Anda di halaman 1dari 19

PENGERTIAN, DAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM Oleh : A. Farhan Syaddad dan Agus Salim A.

Pendahuluan Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1). Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif. Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal seperti Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Talim, Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi. Makalah sederhana ini akan membahas tentang pengertian dan fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam, sebagai pengantar diskusi pekuliahan Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Ibnu Khaldul Bogor. B. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam. Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily (1995 : 372) management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan. Ramayulis (2008:362) menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Quran seperti firman Allah SWT : Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al Sajdah : 05). Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadaikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini. Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbin dan Coulter, 2007:8). Sedangkan Sondang P Siagian (1980 : 5) mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Bila kita perhatikan dari kedua pengertian manajemen di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa manajemen merupkan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktip. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan Ramayulis (2008:260) adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. C. Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan Islam Berbicara tentang fungsi manajemen pendidikan Islam tidaklah bisa terlepas dari fungsi manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Henry Fayol seorang industriyawan Prancis, dia mengatakan bahwa fungsi-fungsi manajemn itu adalah merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang.

Sementara itu Robbin dan Coulter (2007:9) mengatakan bahwa fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Senada dengan itu Mahdi bin Ibrahim (1997:61) menyatakan bahwa fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Untuk mempermudah pembahasan mengenai fungsi manajemen pendidikan Islam, maka kami (kelompok 1) akan menguraikan fungsi manajemen pendidikan Islam sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan. 1. Fungsi Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Quran Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara seimbang. Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima perkara penting untuk diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan, yaitu : 1. 2. 3. 4. Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung jawab operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan masyarakat, mempertimbangkan perencanaa, kesesuaian perencanaan dengan tim yang bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra kerjanya, kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan melakukan evaluasi secara terus menerus dalam merealisasikan tujuan. Kemampuan organisatoris penanggung jaawab operasional.

5.

Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa dalam Manajemen pendidikan Islam perencanaan itu meliputi : 1. 2. 3. 4. Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, masyarakat dan bahkan murid. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan. Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman Pendidikan Islam perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan. 2. Fungsi Pengorganisasian (organizing) Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi. Menurut Terry (2003:73) pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses. Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan (Didin dan Hendri, 2003:101) Sementara itu Ramayulis (2008:272) menyatakan bahwa pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Isla, baik yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.

Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam. Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengorganisasian merupakan fase kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan dan pengetahuan. 3. Fungsi Pengarahan (directing). Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberipengarahan adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan. Sedangkan metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan. Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh sipenerima pengarahan. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam. 4. Fungsi Pengawasan (Controlling) Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahkan Didin dan Hendri (2003:156) menyatakan bahwa dalam pandangan Islam pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak. Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spirituil. Menurut Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia. Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman. 1. Penutup

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. Banyak sekali para ulama di bidang manajemen yang menyebutkan tentang fungsi-fungsi manajemen diantaranya adalah Mahdi bin Ibrahim, dia mengatakan bahwa fungsi manajemen itu di antaranya adalah Fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Bila Para Manajer dalam pendidikan Islam telah bisa melaksanakan tugasnya dengan tepat seuai dengan fungsi manajemen di atas, terhindar dari semua ungkupan sumir yang menyatakan bahwa lembaga pendidikan Islam dikelola dengan manajemen yang asal-asalan tanpa tujuan yang tepat. Maka tidak akan ada lagi lembaga pendidikan Islam yang ketinggalan Zaman, tidak teroganisir dengan rapi, dan tidak memiliki sisten kontrol yang sesuai. Tulisan sederhana yang telah kami (kelompoik1) persembahkan dihadapan anda sebagai bahan pengantar diskusi ini semoga bermanfaat adanya. Terimakasih Wallahu alam. Bahan Bacaan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2008 Sondang P Siagian, Filsafah Administrasi, CV Masaagung, Jakarta, 1990 Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Prkatik, Gema Insani, Jakarta, 2003. Mahdi bin Ibrahim, Amanah dalam Manajemen, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 1997 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Rineka Cipta, 2004. George R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2006 Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), PT Indeks, Jakarta, 2007 UU sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003

ditulis juga di : http ://mpiuika.wordpress.com Share this: Twitter Facebook6 Print Email StumbleUpon Digg

Like this: Suka Be the first to like this post. Entri ini dituliskan pada 30 Oktober 2009 pada 10:10 am dan disimpan dalam Dunia Pendidikan. Bertand Fungsi Manajemen Pendidikan Islam 0 komentar Mei - 16 Admin rppcenter.com Oleh: Riwayat Di antara fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam adalah sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengerakan, dan pengawasan.[1] Fungsi manajemen pendidikan islam secara detail akan dibahas sebagai berikut. 1. Fungsi perencanaan, perencanaan adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seorang manajer dalam menentukan tujuan dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa tujuan tersebut dapat dicapai.[2] Sedangkan menurut Ramayulis perencanaan adalah langkah pertama yang harus diperhatikan oleh manajer dan para pengelola pendidikan pendidikan Islam. perencanaan merupakan hal penting yang hendaknya ada dalam manajemen pendidikan islam. perencanaan sangat perlu dan harus ada dalam pendidikan islam. jika tanpa ada perencanaan maka keberlangsungan pendidikan Islam akan terkendala. Allah memberikan arahan bahwa setiap orang beriman dan bertakwa hendaknya memperhatikan hari esoknya, memperhataikan apa rencana yang akan dilakukan untuk hari esok. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. [3] Dari ayat tersebut tersirat bahwa setiap orang hendaknya memperhatikan apa yang telah direncanakan untuk hari esoknya. Seorang manajer hendaknya memperhatikan perencanaan yang telah dibuatnya. Dalam arti dalam manajemen pendidikan Islam perlu perencanaan dan setelah itu perlu memperhatikan apa yang telah direncanakannya. Hal ini dapat dipahami bahwa pendidikan islam membutuhkan manajemen. Dan inti darai manajemen pada hakekatnya adalah perencanaan, tanpa perencanaan atau salah dalam merencanakan pendidikan Islam akan berakibat buruk terhadap keberlangsungan pendidikan Islam. makna ini dapat dipahami dari firman Allah. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, Maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. begitu jugalah Keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, Maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.[4] Perencanaan dalam lembaga pendidikan Islam tidak hanya untuk memenuhi target tujuan pendidikan Islam dalam jangak tertentu, tetapi perencanaan pendidikan Islam melampaui batas duniawi. Maksudnya adalah perencanaan pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Hal ini diperkuat oleh pendapat Ramayulis, bahwa perencanaan pendidikan Islam tidak sekedar diarahkan untuk mencapai kesempurnaan kebahagiaan dunia saja ,tetapi juga

