Anda di halaman 1dari 15

PEMENUHAN HAK ASASI MANUSIA KEPADA ETNIS ROHINGYA DI

MYANMAR

Dewa Gede Sudika Mangku


Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial
Universitas Pendidikan Ganesha
Email : sudika.mangku@undiksha.ac.id

Abstrak
Terjadinya pelanggaran HAM terhadap etnis Rohingya di Myanmar telah menjadi
perhatian dunia Internasional. Etnis Rohingya yang telah tinggal beberapa generasi di
bagian wilayah Myanmar, tidak mendapatkan keadilan dari pemerintah Myanmar.
Berbagai pelanggaran HAM yang terjadi tentu betentangan dengan instrumen dasar hukum
internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaturan
HAM internasional yang berkenaan dengan perlindungan terhadap etnis rohingya, serta
hambatan apa saja dalam memberikan perlindungan terhadap etnis rohingya hingga belum
tercapainya solusi dalam penyelesaian pelanggaran HAM tersebut. Dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-
undangan, pendekatan kasus serta pendekatan analisis. Adapun jenis bahan hukum dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan
bahan non-hukum. Kemudian diolah dan dianalisis menggunakan metode preskriptif. Pada
hasil penelitian diketahui bahwa perlindungan hukum terhadap etnis rohingya sesuai
dengan instrumen HAM internasional belum terpenuhi karena terdapat berbagai
penghambat dalam menyelesaikan akar konflik pelanggaran HAM di Myanmar. Beberapa
diantaranya keengganan pemerintah Myanmar dalam penyelesaian kasus pelanggaran
HAM etnis Rohingya. Mengingat tidak adanya keingininan pemerintah Myanmar dalam
penyelesaian kasus pelanggaran HAM tersebut, PBB mengecam dan berupaya untuk
melakukan intevensi kemanusiaan guna menyelesaikan pelanggaran HAM berat tehadap
etnis Rohingya. Untuk itu, tulisan ini berupaya menguraikan tanggung jawab apa saja yang
seharusnya pemerintah Myanmar berikan dalam upaya perlindungan menurut HAM
intenasional serta hambatan apa saja yang menjadi penyebab tidak terselesainya kasus
pelanggaran HAM pada etnis rohingya.
Kata kunci : Perlindungan Hukum, Etnis Rohingya, HAM intenasional

Abstract
The occurrence of human rights violations against the Rohingya ethnicity in Myanmar has
become an international concern. The Rohingya, who have lived for generations in this
part of Myanmar, are not getting justice from the Myanmar government. The various
human rights violations that have occurred are of course against the basic instruments of
international law. This study aims to describe and analyze international human rights
arrangements with regard to the protection of the Rohingya ethnicity, as well as any
obstacles in providing protection for the Rohingya ethnic group so that no solution has
been achieved in resolving these human rights violations. In this study, using a normative
legal research method with a statutory approach, a case approach and an analysis
approach. The type of legal material in this research is secondary data consisting of
Perspektif Hukum, Vol.21 No.1 Mei 2021 : 1-15

primary, secondary and non-legal materials. Then processed and analyzed using
prescriptive methods. Based on the research results, it is known that legal protection of the
Rohingya ethnicity in accordance with international human rights instruments has not been
fulfilled because there are various obstacles in resolving the root of the conflict on human
rights violations in Myanmar. Some of them are the reluctance of the Myanmar government
to resolve cases of Rohingya ethnic human rights violations. In view of the lack of
willingness of the Myanmar government to resolve cases of human rights violations, the
UN criticized and attempted to carry out humanitarian intervention to resolve gross human
rights violations against the Rohingya ethnic group. For this reason, this paper seeks to
elaborate on what responsibilities the Myanmar government should provide for protection
according to international human rights as well as what obstacles have caused cases of
human rights violations against ethnic Rohingya to be resolved.
Keywords: Legal Protection, Rohingya Ethnicity, International Human Rights

