MATA KULIAH
MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengampu
H. Kamalun Ni’am, S.E.,M.M.
6
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, hlm. 41
7
Mujamil Qomar, Loc.cit
3
mencapai tujuan. Demikian pula dengan manajemen pendidikan Islam yang
selalu memakai strategi tertentu.
5. Kelima, sumber-sumber belajar dan hal-hal yang terkait. Sumber-sumber
belajar di sini memiliki cakupan yang luas, yaitu:
a. Manusia, yang meliputi: guru, murid, pegawai dan pengurus
b. Bahan, yang meliputi buku, perpustakaan, dan lain-lain
c. Lingkungan merupakan segala hal yang mengarah ke masyarakat
d. Alat dan peralatan seperti alat peraga, laboratorium, dan sebagainya
e. Aktivitas yang meliputi keadaan sosio politik, sosio kultural dalam
masyarakat
6. Keenam, tujuan pendidikan Islam. Tujuan merupakan hal yang vital yang
mengendalikan dan mempengaruhi komponen-komponen dalam lembaga
pendidikan agama Islam.
7. Ketujuh, efektif dan efisien. Artinya, manajemen yang berhasil mencapai
tujuan dengan penghematan tenaga, waktu dan biaya.
8
Muh Hambali dan Mu’alimin, Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer, Strategi Pengelolaan
dan Pemasaran Pendidikan Islam di Era Industri 4.0, Yogyakarta: IRCiSoD, 2020, hlm 38-54
9
Irjus Indrawan, Pengantar Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, Yogyakarta: Deeppublish,
2015, hlm 7
5
Saihudin bahwa manajemen peserta didik pada prinsipnya merupakan
bentuk layanan Lembaga Pendidikan yang focus perhatiannya tertuju pada
pengaturan, pengawasan dan layanan siswa , baik di dalam maupun di luar
kelas, mulai dari pengenalan, pendaftaran sampai peayanan individual.10
3. Manajemen Kepegawaian
Manajemen kepegawaiana atau tenaga penddidikan meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan pengawasan dan evaluasi
kegiatan penerimaan pegawai baru, surat keputusan, mutasi, surat tugas,
berkas tenaga kependidikan, daftar umum kepegawaian, upaya peningkatan
SDM pegawai, serta kinerja pegawaia dalam institusi pendidikan.11
Kepegawaian atau disebut juga dengan persoalia dalam institusi
pendidikan dapat dibedakan atas tenaga kependidikan dan tenaga non
kependidikan.
4. Manajemen Keuangan
Keuangan dan pembiayaan merupakan sumber daya yang secara
langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal
tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi manajemen berbasis sekolah
(MBS), yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan
pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya.
Komponen utama manajemen keuangan meliputi:
a. Prosedur anggaran
b. Prosedur akuntansi keuangan
c. Pembelajaran, pergudangan, dan prosedur pendistribusian
d. Prosedur investasi
e. Prosedur pemeriksaan
5. Manajemen Sarana dan Prasarana
10
Saihudin, Manajemen Institusi Pendidikan, Ponorogo:Uwais Inspirasi Indonesia, 2018, hlm 98
11
Cucun Sunaingsih dkk, Pengelolaan Pendidikan, Sumedang: UPI Pres, 2017, hlm 4
6
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta
alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana
adalah fasititas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan
menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses
belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman
sekolah sekaligus sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut
merupakan sarana pendidikan
6. Manajemen Perkantoran
Manajemen perkantoran secara umum dapat dimaknai sebagai proses
Kerjasama di dalam kantor yang dilakukan untuk mencapai tujuan kantor.
Proses ini sudah harus ditetapkan sebelumnya berdasarkan fungsi-fungsi
manajemen pada umumnya, yaitu melalui proses perencanaan, pengaturan,
pelaksanaan dan pengawasan.
