Anda di halaman 1dari 31

DIKTAT

MATA KULIAH
MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu
H. Kamalun Ni’am, S.E.,M.M.

Sekolah Tinggi Agama Islam Wali Sembilan Semarang


(SETIA WS)
MATERI I
PENGANTAR MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


Kata Manajemen berasal dari alih bahasa to manage, yang artinya
mengatur atau mengelola. Kata manajemen secara khusus bermakna
memimpin dan kepemimpinan, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengeloa
lembaga atau organisasi, yaitu memimpin dan menjalankan kepemimpinan
dalam organisasi.
Manajemen dalam konteks keilmuan merupakan ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang
didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai
tujuan tertentu. Dikemukakan oleh Malayu S.P. Hasibun bahwa manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan tenaga dan profesionalitas
orang lain,1 sementara menurut G.R Terry, dikemukakan bahwa manajemen
merupakan satu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisaian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.2
Secara sederhana manajemen dapat dimaknai sebagai kemampuan dan
keterampilan khusus yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain
dalam upaya mencapai tujuan secara produktif, efektif dan efesian.
Berkaitan dengan manajemen pendidikan, maka manajemen pendidikan
dapat diartikan sebagai proses pengelolaan terhadap semua kebutuhan
institusional dalam lingkup pendidikan dengan cara yang efektif dan efesien.
Apabila ditarik garis merah dengan manajemen pendidikan Islam, maka
manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penataan atau pengelolaan
lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia m uslim
1
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksra, 2017, hlm 10
2
G.R. Terry, Principles of Management, dalam Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen, Bandung:
Mandar Maju, 2011, hlm 3
1
dan menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif
dan efisien.
Manajemen pendidikan sebagai salah satu komponen dari sistem yang
semua subsistemnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Manajemen
pendidikan adalah aktivitas-aktifitas untuk mencapai suatu tujuan, atau proses
penyelenggraan kerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
dalam pendidikan.
Manajemen pendidikan adalah keseluruhan proses penyelenggaraan
dalam usaha kerjasama dua orang atau lebih dan atau usaha bersama untuk
mendayagunakan semua sumber secara efektif, efesien dan rasional untuk
menunjang tercapainya tujan pendidikan.
Manajemen pendidikan pada hakikatnya adalah usaha-usaha yang
berhubungan aktifitas pendidikan yang terjadi proses mempengaruhi,
memotivasi kreativitas anak didik dengan menggunakan alat-alat pendidikan,
metode, media, sarana dan prasarana yang diungerlukan dalam melaksanakan
Pendidikan
Pendidikan Islam secara umum menurut Daradjat, diartikan sebagai
pembentukan kepribadian muslim.3 Pengertian Pendidikan Islam menurut
Hasil Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai 11 Mei
1960 di Cipayung Bogor adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani
dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah, mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran
Islam.4
Menurut Mujamil Qomar manajemen pendidikan Islam adalah
suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara
menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai
tujuan Pendidikan Islam secara efektif dan efisien.5
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2006,
hlm. 27
4
Djamaludin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung:Pustaka Setia,
1999, hlm.9
5
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, Yogyakarta: Erlangga, 2000, lihat pula Junaidi,
Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen dalam Islam (Kajian Pendidikan Menurut Hadist Nabi), Al-
Idarah vol 1, No 1, 2017 hal 123
2
Pendidikan Islam ialah bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam. Bila disingkat, pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap seseorang
agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin.
Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan
jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan,
melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam6.
Menurut Mujamil Qomar manajemen pendidikan Islam adalah
suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara
menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk
mencapai tujuan Pendidikan Islam secara efektif dan efisien.7
Manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga
pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar
dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara
efektif dan efisien. Lebih lanjut definisi di atas dapat dijabarkan sebagai
berikut untuk mempermudah pemahaman dan implikasi yang ada, yaitu:
1. Pertama, proses pengelolaan lembaga pendidikan secara Islami. Dalam
proses pengelolaan ini aspek yang ditekankan adalah nilai keIslaman yang
bersandar pada al-Qur‘an dan al-Hadist. Misalnya terkait dengan
pemberdayaan, penghargaan, kualitas, dan lain-lain.
2. Kedua, lembaga pendidikan Islam. Fokus dan manajemen pendidikan Islam
adalah menangani lembaga pendidikan Islam mulai dan pesantren,
madrasah, perguruan tinggi dan sebagainya.
3. Ketiga, proses pengelolaan pendidikan Islam secara Islami. Proses
pengelolaan harus sesuai dengan kaidah-kaidah Islam atau memakai
kaidah-kaidah manajerial yang sifatnya umum tapi masih sesuai dengan
nilai-nilai keIslaman.
4. Keempat dengan cara menyiasati. Hal ini mengandung makna strategi,
karena manajemen penuh siasat atau strategi yang diarahkan untuk

6
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, hlm. 41
7
Mujamil Qomar, Loc.cit
3
mencapai tujuan. Demikian pula dengan manajemen pendidikan Islam yang
selalu memakai strategi tertentu.
5. Kelima, sumber-sumber belajar dan hal-hal yang terkait. Sumber-sumber
belajar di sini memiliki cakupan yang luas, yaitu:
a. Manusia, yang meliputi: guru, murid, pegawai dan pengurus
b. Bahan, yang meliputi buku, perpustakaan, dan lain-lain
c. Lingkungan merupakan segala hal yang mengarah ke masyarakat
d. Alat dan peralatan seperti alat peraga, laboratorium, dan sebagainya
e. Aktivitas yang meliputi keadaan sosio politik, sosio kultural dalam
masyarakat
6. Keenam, tujuan pendidikan Islam. Tujuan merupakan hal yang vital yang
mengendalikan dan mempengaruhi komponen-komponen dalam lembaga
pendidikan agama Islam.
7. Ketujuh, efektif dan efisien. Artinya, manajemen yang berhasil mencapai
tujuan dengan penghematan tenaga, waktu dan biaya.

