Anda di halaman 1dari 31

RINGKASAN/RANGKUMAN

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Tema :

“MANAJEMEN ADMINISTRASI DAN ORGANISASI PENDIDIKAN”

Dosen pembimbing :

Yuni Ratna Dewi, S.Sos., M.Pd.I.

Disusun Oleh :

Siti Khodijah

NIM :3468862002414

Sekolah Tinggi Agama Islam Indonesia Jakarta

2022/2023
Kata pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas Rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas rangkuman/ringkasan yang berjudul "Manajemen Administrasi dan Organisasi
Pendidikan" dengan tepat waktu. Rangkuman/ringkasan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Administrasi Pendidikan. Selain itu, rangkuman/ringkasan ini bertujuan menambah wawasan
tentang seputar administrasi pendidikan bagi para pembaca dan juga penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuni Ratna Dewi, S.Sos., M.Pd.I.selaku Dosen mata
kuliah administrasi pendidikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya rangkuman/ringkasan ini.

Penulis menyadari rangkuman/ringkasan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan rangkuman/ringkasan ini. Demikian, semoga
rangkuman/ringkasan ini bermanfaat khususnya untuk penyusun Dan umumnya untuk semua yang
membaca rangkuman/ringkasan ini. Apabila terdapat penulisan atau kata yang salah mohon maaf,
sekian dan terimakasih

Wassallamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 2 Oktober 2022

Penulis
BAB I

PEMBAHASAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain (Management is getting
done through other people).
Dari sudut istilah, manajemen berasal dari kata kerja “manage”. Kata ini, menurut kamus The
Random House Dictionary of the English Languange, College Edition, berasal dari bahasa
Italia “manegg (iare)” yang bersumber pada perkataan Latin “manus” yang berarti “tangan”.
Secara harfiah manegg (iare) berarti “menangani atau melatih kuda”, sementara secara
maknawiah berarti “memimpin, membimbing atau mengatur” (Effendy, 1993: 4). Ada juga
yang berpendapat bahwa manajemen berasal dari kata kerja bahasa Inggris “to manage” yang
sinonim dengan to hand, to control, dan to guide (mengurus, memeriksa dan memimpin).
Untuk itu dari asal kata ini manajemen dapat diartikan pengurusan, pengendalian, memimpin
atau membimbing (Effendy, 1986: 9).1
Kemudian ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang pengertian manajemen.
1. Goerge R. Terry.
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan:
perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan, yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.
2. Harold Koonts dan Cyril O’Donell
Management is getting things done through people. (Manajemen adalah penyelesaian
pekerjaan melalui orang lain).
3. The Liang Gie
Manajemen sebagai seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian
dan pengontrolan terhadap sumber daya manusia dan alam untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
4. Sondang P. Siagian
Manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka
mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain.
5. Malayu S. P. Hasibuan
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya yang lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara lebih rinci pengertian manajemen dapat disimpulkan sebagai beriikut :
1. Sebagai suatu sistem, manajemen adalah suatu kerangka kerja yang terdiri dari
berbagai komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan dan terorganisir dalam
rangka mencapai tujuan.
2. Sebagai proses, manajemen adalah serangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada
pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin.
3. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, manajemen adalah suatu ilmu interdispliner dengan
menggunakan bantuan ilmu sosial, filsafat, psikologi, antropologi dan lain-lain.
4. Sebagai suatu profesi, manajemen merupakan bidang pekerjaan atau keahlian tertentu
yang dapat disejajarkan dengan bidang kedokteran, hukum dan sebaginya.
1
Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Agama Islam. (Jakarta: PT. Bhatara Karya
Aksara, 1986), hlm. 9.
5. Sebagai suatu fungsi, manajemen adalah proses fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Fungsi dan kaidah manajemen di atas berlaku dalam bidang-bidang umum (perusahaan,
organisasi, pemerintahan), karena itu sifatnya universal. Jadi, bila kita meninjau abstraksi
pemikiran dari pendekatan yang melihat pengelolaan lembaga pendidikan sebagai proses
kegiatan manajemen, maka fungsi-fungsi manajemen yang bersifat universal tersebut
dapat diterapkan dalam bidang pengelolaan manajemen pendidikan. Jika fungsi-fungsi
itu diabstraksi, maka akan ada dua komponen, yaitu akal (mind) dan tindakan (action).
Namun demikian, menurut Sahertian (1994: 28), kegiatan manajemen pendidikan tidak
tidak hanya membutuhkan akal dan tindakan (mind and action), tetapi juga pembentukan
sikap dan seni (art).2 Dengan demikian, setiap pimpinan lembaga pendidikan seharusnya
memiliki kompetisi dapat berpikir, bertindak dan bersikap manajerial.
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib
dan teratur, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan
dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas). (HR. Thabrani)”
Proses-proses manajemen pada dasarnya adalah perencanaan segala sesuatu secara
mantap untuk melahirkan keyakinan yang berdampak pada melakukan sesuatu sesuai
dengan aturan dan memiliki manfaat.

B. Manajemen sebagai Ilmu


Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang telah disistimatisir, telah dianalisis dan
disintesiskan, telah menghasilkan dalil, hukum, kaidah yang dapat digunakan untuk menyusun
hipotesis atau teori guna memecahkan masalah atau maksud tertentu.
Fungsi dan manfaat ilmu bagi manusia:
1. Untuk memahami atau mengetahui sesuatu (to understand)
2. Untuk menjelaskan sesuatu (to explain)
3. Untuk memperkirakan (to predict)
4. Untuk mengendalikan (to control)
5. Untuk kebahagiaan (to be happy)
Menurut George R. Terry, ilmu manajemen adalah suatu kumpulan pengetahuan yang
disistematisir, yang dikumpulkan dan diterima dengan memberi referensi kepada pengertian
kebenaran umum tentang manajemen.

C. Teori Manajemen
Teori adalah keterangan tentang sesuatu, mengapa ia terjadi dan bagaimana terjadinya, atau
menerangkan tentang bagaimana dan mengapa seseorang berperilaku tertentu, umpamanya
dalam suatu konteks tertentu.
Teori manajemen dipergunakan sebagai pedoman melaksanakan kegiatan dengan cara yang
tepat dan hemat dalam upaya mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Adapun pedoman utama norma manajemen adalah efektif dan efisien. Efektif, memperoleh
hasil yang tepat sesuai dengan harapan atau tujuan yang diinginkan. Efisien, memperoleh
hasil yang optimal dengan menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin.
Sementara alternatif pencapaian tujuannya meliputi:
1. Efektif dan efisien
2. Efektif tetapi tidak efisien
2
Piet A. Sahertai, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. (Surabaya: PT Usaha Nasional,
1994),hlm. 28.
3. Tidak efektif dan tidak efisien
4. Tidak efektif, tapi efisien.