Manajemen perkantoran seringkali dipahami sebagai pengelolaan
kerja administrasi ketatatusahaan, namun sebenarnya ketatausahaan itu
sendiri hanayalah bagian kecil dari administrasi yang proses kerjanya
banyak dilakukan dalam di kantor. Pemahaman ini seringkali menimbulkan
kesalahpahaman karena tidak sedikit orang yang memahami bahwa
administrasi adalah pekerjaan ketatausahaan.
7. Manajemen Hubungan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan
suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.
Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam
mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien.
Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain:
a. Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak
7
b. Memperkokoh serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat
c. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan
sekolah
8. Manajemen Unit Penunjuang
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, setiap Lembaga
pendidikan tidak hanya memerulkan perangkat pembelajaran seperti halnya
buku dan media pembelajaran lainnya, namun di samping itu juga
memerlukan unit-unit penunjang lainnya yang secara langsung maupun
tidak langsung mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Sebagaimana dalam manejemen lainnya, manajemen unit penunjang
juga harus dikelola melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan atau pelaksanaan dan pengawasan.
9. Manajemen Ekstrakurikuer
Tercapainya tujuan pendidikan tidak sepenuhnya ditentkan oleh
proes belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Berbagai
kegiatan yang bersifat mendidik yang diselenggarakan di luar kelas juga
dapat menjadi penunjang bagi keberhasilan pendidikan itu sendiri yanag
salah satunya adalah kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler meskipun tidak berkaitan langsung dengan proses
belajar mengajar di dalam kelas, namun kegiatan tersebut dapat memberikan
peluang kepada peserta didik untuk memperkaya identitas dan sekaligus
meningkatkan kapasitas belajar mereka.12
12
A. Mappadjantji Amien, Kemandirian Lokal: Konsepsi Pembangunan, Organisasi, dan
Pendidikan dari Perspektif Saint Baru, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005, hlm 383
8
terdapat kekhususan yang tidak ditemui dalam manajemen pendidikan pada
umumnya. Berkaitan dengan prinsip-prinsip manajemen lembaga pendidikan
Islam terdapat macam pendapat yang dikemukakan oleh para pakar.
Dikemukakan oleh Ramayulis bahwa terdapat 8 (delapan) prinsip
manajernen lembaga pendidikan Islam, yaitu:13
1. Prinsip Ikhlas
2. Prinsip Kejujuran
3. Prinsip Amanah
4. Prinsip Adil
5. Prinsip Tanggung jawab
6. Prinsip Dinamis
7. Prinsip Praktis
8. Prinsip Fleksibel
Pendapat lain didkemukakan oleh Hasan Langgulung, bahwa terdapat 7
(tujuh) prinsip manajemen lembaga pendidikan Islam, yaitu:14
1. Prinsip Iman dan akhlaq
2. Prinsip Keadilan dan persamaan
3. Prinsip Musyawarah
4. Prinsip Pembagian kerja dan tugas
5. Prinsip Berpegang pada fungsi rnanajemen
6. Prinsip Pergaulan
7. Prinsip Keikhlasan
Muwahid Shulhan dan Soim menyebutkan ada 7 (tujuh) prinsip dalam
manajemen lembaga pendidikan Islam, yaitu:15
1. Prinsip Adil
2. Prinsip Ikhlas
3. Prinsip Amanah/Tanggung Jawab
4. Prinsip Jujur
13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008, hlm 262
14
Hasan Langgulung,Asas-asas Pen.didikan Islam, Jakarta: Al Husna Zikra, 2000, hlm. 248
15
Muwahid Shulhan dan Soim, Manajemen Peendidikan Islam, Strategi Dasar Menuju
Peningkatan Mutu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2013, hlm 12-16
9
5. Prinsip Amar Ma’ruf ahi Munkar
6. Prinsip Iman dan Akhlak
7. Prinsip hubungan atau Pergaulan yang Baik
Prinsip-prinsip manajemen lembaga pendidikan Islam sebagaimana
dikemukakan oleh para pakar tersebut diatas, dapat digambarkan dalam bentuk
tabel matrik sebagai berikut:
8 Prinsip Fleksibel
10
nahi munkar, prinsip menegakkan kebenaran, prinsip menegakkan keadilan,
prinsip menyampaikan amanah kcpada yang ahli.16
Manajemen lembaga pcndidikan Islam melalui prinsip-prinsip tersebut
di atas, mampu mcmberikan kontribusi besar, Fungsi-fungsi manajemcn harus
bisa bcrjalan beriringan dengan prinsip-prinsip manajemen lembaga
pendidikan Islam. Sistern manajemen lembaga pendidikan Islam diharapkan
mampu mernberi arahan yang positif bagi perkcmbangan dunia manajemen.