B. Objek Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


Objek yang dilakukan dalam manajemen lembaga pendidikan Islam
sangat luas, menyangkut persoalan Sumber Daya manusia, sumber daya
materi, baik yang bersfat fisik maupun non fisik. Objek manajemen lembaga
pendidikan Islam berkaitan dengan cara pandang terhadap nilai-nilai atau
ajaran Islam. Objek manajemen lembaga pendidikan Islam, secara umum
meliputi:
1. Kurikulum
2. Peserta Didik
3. Kepegawaian
4. Keuangan
5. Sarana dan Prasarana
6. Perkantoran
7. Hubungan Masyarakat
8. Unit Penunjuang
4
9. Ektrakurikuer

C. Ruang Lingkup Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


Ruang lingkup Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, secara umum
tidak jauh berbeda dengan Manajemen Lembaga Pendidikan pada umumnya,
perbedaannya terletak pada ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu pada
Lembaga Pendidikan Islam. Menurut Muh Hambali dan Mualimin, ruang
lingkup Manajemen Lembaga Pendidikan Islam meliputi 9 (Sembilan) bagian
manajemen, yaitu:8
1. Manajemen Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang berisi
tentang tujuan, isi, serta bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman
kegiatan pembelajaran yang harus dikelola secara efektif dan efisien demi
tercapainya tujuan Pendidikan.9 Manajemen kurikulum adalah keseluruhan
proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan
mengenai tujuan, isi, serta bahan pelajaran yang digunakan sebagai
pedoman kegiatan pembelajaran yang harus dikelola secara efektif dan
efisien demi tercapainya tujuan pendidikan. Manajemen kurikulum
Lembaga Pendidikan Islam dengan demikian adalah keseluruhan proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan mengenai
tujuan, isi, serta bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman kegiatan
pembelajaran yang harus dikelola secara efektif dan efisien demi
tercapainya tujuan Lembaga Pendidikan Islam.
Manajemen Kurikulum adalah
2. Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik adalah keseluruhan proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan berkaitan dengan pelayanan
peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dikemukakan oleh

8
Muh Hambali dan Mu’alimin, Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer, Strategi Pengelolaan
dan Pemasaran Pendidikan Islam di Era Industri 4.0, Yogyakarta: IRCiSoD, 2020, hlm 38-54
9
Irjus Indrawan, Pengantar Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, Yogyakarta: Deeppublish,
2015, hlm 7
5
Saihudin bahwa manajemen peserta didik pada prinsipnya merupakan
bentuk layanan Lembaga Pendidikan yang focus perhatiannya tertuju pada
pengaturan, pengawasan dan layanan siswa , baik di dalam maupun di luar
kelas, mulai dari pengenalan, pendaftaran sampai peayanan individual.10
3. Manajemen Kepegawaian
Manajemen kepegawaiana atau tenaga penddidikan meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan pengawasan dan evaluasi
kegiatan penerimaan pegawai baru, surat keputusan, mutasi, surat tugas,
berkas tenaga kependidikan, daftar umum kepegawaian, upaya peningkatan
SDM pegawai, serta kinerja pegawaia dalam institusi pendidikan.11
Kepegawaian atau disebut juga dengan persoalia dalam institusi
pendidikan dapat dibedakan atas tenaga kependidikan dan tenaga non
kependidikan.
4. Manajemen Keuangan
Keuangan dan pembiayaan merupakan sumber daya yang secara
langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal
tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi manajemen berbasis sekolah
(MBS), yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan
pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya.
Komponen utama manajemen keuangan meliputi:
a. Prosedur anggaran
b. Prosedur akuntansi keuangan
c. Pembelajaran, pergudangan, dan prosedur pendistribusian
d. Prosedur investasi
e. Prosedur pemeriksaan
5. Manajemen Sarana dan Prasarana

10
Saihudin, Manajemen Institusi Pendidikan, Ponorogo:Uwais Inspirasi Indonesia, 2018, hlm 98
11
Cucun Sunaingsih dkk, Pengelolaan Pendidikan, Sumedang: UPI Pres, 2017, hlm 4
6
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta
alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana
adalah fasititas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan
menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses
belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman
sekolah sekaligus sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut
merupakan sarana pendidikan
6. Manajemen Perkantoran
Manajemen perkantoran secara umum dapat dimaknai sebagai proses
Kerjasama di dalam kantor yang dilakukan untuk mencapai tujuan kantor.
Proses ini sudah harus ditetapkan sebelumnya berdasarkan fungsi-fungsi
manajemen pada umumnya, yaitu melalui proses perencanaan, pengaturan,
pelaksanaan dan pengawasan.
Manajemen perkantoran seringkali dipahami sebagai pengelolaan
kerja administrasi ketatatusahaan, namun sebenarnya ketatausahaan itu
sendiri hanayalah bagian kecil dari administrasi yang proses kerjanya
banyak dilakukan dalam di kantor. Pemahaman ini seringkali menimbulkan
kesalahpahaman karena tidak sedikit orang yang memahami bahwa
administrasi adalah pekerjaan ketatausahaan.
7. Manajemen Hubungan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan
suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.
Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam
mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien.
Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain:
a. Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak

7
b. Memperkokoh serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat
c. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan
sekolah
8. Manajemen Unit Penunjuang
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, setiap Lembaga
pendidikan tidak hanya memerulkan perangkat pembelajaran seperti halnya
buku dan media pembelajaran lainnya, namun di samping itu juga
memerlukan unit-unit penunjang lainnya yang secara langsung maupun
tidak langsung mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Sebagaimana dalam manejemen lainnya, manajemen unit penunjang
juga harus dikelola melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan atau pelaksanaan dan pengawasan.
9. Manajemen Ekstrakurikuer
Tercapainya tujuan pendidikan tidak sepenuhnya ditentkan oleh
proes belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Berbagai
kegiatan yang bersifat mendidik yang diselenggarakan di luar kelas juga
dapat menjadi penunjang bagi keberhasilan pendidikan itu sendiri yanag
salah satunya adalah kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler meskipun tidak berkaitan langsung dengan proses
belajar mengajar di dalam kelas, namun kegiatan tersebut dapat memberikan
peluang kepada peserta didik untuk memperkaya identitas dan sekaligus
meningkatkan kapasitas belajar mereka.12

D. Prinsip-Prinsip Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


Prinsip-prinsip manajemen lembaga pendidikan Islam secara umum
tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip manajemen pendidikan pada
umumnya dengan, hanya saja dalam manajemen lembaga pendidikan Islam

12
A. Mappadjantji Amien, Kemandirian Lokal: Konsepsi Pembangunan, Organisasi, dan
Pendidikan dari Perspektif Saint Baru, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005, hlm 383
8
terdapat kekhususan yang tidak ditemui dalam manajemen pendidikan pada
umumnya. Berkaitan dengan prinsip-prinsip manajemen lembaga pendidikan
Islam terdapat macam pendapat yang dikemukakan oleh para pakar.
Dikemukakan oleh Ramayulis bahwa terdapat 8 (delapan) prinsip
manajernen lembaga pendidikan Islam, yaitu:13
1. Prinsip Ikhlas
2. Prinsip Kejujuran
3. Prinsip Amanah
4. Prinsip Adil
5. Prinsip Tanggung jawab
6. Prinsip Dinamis
7. Prinsip Praktis

8. Prinsip Fleksibel
Pendapat lain didkemukakan oleh Hasan Langgulung, bahwa terdapat 7
(tujuh) prinsip manajemen lembaga pendidikan Islam, yaitu:14
1. Prinsip Iman dan akhlaq
2. Prinsip Keadilan dan persamaan
3. Prinsip Musyawarah
4. Prinsip Pembagian kerja dan tugas
5. Prinsip Berpegang pada fungsi rnanajemen
6. Prinsip Pergaulan
7. Prinsip Keikhlasan
Muwahid Shulhan dan Soim menyebutkan ada 7 (tujuh) prinsip dalam
manajemen lembaga pendidikan Islam, yaitu:15
1. Prinsip Adil
2. Prinsip Ikhlas
3. Prinsip Amanah/Tanggung Jawab
4. Prinsip Jujur

13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008, hlm 262
14
Hasan Langgulung,Asas-asas Pen.didikan Islam, Jakarta: Al Husna Zikra, 2000, hlm. 248
15
Muwahid Shulhan dan Soim, Manajemen Peendidikan Islam, Strategi Dasar Menuju
Peningkatan Mutu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2013, hlm 12-16
9
5. Prinsip Amar Ma’ruf ahi Munkar
6. Prinsip Iman dan Akhlak
7. Prinsip hubungan atau Pergaulan yang Baik
Prinsip-prinsip manajemen lembaga pendidikan Islam sebagaimana
dikemukakan oleh para pakar tersebut diatas, dapat digambarkan dalam bentuk
tabel matrik sebagai berikut:

No Prinsip-Prinsip Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


Menurut Rawayulis Menurut Hasan Menurut Muwahid Shulhan
Langgulung dan Soim
1 Prinsip Ikhlas Prinsip Iman dan Prinsip Adil
akhlaq
2 Prinsip Kejujuran Prinsip Keadilan dan Prinsip Ikhlas
persamaan
3 Prinsip Amanah Prinsip Musyawarah Prinsip Amanah/Tanggung
Jawab
4 Prinsip Adil Prinsip Musyawarah Prinsip Jujur
5 Prinsip Tanggung jawab Prinsip Berpegang pada Prinsip Amar Ma’ruf Nahi
fungsi rnanajemen Munkar
6 Prinsip Dinamis Prinsip Pergaulan Prinsip Iman dan Akhlak
7 Prinsip Praktis Prinsip Keikhlasan Prinsip hubungan atau
Pergaulan yang Baik

8 Prinsip Fleksibel

Berdasarkan tabel matrik di atas, dapat diketahui prinsip-prinsip


manaajemen lembaga pendidikan Islam menurut para Pakar. Satu hal yang
menarik adalah prinsip keadilan yang terdapat dalam pendapat para pakar
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa konsep keadilan merupakan komponen
utama dalam manajemen lembaga pendidikan Islam.
Beberapa prinsip yang dikemukakan oleh para pakar meemiliki
relevansi dengan ayat-ayat Al Qur’an, antara lain prinsip prinsip arnar ma'ruf

10
nahi munkar, prinsip menegakkan kebenaran, prinsip menegakkan keadilan,
prinsip menyampaikan amanah kcpada yang ahli.16
Manajemen lembaga pcndidikan Islam melalui prinsip-prinsip tersebut
di atas, mampu mcmberikan kontribusi besar, Fungsi-fungsi manajemcn harus
bisa bcrjalan beriringan dengan prinsip-prinsip manajemen lembaga
pendidikan Islam. Sistern manajemen lembaga pendidikan Islam diharapkan
mampu mernberi arahan yang positif bagi perkcmbangan dunia manajemen.
Arahan positif tersebut dimulai dari taranan konsep, reoritis, berakhir pada
tatanan prakris,