D. Fungsi-Fungsi Manajemen
Dalam proses pelaksanaannya, manajemen mempunyai tugas-tugas khusus yang harus
dilaksanakan. Tugas-tugas khusus itulah yang biasa disebut sebagai fungsi-fungsi manajemen
ini, berikut ini akan dipaparkan beberapa pendapat para ahli manajemen.
1. George R. Terry (Disingkat POAC)
a. Planning (Perencanaan)
b. Organizing (Pengorganisasian)
c. Actuating (Penggerakan)
d. Controlling (Pengendalian).
2. Newman
a. Planning (Perencanaan)
b. Organizing (Pengorganisasi)
c. Assembling (Perwakilan)
d. Resources (Penggalian sumber)
e. Directing (Pemberian bimbingan)
f. Controlling (Pengendalian).
3. Henri Fayol
a. Forecasting and Planning (Forkasting dan perencanaan)
b. Organizing (Pengorganisasian)
c. Commanding (Perintah)
d. Coordinating (Koordinasi)
e. Controlling (Pengawasan).
4. Herbert G. Hicks
a. Creating (Kreasi)
b. Planning (Perencanaan)
c. Organizing (Pengorganisasian)
d. Motivating (Motivasi)
e. Communicating (Komunikasi)
f. Controlling (Pengawasan).
5. Harold Koontz
a. Planning (Perencanaan)
b. Organizing (Pengorganisasian)
c. Staffing (Penyusunan pegawai)
d. Leading (Pemimpinan)
e. Controlling (Pengendalian).

E. Proses Manajemen
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan rasional dan sistemik dalam menetapkan keputusan,
kegiatan atau langkah-langkah yang akan dilaksanakan di kemudian hari dalam rangka
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Perencanaan terdiri dari :
a. Langkah-langkah perencanaan
b. Proses perencanaan
c. Aspek perencanaan
d. Rencana yang baik
e. Prinsip-prinsip perencanaan
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah menyusun hubungan perilaku yang efektif antarpersonalia,
sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan memperoleh keputusan pribadi
dalam melaksanakan tugas-tugas dalam situasi lingkungan yang ada guna mencapai
tujuan dan sasaran tertentu (George R. Terry).
Pengorganisasian terdiri dari :
a. Langkah-langkah pengorganisasian
b. Azas pengorganisasian
c. Prinsip-prinsip pengorganisasian

F. Makna Manajemen dalam Perspektif Islam


Bila makna menejemen lebih ditekankan pada masalah tanggung jawab, pembagian kerja dan
efisiensi, maka hal tersebut tak jauh berbeda dengan makna beberapa ayat Al-Quran berikut.
Surat Al-Zalzalah [99]: 7-8, yang menjelaskan tentang pentingnya setiap orang bertanggung
jawab terhadap karyanya:
“Barangsiapa yang mengerjakan sesuatu amal kebajikan seberat atom pun, niscaya dia
akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan perbuatan jahat seberat atom
pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula. (QS Al-Zalzalah [99]: 7-8)”.
Surat Al-An’am [6]: 165, yang menjelaskan mengenai pentingnya pembagian kerja dalam
suatu organisasi.
“Ditinggikan-Nya sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat untuk
mengujimu tentang apa yang telah ditetapkan Allah terhadapmu. (QS Al-An’am [6]: 165)”.
Manajemen sebagai suatu ilmu dan teknik untuk mengurus atau mengelola tidak lepas dari
fungsi-fungsi dan kewajiban manusia yang telah ditetapkan Allah, antara lain: (1) fungsi
manusia sebagai khalifah Allah, (2) kewajiban manusia pengemban amanat Allah, (3)
perjanjian manusia dengan penciptanya, dan (4) hakikat eksistensi manusia di muka bumi
(Effendy, 1986: 16).
Adapun prinsip atau kaidah dan teknik manajemen menurut agama Islam adalah, pertama,
prinsip amar ma’ruf nahi mungkar (QS Ali ‘Imran [3]: 104). Kedua, kewajiban menegakkan
kebenaran (QS Al-Isra’ [17]: 18; Ali ‘Imran [3]: 60). Ketiga, menegakkan keadilan (QS Al-
Nisa’ [4]: 58, Al-A’raf [7]: 29). Keempat, keadilan menyampaikan amanat (QS Al-Nisa’ [4]:
58, Al-Baqarah [2]: 283).

G. Hubungan Kepemimpinan, Manajemen, Administrasi dan Organisasi Pendidikan


Di muka telah diuraikan bahwa manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui
kegiatan-kegiatan dan kerja sama orang-orang lain. Sedangkan organisasi adalah kerangka,
struktur atau wadah orang-orang yang bekerja sama. Dengan demikian, manajemen mencapai
tujuan melalui orang-orang lain yang diwadahi dalam organisasi. Oleh karena manajemen
mencapai tujuan melalui organisasi.3
Dengan demikian, jelas bahwa hubungan manajemen dan organisasi ibarat dua sisi mata
uang, di mana tujuan manajemen dapat tercapai melalui organisasi. Artinya, tanpa organisasi
berarti tidak ada kegiatan manajemen, sebaliknya tanpa manajemen maka tujuan organisasi
juga tidak akan tercapai.

3
Sutopo, Administrasi Manajemen... hlm. 24.
BAB II
ADMINISTRASI PENDIDIKAN

A. Administrasi
Administrasi pendidikan merupakan perpaduan dari dua kata, yaitu administrasi dan
pendidikan. Masing-masing dari kata tersebut memiliki arti tersendiri, tetapi bila
dirangkaikan membentuk arti baru. Pada hakikatnya, administrasi pendidikan merupakan
penerapan ilmu administrasi ke dalam dunia pendidikan atau dalam pembinaan,
pengembangan, dan pengendalian usaha praktik-praktik pendidikan. 4
1. Pengertian Administrasi
Menurut asal kata (etimologis), kata “administrasi” berasal dari bahasa Latin yang
terdiri atas kata ad dan ministrate. Kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to
dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan ministrare sama artinya
dengan kata to serve atau to conduct yang berarti melayani, membantu, atau
mengarahkan. Jadi, pengertian administrasi adalah melayani secara intensif. Dari
perkataan “administrare” ini terbentuk kata benda “administrario” dan kata sifat
“administrativus” yang kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris “administration”. 5
Dalam bahasa Inggris to administer berarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look
after), dan mengarahkan (tata usaha).
Perkataan ini selanjutnya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi
“administrasi”.
Dengan demikian, administrasi merupakan kegiatan tulis menulis, mengirim dan
menyimpan keterangan. Administrasi sering dikaitkan dengan aktivitas administrasi
perkantoran yang hanya merupakan salah satu bidang dari aktivitas administrasi yang
sebenarnya.
Berikut dikemukakan pendapat beberapa tokoh mengenai administrasi sebagai
berikut:
a. Sondang P. Siagian mengatakan, “administrasi adalah keseluruhan proses
pelaksanaan daripada keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada
umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya”.6
b. The Liang Gie, dalam pengertian, Kedudukan dan Ilmu Administrasi mengatakan
bahwa “administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap
pekerjaan pokok yang dilaksanakan oleh sekelompok orang dalam bekerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu”.7
c. Sutarto mendefinisikan: “administrasi adalah suatu proses penyelenggaraan dan
pengurusan segenap tindakan/kegiatan dalam setiap usaha kerja sama
sekelompok manusia untuk mencapai tujuan”.8
Kalau dianalisis secara kritis, definisi-definisi para ahli tersebut mengandung
beberapa pokok pengertian:
a. Administrasi sebagai proses kerja sama.

