tidak memiliki kecenderungan hanya kepada satu sisi saja.
Contoh praktik dalam lembaga pendidikan adalah masih adanya sikap nepotisme
didalamnya. Tidak jarang ditemukan dalam suatu struktur kelembagaan,
postposition yang krusial ditempati oleh kalangan keluarga. Atau hanya
menerima lamaran pekerjaan yang diajukan oleh kalangan keluarga tanpa
mempertimbangkan latar belakang pendidikan dan keterampilan yang dikuasai.

31
Asnil Aidah Ritonga,dkk “Prinsip –prinsip Manajemen Pendidikan Islam”
Praktik – praktik semacam ini sebaiknya sudah harus ditinggalkan dan lebih
mengedepankan keadilan terutama oleh seorang manajer dalam lingkup lembaga
pendidikan islam. Maksudnya adalah, seorang manajer harus bisa memposisikan
diri ditengan tanpa melihat dari kalangan mana ia berasal. Jika memang memiliki
kredibilitas dan kapabilitas yang baik sekalipun bukan dari kalangan orang
terdekat, maka harus didahlukan demi kemajuan lembaga yang di pimpin. Dan
apabila terdapat staf yang melakukan tindak kesalahan atau kecurangan dalam
melakukan tugasnya, sekalipun dari kalangan orang terdekat, maka sudah
sepantasnya mendapat teguran.
Itulah beberapa prinsip yang harus dipegang teguh oleh seorang kepala sekolah
selaku manajer dalam lembaga pendidikan islam. Tentunya semua itu dilakukan
demi keberlangsungan lembaga yang ia pimpin. Sebab jika lembaga yang ia
mimpin berjalan dengan baik tanpa ada masalah yang berarti dari segi intern,
maka nama baik lembaga itupun akan terdengar oleh masyarakat disekitarnya.
Dengan demikian maka tingkat kepercayaan masyarakat akan semakin tinggi
sehingga menjadi magnet tersendiri untuk menitipkan putra-puptri mereka
belajar dilembaga tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Lembaga Pendidikan Islam merupakan sebuah seni dan ilmu dalam
merencanakan, mengelola, mengawasi dan mengevaluasi suatu lembaga agar
perjalanan lembaga tersebut dapat terarah dan tidak keluar dari visi dan misi yang
telah disepakati bersama. Manajerial menjadi hal yang wajib dilakukan oleh seorang
manajer yang dalam lembaga pendidikan kita kenal sebagai kepala sekolah agar
segala yang hal yang terdapat didalam lembaga tersebut dapat terkelola dengan baik.
Objek kajian dalam manajemen lembaga pendidikan islam diantaranya adalah : Man
(orang – orang yang terlibat dalam lembaga), Money (keuangan yang menjadi roda
penggerak), Machine (sarana dan prasarana yang tersedia), Method (langkah yang
diambil untuk mengelola segala aspek yang ada).
Sedangkan ruang lingkup kajian dalam Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
adalah : Kurikulum (sebagai ruh dari proses pembelajaran), Peserta didik (sebagai
objek pembelajaran), Kepegawaian (sebagai subjek pembelajaran), dan Keuangan
(sebagai motor kegiatan pembelajaran).
Adapun prinsip – prinsip dalam kajian Manajemen Lembaga Pendidikan Islam adalah
sebagai berikut : Ikhlas (tulus dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan tanpa
mengukur berdasarkan materi), Jujur (menjunjung tinggi transparansi terutama dalam
mengelolaan keuangan), dan yang terahir adalah Adil (tidak berat sebelah atau
membela terhadap sebelah pihak).

B. Saran
Mengingat begitu besarnya tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang
pimpinan dari sebuah lembaga dimana ia bertindak sebagai manajer dari lembaga
yang dipimpinnya, maka sangat perlu untuk dapat memahami, menguasai dan
menerapkan manajerial di lembaganya agar segala sesuatunya dapat tertata dengan
baik. Sebab baik dan buruknya suatu lembaga tergantung dari bagaimana lembaga
terserbut dikelola.
Daftar Pustaka

A. Khalik, A.A. Musyaffa “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer”, (CV. Oman


Publishing:2021)

Agus Zainudin, “Profesi Keguruan” (Penerbit UIJ Kyai Mojo:2020)

Asnil Aidah Ritonga,dkk “Prinsip –prinsip Manajemen Pendidikan Islam”

https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga (diakses pada 09 Maret 2023)

Lukman Hakim, Mukhtar “Dasar – dasar Manajemen Pendidikan”(Timur Laut


Aksara:2018)

Mahmud Syaltout, Al-Islam Aqidah Wa Syar‟iah, (Mesir: Dar al-Qolam,1996)

Muh. Hambali, Mualimin “Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer” (IRCiSoD:2020)

Munardji “Manajemen Lembaga Pendidikan Islam”.(Alim’s Publishing Jakarta:2019)

Peratutan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007

Sherly,dkk “Manajemen Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik”,(Widana Bakti Persada


Bandung:2020)

Soelaman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Non Formal. (Jakarta:Bumi Aksara:2011)

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional”

Anda mungkin juga menyukai