Anda di halaman 1dari 20

“MANAJEMEN PERSPEKTIF AL-QUR’AN”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Tafsir Ayat Manajemen”


Nama Dosen Pengampu : Diyan Yusri, M.TH

Disusun Oleh
Nur Qomarina
Ria Arlana

Prodi Menajemen Pendidikan Islam (MPI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
2021
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen dan Al-Qur’an

Manajemen menjadi sangat penting artinya dari segala aspek kehidupan.


Oleh karena itu manajemen manjadi icon yang urgen baik secara individual
maupun secara kelompok. Para ilmuan bermacam-macam dalam emndefinisikan
manajemen walau esensinya bermuara pada satu titik temu. Pengertian
manajemen yang paling sederhana adalah “seni memperoleh hasil melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.” Menurut Jhon D Millet,
“manajemen ialah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada
orang-orang yang telah diorganisasi dalam kelompok-kelompok formal yang
mencapai tujuan yang diharapkan.” James F. Stoner, berpendapat bahwa
“manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan para anggota dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.” Menurut George R. Terry bahwa “manejemen
adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan
orang lain.”

Berdasarkan pengertian diatas, kita bisa memetakan pengertian


manajemen kepada tiga hal, yaitu : Pertama, manajemen sebagai ilmu
pengetahuan bahwa manajemen memerlukan ilmu pengetahuan. Kedua,
manajemen sebagai seni dimana manajer harus memiliki seni atau keterampilan
me-manage. Ketiga, manajemen sebagai profesi, bahwa manajer yang profesional
bisa me-manage secara efektif dan efisien.

Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad. Al-Qur’an juga


satu-satunya mukjizat yang bertahan hingga sekarang. Selain sebagai sumber
kebahagiaan di dunia dan akhirat, al-Qur’an juga merupakan sumber ilmu
pengetahuan yang tidak pernah mati. Jika dicermati, kebanyakan ilmu
pengetahuan yang saat ini berkembang, sejatinya telah Allah tuliskan dalam al-
Qur’an.
Firman Allah SWT dalam surah Ash Shaff (61:4):

           

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dalam dijalan-Nya


dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh.

Firman Allah SWT dalam surah Al Mu’minun (23:8) :

     

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan


janjinya,

Dari dua ayat Al-Qur’an diatas tadi kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa Al-Qur’an adalah sumber dari seluruh sumber ilmu pengetahuan, bahkan
ilmu yang baru berkembang khir-akhir ini sudah tertera dalam Al-Qur’an dan
diterapkan oleh Rasulullah SAW sejak dahulu kala. Sehingga bentuk penerapan
Manajemen Qur’ani atau manajemen yang bersifat Islami sudah ada sejak zaman
kepemerintahan Rasulullah SAW.

B. Konsep Dasar Administrasi dan Menajemen


1. Pengertian Administrasi

Dalam arti luas administrasi diartikan sebagai proses meliputi


perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya
organisasi.

Dalam arti sempit, administrasi disebut juga sebagai administrasi sekolah


atau ketatausahaan sekolah. Petugasnya disebut sebagai tenaga administrasi
sekolah. Administrasi sekolah meliputi 12 hal, yaitu 1) administrasi persuratan
dan kearsipan (kesekretariatan), 2) administrasi pendidik dan tenaga
kependidikan, 3) administrasi keuangan (termasuk RAPBS dan perpajakan) dan
standarnya, 4) administrasi isi dan standarnya, 5) administrasi proses dan
standarnya, 6) administrasi kesiswaan, 7) standar kompetensi lulusan, 8.
administrasi sarana dan prasarana dan standarnya, 9) administrasi kehumasan dan
kerja sama, 10) administrasi standar pengelolaan (termasuk implementasi
manajemen berbasis sekolah) dan standarnya, 11) administrasi standar penilaian
pendidikan, 12) administrasi unit produksi sekolah (untuk SMK Dan MAK)

2. Pengertian Manajemen

Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efesien.

Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah yang


meliputi: perencanaan program sekolah/madrasah, pelaksanaan program
sekolah/madrasah, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, pengawas/evaluasi
dan sistem informasi sekolah/madrasah.