4
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, (Bandung: Pustaka
Setia, 2005), hlm. 11.
5
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan. (Jakarta: CV Haji Masagung,1989), hlm. 5.
6
Sondang P. Siagian, Administrasi Pembangunan. (Jakarta: Gunung Agung, 1974), hlm. 2.
7
H.M. Daryanto. Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 7.
8
Sutopo, Administrasi Manajemen dan Organisasi. (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
1999), hlm. 5.
b. Aktivitas kerja sama dilakukan 2 orang atau lebih.
c. Adanya wadah kerja sama yang berupa lembaga atau organisasi.
d. Adanya tujuan tertentu yang akan dicapai.
2. Unsur-Unsur Administrasi
Ada beberapa unsur administrasi,9
a. Organisasi
b. Manajemen
c. Kepemimpinan
d. Kepegawaian
e. Keuangan
f. Perlengkapan
g. Pekerjaan kantor
h. Tata hubungan/komunikasi
i. Hubungan masyarakat
Di samping unsur-unsur di atas, Sondang P. Siagian (1978) 10 mengemukakan bahwa
unsur-unsur administrasi adalah:
a. Manusia (2 orang atau lebih)
b. Tujuan yang akan dicapai
c. Kerjasama
d. Kegiatan yang akan dilakukan
e. Perlatan/perlengkapan.
3. Kriteria Administrasi
Administrasi dapat dikatakan baik menurut LAN RI (1982) 11 apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Efisien. Efisien adalah perbandingan terbaik anatara input (sumber-sumber yang
dipergunakan) dengan out put (hasil), dalam arti output lebih besar daripada
input.
b. Efektivitas. Pengertian efektivitas di sini adalah mencapai hasil sepenuhnya
seperti yang benar-benar diinginkan, atau setidak-tidaknya berusaha mencapai
hasil semaksimal mungkin. Biasanya efektivitas dikaitkan dengan faktor waktu.
c. Rasionalitas. Rasionalitas ini terkait dengan rasio/pikiran/akal sehat. Dengan
demikian, kegiatan dalam administrasi harus berdasarkan rasio/pikiran/akal sehat.
4. Pembagian Ilmu Administrasi
Perkembangan ilmu administrasi yang pada mulanya bergerak di dalam dunia industri
dan perusahaan, kemudian menjalar ke dalam pemerintahan atau negara, sehingga
kini kita mengenal adanya business administration dan governmental administration
atau public administration. Di samping itu, juga berkembang administrasi privat
(private administration) dan administrasi pembangunan.
a. Administrasi niaga (business administration). Administrasi ini adalah
administrasi yang bergerak dalam organisasi/lembaga niaga/bisnis yang
berorientasi pada laba (profit oriented), seperti PT, CV, UD, Koperasi dan
sebagainya.
b. Administrasi publik (governmental administration/public administration).
Menurut Nigro & Nigro (1977), memiliki pengertian sebagai berikut:
9
Dikembangkan dari The Liang Gie, Pengertian Administrasi di Indonesia: Suatu Tinjauan Kepustakaan.
Yogyakarta: BPA-UGM, 1976.
10
Sutopo, Administrasi Manajemen... hlm. 5.
11
Sutopo, Administrasi Manajemen... hlm. 7.
1. Proses kerja sama kelompok dalam negara.
2. Meliputi tiga cabang pemerintahan, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
3. Berwenang membuat kebijaksanaan publik.
4. Berbeda dengan administrasi privat.
5. Melakukan pelayanan kepada masyarakat.
c. Administrasi privat (private administration). Administrasi ini bersifat sosial dan
tidak berorientasi pada laba (nirlaba), misalnya Yayasan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Organisasi Kemasyarakatan, seperti NU, Muhammadiyah
dan sebagainya yang banyak tumbuh dalam masyarakat Indonesia.
d. Administrasi pembangunan. Terkait dengan administrasi negara, administrasi
negara yang dapat berjalan dengan baik di negara-negara lain termasuk di negara-
negara yang sedang berkembang.

B. Administrasi Pendidikan
1. Pengertian
Sekarang kita mengenal administrasi pendidikan sebagai salah satu cabang dari ilmu
administrasi pada umumnya. Para ahli pendidikan mulai menyadari bahwa meskipun
prinsip-prinsip administrasi dalam berbagai lapangan memiliki kesamaan, baik dalam
proses maupun tujuannya, dalam dunia pendidikan mempunyai kekhususan yang
tidak dapat disamakan begitu saja dengan dunia perusahaan ataupun pemerintahan.

Sebagai ilmu, administrasi pendidikan mempunyai karakteristik tersendiri yang


berbeda dengan ilmu administrasi lain. Seperti dikatakan oleh Sodiq A. Kuntoro,
perbedaan administrasi pendidikan dan administrasi lain terletak pada prinsip-prinsip
operasionalnya, dan bukan pada prinsip-prinsip umumnya.

Setelah kita mengetahui makna administrasi secara jelas, maka untuk memahami
lebih lanjut makna dari administrasi pendidikan berikut ini akan dibahas makna kata
pendidikan yang membatasi ruang lingkup kegiatan admnistrasi. Pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah. Tujuan umum
pendidikan adalah untuk membantu peserta didik mencapai kedewasaanya masing-
masing sehingga peserta didik dapat berdiri sendiri di dalam masyarakat sesuai
dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitarnya.

Untuk mencapai tujuan pendidikan di atas, maka harus diselenggarakan rangkaian


kegiatan kependidikan secara terencana, terarah dan sistematis melalui lembaga
pendidikan formal yang diatur dan diawasi oleh pemerintah dengan tidak mengurangi
arti usaha-usaha kependidikan yang lainnya. Sejalan dengan hal ini maka akan
dijabarkan lebih jelas beberapa pengertian dari administrasi pendidikan dari beberapa
ahli administrasi dengan arti yang sesuai latar belakang dan sudut tinjau masing-
masing.
a. S. Nasution memberikan definisi administrasi pendidikan adalah suatu proses
keseluruhan, semua kegiatan bersama dalam bidang pendidikan dengan
memanfaatkan semua fasilitas yang tersedia baik personel, material, maupun
spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan.12
12
S. Nasution, Usaha-Usaha perbaikan dalam Bidang Pendidikan. (Bandung: Offset NV. Masa Baru, 1972), hlm.
245.
b. Walter S. Monreo, dalam bukunya “Encyclopedia of Educational Research”,
mengartikan administrasi pendidikan sebagai “Educational administration is the
direction, control and management affairs, including business administration,
since all aspect of carried on for educational ends”. 13

Melihat rumusan-rumusan di atas, maka dapat diambil beberapa pengertian


tentang administrasi pendidikan yang penulis kutip dari beberapa sumber berikut:
a. Administrasi pendidikan merupakan kegiatan manusia atau sebgai gejala
sosial karena di dalamnya terjadi interaksi antara sejumlah manusia.
b. Administrai pendidikan merupakan proses aktivitas atau rangkaian kegiatan
kompleks yang dilakukan terus-menerus.
c. Administrasi pula dapat diartikan sebagai pelaksanaan pimpinan yang
mewujudkan aktivitas kerja sama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan.
d. Administrasi pendidikan melibatkan banyak pihak, antara lain peserta didik,
tenaga administrasi, guru, kepala sekolah, pengurus yayasan, dewan/komite
sekolah dan atau BP3, pengawas/penilik pendidikan, para pejabat terkait di
kantor Departemen Pendidikan Nasional dan atau Departemen Agama dari
tingkat kecamatan hingga pusat.
2. Tujuan Administrasi Pendidikan
Tujuan administrasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan kegiatan operasional kependidikan dalam mencapai tujuan
kependidikan.

