Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP DASAR MANAJEMEN LEMBAGA


PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Lembaga
Pendidikan Islam
Dosen Pengampuh : Ni’ma Alhabsyi, M.Pd

Disusun
Kelompok 1

Vivilia Mokoagow (221012024)


Reza Gonibala (221012126)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2023

1
PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala.


Hanya kepada-Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon
pertolongan. Tidak lupa shalawat serta salam kami haturkan pada junjungan kita,
Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam. Semoga syafaatnya mengalir pada
kita hingga di akhirat kelak.
Dengan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Konsep Dasar Manajemen Lembaga Pendidikan Islam”. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan Islam di IAIN
Sultan Amai Gorontalo.
Kami ucapkan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ni’ma
Alhabsyi, M.Pd selaku dosen pengampuh pada mata kuliah ini. Tugas yang telah
diberikan ini semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Ungkapan
terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Gorontalo

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... 1


KATA PENGANTAR ............................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Manajemen Lembaga Pendidikan Islam ........................ 5
B. Proses Manajemen Lembaga Pendidikan Islam ................................... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan menjadi tujuan akhir dari proses pendidikan yang
diharapkan bisa berjalan dengan baik dan memberikan output sesuai dengan
cita-cita bersama. Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya pemberian nilai
dan pengetahuan sebagai bekal kehidupan mendatang. Lembaga pendidikan
Islam memerlukan pengelolaan yang baik supaya dapat berjalan secara
berkesinambungan, terencana, terarah dan termonitor untuk masa depan yang
baik. 1
Adanya manajemen dalam sebuah lembaga apapun akan sangat dibutuhkan
demi tercapainya tujuan suatu lembaga. Adapun implementasi dari proses
manajemen dalam lembaga pendidikan Islam mencakup seluruh komponen
yang ada di dalam lembaga tersebut. Proses pendayagunaan seluruh komponen
lembaga pendidikan Islam inilah yang disebut dengan manajemen pendidikan
Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Konsep Dasar Manajemen Lembaga
Pendidikan Islam?
2. Bagaimana Proses Manajemen Lembaga Pendidikan Islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Konsep Dasar Manajemen Lembaga Pendidikan
Islam.
2. Mengetahui Proses Manajemen Lembaga Pendidikan Islam.

1
Muhlil Musolin, ‘Sadd Adz-Dzarâi’: Konsep Dan Aplikasi Manajemen Pendidikan Islam’,
MANAGERIA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4.1 (2019), 71–84

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


1. Pengertian Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu berasal dari kata manus, yang
berarti tangan; dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung
menjadi kata kerja managere; yang artinya menangani. Managere
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris; dalam bentuk kata kerja to manage,
dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya
management ditransliterasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen
dengan arti pengelolaan. Sedangkan pengertian manajemen secara istilah
adalah pemanfaatan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang dimaksudkan.2
Adapun kata “pendidikan” sering dikaitkan dengan kata “pengajaran”
yang dalam bahasa Arab disebut “tarbiyah wa ta’lim”. Sedangkan
“pendidikan Islam” dalam bahasa Arab disebut “Tarbiyah Islamiyah”.
Secara umum, pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim.
Pengertian pendidikan secara istilah sebagaimana dalam Undang-Undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat
(1), yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Adapun pengertian pendidikan Islam menurut beberapa ahli antara lain:
1. Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan Islam ialah bimbingan yang
diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan Islam

2
Endang Listiowaty, ‘Konsep Manajemen Pendidikan Berbasis Islam Dalam Upaya Pencapaian
Tujuan Pendidikan’, Jurnal Tahdzibi : Manajemen Pendidikan Islam, 5.2 (2020), 107.

5
ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal
mungkin.
2. Menurut M. Arifin, pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam.
3. Menurut Zakiyah Darajat secara umum, pendidikan Islam adalah
pembentukan kepribadian muslim.
Kata “lembaga” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti badan
atau organisasi yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan
atau melakukan usaha. Sedangkan yang dimaksud pendidikan Islam
menurut Omar Muhamad al Toumy al Syaibany adalah sebagai proses
mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau
kehidupan kemasyarakatannya dan alam sekitarnya melalui interaksi yang
dilakukan oleh individu tersebut.
Jadi, lembaga pendidikan Islam adalah lembaga atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengubah tingkah laku individu ke arah yang lebih baik melalui interaksi
dengan lingkungan sekitarnya. Perubahan dimaksud tentunya dilandasi oleh
nilai-nilai Islam. 3
Lembaga Pendidikan Islam (LPI) merupakan suatu
lembaga/wadah/media/organisasi tempat dimana pendidikan Islam
diselenggarakan. Lembaga ini memiliki struktur organisasi dan
pembagian tugas/wewenang dan tanggung jawab yang jelas, tertata
dengan baik sehingga memungkinkan terciptanya suasana kondusif
yang mendukung terlaksananya proses pendidikan dan pembelajaran
agama Islam dengan efektif sesuai dengan karakteristik dan tugas masing-
masing, seperti sekolah/madrasah.

