Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan Islam


Dosen Pengampu : Dr. Drs. H.A. Dardiri Hasyim, S.H., M.H.

Disusun Oleh:
Marjoko Susilo (NIM. 2286131013)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,
benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik, tidak boleh
dikerjakan secara asal-asalan. Arah pekerjaan yang jelas dan landasan yang mantab
serta cara-cara mendapatkannya yang transparan akan menjadikan amal perbuatan
yang mendapatkan ridlo dan hidayah dari Allah swt. Hal ini merupakan prinsip
utama dalam ajaran Islam. Sesuai dengan prinsip itu, maka manajemen dalam arti
mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal
yang disyariatkan dalam ajaran Islam.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan Islam akan
sangat bergantung kepada manajemen yang digunakan dalam suatu lembaga
pendidikan Islam (sekolah Islam) yang bersangkutan. Manajemen tersebut akan
efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional
untuk mengoperasikan sekolah Islam tersebut, kurikulum yang sesuai dengan tingkat
perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan komitmen tenaga
kependidikan yang handal, sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung
kegiatan belajar-mengajar, dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan
fungsinya, serta partisipasi masyarakat yang tinggi. Bila salah satu hal di atas tidak
sesuai dengan yang diharapkan dan/atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya,
maka efektivitas dan efisiensi pengelolaan sekolah Islam tersebut kurang optimal.
Sementara itu salah satu elemen keberhasilan pendidikan islam ialah peserta
didik atau boleh dikatakan sebagai murid. Murid merupakan input dalam suatu
lembaga pendidikan. Sedangkan keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat atau
dipandang melalui output yang dihasilkan.Output yang mempunyai mutu atau
kualitas yang tinggi tidak mungkin kalau dihasilkan dengan input yang
rendah.Output yang tinggi biasanya dihasilkan melalui input yang tinggi pula. Maka
dari itu suatu sekolah islam yang ingin meningkatkan kualitas pendidikannya harus
meningkatkan kualitas inputnya dahulu.
Di samping itu walaupun input suatu sekolah tersebut baik, sekolah tersebut
tidak mungkin baik jika tidak didukung dengan pengaturan atau bahasa sekarang
dinamakan manajemen yang baik pula. Banyak sekali sekolah-sekolah yang inputnya
baik tapi kenyataannya outputnya kurang berhasil atau bermutu. Ketika diselidiki,

2
hal itu bukan disebabkan pendidikan atau materinya akan tetapi disebabkan
manajemen peserta didiknya yang kurang baik.
Maka dari itu penulis disini akan menguraikan dari beberapa referensi mengenai
manajemen peserta didik dan hal-hal yang berkaitan dengan manajemen peserta
didik tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen Pendidikan Islam?
2. Apa Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam?
4. Apa Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik?
5. Apa saja Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan?
6. Apa saja Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik?
7. Bagaimana Karakteristik Peserta Didik?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Pendidikan Islam.
2. Untuk Mengetahui Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.
3. Untuk Mengetahui Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam.
4. Untuk Mengetahui Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik.
5. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan.
6. Untuk Mengetahui Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik.
7. Untuk Mengetahui Karakteristik Peserta Didik.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Luther Gulick
memandang manajemen sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu
bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan
bagaimana orang bekerja sama.[1] Sedangkan menurut Folet melihatnya sebagai kiat
karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain
menjalankan tugas.[2] Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh
keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntut
oleh suatu kode etik.
Meskipun cenderung mengarah pada suatu fokus tertentu, para ahli masih
berbeda pandangan dalam mendefenisikan manajemen dan karenanya belum dapat
diterima secara universal. Namun demikian terdapat konsensus bahwa manajemen
menyangkut derajat keterampilan tertentu. Untuk memahami istilah manajemen,
pendekatan yang digunakan di sini adalah berdasarkan pengalaman manajer.
Meskipun pendekatan ini mempunyai keterbatasan, namun hingga kini belum ada
perbaikan. Manajemen di sini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponenya
menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan suatu
proses sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang – struktur –
tugas - tekhnologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu dengan yang lain,
serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan system.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh
seorang manajer/pimpinan, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pimpinan (leading)
4. Pengawasan (Controling)[3]
Manajemen sering diartikan sebagai proses perencanaan, mengorganisasi,
memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Pemikiran tentang manajemen bermula pada tahun 5.000 SM di Mesir. Pada
masa itu orang memakai catatan tertulis untuk perdagangan dan pemerintahan. Pada
3.00 SM - 3.00 M masyarakat Roma memanfaatkan komunikasi efektif dan

