Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan Islam


Dosen Pengampu : Dr. Drs. H.A. Dardiri Hasyim, S.H., M.H.

Disusun Oleh:
Marjoko Susilo (NIM. 2286131013)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Negara kita Indonesia menjadikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 sebagai dasar pendidikan nasional. Fungsi pendidikan
nasional yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasarkan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratif, serta bertaanggung jawab. 1

Rumusan konstitusional tersebut apabila dicermati menegaskan bahwa arah dan


tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang beriman dan
bertakwa, berbudi pekerti luhur, sehat jasmani, cakap, berilmu, dan kreatif,
mengembangkan kemandirian serta menjadi warga negara yang baik. Ini semua
dalam rangka membangun watak bangsa yang beradab dan bermartabat. Ini
mengindikasikan bahwa peserta didik mempunyai hak dan kewajiban dalam
dunia pendidikan, sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang. Hal ini tentu
saja akan berdampak langsung pada proses penerimaan peserta didik pada
masing-masing lembaga pendidikan dengan menyertakan berbagai kriteria dan
syarat yang telah ditetapkan. Menurut amanat UU No. 20 Tahun 2003, peserta
didik harus didorong untuk aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, mampu mengendalikan diri, memiliki kepribadian
yang kuat, akhlak yang mulia serta keterampilan-keterampilan yang diperlukan
yang implikasinya pada kehidupan bermasyarakat. 2
Sementara itu, dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan
secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik, tidak
boleh dikerjakan secara asal-asalan. Arah pekerjaan yang jelas dan landasan yang
mantab serta cara-cara mendapatkannya yang transparan akan menjadikan amal
perbuatan yang mendapatkan rida dan hidayah dari Allah swt. Hal ini merupakan
prinsip utama dalam ajaran Islam. Sesuai dengan prinsip itu, maka manajemen dalam
arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan
hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam.

1
Dr. Drs. H.A. Dardiri Hasyim, S.H., M.H., Manajemen Pendidikan Islam, (Surakarta: UNS Press, 2021),
h. 98
2
Ibid.

2
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan Islam akan
sangat bergantung kepada manajemen yang digunakan dalam suatu lembaga
pendidikan Islam (sekolah Islam) yang bersangkutan. Manajemen tersebut akan efektif
dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional untuk
mengoperasikan sekolah Islam tersebut, kurikulum yang sesuai dengan tingkat
perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan komitmen tenaga
kependidikan yang handal, sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung
kegiatan belajar-mengajar, dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan
fungsinya, serta partisipasi masyarakat yang tinggi. Apabila salah satu hal di atas tidak
sesuai dengan yang diharapkan atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka
efektivitas dan efisiensi pengelolaan sekolah Islam tersebut kurang optimal.
Sementara itu salah satu elemen keberhasilan pendidikan islam ialah peserta didik
atau boleh dikatakan sebagai murid. Murid merupakan input dalam suatu lembaga
pendidikan. Sedangkan keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat atau dipandang
melalui output yang dihasilkan. Output yang mempunyai mutu atau kualitas yang
tinggi tidak mungkin kalau dihasilkan dengan input yang rendah. Output yang tinggi
biasanya dihasilkan melalui input yang tinggi pula. Maka dari itu suatu sekolah Islam
yang ingin meningkatkan kualitas pendidikannya harus meningkatkan kualitas
inputnya dahulu.
Di samping itu, walaupun input suatu sekolah tersebut baik, sekolah tersebut tidak
mungkin baik jika tidak didukung dengan manajemen yang baik pula. Banyak sekali
sekolah-sekolah yang inputnya baik, tetapi kenyataannya outputnya kurang berhasil
atau bermutu. Ketika diselidiki, hal itu bukan disebabkan pendidikan atau materinya
akan tetapi disebabkan manajemen peserta didiknya yang kurang baik.
Maka dari itu penulis di sini akan menguraikan dari beberapa referensi mengenai
manajemen peserta didik dan hal-hal yang berkaitan dengan manajemen peserta didik
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen Pendidikan Islam?
2. Apa Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam?
4. Apa Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik?
5. Apa saja Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan?
6. Apa saja Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik?