3. Perbedaan Administrasi dengan Manajemen

Sebagian ahli berpendapat bahwa administrasi sama artinya dengan


manajemen seperti yang dinyatakan oleh Sutisna (1987) bahwa dalam
pemakaiannya secara umum administrasi diartikan sama dengan manajemen, dan
administrator sama dengan manajer.

Namun sebagian ahli lain berpendapat bahwa administrasi berbeda dengan


manajemen seperti yang dikemukakan Sutisna (1987) bahwa di bidang
pendidikan, pemerintahan, rumah sakit, dan kemiliteran, orang umumnya
memakai istilah administrasi. Sedangkan di bidang industri dan perusahaan
digunakan istilah manajemen dan manajer. Jadi administrasi lebih cocok
digunakan untuk lembaga-lembaga pemerintah yang bersifat lebih mengutamakan
kepentingan sosial sehingga pelaksananya disebut administrator. Sedangkan
manajemen lebih cocok untuk lembaga-lembaga swasta yang bersifat lebih
mengutamakan kepentingan komersial sehingga pemimpinnya disebut manajer.

4. Defenisi Pendidikan

Defenisi pendidikan sejauh ini belum ada keseragaman formulasi yang


dapai dipakai sebagai pegangan karena masing-masing ahli mengemukakan
defenisi yang agak berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung dari konsepsi
pendekatannya masing-masing.
Namun ditinjau dari sudut hukum, defenisi pendidikan berdasarkan
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 ayat (1)
yaitu : ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

5. Defenisi Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan dapat didefenisikan sebagai seni dan ilmu


mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

Manajemen pendidikan dapat pula didefenisikan sebagai seni dan ilmu


mengelola sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efesien. Adapun sumber daya pendidikan adalah sesuatu yang dipergunakan
dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi 12 hal sebagai mana yang
disebut di atas.

Manajemen pendidikan dapat pula diartikan sebagai proses perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien mandiri, dan akuntabel.

C. Fungsi Manajemen

Berbicara masalah manajemen tentunya tidak bisa lepas dengan empat


komponen yang ada yaitu (POAC) planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controlling (pengawasan). Dan
empat komponen tersebut di jelaskan di beberapa ayat al-Qur‟an dan Hadits.
Untuk lebih jelasnya maka akan penulis uraikan satu persatu sebagai berikut:

Fungsi-sungsi manajemen dikemukakan oleh beberapa ilmuan seperti


George R. Terry menjadi 5 tahapan atau unsur manajemen yaitu Planning,
Organizing, Actuating, Controlling yang disingkat menjadi POAC. Louis A. Allen
menyatakan dalam bukunya Management and Organization tentang Element of
Management terdiri dari Plannig, Organizing, Coordinating, Motivating, dan
Controlling sehingga disingkat menjadi POCMC dan masih banyak unsur
manajemen lainnya yang dikemukakan ilmuan lainnya.

Dalam Al-Qur’an sendiri manajemen memiliki unsur-unsur yang tidak


jauh beda dengan konsep manajemen secara umum. Hal ini telah tertuang dalam
Al-Qur’an sebagai falsafah hidup umat islam. Unsur-unsur tersebut adalah :

1. Planning

At-Tahthiith atau perencanaan dari suatu kegiatan yang akan datang


dengan acuan waktu atau metode tertentu. Seperti sabda Nabi SAW yang artinya :

“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan suatu


pekerjaan, diklakukan dengan itqan(tepat, terarah, jelas, tuntas). (HR. Thabrani).

Lebih sederhananya lagi Allah berfirman dalam surat Al Insyirah (94:7-8):

       

“Apabila kamu telah selesai (daris sesuatu urusan), kerjakan dengan


sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya
kamu berharap.

2. Organizing

At-Tandziim atau pengorganisasian merupakan wadah tentang fungsi


setiap orang, hubunga kerja baik secara vertical maupun horizontal. Dalam surat
Ali Imran Allah SWT berfirman ayat 103 :

             

           

          
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara;
dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk.

Ayat diatas menunjukkan bahwa organisasi merupakan kumpulan orang-


orang yang bisa diorganisir dengan baik. Maka hendaklah bersatu-padulah dalam
dalam bekerja dan memegeng komitmen untuk mencapai cita-cita dalam satu
payung organisasi dimaksud.