4
pengendalian terpusat untuk efektifitas dan efesiensi. Tahun 1500 M Machiaveli
membuat pedoman pemanfaatan kekuasaan. Tahun 1776 M Adam Smith
menyatakan bahwa pembagian kerja titik kunci badan usaha.[4] Kemudian 1841-
1925 Henry Fayol mengemukakan pentingnya administrasi. Menurut penulis
manajemen biasa dikatakan sebagai ilmu jika teori-teorinya mampu menentukan
manajer dengan memberi kejelasan bahwa apa yang harus dilakukan pada situasi
tertentu dan memungkinkan mereka meramalkan akibat-akibat dari tindakan-
tindakanya.
Menurut Mary Parker Follet manajemen sebagai seni untuk melasanakan
pekerjaan melalui orang-orang. Defenisi ini perlu mendapat perhatian karena
berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan cara
mengatur orang lain.
Adapun interpretasi tentang pendidikan berbeda-beda menurut para pakar.
Perbedaannya tak lain hanya terletak pada sudut pandang. Di antara mereka ada yang
mendefinisikan dengan mengkonotasikan dengan peristilahan bahasa, keberadaan,
dan hakekat kehidupan manusia di dunia ini, dan ada pula yang melihat dari segi
proses kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggarakan pendidikan. Tetapi semua
pendapat itu bertemu dalam pandangan bahwa pendidikan adalah suatu proses
mempersiapkan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi
tujuan hidup secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu, pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik, mental, dan
moral bagi individu-individu supaya mereka menjadi manusia yang berbudaya.
Sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia dan menjadi warga negara
yang berguna. Inilah yang kelihatannya merupakan pandangan yang kebanyakan
dipegang oleh para ahli pendidikan terkemuka sepanjang zaman. John Dewey,
misalnya mengemukakan; bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan
fundamental, secara intelektual dan emosional, ke arah alam sesama manusia.
Adapun Mohammad Nasir menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbigan
jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempurnaan dan kelengkapan arti
kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.[5]Pengertian tersebut hampir sama dengan
pengertian yang dipublikasikan oleh Ahmad D. Marimba, bahwa pendidikan adalah
bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

5
Dari beberapa pandangan ahli pendidikan di atas, jelaslah bahwa pendidikan
adalah suatu proses belajar dan penyesuaian individu-individu secara terus-menerus
terhadap nilai-nilai budayadan cita-cita masyarakat.
B. Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang
tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan
anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-
anak, tetapi juga pada orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya
dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak.
Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan
tidak hanya di sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di
masyarakat, seperti Majelis Taklim, Paguyuban, dan sebagainya.[6]
Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut
arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan
seorang pembimbing spiritual (mursyid). Sedangkan thalib secara bahasa berarti
orang yang mencari, sedangkan menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan
spiritual, dimana ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi.
Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada sekolah
tingkat dasar dan menengah, sementara untuk perguruan tinggi lazimnya disebut
dengan mahasiswa.[7]
Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia dibiasakan untuk
melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baik, selanjutnya
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiap
mu’alim dan murabbi yang menangani pendidikan dan pengajarannya. Sebaliknya,
jika peserta didik dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa
pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak yang dilepaskan beitu saja dengan
bebasnya, niscaya dia akan menjadi seorang yang celaka dan binasa.[8]
Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan Islam adalah
individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan
religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Definisi tersebut
memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang
karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung
adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, dan umat

6
beragama menjadi peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat beragama menjadi
peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.
Dengan demikian dalam konsep pendidikan Islam, tugas mengajar, mendidik,
dan memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk meraih surga.
Sebaliknya, menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan mejerumuskan diri ke
dalam neraka. Jadi, kita tidak boleh melalaikan tugas ini.[9]
Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan, karena ia berada
dalam keadaan tidak berdaya atau hulpeoosheid.[10] Dalam Al-Quran dijelakan:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl: 78)[11]

Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan


sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam
keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna
terhadap nilai hidup atas pendidikan agama peserta didik.[12]
Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW., yang artinya:
“Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah
(kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, Majusi” (HR. Muslim).

Menurut hadis ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan;


kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di dalam hadis itu
adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi fitrah yang dimaksud disini adalah
pembawaan. Ayah-ibu dalam hadis ini adalah lingkungan sebagaimana yang
dimaksud oleh para ahli pendidikan. Kedua-duanya itulah, menurut hadis ini, yang
menentukan perkembangan seseorang.[13]
Manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh banyak
potensi yang dibawanya. Dalam garis besarnya, kecenderungan itu dapat dibagi dua,
yaitu kecenderungan menjadi orang yang baik dan kecenderungan menjadi orang
yang jahat. Kecenderungan beragama termasuk ke dalam kecenderungan menjadi
baik.[14]
Firman Allah swt:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum: 30)[15]