2
Dewa Gede Sudika Mangku, Pemenuhan Hak Asasi Manusia kepada Etnis Rohingya di Myanmar

A. PENDAHULUAN agama atau bahasa tertentu yang berbeda


Hak Asasi Manusia (HAM) dari etnis mayoritas dalam suatu bangsa.
merupakan hak fundamental setiap Beberapa etnis yang minoritas menjadi
individu yang mencakup hak atas hidup kelompok yang terdiskriminasi. Sejarah
dalam bidang politik, hukum, ekonomi, telah mencatat berbagai pelanggaran
sosial dan budaya. Hak tersebut HAM yang disebabkan perlakuan tidak
merupakan kebutuhan mendasar yang adil dan diskriminatif atas dasar etnik,
harus dimiliki setiap individu dan ras, warna kulit, budaya, bahasa, agama,
kelompok masyarakat tanpa golongan, jenis kelamin, status sosial,
membedakan etnis, agama, jenis kelamin. politik, keturunan dan sebagainya.
Hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal Pelanggaran ini terjadi secara horizontal
2 Universal Declaration of Human Rights (antar masyarakat) maupun vertikal
1948 (UDHR). Mengingat perbedaan (antar negara terhadap rakyat) atau
etnis maupun agama inilah yang sebaliknya. Banyak diantaranya
menjadkan manusia saling menghargai. tergolong pelanggaran HAM berat (gross
Dimana penghargaan tersebut menjadi violation of human rights).
hak setiap manusia. Di sepanjang sejarah Dalam Rome Statute of The
perkembangan HAM, ada tiga aspek International Criminal Court 1998
dalam keberadaan manusia yang harus (Statuta Roma tahun 1998) Art 5
dipertahankan atau diselamatkan, yaitu dijelaskan mengenai definisi dari
integritas, kebebasan dan kesetaraan, di pelanggaran HAM yang berbunyi: (ICC,
mana untuk mencapai ketiga aspek ini 1998) bahwa: The jurisdiction of the Court
diperlukan adanya penghormatan shall be limited to the most serious crimes of
1 concern to the international community as a
terhadap martabat setiap manusia.
Namun kebebasaan, integritas dan whole. The Court has jurisdiction in
accordance with this statute with respect to
kesetaraan seringkali sulit diwujudkan
the following crimes: (a) The crime of
oleh negara mengingat adanya etnis
genocide; (b) Crimes against humanity; (c)
minoritas yang dianggap tidak dominan
War crimes; (d) The crime of aggression;
dengan ciri khas bangsa, etnis bangsa,

1
Elsam, dkk. 2001. Hak Ekonomi Sosial dan
Budaya: EsaiEsai Pilihan Buku 2, Jakarta:
Elsam Press.

3
Perspektif Hukum, Vol.21 No.1 Mei 2021 : 1-15

yang berarti bahwa pelanggaran HAM Kewarganegaraan Myanmar (Burma


berat meliputi kejahatan genosida, Citizenship Law 1982), Myanmar
kejahatan terhadap kemanusiaan, menghapus Rohingya dari daftar delapan
kejahatan perang dan kejahatan agresi. etnis utama dan dari 135 kelompok etnis
Pelanggaran HAM ini sering dialami oleh kecil lainnya karena Etnis Rohingya
etnis minoritas. Yang memang tidak dianggap sebagai illegal Bengali (salah
selalu mendapatkan perlakukan yang baik satu etnis Bangladesh yang masuk ke
di wilayah negara yang didudukinya. wilayah Myanmar secara illegal).
Salah satunya etnis rohingya di Kebijakan ini tentunya berdampak
Myanmar. Negeri bekas koloni Inggris negatif bagi etnis Rohinya di Myanmar.
yang mendapatkan kemerdekaannya pada Mengingat Banglades juga tidak
tanggal 4 Januari 1948 ini, memiliki mengakui mereka sebagai warga negara.
jumlah penduduk lebih dari 50 puluh juta Diskriminasi terhadap etnis rohingya
jiwa. Mayoritas penduduk yang sejatinya terjadi sejak tahun 1962.
merupakan keturunan dari ras Mongol ini Dimana pada saat pemerintahan presiden
merupakan pemeluk Budha yang taat. U Nay Win, ia membentuk operasi-
Meski telah merdeka sejak 1948, bukan operasi hingga mengusir paksa etnis
berarti kehidupan politik dan masyarakat Rohingya dari negara Myanmar melalui
di negeri Burma ini berjalan lancar tanpa beberapa tindakan sistematis yang
gejolak. Konflik etnis Rohingya menjadi berupa: Extra Judicial Killing,
konflik yang tak berkesudahan di negara penangkapan sewenang-wenang,
Myanmar hingga saat ini. Konflik yang penyitaan property, perkosaan,
didasari atas perlakuan diskriminasi propaganda anti-rohingya dan anti-
karena perbedaan etnis dan agama ini muslim, kerja paksa, pembatasan gerak,
menjadikan Etnis rohingya tidak diakui pembatasan lapangan kerja, larangan
keberadaannya dan tidak mendapatkan berpraktek agama. Tindakan tersebut
kewarganegaraan.2 menimbulkan banyak korban jiwa dari
Hal ini terbukti dengan etnis Rohinya hingga menimbulkan
dikeluarkannya Peraturan pengungsian untuk mencari suaka ke

2
Arianta, K., Mangku, D. G. S., & Yuliartini, N. Manusia Internasional. Jurnal Komunitas
P. R. (2020). Perlindungan Hukum Bagi Kaum Yustisia, 3(2), 166-176.
Etnis Rohingya Dalam Perspektif Hak Asasi

