Anda di halaman 1dari 19

MODUL MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN

ISLAM

Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam

NAMA : FAZLUL KIRAM


NIM : 2114030004
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bashori. M.Pd.I

Nama : Fazlul Kiram


NIM : 2114030004
PEMBAHASAN MATERI
KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Pengertian Manajemen Pendidikan


Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang ialah terjemahan langsung
dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, ataupun tata pimpinan.
Sedangkan dalam kamus Inggris Indonesia, management berasal dari pangkal kata to manage
yang berarti mengurus, mengendalikan, melakukan, mengelola, serta memperlakukan.
Marshal dalam Ike menerangkan kalau, manajemen merupakan mengenali kemana yang
dituju, kesukaran apa yang wajib dihindari, kekuatan apa yang wajib dijalankan serta gimana
mengemudikan kapal kamu dan anggota dengan sebaik- baiknya tanpa pemborosan waktu
dalam proses pengerjaannya. Sedangkan Schermerhorn berkomentar kalau manajemen
merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta pemakaian
sumberdaya organisasi yang lain supaya menggapai tujuan organisasi yang diresmikan.
Sondang Palan Siagan pula melaporkan kalau manajemen merupakan totalitas proses
kerjasama antara 2 orang ataupun lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu buat
menggapai tujuan yang didetetapkan lebih dahulu.
Sementara itu manajemen pembelajaran merupakan kegiatan memadukan sumber-
sumber pembelajaran supaya terpusat dalam usaha buat menggapai tujuan pembelajaran
yang sudah didetetapkan lebih dahulu, dan sesuatu proses kerja sama yang sistematik, serta
komprehensif dalam rangka mewujudkan pembelajaran Nasional. Manajemen pembelajaran
Islam merupakan sesuatu proses pengelolaan lembaga pembelajaran Islam secara Islami
dengan metode mendalami sumber- sumber belajar serta hal- hal lain yang terpaut buat
menggapai tujuan pembelajaran Islam secara efisien serta efektif. Penafsiran yang sama
dengan hakikat manajemen merupakan al- tadbir( pengaturan).
Kata ini ialah derivasi dari kata dabbara( mengendalikan) yang banyak ada dalam Al Qur’ an

“Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan)


itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah
seribu tahun menurut perhitunganmu”.
10 (QS. As-Sajdah : 05)

Dari isi isi ayat di atas dapatlah dikenal kalau Allah swt merupakan pengatur alam(
manager). Keteraturan alam raya ini ialah fakta kebesaran Allah swt dalam mengelola alam
ini. Tetapi, sebab manusia yang diciptakan Allah SWT sudah dijadaikan selaku khalifah di bumi,
hingga ia wajib mengendalikan serta mengelola bumi dengan sebaik- baiknya sebagaimana
Allah mengendalikan alam raya ini. Sedangkan manajemen bagi sebutan merupakan proses
mengkordinasikan aktivitas- aktivitas kerja sehingga bisa berakhir secara efesien serta efisien
dengan serta lewat orang lain. Dengan demikian hingga yang diucap dengan manajemen
pembelajaran Islam sebagaimana dinyatakan Ramayulis merupakan proses pemanfaatan
seluruh sumber energi yang dipunyai( ummat Islam, lembaga pembelajaran ataupun yang
lain) baik fitur keras ataupun lunak. Pemanfaatan tersebut dicoba lewat kerjasama dengan
orang lain secara efisien, efektif, serta produktif buat menggapai kebahagiaan serta
kesejahteraan baik di dunia ataupun di akhirat. 1
Kata Managemen berasal dari bahasa latin, ialah mano yang berarti tangan. Ditambah
imbuhan agree yang berarti melaksanakan suatu, setelah itu jadi managiare yang berarti
melaksanakan suatu berulang kali dengan memakai tangan- tangan.
Bagi para pakar mendefenisikan manajemen selaku berikut:

1
Abu Choir, (2016). Urgensi Manajemen Pendidikan Dalam Pengembangan Lembaga
Pendidikan Islam, (vol 1). Hal: 40
1. Davis mendefenisikan manajemen selaku guna dari tiap kepemimpinan eksekutif
dimanapun.
2. Millet mendefenisikan manajemen selaku proses mengetuai serta melancarkan
pekerjaan dari orang- orang yang terorganisir secara formal selaku kelompok buat
mendapatkan tujuan yang di idamkan.
Secara terminologis, penafsiran manajemen sudah diajukan oleh banyak tokoh- tokoh
manajemen. Pengertian- pengertian yang diajukan berbeda- beda serta sangat terbawa- bawa
dengan latar kehidupan, pembelajaran, dan filsafah serta sudut pandang tokoh dalam
memandang perkara yang dialami. Dari banyaknya penafsiran tersebut, manajemen bisa
dimaksud dengan 7 sudut pandang antara lain yakni, manajemen selaku perlengkapan
ataupun metode, manajemen selaku energi, manajemen selaku sistem, manajemen selaku
proses, manajemen selaku guna, manajemen selaku tugas, manajemen selaku kegiatan.
Sebaliknya Manajemen Pembelajaran merupakan gabungan dari 2 kata yang memiliki satu
arti, manajemen serta pembelajaran. Ki Hajar Dewantara mengartikan pembelajaran selaku
tuntunan di dalam hidup tumbuhnya kanak- kanak sebaliknya bagi Driyakara, pembelajaran
merupakan pemanusiaan manusia muda ataupun penaikan manusia muda ke taraf insan
Sederhananya manajemen pembelajaran bisa dimaksud selaku manajemen yang dipraktikkan
dalam dunia pembelajaran dengan spesifikasi serta identitas khas yang terdapat dalam
pembelajaran.2 Para ahli telah banyak memberikan pendapat tentang konsep manajemen
pendidikan. G.Z Roring yang dikutip Ngalim Purwanto mengungkapkan beberapa definisi
manajemen pendidikan.
1. Manajemen pendidikan adalah cara bekerja dengan orang untuk mencapai tujuan yang
efektif
2. Tata kelola sekolah juga dipahami sebagai pembentukan pemimpin untuk
melaksanakan kegiatan koperasi yang efektif
3. Studi manajemen merupakan kegiatan akademik yang mencakup usaha besar hingga
usaha kecil.
Husain Umar mendefinisikan manajemen pendidikan sebagai seni dan ilmu dalam mengelola
sumber daya pendidikan guna terciptanya suasana belajar dan proses pembelajaran bagi
peserta didik untuk secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

B. Peran Dan Fungsi Manajemen Pendidikan


Berbicara tentang fungsi manajemen dalam pendidikan Islam tidak lepas dari fungsi
manajemen secara umum, seperti yang dikatakan oleh Henry Fayol, seorang industrialis
Perancis, menurutnya fungsi manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian komando,
koordinasi dan pengendalian. Gagasan Fayol kemudian digunakan sebagai kerangka buku teks
ilmu manajemen pada pertengahan 1950-an, dan berlanjut hingga hari ini.3

Sementara itu, Robbin dan Coulter menyatakan bahwa fungsi dasar manajemen yang
terpenting adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
Sehubungan dengan hal tersebut, Mahdi bin Ibrahim mengatakan bahwa fungsi manajerial
atau kepemimpinan dalam menjalankannya mencakup berbagai hal, yaitu:
Merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengendalikan. Untuk memudahkan
pembahasan tentang fungsi manajemen pendidikan Islam, maka penulis akan memaparkan
fungsi manajemen pendidikan Islam dari sudut pandang Robbin dan Coulter yang
pandangannya sejalan dengan pandangan Mahdi bin Ibrahim, untuk mengetahui:
Merencanakan, mengatur, mengarahkan/memimpin dan mengawasi.