MATERI II

16
Ibid
11
MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPETIF
ALQURAN DAN HADIST

A. Sumber Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


Sumber manajemen lembaga pendidikan Islam, secara garis besar
didasarkan pada 2 (dua) sumber, yaitu:
1. Al-Qur’an
Al-qur;an merupakan kitab suci bagi umat Islam yang menjadi pedoman
hidup selama didunia. Terdapat banyak ayat-ayat suci Al-Qur’an yang
dijadikan dasar bagi penerapan manajemen lembaga pendidikan Islam.
Ayat-ayat tersebut bisa dipahami setelah diadakan penelaahan secara
mendalam. Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar
manajemen pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Surah At-Taubah ayat 122 yang berbunyi:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Dari bunyi ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa Islam mengatur
secara tegas perlunya pengelolaan sumber daya manusia secara efektif
dan efisien, yang dalam ilmu pengetahuan saat ini dikenal dengan istilah
manajemen sumber daya manusia.
Agar pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan dengan baik,
maka system pendidikan Islam perlu dijalankan secara baik dan benar
melalui manajemen lembaga pendidikan Islam.
b. Surrah Al Hasyr ayat 18 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
12
Dari bunyi ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa setiap orang yang
beriman wajib memikirkan masa depan yang dituangkan dalam konsep
yang jelas dan sistematis. Konsep ini dalam ilmu manajemen disebu
perencanaan (planning). Perencanaan ini menjadi sangat penting karena
berfungsi sebagai pengarah bagi kegiatan, target -target, dan hasil-
hasilnya di masa depan sehingga apapun kegiatan yang dilakukan dapat
berjalan dengan tertib.
c. Surah Al-Ashr ayat 1-3 yang berbunyi:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan
merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh
dan saling menasebati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati
supaya tetap dalam kesabaran”.
Dari bunyi ayat-ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa ayat-ayat ini
mengisyaratkan tentang tiga bentuk karakter dalam pendidikan Islam:
1) Pendidikan individu yang membawa manusia pada keimana dan
ketundukan kepada syari'at Allah SWT
2) Pendidikan din yang membawa manusia gemar beramal sholeh dalam
menjalani hidup sehari-hari
3) Pendidikan kernasyarakatan yang membawa manusia dalam
kcbenaran dan sikap saling mernbantu.
Proses transendentalisasi kehidupan individu masyarakat dapat terjadi
melalui proses pendidikan, terutama difokuskan pada isi atau materi yang
ditransfer kepada peserta didik.
d. Surah An-Nisa’ ayat 35 yang berbunyi:
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud
mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-
isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dari bunyi ayat-ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa Islam
mengajarkan perlunya manajemen konflik. Mekanisme manajemen
13
konflik, model pengelolaan konflik menurut ayat ini ditempuh dengan
cara melibatkan pihak ketiga sebagai mediator.
e. Surah Al Shaf ayat 2-3 yang berbunyi:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.
Dari bunyi ayat-ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa ayat ini
menyentuh persoalan kesesuaian antara perkataan dengan perbuatan
yang sekarang popular dengan istilah konsisten. Sikap konsisten bagi
manajer adalah suatu keharusan sebab dia adalah pemimpin yang dianut
oleh bawahannya.
f. Surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Dari bunyi ayat-ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa setiap orang
harus mamiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk melaksanakan tugas
yang telah dimiliki agar diri pribadinya dan orang orang yang berada di
dalam lingkunganya benar benar bisa terjaga dari kehancuran.
g. Surah Al Insyirah ayat 7-8 yang berbunyi:
“Apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakan dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada tuhanmulah
hendaknya kamu berharap”
Dari bunyi ayat-ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa setiap orang
harus mampu mengerjakan setiap tugas yang diberikan dengan baik.
Sebenarnya masih banyak contoh ayat-ayat Al Qur’an yang dapat dijadikan
dasar atau sumber manajemen lembaga pendidikan Islam, namun beberapa
ayat di atas sudah cukup memberikan gambaran betapa Islam melalui Al

14
Qur’an benar-benar memberikan pedoman kehidupan yanaga sangata
lengkap bagi manusia.
2. As Sunnah dan Atsaar
Rasulullah SAW adalah juru didik dan beliau juga menjunjung tinggi
terhadap pendidikan dan memotivasi umatnya agar berkiprah dalam
pendidikan dan pengajaran.
a. Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka Allah SWT akan
mengekangnya dengan kekang berapi (HR. Ibnu Majah).
Berdasarkan pada hadits di atas, Rasulullah SAW memiliki perhatian
yang besar terhadap pendidikan.
b. Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya Allah SWT sangat mencintai orang yang jika melakukan
sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqon (tepat, terarah, jelas dan tuntas)
(HR. Thabrani)
Berdasarkan pada hadits di atas, menunjukkan bahwa Rasulullah SAW
memiliki perhatian terhadap manajemen.
c. Rasulullah Saw bersabda:
Apabila suatu amanah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancurannya.
(Abu Hurairah) bertanya: Bagaimana meletakkan amanah itu, ya
Rasulullah? Beliau menjawab: Apabila suatu perkara diserahkan kepada
orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya (HR
Imam Al Bukhari).
Berdasarkan hadist di atas, terdapat hubungan antara amanah dengan
keahlian. Kalimat “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang
bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya” merupakan penjelas
untuk kalimat pertama.