4
Dewa Gede Sudika Mangku, Pemenuhan Hak Asasi Manusia kepada Etnis Rohingya di Myanmar

negara-negara lain yang dekat dengan dengan pendekatan perundang-undangan,


Myanmar. 3 Namun sebagian etnis yang pendekatan kasus serta pendekatan
masih berada di negara bagian Rakhine analisis. Berdasarkan statuta approach
Myanmar tidak diberikan akses untuk penulis akan menganalisa UDHR
mendapat bantuan kemanusiaan karena maupun Convention on the Prevention
dijaga ketat oleh militer Myanmar. and Punishment of the Crime of Genocide
Tindakan ini tetu mengundang perhatian dan beberapa instrument hukum lainnya
dari dunia internasional. Mengingat baik ditingkat nasional maupun
pelanggaran HAM berat ini menjadi internasional serta penulis menganalisa
masalah yang sangat serius karena tidak terkait hambatan apa saja dalam upaya
hanya berdampak negatif bagi perlindungan hukum kepada Rohingya.
masyarakat Myanmar namun juga pada Adapun jenis bahan hukum dalam
negara lain Untuk itulah perlunya penelitian ini adalah data sekunder yang
perlindungan hukum bagi etnis Rohingya terdiri dari bahan hukum primer,
di Myanmar. Dari latar belakang sekunder, dan bahan non-hukum.
pemikiran tersebut penulis tertarik untuk Kemudian diolah dan dianalisis
melakukan penelitian tekait bagaimana menggunakan metode deskriptif.
bentuk perlindungan hukum menurut
HAM internasional yang seharusnya C. HASIL DAN PEMBAHASAN
diberikan pada etnis rohingya dan Perlindungan Hukum Terhadap
hambatan apa saja yang menjadi Etnis Rohingya Menurut HAM
penyebab tidak terselesainya kasus Internasional
pelanggaran HAM pada etnis rohingya. Pelanggaran terhadap HAM berat
telah melanggar kewajiban internasional.
B. METODE PENELITIAN Hal ini karena pengaturan HAM bersifat
4
Dalam penelitian ini menggunakan erga omnes. Sehingga jika terdapat
metode penelitian hukum normatif pelanggaran maka temasuk dalam bagian

3 4
Mangku, D. G. S., & Lasmawan, I. W. (2020). Itasari, E. R. (2015). Memaksimalkan Peran
Perlindungan Hukum Terhadap Kaum Etnis Treaty of Amity and Cooperation in Southeast
Uighur Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia Asia 1976 (TAC) Dalam Penyelesaian Sengketa
Internasional. Jurnal Komunitas Yustisia, 3(1), di ASEAN. Jurnal Komunikasi Hukum
231-240. (JKH), 1(1).

5
Perspektif Hukum, Vol.21 No.1 Mei 2021 : 1-15

kewajiban internasional yang akan yang didasarkan pada laporan terbaru


menimbulkan tanggung jawab negara. yaitu Flash Report United Nations
Pelanggaran HAM identik dengan Human Rights tanggal 3 Februari 2017.
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of Laporan tersebut menyatakan bahwa
power) dan kealpaan negara (state terdapat eksekusi tanpa proses peradilan
omission) atas kewajiban tersebut. atau pembantaian, termasuk dengan
Sehingga menimbulkan pelanggaran penembakan secara acak, penculikan
HAM sebagai akibat dari negara tidak secara paksa dan penahanan secara
berbuat sesuatu (violation by omission) sewenang–wenang; perkosaan termasuk
dan negara berbuat sesuatu (violation by pemerkosaan berkelompok, dan bentuk
commission). Pelanggaran hak asasi yang kekerasan seksual lainnya; kekerasan
dilakukan oleh Pemerintah Myanmar fisik termasuk pemukulan, penganiayaan,
terhadap etnis rohingya salah satunya perlakuan atau hukuman yang tidak
dipicu oleh kemunculan gerakan manusiawi atau merendahkan martabat;
Rohingya Elimination Group pada tahun melakukan penjarahan dan pendudukan
2012 yang bertujuan untuk menghapus properti; penghancuran harta benda,
kaum Rohingya dari bumi arakan.5 diskriminasi dan penganiayaan etnis
Pelanggaran HAM terkait agama.6
pembersihan etnis secara khusus Tindakan pelanggaran HAM yang
dituangkan dalam Convention on the telah disebutkan dalam Laporan Dewan
Prevention and Punishment of the Crime HAM telah memenuhi kategori dalam
of Genocide yang ditetapkan melalui pasal 7 Statuta Roma 1998 tentang
Resolusi Majelis Umum PBB 260 A (III) Kejahatan terhadap Kemanusiaan.
9 Desember 1948. Pelanggaran HAM Tindakan-tindakan pelanggaran HAM
terhadap etnis Rohingya telah dikuatkan tersebut menjadi salah bukti kegagalan
dengan laporan hasil investigasi oleh untuk meningkatkan dan mendorong
pelapor khusus dari Komisi Tinggi HAM penghormatan universal dan pentaatan

5 6
Arifin, R., & Lestari, L. E. (2019). Penegakan Yuliartini, N. P. R., & Mangku, D. G. S. (2019).
dan Perlindungan Hak Asasi Manusia di Tindakan Genosida terhadap Etnis Rohingya
Indonesia dalam Konteks Implementasi Sila dalam Perspektif Hukum Pidana
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Jurnal Internasional. Majalah Ilmiah Cakrawala
Komunikasi Hukum (JKH), 5(2), 12-25. Hukum, 21(1), 41-49.

