Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2021
A. PENDAHULUAN
5
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana,2004), hlm. 29.
6
Op.Cit, hlm.135.
ini bisa memaparkan cara-cara pengelolaan pesantren, madrasah, dan
perguruan tinggi Islam. Ketiga, proses pengelolaan lembaga pendidikan
Islam secara islami menghendaki adanya sifat inklusif dan eksklusif,
bersifat inklusif dengan artian bahwa kaidah-kaidah manajerial pendidikan
islam dapat dipakai untuk pengelolaan pendidikan selain pendidikan Islam
selama ada kesesuaian sifat dan misinya dan bersifat eksklusif karena
objek langsung dari kajian ini hanya terfokus pada lembaga pendidikan
Islam. Keempat, cara menyiasati. Manajemen penuh siasat atau strategi
yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Demikian pula dengan
manajemen pendidikan Islam yang senantiasa diwujudkan melalui strategi
tertentu. Kelima, sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait
diantaranya manusia, bahan, lingkungan, alat, dan aktivitas. Keenam,
tujuan pendidikan Islam, hal ini merupakan arah dari seluruh kegiatan
pengelolaan lembaga pendidikan Islam sehingga tujuan ini sangat
mempengaruhi komponen-komponen lainnya. Ketujuh, efektif dan efisien
artinya berhasil guna dan berdaya guna, artinya manajemen yang berhasil
mencapai tujuan dengan penghematan tenaga, waktu, dan biaya.7
7
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan Lembaga
Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2010), hal. 10-12.
8
Jawahir Tantowi, Unsur-unsur Manajemen menurut Ajaran Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka
al-Husna, 1983), hlm. 86.
Manajemen pendidikan islam sebagai salah satu bagian dari
manajemen memiliki objek bahasan yang cukup kompleks. Berbagai
objek bahasan tersebut dapat dijadikan bahan yang kemudian
diintegrasikan untuk mewujudkan manajemen pendidikan yang berciri
khas Islam. Istilah Islam dapat dimaknai sebagai Islam wahyu dan Islam
budaya, Islam wahyu meliputi al-Qur’an dan haits-hadits nabi, sedangkan
Islam budaya meliputi ungkapan sahabat nabi, pemahaman ulama,
pemahaman cendekiawan muslim dan budaya umat Islam. Kata Islam
yang menjadi identitas manajemen pendidikan ini dimaksudkan dapat
mencakup makna keduanya, yakni makna Islam wahyu dan Islam budaya.
Oleh karena itu, pembahasan manajemen pendidikan Islam
senantiasa melibatkan wahyu dan budaya kaum muslim, ditambah kaidah-
kaidah manajemen pendidikan secara umum manajemen pendidikan
Islam. Dengan demikian harus senantiasa memiliki karakter yang
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Teks-teks wahyu, baik al-Qur’an maupun hadits sebagai pengendali
bangunan rumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan
Islam.
b. Aqwal (perkataan-perkataan) para sabahat Nabi, ulama, cenekiawan
muslim sebagai pijakan logis-argumentatif dalam menjelaskan kaidah-
kaidah teoritis manajemen pendidikan Islam secara rasional.
c. Manajemen lembaga pendidikan Islam sebagai pijakan empiris dalam
mendasari perumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan
Islam.
d. Kultur komunitas (Pimpinan dan pegawai) dalam lembaga pendidikan
Islam sebagai pijakan empiris dalam merumuskan kemungknan
strategi yang khas dalam mengelaola lembaga pendidikan Islam.
e. Ketentuan-ketentuan manajemen pendidikan sebagai pijakan teoritis
dalam mengelola lembaga pendidikan Islam.
Secara detail, kaidah-kaidah manajemen pendidikan Islam yang
dirumuskan haruslah dipayungi oleh al-Qur’an dan hadits, diperjelas oleh
pemikiran rasional, didasarkan pada data-data empirik, dipertimbangkan
melalui budaya, dan didukung oleh teori-teori yang teruji validitasnya. 9
Dapatlah dipahami bahwa manajemen pendidikan Islam haruslah
senantiasa didasarkan pada al-Qur’an dan hadits sebagai way of life nya
ummat Islam dan diperkaya dengan pemikiran akal yang telah melalui
proses validasi.
9
Op.Cit, hlm. 15-17.
untuk menekankan pada input yang pandai untuk menghasilkan output
yang pandai juga.
f. Manajemen pendidikan Islam menekankan pada kemampuan
memproses yang mengandalkan tahap tengah antara lain dalam upaya
atau rekayasa. Sedangkan manajemen pendidikan menekankan
pada kemampuan menampung modal (kualitas yang baik pada input)
pada tahap awal antara lain dengan mengandalkan rata-rata nilai yang
baik sejak permulaannya.
g. Tujuan yang ingin diraih oleh manajemen pendidikan Islam adalah
keberhasilan meng integrasikan kematangan dan keunggulan spiritual
(iman), intelektual, amal, keterampilan, dan akhlak. Sedangkan tujuan
yang ingin dicapai oleh manajemen pendidikan hanyalah
keunggulan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sangat
dipengaruhi oleh Taksonomi Bloom.10
Ketujuh perbedaan yang telah dikemukakan Qomar tersebut,
menurutnya jika ditelaah lebih mendalam, kemungkinan masih banyak
perbedaan lain dari keduanya.
10
Rahendra Maya, “Pemikiran Prof. Mujamil Qomar, M.Ag tentang Manajemen
Pendidikan Islam”, (Islamic Management, vol 01/no 02), hlm. 311-312.
penerima wahyu al-Qur’an merupakan pribadi yang memiliki kecerdasan
lengkap, terdapat sifat personal leadership, self-discipline, selt-
development, living model, dan segala bentuk priulaku organisasi
(organizational behavior) yang banyak dibicarakan dalam manajemen
modern, sehingga beliau dijuluki sebagai the super leader dan super
manager. 11
Al-Qur’an secara tegas menjelaskan pentingnya manajemen dan
fungsi-fungsinya bagi kehidupan manusia, supaya dalam menjalankan
aktifitas kehidupannya dapat terencana, terarah, dan terorganisasi dengan
baik dan mencapai tujuan, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk itu,
proses kehidupan dan segala aktifitas yang akan dilakukannya pada masa
yang akan datang harus betul-betul dilakukan secara matang dan
terencana. Konsep manajemen ini telah dinyatakan dalam al-Qur’an:
َوا ٱهَّلل ۚ َ ِإ َّن ٱهَّلل َ خَ بِي ۢ ُر بِ َما ت َۡع َملُون ٞ وا ٱهَّلل َ َو ۡلتَنظُ ۡر ن َۡف
ْ ُس َّما قَ َّد َم ۡت لِغ َٖۖد َوٱتَّق ْ ُٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن
ْ ُوا ٱتَّق
Artinya ; Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.12
11
Fathor Rachman, “Modernisasi Manajemen Pendidikan Islam”, (Yogyakarta: IRCiSoD,
2021) hlm. 82.
12
QS. Al-Hasyr (59) : 18
13
Fathor Rachman, “Modernisasi Manajemen Pendidikan Islam”, hlm. 83.
Salah satu prinsip pelaksanaan manajemen modern adalah adanya
modeling dari seorang manajer atau pemimpin. Modeling dalam
pembentukan tradisi intlektual muslim agaknya perlu dikedepankan.
Modeling yang difokuskan pada person-person tertentu, khususnya nabi
Muhammad SAW. yang dikenal sebagai role model atau uswatun
hasanah, tak diragukan lagi merupakan contoah ideal, kiblat bagi umat
muslim pada umumnya.14
1. Perencanaan (Planning)
14
Abdurrahman Mas’ud, Paradigma Pendidikan Islam Humanis: Menggagas Format
Pendidikan Nondikotomik, ( Yogyakarta: IRCiSoD, 2020) hlm. 88.
15
Abdurrahman Mas’ud, Paradigma Pendidikan Islam Humanis: Menggagas Format
Pendidikan Nondikotomik, hlm. 89.
Suatu contoh perencanaan yang gemilang dan terasa sampai
sekarang adalah peristiwa khalwat dari Rasulullah di gua hiro.Tujuan
Rasulullah Saw berkhalwat dan bertafakkur dalam gua Hira’ tersebut
adalah untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada masyarakat
Mekkah. Selain itu, beliau juga mendapatkan ketenangan dalam dirinya
serta obat penawar hasrat hati yang ingin menyendiri, mencari jalan
memenuhi kerinduannya yang selalu makin besar, dan mencapai marifat
serta mengetahui rahasia alam semesta.
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Pelaksanaan (actuating)
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan, sering juga disebut pengendalian. Pengendalian
adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian,
bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan
dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dan tujuan yang telah
digariskan semula.
Dalam kaitannya dengan pengawasan, pernah ada kejadian bahwa
Nabi Muhammad Saw pernah membetulkan langsung pelaksanaan sholat
pamannya Ibnu Abbas yaitu ketika Ibnu Abbas melakukan kesalahan
karena berdiri di sisi kiri Beliau saat menjadi makmum dalam shalat
bersama Beliau. Karena seorang makmum harus berada di sebelah kanan
imam, jika ia sendirian bersama imam. Beliau tidak membiarkan
kekeliruan Ibnu Abbas, namun Beliau tetap mengoreksinya dengan
mengalihkan posisinya ke kanan Beliau dalam melakukan pengawasan,
langsung memberi arahan dan bimbingan yang benar.16
C. PENUTUP
16
Muhamad Khoirul Umam, “Imam Para Nabi: Menelusur Jejak Kepemimpinan dan
Manajerial Nabi Muhammad Saw. Jurnal al-Hikmah , (Maret, Vol 6, 2018) hlm. 59 - 74.
Hampir semua teori kepemimpinan ada pada nabi Muhammad
SAW kalau dikaitkan dengan teori-teori manajemen modern, Misalnya:
Empat fungsi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Stephen Covey.
Begitu pula karakteristik Muhammad SAW dapat ditemukan pula di dalam
Sifat-sifat dasar kepemimpinan menurut Warren Bennis (1994) dalam "On
Becoming a Leader". Nabi Muhammad SAW juga mempunyai
keterampilan-keterampilan (skills) yang dirumuskan oleh Burt Nanus dan
James O'Toole.
Begitu juga dengan teori manajemen Menurut G.R. Terry proses
manajemen adalah Planning (perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan), Controlling (Pengawasan)
semua itu ada pada diri Muhammad SAW.
Maka sudah selayaknyalah kita sebagai umat Islam yang berprofesi
sebagai guru wajib hukumnya mengambil pelajaran yang telah
dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW sebagai modelnya para model,
gurunya para guru karena beliau adalah sang manajer pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/manajemen