B. Fungsi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


15
Fungsi manajemen lembaga pendidikan Islam, seperti halnya lembaga
pendidikan lainnya secara umum meliputi:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan salah satu hal terpenting yang perlu dibuat
untuk setiap usaha dalam rangka mencapai suatu tujuan. Karena seringkali
pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dalam mencapai
tujuan tanpa adanya perencanaan. Perencanaan sendiri adalah penentuan
secara matang dan cerdas tentang apa yang akan dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka mencapai tujuan. Dikemukakan oleh Anderson
dan Bowman bahwa perencanaan adalah proses mempersiapkan seperangkat
keputusan bagi perbuatan di masa datang. Definisi ini mengisyaratkan
bahwa pembuat keputusan merupakan bagian dari perencanaan. Namun,
proses perencanaan dapat juga terpikir setelah tujuan dan keputusan
diambil.
Kewajiban untuk membuat perencanaan yang teliti ini, banyak
terdapat di dalam ayat Al- Qur’an, baik secara tegas maupun secara sindiran
(kinayah) agar sebelum mengambil sesuatu tindakan harus dibuat
perencanaan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Istilah organisasi mempunyai dia pengertian utama. Pertama,
organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional
misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, dan
badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian
yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota,
sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Dari
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pengorganisasian adalah
pengaturan setelah ada rencana. Dalam pendapat lain, pengorganisasian
adalah proses penentuan, pengelompokan, dan penyusunan macam-macam
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-
orang (staf) pada kegiatan-kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor fisik yang
cocok bagi lingkungan (keperluan kerja).
16
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang bersifat
administrasi, yaitu sebagai kegiatan menyusun struktur dan membentuk
hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam usaha pencapaian
tujuan bersama. Ali bin abi Thalib ra mengatakan bahwa perkara batil
(keburukan) yang tertata dengan rapi bisa mengalahkan kebenaran (perkara)
yang tidak tertata dengan baik.
3. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan pada dasarnya merupakan fungsi manajemen yang
kompleks dan ruang lingkupnya cukup luas serta berhubungan erat dengan
sumber daya manusia. Penggerakan merupakan salah satu fungsi terpenting
dalam manajemen. Penggerakan adalah hubungan erat antara aspek-aspek
individual yang ditimbulkan dari adanya pengaturan terhadap bawahan
untuk dapat dimengerti dan pembagian kerja yang efektif dan efesien untuk
mencapai tujuan yang nyata.
4. Pengawasan (Controling)
Menurut Murdick pengawasan merupakan proses dasar yang secara
esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi.
Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap, yaitu:
a. menetapkan standar pelaksanaan
b. mengukur pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar
c. menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan standar dan
rencana.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa fungsi manajemen
lembaga pendidikan Islam terdiri atas Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Actuating (tindakan), dan Controlling (pengendalian).
Fungsi tersebut tidak dapat dipisah- pisahkan antara satu dengan yang
lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Unsur manajemen ini harus dilaksanakan secara serasi, menyeluruh,
berkesinambungan, karena antara fungsi yang satu dengan lainnya saling
mempengaruhi dan merupakan kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
17
MATERI III

18
MANAJEMEN PERUMUSAN VISI, MISI, TUJUAN, RENCANA
STRATEGIK PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

A. Perumusan Visi, Misi dan Tujuan pada Lembaga Pendidikan Islam


1. Visi
Visi secara sederhana dapat diartikan sebagai pandangan terhadap
sesuatu yang akan dicapai. Kata visi diadopsi dari bahasa inggris, Vision
yang berarti penglihatan, daya lihat, pandangan, impian atau bayangan.
Visi secara etimologis bisa juga diartikan sebagai pandangan disertai
pemikiran mendalam dan jernih yang menjangkau jauh kedepan. Visi
mengandung arti kemampuan untuk melihat pada inti persoalan. Visi
menurut Said Budairy, adalah pernyataan cita-cita bagaimana wujud masa
depan, kelanjutan mengacu kepada sebuah cita-cita, keinginan, angan-
angan, hayalan dan impian ideal yang ingin dicapai pada masa depan yang
dirumuskan secara sederhana, singkat, padat dan jelas namun mengandung
makna yang luas, jauh dan penuh makna.17 Fred R. David mendefiniskan
visi sebagai berikut:18
“A vision statement should answer the basic question, “What do we
want to become?”. The vision statement should be short,
preferably one sentence.” (visi merupakan pernyataan yang
menjawab pertanyaan dasar,“Kita ingin menjadi apa?”. Pernyataan
visi harus dibuat dalam satu kalimat singkat tetapi jelas)

Dikemukakan oleh Hax dan Majluf bahwa visi adalah pernyataan


yang merupakan sarana untuk:19
a. Mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti
tujuan dan tugas pokok;

17
Devi Pramitha, Urgensi Perumusan Visi, Misi Dan Nilai-Nilai Pada Lembaga Pendidikan Islam,
Jurnal Tarbawi Vol 1 No 1, 2016, hlm 5
18
Fred R. David, Strategic Management Concepts And Cases, Ed. XIII, New Jersey: Prentice
Hall, 2011, hlm. 43
19
Akdon, Strategic Management for Educational Management, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm.
95

19
b. Memperlihatkan framework hubungan antara organisasi dengan
stakeholder (sumber daya manusia organisasi, konsumen/citizen,
pihak lain yang terkait;
c. Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti
pertumbuhan dan perkembangan. Pernyataan visi perlu
diekspresikan dengan baik agar mampu menjadi tema yang
mempersatukan semua unit dalam organisasi, menjadi media
komunikasi dan motivasi semua pihak, serta sebagai sumber
kreativitas dan inovasi organisasi.
Bagi lembaga pendidikan, visi adalah imajinasi moral yang
menggambarkan profil lembaga pendidikan yang diinginkan di masa yang
akan datang. Pendidikan nasional Indonesia memiliki visi sebagai berikut:
Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Visi lembaga pendidikan Islam secara umum dapat dilihat dari bunyi
Surah Al Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa visi pendidikan
islam adalah memberikan pembelajaran agar individu dapat
memahami hakikatnya sebagai manusia dan membina akal dan
jiwa manusia dengan ilmu pengetahuan dan akhlak atau etika.
Pendidikan menurut Islam mencakup segala aspek bukan hanya
terbatas pada manusia semata, namun dengan menempatkan Allah
sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Pengaruh pembawaan dan
pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu kekuatan
20
yang terpadu yang berproses ke arah pembentukan kepribadian
yang sempurna. Pendidikan dengan demikian tidak hanya
menekankan pada pengajaran yang berorientasi pada intelektualitas
penalaran semata, melainkan lebih menekankan kepada pendidikan
yang mengarah kepada pembentukan kepribadian yang utuh dan
bulat.