3. Coordinating

At-Tansiiq atau pengoordinasian, merupakan upaya untuk mencapai hasil


yang baik dengan seimbang, termasuk diantara langkah-langkah bersama untuk
mengaplikasikan planning dengan mengharapkan tujuan yang di idamkan. Allah
berfirman dalam surat Al Baqarah (2:208):

           

    

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam islam


keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Apabila manusia ingin mendapatkan predikat iman maka secara totalitas


harus melebur dengan peraturan Islam. Iman apabila diumpamakan dengan
manusia yang ideal dan Islam sebagai planning dan aturan-aturan yang mengikat
manusia, maka tercapainya tujuan yang mulia, memerlukan adanya koordinasi
yang baik dan efektif sehingga tercapainya tujuan yang ideal.

4. Controling

Ar-Riqaabah atau pengendalian adalah pengamatan dan penelitian


terhadap jalannya planning. Dalam pandangan Islam menjadi syarat mutlak bagi
pimpinan harus lebih baik dari anggotanya, sehingga control yang ia lakukan akan
efektif. Firman Allah SWT dalam surat At Tahrim (66:6)

          

           

Hai orang-orang yang beriman, pelijharalah dirimu dan keluargamu dari


api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.

Menjaga keselamatan dan kesuksesan institusi merupakan tugas utama


manajer, baik organisasi keluarga maupun organisasi universal. Bagaimana
manajer bisa mengontrol orang lain sementara dirinya sendiri masih belum
terkontrol. Dengan demikian seorang manajer orang terbaik dan harus mengontrol
seluruh anggotanya dengan baik.

5. Motivating

At-Targhiib atau motivasi yaitu menggerakkan kinerja semaksimal


mungkin dengan hati sukarela. Allah SWT berfirman dalam surah Ar Ra’d
(13:11) :

                

                 

   

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya secara


bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan pada suatu kaum, maka tidak ada yang dapat
menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Dari ayat ini kita dapat melihat implikasi adanya motivasi untuk selalu
berusaha dan mengubah keadaan. Dengan adanya usaha dan adanya upaya
mengubah keadaan kearah yang lebih baik akan mengantarkan kepada tujuan dan
kesuksesan yang nyata.

6. Leading

Al-Khilaafah atau kepemimpinan yakni mengatur dan memimpin segala


aktivitas kepada tujuan. Firman Allah SWtentang kepemimpinan kertera dalam
surah Al-An’am (6:165) :

          

           

Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan


meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu
amat cepat siksa-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha
penyayang.

Dalam konsep ajaran islam bahwa pemimpin tidak hanya berfokus pada
kepada sesorang yang memimpin institusi formal dan nonformal. Tuntutan islam
lebih spesifik lagi kepada setiap manusia yang hidup ia sebagai pemimpin, baik
memimpin dirinya maupun kelompoknya. Dengan demikian kepemimpinan dalam
ajaran Islam dimulai dari setiap individu. Apabila manusia sudah bisa memimpin
dirinya, maka tidak mustahil bila ia akan labih mudah untuk memimpin orang
lain. Di samping itu kepemimpinan islam tidak serta-merta kepada sesame
manusia, tetapi yang paling utama ialah pertanggungjawaban kepada Khaliknya.

Dari penjabaran fungsi-fungsi manajemen yang terkandung dalam Ayat-ayat Al-


Qur’an diatas dimembuktikan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang
menjadi sumber ilmu pengetahuan modern seperti manajemen dan ilmu social
amupun sains lainnya yang baru ditemukan di era modern sekarang ini.

D. Al-Qur’an sebagai landasan Manajemen


Al-Qur’anul karim ialah mu’jizat Islam yang kekal dan mu’jizatnya selalu
diperkuat dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan oleh Allah SWT
kepada Rasulullah Muhammad SAW untuk mengingatkan manusia agar
senantiasa beramar ma’ruf dan nahi mungkar.

Firman Allah SWT dalam surah An Nahl (16:64) :

             

 

Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) ini,


melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kamu yang beriman.