Arahan positif tersebut dimulai dari taranan konsep, reoritis, berakhir pada
tatanan prakris,
MATERI II
16
Ibid
11
MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPETIF
ALQURAN DAN HADIST
14
Qur’an benar-benar memberikan pedoman kehidupan yanaga sangata
lengkap bagi manusia.
2. As Sunnah dan Atsaar
Rasulullah SAW adalah juru didik dan beliau juga menjunjung tinggi
terhadap pendidikan dan memotivasi umatnya agar berkiprah dalam
pendidikan dan pengajaran.
a. Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka Allah SWT akan
mengekangnya dengan kekang berapi (HR. Ibnu Majah).
Berdasarkan pada hadits di atas, Rasulullah SAW memiliki perhatian
yang besar terhadap pendidikan.
b. Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya Allah SWT sangat mencintai orang yang jika melakukan
sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqon (tepat, terarah, jelas dan tuntas)
(HR. Thabrani)
Berdasarkan pada hadits di atas, menunjukkan bahwa Rasulullah SAW
memiliki perhatian terhadap manajemen.
c. Rasulullah Saw bersabda:
Apabila suatu amanah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancurannya.
(Abu Hurairah) bertanya: Bagaimana meletakkan amanah itu, ya
Rasulullah? Beliau menjawab: Apabila suatu perkara diserahkan kepada
orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya (HR
Imam Al Bukhari).
Berdasarkan hadist di atas, terdapat hubungan antara amanah dengan
keahlian. Kalimat “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang
bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya” merupakan penjelas
untuk kalimat pertama.
18
MANAJEMEN PERUMUSAN VISI, MISI, TUJUAN, RENCANA
STRATEGIK PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
17
Devi Pramitha, Urgensi Perumusan Visi, Misi Dan Nilai-Nilai Pada Lembaga Pendidikan Islam,
Jurnal Tarbawi Vol 1 No 1, 2016, hlm 5
18
Fred R. David, Strategic Management Concepts And Cases, Ed. XIII, New Jersey: Prentice
Hall, 2011, hlm. 43
19
Akdon, Strategic Management for Educational Management, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm.
95
19
b. Memperlihatkan framework hubungan antara organisasi dengan
stakeholder (sumber daya manusia organisasi, konsumen/citizen,
pihak lain yang terkait;
c. Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti
pertumbuhan dan perkembangan. Pernyataan visi perlu
diekspresikan dengan baik agar mampu menjadi tema yang
mempersatukan semua unit dalam organisasi, menjadi media
komunikasi dan motivasi semua pihak, serta sebagai sumber
kreativitas dan inovasi organisasi.
Bagi lembaga pendidikan, visi adalah imajinasi moral yang
menggambarkan profil lembaga pendidikan yang diinginkan di masa yang
akan datang. Pendidikan nasional Indonesia memiliki visi sebagai berikut:
Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Visi lembaga pendidikan Islam secara umum dapat dilihat dari bunyi
Surah Al Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa visi pendidikan
islam adalah memberikan pembelajaran agar individu dapat
memahami hakikatnya sebagai manusia dan membina akal dan
jiwa manusia dengan ilmu pengetahuan dan akhlak atau etika.