Seperti yang diutarakan oleh Sergiovanni dan Carver (1975), ada empat tujuan
administrasi, yaiti efektivitas produksi, efisiensi, kemampuan menyesuaikan diri
(adaptiveness), dan kepuasan kerja. Keempat tujuan tersebut dapat digunakan sebagai
kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu penyelenggaraan sekolah. 14

3. Fungsi Administrasi Pendidikan


Administrasi pendidikan mempunyai fungsi yang integral dalam proses pendidikan,
terutama dalam pengelolaan pelaksanaan proses belajar-mengajar di sekolah. Fungsi-
fungsi pengelolaan proses belajar mengajar ini adalah sebagai berikut:
a. Fungsi perencanaan
b. Fungsi organisasi
c. Fungsi koordinasi
d. Fungsi motivasi
e. Fungsi pengawasan

C. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan


Secara umum, ruang lingkup administrasi pendidikan meliputi:
1. Administrasi kurikulum
2. Administrasi ketenagaan pendidikan (kepegawaian)
3. Administrasi kesiswaan
4. Administrasi sarana dan prasarana pendidikan
13
Walter S. Monroe, Encyclopedia of Educational Research. (New York: The Mc Millan Company, 1952), hlm. 7.
14
H.M. Daryanto, Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm.17.
5. Administrasi keuangan/pembiayaan pendidikan
6. Administrasi perkantoran
7. Administrasi unit-unit penunjang pendidikan
8. Administrasi layanan khusus pendidikan
9. Administrasi tata lingkungan dan keamanan sekolah
10. Administrasi hubungan dengan masyarakat
Secara umum, semakin besar dan maju suatu lembaga pendidikan semakin banyak ruang
lingkup administrasi yang harus ditangani sekolah.

D. Prinsip Dasar Administrasi Pendidikan Modern


Prinsip fundamental administrasi pendidikan yang demoktratis ini meliputi:
1. Pelibatan tanggung jawab individu-individu untuk berpartisipasi dalam membuat
keputusan.
2. Usaha menempatkan kepemimpinan dan mendorong pelaksanaannya sesuai dengan
abilitas, kapasitas, latar belakang, pengalaman, minat, dan kebutuhan setiap pribadi
yang terlibat.
3. Adanya fleksibilitas organisasi yang memungkinkan penyesuaian yang dilakukan
secara kontinu.
4. Penghargaan terhadap usaha dan aktivitas kreatif sesuai dengan hakikat manusia,
yang diekspresikan dalam perencanaan dan pelaksanaan program kependidikan.

BAB III
ORGANISASI PENDIDIKAN
A. Pengertian Organisasi
Organisasi merupakan salah satu bentuk dari sistem sosial. Sebagai salah satu bentuk
organisasi pendidikan, maka dengan sendirinya sekolah merupakan salah satu bentuk dari
sistem sosial, yang tentunya mempunyai sub-sistem dengan ciri-ciri khusus yang berbeda
dengan sub-sistem sosial yang lain.

B. Sekolah Sebagai Organisasi


Sekolah sebagai organisasi adalah organisasi sosial yang diselenggarakan dan dirancang
sedemikian rupa dengan mengutamakan kegiatannya dalam bidang pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara nasional, regional maupun institusional. Untuk mencapai
tujuan tersebut, sekolah melaksanakan fungsi-fungsi administrasi, manajemen dan
kepemimpinan sebagaimana umumnya organisasi formal.

C. Perjuangan Hidup Sekolah


Ada enam dalil menurut teori Evolusi Darwin yang harus diterapkan dalam strategi
manajemen pengembangan lembaga pendidikan khususnya sekolah agar tetap survive, yaitu:
1. Pertumbuhan
2. Reproduksi
3. Warisan
4. Keragaman
5. Perjuangan untuk hidup, dan
6. Seleksi alam yang terkuat yang dapat bertahan.

D. Klasifikasi Organisasi Pendidikan


Klasifikasi sekolah dilihat dari sudut mutu penyelenggaraan pendidikannya dapat dibagi
menjadi lima kelompok, yaitu:
a. Sekolah bermutu sangat rendah
b. Sekolah bermutu rendah
c. Sekolah bermutu sedang (normal)
d. Sekolah bermutu, dan
e. Sekolah unggul

E. Bagan Organisasi Sekolah


Dilihat dari jumlah peserta didik, maka sekolah dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Sekolah sangat kecil
2. Sekolah kecil
3. Sekolah sedang (normal)
4. Sekolah besar, dan
5. Sekolah sangat besar

BAB IV
MENYUSUN VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAH
A. Pengantar
Hidup yang kompleks yang dikelola secara sederhana, akan menjadikan hidup berisiko
gagal. Untuk itu, dalam hidup maupun mengelola organisasi perlu disusun misi, visi, core
beliefs dan core values yang jelas.

B. Misi, Visi, Core Beliefs, dan Core Values


Misi adalah jalan pilihan (the chosen track) lembaga pendidikan bagi peserta
didik/masyarakatnya, atau tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi, misi merupakan
penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan yang
dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang
menunjukkan “tindakan”, bukan kalimat yang menunjukkan “keadaan” sebagaimana pada
rumusan visi.

Visi adalah suatu pikiran yang melampaui realitas sekarang, sesuatu yang kita ciptakan yang
belum pernah ada sebelumnya, suatu keadaan yang akan kita wujudkan yang belum pernah
kita alami sebelumnya. Visi lembaga pendidikan adalah imajinasi yang menggunakan profil
sekolah/madrasah yang diinginkan di masa depan.

Filosofi atau core beliefs adalah keyakinan tentang kebenaran visi dan kebenaran jalan yang
dipilih untuk mewujudkan visi.

Core values adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh lembaga dalam perjalanan
mewujudkan visi.

C. Merumuskan Tujuan Sekolah


Tujuan pada dasarnya merupakan tahapan/langkah untuk mewujudkan visi lembaga
pendidikan yang telah dicanangkan.
D. Menganalisis Tantangan Nyata
Tantangan nyata sekarang sebenarnya merupakan kesenjangan antara tujuan yang dicapai
sekolah dengan kondisi sekolah saat ini. Jadi, tantangan nyata itulah yang harus diatasi
selama kurun waktu tertentu. Misalnya, jika dalam tiga tahun kedapan dicanangkan tujuan
untuk mencapai skor rata-rata UAN sebesar +2, sementara saat ini baru mencapai +0,4,
berarti tantangan nyata yang dihadapi sekolah/madrasah adalah (+2)-(+0,4)=(+1,6). Jika saat
ini sekolah/madrasah belum memiliki kelompok studi Bahasa Arab dan Inggris, sedangkan
tujuan sekolah/madrasah ingin memilikinya yang anggotanya siap untuk menjadi MC atau
berpidato dengan dua bahasa tersebut, maka tantangan nyata yang dihadapi
sekolah/madrasah mulai dibentuk kelompok studi tersebut, dan merumuskan serta
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler secara intensif dengan melatih kemampuan peserta
didik (anggota) untuk berbahasa Arab dan Inggris. Jika sekolah/madrasah baru mencapai
juara ke 4 tingkat provinsi dalam lomba olahraga atau kesenian, sedangkan tujuan
sekolah/madrasah ingin meraih juara ke-1, maka tantangan nyata yang dihadapi adalah 3
peringkat, yaitu peringkat ke 3, 2 dan akhirnya 1.15

E. Menentukan Sasaran Sekolah


Berdasarkan pada tantangan nyata, selanjutnya lembaga pendidikan merumuskan sasaran
atau target tertentu yang akan dicapai oleh lembaga. Sasaran harus menggambarkan mutu
dan kuantitas yang ingin dicapai dan terukur agar mudah melakukan evaluasi
keberhasilannya.

BAB V
KEPEMIMPINAN SEKOLAH

A. Pengantar
Kepala sekolah merupakan ruh yang menjadi pusat sumber gerak organisasi pendidikan untuk
mencapai tujuan. Kepemimpinan yang berkaitan dengan kepala sekolah dalam meningkatkan
kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang
kondusif.