6
Dewa Gede Sudika Mangku, Pemenuhan Hak Asasi Manusia kepada Etnis Rohingya di Myanmar

terhadap HAM tanpa pembedaan ras, diratifikasi sebagaimana diatur dalam


jenis kelamin, bahasa atau agama dan Pasal 38 ayat 1 Statuta International
harus dipertanggungjawabkan. Pasal 4 Court of Justice (ICJ) sebagai suatu
ayat 1 Konvensi Menentang Penyiksaan sumber hukum internasional. Terlebih
dan Perlakuan atau Penghukuman yang adanya latar belakang sejarah bahwa etnis
Tidak Manusiawi, dan Merendahkan rohingya sudah menduduki wilayah
Martabat Manusia 1965. Myanmar pada abad ke 7. Dimana pada
Selain itu, kebijakan pemerintah tahun 1748 terdapat kehadiran kesultanan
Myanmar dalam mengeluarkan UU Muslim di Arakan tahun 1430, kesultanan
Keimigrasian tahun 1974 dan UU muslim ini telah berkuasa selama kurang
Kewarganegaraan tahun 1982 jelas lebih 350 tahun. Keputusan untuk
bertentangan dengan Convention on the mencabut kewarganegaraan pun jelas
Elimination of All Forms of Racial memicu protes intenasional karena
Discrimination (CERD) 1965. Dalam hal keputusan tersebut juga termasuk dalam
ini Myanmar membuat Undang-Undang pelanggaran terhadap Konvensi Hak-hak
Kewarganegaraan Tahun 1982 yang Sipil untuk menempati suatu negara atau
bertujuan untuk mencabut meninggalkan sebuah negara (ICCSR
kewarganegaraan etnis Rohingya. 1960). Khususnya terkait Pasal 33 Ayat
Kebijakan tersebut tentu bertentangan (1) mengenai pengusiran atau
dengan Pasal 15 ayat 1 UDHR yang pengembalian secara paksa (refoulment)
menyatakan bahwa setiap orang berhak serta melanggar konsep “International
atas suatu kewarganegaraan. Disisi lain Bill of Human Rights”, khususnya UDHR
Myanmar merupakan anggota PBB sejak dalam Pasal 13, 14 dan 15 yang
tahun 1948. Konsekuensi hukum dari menjelaskan tentang hak seseorang untuk
negara yang telah menjadi anggota PBB
adalah wajib menerima segala ketentuan
yang terdapat dalam Piagam PBB.7
Dimana setiap negara wajib mentaati
konvensi Internasional yang telah

7
Putra, K. A., Yuliartini, N. P. R., & Mangku, D. Dari Perspektif Hukum Pidana
G. S. (2020). Analisis Tindak Kejahatan Genosida Internasional. Jurnal Komunitas Yustisia, 1(1),
Oleh Myanmar Kepada Etnis Rohingnya Ditinjau 66-76.

7
Perspektif Hukum, Vol.21 No.1 Mei 2021 : 1-15

mendapatkan status kewarganegaraan madrasah di Muangdaw dan Akyab dan


dan perlindungan dari penindasan.8 muslim tidak diizinkan untuk beribadah
Padahal seseorang yang tidak di dalamnya. Jika terdapat pelanggaran
memiliki kewarganegaraan tidak akan akan dikenai hukuman. Larangan dalam
bisa mendapatkan perlindungan hukum praktek beragama ini jelas melanggar
dari suatu negara, dan ia juga tidak dapat pasal 18 UDHR yang menyatakan bahwa
menikmati hak-hak dasar yang melekat setiap individu mempunyai hak
pada dirinya. Dari pelanggaran hukum kebebasan untuk beragama. Terlebih juga
internasional tersebut, Myanmar telah melanggar Deklarasi mengenai Hak-hak
memenuhi 2 unsur penting dalam Penduduk yang termasuk Kelompok
Internationally Wrongful Act, yaitu Minoritas berdasarkan
adanya pelanggaran kewajiban Kewarganegaraan, Etnis, Agama, dan
internasional; dan perbuatan tersebut Bahasa 1992. Deklarasi ini menjelaskan
dapat diatribusikan ke Myanmar. Oleh mengenai perlindungan negara terhadap
karena itu, Myanmar seharusnya eksistensi dan identitas kebangsaan, etnis
mendapatkan konsekuensi yakni untuk bangsa, budaya, agama dan kaum
segera melakukan ceasation terhadap minoritas serta hak-hak bagi kaum
penolakan kewarganegaraan kepada etnis minoritas.9
Rohingya dan memberikan status Hak-hak tersebut diantaranya hak
kewarganegaraan kepada mereka. untuk memeluk dan menjalankan agama
Selain itu, tidak diberikannya secara bebas. Serta dalam pasal 2 ayat 5
kebebasan etnis Rohingya dalam menyatakan hak untuk mendirikan dan
menjalankan ibadahnya. Dimana pada memelihara hubungan yang melewati
awal bulan Juni 2012 hampir semua batas negara secara bebas dan damai
masjid di Ibu Kota Arakan yaitu dengan anggota lain yang berasal dari
Sittwe/Akyab telah dihancurkan atau kelompok mereka dan orang-orang yang
dibakar, banyak penutupan masjid dan termasuk dalam kelompok minoritas