Hendaklah kamu beramar ma’ruf dan bernahi mungkar, kalau tidak, maka
Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat diantara kamu,
kemudian orang yang baik-baik diantara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan
(do’a mereka). (H.R. Abu Dzar)

Jika Al-Qur’an membolehkan perbuatan aniaya dan meninggalkan


keadilan tentulah akan terjadi kekacauan dan goncangan hebat dalam masyarakat.
Kalau Al-Qur’an membolehkan pelanggaran hak, perampasan harta sehingga si
lemah menjadi santapan empuk bagi si kuat tentulah dunia ini tidak akan aman
dan tenteram selamanya.

Begitupula dalam dunia bisnis maupun kegiatan social lainnya,


manajemen sebagai system untuk menjalankannya haruslah berlandaskan pada
dasar yang tidak menindas suatu pihak yang lemah ataupun pihak yang dirugikan.
Hal ini terjadi karena kegiatan perekonomian pada saat ini terkontaminasi dengan
system yang kapitalis atau hanya mengutamakan keuntungan dan tidak melihat
dampak keberlanjutannya.

Maka dari itu segala bentuk kegiatan manajemen yang dilakukan harus
sesuai dengan prinsip-prinsip etika bisnis dalam islam. Sehingga apabila tidak ada
hokum yang membatasinya maka ada etika yang mendasari seluruh kegiatan
tersebut.
Firman Allah SWT dalam Surah al-Munafiqun (63:9) :

             

    

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-


anakmu melalikan kamu dari mengingat Allah, barang siapa yang berbuat
demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.

Allah SWT menerangkan bahwa janganlah karena kesibukan mengurus


harta benda dan memperhatikan soal anak-anak menyebabkan manusia itu lalai
terhadap kewajibannnya kepada Allah atau tidak menunaikan kewajiban yang
diwajibkan atasnya. Hendaklah perhatian mereka itu terhadap dunia dan akhirat
seimbang.

Disinilah keistimewaan dan keunggulan kitab suci umat islam yang


dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Allah tidak menghendaki umatnya
matrialistis, yang semua pikiran dan usahanya hanya ditunjukkan untuk
mengumpulkan kekayaan dan kenikmatan dunia, seperti halnya orang Yahudi.
Dalam ajaran islam tidak dibenarkan pula umatnya hanya mementingkan akhirat
saja, tenggelam dalam kerohanian, menjauhkan diri dari kelezatan hidup,
membujang terus dan tidak kawin sebagaimana orang-orang Nasrani.

Didalam Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa sejatinya kenikmatan yang


dirasakan didunia saat ini hanyalah sementara. Firman Allah SWT dalam surah
Ali Imran (3:14) :

         

         

      

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa


yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yng banyak berjenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup didunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(syurga).

Wanita, anak-anak,emas dan perak, kendaraan, binatang peliharaan, dan


semua kekayaan adalah sesuatu yang menyenangkan dan dipandang baik oleh
manusia dan sangat dicintainya. Amat sedikit sekali orang yang memahami dan
menyadari keburukan atau bahayanya, sekalipun bukti-bukti cukup jelas dan
banyak yang telah terlihat keburukan dan bahaya hal itu. Tetapi terserah kepada
manusia itu sendiri, sampai dimana ia dapat mempergunakan harta benda itu
untuk mengabdi kepada Allah SWT dan mendapatkan keridhaan-Nya.

Firman Allah SWT dalam surah Al Kahfi (18:7) :

           

Sesungguhnya, kami telah menjadikan apa yang ada dibumi sebagai


perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakan diantara mereka yang
baik perbuatannya.

Maka dari ayat-ayat diatas tadilah mengapa Al-Qur’an menjadi landasan


dalam manajemen yang harus benar-benar kita perhatikan dalam menjalankan
suatu perusahaan. Sehingga setiap kegiatan dalam organisasi maupun perusahaan
kita harus berdasarkan prinsip yang telah tertera dalam Al-Qur’an.

E. Prinsip Manajamen Menurut Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an sering kali kita menemukan beberapa perintah Allah


yang merupakan falsafah hidup yang harus kita jalani. Falsafah tersebut
merupakan prinsip yang harus kita gunakkan dalam kehidupan sehari-hari. Yang
pada dasarnya prinsip-prinsip ini tidak jauh beda dengan prinsip-prinsip dalam
manajemen pada umumnya. Berikut beberapa prinsip manajemen yang ada dalam
Al-Qur’an.