B. Kegiatan Pokok Kepala Sekolah


Adapun kegiatan pokok yang harus diemban kepala sekolah itu ada tujuh, yaitu
merencanakan, mengorganisasi, mengadakan staf, mengarahkan/orientasi sasaran,
mengoordinasi, memantau dan menilai/evaluasi. Melalui kegiatan perencanaan, terjawablah
beberapa pertanyaan: apa yang akan, apa yang seharusnya dan apa yang sebaiknya? Hal ini
tentu berkaitan dengan perencanaan reguler, teknis-operasional dan perencanaan strategis
(jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang). Kepala sekolah mulai menggarap
bidang sasaran yang mungkin sebelumnya sudah dikaji secara bersama-sama.

C. Persyaratan Kepala Sekolah


Kepala sekolah harus memiliki beberapa persyaratan untuk menciptakan sekolah yang mereka
pimpin menjadi semakin efektif, antara lain:
a. Memiliki kesehatan jasmani dan ruhani yang baik
b. Berpegang teguh pada tujuan yang dicapai

15
H. Muhaimin, Rumusan Visi dan Misi... hlm. 4.
c. Bersemangat
d. Cakap di dalam memberi bimbingan
e. Cepat dan bijaksana di dalam mengambil keputusan
f. Jujur
g. Cerdas
h. Cakap di dalam hal mengajar dan menaruh kepercayaan yang baik dan berusaha untuk
mencapainya.

D. Ketrampilan Kepala sekolah


Terkait dengan keterampilan kepala sekolah, Pidarta (1998) mengemukakan tiga macam
keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan
kepemimpinannya, yaitu:
a. Keterampilan konseptual
b. Keterampilan manusiawi, dan
c. Keterampilan teknik.

E. Kompetensi Kepala Sekolah


Ada 25 item kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah agar dapat memimpin sekolah
secara efektif, khususnya dalam bingkai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
1. Memiliki landasan dan wawasan pendidikan
2. Memahami sekolah sebagai sistem
3. Memahami manajemen berbasis sekolah (MBS)
4. Merencanakan pengembangan sekolah
5. Mengelola kurikulum
6. Mengelola tenaga kependidikan
7. Mengelola sarana dan prasarana
8. Mengelola kesiswaan
9. Mengelola keuangan
10. Mengelola hubungan sekolah-masyarakat
11. Mengelola kelembagaan
12. Mengelola sistem informasi sekolah
13. Memimpin sekolah
14. Mengembangkan budaya sekolah
15. Memiliki dan melaksanakan kretivitas, inovasi dan jiwa kewirausahaan
16. Mengembangkan diri
17. Mengelola waktu
18. Menyusun dan melaksanakanregulas sekolah
19. Memberdayakan sumber daya sekolah
20. Melakukan koordinasi/penyerasian
21. Mengambil keputusan secara terampil
22. Melakukan monitoring dan evaluasi
23. Melaksanakan supervisi
24. Menyiapkan, melaksanakan dan menindak lanjuti hasil akreditasi
25. Membuat laporan akuntabilitas sekolah.

BAB VI
RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan secara umum memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada
manajemen sekolah. Ruang lingkup manajemen pendidikan secara rinci meliputi: manajemen
kurikulum, manajemen peserta didik, manajemen kepegawaian, manajemen keuangan,
manajemen sarana dan prasarana, manajemen perkantoran, manajemen hubungan masyarakat,
manajemen unit-unit penunjang, manajemen kegiatan ekstrakurikuler, manajemen pelayan
khusus, serta manajemen keamanan dan ketertiban lingkungan sekolah.

B. Manajemen Kepegawaian
Manajemen kepegawaian pendidikan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu para
pegawai sekolah, sehingga mereka dapat membantu kegiatan-kegiatan sekolah (khususnya PBM)
secara efektif dan efisien.

C. Manajemen Peserta Didik


Manajemen peserta didik adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga
pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses PBM dengan efektif dan efisien.

D. Manajemen Keuangan Sekolah


Manajemen keuangan sekolah adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan/diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinu
terhadap biaya operasional sekolah sehingga kegiatan pendidikan lebih efektif dan efisien serta
membantu pencapaian tujuan pendidikan.

E. Manajemen Sarana dan Prasarana


Manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan
dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap
benda-benda pendidikan, agar senantiasa siap pakai dalam PBM sehingga semakin efektif dan
efisien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

F. Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler


Manajemen kegiatan ekstrakurikuler adalah seluruh proses yang direncanakan dan diusahakan
secara terorganisir mengenai kegiatan sekolah yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam
pelajaran (kurikulum) untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) yang
dimiliki peserta didik, baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya
maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan
potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan.
Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler bisa bermacam-macam, misalnya OSIS, pramuka
sekolah, olahraga dan kesenian sekolah, majalah sekolah, PMR, dan masih banyak lagi yang
lainnya.

Secara umum, semakin besar dan maju suatu lembaga pendidikan semakin banyak ruang lingkup
manajemen yang harus ditangani sekolah. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah dan kecil
sekolah semakin sedikit ruang lingkup manajemen yang harus ditanganinya.

BAB VII
MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT (HUMAS)
A. Pengertian
Salah satu fungsi manajemen adalah hubungan masyarakat, yang akronimnya: “humas” atau
“public relation” atau “PR”. Hubungan masyarakat bukan suatu ilmu eksakta, tetapi juga bukan
hanya seni. Humas dapat diartikan sebagai suat kegatan usaha yang berencana yang menyangkut
iktikad baik, rasa simpati, saling mengerti untuk memperoleh pengakuan, penerimaan, dan
dukungan masyarakat melalui komunikasi dan sarana lain (media massa) untuk mencapai
kemanfaatan dan kesepakatan bersama.

Menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relations (IPR), yakni sebuah lembaga humas
terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan bulan November 1987, “humas adalah keseluruhan
upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan
dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap
khalayaknya”. Jadi, humas adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa
sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara
berkesinambungan dan teratur. Kegiatan humas sama sekali tidak bisa dilakukan secara
sembarangan atau dadakan. Tujuan humas itu sendiri adalah untuk memastikan bahwa niat baik
dan kiprah organisasi yang bersangkutan senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang
berkepentingan (atau, lazim disebut sebagai seluruh “khalayak” atau publiknya) (Anggoro,2000:
2).16

Pada pertemuan asosiasi-asosiasi humas seluruh dunia di Mexico City, Agustus 1978, ditetapkan
definisi humas sebagai berikut:
“Suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan,
memprediksikan setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberi masukan
dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program
tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan
khalayaknya”.

B. Pentingnya Hubungan Masyarakat dalam Manajemen Pendidikan


Kalau dianalisis dari pengertian hubungan masyarakat di atas, sedikitnya ada dua kepentingan
dalam manajemen pendidikan.
1. Kepentingan sekolah
2. Kepentingan masyarakat

Sedangkan hakikat humas dalam manajemen pendidikan Islam dapat kita artikan sebagai suatu
proses hubungan timbal balik antara lembaga pendidikan Islam dengan masyarakat yang dilandasi
dengan iktikad saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling mengasih (tarahum),
saling menolong (ta’awun) dan saling menanggung (takaful) dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang telah direncanakan sebelumnya yang didasarkan pada nilai-nilai dalam ajaran
Islam.