7
Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu telah
membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada para pendidiknya
dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia anak dalam
pertumbuhannya. Dasar-dasar pendidikan agama ini harus sudah ditanamkan sejak
peserta didik itu masih usia muda, karena kalau tidak demikian kemungkinan
mengalami kesulitan kelak untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang diberikan
pada masa dewasa. Dengan demikian, maka agar pendidikan Islam dapat berhasil
dengan sebaik-baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik.[16]
C. Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam
Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri-ciri
yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa
(aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut disusun. Ketiganya berkaitan satu sama
lain (sistem). Berdasarkan landasanontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana
mengembangkan landasan epistemologi yang sesuai.
Persoalan utama yang dihadapi oleh setiap epistemologi pada dasarnya
bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek
ontologi dan aksiologi. Dengan demikian juga halnya dengan masalah yang dihadapi
epistimologi, yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjadi
masalah mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk
meramalkan dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul.
Di dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan
seperangkat pengetahuan untuk berfikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah
manajemen. Ini merupakan hakikat manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam
mengatasi masalah organisasi berdasarkan pendekatan keilmuan.
Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi
yang telah diakui, dan nilai-nilai yang telah ditentukan. Pada akhirnya semua itu
akan memberikan kepuasan dalam melakukan pendekatan yang sistematik dalam
peraktek manajerial.
Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku organisasi
yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan. Karakteristik teori
manajemen secara garis besar dapat dinyatakan:
1. Mengacu pada pengalaman empirik.
2. Adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain

8
3. Mengakui kemungkinan adanya penolakan.
Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara
umum yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan dimulai dikenal sebagai
teori manajemen klasik. Menurut teori klasik pilar-pilar manajemen klasik terdiri
dari 3 pilar yaitu: pembagian kerja, struktur, rentang pengawasan.
Namun banyak ahli yang mengatakan bahwa manajemen belum mempunyai
teori yang standar, tetapi sebagai pendekatan. Karena itu teori seringkali dikatakan
sebagai pendekatan manajemen secara klasik, neoklasik dan pendekatan modern.
Salah satu teori klasik yang tergolong paling tua adalah manajemen ilmiah yang
dipelopori oleh Henry Fayol. Tergolong dari teori klasik ini yaitu; tentang studi
waktu dan gerak, administrasi, birokrasi. Sedangkan teori neoklasik seringkali
dikaitkan dengan pendekatan perilaku, yaitu teori kebutuhan manusia, teori
kepribadian dan organisasi selanjutnya teori modern yaitu; pimpinan situasional, dan
hubungan bagian dalam sistem dan lingkungan.
Manajemen mempunyai prinsip dasar dalam praktik pendidikan antara lain:
1. Menentukan cara/metode kerja
2. Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya.
3. Pemilihan prosudur kerja.
4. Menentukan batas-baras tugas.
5. Mempersiapkan dan membuat spesipikasi tugas
6. Melakukan pendidikan dan latihan.
7. Menentukan sistem yang menghasilkan. [17]
Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan
produktifitas pendidikan. Banyak sumber daya manajemen yang terlibat dalam
organisasi atau lembaga-lembaga termasuk lembaga pendidikan, antara lain:
manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi dan informasi.
Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam pendidikan adalah
sumber daya manusia. Bagaimana manajer menyediakan tenaga, bakat kreativitas,
dan semangatnya bagi organisasi. Karena tugas terpenting dari seorang manajer
adalah menyeleksi, menempatkan, melatih dan mengembangkan sumber daya
manusia. Persoalannya pengembagan sumber daya manusia mempunyai hubungan
yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan kerja,
kekuatan dan profesionalitas manajer.