3
7. Bagaimana Karakteristik Peserta Didik?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Pendidikan Islam.
2. Untuk Mengetahui Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.
3. Untuk Mengetahui Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam.
4. Untuk Mengetahui Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik.
5. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan.
6. Untuk Mengetahui Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik.
7. Untuk Mengetahui Karakteristik Peserta Didik.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Luther Gulick
memandang manajemen sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu
bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan
bagaimana orang bekerja sama. 3 Sedangkan menurut Folet melihatnya sebagai kiat
karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain
menjalankan tugas.4 Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh
keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntut
oleh suatu kode etik.
Meskipun cenderung mengarah pada suatu fokus tertentu, para ahli masih berbeda
pandangan dalam mendefenisikan manajemen dan karenanya belum dapat diterima
secara universal. Namun demikian terdapat konsensus bahwa manajemen menyangkut
derajat keterampilan tertentu. Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan yang
digunakan di sini adalah berdasarkan pengalaman manajer. Meskipun pendekatan ini
mempunyai keterbatasan, namun hingga kini belum ada perbaikan. Manajemen di sini
dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponenya menampilkan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan suatu proses sedangkan manajer
dikaitkan dengan aspek organisasi (orang - struktur - tugas - teknologi) dan bagaimana
mengaitkan aspek yang satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga
tercapai tujuan sistem.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh
seorang manajer/pimpinan, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pimpinan (leading)
4. Pengawasan (Controling)5

3
Luther Gulick, Dictionary Of Education (New York: Mcgraw-Hill Book Company, Ttp), h. 145
4
Folet, Managerial Proses And Organisational Behavior (Glenview: Scott, Ttp), h. 39
5
Liat Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. V (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 2

5
Manajemen sering diartikan sebagai proses perencanaan, mengorganisasi,
memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Pemikiran tentang manajemen bermula pada tahun 5.000 SM di Mesir. Pada masa
itu orang memakai catatan tertulis untuk perdagangan dan pemerintahan. Pada 3.00
SM - 3.00 M masyarakat Roma memanfaatkan komunikasi efektif dan pengendalian
terpusat untuk efektifitas dan efesiensi. Tahun 1500 M Machiaveli membuat pedoman
pemanfaatan kekuasaan. Tahun 1776 M Adam Smith menyatakan bahwa pembagian
kerja titik kunci badan usaha.6 Kemudian 1841-1925 Henry Fayol mengemukakan
pentingnya administrasi. Menurut penulis manajemen biasa dikatakan sebagai ilmu
jika teori-teorinya mampu menentukan manajer dengan memberi kejelasan bahwa apa
yang harus dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinkan mereka meramalkan
akibat-akibat dari tindakan-tindakanya.
Menurut Mary Parker Follet manajemen sebagai seni untuk melasanakan
pekerjaan melalui orang-orang. Defenisi ini perlu mendapat perhatian karena
berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur
orang lain.
Adapun interpretasi tentang pendidikan berbeda-beda menurut para pakar.
Perbedaannya tak lain hanya terletak pada sudut pandang. Di antara mereka ada yang
mendefinisikan dengan mengkonotasikan dengan peristilahan bahasa, keberadaan, dan
hakekat kehidupan manusia di dunia ini, dan ada pula yang melihat dari segi proses
kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggarakan pendidikan. Tetapi semua pendapat
itu bertemu dalam pandangan bahwa pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan
generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara
efektif dan efisien.
Oleh karena itu, pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik, mental, dan
moral bagi individu-individu supaya mereka menjadi manusia yang berbudaya.
Sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia dan menjadi warga negara
yang berguna. Inilah yang kelihatannya merupakan pandangan yang kebanyakan
dipegang oleh para ahli pendidikan terkemuka sepanjang zaman. John Dewey,

6
Adan Smith, Management System Analysis And Aplication, Cet. I (Japan: Holt Saunders International,
1982), h. 29

6
misalnya mengemukakan; bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan
fundamental, secara intelektual dan emosional, ke arah alam sesama manusia.
Adapun Mohammad Nasir menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbigan
jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempurnaan dan kelengkapan arti
kemanusiaan dengan arti sesungguhnya. 7 Pengertian tersebut hampir sama dengan
pengertian yang dipublikasikan oleh Ahmad D. Marimba, bahwa pendidikan adalah
bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Dari beberapa pandangan ahli pendidikan di atas, jelaslah bahwa pendidikan
adalah suatu proses belajar dan penyesuaian individu-individu secara terus-menerus
terhadap nilai-nilai budayadan cita-cita masyarakat.
B. Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang
tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan
anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-
anak, tetapi juga pada orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya
dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak.
Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan
tidak hanya di sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di
masyarakat, seperti Majelis Taklim, Paguyuban, dan sebagainya. 8
Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut
arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang
pembimbing spiritual (mursyid). Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang
mencari, sedangkan menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, dimana
ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi. Penyebutan murid
ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan
menengah, sementara untuk perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa. 9
Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia dibiasakan untuk
melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baik, selanjutnya
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiap
mu’alim dan murabbi yang menangani pendidikan dan pengajarannya. Sebaliknya,