C. Tujuan Manajemen Humas


Mengenai tujuan hubungan sekolah dan masyarakat, T Sianipar (1984, dalam Purwanto, 1995:
189-190) meninjaunya dari sudut kepentingan kedua lembaga tersebut, yaitu kepentingan sekolah
dan kepentingan masyarakat itu sendiri.
16
M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia. (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),
hlm. 2.
Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaraan hubungan sekolah dan
masyarakat bertujuan untuk:
1. Memelihara kelangsungan hidup sekolah.
2. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
3. Memperlancar proses belajar mengajar.
4. Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan
dan pelaksanaan program sekolah.

Sedangkan jika ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri, tujuan hubungannya dengan
sekolah untuk:
1. Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dalam bidang mental
spiritual.
2. Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh
masyarakat.
3. Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
4. Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkat kemampuannya.

D. Prinsip dan Kaidah Humas dalam Manajemen Sekolah


Ada sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam rangka mengembangkan program humas
dalam manajemen sekolah, yaitu:
1. Keterpaduan (integrating)
2. Berkesinambungan (continuiting)
3. Menyeluruh (coverage)
4. Sederhana (symplicity)
5. Konstruktif (contructiveness)
6. Kesesuaian (adaptability)
7. Luwes (flexibility)

Sedangkan kaidah-kaidah humas sebgaimana yang ada dalam Al-Quran dapat diterangkan sebagai
berikut:
1. Kaidah humas yang Islami harus menggunakan perkataan yang benar, sebagaimana firman
Allah: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar”. (QS Al-Ahzab [33]: 70).
2. Menggunakan bahasa komunikasi yang menyenangkan pihak lain, seperti firman Allah: “Dan
jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari tuhanmu yang kamu
harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas/menyenangkan”. (QS Al-Isra’
[17]: 28).
3. Menggunakan komunikasi yang lemah lembut, sebagaimana firman Allah: “Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia
ingat atau takut”. (QS Tha Ha [20]: 44).
E. Teknik Operasional Humas dalam Manajemen Pendidikan
Biasanya pengelola LPI tidak melandasi kegiatan humas berdasarkan nilai filosofis, misi, visi, dan
tujuan yang jelas sehingga program humas tidak b erjalan secara efektif dan efisien. Untuk itu,
perlu adanya rumusan perbaikan dan penyelenggaraan program humas yang baru dalam rangka
mendukung visi, misi, dan tujuan LPI secara lebih operasional.
Adapun segmen atau sasaran program humas bagi sekolah/LPI dapat dibagi menjadi dua sasaran.
Pertama, segmen intern yang meliputi: peserta didik, karyawan, guru, kepala sekolah, dan
pengurus yayasan. Kedua, segmen ekstern yang meliputi:
1. Pihak yang secara langsung pernah terlibat: alumni, masyarakat pengguna, orang tua/wali
murid.
2. Lembaga penyedia dana, seperti Al-Falah Surabaya, GNOTA, Yayasan Supersemar,
perusahaan atau pribadi.
3. Lembaga terkait dalam penyelenggaraan pendidikan: Departemen Agama dan Diknas.
4. Lembaga perantara: stasiun radio, TV, surat kabar, majalah, pengurus masjid/musholla,
pengurus jamaah tahlil dan yasin atau organisasi masyarakat seperti NU, Muhammadiyah.
5. Tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah desa/kelurahan, kecamatan, Pemda/Pemkot, Provinsi
maupun pusat.
6. Masyarakat umum.

BAB VIII
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Sistem manajemen pendidikan yang sentralistis telah terbukti tidak membawa kemajuan yang
berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu,
manajemen yang sentralistis telah menyebabkan terjadinya pemandulan kreativitas pada satuan
pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Untuk mengatasi terjadinya stagnasi di
bidang pendidikan ini diperlukan adanya paradigma baru di bidang pendidikan. Seiring dengan
bergulirnya era ekonomi daerah, terbukalah peluang untuk melakukan reorientasi paradigma
pendidikan menuju kearah desentralisasi pengelolaan pendidikan. Peluang tersebut semakin
tampak nyata setelah dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi pendidikan melalui strategi
pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS). MBS bukan sekadar mengubah pendekatan
pengelolaan sekolah dari yang sentralistis menjadi desentralistis, melainkan lebih dari itu, melalui
MBS diyakini akan muncul kemandirian sekolah. Melalui penerapan MBS, kepedulian masyarakat
untuk ikut serta mengontrol dan menjaga kualitas layanan pendidikan akan lebih terbuka untuk
dibangkitkan. Dengan demikian, kemandirian sekolah akan diikuti oleh daya kompetisi yang
tinggi akan akuntabilitas publik yang memadahi.

BAB IX
AKREDITASI MADRASAH/SEKOLAH

Penyelenggaraan akreditasi madrasah merupakan kebutuhan bersama, baik pemerintah,


masyarakat, maupun bagi lembaga pendidikan itu sendiri. Bagi pemerintah, penyelenggaraan
akreditasi memiliki arti yang penting. Memang secara kuantitas jumlah madrasah sangat banyak
dan tersebar hingga pelosok daerah; mengingat sebagian besar madrasah merupakan inisiatif
masyarakat secara swadaya. Namun demikian, keterbatasan sumber daya keuangan dan sumber
daya manusia dalam penyelenggaraan akreditasi madrasah merupakan masalah yang tentu
membatasi jumlah madrasah yang dapat diakreditasi setiap tahunnya.

Bagi madrasah yang telah diakreditasi dan masa berlaku piagam akreditasinya masih berlaku,
maka diberikan kesempatan untuk tetap menggunakan hasil akreditasi yang ada sampai batas
waktu berlakunya habis. Selanjutnya, madrasah tersebut dapat mengajukan permohonan untuk di
akreditasi kembali sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Alternatif lain dari penyelenggaraan akreditasi madrasah adalah dimungkinkan untuk
menggunakan lembaga akreditasi selain Dewan Akreditasi Madrasah (DAM), sepanjang lembaga
tersebut berbadan hukum dan diakui keberadaannya oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Tujuan akhir dari penyelenggaraan akreditasi madrasah pada hakikatnya adalah peningkatan mutu
madrasah, khususnya mutu lulusan dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan. 17

BAB X
MENERAPKAN PRINSIP ISO 9001 :2000 DI LEMBAGA PENDIDIKAN

A. Latar Belakang
Tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecepatan perubahan saat ini sudah
tentu tidak dapat dianggap sebagai sesuatu yang dapat diabaikan. Lembaga pendidikan sebagai
lembaga sosial yang bersifat terbuka juga sebagai agen perubahan (agen of change) perlu
memerhatikan adanya tuntutan perubahan tersebut.

Seiring dengan itu, terbukanya Asian Free Trade Area (AFTA), sejak 1 Januari 2003 lalu itu
mengindikasikan gong kompetisi SDM dalam perspektif global sudah mulai di tabuh. Setelah
itu, kompetisi SDM global pun mulai merambah memasuki relung kehidupan masyarakat
mulai dari pusat kota hingga pelosok desa. Saat terjadi kompetisi SDM dan pendidikan,
lembaga pendidikan formal maupun nonformal akan mengisi setiap kota dan kabupaten. Kita
akan disuguhkan dengan franchise-franchise lembaga pendidikan dari negera-negara Asean,
Amerika, Eropa, Cina, Korea, Jepang termasuk dari Timur Tengah. Saat ini pendidikan di
negara-negara tersebut sudah merambah seperti jamur di musim hujan, yang tentu saja sasaran
utamanya kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogyakarta, dan Jambi, dan sebentar
lagi akan merambah menguasai wilayah-wilayah kota/kabupaten di Indonesia.

