Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG

LEMBAR JAWABAN UTS (UJIAN TENGAH SEMESTER)


Nama : Febrian Rizki Romadhon
NIM : 21410491
Program Studi : MPI 2B
Mata Kuliah : Perbandingan Sistem Manajemen Pendidikan Islam di ASEAN dan
Dunia Islam
Dosen Pengampu : Dr. H. Buhori M, M.Ag.
KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN DI DUNIA ISLAM
a. Menurut Ramayulis (2008: 260),
manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang
dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan, atau lainnya), baik perangkat keras maupun lunak.
Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan
produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun di akhirat.
b. Menurut Sulistyorini (2009: 140)
mendefinisikan manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penataan/pengelolaan
lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia Muslim dan non-Muslim
dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.
Suatu pekerjaan dikatatakan efektif kalau pekerjaan itu memberikan hasil sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kalau pekerjaan itu sudah mampu merealisasikan tujuan
lembaga pendidikan Islam, dalam hal ini yang melaksanakan pekerjaan itu adalah manajer.
Efektivitas manajer hanya bisa berwujud bila manajer mampu melaksanakan perannya sebagai
manajer untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang telah ditetapkan (Sulistiyorini, 2009: 14).
c. Nizar Ali dan Ibi Satibi
dalam Manajemen Pendidikan Islam (2009: 137) tidak mendefinisikan manajemen
pendidikan Islam, namun mendefinisikan manajemen dalam pendidikan Islam. Artinya,
manajemen dimaknai sebagaimana manajemen dan konsep-konsep manajemen lainnya,
mengenai pengertian, tujuan, prinsip-prinsip, dan fungsi manajemen pada umumnya. Hanya saja,
diskursus manajemen dalam pendidikan Islam mengalami perluasan, di mana manajemen dalam
pendidikan Islam dipenuhi dengan nilai-nilai transendental, sedangkan karakteristik Islam dalam
ranah manajemen menjadi khas yang membedakan konsep manajemen pada umumnya. Dengan
ungkapan lain, ruang lingkup kajian manajemen yang semula kajian manajemen kering dari
nilai-nilai spiritual, maka manajemen pendidikan dalam Islam dipenuhi dengan nilainilai
transendental. Manajemen pendidikan dalam Islam memiliki akar yang kuat, yaitu dari Sang
Pencipta Manusia. Hal ini menjadi landasan operasional dan moral dalam melaksanakan
manajemen, juga prinsip yang ideal dalam proses manajemen dalam pendidikan Islam. Berikut
adalah prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam yang dijelaskan dalam Al-Qur'an:
Keikhlasan (Al-A'raf: 29), Kejujuran (Az-Zumar: 33), Amanat (An-Nisa': 58), Keadilan (Al-
Maidah: 8), Dinamis (Ar-Ra'd: 10), Praktis/aplikatif (Al-'Ashr: 1-3), Fleksibel (Al-Anbiya': 107)
d. Marno dan Trio Supriyatno (2008)
dalam buku Manjemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam menjelaskan bahwa istilah
manajemen pendidikan Islam memunculkan beberapa asumsi pemahaman. Pertama, pendidikan
Islam yang dalam penyelenggaraannya memakai konsep dan teori manajemen yang berkembang
dalam dunia bisnis. Kedua, pendidikan Islam yang dalam penyelenggaraannya menggunakan
prinsip dan konsep yang digali dari sumber khazanah keislaman. Ketiga, pendidikan Islam yang
dalam penyelenggaraannya menggunakan prinsip, konsep, dan teori yang telah berkembang
dalam dunia bisnis dengan menjadikan Islam sebagai nilai yang memandu dalam proses
penyelenggaraannya.
Maka, yang disebut manajemen pendidikan Islam adalah manajemen yang dilandasi
nilai-nilai Islam yang diterapkan pada lembaga pendidikan Islam. Oleh karenanya, seluruh fungsi
manajemen yang dilaksanakan di lembaga pendidikan Islam harus mencerminkan nilai-nilai
islami. Mengapa demikian, sebab jika membaca berbagai literatur tentang buku manajemen
pendidikan, manajemen pendidikan Islam, ternyata definisi dan fungsi manajemen yang muncul
adalah konstruksi manajemen (karya ilmuwan Barat), hanya sebagian yang ditambah atau
direlevansikan dengan dunia pendidikan atau pendidikan Islam atau dunia Islam1.