3
Aisyah Tidjani, ‘Manajemen Lembaga Pendidikan Islam Menghadapi Tantangan Globalisasi’,
Jurnal Refleksi, 12.1 (2017), 107.

6
Lembaga pendidikan Islam seperti halnya sekolah/madrasah
umumnya adalah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah
keluarga. Tugas lembaga pendidikan Islam yang terpenting adalah dapat
mengantarkan manusia kepada misi penciptaannya sebagai hamba Allah,
sebagai kholifah fi Al-Ardhi, yaitu seorang hamba yang mampu
beribadah dengan baik dan dapat mengembangkan amanah untuk
menjaga dan untuk mengelolah serta melestarikan bumi dengan
mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh alam. 4
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen lembaga
pendidikan Islam suatu upaya sistematis dalam merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, serta mengendalikan lembaga pendidikan
dengan segala aspeknya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
agar seluruh komponen sistem lembaga pendidikan Islam dapat
berkembang kearag yang lebih baik, lebih besar, dan lebih sempurna.
Manajemen lembaga pendidikan Islam juga dapat didefinisikan sebagai
usaha pencapaian tujuan melalui proses kerjasama dengan
mendayagunakan segenap resources yang dimiliki madrasah, khususnya
sumber daya manusia agar penyelenggaraan sistem pendidikan dapat
berjalan secara efektif dan efisien munurut ukuran-ukuran nilai Islam.
Keberadaan lembaga pendidikan Islam dapat berbentuk pesantren, TPQ,
majelis ta’lim, sekolah, balai diklat, kursus, perguruan tinggi dan pelayanan
masyarakat lainnya. Bentuk-bentuk tersebutagar keberadaannya tetap exist
maka diperlukan pengelolaan secara efektif bila tidak ingin ditinggalkan
pelanggannya, maka dari itu diperlukan pengelolaan sesuai dengan ciri
khasnya manajemen pesantren, manajemen madrasah, manajemen TPQ,
manajemen majelis ta’lim, manajemen diklat, manajemen kursus,
manajemen perguruan tinggi dan manajemen pelayanan masyarakat
lainnya. 5

4
Asep Muljawan, ‘Model Dan Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam’, Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20.2 (2019), 57–58.
5
Syamsul Ma’arif, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,
2013).

7
2. Unsur-Unsur Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
Seorang pimpinan lembaga dapat dikatakan melakukan aktivitas
manajemen atau sebagai manajer apabila terlihat berupaya mengatur tenaga
pendidik dan karyawan, mendayagunakan dan melakukan pembinaan
terhadapa mereka sehingga mampu berpartisipasi sepenuhnya untuk
mencapai tujuan lembaga pendidikan Islam. Jadi konsep pendidikan Islam
dalam perspektif Al-Qur’an mengandung unsur-unsur transparasi/terbuka,
fleksibel, efektif, efisien, kooperatif dan partisipatif. 6 Berikut
penjelasannya.
a. Transparasi/terbuka
Transparan berarti adanya keterbukaan berarti keputusan yang
diambil dan pelaksanaannya dilakukan dengan cara dan mekanisme
yang mengikuti aturan atau regulasi yang ditetapkan lembaga.
keterbukaan dalam memberikan informasi tidak hanya mengenai
informsi yang benar, namun juga bersedia menerima saran/pendapat
orang lain, memberi kesempatan kepada semua pihak, terutama staf
dalam mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan baik dalam
jabatan maupun bidang lainnya.
Ayat Al-Qur’an menyuruh umat manusia untuk berlaku jujur dan
adil keduanya merupakan kunci keterbukaan. Yaitu dalam QS. An-Nisa’
[4]: 58 yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Menurut Jenae H. Ballantine dalam Yunus dan Abu Bakar
berpendapat mengenai transparansi bahwa pemimpin mempunyai
kekuasaan untuk mempengaruhi keehektifan sekolah melalui

6
Luluk Muzayyanah, ‘Konsep Dasar Manajemen Lembaga Pendidikan Islam', Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam Al Idarah, 8.2 (2023), 21.