Lembaga-lembaga pendidikan asing yang diminati masyarakat, dilihat dari sudut pembiayaan,
justru lebih mahal, melampaui standar biaya pendidikan yang terbaik di Indonesia. Besarnya
minat masyarakat terhadap pendidikan franchise ini ternyata adalah karena lembaga-lembaga
pendidikan ini melahirkan outputnya benar-benar dapat diharapkan sesuai dengan kebutuhan
(need) dan keinginan (want) masyarakat. Sehingga output pendidikan tersebut belum selesai
pun sudah di-order oleh pihak pengguna, baik dalam pemenuhan SDM lokal, nasional bahkan
global.18

Salah satu upaya yang secepatnya ditangani oleh para penyelenggara pendidikan persekolahan
adalah perlu adanya transformasi dan inovasi sistem manajemen kelembagaan persekolahan,
yaitu meliputi:
1. Birokrasi pendidikan persekolahan
2. Pembiayaan
3. Reward dan punishment yang jelas
4. Budaya sekolah/akademis
5. Jaringan/jalinan sekolah (NW/WW)
17
Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah.... hlm. 27-29.
18
Mukhtar, “Inovasi Sekolah dalam Perspektif Era Global: Harapan dan Tantangan, Media Akademika”, dalam
Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Kislaman, Vol. 19, No. 4, Oktober 2004. (Jambi: Pusat Penelitian IAIN Sulthan Thaha
Saifuddin, 2004), hlm. 270.
6. Teknologi informasi pendidikan
7. Enterpreneurship (kewirausahaan)
8. Kemandirian
9. Marketing, bahkan transformasi dan inovasi sistem manajemen persekolahan sedapat
mungkin diarahkan pada penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000.

B. Penerapan Prinsip Manajemen ISO 9001: 2000


Dalam menerapkan prinsip manajemen ISO 9001: 2000 guna pemenuhan kepuasan pelanggan,
dikenal delapan prinsip dasar manajemen mutu, yaitu:
a. Customor Focus (perhatian pada pelanggan)
b. Leadership (kepemimpinan)
c. Involvement of people (pelibatan orang)
d. Process approach (pendekatan proses)
e. System approach to management (pendekatan sistem pada manajemen)
f. Continual improvement (perbaikan berkelanjutan)
g. Factual approach to decision making (pengambilan keputusan berdasr fakta)
h. Mutually beneficial suplier relationships (hubungan pemasok yang saling
menguntungkan).

C. Tujuan Penerapan ISO


Penerapan prinsip manajemen mutu ISO 9001: 2000 di lingkungan lembaga pendidikan
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan pendidikan.
2. Membangun kesadaran tentang perlunya melakukan pelayanan secara prima terhadap
pelanggan.
3. Mendidik diri sendiri (pengelola lembaga pendidikan) agar taat terhadap sesuatu yang
disepakati.
4. Menyiapkan dokumen mutu.

D. Manfaat Penerapan ISO


Manfaat yang dapat diambil dari penerapan prinsip manajemen ISO 9001: 2000 di lembaga
pendidikan adalah:
1. Meningkatkan kepuasan pelanggan baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal.
2. Terbangunnya kesadaran pengelola lembaga pendidikan dalam melaksanakan pelayanan
prima terhadap pelanggan.
3. Terdidiknya pengelola lembaga pendidikan dalam menaati sesuatu yang telah disepakati.
4. Tersusunnya dokumen manajemen mutu.

E. Pengertian ISO 9001: 2000


1. ISO
ISO diartikan sebagai “The International Organization for Standardization” (Organisasi
Internasional untuk Standardisasi), badan federasi dunia yang berkenaan dengan standar.
2. Manajemen Mutu
3. Pelanggan
4. Sertifikat ISO
F. Pendekatan Proses dalam ISO 9001: 2000
Pendekatan proses yang dilakukan dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2000
ditekankan pada:
1. Proses adalah suatu aktivitas dengan menggunakan sumber daya untuk mengubah input
menjadi output.
2. Pemahaman dan pemenuhan persyaratan.
3. Pertimbangan akan nilai tambah yang diberikan oleh suatu proses.
4. Perolehan hasil atas kinerja proses dan keefektifannya.
5. Perbaikan berlanjut dari proses yang mengacu pada pengukuran yang objektif.
6. Pihak berkepentingan (interested parties) memainkan peran penting dalam menetapkan
persyaratan sebagai masukan pada organisasi.
7. Pemantauan kepuasan pihak berkepentingan menghendaki penilaian informasi yang
berkaitan dengan persepsi pihak berkepentingan tentang sejauh mana kebutuhan dan
harapan mereka telah terpenuhi.19

G. Proses di Organisasi
Proses-proses tersebut dibagi dalam tiga jenis berdasarkan cakupannya, yaitu:
1. Proses utama
2. Proses lintas departemen/fungsi
3. Proses internal

H. Perencanaan Penerapan Prinsip ISO di Lembaga Pendidikan


Tahapan untuk melakukan proses penerapan tersebut ada beberapa langkah yang harus
dipersiapkan, yaitu:
1. Langkah 10 tahap implementasi prinsip SMM ISO 9001: 2000
2. Penjabaran 10 langkah menjadi aktivitas dan program
3. Penyusunan interaksi proses diklat di sekolah dengan prinsip ISO

DAFTAR PUSTAKA

Abu-Duhou, Ibtisam. School Based Management (Manajemen Berbasis Sekolah). Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 2002.
Al Qur’an dan Terjemahnya, Khadim al Haramain asy Syarifain, 1997.
Amin, Anshori. Manajemen Pendidikan. Makalah. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2006.
Anggoro, M. Linggar. Teori & Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara, 2000.
Bafadal, Ibrahim. Otonomi Daerah di Bidang Pendidikan: Mereka Formula, Dampak, Masalah,
dan Solusinya Menuju Penyelenggaraan Pendidikan yang Lebih Baik. Makalah Seminar, 23
Agustus 1999 di Universitas Negeri Malang.
Burhanuddin, Yusak. Administrasi Pendidikan untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK.
Bandung: Pustaka Setia, 2005.