kebahagiaan akherat, [5]artinya dalam perencanaan pendidikan Islam perlu mempertimbangkan keseimbangan antara tujuan dunia dan akherat. Hal ini berdasarkan firman Allah. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".[6] Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa tujuan orang mukmin adalah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat. Permintaan ini adalah permintaan setiap mukmin, kalau ia sebagai manajer tentu ia akan mencari jalan bagaimana tugas sebagai menejer adapat dimanfaatkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Hal ini memberi kesan bahwa dalam Islam segala perbuatan selalu diarahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Kebahagiaan tersebut didapatkan dengan cara membuat perencanaan yang matang dan terukur. Ramayulis menyatakan bahwa dalam manajemen pendidikan Islam perencanaan meliputi, penentuan prioritas, penetapan tujuan, merumuskan prosedur, dan pembagian tugas kepaada individu maupun kelompok.[7] Dari kutipan tersebut dapat dicermati bahwa manajemen perencanaan dalam pendidikan Islam menjadi penentu prioritas, memperjelas prosedur, pendelegasian yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam manajemen pendidikan Islam perencanaan mempunyai karakteristik, karakteristik tersebut adalah suatu proses rasional, berhubungan dengan tujuan social, cara, tujuan, proses-proses dan kontrol, perencanaan dalam manajemen pendidikan Islam merupakan rancangan konseptual, dan konsep yang dibuat hendaknya bersifat dinamis dan lentur.[8] Perencanaan dalam manajemen pendidikan, merupakan kunci keberhasilan pada suatu lembaga. Untuk itu perencanaan dalam pendidikan Islam hendaknya meliputi pengetahuan khusus seperti metode ilmiah yang menyeluruh, mengetahui nilai-nilai, dalam hal tentunya nilai-nilai keislaman, dan adanya pemahaman yang bersifat kontinuitas.[9] Dengan demikian dalam mananjemen pendidikan islam hendaknya memperhatikan perencanaan, karena perencanaan merupakan awal dari segala aspek yang akan dilakukan dalam manajemen pendidikan Islam, selain langkah awal perencanaan merupakan aktifitas untuk memilih berbagai alternative tindakan yang kesemua itu bermuara kepada suatu target yang harus dicapai. Asnawir menyatakan bahwa langkah-langkah dalam perencanaan adalah sebagai berikut: a. Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. b. Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan. c. Masalah-masalah atau informasi-informasi yang diperlukan. d. Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan. e. Merumuskan bagaimana masalah-masalah tersebut akan dipecahkan dan bagaimana pekerjaan pekerjaan itu harus diselesaikan. f. Menentukan siapa yang akan melakukan dan apa yang mempengaruhi pelaksanaan tindakan tersebut. g. Menentukan cara bagaimana mengadakan perubahan dalam penyusunan rencana.[10] Dapat dipahami bahwa perencanaan dalam manajemen pendidikan merupakan kunci utama dalam aktivitas berikutnya, aktivitas lain tidak akan berjalan dengan baik, bahkan mungkin gagal jika tidak didahului oleh perencanaan, maka dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perencanaan merupakan ruh manajemen. Jika tidak perencanaan, maka semua aktivitas dalam pendidikan Islam tidak akan jalan dengan baik. Sedangkan lainnya hanya bersifat menjalankan saja, meskipun demikian bagian yang lain pun mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan Islam. Dengan demikian manajemen pendidikan Islam hendaknya diawali dengan perencanaan yang jelas dan matang, dengan adanya perencanaan yang matang diharapkan manajemen pendidikan Islam akan berjalan dengan baik. Perencanaan dalam manajemen pendidikan Islam akan berjalan dengan baik jika memperhatikan langkah-langkah perencanaan, seperti menentukan tujuan, meneliti masalah, menentukan tahapan-tahapan, merumuskan bagaimana cara menyelesaikan masalah,menentukan siapa yang akan bertanggungjawab melaksanakan , dan mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan resiko yang akan dihadapi, mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan terakhir berusaha melakukan perubahan setelah dilakukan evaluasi. 2. Pengorganisasian

Asnawir menyatakan bahwa pengorganisasian adalah aktivitas penyusunan, pembentukan hubungan kerja antara orangorang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.[11] Akitivitas mengumpulkan segala tenaga untuk membentuk suatu kekuatan baru dalam rangka mencapai tujuan merupakan kegiatan dalam manajemen, karena pada dasarnya mengatur segala sesuatu yang ada dalam sebuah organisasi maupun suatu lembaga adalah kegiatan pengorganisasian. Kegiatan menyusun berbagai elemen dalam sebuah lembaga pendidikan maupun instansi merupakan kegiatan manajemen yang secara khusus disebut sebagai pengorganisasian, hal ini makin memperjelas bahwa di antara fungsi manajemen adalah menyusun dan membentuk berbagai hubungan kerja dari berbagai unit untuk menjadi sebuah tim yang solid, dari tim yang solid akan memberi kekuatan. Apabila terjadi kesatuan kekuatan dari berbagai elemen sistem untuk mencapai tujuan dalam lembaga maupun organisasi maka manajemen dianggap berhasil. Karena telah mampu menyatukan semua elemen dalam sistem untuk mewujudkan tujuan bersama. Dalam Al-Quran Allah telah memberikan kunci dalam manajemen yaitu untuk bersatu. Adanya kesatuan sistem akan memberi peluang besar untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah berikut ini: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.[12]

Ramayulis menyatakan pengorganisasian dalam manajemen sebagai upaya penetapan struktur peran-peran dengan cara membuat konsep-konsep kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan.[13] Hal ini makin memperjelas posisi pengorganisasin dalam manajemen, konsep pengorganisasian tersebut secara jelas memberikan gambaran bahwa dalam manajemen ada upaya untuk melakukan peran-peran yang berbeda dalam rangka mewujudkan tujuan bersama, meskipun berbeda-beda dalam peran tetapi kesemua peran dan aktivitas tersebut bermuara kepada satu tujuan yaitu pencapaian targettarget yang telah disepakati sebelumnya. Pencapaian target-target tersebut merupakan aktualisasi darai konsep-konsep yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini memberi pemahaman bahwa ada semacam gerakan aktif dan berkesinambungan berbagai unsur di dalam lembaga, organisasi maupun institusi untuk melakukan berbagai kegiatan yang terstruktur dan tertata rapi, sehingga terjalin keterkaitan yang saling mendukung untuk mewujudkan hasil akhir, hasil akhir tersebut adalah tujuan. Ramayulis menyatakan bahwa dalam penetapan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan bersama, dengan rincianrinciannya, baik berupa tugas-tugas tertentu, pendelegasian wewenang, informasi-informasi horizontal maupun vertikal merupakan kegiatan pengorganisasian.[14] Kegiatan-kegiatan tersebut mengindikasikan kebersamaan yang saling menentukan satu dengan lainnya. Kegiatan yang dilakukan membentuk lingkaran kebersatuan dan membentuk jejaring kerja berkesimbungan. Kebersatuan kerja membentuk sebuah tim kerja yang berdedikasi tinggi terhadap kerja masing-masing. Adanya jejaring kerja tim yang baik akan memberi peluang besar tercapainya tujuan bersama. Adanya kerja sama dengan bermacam jenis kegiatan menuju satu arah tujuan merupakan proses pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam. Pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam adalah penentuan struktur, aktifitas,interaksi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas dalam lemabaga pendidikan baik bersifat individual, kelompok maupun kelembagaan.[15] Dengan demikian pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam merupakan penetapan berbagai hal untuk mempermudah dalam aktivitas perwujudan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Penetapan tersebut bukan hanya sekedar pembagian tugas, tetapi penetapan menyeluruh tentang segala sesuatu yang membangun sistem tersebut, sehingga membentuk tim kerja yang akan mewujudkan tujuan pendidikan Islam. Dari paparan sebelumnya dapat dicermati bahwa pengorganisasian merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Tindak lanjut dalam bentuk konsep-konsep aplikatif yang nyata dan dapat langsung dikerjakan. Konsep nyata tersebut akan berjalan dengan baik jika memenuhi prinsip-prinsip pengorganisasian. Ramayulis menyatakan prinsipprinsip tersebut adalah kebebasan, keadilan dan musyawarah.[16] Prinsip tersebut dapat dipahami dari firman Allah: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[17] Berdasarkan ayat tersebut pengorganisasian hendaknya dijiwai dengan manajemen yang penuh rasa kasih sayang, pendekatan kasih sayang, kelembutan, tegas, bijaksana, kelembutan hati, kebeningan hati, kejernihan hati, kesabaran, lapang dada, pendekatan religi, konsisten dengan keputusan yang telah dibuat, serta dengan memohon kepada Allah ampunan untuk semua komponen yang berada dalam manajerialnya. Di samping itu prinsip lain yang perlu diperhatikan adalah prinsip amanah, kejujuran, amar maruf nahi mungkar. Allah Berfirman: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.[18] Dalam ayat lain Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.[19] Dengan prinsip-prinsip pengorganisasian[20] tersebut diharapkan manajemen dalam pendidikan Islam akan terwujud dalam bingkai ridho Allah. Lebih dari itu manajemen tersebut diarahkan dan dikendalikan dalam nuansa nilai-nilai keislaman yang kental dengan ruh Al-Quran dan Al-Hadis Nabi Muhammad Saw. 3. penggerakan

Manajemen mempunyai fungsi pengerakan, adanya pengerakan yang dilakukan oleh manajer memungkinkan organisasi berjalan dan perencanaan dilaksanakan. Dengan demikian pengerakan yang dilakukan oleh manajer penting dalam manajemen. Manajer yang mampu menggerakan bawahannya tentu mempunyai kiat-kiat tertentu, seperti memberi motivasi, memberi motivasi adalah usaha untuk membangkitkan, usaha membangkitkan merupakan satu di antara asma Allah yaitu Al-Baist yang berarti membangkitkan. Berdasarkan Asma Allah tersebut hendaknya manajer mempunyai sifat tersebut sehingga diharapkan dalam manajerialnya mampu membangkitkan semangat kerja bawahannya. Berkenaan dengan sifat Al-Baist Allah berfirman: Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan[481], kemudian kepada Allahlah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.[21] Manajerial yang dibingkai dengan Al-baist akan mampu memberikan energi motivasi kepada bawahan secara alamiah religius, dikatakan sebagai alamiah religius karena pada dasarnya manusia mempunyai sifat tersebut, meskipun tidak dalam tataran sempurna seperti Allah, karena manusia tidak akan pernah menyamai Allah, tetapi paling tidak dalam kontek manajerial manusia dapat mencontoh bagaimana Allah memberi motivasi kepada makhluk ciptaan-Nya. 4. Pengawasan

Pengawasan merupakan usaha mengawasi atau pengamatan agar pelaksanaan tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Menurut Ramayulis pengawasan adalah upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional dalam rangka menjamin kegiatan berjalan sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan.[22] Berdasarkan pendapat Ramayulis tersebut pengawasan merupakan usaha mengendalikan agar pelaksanaan tidak menyimpang dari ketentuan yang telah disepakati.