7
Muhammad Natsir, Capita Selekta (Bandung: Gravenhage, 1954), h. 87
8
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), h. 103
9
Ibid., h.104

7
jika peserta didik dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa
pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak yang dilepaskan beitu saja dengan
bebasnya, niscaya dia akan menjadi seorang yang celaka dan binasa. 10
Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan Islam adalah
individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan
religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Definisi tersebut
memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang
karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung
adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, dan umat
beragama menjadi peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat beragama menjadi
peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.
Dengan demikian dalam konsep pendidikan Islam, tugas mengajar, mendidik, dan
memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk meraih surga. Sebaliknya,
menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan mejerumuskan diri ke dalam neraka.
Jadi, kita tidak boleh melalaikan tugas ini. 11
Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan, karena ia berada
dalam keadaan tidak berdaya atau hulpeoosheid.12 Dalam Al-Quran dijelakan:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl: 78)13

Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan


sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam
keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna
terhadap nilai hidup atas pendidikan agama peserta didik. 14
Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw., yang artinya:
“Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah
(kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, Majusi” (HR. Muslim). 15

10
Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi
(Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2008), h. 16
11
Ibid., h.17
12
M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik (Jakarta: Mutiara, 1982), h. 93
13
https://quran.kemenag.go.id/, diakses pada 21 November 2023.
14
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 170
15
Al-Imam Abi al-Husni Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairiyyi an-Naisaburiyyi, Shahih Muslim, (Beirut:
Darul Kutub al-‘Ilmiyyati), h. 269

8
Menurut hadis ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan;
kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di dalam hadis itu
adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi fitrah yang dimaksud disini adalah
pembawaan. Ayah-ibu dalam hadis ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud
oleh para ahli pendidikan. Kedua-duanya itulah, menurut hadis ini, yang menentukan
perkembangan seseorang.16
Manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh banyak potensi
yang dibawanya. Dalam garis besarnya, kecenderungan itu dapat dibagi dua, yaitu
kecenderungan menjadi orang yang baik dan kecenderungan menjadi orang yang
jahat. Kecenderungan beragama termasuk ke dalam kecenderungan menjadi baik. 17
Firman Allah swt:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum: 30)18

Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu telah
membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada para pendidiknya dalam
mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia anak dalam pertumbuhannya.
Dasar-dasar pendidikan agama ini harus sudah ditanamkan sejak peserta didik itu
masih usia muda, karena kalau tidak demikian kemungkinan mengalami kesulitan
kelak untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang diberikan pada masa dewasa.
Dengan demikian, maka agar pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya
haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan peserta didik.
C. Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam
Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri-ciri
yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa
(aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut disusun. Ketiganya berkaitan satu sama
lain (sistem). Berdasarkan landasanontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana
mengembangkan landasan epistemologi yang sesuai.
Persoalan utama yang dihadapi oleh setiap epistemologi pada dasarnya
bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek

16
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), h.
35
17
Ibid., h. 35
18
https://quran.kemenag.go.id/, Op.Cit., diakses pada 21 November 2023.

9
ontologi dan aksiologi. Dengan demikian juga halnya dengan masalah yang dihadapi
epistimologi, yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjadi
masalah mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan
dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul.
Di dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan
seperangkat pengetahuan untuk berfikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah
manajemen. Ini merupakan hakikat manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam
mengatasi masalah organisasi berdasarkan pendekatan keilmuan.
Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi
yang telah diakui, dan nilai-nilai yang telah ditentukan. Pada akhirnya semua itu akan
memberikan kepuasan dalam melakukan pendekatan yang sistematik dalam peraktek
manajerial.
Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku organisasi
yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan. Karakteristik teori
manajemen secara garis besar dapat dinyatakan:
1. Mengacu pada pengalaman empirik.
2. Adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain
3. Mengakui kemungkinan adanya penolakan.
Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara umum
yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan dimulai dikenal sebagai teori
manajemen klasik. Menurut teori klasik pilar-pilar manajemen klasik terdiri dari 3
pilar yaitu: pembagian kerja, struktur, rentang pengawasan.
Namun banyak ahli yang mengatakan bahwa manajemen belum mempunyai teori
yang standar, tetapi sebagai pendekatan. Karena itu teori seringkali dikatakan sebagai
pendekatan manajemen secara klasik, neoklasik dan pendekatan modern. Salah satu
teori klasik yang tergolong paling tua adalah manajemen ilmiah yang dipelopori oleh
Henry Fayol. Tergolong dari teori klasik ini yaitu; tentang studi waktu dan gerak,
administrasi, birokrasi. Sedangkan teori neoklasik seringkali dikaitkan dengan
pendekatan perilaku, yaitu teori kebutuhan manusia, teori kepribadian dan organisasi
selanjutnya teori modern yaitu; pimpinan situasional, dan hubungan bagian dalam
sistem dan lingkungan.
Manajemen mempunyai prinsip dasar dalam praktik pendidikan antara lain:
1. Menentukan cara/metode kerja
2. Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya.