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

2
Pananrangi, SH, M. P. (2017). Manajemen Pendidikan (Vol. 1). Celebes Media Perkasa. Hal.1
3
Maman Ukas, ” Manajemen, Konsep, Prinsip dan Aplikasi ( Bandung : Agnini, 2004) hal : 1
Perencanaan adalah proses yang diperlukan ketika Anda ingin bekerja baik dalam
pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang ingin Anda capai menjadi optimal.
Perencanaan adalah proses berpikir sebelum melakukan sesuatu. Ini berarti bahwa semua
pekerjaan harus dimulai dengan perencanaan.
Demikian pula dalam pendidikan Islam, perencanaan harus menjadi langkah awal yang
diperhatikan oleh para pengelola dan penyelenggara pendidikan Islam yang sesungguhnya.
Karena perencanaan merupakan bagian yang begitu penting dalam keberhasilan, maka
kesalahan dalam menentukan rencana pendidikan Islam akan sangat berbahaya bagi
keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan, Allah memerintahkan setiap orang beriman untuk
membuat rencana tentang apa yang harus dilakukan di masa depan, sebagaimana firman-Nya
dalam Al Quran:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al Hasyr : 18)

Ketika kita menyusun rencana pendidikan Islam, tidak hanya tentang mencapai tujuan
duniawi, tetapi lebih dari itu, melampaui batas tujuan hidup duniawi. Juga mengarahkan
perencanaan untuk mencapai tujuan kebahagiaan di dunia dan di masa depan, sehingga
keduanya dapat mencapai keseimbangan. Mahdi bin Ibrahim, mengatakan bahwa ada lima
hal penting yang harus diperhatikan untuk suksesnya suatu rencana, yaitu:

1) Akurat dan jelas dalam penetapan tujuan,


2) Hormati tenggat waktu dengan tujuan yang ingin dicapai,
3) Hubungan antara tahapan operasional rencana dan manajer operasi sehingga mereka
mengetahui tahapan tersebut dan tujuan yang ingin dicapai,
4) Memperhatikan aspek amaliah dalam hal penerimaan masyarakat, dengan
mempertimbangkan perencanaan, perencanaan dengan kelompok penanggung jawab
kegiatannya atau dengan mitranya, kemungkinan-kemungkinan yang dapat
dilaksanakan dan menyusun rencana untuk melakukan evaluasi berkelanjutan dalam
mencapai tujuan; dan
5) Kapasitas organisasi penanggung jawab operasi.4

Sedangkan menurut Ramayulis mengatakan bahwa dalam manajemen perencanaan


pendidikan Islam meliputi;
1) Mengidentifikasi prioritas pelaksanaan pendidikan yang efektif, mengutamakan
keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam proses pendidikan, masyarakat dan
termasuk peserta didik;
2) Tetapkan tujuan untuk memandu dan mengevaluasi kinerja dan hasil pendidikan;
3) Menyusun prosedur sebagai langkah-langkah dalam rencana aksi;
4) Menetapkan tanggung jawab kepada individu dan kelompok kerja.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengelolaan pendidikan Islam,
perencanaan merupakan kunci utama untuk dapat menentukan kegiatan selanjutnya. Tanpa
perencanaan yang matang, kegiatan lain tidak akan berjalan dengan baik bahkan bisa gagal.
Oleh karena itu, buatlah rencana selengkap mungkin untuk mencapai kesuksesan yang
sempurna.

4
Ummul Qura, “Urgensi Manajemen Pendidikan Islam” Vol V, No 1, Maret 2015, hal.46
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Ajaran Islam selalu menganjurkan umatnya untuk melakukan sesuatu secara teratur,
karena sangat mungkin suatu kebenaran yang tidak tertata dengan baik dapat dengan mudah
dihancurkan oleh kebohongan yang tertata secara fisik. Menurut Terry, organisasi adalah
kegiatan manajemen dasar yang dilakukan untuk mengelola semua sumber daya yang
diperlukan, termasuk unsur manusia, agar pekerjaan dapat dilaksanakan. Menurut Islam,
organisasi bukan sekedar wadah, tetapi menekankan bagaimana suatu pekerjaan dilakukan
dengan rapi. Organisasi lebih menekankan pada pembentukan mekanisme kerja. Dalam
sebuah organisasi tentunya ada pemimpin dan bawahan. Sementara itu, Ramayulis
berpendapat bahwa organisasi dalam pendidikan Islam adalah proses pendefinisian struktur,
operasi, interaksi, koordinasi, rancangan struktur, wewenang, dan tugas secara transparan
dan jelas di dalam organisasi lembaga pendidikan Islam, baik secara individu, kolektif, maupun
dalam suatu organisasi. lembaga Islam. . Manajemen pendidikan akan dapat berfungsi dengan
baik dan sesuai dengan tujuannya jika sejalan dengan prinsip-prinsip yang menentukan proses
organisasi, yang bebas, adil dan disengaja. Jika semua prinsip tersebut dapat diterapkan
secara konsisten dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam, maka akan sangat membantu
penyelenggara pendidikan Islam.5
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pengorganisasian merupakan tahap kedua
setelah dilakukan perencanaan sebelumnya. Organisasi terjadi karena pekerjaan yang perlu
dilakukan terlalu banyak untuk ditangani oleh satu orang. Oleh karena itu, perlu membantu
karyawan dan membentuk kelompok kerja yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan
keterampilan dikumpulkan menjadi satu hal yang harus dikoordinasikan tidak hanya untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang disebutkan, tetapi juga untuk menggunakan setiap anggota
tim untuk keinginan, keterampilan, dan kesadaran mereka.

3. Fungsi Pengarahan (Directing)


Kepemimpinan adalah proses membimbing rekan kerja untuk menjadi karyawan yang
mampu dan efektif menuju tujuan yang telah ditentukan.
Dalam fungsi kepemimpinan terdapat 4 komponen yaitu direktur, penerima pengarahan,
isi rapat dan cara komunikasi. Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan berupa
perintah, larangan dan/atau arahan. Orang yang diarahkan adalah orang yang diharapkan
dapat melaksanakan pengarahan tersebut. Isi pengarahan adalah sesuatu yang
dikomunikasikan oleh sutradara dalam bentuk perintah, larangan, atau nasihat. Sedangkan
metode kepemimpinan merupakan sistem komunikasi antara kepala sekolah dengan orang
yang diinformasikan, dalam pengelolaan pendidikan Islam, agar isi informasi yang diberikan
kepada orang yang diinformasikan terlaksana dengan baik, kepala sekolah kurang
diperhatikan. prinsip berikut ini, yaitu:
Teladan, konsisten, terbuka, lembut dan intelektual. Isi pembekalan, baik berupa perintah,
larangan maupun nasehat, tidak boleh mengikat dan diluar kekuasaan penerima arahan,
karena jika hal ini terjadi, jangan harap isi pembekalan akan memenuhi. telah dilakukan
dengan benar. oleh penerima briefing.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan dalam penyelenggaraan
pendidikan Islam adalah suatu proses orientasi berdasarkan prinsip-prinsip keagamaan
terhadap seorang rekan, agar ia mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh,
sungguh-sungguh dan antusias dengan keikhlasan yang mendalam.