8
Mangku, D. G. S. (2013). Kasus Pelanggaran Etnis Rohingya Dalam Perspektif Hak Asasi
Ham Etnis Rohingya: Dalam Perspektif Manusia Internasional. Jurnal Komunitas
ASEAN. Media Komunikasi FPIPS, 12(2). Yustisia, 3(2), 166-176.
9
Arianta, K., Mangku, D. G. S., & Yuliartini, N.
P. R. (2020). Perlindungan Hukum Bagi Kaum

8
Dewa Gede Sudika Mangku, Pemenuhan Hak Asasi Manusia kepada Etnis Rohingya di Myanmar

lainnya yang mempunyai ikatan agama diatur dalam konvensi manapun adalah
dengan mereka. Pada tahun 2017, hak bantuan administrasi, hak identitas
kekerasan yang dialami etnis Rohingnya diri dan persiapan untuk dokumen
11
di Myanmar masih terus berlanjut dan perjalanan. Pemerintah Myanmar
menimbulkan banyak korban jiwa. Hanya secara konkret memiliki tanggung jawab
dalam waktu satu minggu telah untuk melakukan penyelidikan secara
menewaskan kurang lebih 400 orang. transparan terhadap kasus tersebut yakni
Kemudian dalam waktu satu bulan, dengan mengadili dan menghukum
jumlah pengungsi etnis Rohingnya dari orang-orang yang terbukti terlibat dalam
bulan Agustus hingga September kasus pelanggaran HAM berat di
mencapai 123.000 orang. Bahkan pada negaranya. Pemerintah harus juga
tahun 2017, jumlah pengungsi dari negara melakukan pemulihan yang dapat berupa
Myanmar mengalami kenaikan angka pemberian kompensasi, restitusi maupun
yang signifikan jika dibandingkan dengan rehabilitasi demi kepentingan korban.
tahun-tahun sebelumnya hingga Namun pemerintah Myanmar tidak
mencapai 1.156.732 orang. mengambil suatu tindakan tegas untuk
Pengungsi Rohingya yang melintasi menyelesaikan kasus yang terjadi dan
batas negara dengan maksud untuk membiarkan permasalahan tersebut
mencari perlindungan ke negara lain. berlarut-larut. Bahkan Myint Swe sebagai
Oleh karena itu, menjadi kewajiban ketua Komite Penyelidik Negara bagian
negara lain pula untuk memberikan Rakhine dan juga selaku Wakil Presiden
perlindungan internasional sesuai dalam membantah bukti adanya kekerasan dan
Convention Relating to The Status of bukti yang menunjukkan terjadinya
Stateless Persons 1954. 10 Konvensi ini genosida atau pembunuhan secara massal
menyatakan bahwa orang-orang tanpa dan berencana terhadap etnis Rohingya.
kewarganegaraan dapat mempertahankan Namun tuntutan terhadap para pelaku
hak dan kebebesan mendasar tanpa yang dibebankan kepada negara oleh
diskriminasi. Hak-hak lain yang akan hukum internasional haruslah tetap
dijamin dalam konvensi ini dan tidak diupayakan. Penolakan yang dilakukan

10 11
Robetson Q.C. 2002. Kejahatan Terhadap Thontowi, J. 2007. Hukum Internasional
Kemanusiaan, Perjuangan untuk Mewujudkan Kontemporer, Bandung: Rafika Press.
Keadilan Global, Jakarta: Komnas HAM.

9
Perspektif Hukum, Vol.21 No.1 Mei 2021 : 1-15

oleh Myanmar telah berujung pada pimpinan pemerintahan atau negara.


pengingkaran prinsip denial of justice.12 Namun jika pemerintah Myanmar enggan
Pengingkaran terhadap upaya untuk menyelesaikan kasus tersebut.
pencapaian keadilan tersebut bukan Maka dapat diambil alih oleh Dewan
hanya pelanggaran serius terhadap norma Keamanan PBB yang akan berupaya
hukum internasional. Namun juga untuk menemukan langkah efektif untuk
menjadi paradoks di tengah pengakuan mengakhiri pelanggaran HAM berat
sebagai negara yang telah demokratis tersebut.14
dengan menjunjung rule of law dan
perlindungan terhadap HAM. Namun 2. Hambatan Dalam Upaya
meskipun berbagai pengingkaran tehadap Perlindungan Hukum Terhadap Etnis
bukti oleh pemerintah Myanmar, negara Rohingya
tetap tidak bisa tehindar dari Kewajiban negara untuk
pertanggungjawaban internasionalnya menghukum para pelaku pelanggaran
dengan dalih atas kebenaran menurut HAM berat telah dikembangkan dalam
hukum nasionalnya. Tanggung jawab berbagai instrumen hukum HAM baik
Myanmar atas pelanggaran hukum internasional maupun regional. Bahkan
internasional seperti genosida juga hukum kebiasaan internasional secara
dikukuhkan dalam Genocide Convention tegas melarang segala bentuk
yang telah diterima oleh Sidang Umum pembebasan hukuman terhadap
PBB pada tanggal 9 Desember 1948 yang pelanggaran berat HAM yang dilakukan
menyatakan perorangan yang terbukti secara sistematis. Komisi Hukum
telah melakukan tindakan genosida harus Internasional (International Law
13
dihukum, terlepas dari persoalan Commission) menyatakan bahwa
apakah mereka itu bertindak sebagai pelanggaran terhadap kewajiban negara
perseorangan, pejabat pemerintah, yang digolongkan sebagai internationaly