Pendidikan menurut Islam mencakup segala aspek bukan hanya
terbatas pada manusia semata, namun dengan menempatkan Allah
sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Pengaruh pembawaan dan
pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu kekuatan
20
yang terpadu yang berproses ke arah pembentukan kepribadian
yang sempurna. Pendidikan dengan demikian tidak hanya
menekankan pada pengajaran yang berorientasi pada intelektualitas
penalaran semata, melainkan lebih menekankan kepada pendidikan
yang mengarah kepada pembentukan kepribadian yang utuh dan
bulat.
2. Misi
Misi secara umum dipahami sebagai sebuah pedoman dalam
mewujudkan visi yang lebih pragmatis dan konkrit yang dapat dijadikan
acuan pengembangan strategi dan aktivitas dalam suatu lembaga atau
organisasi. Menurut Fred R. David, misi merupakan susunan rencana pokok
yang mendeskripsikan alasan perusahaan atau lembaga tersebut dibuat dan
ditujukan pada isu yang menjadi fokus perusahaan atau lembaga tersebut.
Misi tersusun dari hal-hal pokok yang ingin dilakukan dan dicapai oleh
sebuah perusahaan atau lembaga untuk menunjang keterwujudan visi (goal
utama) yang telah ditetapkan.20 Statement-statement misi yang disusun
secara jelas, sangat dibutuhkan dan penting dalam menetapkan kegiatan-
kegiatan teknis serta dalam merumuskan strategi secara efektif.21
Menurut Sharplin, misi adalah “alasan keberadaan‟, misi sebagai
deskripsi tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa.22Menurut
Pearce dan Robinson, misi organisasi adalah tujuan fundamental dan unik
yang menunjukkan perbedaan suatu organisasi dengan organisasi lain yang
sejenis dan mengidentifikasi cakupan (scope) organisasinya.23
Bertitik tolak dari pandangan tersebut misi adalah alasan bagi
keberadaan sebuah organisasi, dalam hal ini yaitu alasan keberadaan
sekolah, karena itu sekolah sebagai organisasi memiliki kebutuhan khusus
20
Fred R. David, Op.cit, hlm. 45
21
Devi Pramitha, Op.cit., hlm 7
22
Ibid., hlm 7
23
Ibid., hlm 7
21
untuk mengkomunikasikan misi dan mengartikulasikan tujuan, target dan
ukuran yang menjadi dasar penilaian kinerjanya.24
Misi sekolah adalah aspirasi kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekolah lainnya yang akan
dijadikan elemen fundamental penyelenggaraan program sekolah dalam
pandangan sekolah dengan alasan yang jelas dan konsisten dengan nilai-
nilai sekolah. Disebutkan oleh Kotler bahwa misi adalah pernyataan tentang
tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang
dapat ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok
masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi
dan cita-cita di masa depan.
Dari pengertian di atas, minimal ada 5 (lima) unsur penting yang
tidak dapat dilupakan dalam merumuskan misi suatu organisasi, yaitu:25
a. Produk apa atau pelayanan apa yang akan ditawarkan. Apakah itu
pendidikan anak-anak, pendidikan tinggi, dan lain-lain
b. Apakah produk atau pelayanan yang ditawarkan itu dapat
memenuhi kebutuhan tertentu yang memang diperlukan dan
bahkan dicari karena belum tersedia selama ini.
c. Misi harus secara tegas menyatakan publik mana yang akan
dilayani.
d. Bagaimana kualitas produk atau pelayanan yang hendak
ditawarkan.
e. Aspirasi apa yang diinginkan di masa yang akan datang.
Terkait dengan hal tersebut, pada dasarnya misi dibuat untuk jangka
waktu tiga sampai lima tahun dan dapat berubah. perubahan itu bisa
dilakukan jikalau terjadi perubahan penting dalam lingkungan, misalnya
ada peluang yang harus dikejar, ada ancaman, atau tantangan yang sangat
berarti. Perubahan dapat terjadi apabila manajemen baru menghendakinya.
24
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 2007, hlm. 135
25
J. Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
1996, hlm. 121
22
Misi juga dapat bertahan bertahun-tahun tanpa ada perubahan, yaitu jika
kondisi lingkungan dan pihak-pihak terkait masih menghendaki demikian.