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)


Pemantauan adalah upaya keseluruhan untuk mengamati kinerja kegiatan operasional
untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Bahkan Didin dan Hendri mengatakan bahwa dari sudut pandang Islam, pengawasan

5
Ummul Qura, “Urgensi Manajemen Pendidikan Islam” Vol V, No 1, Maret 2015, hal.47
dilakukan untuk memperjelas yang tidak benar, mengoreksi yang salah, dan membenarkan
yang benar.
Dalam pendidikan Islam, supervisi diartikan sebagai suatu proses pengawasan yang terus
menerus yang bertujuan untuk menjamin terlaksananya rencana secara konsisten, baik secara
fisik maupun mental.
Menurut Ramayulis, supervisi dalam pendidikan Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
pengawasan bersifat material dan spiritual, pengawasan tidak hanya kepada pengelola
tetapi juga kepada Allah SWT, dengan cara-cara manusiawi yang menghargai harkat dan
martabat manusia. Dengan ciri-ciri tersebut, dapat dibayangkan bahwa mereka yang
melaksanakan berbagai rencana yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada
pengelolanya dan kepada Allah sebagai pemelihara yang serba bisa. Di sisi lain, kajian
konseptual Islam lebih menyukai penggunaan pendekatan manusiawi, pendekatan yang
diilhami oleh nilai-nilai Islam.6

Banyak profesional manajemen merujuk pada fungsi manajemen berikut:

George R. Terry dan Lieli W. Rue mengacu pada fungsi manajemen yaitu:
1. Buatlah rencana, tentukan tujuan yang akan dicapai di waktu mendatang dan hal-hal
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Mengorganisir, mengelompokkan, dan mengidentifikasi berbagai kegiatan kritis dan
memberdayakan mereka untuk melakukan kegiatan kritis tersebut.
3. Pengalokasian tenaga kerja, penetapan kebutuhan SDM, pengelolaan, seleksi, pelatihan
dan pengembangan tenaga kerja.
4. Memotivasi, mengarahkan atau mengarahkan perilaku manusia menuju tujuan
5. Mengontrol dan mengukur kinerja dengan tujuan menentukan penyebab penyimpangan
dan mengambil tindakan yang sesuai.

Sedangkan menurut Josep L. Massie, ada 7 fungsi manajemen yaitu:


1. Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan arah langkah-langkah yang akan
diambil dan pilihan-pilihan yang tersedia untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Mengatur proses penataan dan pengalokasian pekerjaan.
3. Pengaturan personalia adalah proses dimana manajer memilih, melatih,
mempromosikan dan membiarkan bawahan mereka pergi.
4. Perencanaan adalah proses dimana manajer memprediksi masa depan dan menemukan
arah alternatif yang tersedia bagi mereka.
5. Memantau pengukuran kinerja saat ini dan mengintegrasikannya dengan tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.
6. Komunikasi adalah proses mentransfer ide kepada orang lain untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
7. Mengarahkan proses mengarahkan pelaksanaan bawahan menuju tujuan bersama.

Secara umum, kualitas adalah keseluruhan deskripsi dan karakteristik dari suatu barang
atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang diharapkan
atau tersirat. Dalam konteks pendidikan, konsep mutu mencakup input, proses, dan hasil
pendidikan.
Sesuatu yang mempengaruhi proses yang sedang berjalan disebut input, sedangkan
sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan pada skala mikro, proses yang
dimaksud adalah pengambilan keputusan, pengelolaan, serta pemantauan dan evaluasi,
mengingat proses belajar mengajar merupakan hal yang penting, lebih unggul dari proses
lainnya. Proses dikatakan berkualitas jika harmonisasi organisasi dan orientasi input sekolah

6
Baharuddin. 2010. Menejemen pendidikan islam, Malang: UIN Maliki. Hal. 76
(guru, siswa, program, uang, peralatan) selaras, menciptakan situasi belajar yang menarik
(enjoy learning), memiliki kemampuan mendorong motivasi. , minat belajar, dan benar-benar
memiliki kemampuan menyadarkan siswa. Produk pendidikan adalah hasil belajar. Hasil belajar
adalah hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar/perilaku. Kinerja sekolah dapat diukur
dari kualitas, produktivitas, efisiensi, efektifitas, inovasi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan, kualitas hidup kerja dan etos
kerja. Produksi pendidikan menekankan pada perubahan kondisi lingkungan sosial, ekonomi
dan pendidikan. Efek keluaran dan daya sesuai dengan bidang keluaran yang dihasilkan.
Misalnya, lulusan pendidikan mengajar di sekolah. Lulusan akuntansi bekerja di bank, dll.
Dengan demikian, mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu manajemen pendidikan itu
sendiri.7

C. Urgensi Manajemen Pendidikan Islam, Isu-Isu Manajemen Pendidikan


Berikut urgensi kerja manajemen di bidang manajemen pendidikan:

(1) pengelola program,


(2) manajemen pembelajar,
(3) pengelolaan sarana dan prasarana,
(4) mengelola staf pengajar,
(5) manajemen kehumasan,
(6) pengelolaan keuangan, dan
(7) manajemen tenaga kependidikan8

Peran manajemen dalam peningkatan mutu pendidikan kini semakin diakui, bahkan
dianggap sebagai jantungnya pendidikan. Munif Chatib, perintis dan promotor “School of Man”
mengatakan bahwa dalam sebuah lembaga pendidikan, apapun tingkatannya, yang terpenting
adalah manajemen sekolah, yang terletak di jantungnya.
Seperti kehidupan manusia, hati adalah pusat kehidupan. Dengan demikian, manajemen
sekolah merupakan faktor terpenting dalam kegiatan sekolah. Begitu pula yang terjadi pada
Yayasan Pendidikan Islam (LPI). Beberapa kasus kebangkitan lembaga pendidikan Islam
(pesantren, madrasah, pesantren) di beberapa daerah praktis didukung oleh perkembangan
manajemennya. Manajemen dipandang sebagai alternatif dari permasalahan lembaga
pendidikan Islam tersebut.
Arif Furchan mengatakan realitanya ada sekolah madrasah yang berhasil maju dan
berkembang, bahkan mengungguli sekolah non madrasah dalam hal preferensi, pilihan orang
tua bahkan kemauan membayar orang tua, bukan hanya kebetulan. Madrasah-madrasah ini
sebenarnya telah melakukan berbagai gerakan untuk maju. Ada yang mengembangkan sistem
keuangan, mengembangkan sumber daya manusia, mengembangkan keterampilan
kepemimpinan, dan ada yang mengembangkan waktu kerja. Gerakan ini menghasilkan model
manajemen pendidikan yang baik. Keberhasilan ini patut mendapat perhatian dan dianggap
sebagai pendorong bagi langkah pengembangan LPI selanjutnya.
Di Indonesia, dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu, sejak tahun 1990-an
pemerintah mulai memperhatikan upaya perubahan arah reformasi pendidikan dengan lebih
menitikberatkan pada penataan manajemen pendidikan, yaitu penguatan manajemen sekolah.
Bahkan di negara-negara yang lebih maju, jauh sebelum itu perhatian tertuju pada
perlunya administrasi pendidikan untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan. Dengan
munculnya gerakan “sekolah bagus” pada tahun 1970-an, gerakan “sekolah menengah atas”
pada tahun 1980-an, dan gerakan “sekolah efektif” pada tahun 1990-an, H. Silver

7
Baharuddin. 2010. Menejemen pendidikan islam, Malang: UIN Maliki. Hal.79
8
Mustari, Mohamad. 2014. Manajemen Pendidikan, Jakarta: Rajawali
Pers. Hal. 12
menunjukkan perhatian pada sistem dan proses manajemen sekolah. Rosnani Hashim
berpendapat bahwa salah satu pilar penopang pembangunan bangsa adalah keberhasilan dan
efektifitas sistem pendidikan. Dan banyak penelitian menunjukkan bahwa pendidikan yang
efektif dan berhasil didukung oleh penerapan manajemen yang baik. Seperti dalam studi 300
sekolah yang dilakukan oleh Berman dan McLaughlin, keberhasilan sekolah sampel menang
karena sekolah didukung oleh kepala sekolah yang bertanggung jawab atas pendidikan.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa keberadaan manajemen untuk meningkatkan mutu
pendidikan merupakan suatu hal yang perlu dan mendesak. Melalui pengelolaan ini, setiap
proses pendidikan akan diperhitungkan dan dipantau hingga ke detail terkecil selama
pengoperasiannya. Manajemen pendidikan juga telah dijadikan indikator mutu pendidikan
pada semua jenjang pendidikan.