Asnawir menyatakan bahwa pengawasan sangat penting dalam suatu organisasi, karena pengawasan akan membantu kelangsungan administrasi berjalan sesuai dengan harapan.[23] Jalannya administrasi berjalan dengan baik, jika ada pengawasan yang baik, dengan demikian antara pengawasan dengan pelaksanaan administrasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena saling menunjang keterlaksanaan keduanya. Adanya pengawasan dalam pelaksanaan perencanaan maupun adminsitrasi dalam pendidikan Islam memungkinkan mengetahui kelemahan dalam peleksanaan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka menjamin terlaksananya kegiatan dengan konsisten, baik material maupun spiritual.[24] Pengawasan dalam pendidikan Islam tidak hanya mengedepankan hal-hal yang bersifat materil saja,tetapi juga mementingkan hal-hal yang bersifat spiritual. Hal ini yang secara signifikan membedakan antara pengawasan dalam konsep Islam dengan konsep sekuler yang hanya melakukan pengawasan bersifat materil dan tanpa melibat Allah Swt sebagai pengawas utama. Menurut Ramayulis pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia.[25] Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman. Penutup Dari pembahasan makalah ini dapat dipahami bahwa Secara bahasa manajemen berasal dari kata manage yang berarti mengurus,mengatur, melaksanakan, mengelola. Kemudian secara istilah manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses kerjasama aktif dalam sebuah lembaga pendidikan dalam rangka mencapai tujuan lembaga pendidikan. Kerjasama tersebut berdasarkan keimanan kepada Allah, serta kerjasama untuk mencapai ridho Allah. Prinsip-prinsip dalam manajemen pendidikan Islam adalah didasari rasa ikhlas kepada Allah, kejujuran, Amanah, adil, tanggung jawab, dinamis, fleksibel. Sedangkan aspek manajemen dalam pendidikan Islam adalah aspek institusi, struktural, personalia, informasi, teknik dan lingkungan. Kemudian fungsi manajemen pendidikan Islam adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengerakan, dan pengawasan. Perbedaan paling menonjol manajemen pendidikan Islam dengan manajemen sekuler atau manjemen lainnya adalah terletak dari prinsip dasarnya, yaitu Al-Quran dan Hadis. di sisi lain pengawasan bersifat menyeluruh, tidak saja melibatkan manajer dalam pengawasan.

[1]Lihat Asnawir, op.cit., h. 56-73 [2]Ibid., h.56 [3] QS.Al-Hasr:18 [4] QS. An-Nisa: 94 [5]Ramayulis, op.cit., h.271 [6] QS. Al-Baqarah: 201 [7]Ramayulis, op.cit., h. 271-272 [8] Udin Syaefuddin Saud dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya:2007)., h.52 [9] Ibid. [10] Asnawir, op.cit., h. 58 [11] Ibid., h. 63 [12] Qs. Al-Imran:102-103 [13] Ramayulis, op.cit., h. 272 [14]Ibid. [15]Ibid. [16] Ibid. [17]QS. Al-Imran:159 [18]QS. Al-Muminun:8 [19]QS. At-Taubah: 119

[20] Lihat pendapat Asnawir tentang prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut: memiliki tujuan, tiap anggota memahami dan menerima tujuan tersebut, adanya kesatuan arah, adanya kesatuan perintah, adanya kesembangan antara wewenang dan tanggungjawab, adanya pembagian tugas sesuai kemampuan, mempunyai pola yang relatif permanent, adanya jaminan keamanan dalam bekerja,adanya imbalan yang setimpal, adanya struktur garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab serta hirarki tata keja yang jelas, Asnawir, op.cit., h. 65-66 [21]QS. Al-Anam:60 [22] Ramayulis, op.cit., h.274 [23] Asnawir, op.cit., h. 73 [24] Ramayulis, loc.cit. [25]Ibid. BAB I PENDAHULUAN Hakikat proses pendidikan adalah terjadinya perubahan pada diri manusia dalam proses perkembangan menuju kesempurnaan.[1] Dalam UU Sisdiknas 2003 pendidikan diartikan sebagai usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.[2] Sedangkan menurut UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan tahun 2006, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[3] Beberapa pengertian yang berkembang tentang pengertian pendidikan diatas, memberikan pemahaman bahwa Pendidikan merupakan sebuah usaha yang terncana dan sistematis dalam rangka berupaya untuk membentuk kedewasaan pribadi yang mandiri, tangguh dan siap untuk menghadapi segala bentuk tantangan di masa yang akan datang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kebutuhan setiap individu dalam mengembangkan dan mengarahkan kehidupannya di masa yang akan datang. Sebagaimana diketahui, pendidikan formal jenjang TK sampai SMA di Indonesia telah menjadi bagian dalam kehidupan anak bangsa. Bahkan saat ini pendidikan di jenjang Taman Bermain seakan-kan sudah menjadi keharusan bagi keluarga mampu dalam merencanakan keberhasilan pendidiakn bagi anak mereka.[4] Kondisi semacam ini telah menjadi sebuah keyakinan bagi setiap keluarga. Situasi semacam ini memberikan peluang sekaligus tantangan dalam dunia pendidkan. Pendidik/guru memiliki peran besar dalam membentuk karakter serta menentukan dalam proses belajar. Sistem dan metode belajar yang dipakai oleh pendidik/guru sangant menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Selain itu seorang guru ditntut untuk benar-benar menguasai kondisi diri murid. Oleh karena itu seorang guru harus paham tentang psikologi pendidikan yang menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yamg mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.[5] Kemampuan pendidik dalam memahami kondisi psikologis peserta didik akan memberikan kemampuan pendidik untuk menumbuhkan minat belajar yang tinggi karena mampu membuat kondisi belajar menjadi sesuatu yang asyik dan menyenangkan. Kondisi ini akan membawa keberhasilan pada anak dalam belajar. Salah satu dari hal yang biasanya menyenangkan bagi adalah seni. Seni cenderung disukai oleh anak didik, karena seni memberikan sesuatu yang unik dalam belajar. Oleh karenanya pendidik harus mempunyai seni yang dengan seni tersebut ia mampu mentransfer penegtahuan serta menanamkan nilai pada diri anak didik. Makalah ini akan membahas tentang seni yang di pakai dalam melakukan proses pendidikan pada anak. BAB II PEMBAHASAN A. Pendidikan Pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu manusia. Dengan pendidikan manusia mampu menghadapi segala tantangan yang ada untuk mencapai tujuan hidup yang diinginkan. Sercara Etimologi pendidikan dalam perspektif Islam diidentikkan dengan attarbiyah.[6] yang yarbuIstilah itu berasal dari tiga akar kata yaitu; 1) raba berarti beratambah dan tmbuh; 2) rabiya yarba yang berarti menjadi besar; 3) rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.[7] At Tarbiyah secara etimologi juga identik dengan kata rabbani. Dalam Al Qur,an 3: 79 dan 146 disebutkan kata rabbaniyah (bentuk jama deari kata rabbani) yang memiliki makna orang-orang yang sempurna ilmu dan taqwanya kepada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW memebrikan makna pendidikan (At Tarbiyah) dengan istilah rabbaniyin dan rabbani seperti berikut.[8]