Pengadaptasian bentuk statement-statement misi pada perspektif
pendidikan Islam pada dasarnya dapat dilihat dan dicermati dari misi yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Pemerintah, terdapat 7 (tujuh)
Misi Pendidikan Nasional, sebagai berikut:
a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat
Indonesia.
b. Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di
tingkat nasional, regional, dan internasional.
c. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masarakat
dan tantangan global.
d. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa
secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar.
e. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses
pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukkan kepribadian
yang bermoral.
f. Meningkatkan keprofesonalitas dan akuntabilitas lembaga
pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar
yang bersifat nasional dan global.
g. Mendorong peran serta masyarakat dalam peyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Misi pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia merupakan pedoman umum bagi misi lembaga pendidikan Islam.
Kegiatan maupun program pendidikan yang akan dikembangkan oleh
lembaga pendidikam Islam mengikuti misi yang telah ditetapkan.
23
Misi pada bidang pendidikan, memiliki kesamaan cara
penyusunan pernyataan misi pada umumnya, namun terdapat perbedaan
pada orientasi. Orientasi pada bidang pendidikan peningkatan kualitas
pendidikan serta peserta didik dalam menghadapi perkembangan zaman
yang semakin meningkat.
Misi dalam perspektif pendidikan Islam memiliki hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan pernyataan misi yang akan menjadi fokus
seluruh kegiatan teknis dalam suatu lembaga pendidikan Islam, antara lain:
a. Konten yang mendukung visi yang telah ditetapkan pada lembaga
Penyusunan dan penetapan dari misi harus dilakukan untuk
mendukung keterwujudnya visi, yang kemudian dapat membantu
dalam membuat kegiatan manajerial dan struktur manajerial yang
sesuai dengan misi dan mencapai visi yang diinginkan suatu
lembaga pendidikan Islam. Sama halnya dengan visi hal yang
perlu diutamakan adalah konten atau isi dari misi harus
berkonsentrasi utama pada kualitas peserta didik, bukan
kepentingan lembaga semata.
b. Ketersesuaian dengan visi, misi, maupun program pendidikan
nasional
Dalam penyusunan misi hal yang tak kalah penting dan
menjadi syarat adalah harus adanya kesesuaian misi dengan visi,
misi dan program yang telah ditetapkan pemerintah. Hal ini perlu
dilakukan untuk membantu pemerintah untuk mewujudkan visi,
misi, dan program pendidikan yang ingin dibentuk sedemikian
rupa, agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan maupun
meningkatkan kuualitas warga Negara yang dapat disegani oleh
Negara lainnya.
Dalam hal ini juga dapat membentuk keselarasan antara
kualitas dari pemerintah mengenai pendidikan secara nasional
dengan misi yang coba diwujudkan oleh lembaga pendidikan
Islam, sehingga antara misi pendidikan dari pemerintah dan
24
lembaga pendidikan Islam dapat saling mendukung satu sama
lain.
c. Menitikberatkan pada keseimbangan antara pembinaan
kemampuan dan penanaman akhlaqul karimah pada peserta didik
Sama halnya dengan visi yang harus mengikuti
perkembangan zaman dengan tetap menitikberatkan pada
pemenuhan kebutuhan dalam membentuk kualitas kemampuan
peserta didik yang dapat mengikuti alur dari perkembanga zaman,
tetapi tetap memiliki satu pilar (berakhlaqul karimah) yang dapat
dijadikan sebagai jati diri dari setiap peserta didik.