9
Sumber daya manusia menurut penulis terkandung aspek: kompetensi,
keterampilan, kemampuan, sikap, perilaku, motivasi, dan komitmen. Dalam
pendidikan, jenis sumber daya berdasarkan ruang lingkup keterlibatannya ke dalam
penyelenggaraan pendidikan dikelompokkan kedalam SDM Pendidikan dalam
sekolah dan SDM pendidikan luar sekolah. Apabila dilihat dari segi tugas pokoknya,
dibedakan menurut tenaga teknis, tenaga administratif dan tenaga penunjang.
Selanjutnya dalam PP 38/1992 tentang tenaga kependidikan ditegaskan
pengelompokannya menjadi tenaga pendidik, (pembimbing, pengajar, pelatih),
pengelolaan, pengawas, laporan, teknisi sumber belajar, peneliti dan penguji.
Persoalan pokok dalam pembinaantenaga kependidikan adalah pembinaan etos
kerja. Etos kerja adalah sikap mentaluntuk menghasilkan produk kerja yang baik,
bermutu tinggi baik barang maupunjasa. Etos kerja dipengaruhi oleh sikap,
pandangan, cara-cara, dankebiasaan-kebiasaan kerja yang ada pada seseorang, suatu
kelompok atau bangsa.Pembinaan etos kerja ini merupakan bagian dari pembinaan
tata nilai, dan dalam dunia pendidikan masalah ini tidak cukup diperhatikan.
Pada pengembangan mutu SDM ini yang paling banyak dilakukan pembinaan
keterampilan untuk melakukan sesuatu yang nyata seperti keterampilan komputer,
menjahit, akuntansi, dan sebagainya. Akan tetapi membentuk keinginan bagaimana
melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sebaik-baiknya kurang diperhatikan. Tentunya
hal ini dapat terwujud jika kemampuan menghasilkan sesuatu yang bermutu itu
ditunjang oleh etos kerja, motivasi tinggi untuk berprestasi.
Bagaimana caranya memupuk etos kerja. Salah satu usaha dengan menciptakan
suasana kerja yang mengantarkan perilaku karyawan/ guru ke arah yang lebih
produktif secara langsung mengubah sikap, pandangan harapan dan keterampilan/
keahlian yang lebih efektif yang sekarang sudah tidak sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman. Dan ini tantangan para manajer/pimpinan pendidikan.[18]
Pada intinya manajemen kesiswaan di suatu sekolah membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya yang sesuai dengan program-program yang dilakukan oleh
sekolah atau sekolah islam tersebut.[19]
D. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
Tujuan umum dari manajemen peserta didik ialah mengatur segala kegiatan-
kegiatan peserta didik agar semua kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang
proses belajar mengajar di sekolah. Sehingga proses belajar mengajar di sekolah

10
dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur serta dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.[20]
Tujuan khusus dari manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotorik peserta didik.
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan
minat peserta didik.
3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik
Dengan terpenuhinya 1, 2, 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan
tercapai cita-cita mereka. Fungsi Manajemen Peseta didik secara umum adalah
sebagai wahana bagi peserta pendidik untuk mengembangkan diri semaksimal
mungkin baik dari segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya, kebutuhan dan
potensi lainnya dari peserta didik.
Secara khusus fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:[21]
1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik adalah
agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitas tanpa banyak
terhambat. Meliputi kemampuan kecerdasan, kemampuan bakat dan kemampuan
lainnya.
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik adalah
agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, orang tua dan
keluarganya, lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial lingkungannya.
3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik
adalah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Karena hobi
juga merupakan penunjang terhadap pengembangan diri peserta didik secara
keseluruhan.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan peserta
didik adalah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan sangat
penting karena dengan demikian ia akan jugaa turut memikirkan kesejahteraan
sebayanya.
Sedangkan Menurut Shrode dan Voich, Tujuan utama manajemen pendidikan
adalah produktifitas dan kepuasan.[22] mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan
jamak, seperti peningkatan mutu pendidikan/lulusanya, keuntungan/ profit yang
tinggi, pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah/ nasional tanggung jawab
sosial. Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap

11
situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan
ancaman.
Apabila produktivitas merupakan tujuan maka perlu dipahami makna
produktivitas itu sendiri. Sutermeister membataskan produktivitas sebagai ukuran
kuantitas dan kulaitas kinerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya.
Produktivitas itu sendiri dipengaruhi perkembangan bahan, teknologi, dan kinerja
manusia. Pengertian konsep produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai
dengan perilaku. Produktifitas dalam arti teknis mengacu kepada derajat keefektifan,
efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Sedangkan dalam pengertian perilaku,
produktifitas merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha untuk terus
berkembang.
E. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik\
Secara umum bidang kesiswaan/ peserta didik sedikitnya memiliki tiga tugas
utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan
belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Berdasarkan tiga tugas utama
tersebut ruang lingkup manajemen peserta didik berkaitan erat dengan hal-hal
sebagai berikut:
1. Perencanaan peserta didik/ kesiswaan
Dalam perencanaan kesiswaanini mencakup sensus sekolah dan penentuan
jumlah siswa yang diterima. Sensus sekolah pencatatan anak usia sekolah yang
diperkirakan akan masuk sekolah islam atau calon siswa. Pendataan anak usia
sekolah atau calon siswa merupakan salah satu komponen penting dalam
perencanaan pendidikan. Dengan data yang diperoleh dari sensus sekolah akan
dapat ditetapkan:
a. Jumlah dan lokasi sekolah,
b. Batas daerah penerimaan siswa suatu sekolah.
c. Jumlah fasilitas transportasi,
d. Layanan program pendidikan,
e. Fasilitas pendidikan bagi anak-anak cacat,
f. Laju pertumbuhan pendidikan khususnya anak-anak usia sekolah disekitar
sekolah.
2. Penerimaan Siswa Baru
Pengelompokan siswa dimaksudkan agar dalam pelaksanaan proses kegiatan
belajar mengajar di sekolah islam dapat berjalan lancar, tertib dan dapat