Jadikanlah kamu para pendidik yang penyantun, ahli fiqih dan berilmu pengetahuan. Dan dikatakan pendidik rabbani apabila seseorang telah mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan, dari sekecil-kecilnya sampai pada yang lebih tinggi Dari pemaparan diaatas kata al-rabbani diidentikkan dengan at-tarbiyah, yang berarti proses transformasi ilmu pengetahuan yang dilakukan secara bertahap. Proses tersebut dilakukan dengan proses pengenalan, hafalan dan ingatan yang belum menjangkau proses pemahaaman dan penalaran. Sebaliknya bila, pengertian at tarbiyah disepadankan dengan rabbaniyin dan rabbaniyun sebagaimana dalam Al-Quran 3:79 dan 146 tersebut, maka makna at tarbiyah adalah proses transformasi ilmu penegtahuan dan sikap pada anak didik, yang memepunyai semangat tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya sehingga terwujud ketaqwaan, budi pekerti dan pribadi ayng luhur.[9] Sedangakan secara terminologi at tarbiyah menurut Al-Ghalayani adalah upaya penanaman etika yang mulia pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengan cara memberi petunjuk dan nasehat, sehingga ia memiliki potensi-potensi dan kompetensikompetensi jiwa yang mantab yang dapat membuahkan sifat-sifat bijak, baik, cinta akan kreasi, dan berguna bagi tanah airnya.[10] Kata At tarbiyah yang mempunyai arti pendidikan diartikan dengan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penegndalian diri, kepribadian yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. [11] Apabila kedua pemahaman pendidikan diatas disinergikan maka pendidikan merupakan upaya yang dialkukan secara bertahap dan sistematis dalam rangka menanamkan nilai-niali luhur dalam diri peserta didik sehingga peserta didik memiliki sifat-sifat terpuji, memiliki kepribadian, kecerdasan, ketrampilan dan mampu mengendalikan dirinya sehingga menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negaranya. B. Seni Seni merupakan kegiatan manusia yang amat menyenangkan karena didalamnya terdapat kegiatan bermain dan bereksplorasi serta bereksperimentasi dengan menggunakan unsur seni untuk mencipta suatu hal baru bagi diri mereka. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia seni adalah: 1) keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dsb); 2) karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan, ukiran. [12] Sedangkan dalam kamus ilmiah populer seni diartikan sebagai segala yang berkaitan dengan karya cipta yang dihasilkan oleh unsur rasa.[13] Seni merupakan ungkapan halus dari perasaan yang mendalam yang dilahirkan dalam sebuah karya cipta. Karya ini bisa berupa sebuah bahasa, gerak teaterikal, olah suara dan lain sebagainya. Dari pengertian diatas tampak bahwa seni merupakan eksplorasi dan implementasi dari rasa yang halus dan mendalam dalam diri manusia. C. Arti Penting Seni Dalam Dunia Pendidikan Sebagaimana telah di bahas diatas bahwa pendidikan memiliki beberapa pengertian sebagai yang telah disampaikan para pakar serta ahli di bidangnya. Secara garis besar pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka menanamkan niali-nilai luhur pada diri peserta didik sehingga pada saatnya nanti, peserta didik siap dan mampu membentengi diri dari pengaruh-pengaruh negatif dari luar sekaligus mampu dalam mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk menjawab berbagai tantangan yang muncul di dalam kehidupannya. Salah satu upaya yang perlu diperhatikan dan menjadi sorotan adalah upaya transformasi ilmu dan penanaman nilai-nilai luhur dalam diri peserta didik. Upaya bukanlah sebuah hal yang mudah. Karena membutuhkan perhatian serius agar bisa tercapai secara maksimal. Salah satu cara dalam usaha transformasi ilmu dan nilai-nilai luhur itu adalah melalui media seni. Meurut Cut Kamaril Wardani, seni memiliki sifat multidimensional, multilingual dan multikultural yang memuliki potensi dalam pengembangan kecerdasan manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu tampil secara bermartabat pada masa kini dan masa depan. [14] Menurut V, Lowenfield sebagaimana dikutip oleh Cut Kamaril wardani, melalui sifat multidimensional yang dimiliki seni, pada dasarnya kemampuan dasar manusia yang meliputi fisik, perceptual intelektual, emosional, sosial, kreatifitas dan astetik dapat dikembangkan.[15] Dengan sifat seni yang multidimensional seorang akan mampu mengembangkan danmenggali potebsi yang berbeda dalam dirinya serta mampu mengungkapkannya dalam bentuk kreatifitas yang mengandung nilai-nilai estetik. Sedangkan sifat multilingual yang dimiliki seni memungkinkan manusia mampu mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi melalui beragam bahasa disamping bahasa verbal. Bahasa yang dimaksud disini adalah bahas bahasa untuk berekspresi dan berkomunikasi secara rupa, bunyi, gerak dan keterpaduannya.[16] Seni merupakan bahasa, rasa citra atau image bagi manusia. Oleh karena itu seni dinyatakan sebagai cermin kehidupan atau cermin realita.[17] Cerminan ini akan tampak pada setiap laku dan pola interaksi yang tampak dalam realita kehidupanseseorang. Sifat Multicultural seni dapat dijadikan dasar pemersatu bangsa dengan mengembangkan kemampuan manusia untuk saling menghargai akan adanya perbedaan. Pemahaman terhadap keanekaragaman budaya yang dimiliki

merupakan sebuah landasan yang kuat dalam mempersatukan perbedaan menjadi kesatuan yang utuh. Akan ntetapi ketidakpahaman terhadap keanekaragaman yang dimiliki merupakan akar perpecahan dan permusuhan. Dengan demikian seni dengan berbagai sifat yangdimiliki memiliki arti dan peran penting dalam pendidikan. Seni merupakan media dalam menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung misi pendidikan. Seni juga merupakan sarana yang tepat dalam rangka transformasi ilmu pengetahuan pada diri seorang murid. D. Transformasi dan Internalisasi Pendidikan Melalui Seni Pada kenyataannya pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia dapat kita kelompokkan menjadi 2 macam, yaitu Pendidikan Umum dan Pendidikan Agama. Di kotomi dalam pendidikan ini muncul sebagai sebuah akibat dari adanya kronologis sejarah Indonesia yang kala itu di jajah oleh Belanda. Warisan itu masih tetap berlaku sampai masa sekarang. Dalam pembahasan ini transformasi dan internalisasi pendidikan melalui seni lebih difokuskan pada pendidikan Islam. Pendidikan Islam berbeda dengan Pendidikan Agama Islam. Muhaimin menyebutkan bahwa Pendidikan Agam Islam adalah pendidikan yang materinya hanya sebatas mengajarkan ajaran agama Islam saja. Sedangkan Pendidikan Islam adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami, yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok muslim yang di edialkan.[18] Jadi pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama an sich saja, namun juga mengjarkan berbagai keilmuan dimana reori-teorinya berlandaskan pada Al-Quran dan Al Haists. Islam sebagai agama syarat dengan nilai-nilai serta norma-norma yang mengikat didalammya, Islam memiliki aturan tersendiri bagi umatnya yang apabila umat mau dan patuh melaksanakannya, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam upaya inilah seni diperlukan dalam proses transformasi ilmu serta nilai-nilai luhur Pendidikan Islam. a. Transformasi dan internalisasi pendidkan melalui seni musik. Sejarah jaman dahulu Islam telah mengenal musik. Selain digunakan untuk hiburan musik dalam Islam juga digunakan sebagai upaya transformasi keilmuan dan nilai-nilai luhur dalam Islam. Musik adalah keteraturan bunyi kata pada sebuah kalimat.[19] Musik yang terkait yang terdapat pada uslub ilmi disebut dengan nadzam. Para ulama tempo dulu menggunakan nadzam sebagai bentuk upaya transformasi ilmu sekaligus sebagai penanaman ilmu. Sebagai contoh adalah kitab Al-fiyah karangan Ibnu Malik yang memuat seribu bait nadzam. Diantara nadzam itu adalah: Dalam bait diatas Imam Ibnu Malik memeberikan tentang kalam dalam pandangan nahwu. Beliau menggunakan media musik ini dalam rangka proses transformasi sekaligus internalisasi keilmuan didalamnya. b. Transformasi dan Intenalisasi Pendidikan melalui seni bermain. Sejauh kita memasuki dunia siswa, sejauh pula itu pula pengaruh yang kita miliki didalam kehidupan mereka. [20] Demikian kiranya gambaran pengaruh seorang guru pada siswa didiknya. Seorang pendidik dituntut untuk benar-benar men gtahui dan mampu menyelami peserta didiknya. Permainan merupakan sebuah seni bagi nak-anak. Dunia anak cenderung untuk mengisi waktunya dengan bermain. Sebagai seorang pendidik, maka seorang guru harus tanggap akan kondisi ini. Seorang guru harus mampu mengubah permainan menjadi sebuah seni dalam transformasi dan internalisasi pendidikan pada anak. Kemampuan ini pula yang dimiliki oleh seorang wali kesohor yang menyebarkan Islam di tanah Jawa yakni Sunan Bonang. Sunan Bonang adalah gambaran seorang pendidik yang mengerti betul pada siswa didiknya. Demi untuk menanamkan nilai-nilai luhur Islam ia ciptakan permainan yang mengandung filosofi tinggi berupa ketahui dan tinggi pada Sang Khaliq. Jumpritan dalam istilah Jawa merupakan salah satu gambaran permainan ynag di ramu secara cerdas oleh wali ini. Selain itu diantara diantara wali lainnya juga banyak yang menggunakan media seni dalam proses dakwahnya. Banyak sekali gending-gending Jawa dan lagu-lagu dolanan yang dikarang oleh para wali demi untuk menanamkan nilai-nilai luhur Islam yang terkandung dalam kitab suci AlQur-an . Hal ini menunjukkan akan kemampuan mereka yang tinggi dalam memahami peserta didik. C. Transformasi dan Internalisasi pendidikan melalui Seni Suara Transformasi dan Internalisasi pendidikan saat ini telah berkembang secara pesat. Perkembangan ini seiring dengan semakin meningkatnya kemampuan seorang dalam bidang intelektualnya. Wawasan yang luas dan didukung dengan keahlian mengolah suara telah menjadi sebuah media dalam proses transformasi serta intenalisasi nilai-nilai luhur pendidikan. Diantara para tokoh seni tarik suara yang sering melakukan transformasi pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai luhur Islam adalah Rhoma Irama, Ida Laila, K.H. Maruf Islammudin, Ebiet, dan sederetan tokoh lainnya yang tidak mungkin penulis sajikan satu persatu. Mereka adalah para tokoh yang menyebarkan dakwah Islam serta menanamkan nilainilai luhur yang terkandung dalam Al-Quran melalui seni suara. Ini adalah suatu kemampuan yang luar biasa yang perlu untuk dipertimbangkan dan ditindaklanjuti.