Penyusunan misi harus mengutamakan fokusnya pada
pembentukkan dan peningkatan kualitas maupun jati diri dari
peserta didik, sehingga lembaga pendidikan memang digunakan
untuk mencetak peserta didik yang bukan hanya dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan zaman
tapi juga memiliki kemampuan untuk membatasi diri pada hal –
hal yang dapat memberikan dampak yang kurang baik pada diri
peserta didik.
d. Memiliki jangka waktu panjang, sedang, dan pendek
Dalam penyusun misi perlu diperhatikan juga didalam isi
misi tersebut harus diperhatikan juga pada jangka waktu, yang
harus harus mencakup jangka panjang, sedang, dan pendek. Hal
tersebut diperlukan karena misi merupakan langkah awal dari
penyususnan kegiatan maupun struktur manjerial yang sangat
dibutuhkan, agar lembaga pendidikan Islam dapat menyusun
kegiatan serta program sesuai urutan priortas yang benar dan
teratur.
e. Melibatkan seluruh anggota lembaga.
Pada penyusunan misi juga sebuah keharusan akan
keterlibatan seluruh anggota lembaga pendidikan Islam, karena
bukan hanya pemimpin lembaga dalam hal ini kepala sekolah
25
yang berkewajiban membuat misi dari lembaga pendidikan
Islam.
Misi lembaga pendidikan Islam, sesuai dengan
penyebutannya sebagai misi lembaga pendidikan Islam peran
seluruh anggota lembaga dibutuhkan baik, dalam penyusunan,
memahaman, sampai pada pelaksanaan misi tersebut. Dalam
pensosialisasian misi, juga kewajiban seluruh anggota lembaga
untuk pemberian pemahaman pada seluruh pihak yang tekait atau
berhubungan dengan lembaga pendidikan mengenai misi yang
dilakukan di lembaga pendidikannya.
f. Susunan serta pernyataan misi yang jelas
Penyusunan pernyataan dari misi baik susunan maupun
rangkaian kata yang digunakan harus jelas dan memiliki fokus
yang ingin dilakukan pada tiap statement yang ditetapkan sebagai
misi. Rangkaian kata yang jelas dalam menyusun misi bertujuan
untuk memudahkan anggota maupun pihak luar anggota untuk
memahami apa yang ingin diupayakan oleh lembaga pendidikan.
Susunan pernyataan misi harus disusun secara jelas agar
dapat digunakan sebagai langkah awal, yang kemudian
dikembangkan menjadi tujuan dan digunakan dalam perumuasan
strategi pada lembaga pendidikan Islam.
Dikemukakan oleh Mujamil Qomar bahwa misi pendidikan
Islam lebih kompleks dari pada pendidikan umum. Menurut
Mujamil Qomar paling tidak, ada dua beban misi yang harus
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan Islam yaitu misi akademik
dan misi keagamaan.26 Dua misi inilah yang harus diwujudkan
oleh setiap lembaga pendidikan Islam jika ingin menjadi lembaga
yang unggul.
Dari dua misi diatas, maka salah satu alternatif dalam usaha
untuk membentuk kepribadian yang utuh dan bulat yang sesuai
26
Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2013, hlm. 74
26
dengan harapan Islam adalah dengan didirikannya lembaga-
lembaga pendidikan yang berlandaskan Islam. Lembaga Pendidikan
Islam adalah suatu bentuk organisasi yamg diadakan untuk
mengembangkan lembaga Islam, baik yang permanen maupun yang
berabah-ubah dan mempunyai pola tertentu dalam memerankan
fungsinya serta mempunyai straktur organisasi yang dapat mengikat
individu yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga
mempunyai kekuatan tersendiri.27
3. Tujuan
Tujuan merupakan keadaan yang ingin dicapai dalam suatu rentang
waktu relatif lama yang ditentukan oleh lembaga atau organisasi. Tujuan
lembaga pendidikan Islam merupakan keadaan yang ingin dicapai dalam
suatu rentang waktu relatif lama yang ditentukan oleh lembaga pendidikan
Islam guna mewjudukan misi pendidikan dari lembaga pendidikan Islamitu
sendiri.
27
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam,Bandung: Triganda Karya, 1993, hlm.
286
28
Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah; Strategi Peningkatan Mutu dan Daya Saing
Lembaga Pendidikan Islam, Cet. II. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media,2014, hlm 158
27
Dijelaskan oleh Prim Masrokan bahwa formulasi strategi
mencerminkan keinginan dan tujuan organisasi yang sesungguhnya.