Masalah manajemen pendidikan


pertama. Sentralisasi pendidikan dan desentralisasi pendidikan
Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan, yaitu sistem
sentralisasi dan sistem desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, segala sesuatu yang
berhubungan dengan administrasi pendidikan diatur secara ketat oleh pemerintah pusat.
Sedangkan dalam sistem desentralisasi, pengelolaan diserahkan kepada pemerintah daerah.
Kedua sistem tersebut dalam praktiknya tidak berlaku secara ekstrim, melainkan dalam sebuah
kontinum; dengan pembagian tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.
Sentralisasi adalah setiap otoritas terpusat dalam pemerintah pusat. Daerah hanya
menunggu instruksi dari pemerintah pusat untuk menerapkan kebijakan sesuai dengan
undang-undang. Menurut ilmu ekonomi manajerial, sentralisasi memusatkan semua
kekuasaan pada sejumlah kecil manajer atau orang-orang yang berada di puncak struktur
organisasi. Sentralisasi banyak digunakan oleh pemerintah sebelum otonomi daerah.
Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah kebijakan dan keputusan pemerintah daerah dibuat
oleh orang-orang yang ada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
memutuskan sesuatu lebih lama.
Di era reformasi saat ini, kebijakan otonomi seluas-luasnya dilaksanakan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Otonomi daerah merupakan pembagian
kekuasaan secara vertikal. Pembagian kekuasaan berjalan dari pemerintah pusat ke daerah,
termasuk kekuasaan di bidang pendidikan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah di bidang
pendidikan dapat dilihat banyak permasalahan. Kekurangan tersebut terletak pada kebijakan
pendidikan yang tidak sejalan dengan prinsip otonomi daerah serta kurangnya koordinasi dan
sinkronisasi.9
Dalam (istilah) desentralisasi sering dikaitkan dengan otonomi, karena kedua konsep
ini berkaitan erat, meskipun pada kenyataannya kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Desentralisasi, secara harfiah, berarti pergi dari titik pusat ke titik pinggiran.
BC Smith, desentralisasi adalah “upaya mengubah derajat sentralisasi pengaturan
(pemerintahan) pada suatu pusat atau memberikan atau mengalihkan kekuasaan kepada
pemerintah daerah (proses perpindahan dari titik pusat ke titik pusat). Peripheral)”.
Menurut Undang-Undang Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004, “desentralisasi
adalah penyerahan wewenang dari pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem negara kesatuan republik.” ‘Indonesia’.
Penerapan sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia,
menggantikan sistem sentralisasi, akan mampu mengembangkan mutu pendidikan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat pengguna. Desentralisasi dilakukan agar penyelenggaraan
pendidikan dapat ditingkatkan dalam berbagai aspeknya. Pengalaman di AS, seperti yang

9
Husaini Usman. (2010). Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 45
dijelaskan oleh Deborah M. McGriff, Ph.D, Superintendent of Detroit State Schools, bahwa
desentralisasi sangat berfungsi untuk peningkatan kualitas bagi:

a) Meningkatkan partisipasi dan otonomi masyarakat dalam pengambilan keputusan


pendidikan.
b) Meningkatkan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah.
c) Merangsang minat dan keyakinan terhadap pendidikan.
d) Memperbaiki keyakinan atau kepercayaan kepada dewan sekolah
e) Meningkatkan komunikasi.

Desentralisasi diharapkan bisa untuk mengurangi kepadatan beban kerja di pemerintah


pusat. Dalam hal ini, desentralisasi juga dapat dipakai sebagai alat untuk memobilisasi
dukungan terhadap kebijakan pembangunan nasional dengan menginformasikannya
kepada masyarakat daerah untuk menggalang partisipasi didalam perencanaan
pembangunan dan pelaksanaannya di daerah.
Uraian diatas, mengandung makna bahwa system desentralisasi memiliki sejumlah
keunggulan bagi masyarakat luas, diantaranya adalah:

a) Mengakomodasi dan memperkuat demokrasi


b) Memperkuat rasa persatuan dan kesatuan ditengah kemajemukan suku bangsa
c) Memberdayakan dan menghargai kearifan local
d) Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi local secara optimal
e) Mendorong peningkatan kualitas produk dan pembangunan daerah yang lebih baik
untuk kesejahteraan rakyat

Dalam implementasinya, pelaksanaan system desntralisasi umumnya sering


mengalami kendala yang diakibatkan oleh:

a) Keterlambatan diterbitkannya peraturan tentang pembagian urusan


b) Keengganan dan sikap setengah hati peemerintah dalam mendelegasikan
kewenangan kepada daerah, yang berkonsekuensi pada berkurangnya inovasi dan
kreativitas daerah dalam melaksanakan kewenangannya
c) Keraguan satuan kerja dalam melaksanakan program atau kegiatan di daerah
karena adanya peraturan yang masih kabur
d) Belum optimalnya pengelolahan sumber daya yang berakibat pada rendahnya
pendapatan daerah
e) Penerapan sanksi dan penghargaan bagi sumber daya manusia
f) Terjadinya peningkatan tindak koruptif di daerah
g) Terjadinya konflik vertical dan horizontal di daerah

Desentralissi pendidikan merupakan sebuah system manajemen untuk mewujudkan


pembangunan pendidikan yang menekankan pada kebhinekaan. Dalam praktiknya,
desentralisasi pendidikan berbeda dengan desentralisasi bidang pemerintahan lainnya.
Desentralisasi untuk cabang pemerintahan lainnya adalah ke tingkat kabupaten,
kabupaten, dan kota, sehingga desentralisasi di bidang pendidikan tidak berhenti di tingkat
kabupaten, kabupaten, dan kota tetapi juga sampai ke sekolah-sekolah pengajaran atau
sekolah ujung tombak yang menyelenggarakan pendidikan.10

10
Husaini Usman. (2010). Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 50
Peralihan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi disebut pemerintahan sendiri
daerah. Otonomi adalah penyerahan pekerjaan pemerintah kepada pemerintah daerah yang
beroperasi dalam sistem birokrasi pemerintahan. Sebagai bentuk pelimpahan sebagian
kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dalam prosesnya dimaksudkan
untuk menimbulkan otonomi pada lembaga pendidikan (lembaga pendidikan).

1. Masalah integritas pencapaian tujuan


Hal itu tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4 yang
menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya. Kemudian ditegaskan kembali secara detail pada butir GBHN 2a dan b, tentang
arah dan tujuan pendidikan, bahwa manusia seutuhnya adalah manusia yang sehat jasmani
dan rohani, manusia yang memiliki hubungan vertikal (dengan Tuhan) dan hubungan
horizontal. (dengan lingkungan dan masyarakat). ), dan konsentris (dengan diri sendiri),
menyeimbangkan duniawi dan eksternal.
Konsepnya cukup bagus. Namun pada kenyataannya, pendidikan emosi belum dikelola
dengan baik. Kecenderungan mengutamakan perkembangan kognitif. Misalnya pendidikan
agama dan moral pancasila yang mengutamakan penanaman nilai-nilai, beralih pada ilmu
agama dan pancasila. Keberhasilan pendidikan diukur dari kemampuan kognitif atau
penguasaan ilmu pengetahuan. Prioritas diberikan pada pengembangan kapasitas berpikir,
sementara pengembangan dan latihan emosional diabaikan. Padahal, untuk mengembangkan
perasaan dan hati untuk memahami nilai, tidak cukup hanya mengenal nilai, tetapi
mengalaminya. Dengan bereksperimen, siswa terbuka untuk mengalami hal-hal seperti
kepercayaan diri, kemandirian, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menghargai waktu dan pekerjaan, semangat hidup belajar, disiplin, solidaritas sosial dan
semangat kebangsaan.