D.Transformasi dan Internalisasi Pendidikan melalui seni wayang kulit. Wayang kulit merupakan kesenian yang telah melegenda bagi kalangan masyrakat Jawa. Kesenian wayang kulit pada awalnya merupakan kesenian wayang golek dan wayang beber yang karena dinilai bertentangan dengan Islam dimodifikasi menjadi wayang kulit. Pencipta kesenian wayang kulit ini adalah seorang wali besar yangtermasuk dalam jajaran wali songo yaitu Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah seorang wali cerdik yang melakukan penyiaran Islam terhadap masyarakat Jawa dengan pendekatan budaya. Beliau menyadari betul sebagai karakteristik yang dimiliki oleh orang Jawa, sehingga dalam melakukan dakwah dan penananam nilai-niali keislaman beliau ciptakan sebuah kesenian yang sangat dikuasai masyarakat pada waktu itu. Kesenian wayang kulit merupakan bentuk kesenian yang syarat dengan nilai-nilai luhur ajaran Islam. Nama-nama tokoh yang ada didalamnya telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga orang akan terkesima ketika melihat nilainilai serta pesan yang terkandung didalamnya. Sebut saja Jimat Kalimasada yang menggambarkan dua kalimat syahadat, Werkudara yang menggambarkan orang yang sedang shalat dan sebagainya. Ini merupakan sebuah terobosan luar biasa yang telah di upayakan oleh Sunan Kalijaga dalam proses transformasi dan internalisasi pendidika di Indonesia khususnya masyrakat Jawa.

BAB III KESIMPULAN Dari uraian makalah diatas dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya: 1. Pendidkan adalah upaya yang dialkukan secara sadar, dan sistematis dalam rangka penanaman niali-niali luhur dalam diri peserta didik serta menumbuh kembangkan segala potensi yang dimiliki agar menjadi manusia yang bijak, memliki kepribadian, kecerdasan, kreatifitas dan keahlian yang diperlukan oleh masyrakat, bangsa dan negara. 2. Seni adalah ungkapan halus dari perasaan yang mendalam yang dilahirkan dalam sebuah karya cipta. 3. Seni memiliki arti penting bagi pendidikan sebagai media trnsformasi sekaligus internalisasi nilai-nilai pendidikan pada diri peserta didik. Seni dengan segala sifat yang dimilikinya dapat mengembangkan kemampuan dasar manusia yang meliputi fisik, penceptual intelektual, emosional, sosial, kreatifitas dan astetik. 4. Transformasi dan internalisasi pendidikan melalui seni dapat dilakukan, misalnya dengan melalui media seni musik, seni bermain, seni suara, seni wayang kulit dan sebagainya. Berbagai macam seni akan membuat sebuah proses transformasi dan iternalisasi nilai lebih menyentuh dan bisa di tangkap dan di terima dengan baik dan maksimal. DAFTAR PUSTAKA - Ibrahim, Teknologi Pendidkan , (Malang; FIP IKIP Malang, 1985), 2 - UU No 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Arms Duta Jaya, 2003) - UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan , (Jakarta: Depag RI, 2006), 5 - Cat Kamaril Wardani, Pendidikan melalui Seni dalam Pendekatan Terpadu, dalam Dewi Salma Prawiradilaga & Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidkan, (Jakarta, Kencana, 2004), 379 - Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung; Rosdakarya, 1996), 9 - Asaril Muhajir, Diktat Ilmu Jiwa Belajar, (Tulungagung, STAIN, 2001), 9 - Abd. Al Rahman al-Nahlawi; Prinsip-prinsip dan metode Pendidikan Islam, Herry Noer Ali (Bandung, CV. Diponegoro,1989), 30-31 - Muhammad Muhsin Kl ,Shahih Bukhari, vol 1 (Islamic Universitu, t.p.t.t), 59 - Mustafa-al Ghalayani, Izah-al. Nashiin (Beirut: Al-Maktabah al-asriyah,tt,), 185 - Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga (Jakarta, balai Pustaka

2005) 1037 - Pius A Partanto dan Dahlan Al-Borry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Aslaka,tt,), 70 - Cut Kamaril Wardani, Asah Kepekaan Dengan Seni Terpadu, dalam Republika , Minggu 11 Juni 2006 - Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Raja Grafindo, 2005), 6 - ilmu Al Badii, (Mahad Ashri Gontor,tt.), 1 - Bebby Der Porter dkk, Quantum Theaching (Bandung, kaifa, 2003), 24

[1] Ibrahim, Teknologi Pendidkan , (Malang; FIP IKIP Malang, 1985), 2 [2] UU No 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Arms Duta Jaya, 2003) [3] UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan , (Jakarta: Depag RI, 2006), 5 [4] Cat Kamaril Wardani, Pendidikan melalui Seni dalam Pendekatan Terpadu, dalam Dewi Salma Prawiradilaga & Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidkan, (Jakarta, Kencana, 2004), 379 [5] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung; Rosdakarya, 1996), 9 [6] Asaril Muhajir, Diktat Ilmu Jiwa Belajar, (Tulungagung, STAIN, 2001), 9 [7] Abd. Al Rahman al-Nahlawi; slamPrinsip-prinsip dan metode Pendidikan I, Herry Noer Ali (Bandung, CV. Diponegoro,1989), 30-31 [8] Muhammad Muhsin Kl , shahih Bukhari, vol 1 (Islamic Universitu, t.p.t.t), 59 [9] , Ilmu Jiwa Belajar (bahasa), 11 [10] Mustafa-al Ghalayani, Izah-al. Nashiin (Beirut: Al-Maktabah al-asriyah,tt,), 185 [11] , UU dan Peraturan Pemerintah RI, 5 [12] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga (Jakarta, balai Pustaka 2005) 1037 [13] Pius A Partanto dan Dahlan Al-Borry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Aslaka,tt,), 70 [14] Cut Kamaril Wardani, asah Kepekaan dengan seni terpadu, dalam Republika, Minggu 11 Juni 2006 [15] Ibid [16] ibid [17] ibid [18] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Raja Grafindo, 2005), 6 [19] ilmu Al Badii, (Mahad Ashri Gontor,tt.), 1 [20] Bebby Der Porter dkk, Quantum Teaching, (Bandung, kaifa, 2003), 24 BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan berkeluarga, berorganisasi, bermasyarakat, dan bernegara, manejemen merupakan upaya yang sanagt penting untuk mencapai tujuan bersana. Pendidikan yang slah satu faktor penting dalam kehidupan manusia sudah semestinya mendapat perhatian penting dalam hal manejemennya. Pendidikan yang baik merupakan tolok ukur bagi sebuah bangsa tau negara dalam hal kemajuan yang di capai tidak terkecuali dalam Islam.[1]