1. Efektif

Efektif merupakan “ada efeknya baik dari segi akibat dan pengaruh yang
ditimbulkan oleh suatu hal yang di perbuat. Maka seorang pemimpin dituntut agar
mendatangkan pengaruh yang baik untuk organisasi demi memperoleh efek yang
diharapkan oleh seorang leader dan setiap bagian yang berkecimpung didalam
organisasi, maka di dalam Q.S. Al-Insyrah (94: 7) menjelaskan :

   

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah


dengan sungguh-sungguh.

Ajaran islam menuntut ummatnya untuk melakukan sesuatu hal itu


haruslah efektif dan sungguh-sungguh dalam arti kata tidaklah setengah-setengah.
Apabila seseorang telah menyelesaikan pekerjaannya, maka ia baru memfokuskan
konsentrasinya kepada hal yang lain.

2. Efisien

Efesien adalah “tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan)


sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu”. Oleh karena itu untuk mencapai
tujuan utama sebuah organisasi seorang leader dituntut untuk memanfaatkan
waktu seefisien mungkin.

Didalam Q.S. Al-‘Asr (103: 1-3) Allah SWT bersumpah demi waktu
dikarenakan banyaknya hamba tidak lihai dalam memanfaatkan waktu sehingga
apa yang mereka usahakan tidaklah mencapai hasil yang maksimal.

           

    

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.


kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.

3. Tidak Boros

Firman Allah SWT dalam surah Al A’raf (7:31) :


              

  

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)


mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Ayat diatas menganjurkan bagi setiap muslim haruslah mempergunakan


apapun yang yang perlu dipergunakan, akan tetapi Allah sangat membenci orang-
orang yang melampaui batas. .Israf adalah sesuatu yang dilarang, sesuatu yang
tidak disukai Allah SWT. jangan mengeluarkan sesuatu yang sebenarnya tidak
dibutuhkan.

4. Musyawarah

Musyawarah adalah hal yang yang tidak boleh dilupakan oleh


seorang leader yang hendak menuntaskan suatu perkara agar keputusan yang
diambil bukan merupakan keputusan keputusan yang egois dari seorang manager
artinya keputusan yang dihasilkan secara musyawarah.

Pada umumnya metode musyawarah melahirkan keputasan yang matang


karena melalui proses yang penuh pertimbangan. Allah memerintahkan agar
semua urusan itu diputuskan dengan musyawarah. Sebagaimana firman-Nya
dalam Surah Asy-Syura (42: 38) :

         

 

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan


mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka.

5. Kebersamaan
Berlatarbelakang sebagai makhluk sosial, maka manusia di muka bumi ini
membutuhkan pasangan sehingga manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri, akan
tetapi manusia membutukan kebersamaan. Demikian halnya jua dengan
manajemen dalam perspektif islam yang menuntut kebersamaan walaupun
dipisahkan oleh jurang perbedaan dan berbagai profesi dan tingkatan dalam
manajemen.
Allah SWT berfirman Dalam Q.S. Al-Hujurat (49 :13) :

            

         

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-


laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

6. Akhlak Sebagai Kunci Ibadah

Berbicara tentang akhlak, pastinya sedikit menyinggung masalah


bagaimana sikap/tatacara seorang pemimpin mengdapi bawahannya. Hal ini jelas
disebutkan dalam Surah Al-Baqarah (2: 44) :

            

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu


melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab
(Taurat)?, Maka tidaklah kamu berpikir?.

Hampir semua atasan adalah yang lebih mengetahui disbandingkan


bawahan menkipun tidak secara Kaaffah, akan tetapi hendaknya seorang atasan
ada baiknya mengemukakan terdahulu apa yang ia inginkan dan menjelaskan
tujuannya sekaligus memberikan contoh kepada bawahannya.
Artinya jika seorang atasan menyuruh bawahannya, maka dia harus
memulai dari dirinya sendiri, tidak mungkin kita menyuruh bawahan kita bersikap
baik, sedangkan kita tidak.