12 13
Christian Lumban G, D. (2017). Penyelesaian Prinst, Darwan. 2001. Sosialisasi dan
Sengketa Pelanggaran Hak Asasi Manusia Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia.
Terhadap Etnis Rohingya di Myanmar Ditinjau Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
14
Dari Hukum Internasional. JURNAL Kurniawan, N. (2018). Kasus Rohingya dan
NOVUM, 4(3), 22-35. Tanggung Jawab Negara dalam Penegakan Hak
Asasi Manusia. Jurnal Konstitusi, 14(4), 880-
905.

10
Dewa Gede Sudika Mangku, Pemenuhan Hak Asasi Manusia kepada Etnis Rohingya di Myanmar

wrongful act yang mencakup pelanggaran bahwa yurisdiksi Mahkamah Pidana


berat HAM, juga dikategorikan sebagai Internasional berlaku apabila kurangnya
kejahatan internasional (international penyelidikan dan penuntututan nasional.
15
crime). Selain dalam Konvensi Maupun adanya keengganan dan
Genosida 1948, kewajiban negara untuk ketidakmampuan negara tempat pelaku
menghukum para pelaku pelanggaran atau perbuatan pelanggaran HAM
berat HAM termasuk kejahatan terhadap dilakukan, untuk memproses pelanggaran
kemanusiaan dapat ditemukan dalam tersebut.18
Pasal 4 Konvensi Anti Penyiksaan. Pada Namun Sayangnya, Pasal 12 ayat 2
dasarnya, mekanisme untuk menghukum Statuta Roma menyatakan, suatu negara
para pelaku kejahatan kemanusiaan lebih dinyatakan menerima yurisdiksi
ditekankan pada pengadilan nasional. Mahkamah jika ia telah meratifikasi
Mekanisme penyelesaiannya pun Statuta. Hal ini tentu pemerintahan
biasanya melalui pembentukan suatu Myanmar tidak dapat diadili atas
pengadilan khusus HAM baik yang pelanggaran yang telah dilakukan karena
bersifat permanen maupun ad hoc.16 Myanmar tidak menjadi Negara yang
Pembentukan pengadilan tersebut meratifikasi satupun peraturan-peraturan
dapat dilakukan secara mandiri oleh mengenai HAM seperti konvensi-
negara yang bersangkutan maupun konvensi internasional hak sipil dan
bekerja sama dengan lembaga politik, konvensi tentang hak ekonomi,
17
internasional seperti PBB. Namun sosial dan budaya lalu konvensi tentang
keengganan pemerintah Myanmar dalam penghapusan semua bentuk diskriminasi
19
menyelesaikan kekerasan terhadap etnis rasial. Oleh sebab itu,
Rohingya menjadikan kasus berlarut- pertanggungjawaban terhadap setiap
larut. Pasal 17 Statuta Roma menyatakan pelanggaran yang telah dilakukan

15
Rudi M Rizki. 1999. Catatan Mengenai Hak Asasi Manusia Menurut Hukum
Tanggung Jawab Negara Atas Pelanggaran Berat Internasional, Tesis, Universitas Padjajaran.
HAM, dalam Mieke Komar (Et.al) (Ed), Mochtar 18
Xavier Philippe. 2006. “Prinsip-prinsip
Kusumaatmadja: Pendidik dan Negarawan, yurisdiksi universal dan saling melengkapi:
Bandung: Alumni bagaimana dua prinsip berhubungan?”,
16
Waluyo, T. J. (2013). Konflik Tak Seimbang International Review of the Red Cross, Volume 8
Etnis Rohingya dan Etnis Rakhine di number 8
19
Myanmar. Transnasional, 4(2), 834-847. HM. Suaib Didu. 2008. Hak Asasi Manusia:
17
Andrey Sujatmoko, 2004, Penerapan Prinsip Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Tanggung Jawab Negara Atas Pelanggaran Berat Internasional, Bandung: Iris