1
Nur Zazin. (2018). Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam (A. Y. Ichsan (ed.); 1st ed.). Edulitera. Hal. 134-142.
4. Konsep Pendidikan Islam
Pandangan dasar yang berhubungan dengan pengembangan teoritis ilmu pendidikan
Islam mencakup permasalahan kependidikan yang pada garis besarnya dapat dianalisis dari
aspek-aspek konsepsional, antara lain sebagai berikut2:
a. Hakikat pendidkan Islam adalah proses membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan anak didik agar menjadi manusia dewasa sesuai tujuan pendidikan Islam.
b. Asas pendidikan Islam adalah asas perkembangan dan pertumbuhan dalam prikehidupan
yang berkeseimbangan antara kehidupan duniawiyah dan ukhrawiyah, jasmaniyah dan
ruhaniyah atau antara kehidupan meteriil dan mental spiritual.
c. Modal dasar pendidikan Islam adalah kemampuan dasar (fitrah) untuk berkembang dari
masing-masing pribadi manusia sebagai karunia Allah. Kemampuan dasar ini merupakan
potensi mental- spiritual dan fisik yang diciptakan Allah sebagai fitrah yang tidak bisa
diubah atau dihapus oleh siapapun, akan tetapi dapat diarahkan perkembangannya dalam
proses pendidikan sampai titik optimal yang berakhir pada takdir Allah. Bagi masing-
masing manusia kelainan watak kepribadian akibat berbeda-bedanya kemampuan dasar
dan keturunan merupakan sebuah realitas individual yang menuntut kesempatan
berkembang melalui proses kependidikan yang cukup memadai (favourable).
d. Sasaran strategis pendidikan Islam adalah menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai
agama dan nilai-nilai ilmu pengetahuan secara mendalam dan meluas dalam pribadi anak
didik, sehingga akan terbentuk dalam dirinya sikap beriman dan bertakwa dengan
kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
istilah lain sasaran pendidikan Islam adalah mengintegrasikan iman dan takwa dengan
ilmu pengetahuan dalam pribadi manusia untuk mewujudkan kesejahteraan hidup di
dunia dan kebahagiaan di akhirat.
e. Ruang lingkup pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegiatan kependidikan yang
dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup
manusia yang meliputi:

2
Subhan, F. (2013). Konsep Pendidikan Islam Masa Kini. Pendidikan Agama Islam, 02, 21. Hal. 362-364.
 Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan
norma-norma ajaran Islam.
 Lapangan hidup keluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang sejahtera.
 Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang dalam sistem ekonomi yang
bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.
 Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan
makmur di bawah ridha dan ampunan Allah SWT.
 Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis
sesuai ajaran Islam.
 Lapangan hidup seni budaya, agar menjadikan hidup manusia penuh keindahan
dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai moral agama.
 Lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk
mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh iman.
f. Metode yang digunakan dalam proses pencapaian tujuan adalah metode yang didasarkan
atas pendekatan-pendekatan keagamaan (religius), kemanusiaan (humanity) dan ilmu
pengetahuan (scientific); Sistem pendekatan tersebut dilakukan atas landasan nilai- nilai
moral keagamaan. Dengan demikian semboyan kaum atheis yang menyatakan tujuan
dapat menghalalkan segala cara (the aim saintifies the means), bertentangan dengan
pendidikan Islam.

5. Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan Islam


Manajemen pendidikan Islam mengandung berbagai prinsip umum yang fleksibel
sehingga ia bisa sejalan dengan kemajuan dan perkembangan yang baik. Prinsip-prinsip inilah
yang membedakan manajemen pendidikan pada umumnya dengan manajemen pendidikan Islam.
Mengenai prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam banyak para pakar pendidikan Islam
yang berbeda pendapat, diantaranya Ramayulis (2008: 262) berpendapat bahwa prinsip
manajemen pendidikan Islam ada delapan prinsip diantaranya : ikhlas, jujur, amanah, adil,
tanggung jawab, dinamis, praktis, dan fleksibel. Sedangkan Langgulung (2000: 248) berpendapat
bahwa prinsip manajemen pendidikan Islam itu ada tujuh macam, diantaranya: iman dan akhlak,
keadilan dan persamaan, musyawarah, pembagian kerja dan tugas, berpegang pada fungsi
manajemen, pergaulan dan keikhlasan.
maka secara terperinci beberapa diantara prinsip dasar manajemen pendidikan Islam jika
diterapkan dalam konteks persekolahan dapat diuraikan sebagai berikut3 :
a. Ikhlas
Mengelola sekolah pada hakikatnya adalah sebuah kepercayaan dan tugas dari Allah Swt.
Sering kali dalam aplikasinya kita menghadapi beban tugas yang tidak sebanding dengan materi
yang diperoleh. Jika kita berprinsip materialistis, tentu yang akan terjadi adalah tidak optimalnya
pekerjaan yang dilakukan, sebab kita akan selalu membandingkan apa yang kita kerjakan dengan
apa yang kita peroleh. Dalam hal ini, keikhlasan adalah sebuah prinsip yang akan mendorong
kita untuk berbuat yang terbaik meski apa yang kita peroleh tidak sebanding dengan materi
duniawi yang didapatkan, sebab kita yakin bahwa apa yang kita lakukan semata-mata sebagai
wujud ibadah dan semata-mata mengharap keridhoan Allah Swt.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya :
Dan (katakanlah) : “Luruskanlah muka (diri) mu setiap shalat dan senbahlah Allah
dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu
pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya”. (Qs. Al-A’raf : 29)
Ayat di atas mengajarkan kita untuk senentiasa mengikhlaskan segala bentuk peribadatan
kita semata-mata karena Allah Swt disertai keyakinan bahwa Allah Swt pasti akan memberikan
balasan yang setimpal atas ibadah kita itu.
Konsekuensi logis jika sebuah sekolah dipimpin oleh seorang manajer yang memiliki
prinsip ikhlas karena Allah, maka niscaya sekolah itu akan mendapatkan perlakukan manajerial
terbaik yang mampu dilakukan oleh manajer tersebut, dan hal ini tentu akan berdampak kepada
kualitas sekolah tersebut ke depannya.
b. Jujur
Salah satu sifat yang dimiliki Rasulullah SAW yang dibawa sejak sebelum masa
kenabian adalah jujur. Jujur menjadi identitas Muhammad SAW yang menjadikannya dikenal
dan dipercaya oleh seluruh masyarakat Arab pada waktu itu. Tentu hal ini menjadi uswah bagi
kita sebagai umatnya, betapa kejujuran kemudian menjadi modal untuk memimpin umat.
3
Fakhruddin, A. (2011). Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan Islam. JURNAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM - Ta’lim,
9(2), hal. 207-210.
Jika kita berkaca pada realita manajerial saat ini, maka kejujuran adalah sesuatu yang
sangat mahal. Munculnya kasus KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) yang semakin merajalela
di kalangan para pejabat, mulai dari pejabat tinggi negara, sampai kepada level pejabat di
sekolah mengindikasikan betapa semakin memudarnya sifat kejujuran, sebab bagaimanapun
perilaku KKN itu terjadi ketika orang sudah mengabaikan kejujuran.
Beberapa ayat Al-Quran berbicara tentang kejujuran berikut ini :
“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena
kebenarannya, dan menyiksa orang munafik... (QS. Al-Ahzab:24)
“Orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Zumr:33)
“Jikalau mereka jujur kepada Alloh, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka”
(QS: Muhammad: 21)