10
3. Pemilihan prosudur kerja.
4. Menentukan batas-baras tugas.
5. Mempersiapkan dan membuat spesipikasi tugas
6. Melakukan pendidikan dan latihan.
7. Menentukan sistem yang menghasilkan. 19
Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan
produktifitas pendidikan. Banyak sumber daya manajemen yang terlibat dalam
organisasi atau lembaga-lembaga termasuk lembaga pendidikan, antara lain: manusia,
sarana dan prasarana, biaya, teknologi dan informasi.
Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam pendidikan adalah
sumber daya manusia. Bagaimana manajer menyediakan tenaga, bakat kreativitas, dan
semangatnya bagi organisasi. Karena tugas terpenting dari seorang manajer adalah
menyeleksi, menempatkan, melatih dan mengembangkan sumber daya manusia.
Persoalannya pengembagan sumber daya manusia mempunyai hubungan yang positif
dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan kerja, kekuatan dan
profesionalitas manajer.
Sumber daya manusia menurut penulis terkandung aspek: kompetensi,
keterampilan, kemampuan, sikap, perilaku, motivasi, dan komitmen. Dalam
pendidikan, jenis sumber daya berdasarkan ruang lingkup keterlibatannya ke dalam
penyelenggaraan pendidikan dikelompokkan kedalam SDM Pendidikan dalam
sekolah dan SDM pendidikan luar sekolah. Apabila dilihat dari segi tugas pokoknya,
dibedakan menurut tenaga teknis, tenaga administratif dan tenaga penunjang.
Selanjutnya dalam PP 38/1992 tentang tenaga kependidikan ditegaskan
pengelompokannya menjadi tenaga pendidik, (pembimbing, pengajar, pelatih),
pengelolaan, pengawas, laporan, teknisi sumber belajar, peneliti dan penguji.
Persoalan pokok dalam pembinaantenaga kependidikan adalah pembinaan etos
kerja. Etos kerja adalah sikap mental untuk menghasilkan produk kerja yang baik,
bermutu tinggi baik barang maupunjasa. Etos kerja dipengaruhi oleh sikap,
pandangan, cara-cara, dankebiasaan-kebiasaan kerja yang ada pada seseorang, suatu
kelompok atau bangsa.Pembinaan etos kerja ini merupakan bagian dari pembinaan tata
nilai, dan dalam dunia pendidikan masalah ini tidak cukup diperhatikan.

19
Shrode A. William, Organization And Management Basic Syestem Comcepts (Malaysia: Irwin Book,
Ttp), h. 132

11
Pada pengembangan mutu SDM ini yang paling banyak dilakukan pembinaan
keterampilan untuk melakukan sesuatu yang nyata seperti keterampilan komputer,
menjahit, akuntansi, dan sebagainya. Akan tetapi membentuk keinginan bagaimana
melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sebaik-baiknya kurang diperhatikan. Tentunya hal
ini dapat terwujud jika kemampuan menghasilkan sesuatu yang bermutu itu ditunjang
oleh etos kerja, motivasi tinggi untuk berprestasi.
Bagaimana caranya memupuk etos kerja. Salah satu usaha dengan menciptakan
suasana kerja yang mengantarkan perilaku karyawan/ guru ke arah yang lebih
produktif secara langsung mengubah sikap, pandangan harapan dan keterampilan/
keahlian yang lebih efektif yang sekarang sudah tidak sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman. Dan ini tantangan para manajer/pimpinan pendidikan. 20 Pada
intinya manajemen kesiswaan di suatu sekolah membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya yang sesuai dengan program-program yang dilakukan oleh
sekolah atau sekolah islam tersebut.
D. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
Tujuan umum dari manajemen peserta didik ialah mengatur segala kegiatan-
kegiatan peserta didik agar semua kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang proses
belajar mengajar di sekolah. Sehingga proses belajar mengajar di sekolah dapat
berjalan lancar, tertib, dan teratur serta dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian
tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.21
Tujuan khusus dari manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotorik peserta didik.
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan
minat peserta didik.
3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik
Dengan terpenuhinya 1, 2, 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan
tercapai cita-cita mereka. Fungsi Manajemen Peseta didik secara umum adalah sebagai
wahana bagi peserta pendidik untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin baik

20
Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan Islam, dalam
https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-
pendidikan-islam, diakses pada 21 November 2023
21
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 12.