7. Kebersamaan adalah hal yang Konstruktif

Pada dasarnya, majemen bukanlah kegiatan yang individual. Manajemen


itu bersifat membangun (konstruktif). Kegiatan membangun pada umumnya
dilakukan secara bersama-sama. Tidak berbeda dalam Islam, Allah sangat
mencintai hamba-hambanya yang kompak. Dan karena kekompakan tersebut,
Allah mengibaratkan orang-orang tersebut laksana satu bangunan yang berdiri
kokoh.

Sebagaimana firman Allah dalam surah Ash-Shaff (61: 4). :

           

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam


barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh.

Kokoh disini berarti adanya sinergi antara bagian yang satu dengan bagian
dengan bagian yang lain.

8. Possitive Thinking

Salah satu sudut padang manajemen dalam Islam adalah berfikir positif
(Possitive Thinking). Artinya kita dianjurkan agar tetap menjalin
tali silaturrahim terhadap sesama komponen yang ada dalam satu organisasi atau
dalam dalam organisasi yang berbeda.

Allah sangat melarang hamba-hambanya untuk berprasangka buruk.


Berprasangka buruk meupakan suatu dosa yang wajib dihindari oleh setiap bagian
dari suatu organisasi tertentu. Karena dapat menimbulkan suatu perpecahan antar
sesama.

Adapun perumpamaan tentang orang yang berprasangka buruk adalah


seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surah Al-hujurat (49: 12):
             

           

         

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka


(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

9. Etos kerja yang Tinggi

Dalam pandangan Islam mempunyai etos kerja yang tinggi dalam sebuah
manajemen merupakan suatu keharusan. Hal ini disebabkan karena setiap
pekerjaan yang tersusun jelas akan membawakan kepada kesuksesan,
keberhasilan, dan pencapaian tujuan yang diidam-idamkan.

Adapaun janji Allah SWT. bahwa siapa saja yang bersungguh-sungguh,


maka mereka akan mendapatkan apa yang diharapkannya. Sebagaimana firman
Allah surah Al-Ankabut (29: 69) :

          

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-


benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. Al-ankabut 69)
Berkerja dengan sungguh-sungguh.

10. Disiplin

Sebagaimana halnya shalat yang maktubah yang telah ditetapkan


waktunya seperti yang telah kita ketahui bersama ayat tersebut tergambarkan
dalam Surah An-Nisa (4: 103), maka begitu pula halnya sistim manajemen yang
harus di terapkan oleh kita semua agar tujuan yang kita harapkan pada tujuan
utama mendirikan sebuah organisasi.

          

           

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di


waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu
telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.
PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa ilmu Majamen sangat
erat kaitannya dengan kitab suci umat islam Al-Qur’an. Semua dasar-dasar ilmu
manajemen sudah ada dalam Al-Qur’an dan sudah diterapkan oleh Rasulullah
dalam kepemimpinanya. Maka kita sebagai umat islam harus mengikuti jejaknya
dalam memimpin, baik memimpin individual diri sendiri maupun memimpin
kelompok dalam organisasi.

Prinsip-prinsip sebagai kode etik yang harus dijalankan dalam organisasi juga
dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagaimana pemaparan dalam pembahasan diatas.
Sehingga tidak ada keraguan lagi dalam menjalankan manajemen yang
berlandaskan Al-Qur’an atau manajemen islami.

Maka dari itu kita sebagai umat islam dalam bidang keilmuan harus
memperkenalkan kembali kepada umat islam lainnya tentang prinsip manajemen
islam yang telah di terapkan Rasulullah sejak dahulu ini. Agar terciptanya
kedamaian dan kesejahteraan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Islamic Management, Prof. Dr. H. Veithzal Rivai Zainal, SE., MM., MBA (2013)

Insiklopedia Al-Qur’an

Manajemen Bisnis Syari’ah, Prof. Dr. H. Buchari Alfa

Jurnal Iqra’ Mei 2014 “Manajemen Islami Perspektif Al-Qur’an”, Zainarti Dosen
UIN-SU

Makalah “Fungsi Manajemen Dalam Al-Qur’an Telaah Kata Al-Amil Dalam


Surah Al-An’am Dan Hud” Hamzah Hasan Khaeriyah Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Alauddin Makassar

Anda mungkin juga menyukai