12
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Ada beberapa jenis
pengelompokan siswa diantaranya:
a. Pengelompokan dalam kelas-kelas.
b. Pengelompokan berdasarkan bidang studi.
c. Pengelompokan berdasarkan spesialisasi.
d. Pengelompokan dalam sistem kredit.
e. Pengelompokan berdasarkan kemampuan.
f. Pengelompokan berdasarkan minat.
3. Pengelompokan Siswa
Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari perencanaan
penentuan daya tampung sekolah islam atau jumlah siswa baru yang akan
diterima, dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak yang tinggal
dikelas atau mengulang. Kegiatan tersebut biasanya dikelola oleh panitia
penerimaan siswa baru atau PSB.
Langkah-langkah penerimaan siswa baru adalah sebagai berikut:
b. membentuk panitia penerimaan murid,
c. menentukan syarat pendaftaran calon,
d. menyediakan formulir pendaftaran,
e. pengumuman pendaftaran calon,
f. menyediakan buku pendaftaran,
g. waktu pendaftaran,
h. penentuan calon yang diterima.
4. Pembinaan Disiplin Siswa
Disiplin adalah suatu kegiatan dimana sikap, penampilan dan tingkah laku
peserta didik sesuai dengan tatanan nilai, norma dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku di sekolah dan kelas dimana mereka berada. Dalam peningkatan
kedisiplinan biasanya terdapat tata tertib suatu sekolah yang harus dipetuhi oleh
seorang siswa misalnya: hadir 10 menit sebelum pelajaran dimulai, mengikuti
seluruh kegiatan pembelajaran dengan baik, dan mengerjakan semua tugas yang
diberikan.
Kewajiban menaati tata tertib yang ada merupakan hal yang penting karena
merupakan bagian dari sistem persekolahan yang dilaksanakan dan juga sebagai
sebuah kelengkapan sekolah islam dalam menjalankan proses pembelajaran.

13
5. Kegiatan Ektra Kurikuler
Yang dimaksud dengan kegiatan tersebut adalah kegiatan yang
dilaksanakan di sekolah islam namun dilaksanakan diluar jam sekolah secara
resmi. Artinya diluar jadwal pelajaran yang tercantum. Tujuan dari adanya
kegiatan ini adalah memperkaya dan memperluas wawasan siswa dan juga
membantu menanamkan nilai-nilai pada diri siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan ekstra
kurikuler adalah:
a. Peningkatan aspek pengetahuan sikap dan ketrampilan.
b. Dorongan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa
c. Penetapan waktu dan obyek kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi
lingkungan.
d. Jenis-jenis kegiatan ekstra yang disediakan seperti pramuka, PMR, kesenian,
olahraga dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan Ko Kurikuler dilaksanakan dalam berbagai bentuk,
misalnya mempelajari buku-buku pelajaran tertentu, mengerjakan PR, atau
mengadakan kegiatan lain diluar sekolah islam. Pada intinya kedua kegiatan ini
bertujuan untuk mengembangkan pribadi siswa.
6. Organisasi Siswa Intra Sekolah
OSIS adalah satu-satunya organisasi yang bersifat intra sekolah yang harus
ada di sekolah islam Tsanawiyah maupun Aliyah. OSIS berfungsi sebagai wadah
untuk:
a. Pembinaan pemuda dan budaya
b. Pembinaan stabilitas dan ketahanan nasional
c. Pembentukan watak dan kepribadian dalam integrasi sekolah.
d. Pencegahan pembinaan siswa yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
e. Pembinaan aktifitas intra sekolah yang berorientasi pada kegiatan yang bersifat
edukatif.
f. Pemberian kesempata seluas-luasnya bagi pengembangan potensi siswa.

Tujuan OSIS adalah untuk:

14
a.mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki jiwa pancasila,
berkepribadian luhur, moral dan mental yang tinggi, berkecakapan serta
berpengetahuan yang siap untuk diamalkan.
b.mempersiapakan siswa agar menjadi warga negara yang mengabdi pada Tuhan YME,
tanah air dan bangsanya.
c.menggalang kesatuan dan persatuan yang kokoh di sekolah dalam satu wadah OSIS.
d.menghindarkan siswa dari pengaruh-pengaruh yang tidak sehat.
Kegiatan ini dibina oleh kepala sekolah dan dibantu oleh guru yang mempunyai
kompetensi dalam keorganisasian.

7.Evaluasi Kegiatan Siswa


Dalam evaluasi kegiatan siswa terdapat berbagai langkah yang perlu diperhatikan:
a.Penentuan standar, yang dimaksud standar adalah patokan mengenai suatu keerhasilan
atau kegagalan dalam suatu kegiatan.
b.Mengadakan pengukuran. Pengukuran dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan.
c.Membandingkan hasil pengukuran dengan standar
d.Mengadakan perbaikan. Maka dari itu perlu untuk mengetahui standar agar dapat
digunakan sebagai umpan balik sebagai perbaikan dalam pelaksanaan suatu kegiatan,
supaya pelaksanaan kegiatan memenuhi target yang telah ditetapkan.

8.Perpindahan Siswa
Perpindahan siswa mempunyai dua pengertian, yakni perpindahan siswa dari suatu
sekolah islam ke sekolah islam lain yang sejenis dan perpindahan siswa dari suatu jenis
program ke jenis program lain. Perpindahan siswa dari suatu sekolah islam ke sekolah
islam lain yang sejenis pada dasarnya dikarenakan perpindahan wilayah atau tempat.
Perpindahan siswa dari suatu jenis program ke jenis program lain lebih dikarenakan
kurang cocoknya siswa masuk dalam program tersebut. Maka dari itu untuk
mengantisipasi hal tersebut, pada saat penjurusan harus menentukan jurusan setepat-

15
tepatnya bagi siswa dengan melihat kecenderungan dan karakeristik siswa bahkan
dengan data yang lengkap yang dimiliki oleh pihak sekolah islam.
9. Kenaikan Kelas dan Penjurusan
Kenaikan Kelas dan Penjurusan dapat diatur dalam peraturan sekolah yang didasarkan
pada kebijakan yang ada pada sekolah. Dalam pelaksanaan kenaikan kelas dan
penjurusan seringkali muncul berbagai masalah yang memerlukan penyelesaian secara
bijak. Masalah ini dapat diperkecil jika data-data tentang hasil evaluasi siswa obyektif
dan mendayagunakan fungsi. Juga para guru harus berhati-hati dalam memberikan nilai
hasil evaluasi belajar kepada siswa.
10.Kelulusan dan Alumni
Kelulusan adalah pernyataan dari sekolah islam sebagai suatu lembaga tentang telah
diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh siswa. Kelulusan ini
ditandai dengan adanya Ijazah atau STTB. Prosesnya biasanya ditandai dengan
pelepasan siswa dalam suatu upacara.
Sedangkan hubungan dengan alumni, para sekolah islam tetap menjaga hubungan
dengan para alumninya. Demikian juga para alumni juga biasanya bangga dengan
sekolah islam dimana ia bersekolah dan menempuh pendidikan dahulu.[23] 24Ibid.
F.Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik
Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang harus didapatkan oleh peserta
didik untuk mendapatkan kedewasaan ilmu. Kebutuhan peserta didik tersebut wajib
dipenuhi atau diberikan oleh pendidik kepada peserta didiknya. Menurut Ramayulis,
ada delapan kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi, yaitu:[24]
1.Kebutuhan Fisik
Fisik seorang anak didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Proses
pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan:
a.Peserta didik pada usia 0-7 tahun, pada masa ini peserta didik masih mengalami masa
kanak-kanak.
b.Peserta didik pada usia 7-14 tahun, pada usia ini biasanya peserta didik tengah
mengalami masa sekolah yang didukung dengan peralihan pendidikan formal.
c. Peserta didik pada usia 14-21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai mengalami
masa pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.[25]

2. Kebutuhan Sosial

16
Adalah kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar peserta didik
dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungan. Begitu juga supaya dapat diterima
oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang .
tuanya, guru-gurunya dan pemimpinnya. Kebutuhan ini perlu agar peserta didik dapat
memperoleh kebutuhan ini perlu agar peserta didik dapat memperoleh posisi dan
berprestasi dalam pendidikan.[26]
3.Kebutuhan untuk Mendapatkan Status
Dalam proses kebutuan ini biasanaya seorang peseta didik ingin menjadi orang yang
dapat dibanggakan atau dapat menjadi seorang yang benar-benar berguna dan dapat
berbaur secara sempurna di dalam sebuah lingkungan masyarakat.
4.Kebutuhan Mandiri
Kebutuhan mandiri ini pada dasarnya memiliki tujuan utama yaitu untuk
menghindarkan sifat pemberontak pada diri peserta didik, serta menghilangkan rasa
tidak puas akan kepercayaan dari orang tua atau pendidik karena ketika seorang peserta
didik terlalu mendapat kekangan akan sangat menghambat daya kreativitas dan
kepercayaan diri untuk berkembang
5.Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
Peserta didik memiliki beberapa dimensi penting yang mempengaruhi akan
perkembangan peserta didik, dimensi ini harus diperhatikan secara baik oleh pendidik
dalam rangka mencetak peserta didik yang berakhlak mulia dan dapat disebut insan
kamil dimensi fisik (jasmani), akal, keberagamaan, akhlak, rohani (kejiwaan), seni
(keindahan), sosial.
Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah objek atau
tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan sebagai subjek
atau individu yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan sesuai dengan
keberadaan individu itu sendiri. Sehingga dengan pengakuan tersebut seorang peserta
didik akan mengenal lingkungan dan mampu berkembang dan membentuk kepribadian
sesuai dengan lingkungan yang dipilihnya dan mampu mempertanggungjawabkan
perbuatannya pada lingkungan tersebut. Adapun hal-hal yang harus dipahami adalah:
a.Kebutuhannya
b.Dimensi-dimensinya
c.Intelegensinya
d.Kepribadiannya.[27]
.

17
G. Karakteristik Peserta Didik
`Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah: [28]
1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga
metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan orang dewasa. Orang dewasa
tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik, dengan mematuhi segala aturan dan
keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan dunianya.
2. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu
semaksimal mungkin. Kebutuhan individu, menurut Abraham Maslow, terdapat lima
hierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: (1) kebutuhan-
kebutuhan tahap dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan
terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan (2) meta kebutuhan meta
kebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri,
seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya.
Sekalipun demikian, masih ada kebutuhan yang tidak terjangkau kelima hierarki
kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan transendensi kepada Tuhan. Individu yang
melakukan ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan kelima hierarki
kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridha dari
Allah SWT.

3.Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik
perbedaan yang disebabkan dari factor endogen (fitrah) maupun eksogen (lingkungan)
yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Pesrta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai
dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka pribadi
peserta didik walaupun terdiri dari dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga
(cipta, rasa dan karsa).

4.Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang
dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki
aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam
pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya
menerima, mendengarkan saja.

18
5.Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam mempunyai
pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam pendidikan adalah
bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama
perkembangan peseta didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh
usia dan priode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan tingkat
pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik dilihat dari
dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Manajemen pendidikan Islam adalah proses perencanaan, mengorganisasi,
memimpin dan mengendalikan pendidikan Islam dengan segala aspeknya agar tujuan
pendidikan tercapai secara efektif dan efisien.
2. Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi
kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.

19
3. Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang
berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan. Manajemen juga mempunyai
prinsip dasar dalam praktik pendidikan antara lain: Menentukan cara/metode kerja,
Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya, Pemilihan prosudur kerja,
Menentukan batas-baras tugas, Mempersiapkan dan membuat spesipikasi tugas,
Melakukan pendidikan dan latihan dan Menentukan sistem yang menghasilkan.
4. Tujuan dari manajemen peserta didik ialah mengatur segala kegiatan-kegiatan peserta
didik agar semua kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang proses belajar mengajar
di sekolah. Sehingga proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib,
dan teratur.
5. Fungsi Manajemen Peseta didik secara umum adalah sebagai wahana bagi peserta
pendidik untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin baik dari segi
individualitasnya, sosialnya, aspirasinya, kebutuhan dan potensi lainnya dari peserta
didik.
6. Ruang lingkup manajemen kesiswaan, yaitu: Perencanaan peserta didik/ kesiswaan;
Penerimaan Siswa Baru; Pengelompokan Siswa; Pembinaan Disiplin Siswa; Kegiatan
Ektra Kurikuler; Organisasi Siswa Intra Sekolah;
7. Evaluasi Kegiatan Siswa; Perpindahan Siswa; Kenaikan Kelas dan Penjurusan;
Kelulusan dan Alumni.
8. Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik, berupa: Kebutuhan Fisik; Kebutuhan Sosial;
Kebutuhan untuk Mendapatkan Status; Kebutuhan Mandiri; dan Kebutuhan untuk
memiliki filsafat hidup.
9. Karakteristik peserta didik diantaranya: peserta didik bukan miniatur orang dewasa,
ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak boleh
dilaksanakan dengan orang dewasa; peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut
untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin; peserta didik memiliki
perbedaan antara individu dengan individu yang lain; peserta didik dipandang sebagai
kesatuan sistem manusia; peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan; peserta
didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam mempunyai pola
perkembangan serta tempo dan iramanya.

DAFTAR PUSTAKA

20
Ahmadi, Abu & Nur Uhbiyati. 2006. Ilmu Pendidikan. Jakarat: PT. Rineka Cipta.
Ali, M. Nashir. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: Mutiara.
Davir, R. Ali Mahdum. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, Dalam
http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html,
diunggah pada Senin, 22 Juni 2015 Pukul 06.21 WIB
Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro.
Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan Islam,
dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-manajemen-
kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, diunggah pada minggu, 7 oktober 2012
pukul 10.22 WIB
Fattah, Liat Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. V. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Mujib, Abdul. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Natsir, Muhammad. 1954. Capita Selekta. Bandung: Gravenhage.
Rahman, Jamal Abdul. 2008. Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar
Ihsan Zubaidi. Bandung: Irsyad Baitus salam.
Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Smith, Adan. 1982. Management System Analysis And Aplication, Cet. I. Japan: Holt
Saunders International.
Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Zainuddin, Ansar. Manajemen Pendidikan Islam, dalam
http://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/11/manajemen-pendidikan-islam.html,
diunggah pada Rabu, 18 November 2015 pukul 11.02 WIB
Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

[1] Luther Gulick, Dictionary Of Education (New York: Mcgraw-Hill Book Company,
Ttp), h. 145
[2] Folet, Managerial Proses And Organisational Behavior (Glenview: Scott, Ttp), h. 39
[3] Liat Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. V (Bandung: Pt.
Remaja Rosdakarya, 2001), h. 2
[4] Adan Smith, Management System Analysis And Aplication, Cet. I (Japan: Holt
Saunders International, 1982), h. 29
[5] Muhammad Natsir, Capita Selekta (Bandung: Gravenhage, 1954), h. 87
[6] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), h. 103
[7] Ibid., h.104
[8] Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar
Ihsan Zubaidi (Bandung: Irsyad Baitus salam, 2008), h. 16.
[9] Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar
Ihsan Zubaidi (Bandung: Irsyad Baitus salam, 2008), h. 17
[10] M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik (Jakarta: Mutiara, 1982), h. 93.
[11] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro,
2008), h. 275.
[12] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 170.
[13] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2008), h. 35
[14] Ibid., h. 35

21
[15] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro,
2008), h. 407.
[16] R. Ali Mahdum Davir, Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, dalam
http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html,
Diunggah Pada Senin, 22 Juni 2015 Pukul 06.21 WIB
[17] Shrode A. William, Organization And Management Basic Syestem Comcepts
(Malaysia: Irwin Book, Ttp), h. 132
[18] Ansar Zainuddin, Manajemen Pendidikan Islam, dalam
http://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/11/manajemen-pendidikan-islam.html,
diunggah pada Rabu, 18 November 2015 pukul 11.02 WIB 12
[19] Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan
Islam, dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-
manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, diunggah pada minggu,7
oktober 2012 pukul 10.22 WIB
[20] Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), h. 12.
[21] Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara,
2011)., h. 12-13.
[22] Shrode A. William, Organization And Management Basic Syestem Comcepts
(Malaysia: Irwin Book, Ttp), h. 132.
[23] Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan
Islam, dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-
manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, diunggah pada minggu,7
oktober 2012 pukul 10.22 WIB
[24] Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan
Islam, dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-
manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, diunggah pada minggu,7
oktober 2012 pukul 10.22 WIB
[25] Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarat: PT. Rineka Cipta, 2006),
h. 42.
[26] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 78.
[27] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 97
[28] R. Ali Mahdum Davir, Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, Dalam
http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html,
Diunggah Pada Senin, 22 Juni 2015 Pukul 06.21 WIB

Diposting oleh KUSWANTO di 19.30 2 komentar:

K
irimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Beranda

Manajemen

22
Dr. Drs. H.A. Dardiri Hasyim, S.H., M.H., Manajemen Pendidikan Islam, UNS Press,
Surakarta: 2021
Mahmudi Ali

Dasar pendidikan nasioal adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdasarkan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratif,
serta bertaanggung jawab.

Rumusan konstitusional tersebut apabila dicermati menegaskan bahwa arah dan tujuan
pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa, berbudi
pekerti luhur, sehat jasmani, cakap, berilmu, dan kreatif, mengembangkan kemandirian
serta menjadi warga negara yang baik. Ini semua dalam rangka membangun watak
bangsa yang beradab dan bermartabat. Ini mengindikasikan bahwa peserta didik
mempunyai hak dan kewajiban dalam dunia pendidikan, sebagaimana diamanatkan
dalam undang-undang. Hal ini tentu saja akan berdampak langsung pda proses
penerimaan peserta didik pada masing-masing lembaga pendidikan dengan
menyertakan berbagai kriteria dan syarat yang telah ditetapkan. Menurut amanat UU
No. 20 Tahun 2003, peserta didik harus didorong untuk aktif mengembangkan
potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mampu mengendalikan diri,
memiliki kepribadian yang kuat, akhlak yang mulia serta keterampilan-keterampilan
yang diperlukan yang implikasinya pada kehidupan bermasyarakat.

23

Anda mungkin juga menyukai