12
dari segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya, kebutuhan dan potensi lainnya dari
peserta didik.
Secara khusus fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:22
1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik adalah
agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitas tanpa banyak
terhambat. Meliputi kemampuan kecerdasan, kemampuan bakat dan kemampuan
lainnya.
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik adalah
agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, orang tua dan
keluarganya, lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial lingkungannya.
3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik
adalah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Karena hobi
juga merupakan penunjang terhadap pengembangan diri peserta didik secara
keseluruhan.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan peserta didik
adalah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan sangat penting
karena dengan demikian ia akan jugaa turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.
Sedangkan Menurut Shrode dan Voich, Tujuan utama manajemen pendidikan
adalah produktifitas dan kepuasan. 23 mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan
jamak, seperti peningkatan mutu pendidikan/lulusanya, keuntungan/profit yang tinggi,
pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah/ nasional tanggung jawab sosial.
Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi
dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman.
Apabila produktivitas merupakan tujuan maka perlu dipahami makna
produktivitas itu sendiri. Sutermeister membataskan produktivitas sebagai ukuran
kuantitas dan kulaitas kinerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya.
Produktivitas itu sendiri dipengaruhi perkembangan bahan, teknologi, dan kinerja
manusia. Pengertian konsep produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai
dengan perilaku. Produktifitas dalam arti teknis mengacu kepada derajat keefektifan,
efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Sedangkan dalam pengertian perilaku,

22
Ibid., h. 12-13
23
Shrode A. William, Organization And Management Basic Syestem Comcepts (Malaysia: Irwin Book,
Ttp), h. 132

13
produktifitas merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha untuk terus
berkembang.

E. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik


Secara umum bidang kesiswaan/ peserta didik sedikitnya memiliki tiga tugas
utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan
belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Berdasarkan tiga tugas utama
tersebut ruang lingkup manajemen peserta didik berkaitan erat dengan hal-hal sebagai
berikut:
1. Perencanaan peserta didik/ kesiswaan
Dalam perencanaan kesiswaanini mencakup sensus sekolah dan penentuan
jumlah siswa yang diterima. Sensus sekolah pencatatan anak usia sekolah yang
diperkirakan akan masuk sekolah islam atau calon siswa. Pendataan anak usia
sekolah atau calon siswa merupakan salah satu komponen penting dalam
perencanaan pendidikan. Dengan data yang diperoleh dari sensus sekolah akan
dapat ditetapkan:
a. Jumlah dan lokasi sekolah,
b. Batas daerah penerimaan siswa suatu sekolah.
c. Jumlah fasilitas transportasi,
d. Layanan program pendidikan,
e. Fasilitas pendidikan bagi anak-anak cacat,
f. Laju pertumbuhan pendidikan khususnya anak-anak usia sekolah disekitar
sekolah.
2. Penerimaan Siswa Baru
Pengelompokan siswa dimaksudkan agar dalam pelaksanaan proses kegiatan
belajar mengajar di sekolah islam dapat berjalan lancar, tertib dan dapat mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Ada beberapa jenis pengelompokan siswa
diantaranya:
a. Pengelompokan dalam kelas-kelas.
b. Pengelompokan berdasarkan bidang studi.
c. Pengelompokan berdasarkan spesialisasi.
d. Pengelompokan dalam sistem kredit.
e. Pengelompokan berdasarkan kemampuan.
f. Pengelompokan berdasarkan minat.