2. Misi
Misi secara umum dipahami sebagai sebuah pedoman dalam
mewujudkan visi yang lebih pragmatis dan konkrit yang dapat dijadikan
acuan pengembangan strategi dan aktivitas dalam suatu lembaga atau
organisasi. Menurut Fred R. David, misi merupakan susunan rencana pokok
yang mendeskripsikan alasan perusahaan atau lembaga tersebut dibuat dan
ditujukan pada isu yang menjadi fokus perusahaan atau lembaga tersebut.
Misi tersusun dari hal-hal pokok yang ingin dilakukan dan dicapai oleh
sebuah perusahaan atau lembaga untuk menunjang keterwujudan visi (goal
utama) yang telah ditetapkan.20 Statement-statement misi yang disusun
secara jelas, sangat dibutuhkan dan penting dalam menetapkan kegiatan-
kegiatan teknis serta dalam merumuskan strategi secara efektif.21
Menurut Sharplin, misi adalah “alasan keberadaan‟, misi sebagai
deskripsi tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa.22Menurut
Pearce dan Robinson, misi organisasi adalah tujuan fundamental dan unik
yang menunjukkan perbedaan suatu organisasi dengan organisasi lain yang
sejenis dan mengidentifikasi cakupan (scope) organisasinya.23
Bertitik tolak dari pandangan tersebut misi adalah alasan bagi
keberadaan sebuah organisasi, dalam hal ini yaitu alasan keberadaan
sekolah, karena itu sekolah sebagai organisasi memiliki kebutuhan khusus

20
Fred R. David, Op.cit, hlm. 45
21
Devi Pramitha, Op.cit., hlm 7
22
Ibid., hlm 7
23
Ibid., hlm 7
21
untuk mengkomunikasikan misi dan mengartikulasikan tujuan, target dan
ukuran yang menjadi dasar penilaian kinerjanya.24
Misi sekolah adalah aspirasi kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekolah lainnya yang akan
dijadikan elemen fundamental penyelenggaraan program sekolah dalam
pandangan sekolah dengan alasan yang jelas dan konsisten dengan nilai-
nilai sekolah. Disebutkan oleh Kotler bahwa misi adalah pernyataan tentang
tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang
dapat ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok
masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi
dan cita-cita di masa depan.
Dari pengertian di atas, minimal ada 5 (lima) unsur penting yang
tidak dapat dilupakan dalam merumuskan misi suatu organisasi, yaitu:25
a. Produk apa atau pelayanan apa yang akan ditawarkan. Apakah itu
pendidikan anak-anak, pendidikan tinggi, dan lain-lain
b. Apakah produk atau pelayanan yang ditawarkan itu dapat
memenuhi kebutuhan tertentu yang memang diperlukan dan
bahkan dicari karena belum tersedia selama ini.
c. Misi harus secara tegas menyatakan publik mana yang akan
dilayani.
d. Bagaimana kualitas produk atau pelayanan yang hendak
ditawarkan.
e. Aspirasi apa yang diinginkan di masa yang akan datang.
Terkait dengan hal tersebut, pada dasarnya misi dibuat untuk jangka
waktu tiga sampai lima tahun dan dapat berubah. perubahan itu bisa
dilakukan jikalau terjadi perubahan penting dalam lingkungan, misalnya
ada peluang yang harus dikejar, ada ancaman, atau tantangan yang sangat
berarti. Perubahan dapat terjadi apabila manajemen baru menghendakinya.

24
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 2007, hlm. 135
25
J. Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
1996, hlm. 121
22
Misi juga dapat bertahan bertahun-tahun tanpa ada perubahan, yaitu jika
kondisi lingkungan dan pihak-pihak terkait masih menghendaki demikian.
Pengadaptasian bentuk statement-statement misi pada perspektif
pendidikan Islam pada dasarnya dapat dilihat dan dicermati dari misi yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Pemerintah, terdapat 7 (tujuh)
Misi Pendidikan Nasional, sebagai berikut:
a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat
Indonesia.
b. Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di
tingkat nasional, regional, dan internasional.
c. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masarakat
dan tantangan global.
d. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa
secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar.
e. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses
pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukkan kepribadian
yang bermoral.
f. Meningkatkan keprofesonalitas dan akuntabilitas lembaga
pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar
yang bersifat nasional dan global.
g. Mendorong peran serta masyarakat dalam peyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Misi pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia merupakan pedoman umum bagi misi lembaga pendidikan Islam.
Kegiatan maupun program pendidikan yang akan dikembangkan oleh
lembaga pendidikam Islam mengikuti misi yang telah ditetapkan.