2. Masalah peran guru


Dulu, sekolah bisa berfungsi jika ada siswa, guru, dan ruang kelas dengan fasilitas yang
diperlukan, guru menjadi satu-satunya sumber belajar, guru menjadi pusat inkuiri. Tugas guru
adalah memberikan pengetahuan kepada siswa. Metode ini dianggap cukup karena
pengetahuan guru belum berkembang, cakupannya terbatas.
Singkatnya, tugas guru dikatakan "mengajar para siswa". Guru hanya memposisikan
dirinya sebagai bagian dari sumber belajar. Beragam sumber belajar yang hanya bisa
didapatkan di luar guru seperti perpustakaan, taman bacaan, museum, orang pintar, kebun
binatang, toko buku, dan lain-lain. Seperti yang pernah diingat Comenius, alam adalah buku
yang luar biasa, sangat penuh dengan konten.
Sedangkan untuk kebutuhan siswa, guru tidak bisa melayaninya sendiri. Untuk
membimbing proses belajar siswa, ia dibantu oleh sejumlah pelaku lain seperti konselor (guru
BP), pustakawan, asisten laboratorium, dan teknisi sumber belajar. Di hadapan agen-agen lain
ini, guru sekarang memiliki cukup waktu untuk mengajarkan apa yang harus dia lakukan,
tetapi dia terbengkalai karena kekurangan waktu karena terpaksa mengatur kegiatan yang
harus dilakukan oleh Karyawan lain.11
Pimpin pendekatan manusia dan kontak mendalam dengan murid-muridnya. Pelayanan
kolektif dan individual berupa perhatian terhadap kebutuhan, dorongan kreativitas dan
kerjasama tim, pengembangan rasa percaya diri, harga diri dan tanggung jawab, menghargai
waktu dan disiplin, menghargai menghormati orang lain dan mencari jati diri. Aspek pedagogis
dari pekerjaan seorang guru yang telah lama diabaikan. Dari situ ia dapat mengatur proses
pembelajaran (sebagai manajer), menentukan tujuan pembelajaran (pengarah), mengatur
kegiatan pembelajaran (koordinator), mengkomunikasikan kepada siswa berbagai sumber

11
Husaini Usman. (2010). Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 54
belajar (komunikator), menyediakan dan memfasilitasi pembelajaran. (pendukung) dan
promotor pembelajaran (stimulator).

pertama. ujian Nasional


UN adalah jenis penilaian yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk mengukur
keberhasilan akademik siswa. Dalam beberapa tahun terakhir, kehadirannya menjadi bahan
perdebatan dan kontroversi di masyarakat. Di satu sisi, ada yang setuju, karena dipandang
sebagai peningkatan mutu pendidikan. Dengan adanya ujian nasional, sekolah dan guru akan
terpacu untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin agar siswa dapat mengikuti ujian dan
mendapatkan hasil ujian yang sebaik mungkin. Serta mendorong siswa untuk belajar dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai hasil setinggi mungkin. Sementara itu, banyak juga pihak
yang tidak setuju karena menganggap ujian nasional merupakan sesuatu yang sangat
kontradiktif dan kontraproduktif dengan semangat reformasi vokasional. kami sedang
mengembangkan. Seperti yang kita pahami, saat ini ada kecenderungan untuk menggeser
model pembelajaran kita dari pembelajaran menuju perolehan kemampuan kognitif menjadi
pembelajaran yang lebih bermuara pada perolehan kemampuan emosional dan psikologis,
menjadi strategi dan pendekatan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan kontekstual,
mulai dari konstruktivis. teori belajar.
Kami juga memahami bahwa ujian nasional yang sedang dibangun dilakukan melalui tes
tertulis. Pertanyaan yang dibangun cenderung mengukur kinerja kognitif. Hal ini akan
berdampak pada proses pembelajaran yang dikembangkan di sekolah. Sangat mungkin guru
akan kembali terjebak pada model pembelajaran yang ketinggalan zaman yang menekankan
pada upaya pencapaian kemampuan kognitif siswa, baik melalui gaya belajar tekstual maupun
perilaku. Selain itu, ujian nasional seringkali digunakan untuk kepentingan non-pendidikan,
seperti kepentingan politik pembuat kebijakan pendidikan atau kepentingan ekonomi segelintir
orang. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak ditemukan kejanggalan selama
pelaksanaannya, seperti kasus kebocoran soal, penipuan yang sistematis dan disengaja,
manipulasi hasil ulangan siswa, kelahiran dan bentuk penipuan lainnya.
Terlepas dari kontroversi yang masih ada, sampai saat ini belum ada model baku sistem
ujian akhir bagi mahasiswa. Perubahan sering terjadi bersamaan dengan perubahan resmi.
Hampir setiap pergantian pejabat, kebijakan sistem juga berubah bentuk. Penyelenggaraan
ujian nasional menuai kritik dari banyak pihak, terutama komunitas pendidikan di tanah air.
Apakah ujian nasional layak dijadikan senjata untuk meningkatkan mutu dan standarisasi
pendidikan nasional? Para pendidik bahkan berpendapat bahwa ujian nasional bertentangan
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) dan berbagai program pemerintah lainnya. Aktivis pendidikan dari Aliansi
Pendidikan setuju. “Penambahan mata kuliah UN semakin mencerminkan kewenangan
pemerintah untuk menentukan nilai kelulusan,” ujarnya. Dia melihat, ada kesalahan dalam
berpikir. Pemerintah gencar melaksanakan ujian nasional dengan harapan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air. Peningkatan kualitas dianggap cukup dengan
pengujian. Padahal, kualitas hanya dapat dicapai melalui proses. Sebaliknya, pemerintah harus
mengkaji faktor-faktor penentu proses dan sejauh mana penerapannya di sekolah. Penerapan
standar penilaian hasil belajar tunggal berupa ujian nasional masih sulit diterapkan di
Indonesia. Sulitnya menerapkan satu standar prestasi akademik terkait erat dengan tingginya
disparitas mutu antar sekolah di Indonesia. “Menurut PP No. 28 Tahun 1990 tentang
pendidikan dasar, evaluasi pendidikan tidak hanya dilakukan dengan menilai hasil belajar,
tetapi juga mencakup proses belajar mengajar dan upaya pencapaian tujuan yang ditempuh.
. Jika proses belajar-mengajar masih sangat berbeda kualitasnya saat ini, maka hasilnya tentu
saja sama.12

12
Husaini Usman. (2010). Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 60
Dana tambahan untuk pendidikan memang dibutuhkan, tapi apa gunanya dana ekstra itu
jika harus bocor kemana-mana? Analoginya sama dengan menambahkan sejumlah air bersih.
Jika lebih banyak aliran ditambahkan dan kebocoran masih terjadi di dalam pipa, maka pada
akhirnya tidak ada gunanya menambahkannya karena penyebab aliran berangsur-angsur
berkurang hingga mencapai pelanggan bukan hanya gemuk atau masalah kecil pada aliran
awal, melainkan kebocoran. . Oleh karena itu, hal yang harus dilakukan sebelum menambah
dana adalah mengatasi kebocoran terlebih dahulu. Penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) yang dialokasikan ke daerah harus diawasi oleh pemerintah daerah. Jangan
biarkan uang pergi ke orang yang tidak pantas mendapatkannya. Jika dana BOS telah dicairkan
dengan baik, masalah biaya tempat duduk dan seragam sekolah tidak lagi menjadi masalah.13

D. Perkembangan Teori Manajemen


Sampai saat ini perkembangan teori manajemen mengalami kemajuan pesat, namun
selama ini belum ada teori yang bersifat umum atau berupa seperangkat aturan manajemen
yang dapat diterapkan dalam banyak situasi, situasi dan kondisi yang berbeda. Manajemen
telah mengalami dan bertemu dengan banyak perspektif manajemen, yang berbeda dalam
penerapannya. Dimana setiap sudut pandang hanya dapat diterapkan pada banyak masalah
yang berbeda, sedangkan masalah yang sama tidak dapat diterapkan pada kesepuluh masalah
tersebut.