Pendidikan dalam Islam sudah semestinya dikelola dan di manage dengan sebaik-baiknya. Manajemen pendidikan Islam merupakan salah satu cara untuk meningktkan kualitas kehidupan umat dari keterbelakangan baik secra moral., materi, dan spiritual.[2]Dalam Islam, manajemen adalah hal yang sanagt penting. Hal ini tampak dalam ungkapan bijak sesuatu yang haq yang tidak di organisir terkadang dikalahkan oleh sesuatu yang batil yang terorganisir Makalah ini akn membahas tentang pemikiran filosofis tentang manejemen dalam pendidikan Islam . makalah ini di tulis sebagai pengantar diskusi dalam perkuliahan Pasca Sarjana STAIN Tulungagung. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertin Manajemen dalam Pendidikan Islam Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris dari kata kerja to manage yang sinonimnya antara lain; to hand berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to guide berarti memimpin. Dalam kamus istilah populer, kata manajemen mempunyai arti pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran yang di inginkan direksi.[3] Sedangkan manajemen pendidikan[4] adalah aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah di tentukan. Manajemen pendidikan merupakan suatu sisem pengelolaan dan penataan sumber daya pendidikan, seperti tenaga kependidikan,peserta didik, masyaakat, kurikulum, dana, sarana dan prasarana pendidikan, tata laksana, dan lingkungan. Pendapat yang lain manajemen pendidikan di rumuskan sebagai mobilisasi segala sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.[5] Sedangkan manejemen pendidikan Islam menurut Sulistyorini adalah suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Ialam yang melibatkan sumberdaya manusia muslim dan manusia dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[6] Senada sebagaiman pengertian di atas, Muhaimin mengatakan bahwa manajemen pendidikan Islam adalah bagaimana mengguinakan dan mengelola sumberdaya pendidikan Islam secara efektif untuk mencapai tujuan pengembangan, kemajuan, dan kualitas proses dan hasil pendidika Islam itu sendiri.[7] A. Dasar dan Tujuan Manajemen Dalam Pendidikan Islam Banyak ayat-ayat Al Quran yang bisa menjadi dasar adanya manejemen dalam Islam. Ayat-ayat tersebut bisa di pahami setelah di adakan penelaahan secara mendalam. Diantara ayat-ayat Al Quran yang dapat dijadikan dasar manejemen pendidikan Islam adalah sebagai berikut: 1. Surat At- taubah ayat 122: Artinya: Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (kemedan perang). Mengapa sebagaian di setiap golonagn di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka untuk memeberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembalai, agar mereka dapat menjaga dirinya.[8] 2. An- Nisa ayat 9: Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang orang yang apabila mereka meninggalkan dibelakang keturunan yang lemah yang mereka hawatir akan nasib mereka dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yang benar Selain itu di dalam hadits dan atsar sahabat juga terdapat pelajaran-pelajaran yang mengandung nilai-nilai manajemen. Di antara hadits dan atsar tersebut adalah Ketika suatu urusan di serahkan kepada orang yang bukan ahlinya, mak tunggulahb kehancurannya

Ajarilah anak-anakmu, maka sesungguhnya mereka itu di ciptakan untuk suatu jaman yang berbeda dengan jamanmu. Ayat-ayat Al Quran, hadits serta atsar di atas apabila di telaah secara teliti dan mendalam menunjukkan adanya nilainilai manejemen dalam Islam.manajemen dalam Islam sangat di erlukan apalagi dalam aspek pendidikanya. Pendidikan Islam yang di manage secara baik dan teratur sudah barang tentu akan menghasilakan hasil yang memuaskan. Sebaliknya pendidikan yang tidak di manage secara baik sudah barang tentu akan menghasilkan barabg yang tidak menentu pula.

Adapun tujuan manajemen dalam pendidikan Islam tentu tidak lepas dari tujuan pendidikan Islam. Menurut H.Athiyah Al-Abrasyi sebagaimana yang telah di kutip oleh Oemar Muhammad At-Thoumy al-Syabani mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah:[9] 1. Pembentukan akhlak yang mulia. 2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. 3. menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran. 4. menyiapkan pelajar yang profesioanal disamping memelihara kerohanian dan keagamaan. 5. mempersiapkan anak didik untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan sesuai dengnan tujuan pendidikan Islam di atas. Sesuai dengan tujuan pendidikan Islam di atas dengan berpijak pada pengertian manajemen maka tujuan manajemen dalam pendidikan Islam adalah meningkatkan produktifits pencapaian hasil yang maksimal dalam pendidikan Islam dalam berbagai aspek, jasmai, rohani, dunia, dan akhirat. C. Unsur-unsur Pendukung Manejemen dalam Pendidikan Islam Unsur-unsur manajemen pendidikan Islam merupakan fungsi manajemen. Dimana ketika unsur-unsur yang ada tidak dijalankan maka optimalisasi hasil tidak akan tercapai. Adapun unsur pendukung manajemn pendidikan Islam yaitu: A. 1. Planing ( Perencanaan) Palaning adalah suatu proses pemikiran, baik secara garis besar maupun secara mendetail. Proses berpikir dilakukan untuk menghindari kerugian atau kegagalan. Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran agar orang mau berpkir diantaranya adalah surat Ar-Rodu ayat 3, Az-zumar ayat 42, Al Jatsiyah ayat 13, Al Baqoroh ayat 219, 242 dll.[10] A. 1. Organizing (Pengorganisasian) Adalah penyusunan dan pengaturan bagian-bagian hingga menjadi suatu kesatuan. Organizing diperlukanb dalam pendidikan Islam dalam rangka menyatukan visi misi sehingga tujuan bisa tercapai. Berkaitan dengan hal ini ada ungkapan ahli bijak yaitu; Kebenaran yang tidak di organisir pasti akan dikalahkan oleh sesuatu yang bathil yang di organisir A. 1. Actuating (Tindakan) Actuating pada hakikatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Actuating merupakan aplikasi atau pelaksanaan dari planing yang telah di susun dan direncanakan. A. 1. Controlling (Pengawasan) Pengawasan merupakan penentu terhadap apa yang harus dilaksanakan sekaligus menilai dan memeperbaiki sehingga pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan oleh pendidikan Islam. A. Prinsip-prinsip Manejemen Pendidikan Islam Azhar Arsyad mengatakan bahwa prinsip-prinsi manajemen pendidikan Islam adalah; a. Pembagian kerja b. Disiplin c. Kesatuan perintah (Unity of comment) d. Kesatuan arah e. Kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi f. Rantai berjenjang dan rentang kendali