8
kepemimpinan dan interaksi mereka serta sekolah yang berhasil
disamping mengadakan pertemua secara rutin juga pemimpin yang
mau menerima dan menerima masukan dari staff/karyawan dan jarang
melakukan pekerjaannya sendiri.
b. Fleksibel
Fleksibel yang dimaksud adalah tidak kaku. Fleksibel adalah hasil
pengamatan walaupun sifatnya masih terbatas menunjukkan bahwa
sekolah atau madrasah meraih prestasi unggul justru karena fleksibilitas
pengelolaannya dalam menjalankan tugas-tugasnya. Diperlukannya
pengelola yang berani mengambil kebijakan atau memutuskan hal-hal
yang berbeda dengan tuntutan atau petunjuk formal dari atas oleh
karenanya untuk menghidupkan kreativitas para pengelola lembaga
pendidikan maka perlu dikembangkan evaluasi yang tidak semata-
mata berorientasi pada proses melainkan dapat dipahami pada
produk dan hasil yang akan dicapai dengan demikian relaksasinya
program yang cukup ukur dengan menggunakan telah terlaksana
program yang ada tetapi lebih dari itu sejauh mana pelaksanaan
itu melahirkan produk-produk yang diinginkan oleh berbagai pihak. 7
Petunjuk Al-Qur’an mengenai fleksibilitas yaitu dalam Qs. Al-Hajj
(22): 78 yang artinya : ”Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad
yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali
tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam
(al-Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan
supaya kamu semua menjadi saksi atau segenap manusia, maka
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada
tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik
Pelindung dan sebaik-baik Penolong”.

7
Ibid; halaman 21-22

9
c. Efektif dan Efisien
Efektif adalah pekerjaan yang memberikan hasil seperti rencana
semula, sedangkan efisien adalah pekerjaan yang mengeluarkan biaya
sesuai dengan rencana semua atau lebih rendah, meliputi uang, waktu,
tenaga, orang, material, media dan sarana.
Efektif dan efisien selalu dipakai secara bergandengan dalam
manajemen karena manajemen yang efektif saja sangat mungkin
terjadinya pemborosan, sedangkan manajemen yang efisien saja bisa
berakibat tidak tercapainya tujuan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
Ayat yang dapat dijadikan acuan dari efektif tersebut adalah Qs. Al-
Kahfi (18): 103-104 yang artinya: Katakanlah: "Apakah akan Kami
beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya" (QS. 18:103) Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka
bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (Qs. 18: 104).
Selanjutnya ayat yang dijadikan acuan dari efisiensi adalah Qs. Al-
Isra’ (17): 26-27 yang artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga-
keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan:dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. (QS. 17:26) Sesungguhnya pemboros-pemboros
itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar
kepada Rabbnya”. (QS. 17:27)
d. Kooperatif dan Partisipatif
Dalam rangka melaksanakan tugsanya manajer pendidikan Islam
harus kooperatif dan partisipatif. Hal ini disebabkan ada beberapa hal
yang menyebabkan mengapa manajemen pendidikan Islam harus bersifat
kooperatif dikarenakan dalam kehidupan ini kita tidak bisa melepaskan

10
diri dari beberapa limitasi atau keterbatasan. Dalil Al-Qur’an mengenai
kooperatif dan partisipatif dijelaskan dalam Qs. Al-Maidah (5) ayat 2.
Menurut Basyit dalam manajemen pendidikan Islam, strategi dasar
untuk meningkatkan mutu secara berkesinambungan yaitu melalui
peningkatan seluruh objek dalam lingkup manajemen, mulai dari
peningkatan tenaga kependidikan, peserta didik, kurikulum, proses
pembelajaran, sarana prasarana, keuangan dantermasuk hubungan
ini dengan masyarakat. Oleh karenanya, manusia merupakan aktor
utama sebagai satu proses dalam meraih tujuan. Tujuan itu sendiri
merupakan hasil akhir atau segala hal yang ingin dicapai. Pada konteks
ini, jelas bahwa manajemen diperlukanoleh manusia tidak hanya
untuk memenuhi tujuan secara individual namun juga digunakan
meraih tujuan organisasional. Mengenai persoalan hubungan dan
bagaimana cara manusia dalam meraih tujuannya yang kaitannya
dengan hal tersebut adalah efisiensi dan efektivitas dalam rangka
pencapaian tujuan. 8
Menurut Tanthowi mengenai konsep dasar/unsur-unsur
manejemen dalam Al-Qur’an sebagai berikut: berpengetahuan luas,
kreatif, inisiatif, peka, lapang dada dan selalu tanggap, bertindak adil,
jujur dan konsekuen, bertanggungjawab, selektif terhadap informasi,
memberi peringatan, memberi petunjuk dan pengarahan.
B. Proses Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
Perlunya seorang pimpinan sebagai manajer untuk menerapkan fungsinya
supaya mudah mengelola program pendidikan. Manajemen Pendidikan Islam
berkaitan erat dengan seberapa hasil yang diharapkan dari tjuan
pembelajaran. Sesuatu yang berhubungan dengan proses pembelajaran perlu
disiapkan dan dikelola dengan sebaik mungkin untuk mencapai tujuan
secara efisien dan efektif. Kegiatan dalam proses untuk mencapai tujuan