23
Misi pada bidang pendidikan, memiliki kesamaan cara
penyusunan pernyataan misi pada umumnya, namun terdapat perbedaan
pada orientasi. Orientasi pada bidang pendidikan peningkatan kualitas
pendidikan serta peserta didik dalam menghadapi perkembangan zaman
yang semakin meningkat.
Misi dalam perspektif pendidikan Islam memiliki hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan pernyataan misi yang akan menjadi fokus
seluruh kegiatan teknis dalam suatu lembaga pendidikan Islam, antara lain:
a. Konten yang mendukung visi yang telah ditetapkan pada lembaga
Penyusunan dan penetapan dari misi harus dilakukan untuk
mendukung keterwujudnya visi, yang kemudian dapat membantu
dalam membuat kegiatan manajerial dan struktur manajerial yang
sesuai dengan misi dan mencapai visi yang diinginkan suatu
lembaga pendidikan Islam. Sama halnya dengan visi hal yang
perlu diutamakan adalah konten atau isi dari misi harus
berkonsentrasi utama pada kualitas peserta didik, bukan
kepentingan lembaga semata.
b. Ketersesuaian dengan visi, misi, maupun program pendidikan
nasional
Dalam penyusunan misi hal yang tak kalah penting dan
menjadi syarat adalah harus adanya kesesuaian misi dengan visi,
misi dan program yang telah ditetapkan pemerintah. Hal ini perlu
dilakukan untuk membantu pemerintah untuk mewujudkan visi,
misi, dan program pendidikan yang ingin dibentuk sedemikian
rupa, agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan maupun
meningkatkan kuualitas warga Negara yang dapat disegani oleh
Negara lainnya.
Dalam hal ini juga dapat membentuk keselarasan antara
kualitas dari pemerintah mengenai pendidikan secara nasional
dengan misi yang coba diwujudkan oleh lembaga pendidikan
Islam, sehingga antara misi pendidikan dari pemerintah dan
24
lembaga pendidikan Islam dapat saling mendukung satu sama
lain.
c. Menitikberatkan pada keseimbangan antara pembinaan
kemampuan dan penanaman akhlaqul karimah pada peserta didik
Sama halnya dengan visi yang harus mengikuti
perkembangan zaman dengan tetap menitikberatkan pada
pemenuhan kebutuhan dalam membentuk kualitas kemampuan
peserta didik yang dapat mengikuti alur dari perkembanga zaman,
tetapi tetap memiliki satu pilar (berakhlaqul karimah) yang dapat
dijadikan sebagai jati diri dari setiap peserta didik.
Penyusunan misi harus mengutamakan fokusnya pada
pembentukkan dan peningkatan kualitas maupun jati diri dari
peserta didik, sehingga lembaga pendidikan memang digunakan
untuk mencetak peserta didik yang bukan hanya dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan zaman
tapi juga memiliki kemampuan untuk membatasi diri pada hal –
hal yang dapat memberikan dampak yang kurang baik pada diri
peserta didik.
d. Memiliki jangka waktu panjang, sedang, dan pendek
Dalam penyusun misi perlu diperhatikan juga didalam isi
misi tersebut harus diperhatikan juga pada jangka waktu, yang
harus harus mencakup jangka panjang, sedang, dan pendek. Hal
tersebut diperlukan karena misi merupakan langkah awal dari
penyususnan kegiatan maupun struktur manjerial yang sangat
dibutuhkan, agar lembaga pendidikan Islam dapat menyusun
kegiatan serta program sesuai urutan priortas yang benar dan
teratur.
e. Melibatkan seluruh anggota lembaga.
Pada penyusunan misi juga sebuah keharusan akan
keterlibatan seluruh anggota lembaga pendidikan Islam, karena
bukan hanya pemimpin lembaga dalam hal ini kepala sekolah
25
yang berkewajiban membuat misi dari lembaga pendidikan
Islam.
Misi lembaga pendidikan Islam, sesuai dengan
penyebutannya sebagai misi lembaga pendidikan Islam peran
seluruh anggota lembaga dibutuhkan baik, dalam penyusunan,
memahaman, sampai pada pelaksanaan misi tersebut. Dalam
pensosialisasian misi, juga kewajiban seluruh anggota lembaga
untuk pemberian pemahaman pada seluruh pihak yang tekait atau
berhubungan dengan lembaga pendidikan mengenai misi yang
dilakukan di lembaga pendidikannya.
f. Susunan serta pernyataan misi yang jelas
Penyusunan pernyataan dari misi baik susunan maupun
rangkaian kata yang digunakan harus jelas dan memiliki fokus
yang ingin dilakukan pada tiap statement yang ditetapkan sebagai
misi. Rangkaian kata yang jelas dalam menyusun misi bertujuan
untuk memudahkan anggota maupun pihak luar anggota untuk
memahami apa yang ingin diupayakan oleh lembaga pendidikan.
Susunan pernyataan misi harus disusun secara jelas agar
dapat digunakan sebagai langkah awal, yang kemudian
dikembangkan menjadi tujuan dan digunakan dalam perumuasan
strategi pada lembaga pendidikan Islam.
Dikemukakan oleh Mujamil Qomar bahwa misi pendidikan
Islam lebih kompleks dari pada pendidikan umum. Menurut
Mujamil Qomar paling tidak, ada dua beban misi yang harus
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan Islam yaitu misi akademik
dan misi keagamaan.26 Dua misi inilah yang harus diwujudkan
oleh setiap lembaga pendidikan Islam jika ingin menjadi lembaga
yang unggul.
Dari dua misi diatas, maka salah satu alternatif dalam usaha
untuk membentuk kepribadian yang utuh dan bulat yang sesuai
26
Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2013, hlm. 74
26
dengan harapan Islam adalah dengan didirikannya lembaga-
lembaga pendidikan yang berlandaskan Islam. Lembaga Pendidikan
Islam adalah suatu bentuk organisasi yamg diadakan untuk
mengembangkan lembaga Islam, baik yang permanen maupun yang
berabah-ubah dan mempunyai pola tertentu dalam memerankan
fungsinya serta mempunyai straktur organisasi yang dapat mengikat
individu yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga
mempunyai kekuatan tersendiri.27
3. Tujuan
Tujuan merupakan keadaan yang ingin dicapai dalam suatu rentang
waktu relatif lama yang ditentukan oleh lembaga atau organisasi. Tujuan
lembaga pendidikan Islam merupakan keadaan yang ingin dicapai dalam
suatu rentang waktu relatif lama yang ditentukan oleh lembaga pendidikan
Islam guna mewjudukan misi pendidikan dari lembaga pendidikan Islamitu
sendiri.