Sedangkan Effendi Mochtar menyatakan bahwa prinsip-prinsip atau kaidah manajemen yang ada relevansinya dengan ayat-ayat Al Quran dan hadits antara lain sebagai berikut: a. Prinsip amar maruf nahi munkar (Q.S Ali Imron; 104,110) b. Prinsip menegakkan kebenaran (QS.Al Isro 81, Ali Imron :60) c. Prinsip menegakkan keadilan (QS. An Nisa 6, Al-araf: 29) d. Amanah (Q.S Annisa ; 58, Al-baqarah ; 283, Hadits riwayat Muslim) e. Prinsip mawaddah (QS.Ali Imran 112, Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)Prinsip keseimbangan antara dunia dan akhirat (tawazun) (Q.S. Al-Qashas, 77, Hadits riwayat Ibnu Asakir) f. Prinsip Akhlaqul karimah (QS. Al baqarah, 148, Al-Qashas: 77, Al- maidah ;23)[11] BAB III KESIMPULAN Dari pemaparan makalah diatas dapat di ambil kesimpulan: 1. Manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumberdaya manusia muslim dan non manusia demi menggerakkannya untuk mencapai pendidian Islam secara efektif dan efisien. 2. Dasar manajemen dalam pendidikan Islam terhadap alam suarat at-Taubah; 122, An-nisa; 9 serta haditshadits dan atsar yang diriwayatkan oleh para sahabat. 3. Tujuan manajemen dalam pendidikan Islam adalah untui meningkatkan produktivitas pencapaian hasil maksimal dalam pendidikan dalam berbagai aspek , jasmani, rohani, dunia, akhirat. 4. Unsur-unsur pendukung manajemen dalam pendidikan Islam meliputi planning, organisizing, actuating, dan controlling. 5. Prinsip-prinsip manajemen dalam pendidikan Islam meliputi amar maruf nahi munkar, menegakkan kebenaran , menegakkan keadilan, amanah, maeaddah, keseimbangan antara dunia dan akhirat (tawazun) dan akhlaqul karimah. DAFTAR RUJUKAN Astutik ,Puji, Makalah Pemikiran Filosofis Tentang manajemen Pendidikan Islam, 2007. A. Partanto ,Pius, M. Dahlan Al Barry, Kamus ilmiah Populer, (Surabaya; Arkola,1994). H.D Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2004),II Mulyasa, E Menjadi Kepala Sekolah Profesioanal, (Bandung: Rosdakarya,2006) Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, (Bandung,: Nuansa Baru, 2003) Moehtar, Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta: Bhatara, 1996) Oemar Muhammad at-Toumy al-Syabany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta, Bulan Bintang,1979) Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam (diktat), STAIN Tulungagung, 2005 Umam,Cholil, Kamus Al-Quran Lengkap , (Bandung: Citra Umbara, 2004

[1] Sudjana,H.D Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2004),II [2] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam (diktat), STAIN Tulungagung, 2005, 4 [3] Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus ilmiah Populer, (Surabaya; Arkola,1994), 434 [4] E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesioanal, (Bandung: Rosdakarya,2006)

[5] Puji Astutik, Makalah Pemikiran Filosofis Tentang manajemen Pendidikan Islam, 2007, 2 [6] ..Manajemen Pendidikan Islam (Diktat),20 [7] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, (Bandung,: Nuansa Baru, 2003) 312-313 [8] Al-Quran dan terjemahnya, (Surabaya: Mahkota) hal 101 [9] Oemar Muhammad at-Toumy al-Syabany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta, Bulan Bintang,1979),399 [10] Cholil Umam, Kamus Al-Quran Lengkap , (Bandung: Citra Umbara, 2004), 253 [11] Effendi, Moehtar, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta: Bhatara, 1996) hal 39-40 Tinggalkan sebuah Komentar

Januari 20, 2009, 3:49 pm Filed under: Uncategorized BAB I PENDAHULUAN Kepemimpinan adalah faktor yang sangat urgen dalam sebuah lembaga kepemimpinan atau yang lebih sering di sebut leadership adalah power of leading, artinya kekuatan untuk memimpin.[1] Kepemimpinan merupakan kemampuan yang memiliki nilai seni dalam menggerakkan, mengelola, mengarahkan dan mempengaruhi kinerja sebuah kelompok dalam upaya untuk mencapai tujuan yang di harapkan. Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dengnan amat berta seolah-olah kepemimpinan di paksa untuk menghadapi berbagai macam faktor seperti, struktur atau tatanan,koalisi, kekuasaan, dan kondisi lingkungan organisasi. Sebalikya, kepemimpinan rasanya dapat dengna mudah menjadi satu alat penyelesaian yang luar biasa terhadap persoalan apa saja yang sedang menimpa suatu organisasi.[2] Dengan demikian kepemimpinan memiliki arti penting dalam setiap lembaga tidak terkecuali dalam pendidikan Islam di madrasah. Madrasah yang merupakan wadah bagi umat Islam untuk mendidik putra-putrinya sangat membutuhkan kepemimpinan yang solid dalam rangka meningkatkan kualitas outputnya. Untuk tujuan ini mka madrasah harus berbenah dalam segala aspek manajerialnya dalam rangka meningkatkan mutu kualitas pendidikannya. Salah satu aspek penting yang tak boleh terlupakan dalam kepemimpinan adalah kerjasama tim. Kerjasama tim mutlak diperlukan dalam sebuah kepemimpinan, tanmpa kerjasama tim yang baik, mustahil sebuah kepemimpinan bisa meraih keberhasilan dalam mengemban misinya. Karena pentingnya kerjasama tim dalam sebuah kepemimpinan, maka dalam Islam terdapat ungkapan bijak Tidak ada jamaah kecuali dengn adanya makmum dan tidak ada imam kecuali dengan adanya ketaatan Makalah ini akan membahas tentang kepemimpinan dan kerjasama tim dalam meningkatkan mutu penddidkan di madrasah. Makalah ini ditulis sebagi bahan diskusi dalam perkuliahan Program Pasca Sarjana STAIN Tulungagung.

BAB II PEMBAHASAN A. Kepemimpinan Kepemimpinan atau yang sering di sebut dengan leadership adalah power of leading, artinya kekuatan untuk memimpin.[3] Beberapa ahli dan para pakar memberikan definisi kepemimpinan sebagi berikut: a. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan untukdijadikan sebagia suatu sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnyaagar mereka mau dan daat melaksanakan tugas-tugas yang di bebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, kegembiraan batin, serta merasa tidak dipaksa.[4] b. George R.Terry (1977-414) sebagaimana yang telah dikutip oleh Syaiful Sagala menyatakan kepemimpinan adalah hubungna antara seorang pemimpin dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang di inginkan pemimpin.[5]

c. Soepardi sebagaimana dikutip E.Mulyasa menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk menngerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah,melarang, dan bahakan menghukum (kalau perlu) serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.[6] Beberapa definisi kepemimpinan di atas, memberikan gambaran umum tentang sebuah kepemimpinan. Kepemimpinan memiliki sebuah indikasi kemampuan seseorang dalam menggerakkan, mengarahkan, menjalin hubungan dalam rangka memepengaruhi dan menggerakkan individu untuk bekerja sebagai bentuk upaya untuk mencapai tujuan. a. Kepemimpinan Pendidikan Mutu New World Dictionary mendefinisikan emimpin sebagi Seseorang atau sesuatu yang memimpin; kepala yang mengarahkan, memerintahkan, atau membimbing yang di mulai dari sebuah kelompok atau kegiatan.[7] Definisi tersebut tidak dapat dijalankan dalam lingkunngan berkesadaran mutu sekarang ini. Seoarang pemimpin mutu didefinisikan sebagai orang yang mengukur keberhasilannya denga individu-individu lain di dalam organisasi.[8]Artinya di dalam kepemimpinan mutu, keberhasilan tidak hanya di dasarkan pada keberhasilan atau kemempuan seorang pemimpin saja dalam melakukan sebuah tindakan. Akan tetapi keberhasilan itu didasarkan atas keberhasilan setiap anggota tim dalam organisasi tersebut dalam melaksanakan tugas dan peranannya masig-masing. Definisi pemimpin dalam mutu sebagaimana di atas, telah meberikan perubahan terhadap asumsi pemimpin di era sekarang kalau pemimpin di masa dulu dianggap sebagai orang yang memiliki peran paling hebat diantara lainnyadalam menentukan keberhasilan organisasi. Sebaliknya dalam kepemimpinan muutu, keberhasilan itu merupakan tanggung jawab bersama. Secara otomatis, maka piramida kepemimpinan mutu menggambarkan perubahan peran para profesional pendidikan sekarang ini. Apabila digambarkan , maka kepemimpinan mutu di madrasah adalah sebagai berikut: Masyarakat Siswa Orang Tua Guru Staf Administrator Pengawas Dewan Madrasah . Arti Penting Pemimpin Dalam Mengembangkan budaya Mutu Meskipun dalam pendidikan mutu tingkat keberhasilan di ukur pada keberhasilan masing-masing individu dalam melaksanakan tugasnya, akan tetapi seorang pemimpin dalam pendidikan mutu tetap di butuhkan. Pemimpin dalam institusi madrasah yang menerapkan pendidikan mutu terpadu memiliki fungsi utama yaitu sebagai berikut; Memiliki visi mutu teradu sebagi institusi; Memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu; Mengkomunikasikan pesan mutu; Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek institusi; Mengarahkan perkembanngan karyawan; Berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain, saat permasalahan muncul tanpa bukti-bukti yang nyata. Kebanyakan persoalan yang muncul adalah hasil dari kebijakan institusi dan bukan kesalahan staff; Memimpin inovasi dalam institusi; Mampu memastikan bahwa sruktur organisasi secara jelas telah mendefinisikan tanggung jawab dan mampu mempersiapkan delegasi yang tepat; Memiliki komitmen untuk menghilngkan rintangan, baik yang bersifat organisasional maupun kultural; Membangun tim yang efektif Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan.[9] B. Kerja Tim Bagi Mutu Pendidikan Di Madrasah Dalam setiap institusi/ lembaga/madrasah dsb, setiap pekerjaan dibagi berdasarkan kemampuan yang dimiliki masingmasing individu.Dalam sekolah/madrasah spesifikasi kerja disusun oleh kepala sekolah/ madrasah atau staff senior lainnya secara bersama-sama. Spesifikasi kerja tersebut hanyalah merupakan starting poin negoisasi peran, yang merupakan suatu proses berkelanjutan yang melibatkan seluruh angota pemegang jabatan.[10] Oleh karena pembagian kerja pada masingmasing individu atupun kelompok sesuai dengan spesifikasi bidang yang dimilikiya, maka kerja tim merupakan hal yang sangat diharapkan dan memiliki peran yang sangat penting. a. Pentingnya Kerja Tim dalam Pendidikan madrasah