8
Ibid; halaman 23

11
dalam manajemen mengarahkan lembaga dalam mengembangkan secara
kontruktif dan program-program yang dijalankan secara sistematis.
Adapun langkah manajemen yang harus dikuasai oleh seorang
pimpinan dalam praktiknya secara umum dirumuskan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Pada dasarnya perencanaan diartikan sebagai proses pemikiran
secara sistematis dan rasional mengenai apa, bagaimana, siapa, dan kapan
suatu kegiatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu di Lembaga
Pendidikan Islam secara efektif dan efisien sehingga tujuan program
pendidikan yang teleh dirumuskan secara besama dapat tercapai dengan
baik.
Proses perencanaan sangatmenentukan lancar tidaknya kegiatan
pendidikan dan pengajaran di Lembaga Pendidikan Islam dan menentukan
tercapai tidaknya tujuan. Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam
perencanaan antara lain: Merumuskan tujuan, Memprediksi permasalahan-
permasalahan yang kemungkinan muncul, Mengumpulkan data informasi
yang diperlukan secara tepat, Merumuskan dan menentukan tahap-
tahap kegiatan, Merumuskan pemecahan masalah, Merumuskan
bagaimana sutau pekerjaan bisa diselesaikan secara efektif dan efisien.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Merupakan proses pengelompokkan staf madrasah yang dilakukan oleh
pimpinan LPI sebagai organisator dengan segala spesifikasi tugas dan
jabatan masing-masing, serta sarana prasarana yang diperlukan
sehingga tercipta suatu kelompok yang kompak untuk mencapai
tujuan LPI.
Pengorganisasin ini menjembatani kegiatan perencanaan dengan
pelaksanaan. Proses ini merupakan pembentukkan dan penyusunan
persoenl sesuai dengan tupoksi kerja dan tanggungjawabnya. Semua
anggota yang diberikan kewenangan dan tanggungjawab adalah mereka
yang mampu bekerja secarasistematis, terstruktur, memiliki inovasi,
kreatifitas sehingga menumbuhkan produktifitas dalam bekerja.

12
Proses pengorganisasian untuk menciptakan organsasi yang dinamis.
Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pengorganisasian adalah sebagai
berikut: 1) Membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang bersifat
operasional. 2) Melakukan pengelompokan tugas dalam setiap posisi
secara proporsional. 3) Melakukan penggabungan jabatan operasional ke
dalam unit yang saling berkaitan. 4) Menempatkan orang untuk
bekerja sesuai dengan kapasitasnya. 5) Menyesuaikan wewenang dan
tanggungjawab bagi setiap anggota. 6) Menyediakan fasilitas bagi pegawai.
7) Memastikan bahwa organisasi berjalan sesuai dengan petunjuk dan
pengawasan. 9
c. Kepemimpinan (Actuating)
Proses penggerakan berhubungan dengan sumber daya manusia sebab
peran pimpinan Lembaga Pendidikan Islam sangat penting dalam
membangun kerjasama, mendorong dan menciptakan kegairahan semua
personil untuk bekerja secara maksimal. Kepemimpinan merupakan fungsi
yang sangat penting, sebab posisinya sebagai manajer. Dikatakan
penting sebab sebagai penggerak segenap sumber daya manusia yang
ada di dalam lingkungan organsiasi pendidikan Islam. Aktivitas seorang
pimpinan lembaga pendidikan terlihat sebagai sosok yang mempengaruhi,
menggerakkan, dan mengarahkan tenaga pendidik dan karyawan lainnya
untuk melaksanakan tugas dengan penuh semangat dan tanggung jawab.
Disamping itu, aktivitas pemimpin juga diperlukan dalam
memperhatikan dan memahami karakteristik setiap anggotanya.
Pemimpin yang bisa menjadi contoh untuk dapat memotivasi seluruh
komponen SDM. Tanpa kepemimpinan yang baik, proses penggerakan
tidak akan berjalan dengan maksimal. Oleh karenanya, pentingnya
memiliki pimpinan/menjadi pemimpin yang cakap dalam memposisikan
kepemimpinannya. Banyak yang menilai bahwa dalam manajemen proses
penggerakan merupakan proses yang paling sulit sebab penggerakan