11
Perspektif Hukum, Vol.21 No.1 Mei 2021 : 1-15

21
pemerintah Myanmar menjadi sulit untuk (Basdescu, 2011. Adanya desakan
diterapkan karena terkendala oleh status untuk mengintevensi kemanusiaan
ratifikasi perjanjian internasional HAM. tersebut didasarkan pada Pasal 53 Piagam
Namun melihat kondisi etnis Rohingya PBB. Mengingat ini akan menjadi salah
yang semakin memburuk hingga satu upaya DK PBB dalam
menimbulkan banyak korban jiwa menyelesaikan kasus yang mengancam
mendorong adanya tindakan intervensi tata tertib dan perdamaian dunia.
kemanusiaan. Terdapat dua syarat yang Intervensi kemanusiaan tersebut diajukan
dapat mendesak pentingnya intervensi melalui DK PBB dengan disepakati oleh
kemanusiaan. Pertama, pertanggung 5 Anggota Tetap DK PBB,dan 10
jawaban untuk melindungi (the Anggota tidak tetap. Namun upaya
responsibility to protect). Banyaknnya tersebut lagi-lagi mengalami kegagalan.
jumlah korban tewas atau hilang yang Dimana terdapat hambatan yang tidak
tidak diketahui, baik karena disengaja dapat dicegah dalam intervensi
adanya praktek genosida ataukah tidak. kemanusiaan tragedi Rohingya. RRC
Atau karena kesengajaan rezim sebagai negara anggota tetap DK PBB
pemerintahan / negara yang membiarkan mengajukan keberatan dengan
peristiwa terjadi, atau bahkan menggunakan Hak Veto. Mengingat
ketidakmampuan negara untuk RRC memiliki kepentingan untuk
melakukan tindakan. Sehingga negara melindungi Myanmar sebagai pasar
gagal untuk menegakkan export dan import terutama gas dan
kewenangannya.20 minyak dengan RCC. PBB berkali-kali
Kedua, begitu banyak korban akibat telah mengecam keras pemerintah
permbersihan etnik (ethnic cleansing) Myanmar untuk segera mengakhiri
baik secara nyata-nyata, karena tindakan kekerasan yang terjadi. Namun, hal
pembunuhan, atau tekanan dengan cara tersebut tidak ditanggapi baik oleh
pengusiran besar-besaran, atau karena pemerintah Myanmar dan hingga saat ini
tindakan teror atau pemerkosaan belum ada upaya penyelesaian.

20 21
Hartati, A. Y. (2013). Studi Eksistensi Etnis Badescu, C.G. 2011. Humanitarian
Rohingya di Tengah Tekanan Pemerintah Intervention and the Responsibility to protect:
Myanmar. Jurnal Hubungan Internasional, 2(1), Security and human rights (Global Politics and the
7-17. Responsibility to Protect), Routledge, Taylo

12
Dewa Gede Sudika Mangku, Pemenuhan Hak Asasi Manusia kepada Etnis Rohingya di Myanmar

etnis Rohingya ke beberapa negara.


PENUTUP Sebagai bagian dari warga bangsa-
Kesimpulan bangsa, Myanmar tentu memiliki
Penyelesaian dengan komitmen akan kewajiban internasional yang harus
pemenuhan keadilan ini tentu sangat dipenuhi. Negara tersebut tidak dapat
diharapkan, namun anggapan pemerintah menafikkan hukum Internasional yang
Myanmar yang tidak melakukan telah diakui, diadopsi, dan dipraktikkan
pelanggaran HAM seperti genosida di berbagai negara. Sebagai sebuah
secara berencana terhadap etnis Rohingya negara berdaulat, Myanmar memang
menjadikan Pemerintah Myanmar abai memiliki hak untuk menyelesaikan
dalam tuntutan penyelesaian dan persoalan dalam negerinya melalui
penegakan keadilan. Tidak diakuinya mekanisme hukum yang dimiliki.
etnis Rohingya ke dalam bagian daftar Namun, alih-alih memberikan
etnis yang berada di negeri Myanmar perlindungan, Myanmar justru abai atas
tersebut menjadi upaya peniadaan genosida dan pelanggaran HAM lainnya.
terhadap etnis yang sudah berada dari Myanmar terus mendapat kecaman dari
abad ke 7 di wilayah tersebut. dunia internasional untuk segera
Diskriminasi itu bahkan ditindaklanjuti menyelesaikan pelanggaran yang terjadi.
dengan pencabutan status Hingga pada akhirnya PBB berupaya
kewarganegaraan bagi etnis untuk melakukan intevensi kemanusiaan.
Rohingya.Upaya yang dilakukan
pemerintah Myanmar dapat Saran
dikategorikan sebagai upaya yang Dewan Keamanan PBB diharapkan
sistematis untuk menghilangkan identitas dapat segera bertindak dengan tegas
etnis tertentu. Yang lebih untuk menyelesaikan kasus yang terjadi
mengkawatirkan ialah adanya dugaan terhadap etnis rohingya. Dewan
konfrontasi fisik berupa operasi militer Keamanan PBB dapat menetapkan
yang diduga menewaskan ratusan Commission of Inquiry untuk menyelidiki
masyarakat sipil tak berdosa. Tindakan dan mengumpulkan bukti lebih lanjut
konfrontasi fisik yang terjadi menjadi tentang pelanggaran Kejahatan Terhadap
pemicu terjadinya gelombang pengungsi Kemanusiaan di negara bagian Arakan