Sebuah organisasi yang terlibat dalam TQM (Total Quality Management) akan memperoleh manfaat dengan memiliki timtim yang efektif di semua tingkatan. Dalam beberapa sektor pendidikan, tim telah dikembangkan sebagai unit dasar dari penyampaian kurikulum dan dengan demikian pendidikan memiliki sebuah awal yang baik mengingat kerja tim adalah sebuah fakta yang telah terbukti berhasil. Langkah awal tersebut memungkinkan institusi pendidikan memiliki pondasi yang kuat untuk membangun TQM.[11] Madrasah yang salah sattu institusi pendidikan Islam harus mampu mengoptimalkan kinerja tim yang dimiliki. Kerja tim yang solid akan memberikan kemudahan pada lembaga dalam mengatur roda pendidikan yang dijlankan. Kesadaran tim yang dimiliki merupakan kunci utama dalam mencapai hasil yang di cita-citakan. b. Peran Tim Proyek Dalam penegakan TQM, tim tidak hanya berfungsi menjalankan tugas tertentu. Disamping menjalankan fungsi tim yang memnag sangat penting tersebut, tim juga bisa digunakan untuk mencapai proyek yanh spesifik. Proyek ad-hoc dan berjangka pendek serta tim peningkatan merupakan elemen kunci dalam meningkatkan mutu. Dengna melibatkan jumlah maksimum orang dalam proses mutu terpadu, sebuah tim memiliki sebuah nilai tambah.[12] Tim harus mampu menjadi motivator dalam peningkatan mutu. Dalam lembaga madrasah tim harus mampu menjadi motor penggerak dari kinerja madrasah. Madrasah yang menerapkan TQM harus memahami betul bahwa bahwa TQM adalah sebuah kumpulan tim yang saling melengkapi.[13] c. Tim Sebagai Dasar Bangunan Mutu Tim yang harmonis dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu. Peningkatan mutu adalah sebuah kerja keras, dan mendapatkan dukunagn semua pihak adalah pendekatan terbaik dalam menangani hal tersebut.[14] Dalam madrasah yang menerapkan TQM, madrasah harus memahami akar fungsi tim yang di bentuk. Sebagai contoh adalah tim yang dibentuk untuk penyususnan mata pelajaran. Tim ini dibentuk agar memiliki fungsi penting yang mencangkup;[15] Bertanggung jawab pada mutu pembelajaran

Bertanggung jawab pada pemanfatan waktu para guru, material, serta ruang yang dimanfaatkan. Menjadi sarana untuk mengawasi , megevaluasi, dan meningkatkan mutu. Bertindak sebagi penyalur informasi kepada pihak manajemen tentang perubahan-perubahan yang diperlukan dalam proses peningkatan mutu. d. Tahap-tahap Formasi Tim Kerja tim harus didasrkan rasa saling percaya dan hubungan yang solid. Ketika tim memiliki identitas dan tujuan, maka ia dapat secar efektif menjalankan fungsinya.[16] Keefektifan kerja tim akan mendorong dan membawa sebuah institusi menuju tujuann yang di cita-citakan. Pada kenyataan setiap tim membutuhkan waktu dan tahap dalam perkembangannya. Menurut B.W Tukcman sebagaimana di kutip oleh Edward Salis, setidaknya ada empat tahap tantangan, penataan noram, dan kerja keras. e. Tim yang Efektif Ukuran efektifitas tim sangat menentukan operasinya dilapangan. Agar tim bisa berjalansecara efektif, ada beebrapa hal yang perlu di ingat antara lain; Tim membutuhkan tujuan yang jelaqs; Sebuah tim membutuhkan sumberdaya-sumberdaya dasar untuk beroperasi. Sebuah tim perlu mengetahui tanggung jawab dan batas-batas otoritasnya. Sebuah tim memmerlukan rencana kerja. Sebuah tim memerlukanseperangkat alat untuk bekerja. Tim perlu menggunaka alat-alat yang tepat untuk mengatasi masalah dan menemukan solusi. Tim perlu mengembangkan sikap tim yang baik dan bermanfaat. f. Lingkaran Mutu Bagi seabgaian orang, mutu sinonim dengan lingkatan mutu. Lingkaran mutu merupakan cara penting dari metode kontrol mutu terpadu ( Total Quality Control) Jepang. Filosofi TQC Jepang sebenarnya merupakan perpaduan antara ide-ide kontrol proses statistik Deming dengan lingkaran mutu. Adapaun ilustrasi dari lingkaran mutu adalah Kepemimpinan

Strategi Sistem Alat alat Mutu Evaluasi Motivasi Staff Tim tim Kerja Pengalaman Pelajar Ligkaran mutu di pertimbangkan sebagai bagian penting dari proses mutu di Jepang. Akan tetapi tidak di Barat. Hal ini mungkin ada hubungannya dengan kesan sukarela dan lembur yang tidak sesuai dengan budaya industri di Barat. Di Barat, tim dan kerja tim lebih ditekankan daripada lingkaran mutu. Menurut Isikhawa, lingkaran mutu memiliki tujuan sebagai berikut; 1. memberi kontribusi pada peningkatan dan pengenbangan perusahaan. 2. menghormati kemanusiaan dan membangun sebuah kebahagiaan yang layak serta wilayah kerja yang bermanfaa 3. melatih kemampuan manusia secar maksimal, dan mengurangi kemungkinan yang tidak terbatas. BAB III PENUTUP Dari pemaparan makalah diatas, dapat kita ambil garis basar diantaranya; 1. 2. 3. 4. Pemimimpin dalam mutu adalah orang yang mengukr keberhasilan individu-individu dalam organisasinya. Meskipun dalam mutu keberhasilannya di ukur dengan keberhasilan individu-idividu dalam organisasi, akan tetapi seorang pemimpin tetap di butuhkan dalam mutu. Dalam mutu kerja tim merupakan faktor yang sangat penting, untuk mencapai tujuan yang di cita-citakan. Dalam kerja tim dibutuhkan rasa saling percaya secara penuh. Rasa saling percaya akan mendorong adanya kinerja masing-masing tim secara maksimal. DAFTAR RUJUKAN 1. Arcaro, Jerame S, Pendidikan Berbasis Mutu, ( Yogyakarta; Pustaka Pelajar,2007) 2. Bush,Tony & Marianne Colean, Leadership and Strategic Management In Education, (Yogyakarta:IRCi Sod,2006) III 3. Fatoni, Ahmad, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Tulungagung: STAIN,2008) 4. Mulyasa, Manajemen Berbasis Mutu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya ,2004) 5. Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Kependidikan (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2003) 6. Sagala,Saiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Alfabeta,2005) 7. Salis, Edward, Total Quality Management in Education (Yogyakarta:IRCiSod, 2006) 8. Wahjosumijo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2003)

Anda mungkin juga menyukai