B. Perumusan Rencana Strategik pada Lembaga Pendidikan Islam


Manajemen strategik lembaga pendidikan Islam adalah serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial lembaga pendidikan Islam yang meliputi
kegiatan formulasi, implementasi dan evaluasi baik jangka pendek maupun
jangka panjang secara berulang dan berkelanjutan dalam sebuah organisasi
lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia dan non
manusia dalam menggerakkannya dan memberikan kontrol secara strategis
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Proses manajemen strategik lembaga pendidikan Islam menurut Prim
Masrokan meliputi:28
a. Formulasi strategi (Strategi Formulation)

27
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam,Bandung: Triganda Karya, 1993, hlm.
286
28
Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah; Strategi Peningkatan Mutu dan Daya Saing
Lembaga Pendidikan Islam, Cet. II. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media,2014, hlm 158
27
Dijelaskan oleh Prim Masrokan bahwa formulasi strategi
mencerminkan keinginan dan tujuan organisasi yang sesungguhnya.
Organisasi harus merumuskan visi, misi, nilai, mencermati
lingkungan internal dan eksternal, serta membuat kesimpulan
analisis faktor internal dan eksternal.29
b. Implementasi Strategi (Strategic Implementation)
Implementasi strategi menurut Hunger dan Wheelen adalah
proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan
dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan
prosedur. Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses implementasi
strategi mungkin meliputi perubahan budaya secara menyeluruh,
struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara
keseluruhan.30
c. Evaluasi Strategi (Pengawasan)
Evaluasi strategi adalah usaha-usaha untuk memonitor hasil-
hasil dari perumusan (formulasi) dan penerapan (implementasi)
strategi termasuk mengukur kinerja organisasi, serta mengambil
langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.31
Perumusan atau formulasi strategi manajemen (management Strategic)
dalam meningkatkan mutu pendidikan, meliputi:
a. Formulasi Visi Dan Misi Sekolah
Perumusan visi dan misi dilakukan dahulu dengan
mengasesmen lingkungan, yaitu apa yang sebenarnya yang menjadi
kebutuhan mendasar lingkungan akan pendidikan yang dapat
disediakan oleh sekolah.32Asesmen lingkungan terdiri dari dua unsur
yaitu lingkungan ekstemal dan internal. Asesmen lingkungan
eksternal meliputi identifikasi dan evaluasi aspek-aspek sosial,

29
Ibid
30
J. David Hunger & Thomas L. Wheelen, Op.cit., hlm 17
31
Winardi Karshi Nisjar, Manajemen Strategik, cet 1, Bandung: Mandar Maju, 1997, hlm 86
32
Syaiful Sagala, Op.cit., hlm. 133
28
budaya, politis, ekonomis, dan teknologi, serta kecenderangan yang
mungkin berpengarah pada organisasi.
Hasil asesmen lingkungan adalah sejumlah peluang
(oportunities) yang haras dimanfaatkan oleh organisasi dan ancaman
(threats) yang harus dicegah atau dihindari. Asesmen lingkungan
internal terdiri dari penentu persepsi yang realistis atas segala
kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki
organisasi.
b. Perumusan Tujuan dan Target Sekolah
Akdon menegaskan bahwa target/sasaran organisasi sangat penting
karena merupakan salah satu tonggak dari proses perumusan
perencanaan strategik yang efektif yang mendukung setiap butir
tujuan dan menyatakan tugas-tugas khusus yang dirampungkan
dalam jangka waktu pendek jika organisasi ingin sukses.33
c. Penentuan Strategi Organisasi Sekolah
Strategi organisasi adalah suatu pernyataan mengenai arah dan
tindakan yang diinginkan oleh organisasi di waktu yang akan
datang. Strategi organisasi tersebut mencakup kebijakan, program
dan kegiatan-kegiatan manajemen untuk melaksanakan misinya.34
Perumusan strategik menjadi angat berarti apabila dapat
diimplementasikan dalam proses kegiatan kelembagaan pendidikan Islam.
implementasi strategi menggambarkan cara mencapai tujuan yang telah
dirumuskan oleh organisasi. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari formulasi
strategi yang mempunyai beberapa prinsip kegiatan yaitu:
a. Analisis pilihan strategik dan kunci keberhasilan
b. Penetapan tujuan, sasaran dan strategi (kebijakan, program dan
kegiatan)

33
Akdon, Op.cit, hlm. 149
34
Ibid, hlm. 150
29
c. System pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan yang haras
dirumuskan dengan jelas berdasarkan hasil analisis yang telah
dilaksanakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan eflsien.
Hal terakhir yang tidak kalah penting adalah evaluasi strategi. Evaluasi
strategi dalam manajemen strategik adalah usaha-usaha untuk memonitor
hasil-hasil dari perumusan (formulasi) dan penerapan (implementasi) strategi
termasuk mengukur kinerja organisasi, serta mengambil langkah-langkah

perbaikan jika diperlukan. Dengan adanya evaluasi strategi, organisasi


pendidikan diharapkan mampu mengevaluasi diri untuk berbenah lebih baik
kedepannya demi meingkatkan mutu pendidikan.

30

Anda mungkin juga menyukai