13
Perspektif Hukum, Vol.21 No.1 Mei 2021 : 1-15

Utara yang selanjutnya membentuk Etnis Rohingya Dalam Perspektif


Hak Asasi Manusia
Komite Internasional untuk mengawasi
Internasional. Jurnal Komunitas
dan memastikan Kaum Rohingya aman Yustisia, 3(2), 166-176.
Arifin, R., & Lestari, L. E. (2019).
kembali ke Myanmar. Selain itu dapat
Penegakan dan Perlindungan Hak
melalui SPDC yang menyediakan Asasi Manusia di Indonesia dalam
Konteks Implementasi Sila
kembali rumah bagi orang-orang
Kemanusiaan yang Adil dan
rohingya dan memastikan bahwa Kaum Beradab. Jurnal Komunikasi
Hukum (JKH), 5(2), 12-25.
Rohingya terbebas dari segala bentuk
Badescu, C.G. 2011. Humanitarian
hambatan hukum dan tindakan yang Intervention and the Responsibility
to protect: Security and human
membahayakan sesuai jaminan
rights (Global Politics and the
perlindungan oleh HAM internasional. Responsibility to Protect),
Routledge, Taylo
Selain itu, perlu adanya dukungan dari
Christian Lumban G, D. (2017).
masyarakat internasional terkhusus Penyelesaian Sengketa
Pelanggaran Hak Asasi Manusia
negara-negara yang menjadi anggota
Terhadap Etnis Rohingya di
ASEAN terhadap proses reformasi Myanmar Ditinjau Dari Hukum
Internasional. JURNAL
Negara Myanmar menjadi negara
NOVUM, 4(3), 22-35.
demokrasi. Sehingga pemajuan HAM Elsam, dkk. 2001. Hak Ekonomi Sosial
dan Budaya: EsaiEsai Pilihan Buku
bisa terus berkembang di Myanmar.
2, Jakarta: Elsam Press.
Hartati, A. Y. (2013). Studi Eksistensi
Etnis Rohingya di Tengah Tekanan
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Myanmar. Jurnal
Andrey Sujatmoko, 2004, Penerapan Hubungan Internasional, 2(1), 7-
Prinsip Tanggung Jawab Negara 17.
Atas Pelanggaran Berat Hak Asasi HM. Suaib Didu. 2008. Hak Asasi
Manusia Menurut Hukum Manusia: Perspektif Hukum Islam
Internasional, Tesis, Universitas dan Hukum Internasional,
Padjajaran. Bandung: Iris
Arianta, K., Mangku, D. G. S., & Itasari, E. R. (2015). Memaksimalkan
Yuliartini, N. P. R. (2020). Peran Treaty of Amity and
Perlindungan Hukum Bagi Kaum Cooperation in Southeast Asia
Etnis Rohingya Dalam Perspektif 1976 (TAC) Dalam Penyelesaian
Hak Asasi Manusia Sengketa di ASEAN. Jurnal
Internasional. Jurnal Komunitas Komunikasi Hukum (JKH), 1(1).
Yustisia, 3(2), 166-176. Kurniawan, N. (2018). Kasus Rohingya
Arianta, K., Mangku, D. G. S., & dan Tanggung Jawab Negara dalam
Yuliartini, N. P. R. (2020). Penegakan Hak Asasi
Perlindungan Hukum Bagi Kaum

14
Dewa Gede Sudika Mangku, Pemenuhan Hak Asasi Manusia kepada Etnis Rohingya di Myanmar

Manusia. Jurnal Konstitusi, 14(4), Rudi M Rizki. 1999. Catatan Mengenai


880-905. Tanggung Jawab Negara Atas
Mangku, D. G. S. (2013). Kasus Pelanggaran Berat HAM, dalam
Pelanggaran Ham Etnis Rohingya: Mieke Komar (Et.al) (Ed), Mochtar
Dalam Perspektif ASEAN. Media Kusumaatmadja: Pendidik dan
Komunikasi FPIPS, 12(2). Negarawan, Bandung: Alumni
Mangku, D. G. S., & Lasmawan, I. W. Thontowi, J. 2007. Hukum Internasional
(2020). Perlindungan Hukum Kontemporer, Bandung: Rafika
Terhadap Kaum Etnis Uighur Press.
Dalam Perspektif Hak Asasi Waluyo, T. J. (2013). Konflik Tak
Manusia Internasional. Jurnal Seimbang Etnis Rohingya dan
Komunitas Yustisia, 3(1), 231-240. Etnis Rakhine di
Prinst, Darwan. 2001. Sosialisasi dan Myanmar. Transnasional, 4(2),
Diseminasi Penegakan Hak Asasi 834-847.
Manusia. Bandung: PT. Citra Xavier Philippe. 2006. “Prinsip-prinsip
Aditya Bakti. yurisdiksi universal dan saling
Putra, K. A., Yuliartini, N. P. R., & melengkapi: bagaimana dua prinsip
Mangku, D. G. S. (2020). Analisis berhubungan?”, International
Tindak Kejahatan Genosida Oleh Review of the Red Cross, Volume
Myanmar Kepada Etnis Rohingnya 8 number 8
Ditinjau Dari Perspektif Hukum Yuliartini, N. P. R., & Mangku, D. G. S.
Pidana Internasional. Jurnal (2019). Tindakan Genosida
Komunitas Yustisia, 1(1), 66-76. terhadap Etnis Rohingya dalam
Robetson Q.C. 2002. Kejahatan Terhadap Perspektif Hukum Pidana
Kemanusiaan, Perjuangan untuk Internasional. Majalah Ilmiah
Mewujudkan Keadilan Global, Cakrawala Hukum, 21(1), 41-49.
Jakarta: Komnas HAM.

15

Anda mungkin juga menyukai