9
Musyaffa K, Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer (Bandung: Oman Publishing, 2020)., 9-
10.

13
bersinggungan dengan semua sumber daya mansuia yang terlibat dalam
suatu organisasi dimana setiap orang memiliki sifat, tingkah laku,
keyakinan, harapan, emosi, kepuasan serta mental yang berbeda-beeda.
Sehingga pergerkan terkadang diganti dengan istilah proses
kepemimpinan (leading).
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan di lingkungan LPI diartikan sebagai usaha yang sistemasis
seorang kepala LPI dalam memonitor, menilai, dan membina aktivitas
proses belajar mengajar agar berjalan sesuai dengan rencana yang telah
disepakati dan mencapai hasil yang maksimal. Tidak hanya itu pengawasan
juga dapat berjalan baik apabila komunikasi berjalan dengan baik pula
sehingga informasi yang didapatkan benar-benar sesuai dengan apa yang
diukur dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Melalui pengawasan ini
akan diketahui mengenai kegiatan sesuai tidaknya dengan prosedur dan
sudah/belumnya mencapai tujuan yang diinginkan lembaga. Dengan
adanya pengawasan, maka akan terlihat kelebihan dan kekurangan dari
rencana yang telah dilaksanakan. Dan pastinya sebagai acuan perbaikan
program kedepannya.
Dalam LPI, proses pengawasan memiliki karakter yang berbeda dengan
manajemen pendidikan lain. Proses pengawasan merupakan pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi sekaligus untuk memastikan berjalannya
rencana. Dalam LPI, pengawasan tidak hanya secara material melainkan
juga secara spiritual. Proses pengawasan ini harus diarahan pada
terbangunnya kesadaran bagi semua pihak bahwa dengan menjalankan
pekerjaan dengan baik dan harus bertanggungjawab sebab kita semua
senantiasa berada di bawah pengawasan Allah swt. Sikap tanggungjawab
tidak hanya ditujukan kepada atasan, manajer, akan tetapi juga akan
dipertangungjawabkan kepada Allah swt.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Manajemen lembaga pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai
usaha pencapaian tujuan melalui proses kerjasama dengan
mendayagunakan segenap resources yang dimiliki madrasah,
khususnya sumber daya manusia agar penyelenggaraan sistem
pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien munurut ukuran-
ukuran nilai Islam.
b. Konsep pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an mengandung
unsur-unsur transparasi/terbuka, fleksibel, efektif, efisien,
kooperatif dan partisipatif.
c. Langkah manajemen yang harus dikuasai oleh seorang
pimpinan dalam praktiknya secara umum yaitu, perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan.

d. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan, maka dari itu kami memohonkan saran yang dapat
membangun kami kedepannya agar lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

K, Musyaffa (2020) Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer (Bandung: Oman


Publishing)
Listiowaty, Endang (2020) ‘Konsep Manajemen Pendidikan Berbasis Islam Dalam
Upaya Pencapaian Tujuan Pendidikan’, Jurnal Tahdzibi : Manajemen
Pendidikan Islam, 5.2
Ma’arif, Syamsul (2013) Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Surabaya: IAIN
Sunan Ampel Press)
Muljawan, Asep (2019) ‘Model Dan Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan
Islam’, Jurnal Asy-Syukriyyah, 20.2
Musolin, Muhlil (2019)‘Sadd Adz-Dzarâi’: Konsep Dan Aplikasi Manajemen
Pendidikan Islam’, MANAGERIA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4.1
Muzayyanah, Luluk (2023) ‘Konsep Dasar Manajemen Lembaga Pendidikan
Islam’, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Al Idarah, 8.2
Tidjani, Aisyah (2017) ‘Manajemen Lembaga Pendidikan Islam Menghadapi
Tantangan Globalisasi’, Jurnal Refleksi, 12.1

16

Anda mungkin juga menyukai