19
. Ibid., hlm. 31-31.
Daryanto, H.M. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Depdiknas. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1 dan 2. Jakarta: Depdiknas,
2001.
DeRoche, Edward F. How School Admistrators Solve Problems. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
1981.
Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag. Panduan Kegaiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Depag, 2005.
Effendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta: PT. Bhratara
Karya Aksara, 1986.
Effendy, Onong Uchjana. Human Relation dan Public Relation. Bandung: Mandar Maju, 1993.
Fattah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy,2004.
Gorton, Richard A. School Administration. Dubuque, Iowa, Wm. C. Brown Company, 1976.
Gunawan, Ary H. Adminstrasi Sekolah, Administrasi Pendidikan Mikro. Yogyakarta: PT. BPFE,
1996.
Hamijoyo S., Santoso. Pola Otonomi Daerah yang Efektif untuk Diimplementasikan dalam Bidang
Pendidikan (Menyambut hadirnya UU Nomor 22/1999). Makalah Seminar, 23 Agustus 1999 di
Universitas Negeri Malang.
Hasan, Irmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia I. Malang: UIN Malang, 2006.
Hasibuan, Melayu S.P. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Hassan, Fuad. Renungan Budaya. Jakarta: Perum Balai Pustaka, 1992.
Hendyat Soetopo, Desentralisasi Manajemen Pendidikan dalam Kerangka Otonomi Daerah,
Makalah Seminar, 23 Agustus 1999 di Universitas Negeri Malang.
Indrakusuma, Amir Daien. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1973.
Irfan dkk. Pentingnya Hubungan Masyarakat dalam Manajemen Pendidikan Islam. Makalah
Program Pascasarjana, Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam, STAIN Malang, 2001.
Isjoni. Manajemen Berbasis Sekolah: Mewujudkan Otonomi Sekolah, dalam Jurnal Pemufakatan
Pendidikan ke Arah Kualiti Hidup Serantau (Seminar Pendidikan Serantau UKM-UNRI ke-2), Dr.
Mohd. Arif Ismail dkk. (Penyunting). Kualalumpur: Siri Penerbitan Fakulti Pendidikan Universiti
Kebangsaan Malaysia, 2005, Jilid II, hal. 575-592.
Ismail, Makalah Visi dan Misi Depag. Surabaya: Balai Diklat Pegawai Teknis Keagamaan
Surabaya, 2005.
Iswanto, Budi. Otonomi Daerah: Implikasi bagi Pengelolaan Pendidikan. Makalah Seminar, 23
Agustus 1999 di Universitas Negeri Malang.
Lailatul Badriyah dan Siti Murti’ah. Merumuskan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran
Sekolah/Madrasah. Makalah Manajemen Pendidikan, Dosen: Mulyono, MA. Malang: Jurusan PAI
Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2006.
Lembaga Administrasi Negara RI. Sistem Administrasi Republik Indonesia. Jakarta: LAN-RI,
1997.
M. Amin Kutbi dan Nurul Qomariah. Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler. Makalah Manajemen
Terapan Dosen Mulyono, MA, Malang: UIN Malang Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, Oktober
2006.
Mantja, Willem. Mencari Format Desentralisasi di Bidang Manajemen Pendidikan Menyongsong
Otonomi. Makalah Seminar, 23 Agustus 1999 di Universitas Negeri Malang.
Martono dkk., Manajemen Keuangan. Jokjakarta: Ekorisia, 2003.
Monroe, Walter S. Encyclopediab of Educational Research. New York: The McMillan Company,
1952.
Moore, H. Frazier. Hubungan Masyarakat Prinsip, Kasus, dan Masalah. Penerjemah Lilawati
Trimo, Deddy Djamaluddin Malik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1987.
Muhaimin. Rumusan Visi dan Misi Sekolah/Madrasah. Makalah Malang: Fakultas Tarbiyah UIN
Malang, 2004.
Mulyadi. Total Quality Management. Yogyakarta: Aditya Media, 2000.
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003.
Mulyono. Manajemen Humas dalam Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kasus
di MTs Al-Imam Sawo Ponorogo). Laporan Penelitian. Malang: Program Pascasarjana STAIN
Malang, 2002.
----------. Manajemen Pengembangan Perguruan Tinggi Islam (Kasus STAIN Malang). Tesis.
Malang: Program Pascasarjana STAIN Malang, 2002.
----------. Peranan Koperasi dalam Membangun Watak Wirausaha di Lingkungan Pondok
Pesantren (Studi Kasus: Koperasi Pondok Modern Gontor Ponorogo). Skripsi. Malang: Program
studi Kependidikan Islam, Jurusan Tarbiyah, STAIN Malang, 1999.
----------. School Based Management: Formula Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah.
Makalah Diskusi. Malang: Program Pascasarjana STAIN Malang, 2001.
Muntahar, R. Sudiro. Hubungan Masyarakat: Fungsi dan Peranannya dalam Manajemen.
Yogyakarta: Andi Offset, 1985.
Nasution, S. Usaha-Usaha Perbaikan dalam Bidang Pendidikan. Bandung: Offset NV. Masa
Baru,1972.
Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV Haji Masaagung, 1989.
----------. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung, 1982.
Novanto, Setya. Manajemen Presiden Soeharto Penuturan 17 Menteri. Jakarta: Yayasan Bina
Generasi Bangsa, 1996.
Nurkholis. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo, 2004.
Permadi, Dadi. Artikel Pikiran Rakyat. Tanggal 17 Februari 2001.
Prawoto, Sudjoko, dan Siti Mariyam, S. Materi Pokok Evolusi. Jakarta: Karmika Jakarta
Universitas Terbuka, 1987.
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995.
Ranupandojo, Heidjrahman. Manajemen Personalia Edisi 4. Yogyakarta: BPFE, 1990.
Sahertian, Piet A. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Surabaya-Indonesia: Usaha Nasional, 1994.
Sahertian, Piet A. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Surabaya-Indonesia:
Usaha Nasional, 1994.
Samani, Muchlas. School Based Management: Strategi Pemberdayaan Sekolah dalam Kerangka
Desentralisasi Pendidikan menuju Pendidikan yang Berkualitas. Makalah Seminar, 23 Agustus
1999 di Universitas Negeri Malang.
Santoso, Thomas B. Memanajemeni Sekolah di Masa Kini (1), 28 Mei 2001 di Semarang.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Malang. 2 Tahun STAIN Malang: 1997-1998/1998-1999.
Setiati, Fita. Manajemen Keuangan. Malang: Politeknik Universitas Brawijaya, 1999.
Shaleh, A. Rosyad. Manegement Da’wah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
Siagian, Sondang P. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Gunung Agung,1974.
Soedjadi, EX. O & M Organization & Methods, Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen.
Jakarta: Haji Masagung, 1989.
Soeharyo, Salamoen. Sistem Administrasi Negara RI. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia, 1999.
Soetopo, Hendyat. Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional,1982.
Streenbrink, A. Karel. Pesantren, Madrasah, Sekolah-Pendidikan Islam dalam Kurun Modern.
Jakarta: LP3ES, 1986.
Stoner, James A.F. & R. Edward Preeman, Daniel R. Gilbert JR. Manajemen II. Penerjemah:
Alexander Sindoro. Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996.
Stoner, James A.F. Manajemen Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 1992.
Suderadjat, Hari. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Cipta Cekas Grafika,
2004.
Sutisna, Oteng. Administrasi Pendidikan Dasar Teologis. Bandung: angkasa, 1993.
----------. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktik Profesional. Bandung: Angkasa,
1989.
Sutopo. Administrasi Manajemen dan Organisasi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia, 1999.
Tilaar, H.A.R Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: PT.
Rosda Karya, 2004.
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan. Malang:
Penerbit IKIP Malang, 1989.
Uchjana, Onong Effendy. Human Relation dan Public Relation. Bandung: Mandar Maju, 1993.
Umaedi. Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah (MMBS/M). Jakarata: Pusat Kajian Manajemen
Mutu Pendidikan, Jakarta, 2004.
Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Walter S. Monroe, Encyclopedia of Educational Research. New York: The Mc Millan Company,
1952.
www.dikdasmen.depdiknas.go.id./html/plp/02-RENCANA-MPMBS.html-381k.
Xaviery. Benarkah Wajah Sekolah Ada Pada Kepala Sekolah. Xaviery adalah Pemerhati Masalah
Pendidikan, tinggal di Batam, 03-02-2004.
Yasmin, Ummu. Materi Tarbiyah Panduan Kurikulum Da’i dan Murabbi. Solo: Media Insani
Press, 2005.
Yukl, Gary A. Kepemimpinan dalam Organisasi. Terj. Yusuf Udaya. Jakarta: Prenhallindo, 1998.

Anda mungkin juga menyukai