Organisasi harus merumuskan visi, misi, nilai, mencermati
lingkungan internal dan eksternal, serta membuat kesimpulan
analisis faktor internal dan eksternal.29
b. Implementasi Strategi (Strategic Implementation)
Implementasi strategi menurut Hunger dan Wheelen adalah
proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan
dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan
prosedur. Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses implementasi
strategi mungkin meliputi perubahan budaya secara menyeluruh,
struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara
keseluruhan.30
c. Evaluasi Strategi (Pengawasan)
Evaluasi strategi adalah usaha-usaha untuk memonitor hasil-
hasil dari perumusan (formulasi) dan penerapan (implementasi)
strategi termasuk mengukur kinerja organisasi, serta mengambil
langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.31
Perumusan atau formulasi strategi manajemen (management Strategic)
dalam meningkatkan mutu pendidikan, meliputi:
a. Formulasi Visi Dan Misi Sekolah
Perumusan visi dan misi dilakukan dahulu dengan
mengasesmen lingkungan, yaitu apa yang sebenarnya yang menjadi
kebutuhan mendasar lingkungan akan pendidikan yang dapat
disediakan oleh sekolah.32Asesmen lingkungan terdiri dari dua unsur
yaitu lingkungan ekstemal dan internal. Asesmen lingkungan
eksternal meliputi identifikasi dan evaluasi aspek-aspek sosial,
29
Ibid
30
J. David Hunger & Thomas L. Wheelen, Op.cit., hlm 17
31
Winardi Karshi Nisjar, Manajemen Strategik, cet 1, Bandung: Mandar Maju, 1997, hlm 86
32
Syaiful Sagala, Op.cit., hlm. 133
28
budaya, politis, ekonomis, dan teknologi, serta kecenderangan yang
mungkin berpengarah pada organisasi.
Hasil asesmen lingkungan adalah sejumlah peluang
(oportunities) yang haras dimanfaatkan oleh organisasi dan ancaman
(threats) yang harus dicegah atau dihindari. Asesmen lingkungan
internal terdiri dari penentu persepsi yang realistis atas segala
kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki
organisasi.
b. Perumusan Tujuan dan Target Sekolah
Akdon menegaskan bahwa target/sasaran organisasi sangat penting
karena merupakan salah satu tonggak dari proses perumusan
perencanaan strategik yang efektif yang mendukung setiap butir
tujuan dan menyatakan tugas-tugas khusus yang dirampungkan
dalam jangka waktu pendek jika organisasi ingin sukses.33
c. Penentuan Strategi Organisasi Sekolah
Strategi organisasi adalah suatu pernyataan mengenai arah dan
tindakan yang diinginkan oleh organisasi di waktu yang akan
datang. Strategi organisasi tersebut mencakup kebijakan, program
dan kegiatan-kegiatan manajemen untuk melaksanakan misinya.34
Perumusan strategik menjadi angat berarti apabila dapat
diimplementasikan dalam proses kegiatan kelembagaan pendidikan Islam.
implementasi strategi menggambarkan cara mencapai tujuan yang telah
dirumuskan oleh organisasi. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari formulasi
strategi yang mempunyai beberapa prinsip kegiatan yaitu:
a. Analisis pilihan strategik dan kunci keberhasilan
b. Penetapan tujuan, sasaran dan strategi (kebijakan, program dan
kegiatan)
33
Akdon, Op.cit, hlm. 149
34
Ibid, hlm. 150
29
c. System pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan yang haras
dirumuskan dengan jelas berdasarkan hasil analisis yang telah
dilaksanakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan eflsien.
Hal terakhir yang tidak kalah penting adalah evaluasi strategi. Evaluasi
strategi dalam manajemen strategik adalah usaha-usaha untuk memonitor
hasil-hasil dari perumusan (formulasi) dan penerapan (implementasi) strategi
termasuk mengukur kinerja organisasi, serta mengambil langkah-langkah
30