Tiga sekolah manajemen dipertimbangkan, yaitu:


a) Aliran klasik terbagi menjadi teori manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik.
b) Aliran hubungan manusia, disebut aliran neoklasik atau postklasik. c) Aliran
manajemen modern.

Selain itu, ada dua metode manajemen, yaitu:


a) Pendekatan sistemik.
b) Metode pencadangan.

Teori manajemen klasik


Manajemen ilmiah muncul setelah negara-negara Eropa Barat dan Amerika terkena
dampak revolusi industri yang terjadi sekitar awal abad ke-20, ketika prinsip-prinsip lama
mulai ditinggalkan, tidak lagi efektif. Ada dua tokoh manajemen yang memprakarsai
munculnya manajemen, yaitu:

1) Robert Owen (1771-1858)


Dimulai pada awal 1800-an sebagai manajer pabrik kapas di New Lanark, Skotlandia.
Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor mesin produksi dan
faktor tenaga kerja produksi. Dari hasil pengamatan mereka disimpulkan bahwa jika mesin
dirawat dan dirawat dengan baik akan membawa keuntungan bagi perusahaan, begitu
pula karyawan, jika karyawan yang melakukan pekerjaan itu penting. perawatan,
perawatan (dengan memperhatikan gaji, bonus, kesehatan, kesejahteraan, dan lain-lain)
pengurus perusahaan akan membawa keuntungan bagi perusahaan.
Selain itu, kuantitas dan kualitas hasil kerja dikatakan dipengaruhi oleh situasi kerja
eksternal dan internal. Dengan hasil penelitiannya, Robert Owen dikenal sebagai bapak
manajemen sumber daya manusia. Dia juga salah satu pendiri gerakan koperasi
konsumen, ketika satu-satunya usaha yang gagal adalah mendirikan komune di New
Harmoni, Indiana pada tahun 1824.

13
Arikunto, Suharsimi & Yuliana, Lia. (2008). Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: Aditya Media. Hal. 39
2) Charles Kubis (1792-1871)
Charles Babbage adalah seorang guru matematika dan bahasa Inggris dengan
ketertarikan pada manajemen. Ini memperhatikan bagaimana operasi pabrik dapat
dilakukan secara efisien. Dia percaya bahwa menerapkan prinsip-prinsip ilmiah pada
proses kerja akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mengurangi biaya, karena
pekerjaan dilakukan secara efisien dan efektif. Dia meminta para manajer untuk bertukar
pengalaman dan dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen. Fokusnya adalah pada
pembagian kerja yang memiliki beberapa keunggulan, yaitu:

Waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari pengalaman baru. Banyak waktu yang
terbuang percuma ketika seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dan
orang tersebut harus beradaptasi dengan pekerjaan barunya yang menghambat kemajuan
dan keterampilan pekerja, oleh karena itu perlu adanya spesialisasi dalam pekerjaannya?
Keterampilan dan keahlian seseorang meningkat karena seorang pekerja bekerja secara
terus menerus dalam tugasnya. Ada perhatian pada pekerjaannya sehingga dia bisa
menyerap alat karena perhatiannya itu dan itu saja. Kontribusi Charles Babbage lainnya
adalah penciptaan komputer mekanik pertama (komputer), pengembangan program
permainan komputer, pengembangan kerjasama yang saling menguntungkan antara
pekerja dan pemilik bisnis, serta Membuat rencana pembagian keuntungan.

TEORI MANAJEMEN ILMIAH


Tokoh-tokoh dalam teori manajemen ilmiah antara lain Frederick Winslow Taylor, Frank
dan Lilian Gilbreth, Henry L Gantt dan Harrington Emerson, yang akan diuraikan satu per
satu.

1. Frederick Winslow Taylor


Manajemen ilmiah atau manajemen dengan menggunakan sains pertama kali dibahas
sekitar tahun 1900. Taylor adalah direktur dan penasihat perusahaan dan salah satu tokoh
manajemen terbesar. Taylor dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah.

Taylor menerapkan metode pengetahuan untuk memecahkan masalah yang ada di


perusahaan. Dan hasil penelitian dan analisis telah menetapkan beberapa prinsip untuk
menggantikan prinsip lama yaitu trial and error system atau sistem coba-coba. Kesimpulan
yang dapat ditarik dari hasil penelitiannya adalah perusahaan akan memperoleh hasil yang
positif apabila pekerjaan yang dilakukan harus terencana, dengan tetap memperhatikan faktor
teknologi (mesin) serta faktor teknis.

Taylor memberikan empat prinsip manajemen ilmiah, yaitu:


a) Hilangkan trial and error, terapkan metode ilmiah di semua tahapan operasi.
b) Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu, kemudian melatih dan mendidik
karyawan.
c) Setiap PNS harus menerapkan hasil ilmiah dalam pelaksanaan tugasnya.
d) Harus ada kerjasama yang baik antara manajemen dan pekerja.

Salah satu hal menarik tentang perspektif Taylor menyangkut posisi manajer. Di mana
manajer adalah pelayan dari bawahan, ini kontras dengan pandangan sebelumnya bahwa
bawahan adalah pelayan dari manajer. Taylor percaya bahwa manajemen ilmiah adalah tugas
setiap manajer untuk menemukan yang terbaik dari yang terbaik melalui analisis, observasi,
dan eksperimen. Eksperimen Taylor bertujuan untuk menemukan bobot terbaik untuk
berbagai muatan untuk hasil maksimal dan pekerjaan mudah. Mulai dari 38 kg, 36 kg, dan
seterusnya, hingga mengetahui berat ideal 21 kg dapat membuat pekerjaan lebih optimal dan
mudah. Menurut Taylor, ini disebut studi gerak Waktu Anda. Pengamatan lain adalah bahwa
sistem organisasi yang lebih dikenal sebagai organisasi fungsional terbagi menjadi dua bagian,
perencanaan dan pelaksanaan. Pada saat perencanaan ada manajer yang disebut Petugas
Rute, Petugas Kartu Bimbingan dan Petugas Waktu dan Pengeluaran, sedangkan dalam
pelaksanaan, manajer disebut Bos Gang, Bos Kecepatan, Bos Perbaikan dan Inspektur. Di
pabrik itu ada seorang mandor bernama Diciplinaire.

Pekerjaan lain melibatkan upah minimum per produk dan upah maksimum per produk.
Gaji ini dimaksudkan untuk memotivasi karyawan agar mau bekerja secara maksimal. Sistem
skala halus ini lebih dikenal dengan Sistem Rasio Diferensial Taylor. Tarif produk minimum
diberikan kepada pekerja yang memproduksi pada atau di bawah standar yang telah
ditentukan, sedangkan tarif produk maksimum diberikan kepada pekerja yang memproduksi
di atas standar. Output kerja standar adalah jumlah output yang dapat dicapai oleh seorang
pekerja biasa-biasa saja

2. Frank Bunker Gilbreth dan Lilian Gilbreth (1868-1924 dan 1878-1917).


Pasangan terlibat dalam pengembangan manajemen ilmiah. Frank adalah pelopor dalam
studi gerak dan waktu, mengusulkan sejumlah teknik manajemen yang diilhami oleh opini dan
Taylor. Dia tertarik untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cara terbaik.
Lilian Gilbreth cenderung memperhatikan aspek pekerjaan, seperti pemilihan pekerja baru,
serta penempatan dan pelatihan karyawan baru. Bukunya The Psychology of Management
menegaskan bahwa tujuan akhir manajemen ilmiah adalah membantu karyawan mencapai
potensinya sebagai makhluk hidup.

3. Henry Laurance Gantt (1861-1919).


Henry adalah asisten Taylor, dia adalah konsultannya sendiri, di mana dia berfokus pada
faktor manusia dalam meningkatkan produktivitas pekerja.
Ide-ide yang dicetuskannya adalah:
a) Kerja sama yang saling menguntungkan antara manajer dan karyawan untuk
mencapai tujuan bersama.
b) Menyelenggarakan seleksi karya ilmiah.
c) Membayar karyawan dengan sistem bonus. d) Gunakan instruksi kerja yang terperinci.