14
3. Pengelompokan Siswa
Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari
perencanaan penentuan daya tampung sekolah islam atau jumlah siswa baru yang
akan diterima, dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak yang tinggal
dikelas atau mengulang. Kegiatan tersebut biasanya dikelola oleh panitia
penerimaan siswa baru atau PSB.
Langkah-langkah penerimaan siswa baru adalah sebagai berikut:
b. membentuk panitia penerimaan murid,
c. menentukan syarat pendaftaran calon,
d. menyediakan formulir pendaftaran,
e. pengumuman pendaftaran calon,
f. menyediakan buku pendaftaran,
g. waktu pendaftaran,
h. penentuan calon yang diterima.
4. Pembinaan Disiplin Siswa
Disiplin adalah suatu kegiatan dimana sikap, penampilan dan tingkah laku
peserta didik sesuai dengan tatanan nilai, norma dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku di sekolah dan kelas dimana mereka berada. Dalam peningkatan
kedisiplinan biasanya terdapat tata tertib suatu sekolah yang harus dipetuhi oleh
seorang siswa misalnya: hadir 10 menit sebelum pelajaran dimulai, mengikuti
seluruh kegiatan pembelajaran dengan baik, dan mengerjakan semua tugas yang
diberikan.
Kewajiban menaati tata tertib yang ada merupakan hal yang penting karena
merupakan bagian dari sistem persekolahan yang dilaksanakan dan juga sebagai
sebuah kelengkapan sekolah islam dalam menjalankan proses pembelajaran.
5. Kegiatan Ektra Kurikuler
Yang dimaksud dengan kegiatan tersebut adalah kegiatan yang dilaksanakan
di sekolah islam namun dilaksanakan diluar jam sekolah secara resmi. Artinya
diluar jadwal pelajaran yang tercantum. Tujuan dari adanya kegiatan ini adalah
memperkaya dan memperluas wawasan siswa dan juga membantu menanamkan
nilai-nilai pada diri siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler
adalah:
a. Peningkatan aspek pengetahuan sikap dan ketrampilan.

15
b. Dorongan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa
c. Penetapan waktu dan obyek kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi
lingkungan.
d. Jenis-jenis kegiatan ekstra yang disediakan seperti pramuka, PMR, kesenian,
olahraga dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan Ko Kurikuler dilaksanakan dalam berbagai bentuk,
misalnya mempelajari buku-buku pelajaran tertentu, mengerjakan PR, atau
mengadakan kegiatan lain diluar sekolah islam. Pada intinya kedua kegiatan ini
bertujuan untuk mengembangkan pribadi siswa.
6. Organisasi Siswa Intra Sekolah
OSIS adalah satu-satunya organisasi yang bersifat intra sekolah yang harus ada
di sekolah islam Tsanawiyah maupun Aliyah. OSIS berfungsi sebagai wadah untuk:
a. Pembinaan pemuda dan budaya
b. Pembinaan stabilitas dan ketahanan nasional
c. Pembentukan watak dan kepribadian dalam integrasi sekolah.
d. Pencegahan pembinaan siswa yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
e. Pembinaan aktifitas intra sekolah yang berorientasi pada kegiatan yang bersifat
edukatif.
f. Pemberian kesempata seluas-luasnya bagi pengembangan potensi siswa.
Tujuan OSIS adalah untuk,
a. mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki jiwa pancasila,
berkepribadian luhur, moral dan mental yang tinggi, berkecakapan serta
berpengetahuan yang siap untuk diamalkan.
b. mempersiapakan siswa agar menjadi warga negara yang mengabdi pada Tuhan
YME, tanah air dan bangsanya.
c. menggalang kesatuan dan persatuan yang kokoh di sekolah dalam satu wadah
OSIS.
d. menghindarkan siswa dari pengaruh-pengaruh yang tidak sehat.
Kegiatan ini dibina oleh kepala sekolah dan dibantu oleh guru yang mempunyai
kompetensi dalam keorganisasian.
7. Evaluasi Kegiatan Siswa
Dalam evaluasi kegiatan siswa terdapat berbagai langkah yang perlu
diperhatikan:

16
a. Penentuan standar, yang dimaksud standar adalah patokan mengenai suatu
keberhasilan atau kegagalan dalam suatu kegiatan.
b. Mengadakan pengukuran. Pengukuran dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan
yang telah dilaksanakan.
c. Membandingkan hasil pengukuran dengan standar
d. Mengadakan perbaikan.
Maka dari itu perlu untuk mengetahui standar agar dapat digunakan sebagai
umpan balik sebagai perbaikan dalam pelaksanaan suatu kegiatan, supaya
pelaksanaan kegiatan memenuhi target yang telah ditetapkan.
8. Perpindahan Siswa
Perpindahan siswa mempunyai dua pengertian, yakni perpindahan siswa dari
suatu sekolah islam ke sekolah islam lain yang sejenis dan perpindahan siswa dari
suatu jenis program ke jenis program lain. Perpindahan siswa dari suatu sekolah
Islam ke sekolah Islam lain yang sejenis pada dasarnya dikarenakan perpindahan
wilayah atau tempat.
Perpindahan siswa dari suatu jenis program ke jenis program lain lebih
dikarenakan kurang cocoknya siswa masuk dalam program tersebut. Maka dari itu
untuk mengantisipasi hal tersebut, pada saat penjurusan harus menentukan jurusan
setepat-tepatnya bagi siswa dengan melihat kecenderungan dan karakeristik siswa
bahkan dengan data yang lengkap yang dimiliki oleh pihak sekolah Islam.
9. Kenaikan Kelas dan Penjurusan
Kenaikan Kelas dan Penjurusan dapat diatur dalam peraturan sekolah yang
didasarkan pada kebijakan yang ada pada sekolah. Dalam pelaksanaan kenaikan
kelas dan penjurusan seringkali muncul berbagai masalah yang memerlukan
penyelesaian secara bijak. Masalah ini dapat diperkecil jika data-data tentang hasil
evaluasi siswa obyektif dan mendayagunakan fungsi. Juga para guru harus berhati-
hati dalam memberikan nilai hasil evaluasi belajar kepada siswa.
10. Kelulusan dan Alumni
Kelulusan adalah pernyataan dari sekolah islam sebagai suatu lembaga tentang
telah diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh siswa. Kelulusan
ini ditandai dengan adanya Ijazah atau STTB. Prosesnya biasanya ditandai dengan
pelepasan siswa dalam suatu upacara.
Sedangkan hubungan dengan alumni, para sekolah Islam tetap menjaga
hubungan dengan para alumninya. Demikian juga para alumni juga biasanya

17
bangga dengan sekolah Islam dimana ia bersekolah dan menempuh pendidikan
dahulu. 24
F. Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik
Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang harus didapatkan oleh
peserta didik untuk mendapatkan kedewasaan ilmu. Kebutuhan peserta didik tersebut
wajib dipenuhi atau diberikan oleh pendidik kepada peserta didiknya. Menurut
Ramayulis, ada delapan kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi, yaitu: 25
1. Kebutuhan Fisik
Fisik seorang anak didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
Proses pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan:
a. Peserta didik pada usia 0-7 tahun, pada masa ini peserta didik masih mengalami
masa kanak-kanak.
b.Peserta didik pada usia 7-14 tahun, pada usia ini biasanya peserta didik tengah
mengalami masa sekolah yang didukung dengan peralihan pendidikan formal.
c.Peserta didik pada usia 14-21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai mengalami
masa pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan. 26
2. Kebutuhan Sosial
Adalah kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar
peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungan. Begitu juga supaya
dapat diterima oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya
dan pemimpinnya. Kebutuhan ini perlu agar peserta didik dapat memperoleh
kebutuhan ini perlu agar peserta didik dapat memperoleh posisi dan berprestasi
dalam pendidikan.27
3. Kebutuhan untuk Mendapatkan Status
Dalam proses kebutuan ini biasanaya seorang peseta didik ingin menjadi orang
yang dapat dibanggakan atau dapat menjadi seorang yang benar-benar berguna dan
dapat berbaur secara sempurna di dalam sebuah lingkungan masyarakat.
4. Kebutuhan Mandiri
Kebutuhan mandiri ini pada dasarnya memiliki tujuan utama yaitu untuk
menghindarkan sifat pemberontak pada diri peserta didik, serta menghilangkan rasa

24
Fathurrohman, Op.Cit., diakses pada 21 November 2023.
25
Ibid.
26
Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarat: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 42
27
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 78

18
tidak puas akan kepercayaan dari orang tua atau pendidik karena ketika seorang
peserta didik terlalu mendapat kekangan akan sangat menghambat daya kreativitas
dan kepercayaan diri untuk berkembang
5. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
Peserta didik memiliki beberapa dimensi penting yang mempengaruhi akan
perkembangan peserta didik, dimensi ini harus diperhatikan secara baik oleh
pendidik dalam rangka mencetak peserta didik yang berakhlak mulia dan dapat
disebut insan kamil dimensi fisik (jasmani), akal, keberagamaan, akhlak, rohani
(kejiwaan), seni (keindahan), sosial.
Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah
objek atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan
sebagai subjek atau individu yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan
sesuai dengan keberadaan individu itu sendiri. Sehingga dengan pengakuan tersebut
seorang peserta didik akan mengenal lingkungan dan mampu berkembang dan
membentuk kepribadian sesuai dengan lingkungan yang dipilihnya dan mampu
mempertanggungjawabkan perbuatannya pada lingkungan tersebut.
Adapun hal-hal yang harus dipahami adalah:
a. Kebutuhannya
b. Dimensi-dimensinya
c. Intelegensinya
d. Kepribadiannya. 28
G. Karakteristik Peserta Didik
Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah: 29[28]
1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga
metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan orang dewasa. Orang
dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik, dengan mematuhi segala
aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan dunianya.
2. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu
semaksimal mungkin. Kebutuhan individu, menurut Abraham Maslow, terdapat
lima hierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: (1)