Dalam konteks persekolahan, kejujuran menjadi prinsip yang sangat penting dimiliki oleh
pimpinan sekolah. Seorang pimpinan sekolah memiliki legitimasi untuk menetapkan banyak
kebijakan sekolah, termasuk kebijakan dalam anggaran. Dalam konteks ini, peluang untuk
merekayasa data dan melakukan kecurangan sangat terbuka lebar. Namun jika memiliki prinsip
kejujuran, maka tentunya sebesar apapun peluang untuk melakukan perilaku kebohongan, tentu
tidak akan dilakukan.
c. Amanah
Dalam ajaran Islam, jabatan merupakan sebuah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban ini tidak hanya di dunia saja kepada manusia,
namun juga di akhirat kelak kepada Allah SWT. Amanah artinya kepercayaan, maka seseorang
yang diberi amanah adalah orang yang mendapatkan kepercayaan untuk memegang suatu tugas
tertentu.
Allah Swt berfirman dalam Al-Quran yang artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’:
58).
Dalam konteks persekolahan, jabatan pimpinan sekolah adalah sebuah amanah. Seorang
pemimpin sekolah atau guru yang memiliki prinsip bahwa pekerjaan atau tugasnya itu adalah
sebuah amanah, maka dia tentu akan berusaha melaksanakan kepercayaan tersebut sesuai dengan
tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya. Penyelewengan atau penyalahgunan terhadap
tugas dan wewenang yang diembankan kepadanya mengindikasikan bahwa orang tersebut adalah
orang yang tidak amanah.
d. Adil
Salah satu prinsip dasar yang penting dalam manajemen pendidikan Islam adalah adil.
Menurut Abuddinnata (2003: 144) keadilan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan
pada persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara. Keadilan ini terjadi berdasarkan
keputusan akal yang dikonsultasikan dengan agama. Adil sering diartikan sebagai sikap moderat,
obyektif terhadap orang lain dalam memberikan hukuman, sering diartikan pula dengan
persamaan dan keseimbangan dalam memberikan hak orang lain tanpa ada yang dilebihkan atau
dikurangi.
Berlaku adil sangat dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan menjadi salah satu
indikator ketakwaan seseorang Firman Allah Swt dalam Al Qur’an surah ar-Rahman/55:7-9 yang
artinya :
“ Dan Allah telah meninggikan langit-langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan)
suapaya kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan
dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”
Dalam konteks persekolahan, keadilan sering kali menjadi hal yang sangat sensitif dan
sangat rentan menimbulkan konflik manakala ketidakadilan itu tidak terwujud. Pemberian
gaji/tunjangan sampai pemberian tugas/wewenang dan tanggung jawab adalah diantara bagian
manajemen persekolahan yang memiliki peluang melahirkan ketidakadilan. Oleh karena itu,
dalam manajemen pendidikan islam, keadilan harus menjadi prinsip dasar yang dimiliki oleh
seorang pemimpin di dalamnya. Sebuah sekolah yang memiliki pemimpin yang adil di
dalamnya, akan memiliki kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan kualitas didalamnya.
e. Tanggung jawab
Dalam prinsip manajemen pendidikan Islam, tanggung jawab terhadap amanah yang
diembankan merupakan salah satu prinsip penting dalam membangun manajemen yang positif.
Lepas tangan terhadap tanggung jawab akan melahirkan hasil ketidakpastian program yang ingin
dicapai. Beberapa dalil tentang jawab dapat dituliskan berikut ini :
Allah SWT berfirman : Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannnya.” (Qs. Al-Baqarah: 286)
Rasululah saw bersabda : “ Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan
dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya..”(Al Hadits) Dalam konteks
persekolahan, pemimpin yang bertanggung jawab akan menjadi ujung tombak keberhasilan
program pendidikan didalamnya. Betapa tidak, keseluruhan tugas, wewenang dan tanggung
jawab untuk mencapai program dan cita-cita ideal yang diinginkan terletak pada pemimpin
sebagai motor penggeraknya.

6. Tujuan Manajemen Pendidikan Islam


Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu berasal dari kata manus, yang berarti tangan;
dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere; yang
artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris; dalam bentuk kata kerja to
manage, dalam bentuk kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management ditransliterasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi
manajemen dengan arti pengelolaan (Husaini Usman, 2008: 4). Sedangkan pengertian
manajemen secara istilah adalah pemanfaatan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan
atau sasaran yang dimaksudkan (Tim Reality, 2008: 433).
Adapun kata “pendidikan” sering dikaitkan dengan kata “pengajaran” yang dalam bahasa
Arab disebut “tarbiyah wa ta’lim”. Sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa Arab disebut
“Tarbiyah Islamiyah”. Secara umum, pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim
(Zakiyah Daradjat, 2006: 27).
Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam pengembangan
pendidikan. Dalam arti ia merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan Islam
untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Bisa juga diartikan sebagai
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan
Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien. Manajemen
pendidikan lebih bersifat umum untuk semua aktifitas pendidikan pada umumnya, sedangkan
manajemen pendidikan lebih khusus lagi mengarah pada manajemen yang diterapkan dalam
pengembangan pendidikan Islam. Dalam arti bagaimana menggunakan dan mengelola sumber
daya pendidikan Islam secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pengembangan,
kemajuan dan kualitas proses dan hasil pendidikan Islam itu sendiri. Sudah barang tentu aspek
manager dan leader yang Islami atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam dan/atau yang
berciri khas Islam, harus melekat pada manajemen pendidikan Islam.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen pendidikan Islam adalah agar segenap
sumber, peralatan ataupun sarana yang ada dalam suatu organisasi tersebut dapat digerakkan
sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan sampaitingkat seminimal mungkin segenap
pemborosan waktu, tenaga, materil, dan uang guna mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
Adapun dasar utama manajemen pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu:
Al-Qur’an, As-Sunnah dan Atsaar serta perundang-undangan yang berlaku di Indonesia (Nur
Uhbiyati, 1998: 19).
a. Al-Qur’an
Banyak Ayat-ayat Al-Qur’an yang bisa menjadi dasar tentang manajemen pendidikan
Islam. Ayat-ayat tersebut bisa dipahami setelah diadakan penelaahan secara mendalam.
b. As-Sunnah dan Atsaar
Rasulullah SAW adalah juru didik dan beliau juga menjunjung tinggi terhadap
pendidikan dan memotivasi umatnya agar berkiprah dalam pendidikan dan pengajaran.
c. Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan dalam
Pasal 30 ayat 1 bahwa: “Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah
dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan
perundangundangan”. Disebutkan pula dalam Pasal 30 ayat 2 bahwa “Pendidikan
keagamaan berfungsi menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu
agama” (Redaksi Sinar Grafika, 2003: 14).
Adapun unsur manajemen pendidikan Islam ada 4 (empat) yaitu: planning, organizing,
actuating, controlling (Mochtar Effendi, 1986: 71).
Planning adalah perencanaan, yang merupakan tindakan yang akan dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang ditentukan dalam jangka ruang dan waktu tertentu. Dengan demikian,
perencanaan adalah suatu proses pemikiran, baik secara garis besar maupun secara mendetail
dari suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai kepastian yang paling baik
dan ekonomis.
Organizing (Pengorganisasian) adalah penyusunan dan pengaturan bagian-bagian hingga
menjadi suatu kesatuan. Organizing diperlukan dalam pendidikan Islam dalam rangka
menyatukan visi misi dengan pengorganisasian yang rapi sehingga tujuan bisa tercapai.
Actuating pada hakikatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Actuating merupakan aplikasi atau pelaksanaan dari
planning yang telah disusun dan direncanakan.
Controlling (Pengendalian) merupakan penentu terhadap apa yang harus dilaksanakan
sekaligus menilai dan memperbaiki sehingga pelaksanaan program sesuai dengan apa yang
direncanakan oleh pendidikan Islam.

Anda mungkin juga menyukai