4. Harrington Emerson (1853 -1931)


Prinsip utamanya adalah tentang tujuan, dimana penelitian menunjukkan kebenaran
prinsip tersebut, bahwa uang lebih berhasil jika Anda mengetahui tujuan penggunaannya.
Bukti dan pendapat Emerson adalah adanya istilah Management by Objectives (MBO).

12 prinsip efisiensi telah dirancang untuk mengatasi pemborosan dan inefisiensi, yaitu 14:

a) Clearly defined ideals.


b) Common sense.
c) Competent causal.
d) Dicipline.
e) The fair deal.
f) Reliable.
g) Give an order, planning and scedulling.
h) Scedul, standard working and time.
i) Standard condition.

14
Arikunto, Suharsimi & Yuliana, Lia. (2008). Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: Aditya Media. Hal. 43
j) Standar operation.
k) Written standard practice instruction.
l) Effisiensi reward.

a. Organisasi Klasik
Teori Ahli teori organisasi klasik termasuk Henry Fayol, James D. Mooney, Mary Parker
Follett, dan Chaster I. Barnard.

1. Hanry Fayol (1841-1925)


Fayol adalah seorang industrialis Prancis. Fayol menyatakan bahwa teori dan teknik
manajemen merupakan dasar dari manajemen organisasi yang kompleks, hal ini tercermin
dalam bukunya Administration Industrielle et General atau Gneral and Industrial Management
yang ditulis pada tahun 1908 oleh Constance Storms.
Peran Fayol dapat dikaitkan dengan peran Taylor, kedua angka ini menunjukkan hal yang
sama bahwa ada prinsip manajemen tertentu yang harus diajarkan dan dipelajari oleh manajer
dan karyawan. Tetapi kedua angka tersebut memiliki orientasi yang berbeda, dengan Fayol
berfokus pada manajer tingkat bawah, sedangkan Taylor berfokus pada manajer tingkat
menengah dan atas.
Fayol membagi manajemen menjadi lima unsur yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan, koordinasi dan pengendalian, fungsi ini disebut fungsionalisme.

Fayol selanjutnya membagi enam kegiatan manajemen, yaitu:


a) Teknologi untuk produksi dan pembuatan produk;
b) Perdagangan,
c) keuangan,
d) Keamanan,
e) Akuntansi, dan
f) Manajemen.

Henry Fayol menekankan 14 prinsip manajemen, yaitu:


a) Dalam pembagian kerja terdapat spesialisasi tenaga kerja, dimana spesialisasi
meningkatkan efisiensi kinerja tenaga kerja. Tujuannya adalah untuk membuat produk
yang lebih banyak dan lebih baik dengan upaya yang sama.
b) Kewenangan dan tanggung jawab Kewenangan, khususnya hak untuk memerintah dan
hak untuk menuntut, dipatuhi. Kekuasaan itu terbagi menjadi dua jenis, yaitu
kekuasaan pribadi yang bersumber dari kecerdasan, pengalaman nilai-nilai moral,
kemampuan memimpin, dan lain-lain, kedua kekuasaan formal, yaitu kekuasaan
jabatan penting yang diterima dari atasan. Tanggung jawab adalah tugas dan fungsi
yang harus dilakukan, untuk itu memerlukan wewenang atasan. Semua ini
mensyaratkan bahwa sanksi harus dihormati oleh penerimanya.
c) Disiplin, Melakukan apa yang telah menjadi kesepakatan bersama, disiplin ini sangat
penting dalam mencapai tujuan bersama, karena tanpa itu tidak akan ada kemajuan.
d) Pemersatu komando, setiap bawahan hanya menerima arahan dari atasan untuk
menghindari kebingungan dan pengalihan tanggung jawab. Jika ini dilanggar,
kekuasaan akan menurun, disiplin akan terancam dan stabilitas akan terguncang.
e) Menyetujui arah, pemimpin dan rencana kelompok kegiatan dengan tujuan yang sama.
Semua kegiatan dalam organisasi dengan tujuan yang sama harus dipimpin oleh
seorang manajer.
f) Bergantung pada kepentingan pribadi pada kepentingan bersama, kepentingan
seseorang tidak boleh lebih tinggi dari kepentingan publik atau organisasi.
g) Remunerasi, Gaji pegawai adalah harga dari pekerjaan atau jasa yang diberikan.
Remunerasi harus adil bagi karyawan dan pemilik.
h) Sentralisasi, standardisasi, desentralisasi adalah desentralisasi. Sentralisasi dapat
digunakan dalam organisasi kecil, tetapi untuk organisasi besar tidak mungkin
menggunakan sentralisasi, harus menggunakan desentralisasi. Jika peran yang
diberikan kepada bawahan lebih penting, maka hirarki digunakan.
i) Rantai skalar (garis otoritas), jalur harus diikuti oleh semua komunikasi yang dimulai
dan kembali ke otoritas akhir. Prinsipnya adalah untuk memfasilitasi komunikasi antar
karyawan pada level yang sama.
j) Ketertiban, disini berlaku dari satu tempat ke tempat lain dan tempat ke tempat lain.
Orang harus ditempatkan pada posisi yang tepat untuk mereka, berdasarkan
kemampuan, bakat, dan minat mereka.
k) Kewajaran, untuk merangsang karyawan bekerja dengan baik, serius dan jujur, harus
ada perlakuan yang sama dalam organisasi.
l) Menstabilkan karyawan Seorang karyawan perlu menyesuaikan diri dengan pekerjaan
barunya, agar dapat bekerja dengan baik. Jika seseorang terus-menerus dipindahkan
dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, hal itu akan menghambat dan menurunkan
produktivitas pekerja. Tingkat perputaran tenaga kerja yang tinggi tidak baik untuk
menjalankan fungsi organisasi.
m) Secara aktif, bawahan memiliki hak dan kebebasan untuk menyatakan pendapat,
melaksanakan dan menyelesaikan rencana, meskipun mungkin terjadi kesalahan.
n) Semangat badan, kesatuan adalah kebebasan, pelaksanaan kegiatan organisasi harus
memiliki kebanggaan, kerukunan dan loyalitas anggotanya, hal ini dinyatakan dalam
semangat badan. Kegiatan dalam industri dibagi menjadi enam bidang, yaitu
manajemen, akuntansi termasuk statistik, teknik, produksi bisnis atau perdagangan,
keuangan dan yakin.

2. James D. Mooney
Seorang eksekutif General Motors. Mooney mendefinisikan organisasi sebagai kelompok
yang terdiri dari dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Empat faktor yang
harus diperhatikan dalam organisasi, yaitu koordinasi, prinsip skalar, prinsip fungsional dan
prinsip personalia.

3. Mary Parker Follett (1868 – 1933)


Follett menjembatani kesenjangan antara teori klasik dan hubungan manusia, dimana
pemikiran Follett didasarkan pada teori klasik tetapi memperkenalkan unsur-unsur hubungan
manusia. Dia menerapkan psikologi untuk bisnis, industri, dan pemerintahan. Konflik yang
timbul dalam perusahaan dapat diselesaikan secara konstruktif dengan menggunakan proses
integrasi.