28
Ibid., h. 97
29
R. Ali Mahdum Davir, Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, Dalam
http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html, diakses pada 21
November 2023

19
kebutuhan-kebutuhan tahap dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa
aman dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan (2) meta
kebutuhan meta kebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam
aktualisasi diri, seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan
lain sebagainya. Sekalipun demikian, masih ada kebutuhan yang tidak terjangkau
kelima hierarki kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan transendensi kepada Tuhan.
Individu yang melakukan ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan
kelima hierarki kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah
keikhlasan dan ridha dari Allah swt.
3. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik
perbedaan yang disebabkan dari factor endogen (fitrah) maupun eksogen
(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan
lingkungan yang mempengaruhinya. Pesrta didik dipandang sebagai kesatuan
sistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk
monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari dari banyak segi,
merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa).
4. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang
dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki
aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam
pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya
menerima, mendengarkan saja.
5. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam mempunyai
pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam pendidikan adalah
bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo, serta
irama perkembangan peseta didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat
ditentukan oleh usia dan priode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan
tingkat pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik dilihat dari
dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.

20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Manajemen pendidikan Islam adalah proses perencanaan, mengorganisasi,
memimpin dan mengendalikan pendidikan Islam dengan segala aspeknya agar tujuan
pendidikan tercapai secara efektif dan efisien.
2. Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi
kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
3. Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang
berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan. Manajemen juga
mempunyai prinsip dasar dalam praktik pendidikan antara lain: Menentukan
cara/metode kerja, Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya, Pemilihan
prosudur kerja, Menentukan batas-baras tugas, Mempersiapkan dan membuat
spesipikasi tugas, Melakukan pendidikan dan latihan dan Menentukan sistem yang
menghasilkan.
4. Tujuan dari manajemen peserta didik ialah mengatur segala kegiatan-kegiatan peserta
didik agar semua kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang proses belajar
mengajar di sekolah. Sehingga proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan
lancar, tertib, dan teratur.
5. Ruang lingkup manajemen kesiswaan, yaitu, Perencanaan peserta didik/ kesiswaan;
Penerimaan Siswa Baru; Pengelompokan Siswa; Pembinaan Disiplin Siswa;
Kegiatan Ektra Kurikuler; Organisasi Siswa Intra Sekolah;
6. Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik, berupa: Kebutuhan Fisik; Kebutuhan Sosial;
Kebutuhan untuk Mendapatkan Status; Kebutuhan Mandiri; dan Kebutuhan untuk
memiliki filsafat hidup.
7. Karakteristik peserta didik di antaranya, peserta didik bukan miniatur orang dewasa,
ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak boleh
dilaksanakan dengan orang dewasa; peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut
untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin, peserta didik memiliki
perbedaan antara individu dengan individu yang lain; peserta didik dipandang sebagai
kesatuan sistem manusia; peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan;

21
peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam mempunyai
pola perkembangan serta tempo dan iramanya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Nur Uhbiyati. 2006. Ilmu Pendidikan. Jakarat: PT. Rineka Cipta.
Al-Imam Abi al-Husni Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairiyyi an-Naisaburiyyi, Shahih
Muslim, (Beirut : Darul Kutub al-‘Ilmiyyati), tt.Ali, M. Nashir. 1982. Dasar-Dasar
Ilmu Mendidik. Jakarta: Mutiara.
Davir, R. Ali Mahdum. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, Dalam
http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-
islam_22.html, diakses pada 21 November 2023.
Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan Islam,
dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-
manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, diakses pada 21
November 2023.
Fattah, Liat Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. V. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001.
Hasyim, Dardiri, Manajemen Pendidikan Islam. Surakarta: UNS Press, 2021.
Imron, Ali, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2008.
Natsir, Muhammad, Capita Selekta. Bandung: Gravenhage, 1954.
Rahman, Jamal Abdul, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihsan
Zubaidi. Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2008.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
Smith, Adan, Management System Analysis And Aplication, Cet. I. Japan: Holt Saunders
International, 1982.
Tafsir, Ahmad, lmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2008.
Zainuddin, Ansar, Manajemen Pendidikan Islam, dalam
http://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/11/manajemen-pendidikan-islam.html,
diakses pada 23 November 2023.
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
https://quran.kemenag.go.id/, diakses pada 21 November 2023.

23

Anda mungkin juga menyukai