4. Chaster L.Barnard (1886-1961)


Dalam bukunya The Executive Function (1938), organisasi didefinisikan sebagai suatu
sistem kegiatan yang diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Fungsi utama manajemen
adalah menetapkan tujuan dan mendapatkan sumber daya yang diperlukan untuk
mencapainya. Menurut teorinya yang dikenal dengan teori penerimaan, menyatakan bahwa
seorang bawahan hanya akan menerima perintah jika dia mengerti, mampu dan mau
melaksanakannya. Barnard adalah pelopor dalam menggunakan pendekatan sistem

b. Aliran hubungan manusia (Neoklasik)


Aliran ini muncul karena pendekatan klasik tidak menghasilkan efisiensi yang cukup dalam
hubungan antara produksi dan tenaga kerja. Profesional mencoba melengkapi organisasi klasik
dengan visi sosiologis dan psikologis. Tokoh-tokoh aliran hubungan manusia antara lain Hugo
Munsterberg dan Elton Mayo.
1. Hugo Münsterberg (1863-1916)
Hugo adalah pencetus psikologi industri, sehingga disebut bapak psikologi industri. Bukunya,
Industrial Psychology and Efficiency, menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan produktivitas,
tiga jalur harus diikuti: pertama, menemukan orang-orang terbaik, kedua menciptakan
lapangan kerja, yang terbaik yang Anda bisa dan yang ketiga adalah menggunakan yang
terbaik yang Anda bisa. fungsi. . .
2. Elton Mayo (1880-1949)
Terkenal dengan eksperimen Howthorne, di mana hubungan manusia menggambarkan
manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Jika moral dan efisiensi kerja menurun,
hubungan manusia dalam organisasi juga akan memburuk.
Mayo, Fritz J. Roethlisberger dan William J. Dickson melakukan penelitian bersama di
pabrik Howthorne milik Western Electric. Eksperimen pertama meneliti pengaruh kondisi
pencahayaan pada hasil. Dan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa jika kondisi
pencahayaan ditingkatkan maka produktivitas juga akan meningkat, jika kondisi pencahayaan
menurun maka produktivitas juga akan menurun. Eksperimen kedua, di mana jika kelompok
enam dipisahkan ke dalam ruangan terpisah, di mana ruangan pertama alias A, kondisinya
berubah setiap saat, sedangkan ruangan lainnya, yaitu B, konstan. Variabel yang disesuaikan
termasuk upah, jam istirahat, waktu makan, hari kerja, dll. Dan hasil penelitiannya
membuktikan bahwa kedua kondisi tersebut meningkatkan produktivitas. Ternyata
peningkatan produktivitas ini bukan karena insentif finansial. Rangkaian reaksi emosional di
antara para pekerja memiliki pengaruh yang kuat terhadap produktivitas, perhatian khusus,
dan empati, sebuah fenomena yang dikenal sebagai efek Howthorne.

Studi lain, khususnya lingkungan sosial informal kelompok kerja dan karyawan, penting
untuk produktivitas. Konsep makhluk sosial yang dimotivasi oleh kebutuhan sosial, keinginan
untuk hubungan bersama di tempat kerja, dan lebih responsif terhadap dorongan dari
kelompok kerja, pengawasan manajemen telah menggantikan konsep makhluk sosial.
"makhluk rasional" dimotivasi oleh kebutuhan material manusia.

GARIS HUBUNGAN MODERN (ILMU)


Dalam perkembangannya terbagi menjadi dua, yang pertama adalah garis hubungan
manusia (perilaku organisasi) dan yang kedua adalah berdasarkan manajemen ilmiah atau
manajemen operasi.

pertama. Perilaku pengorganisasian:


Ditandai dengan perspektif dan pendapat baru tentang perilaku dan sistem manusia.
Angka-angka yang mengalir dari perilaku organisasi ini, yaitu:

Douglas McGregor, terkenal dengan Teori X dan Teori Y. Frederick Herzberg terkenal
dengan Teori Motivasi Kebersihan atau Teori Dua Faktor. Chris Argiris mengatakan bahwa
organisasi adalah sistem sosial atau sistem hubungan antar budaya. Edgar Schein, Group
Dynamics in Organization, Abhraham Maslow mengusulkan hierarki kebutuhan yang berkaitan
dengan perilaku manusia dan dinamika proses. Robert Blak dan Jane Mouton mengusulkan
lima gaya kepemimpinan dengan jaringan manajemen. Rensislikert mengusulkan empat
sistem manajemen yang berbeda, dari sistem otokratis hingga partisipatif. Fred Feidler
menerapkan pendekatan kontingen untuk mempelajari kepemimpinan.

2. Prinsip Dasar Perilaku Organisasi


Manajemen tidak dapat dianggap sebagai proses teknis yang ketat (peran, prosedur, dan
prinsip). Manajemen harus sistematis, pendekatan harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
Seluruh organisasi dan pendekatan setiap manajer untuk mengendalikan harus disesuaikan
dengan situasi. Pendekatan motivasi yang menimbulkan komitmen karyawan terhadap tujuan
organisasi sangat penting.

b. aliran kuantitatif
Perkembangannya dimulai dengan penggunaan kelompok riset operasional untuk
memecahkan masalah industri. Teknik riset operasi penting dengan perkembangan teknologi
bekas luka ini dalam pengambilan keputusan. Penggunaan riset operasi dalam manajemen
selanjutnya disebut sebagai garis ilmu manajemen.

Langkah-langkah pendekatan ilmu manajemen adalah sebagai berikut:

- Menyajikan masalah dengan jelas dan detail.


- Mengembangkan model matematika dalam pengambilan keputusan. - Membuat model.
- Test model pada hasil menggunakan model.
- menentukan hasil pemantauan.
- implementasi hasil dalam kegiatan implementasi.

Dibandingkan dengan pendekatan sistematis


Pendekatan ini memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan
dan tidak dapat dipisahkan. Organisasi adalah bagian dari lingkungan eksternal yang lebih
besar. Sebagai sistem manajemen, pendekatannya mencakup sistem umum dan khusus serta
analisis terbuka dan tertutup.
Pendekatan sistem umum mencakup konsep organisasi formal dan teknis, filosofi, dan
psikologi sosial. Analis sistem manajemen khusus meliputi struktur organisasi, desain
pekerjaan, akuntansi, sistem informasi, dan mekanisme perencanaan dan pengendalian. D.
pendekatan darurat
Metode kontingensi digunakan untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek.
Biasanya ada perbedaan antara teori dan praktik, sehingga Anda harus memperhatikan
lingkungan di sekitarnya. Kondisi lingkungan akan memerlukan penerapan konsep dan teknik
pengelolaan yang berbeda.
Pendekatan ini dianggap sebagai hubungan fungsional "jika kemudian". Hubungan
fungsional, khususnya hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Jika terjadi
perubahan pada satu variabel, maka akan mempengaruhi nilai variabel lainnya. Jika itu adalah
variabel independen maka itu adalah variabel dependen. Faktor lingkungan merupakan
variabel bebas, sedangkan konsep dan teknik pengelolaan merupakan variabel terikat.15
Dalam pendekatan kontingensi ada tiga kerangka konsepsual yaitu lingkungan, konsep-
konsep dan teknik-teknik serta hubungan antara keduanya.

15
Atmodiwirio, Soebagio. (2000). Manajemen Pendidikan Indonesia.
Jakarta: Ardadizya Jaya. Hal. 77
DAFTAR PUSTAKA

Abu Choir, (2016). Urgensi Manajemen Pendidikan Dalam Pengembangan Lembaga


Pendidikan Islam, (vol 1).
Arikunto, Suharsimi & Yuliana, Lia. (2008). Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: Aditya Media.
Atmodiwirio, Soebagio. (2000). Manajemen Pendidikan Indonesia.
Jakarta: Ardadizya Jaya.
Baharuddin. 2010. Menejemen pendidikan islam, Malang: UIN Maliki.
Driyakara, ”Driyakara tentang penddikan” (Yogyakarta : Kanisius,1980)
Husaini Usman. (2010). Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Maman Ukas, ” Manajemen, Konsep, Prinsip dan Aplikasi ( Bandung : Agnini, 2004)

Mustari, Mohamad. (2014). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Pananrangi, SH, M. P. (2017). Manajemen Pendidikan (Vol. 1). Celebes Media Perkasa.

Ummul Qura, “Urgensi Manajemen Pendidikan Islam” Vol V, No 1, Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai