SUB TOPIK
1. Pengertian Manajemen
2. Unsur Dasar Manajemen
3. Prosese Manajemen
4. Fungsi-Fungsi Manajemen
REFERENSI
1. Silalahi, 1996, Pengantar manajemen , teori dan praktek Jakarta : Rineka Cipta
2. Siswanto, HB.Dr. 2007. Pengantar manajemen¸ Jakarta : Bumi Aksara
3. Trisnawati Sule, Ernie, Pengantar Manajemen, (KEncana: Jakarta), hal. 8
4. Hasibuan, Malayu, Manajemen= Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi Aksara:
Jakarta), 2005
5. Bowo Arief, 2008. Pengorganisasian. Fakultas Ekonomi,
6. Hafidzi, Z.A. 2002, "Diktat Pcngantar Manajemen ", Fakultas Ekonomi
7. Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta
8. Williams, Chuck. 2001. Manajemen (Terjemahan).
1
1. PENGERTIAN MANAJEMEN
a. DEFINISI MANAJEMEN
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. (Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan – 1985).
Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal manajemen
adl penggunaan sumberdaya organisasi utk mencapai sasaran dan kinerja yg tinggi dalam
berbagai tipe organisasi profit maupun non profit.
Definisi manajemen yg dikemukakan oleh Daft (2003:4) sebagai berikut: “Management
is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through
planning organizing leading and controlling organizational resources”. Pendapat
tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan
organisasi dgn cara yg efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian
pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi.
Plunket dkk.(2005:5) mendefinisikan manajemen sebagai “One or more
managers individually and collectively setting and achieving goals by exercising related
functions (planning organizing staffing leading and controlling) and coordinating
various resources (information materials money and people)”. Pendapat tersebut kurang
lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan satu atau lbh manajer yg secara
individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dgn
melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan pengorgnisasian penyusunan staf
pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi
material uang dan orang).
Manajer sendiri menurut Plunket dkk.(2005:5) merupakan people who are
allocate and oversee the use of resources jadi merupakan orang yg mengatur dan
mengawasi penggunaan sumber daya.
Lewis dkk.(2004:5) mendefinisikan manajemen sebagai: “the process of
administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to
achieve the goals of the organization.” Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti
bahwa manajemen merupakan proses mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-
sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha utk mencapai tujuan organisasi.
2
Menurut Mary Parker Follet yg dikutip oleh Handoko (2000:8) manajemen
merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui
pengaturan orang-orang lain utk melaksanakan berbagai tugas yg mungkin diperlukan.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Istilah
Manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang
berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketata laksanaan,
kepemimipinan, pemimpin, ketata pengurusan, administrasi, dan sebagainya. Untuk lebih
jelasnya ada beberapa definisi atau pengertian dari Manajemen, yaitu sebagai berikut:
John D. Millett membatasasi Managment menjadi: ”management is the proceess of
directing and facilitating the work of people organized in formal groups to achive a
desired goal (adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang
yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan.
Definisi lainnya dari manajemen adalah seperti yang diuraikan oleh G.R.
Terry. Menurutnya manajemen adalah: “management is distinict process consisting of
planing, organizing, actuating and controlling performed to determine and accomplish
stated objectives by the use of human being and other resources (manajemen adalah
suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya)”.
Harold Koontz dan Cyrill O’Donnel, ahli lainnya mengartikan manajemen
sebagai berikut: “ Management is getting things done through people. In bringing about
this coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes, staffs,
direct, and control the activities other people (manajemen adalah usaha mencapai suatu
tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan
koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian).”
Mendefinisikan Manajement ada berbagai ragam, ada yang mengartikan
dengan ketatalaksanaan, Manajement pengurusan dan lain sebagainya. Pengertian
Manajement dapat dilihat dari tiga pengertian.
1) Manajemen sebagai suatu proses
2) Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
3) Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni
3
Manajement sebagai suatu proses. Pengertian Managment sebagai suatu
proses dapat dilihat dari pengertian menurut :
a) Encylopedia of the social science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu
tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
b) Haiman, Manajement yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan
orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan
c) Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu
dengan melalui kegiatan orang lain.
Manajement sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari orang-
orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau
kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan Manajemen, sedang orang yang
bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas
Managment disebut Manajer.
Menurut Stoner dan Wankel bahwa proses adalah cara sistematis untuk untuk
menjalankan suatu pekerjaan. Dalam batasan manajemen di atas prosesnya meliputi:
b) Perencanaan, yaitu menetapkan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan.
c) Pengorganisasian, yaitu mengkoordinasikan sumber daya manusia serta sumber daya
lainnya yang dibutuhkan.
d) Kepemimpinan, yaitu mengupayakan agar bawahan bekerja sebaik mungkin.
e) Pengendalian, yaitu memastikan apakah tujuan tercapai atau tidak dan jika tidak
tercapai dilakukan tindakan perbaikan.
4
Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan
perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan,
ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, ketatapengurusan, administrasi, dan,
sebagainya. Masing-masing pihak dalam memberikan istilah diwarnai oleh latar
belakang pekerjaan mereka. Meskipun pada kenyataannya bahwa istilah tersebut
memiliki perbedaan.
5
Dalam setiap organisasi, peranan mesin-mesin sebagai alat pembantu kerja
sangat diperlukan. Mesin dapat meringankan dan memudahkan dalam melaksanakan
pekerjaan. Hanya yang perlu diingat bahwa penggunaan mesin sangat tergantung
pada manusia, bukan manusia yang tergantung atau bahkan diperbudak oleh mesin.
Mesin itu sendiri tidak akan ada kalau tidak ada yang menemukannya, sedangkan
yang menemukan adalah manusia. Mesin dibuat adalah untuk mempermudah atau
membantu tercapainya tujuan hidup manusia.
d) Methods ( metoda atau cara yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan).
Cara , penggerakan, dan pengawasan. Dengan cara kerja yang baik akan
memperlancar dan memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Tetapi walaupun metode
kerja yang telah dirumuskan atau ditetapkan itu baik, kalau orang yang diserahi tugas
pelaksanaannya kurang mengerti atau tidak berpengalaman maka hasilnya juga akan
tetap kurang baik. Oleh karena itu hasil penggunaan/penerapan suatu metode akan
tergantung pula pada orangnya.
e) Materials (bahan atau perlengkapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan).
Manusia tanpa material atau bahan-bahan tidak akan dapat mencapai tujuan
yang dikehendakinya, sehingga unsur material dalam manajemen tidak dapat
diabaikan.
f) Market (pasar untuk menjual output/barang yang dihasilkan).
Bagi suatu perusahaan, pemasaran produk yang dihasilkan sudah barang tentu
sangat penting bagi kelangsungan proses produksi dari perusahaan itu sendiri. Proses
produksi suatu barang akan berhenti apabila barang-barang yang diproduksi itu tidak
laku atau tidak diserap oleh konsumen. Dengan perkataan lain pasar sangat penting
untuk dikuasai demi kelangsungan proses kegiatan perusahaan atau industri. Oleh
karena itu penguasaan pasar untuk mendistribusikan hasil-hasil produksi agar sampai
kepada konsumen merupakan hal yang menentukan dalam aktivitas manajemen.
Agar pasaran dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan
selera dan daya beli konsumen. Barang yang berkualitas rendah dengan harga yang
relatif mahal tidak akan laku dijual. Hal diatas adalah penggunaan pasar dalam dunia
perniagaan. Adapun dalam administrasi Negara, yang menjadi pasar adalah
masyarakat (publik) secara keseluruhan, sedangkan yang menjadi produknya adalah
berupa pelayanan dan jasa (service). Apabila rakyat atau masyarakat telah merasakan
pelayanan yang sebaik-baiknya dari pemerintahnya maka rakyat akan pula
6
memberikan kerjasama dengan sebaik-baiknya atau dengan perkataan lain
mendukungnya sehingga pemerintahan dapat berjalan dengan stabil.
g) Information (Informasi)
Tentu saja informasi sangat yang sedang disukai, apa yang sedang terjadi di
masyarakat, dsb. Manajemen informasi sangat penting juga dalam menganalis
produk yang telah dan akan dipasarkan.
Ketujuh unsur manajemen tersebut lebih dikenal dengan sebutan 6 M + I ,
yaitu man, money, material, machine, method, market dan information. Setiap
unsur tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Manajemen tidak dapat berjalan
dengan baik tanpa adanya ketujuh unsur tersebut.
4. Proses Manajemen
Proses Manajemen
Proses Manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan dasar yang berhubungan
secara integral, yang dilaksanakan di dalam manajemen secara umum, yaitu proses
dalam rangka mencapai sesuatu tujuan secara ekonomis. Sesungguhnya keempat proses itu
merupakan hasil ikhtisar dari pelbagai pendapat praktisi dan ahli mengenai manajemen.
Proses manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan dasar yang berhubungan
secara integral, yang dilaksanakan di dalam manajemen secara umum, yaitu proses
dalam rangka mencapai sesuatu tujuan secara efektif dan efisien. Sesungguhnya keempat
proses itu merupakan hasil ikhtisar dari pelbagai pendapat praktisi dan ahli mengenai
manajemen.
7
Menurut Gulick dan Urwick: "Perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan,
pengarahan, pengendalian".
proses kerja para manajer menjadi bagian-bagian yang dapat dilaksanakan. Proses-proses
fondasi manajemen.
kondisi seperti peluang dan kendala di masa depan, dan berusaha menetapkan lebih dulu
apa yang harus mereka lakukan dan apa yang akan mereka capai.
Proses pengorganisasian berarti menempatkan orang dan prasarana serta sarana dan
sumberdaya dalam suatu tata-hubungan yang kondusif untuk bekerja sama menuju sasaran
bersama.
Proses pelaksanaan meliputi pemberian arahan, perintah kerja, dorongan dan motivasi
melakukan inspeksi supaya pekerjaan di semua bagian sesuai dengan persyaratan kualitas
8
mantera. Tetapi keempat kata itu mewakili rumpun kegiatan yang kompleks menurut
Proses manajemen itu ditanamkan karena sederhana dan gampang dipahami pada para
1) Perencanaan (Planing)
a) Tetapkan tujuan
(b)Taktis (menengah)
(c)Operasional (rendah)
2) Organizing
a) Pembagian kerja
9
b) Anggota organisasi
a) Bentuk struktur
b) Tingkat kewenangan
c) Pentang kendali
d) Staffing
e) Koordinasi
3) Actuating
Pelaksanaanya adalah :
a) Usaha mengatur semua anggota kelompok agar mau dan berusaha mencapai tujuan
b) Usaha mobilitas sumber – sumber daya yang dimilki organisasi agar dapat
a) Motivasi
b) Kepemimpinan
c) Komunikasi
d) Dinamika kelompok
4) Controlling
10
Apabila pengawasan jelas menunjukan bahwa perencanaan tersebut tidak
yang dimodifikasi
FUNGSI MANAJEMEN
Fungsi manajemen
Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya.
Pada umumnya ada empat fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi
perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing)
dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi
staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan
mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen
yang maksimal.
Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing fungsi manajemen :
1) Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti
dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.
2) Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia
dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang
telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
3) Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang
sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
4) Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang
telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
11
EVALUASI
1. manajemen sebagai “One or more managers individually and collectively setting and
achieving goals by exercising related functions (planning organizing staffing leading
and controlling) and coordinating various resources (information materials money and
people)”. Defini manajemen menurut………..
a. Plunket dkk
b. Stoner dan Wankel
c. Lewis dkk
d. Paul Hersey dan Kenneth H
2. Fungsi manajemen kecuali..
a. Perencanaan
b. Pembaharuan
c. Pengorganisasian
d. Pengarahan
3. Manfaat perencanaan adalah…
a. Memfokuskan perhatian pada tujuan
b. Mendapatkan operasi yang dramatis
c. Memudahkan pekerjaaan
d. Menambah pengaruh ketidakpastian dan perubahan
4. Salah 1 langkah pokok planning, kecuali :
a. Tetapkan tujuan
b. Rumuskan keadaan saat ini
c. Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan
d. Membuat rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan
5. Manajement dapat dilihat dari tiga pengertian kecuali….
a. Manajemen sebagai suatu proses
b. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
c. Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni
d. Manajemen sebagai pembaharuan
12
BAB II
SUB TOPIK
1. Fungsi organisasi
2. Prinsip-prinsip organisasi
3. Struktur organisasi kesehatan (pusat dan daerah)
4. Jenis organisasi
5. Model Organisasi
REFERENSI
1. Kesehatan Republik Indonesia , 2001 – 2010. Jakarta : Direktorat Jendral Bina
Kesehatan Masyarakat
2. Adikoesoemo ( 2003 ) manajemen rumah sakit Jakarta : pustaka Sinar Harapan Asrul,
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas
Kesehatan Daerah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
13
1. Fungsi Organisasi
A. Fungsi Organisasi
Sebagai suatu kelompok yang terencana, organisasi juga memiliki fungsi bagi anggota-
anggotanya, di antaranya yaitu :
1) Memberi arahan dan aturan serta pembagian kerja mengenai apa yang
harus dan tidak boleh dilakukan oleh para anggota dalam organisasi
2) Meningkatkan skill dan kemampuan dari anggota organisasi dalam mendapatkan
sumber daya dan dukungan dari lingkungan
3) Memberikan pengetahuan dan pencerdasan pada tiap anggota organisasi
14
5) Prinsip Pendelegasian Wewenang.
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi
kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang
lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada
atasannya lagi.
6) Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan.
7) Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas
atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan
pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari
masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan
memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta
menunjang efektivitas jalannya organisasi.
8) Prinsip Rentang Pengendalian.
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh
seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan
bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai
yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
9) Prinsip Fungsional.
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas
tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari
pekerjaannya.
10) Prinsip Pemisahan.
Beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya
kepada orang lain.
11) Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan
organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan
dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui
aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana
15
(tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya
akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta,
Bandung, atau Surabaya.
12) Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya
pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu
menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya
13) Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau
dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses
kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.
C. Struktur organisasi kesehatan (pusat dan daerah)
Struktur organisasi adalah suatu gambar yang menggambarkan bentuk
organisasi, pendepartemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, dan
hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem
rentang kendali dan sistem pimpinan kendali.
Dalam lingkungan yang terus menerus berubah, struktur organisasi tidak bisa
bersifat kaku, tetapi harus mampu melakukan adaptasi terhadap tuntutan perubahan, baik
karena dinamika dalam organisasi sendiri maupun karena dorongan di luar organisasi.
Suatu struktur organisasi akan memberikan informasi tentang :
a) Tipe organisasi, struktur organisasi akan memberikan informasi tentang tipe informasi
yang digunakan (apakah line organization, line and staff organization, atau functional
organization).
b) Pedepartemenan organisasi, akan memberikan informasi mengenai dasar
pendepartemenan (bagian) (apakah didasarkan fungsi-fungsi manajemen, wilayah
produksi, shif dsb).
c) Kedudukan, memberikan informasi tentang apa seseorang termasuk kelompok
managerial atau karyawan operasional.
d) Rentang kendali, memberikan informasi mengenai jumlah karyawan dalam setiap
departemen (bagian).
e) Manajer dan bawahan, organisasi yang menberikan informasi tentang garis perintah
dan tanggung jawab siapa yang menberi perintah dan siapa yang memberi tangung
jawab dengan kata lain siapa atasan dan siapa bawahan.
16
f) Tingkatan Manajer, memberikan informasi tentang keberadaan top manajer, middle
manajer, dan low manajer.
g) Bidang pekerjaan, setiap kotak dalam struktur organisasi memberikan informasi
mengenai tugas-tugas dan pekerjaan serta tanggung jawab yang dilakukan dalam
pekerjaan tersebut.
h) Tingkat manajemen, sebuah bagan tidak hanya menunjukan hierarkhi manajer
bawahan dan atasan secara perorangan tetapi juga hierarkhi manajemen secara
keseluruhan.
i) Pimpinan organisasi, struktur organisasi yang memberikan informasi apa pimpinan
tunggal atau pimpinan kolektif atau presidium.
D. Jenis organisasi
Sangat banyak organisasi kesehatan yang sudah terbentuk di indonesia, beberapa
diantaranya adalah:
1) Organisasi kesehatan pemerintah pusat
2) Organisasi kesehatan pemerintah daerah
3) Rumah sakit
4) Unit pelaksana teknik
5) Organisasi kesehatan swasta
E. Model organisasi
1. Model organisasi mekanistik, yaitu
model yang menekankan pentingnya mencapai produksi dan efisiensi tingkat
tinggi. Henry Fayol mengajukan sejumlah prinsip yang berkaitan dengan fungi
pimpinan untuk mengorganisasi dan empat diantaranya berhubungan dengan
pemahaman model mekanistik yaitu:
a) Prinsip Spesialisasi yaitu merupakan sarana terbaik untuk mendayagunakan
tenaga individu dan kelompok.
b) Prinsip Kesatuan Arah yaitu semua pekerjaan harus dikelompokkan berdasarkan
keahlian.
c) Prinsip Wewenang dan Tanggung jawab yaitu manager harus mendapat
pendelegasian wewenang yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya.
d) Prinsip Rantai Skalar yaitu hasil alami dari pelaksanaan ketiga prinsip
sebelumnya adalah rantai tingkatan manajer dari peringkat wewenang paling
17
tinggi sampai dengan peringkat paling rendah. Rantai scalar adalah jalur
keseluruhan komunikasi vertical dalam sebuah organisasi.
e) Model mekanistik sangat efisien karena karakteristik strukturnya. Model ini
sangat kompleks karena menekankan pada spesialisasi kerja, sangat
disentralisasikan karena menekankan wewenang dan tanggung jawab, sangat
formal karena menekankan fungsi sebagai dasar utama departementalisasi.
Karakteristik dan praktek organisasi ini mendasari model organisasi yang
diterapkan secara luas. Namun, model mekanistik bukan satu-satunya model yang
diterapkan.
Menurut Herbert G. Hicks, organisasi tipe ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Mempunyai struktur yang baik, yang dapat menggambarkan hubungan-hubungan
wewenang (authority), kekuasaan, (power), akuntabilitas (accountability), dan
pertanggungjawaban (responsibility). Struktur itu dapat pula menunjukkan
saluran-saluran melalui komunikasi/tata-hubungan.
18
Konsentrasinya pada hal – hal yang internal. Model ini satu – satunya model yang
lama sekali mempengaruhi pemikiran dalam administrasi Negara antara lain : model
Birokratis , model Hierarki , model Formal , model Rasional dan model mekanistis.
Sifat yang menonjol dari sistem tertutup adalah adanya kecendrungan yang
kuat untuk bergerak mencapai keseimbangan dan entropi yang statis. Karakteristik
lain yang dapat dipergunakan untuk mengenal sistem tertutup ini seperti yang
dikatakan oleh Tom Burns dan G.M Stalker adalah :
1) Tugas rutin terjadi dalam keadaan yang stabil
2) Adanya pembagian tugas
3) Sarana
4) Konflik di dalam organisasi diselesaikan dari atasan
5) Pertanggungjawaban
6) Rasa tanggung jawab dan loyalitas seseorang diberikan kepada subunit birokrasi
yang telah dibebankan kepadanya
7) Organisasi dipahami sebagai suatu struktur hierarki
8) Pengetahuan hanya inklusif berada pada pucuk hierarki ( pimpinan )
9) Interaksi diantara orang – orang dalam organisasi cendrung vertical
10) Gaya interaksi diarahkan untuk mencapai kepatuhan , komando dan hubungan
yang jelas antara atasan dan bawahan
11) Loyalitas dan kepatuhan pada seorang atasan dan organisasi pada umumnya
sangat ditekankan
12) Prestise adalah pelekat di dalamnya , yakni bahwa kedudukan seseorang itu
didalam organisasi sangat ditentukan oleh kantor dan derajat seseorang.
Dapat diambil kesimpulan bahwa sistem tersebut menekankan adanya keteraturan dan
keajengan seperti mesin pabrik yang bergerak berdasarkan aturannya untuk menjaga
adanya kestabilan. Max Weber menyebutnya tipe ideal dari suatu organisasi. Suatu
tipe ideal adalah bahwa organisasi itu berusaha untuk menjadi apa yang seharusnya
terjadi.
19
EVALUASI :
20
e. Organisasi ini tahan lama dan direncanakan, sebab penempatannya sesuai dengan
peraturan. Mereka relatif tidak fleksibel
5. Sistem tertutup menurut G.M Stalker yaitu, kecuali..
a. Tugas rutin terjadi dalam keadaan yang stabil
b. Adanya pembagian tugas
c. Sarana
d. prasarana
e. Konflik di dalam organisasi diselesaikan dari atasan
21
BAB III
SUB TOPIK :
1. Organisasi kesehatan di indonesia
2. Sistem kesehatan di indonesia
22
Organisasi Kesehatan Di Indonesia dan Sistem Kesehatahn
Di Indonesia
Menurut WHO, Sistem Kesehatan yang baik ialah sistem kesehatan yang mampu
memberikan pelayanan kesehatan ke semua orang, kapan dan dimanapun orang itu
membutuhkan, yang meliputi:
a) Meningkatkan status kesehatan tiap individu, keluarga, dan masyarakat
b) Melindungi masyarakat dari hal-hal yang dapat mengancam kesehatannya
c) Melindungi masyarakat dari beban biaya yang harus dikeluarkan untuk menyembuhkan
penyakit
d) Menyediakan akses pelayanan kesehatan untuk semua lapisan masyarakat secara adil
Sistem kesehatan di Indonesia mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum
seperti dimaksud dalam pembukaan UUD 1945.
Pelaku Sistem Kesehatan Nasional itu sendiri meliputi :
a) masyarakat, termasuk swasta
b) pemerintah (eksekutif) : pemerintah pusat, propinsi, kabupaten
c) badan legislatif : DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten
d) badan yudikatif
1. Prinsip Dasar SKN :
a) Perikemanusiaan
b) Hak asasi manusia
c) Adil dan merata
d) Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
e) Kemitraan
f) Pengutamaan dan manfaat
g) Tata kepemerintahan yang baik
2. Subsistem SKN :
23
a) Subsistem Upaya Kesehatan
b) Subsistem Pembiayaan Kesehatan
c) Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
d) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
e) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
f) Subsistem Manajemen Kesehatan
Struktur Organisasi Sistem Kesehatan Indonesia yaitu seperti bagan di bawah ini
(Sumber: WHO):
24
yang diberlakukan oleh pihak swasta itu nantinya merugikan masyarakat khususnya
masyarakat miskin yang sangat rentan akan hal tersebut. Peraturan Pemerintah di bidang
kesehatan di dalam UU No 23/1992 telah menyatakan bahwa Sistem Kesehatan harus
dilaksanakan oleh masyarakat dengan pemerintah sebagai fasilitator. Sektor swasta akan
melakukan peran aktif, sehingga pemerintah akan bertindak dalam penyediaan bimbingan
dan pengawasan.
b. Sistem Pelayanan Kesehatan
Pelayanan merupakan kegiatan dinamis berupa membantu menyiapkan,
menyediakan dan memproses, serta membantu keperluan orang lain. Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok ataupun masyarakat.
c. Jenis pelayanan kesehatan
Menurut pendapat Hodgetts dan Cascio (1983), ada dua macam jenis pelayanan
kesehatan.
1) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi.
Tujuan utamanya adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit, dan sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.
2) Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri
(soslo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), tujuan
utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
d. Syarat pokok pelayanan kesehatan
Suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila:
a) Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous)Artinya semua jenis
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta
keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
25
b) Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate) Artinya pelayanan
kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat,
kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan mesyarakat, serta bersifat tidak wajar,
bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
c) Mudah dicapai (accessible) Ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut
lokasi. Dengan demikian, untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik,
maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan
kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu
tidak ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
d) Mudah dijangkau (affordable) Keterjangkauan yang dimaksud adalah terutama dari
sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti itu harus dapat
diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh
sebagian kecil masyarakat saja bukanlah kesehatan yang baik.
e) Bermutu (quality) Mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak tata
cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standart yang telah
ditetapkan.
e. Prinsip pelayanan prima di bidang kesehatan
e. Mengutamakan pelanggan
Prosedur pelayanan disusun demi kemudahan dan kenyamanan pelanggan,
bukan untuk memeperlancar pekerjaan kita sendiri. Jika pelayanan kita memiliki
pelanggan eksternal dan internal, maka harus ada prosedur yang berbeda, dan
terpisah untuk keduanya. Jika pelayanan kita juga memiliki pelanggan tak langsung
maka harus dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai untuk keduanya dan
utamakan pelanggan tak langsung.
f. System yang efektif
Proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah system yang nyata (hard
system), yaitu tatanan yang memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam
organisasi. Perpaduan tersebut harus terlihat sebagai sebuah proses pelayanan yang
berlangsung dengan tertib dan lancar dimata para pelanggan.
g. Melayani dengan hati nurani (soft system)
26
Dalam transaksi tatap muka dengan pelanggan, yang diutamakan keaslian
sikap dan perilaku sesuai dengan hati nurani, perilaku yang dibuat-buat sangat mudah
dikenali pelanggan dan memperburuk citra pribadi pelayan. Keaslian perilaku hanya
dapat muncul pada pribadi yang sudah matang.
h. Perbaikan yang berkelanjutan
Pelanggan pada dasarnya juga belajar mengenali kebutuhan dirinya dari proses
pelayanan. Semakin baik mutu pelayanan akan menghasilkan pelanggan yang
semakin sulit untuk dipuaskan, karena tuntutannya juga semakin tinggi,
kebutuhannya juga semakin meluas dan beragam, maka sebagai pemberi jasa harus
mengadakan perbaikan terus menerus.
i. Memberdayakan pelanggan
Menawarkan jenis-jenis layanan yang dapat digunakan sebagai sumberdaya
atau perangkat tambahan oleh pelanggan untuk menyelesaikan persoalan hidupnya
sehari-hari.
27
Rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat
(public health services). Rujukan ini dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit
dan peningkatan derajat kesehatan. Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan teknologi,
rujukan sarana, dan rujukan operasional.
2) Rujukan medis
Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical services). Rujukan ini
terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit. Macamnya ada tiga, yaitu:
rujukan penderita, rujukan pengetahuan, rujukan bahan-bahan pemeriksaan.
Manfaat sistem rujukan, ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan:
1) Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker)
a) Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam
peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
b) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
c) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
2) Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health consumer)
a) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang.
b) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
3) Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan keseahatan (health
provider)
a) Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif
lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
b) Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang
terjalin.
c) Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan
mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
4) Masalah Pelayanan Kesehatan
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi beberapa perubahan
dalam pelayanan kesehatan. Disatu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan,
yaitu meningkatnya mutu pelayanan yang dapat dilihat dari indikator menurunnya
angka kesakitan, kecacatan, kematian serta meningkatnya usia harapan hidup rata-
28
rata. Namun dipihak lain, perubahan tersebut juga mendatangkan banyak
permasalahan diantaranya:
29
c) Tertiary health services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga)
Pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan
oleh tenaga-tenaga subspesialis.
i. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pelayanan
kesehatan
1) Pergeseran masyarakat dan konsumen
Hal ini sebagai akibat dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumen
terhadap peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan upaya pengobatan.
Sebagai masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang masalah kesehatan yang
meningkat, maka mereka mempunyai kesadaran lebih besar yang berdampak pada
gaya hidup terhadap kesehatan. Akibatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan meningkat.
2) Ilmu pengetahuan dan teknologi baru
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disisi lain dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan karena adanya peralatan kedokteran yang lebih canggih dan
memadai, namun disisi lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
berdampak pada beberapa hal, diantaranya adalah:
a) Dibutuhkan tenaga kesehatan profesional akibat pengetahuan dan peralatan yang
lebih canggih dan modern.
b) Melambungnya biaya kesehatan
c) Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan
3) Isu legal dan etik
Sebagai masyarakat yang sadar terhadap haknya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pengobatan, isu etik dan hukum semakin meningkat ketika
mereka menerima pelayanan kesehatan. Disatu pihak, petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan kurang seksama akibat meningkatnya jumlah konsumen,
disisi lain konsumen memiliki pengertian yang lebih baik mengenai masalah
kesehatannya. Pemberian pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan dan kurang
manusiawi atau tidak sesuai harapan, maka persoalan atau dilema hukum dan etik
akan semakin meningkat.
4) Ekonomi
Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan barangkali hanya dapat
dirasakan oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk memperoleh
fasilitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, namun bagi klien dengan status
30
ekonomi yang rendah tidak akan mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang
paripurna, karena tidak mampu menjangkau biaya pelayanan kesehatan. Akibatnya
masyarakat enggan untuk mencari diagnosis dan pengobatan. Penggunaan fasilitas
pelayanan kesehatan menurun akibat biaya pelayanan yang tinggi dan tidak adanya
jaminan bagi masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan.
5) Politik
Kebijakan pemerintah dalam sistem pelayanan kesehatan akan berpengaruh
pada kebijakan tentang bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dan siapa
yang menanggung biaya pelayanan kesehatan. Tentunya saat ini menjadi kabar baik
bagi masyarakat yang kurang mampu dengan adanya kebijakan di tiap-tiap kabupaten
tentang pengobatan gratis di pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Namun
demikian, jangan sampai kebijakan pengobatan gratis tersebut akan mengurangi mutu
dari pelayanan kesehatan yang ujung-ujungnya karena tidak mendapat keuntungan
dari program tersebut.
j. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah
Kesehatan Masyarakat di Indonesia
a) Factor Lingkungan
Yang sering menjadi penyebab masalah dalam masyarakat adalah:
1) Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan
2) Kurangnya sebagaian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang
kesehatan
b) Factor Perilaku dan Gaya Hidup Masyarakat
1) Masih banyaknya insiden kebiasaan masyarakat yang dapat merugikan kesehatan.
2) Adat istiadat yang kurang bahkan tidak menunjang kesehatan.
c) Factor Sosial Ekonomi
1) Tingkat pendidikan massyarakat di Indonesia sebagian besar masih rendah
2) Kurangnya kesadaran dalam memelihara kesehatan
3) Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan sebagian masih rendah
4) Kemiskinan. Mayoritas masyarakt Indonesia masih tergolong miskin karena GNP
perkapita hanya bisa disejajarkan dengan Vietnam (Wahid & Nurul,2009)
k. Factor Sistem Pelayanan Kesehatan
1. Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh
2. Upaya pelayanan kesehatan sebagian besar berorientasi pada upaya kuratif
3. Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.
31
1. Pengertian SKN
SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud
dalam Pembukaan UUD 1945.
Dari rumusan pengertian di atas, jelaslah SKN tidak hanya menghimpun
upaya sektor kesehatan saja melainkan juga upaya dari berbagai sektor lainnya
termasuk masyarakat dan swasta. Sesungguhnyalah keberhasilan pembangunan
kesehatan tidak ditentukan hanya oleh sektor kesehatan saja. Dengan demikian, pada
hakikatnya SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya
Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan.
2. Landasan SKN
SKN yang merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan
kesehatan adalah bagian dari Pembangunan Nasional. Dengan demikian landasan
SKN adalah sama dengan landasan Pembangunan Nasional. Secara lebih spesifik
landasan tersebut adalah:
1) Landasan idiil yaitu Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2) Landasan konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:
a) Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.
b) Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang.
c) Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
d) Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang
32
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat.
e) Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.
3. Prinsip Dasar SKN
Prinsip dasar SKN adalah norma, nilai dan aturan pokok yang bersumber dari
falsafah dan budaya Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan
bertindak dalam penyelenggaraan SKN. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi:
a) Perikemanusiaan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip perikemanusiaan yang dijiwai,
digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Terabaikannya pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan
dengan prinsip kemanusiaan. Tenaga kesehatan dituntut untuk tidak diskriminatif
serta selalu menerapkan prinsip-prinsip perikemanusiaan dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan.
b) Hak Asasi Manusia
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia. Diperolehnya
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak
asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial
ekonomi. Setiap anak berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
c) Adil dan Merata
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip adil dan merata. Dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, perlu diselenggarakan
upaya kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
secara adil dan merata, baik geografis maupun ekonomis.
d) Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pemberdayaan dan kemandirian
masyarakat. Setiap orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah
berkewajiban dan bertanggung-jawab untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus berdasarkan pada kepercayaan
33
atas kemampuan dan kekuatan sendiri serta kepribadian bangsa dan semangat
solidaritas sosial dan gotong royong.
e) Kemitraan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip kemitraan. Pembangunan
kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan
harmonis antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta, dengan
mendayagunakan potensi yang dimiliki. Kemitraan antara pemerintah dengan
masyarakat termasuk swasta serta kerjasama lintas sektor dalam pembangunan
kesehatan diwujudkan dalam suatu jejaring yang berhasil-guna dan berdaya-guna,
agar diperoleh sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.
f) Pengutamaan dan Manfaat
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pengutamaan dan manfaat.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan lebih mengutamakan
kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan maupun golongan. Upaya
kesehatan yang bermutu dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta harus lebih mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit. Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara
berhasil-guna dan berdayaguna, dengan mengutamakan upaya kesehatan yang
mempunyai daya ungkit tinggi agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat beserta lingkungannya.
g) Tata kepemerintahan yang baik
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum,
terbuka (transparent), rasional/profesional, serta bertanggung jawab dan
bertanggung gugat (accountable).
4. Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna
dan berdaya-guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
5. Kedudukan SKN
1) Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara. SKN bersama dengan
berbagai subsistem lain, diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia
34
seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap
Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
2) Kedudukan SKN terhadap sistem nasional lain
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya
menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari
berbagai sektor lain terkait yang terwujud dengan berbagai sistem nasional
tersebut, seperti:
1. Sistem Pendidikan Nasional,
2. Sistem Perekonomian Nasional
3. Sistem Ketahanan Pangan Nasional
4. Sistem Hankamnas, dan
5. Sistem-sistem nasional lainnya
Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong kebijakan dan
upaya dari berbagai sistem nasional sehingga berwawasan kesehatan. Dalam arti
sistem-sistem nasional tersebut berkontribusi positip terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan.
3) Kedudukan SKN terhadap Sistem Kesehatan Daerah (SKD)
Untuk menjamin keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah perlu
dikembangkan Sistem Kesehatan Daerah (SKD). Dalam kaitan ini kedudukan
SKN merupakan suprasistem dari SKD. SKD menguraikan secara spesifik unsur-
unsur upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan,
sumber daya obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan
manajemen kesehatan sesuai dengan potensi dan kondisi daerah. SKD merupakan
acuan bagi berbagai pihak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
daerah.
4) Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem kemasyarakatan termasuk swasta
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem
nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai
sistem kemasyarakatan. Di pihak lain, berbagai sistem kemasyarakatan merupakan
bagian integral yang membentuk SKN. Dalam kaitan ini SKN merupakan bagian
dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam
35
mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta peran aktif masyarakat
dalam berbagai upaya kesehatan. Sebaliknya sistem nilai dan budaya yang hidup
di masyarakat harus mendapat perhatian dalam SKN. Keberhasilan pembangunan
kesehatan juga ditentukan oleh peran aktif swasta. Dalam kaitan ini potensi swasta
merupakan bagian integral dari SKN. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan
perlu digalang kemitraan yang setara, terbuka dan saling menguntungkan dengan
berbagai potensi swasta. SKN harus dapat mewarnai potensi swasta sehingga
sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan.
l. Subsistem SKN
Sesuai dengan pengertian SKN, maka subsistem pertama SKN adalah upaya
kesehatan. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi
Bangsa Indonesia. Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan tersebut memerlukan
dukungan dana, sumber daya manusia, sumber daya obat dan perbekalan kesehatan
sebagai masukan SKN. Dukungan dana sangat berpengaruh terhadap pembiayaan
kesehatan yang semakin penting dalam menentukan kinerja SKN. Mengingat
kompleksnya pembiayaan kesehatan, maka pembiayaan kesehatan merupakan subsistem
kedua SKN.
Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia yang
mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan
kesehatan. Oleh karenanya sumberdaya manusia kesehatan juga sangat penting dalam
meningkatkan kinerja SKN dan merupakan subsistem ketiga dari SKN. Sumber daya
kesehatan lainnya yang penting dalam menentukan kinerja SKN adalah sumber daya
obat dan perbekalan kesehatan.
Permasalahan obat dan perbekalan kesehatan sangat kompleks karena
menyangkut aspek mutu, harga, khasiat, keamanan, ketersediaan dan keterjangkauan
bagi konsumen kesehatan. Oleh karena itu, obat dan perbekalan kesehatan merupakan
subsistem keempat dari SKN. Selanjutnya, SKN akan berfungsi optimal apabila
ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata-
mata sebagai obyek pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subyek atau
penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya pemberdayaan
masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan
mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan. Sehubungan dengan itu,
pemberdayaan masyarakat merupakan subsistem kelima SKN.
36
Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah
koordinasi, integrasi, sinkronisasi serta penyerasian upaya kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumberdaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Berhasil atau tidaknya
pembangunan kesehatan ditentukan oleh manajemen kesehatan. Oleh karena itu
manajemen kesehatan merupakan subsistem keenam SKN.Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa SKN terdiri dari enam subsistem, yakni:
a) Subsistem Upaya Kesehatan
b) Subsistem Pembiayaan Kesehatan
c) Subsistem Sumberdaya Manusia Kesehatan
d) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
e) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
f) Subsistem Manajemen Kesehatan
m. Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan
istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
system adat istiadat tertentu yang bersifat continue dan terikat oleh suatu rasa identitas
bersama. Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental
dan social, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan.
Ciri-ciri masyarakat sehat:
1) Adanya peningkatan kemampuan dari masyarakat untuk hidup sehat
2) Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan
kesehatan (health promotion), pencegahan penyakit (health prevention),
penyembuhan (curative) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative health) terutama
untuk ibu dan anak.
3) Berupaya selalu meningkatkan kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi
dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan
mutu lingkungan hidup.
4) Selalu meningkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status
social ekonomi masyarakat
5) Berupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit.
37
EVALUASI :
38
d. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya
seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
e. Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang terjalin.
39
BAB IV
SUB POKOK :
1. Perencanaan (Planning)
2. Proses Pengorganisasian (Organizing)
3. Penggerakan dan Pelaksanaan (Actuating)
4. Pengawasan (Controlling)
REFERENSI
40
1. PERENCANAAN (Planning)
41
sesungguhnya, kebijakan pokok yang bisa diaplikasikan, dan rencana-rencana
perusahaan yang ada. Premis adalah asumsi-asumsi perencanaan – dengan kata lain,
lingkungan yang diharapkan dari rencana-rencana yang sedang dilaksanakan.
d) Menentukan arah tindakan alternatif, langkah keempat ialah mencari dan memeriksa
arah-arah alternatif dalam tindakan, khususnya yang tidak Nampak dengan segera.
e) Mengevaluasi arah tindakan alternatif, setelah menemukan arah tindakan alternatif dan
memeriksa titik kuat dan lemahnya, langkah kelima ialah mengevaluasi arah tindakan
itu dengan menimbang berbagai factor dari sudut premis dan tujuan.
f) Memilih satu arah tindakan, yaitu titik dimana suatu rencana diterima, titik
sesungguhnya mengenai pengambilan keputusan.
g) Merumuskan rencana turunan, pada titik dimana suatu keputusan diambil,
perencanaannya jarang lengkap dan langkah lain diusulkan. Biasanya selalu diperlukan
rencana turunan (derivatif) untuk mendukung rencana pokok.
h) Mengurutkan rencana berdasarkan anggaran, setelah keputusan diambil dan rencana
telah ditentukan, langkah terakhir untuk memberikan arti kepada rencana itu,
sebagaimana telah digambarkan dalam pembicaraan di atas mengenai jenis-jenis
rencana, ialah memberi nomor kepada rencana-rencana itu dengan merubah rencana
itu menjadi anggaran.
4) Persyaratan perencanaan terdiri dari :
a) Harus didasarkan pada tujuan yang jelas, maksudnya semua komponen perencanaan
dikembangkan dengan berorientasi pada tujuan yang jelas.
b) Bersifat sederhana, realistis, dan praktis, maksudnya perencanaan yang dibuat tidak
bersifat muluk-muluk.
c) Terperinci, maksudnya harus memuat segala uraian dan klasifikasi rangkaian tindakan
yang akan dilaksanakan.
d) Memiliki fleksibilitas artinya perencanaan yang dibuat tidak bersifat kaku.
e) Terdapat perimbangan antara unsure atau komponen yang terlibat dalam pencapaian
tujuan.
f) Diupayakan adanya penghematan sumber daya serta kemungkinan diadakannya
sumberdaya tersebut di masa-masa aktivitas sedang berlangsung.
g) Diusahakan agar tidak terduplikasi dalam pelaksanaan.
42
2. Proses Pengorganisasian
43
memilih, mengangkat, membina, membimbing sumber daya manusia dengan
menggunakan berbagai pendekatan dan atau seni pembinaan sumber daya manusia.
Penyediaan staf merupakan pengarahan dan latihan sekelompok orang yang
mengerjakan sesuatu tugas, dan memelihara kondisi kerja yang menyenangkan. Dalam
upaya mengembangkan staf metode yang dapat dipergunakan, antara lain: latihan jabatan,
penugasan khusus, simulasi, permainan peranan, satuan tugas penelitian, pengembangan
diri dan seterusnya. Sementara itu ada tiga tipe program pengembangan staf yang terdiri
dari: presupervisory programs, middle management programs dan executive development
programs.
2) Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan terdapat
para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan
tugas dapat berjalan dengan lancar, dengan pengarahan staff yang telah diangkat dan
dipercayakan melaksanakan tugas di bidangnya masing-masing tidak menyimpang dari
garis program yang telah ditentukan.
Pengarahan (orientasi) meliputi mengenalkan pegawai baru kepada perusahaan,
fungsinya, tugasnya, dan orang-orangnya. Perusahaan besar biasanya mempunyai program
pengarahan yang formal yang menerangkan hal-hal ini: sejarah, produk dan jasa,
kebijaksanaan umum, organisasi (divisi, departemen, dan lokasi), tunjangan (asuransi,
pension, cuti), persyaratan kerahasiaan dalam kontrak pertahanan, dan peraturan
keamanan ,dan lain-lain.
Dalam pelaksanaannya pengarahan ini seringkali dilakukan bersamaan dengan
controlling sambil mengawasi, manajer sering kali memberi petunjuk atau bimbingan
bagaimana seharusnya pekerjaan dikerjakan. Jika pengarahan yang disampaikan manajer
sesuai dengan kemauan dan kemampuan dari staf, maka staf pun akan termotivasi untuk
memberdayakan potensinya dalam melaksanakan kegiatannya.
Pengarahan pada hakikatnya adalah keputusan-keputusan pimpinan yang
direncanakan dapat berjalan dengan baik. Dengan pengarahan (directing) diharapkan :
1) Adanya kesatuan perintah (unity of command), artinya dengan pengarahan ini akan
diperoleh kesamaan bahasa yang harus dilaksanakan oleh para pelaksana. Sehingga
tidak terjadi kesimpangsiuran yang dapat membingungkan para pelasana.
2) Adanya hubungan langsung antara pimpinan dengan bawahan, artinya dengan
pengarahan yang berupa petunjuk atau perintah oleh atasan yang langsung kepada
44
bawahan, tidak akan terjadi mis komunikasi. Di samping itu pengarahan yang
langsung ini dapat mempercepat hubungan antara atasan dan bawahan.
3) Adanya umpan balik yang langsung, artinya pimpinan dengan cepat memperoleh
umpan balik terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Selanjutnya umpan balik ini dapat
segera digunakan untuk perbaikan.
1. Coordinating (Koordinasi)
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan satu dari beberapa fungsi manajemen
untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan,
kekosongan kegiatan dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan
pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam upaya mencapai
tujuan organisasi. Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan
memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga
agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota
itu sendiri.
Pengkoordinating merupakan suatu aktivitas manajer membawa orang-orang yang
terlibat organisasi ke dalam suasana kerja sama yang harmonis. Dengan adanya
pengoordinasian dapat dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan
kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai
tujuan organisasi.
Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang tersedia untuk
bekerjasama menuju ke satu arah yang telah ditentukan. Koordinasi diperlukan untuk
mengatasi kemunginan terjadinya duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan wewenang
atau saling merasa lebih penting di antara bagian dengan bagian yang ada dalam
organisasi. Pengorganisasian dalam suatu organisasi , termasuk organisasi pendidikan,
dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti :
a) Melaksanakan penjelasan singkat
b) Mengadapat rapat kerja
c) Memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan
45
2. Budgetting (Pembuatan Anggaran)
LUTHER GULLICK mengemukakan bahwa penganggaran termasuk salah satu
fungsi manajemen. Penganggaran adalah fungsi yang berkenaan dengan pengendalian
organisasi melalui perencanaan fiskal dan akuntansi. Sesuatu anggaran, baik APBN
maupun APBD, menunjukkan dua hal: pertama sebagai satu pernyataan fiskal dan kedua
sebagai suatu mekanisme. APBN merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. APBN adalah anggaran pendapatan dan belanja negara Republik
Indonesia setiap tahun yang telah disetujui oleh anggota DPR (Dewan perwakilan Rakyat).
APBD merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD
adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah setiap tahun yang telah disetujui oleh
anggota DPRD (Dewan perwakilan Rakyat Daerah). Dalam penyusunan anggaran
dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
a) Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan umum perusahaan.
b) Data masa lalu.
c) Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi.
d) Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing.
e) Kemungkinan adanya perubahan kebijakan pemerintah.
f) Penelitian untuk pengembangan perusahan.
4. Pengawasan (Controlling)
Evaluasi adalah suatu proses bersistem dan objektif menganalisis sifat dan cirri
pekerjaan di dalam suatu organisasi atau pekerjaan. Levey (1973) mengatakan : “To evaluate
is to make a value judgment, it involves comparing something with another and then making
either choise or decision”. Dalam kegiatan evaluasi itu mencakup langkah-langkah, yaitu :
a) Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang akan
dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.
b) Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan program yang
akan dievaluasi.
c) Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
d) Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan evaluasi
tersebut.
e) Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan tersebut, serta memberikan penjelasan-penjelasannya.
46
f) Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap program
berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program dibedakan adanya jenis
evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk
mendiagnosis suatu program, yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau perbaikan
program. Biasa formatif dilakukan pada proses program (program masih berjalan).
Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evalusi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir
dari suatu program. Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu program telah selesai
(akhir program).
Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, yakni :
a) Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut penggunaan
sumber daya, seperti tenaga, dana, dan fasilitas yang lain.
b) Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil,
yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya, meningkatnya
cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dan
sebagainya.
c) Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program ini mempunyai
dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program-program
kesehatan ini tercemin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator
kesehatan masyarakat.
47
EVALUASI
48
d. Evaluasi prioritas masalah
BAB V
SUB TOPIK :
REFERENSI
Ferry,stoner.2014.Tentangkesehatandisingapura
49
Renne R.A Kawilarang.februari 2012.Layanan wisata medis, dan pasar turisme di Singapura
bisa meraup $7 miliar pada 2012.
50
Pelayanan kesehatan dapat diperoleh mulai dari tingkat puskesmas, rumah
sakit, dokter praktek swasta dan lain-lain. Masyarakat dewasa ini sudah makin kritis
menyoroti pelayanan kesehatan dan profesional tenaga kesehatan. Masyarakat menuntut
pelayanan kesehatan yang baik dari pihak rumah sakit, disisi lain pemerintah belum
dapat memberikan pelayanan sebagaimana yang diharapkan karena adanya keterbatasan-
keterbatasan, kecuali rumah sakit swasta yang berorientasi bisnis, dapat memberikan
pelayanan kesehatan dengan baik.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dibutuhkan tenaga kesehatan yang
trampil dan fasilitas rumah sakit yang baik, tetapi tidak semua rumah sakit dapat
memenuhi kriteria tersebut sehingga meningkatnya kerumitan system pelayanan
kesehatan dewasa ini. Salah satu penilaian dari pelayanan kesehatan dapat kita lihat dari
pencatatan rekam medis atau rekam kesehatan. Dari pencatatan rekam medis dapat
mengambarkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien, juga
meyumbangkan hal penting dibidang hukum kesehatan, pendidikan, penelitian dan
akriditasi rumah sakit. Yang harus dicatat dalam rekam medis mencakup hal-hal seperti
di bawah ini;
1) Identitas Penderita dan formulir persetujuan atau perizinan.
2) Riwayat Penyakit.
3) Laporan pemeriksaan Fisik.
4) Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan dokter yang berwenang.
5) Catatan Pengamatan atau observasi.
6) Laporan tindakan dan penemuan.
7) Ringkasan riwayat waktu pulang.
8) Kejadian-kejadian yang menyimpang.(Sistem pelayanan kesehatan)
Rekam medis mengandung dua macam informasi yaitu;
1) Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan, yaitu merupakan catatan mengenai
hasil pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, pengamatan mengenai penderita,
mengenai hal tersebut ada kewajiban simpan rahasia kedokteran.
2) Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan suatu hal yang harus diingat
bahwa berkas catatan medik asli tetap harus disimpan di rumah sakit dan tidak boleh
diserahkan pada pasien, pengacara atau siapapun. Berkas catatan medik tersebut
merupakan bukti penting bagi rumah sakit apabila kelak timbul suatu perkara, karena
memuat catatan penting tentang apa yang telah dikerjakan dirumah sakit. Catatan
medik harus disimpan selama jangka waktu tertentu untuk dokumentasi pasien.
51
Untuk suatu rumah sakit rekam medis adalah penting dalam mengadakan evaluasi
pelayanan kesehatan, peningkatan efisiensi kerja melalui penurunan mortalitas,
morbiditas dan perawatan penderita yang lebih sempurna. Pengisian rekam medis
serta penyelesaiannya adalah tanggung jawab penuh dokter yang merawat pasien
tersebut, catatan itu harus ditulis dengan cermat, singkat dan jelas. Dalam
menciptakan rekam medis yang baik diperlukan adanya kerja sama dan usaha-usaha
yang bersifat koordinatif antara berbagai pihak yang samasama melayani perawatan
dan pengobatan terhadap penderita
6. Undang-undang Kesehatan di Indonesia
Hukum kesehatan merupakan suatu bidang spesialisasi ilmu hukum yang
relatif masih baru di Indonesia. Hukum kesehatan mencakup segala peraturan dan aturan
yang secara langsung berkaitan dengan pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang
terancam atau kesehatan yang rusak. Hukum kesehatan mencakup penerapan hukum
perdata dan hukum pidana yang berkaitan dengan hubungan hukum dalam pelayanan
kesehatan.
Subyek-subyek hukum dalam sistem hukum kesehatan adalah:
a) Tenaga kesehatan sarjana yaitu: dokter, dokter gigi, apoteker dan sarjana lain di
bidang kesehatan.
b) Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah;
1) bidang farmasi
2) bidang kebidanan
3) bidang perawatan
4) bidang kesehatan masyarakat, dll.
Dalam melakukan tugasnya dokter dan tenaga kesehatan harus mematuhi
segala aspek hukum dalam kesehatan. Kesalahan dalam melaksanakan profesi
kedokteran merupakan masalah penting, karena membawa akibat yang berat, terutama
akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi kesehatan.
Suatu kesalahan dalam melakukan profesi dapat disebabkan karena Kekurangan;
1) pengetahuan
2) pengalaman
3) pengertian.
Ketiga faktor tersebut menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan
atau penilaian. Contoh: kejadian tindakan malpraktek Malpraktek adalah suatu tindaka
praktek yang buruk, dengan kata lain adalah kelalaian dokter dalam melaksanakan
52
profesinya, apabila hal tersebut diadukan kepada pihak yang berwajib, maka akan
diproses secara hukum dan pihak pengadilan yang akan membuktikan apakah tuduhan
tersebut benar atau salah.
Upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kelalaian dalam menjalankan profesi ialah;
1) Meningkatkan kemampuan profesi para dokter untuk mengikuti kemajuan ilmu
kedokteran atau menyegarkan kembali ilmunya, sehingga dapat melakukan
pelayanan medis secara profesional.
Dalam program ini perlu diingatkan tentang kode etik dan kemampuan melakukan
konseling dengan baik.
2) Pengetahuan pengawasan perilaku etis. Upaya ini akan mendorong dokter untuk
senantiasa bersikap hati-hati. Dengan berusaha berperilaku etis, sehingga semakin
jauh dari tindakan melanggar hukum.
3) Penyusunan protokol pelayanan kesehatan, misalnya petunjuk tentang “informed
consent”. Protokol ini dapat dijadikan pegangan bilamana dokter dituduh telah
melakukan kelalaian. Selama dokter bertindak sesuai dengan protokol tersebut, dia
dapat terlindung dari tuduhan malpraktek.. Beberapa contoh malpraktek di bidang
hukum pidana:
1) Menipu Pasien
2) Membuat surat keterangan palsu
3) Melakukan pelanggaran kesopanan
4) Melakukan pengguguran tanpa indikasi medis
5) Melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau lukaluka
6) Membocorkan rahasia kedokteran yang diadukan oleh pasien
7) Kesengajaan membiarkan pasien tidak tertolong
8) Tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada dalam keadaan bahaya
maut
9) Memberikan atau menjual obat palsu
10) Euthanasia
53
etika dan hukum. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak mengetahui perbedaan dari
keduanya yang sama-sama berpegang pada norma-norma yang hidup dalam masyarakat.
54
Sistem kesehatan yang berfungsi dengan baik adalah penting untuk mencapai
Milenium Development Goals (MDGs) oleh 2.015,5 Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) telah mengidentifikasi enam komponen yang diperlukan untuk menetapkan,
mempertahankan dan memperkuat sistem kesehatan, sedangkan yang memungkinkan
untuk memberikan layanan yang diperlukan, akses universal ke layanan, dan cakupan
universal manfaat perawatan kesehatan.
55
Sebagai tanggapan terhadap semakin minimnya anggaran dan berkembangnya
permintaan, banyak negara-negara berkembang menerapkan biaya resmi dan tidak resmi
untuk fasilitas kesehatan pemerintah. Disisi pemerintah tindakan itu menaikkan
pendapatan, namun dengan tidak adanya perlakuan khusus, biaya yang dikenakan kepada
pengguna jasa kesehatan dapat mengakibatkan ketimpangan dan inefisiensi. Tulisan ini
mengulas keberhasilan dari dua bentuk penjatahan tersebut, yaitu keringanan biaya dan
pembebasan biaya. Pembebasan biaya membuat penduduk miskin memperoleh
pelayanan kesehatan secara gratis dan keringanan biaya membuat semua penduduk
menikmati pelayanan-pelayanan kesehatan tertentu secara gratis. Dilemanya adalah
bagaimana mempertahankan biaya pengguna jasa tanpa menimbulkan ketimpangan dan
inefisiensi.
Tulisan ini akan mengulas literatur internasional dan pengalaman tujuh negara
berkembang — Kamboja, Chile, Ghana, In- donesia, Kenya, Thailand, dan Zimbabwe —
dalam pembebasan dan pemberian keringanan biaya, serta menarik pelajaran untuk
negara-negara yang ingin menerapkan sistem serupa.
Menilai Sistem yang Diterapkan
Menilai manfaat praktis dari sistem pembebasan dan keringan biaya dalam
studi kasus beberapa negara sulit untuk dilakukan. Bukti-bukti terpencar dan beragam,
sumber informasi juga terpencar dan sering kali bersifat tidak resmi. Tulisan ini
bertujuan untuk mengulas :
(1) derajat pembebasan biaya dalam mengurangi pengeluaran dari kelompok miskin;
(2) peningkatan penggunaan jasa kesehatan dengan adanya fasilitas tersebut; dan
(3) faktor- faktor penyebab keberhasilan sistem tadi.
Di bawah ini adalah ringkasan dari temuan-temuan utama:
1) Pengawasan kinerja dan evaluasi. Kurangnya pengawasan dan evaluasi adalah
kelemahan utama dari sistem yang dinilai. Absennya kedua hal ini mengakibatkan
semakin sulitnya mengukur kinerja waiver dan exemption dan melakukan langkah-
langkah perbaikan.
2) Keberhasilan pencapaian sasaran. Di negara-negara berpendapatan rendah yang
ditinjau, cakupan dari fasilitas ini terhadap penduduk miskin sangat rendah, terutama
karena pemerintah tidak secara tepat memberikan kompensasi kepada penyedia jasa
yang mensubsidi jasanya sendiri. Penyedia jasa bagi pemerintah Kenya, sebagai
contoh, sama sekali tidak menerima kompensasi. Penyedia jasa di Ghana menerima
kompensasi, tetapi pembagiannya tidak merata dan sering kali tertunda. Maka kunci
56
sukses sistem pembebasan dan keringanan biaya terletak pada kompensasi yang
cukup dan tepat waktu bagi penyedia jasa.
3) Cakupan penduduk miskin dan kebocoran ke penduduk yang tidak miskin. Di negara-
negara berpendapatan menengah, seperti Thailand dan Chile, cakupan dari sistem ini
termasuk tinggi. Namun, di kedua negara ini, penduduk dengan tingkat pendatapan
yang berhak untuk memperoleh fasilitas tersebut ditetapkan terlalu tinggi, sehingga
terjadi kebocoran yang cukup besar, dimana subsidi menguntungkan penduduk yang
mampu.
4) Biaya administratif. Hampir tidak ada informasi yang tersedia mengenai biaya
pengelolaan fasilitas tersebut. Hal ini membuat penilaian dari efisiensi pencapaian
sasaran menjadi sulit untuk dilakukan.
5) Kebijakan nasional dalam pembebasan dan keringanan biaya. Semua negara,
kecuali Kamboja, memiliki kebijakan pembebasan dan keringanan biaya untuk
beberapa kategori jasa kesehatan untuk semua penduduk. Pada saat yang sama,
kebanyakan negara tersebut memiliki masalah dalam kriteria penduduk yang berhak
menggunakan fasilitas ini, terutama dalam membedakan antara penduduk miskin dan
penduduk tidak miskin. Sebagai contoh, di Kenya, sebuah kebijakan nasional
mewajibkan penyedia jasa membebaskan biaya kepada yang disebut dengan “fakir
miskin”, namun kurangnya pedoman di tiap fasilitas penyedia, membuat mereka
harus mendefinikan sendiri yang disebut sebagai pasien “fa- kir miskin”. Membuat
definisi yang jelas dari target penerima jasa ini adalah penting. Identifikasi kriteria
juga harus dapat dengan mudah dilakukan dan diverifikasi.
6) Melawan stigma. Di kebanyakan kasus yang diulas, penduduk miskin seringkali tidak
mengajukan permohonan pembebasan biaya karena malu dengan keadaan mereka.
Pelamar fasilitas tersebut di klinik umum yang besar di Kamboja misalnya, harus
menghadapi uji-kepemilikan di ruang tunggu. Rasa malu seringkali berujung pada
mundurnya pelamar dari pendaftaran.
7) Menentukan yang berhak mendapatkan fasilitas. Tidak ada jawaban yang bulat untuk
menjawab siapa yang harus bertanggung jawab terhadap proses pembebasan biaya.
Meskipun begitu, bagi pihak yang menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan
fasilitas ini harus tahu dengan baik kriteria seleksi, dilatih dengan baik, dan
sepenuhnya tahu mengenai kendala yang dihadapi dalam proses penerapannya.
8) Biaya akses. Membebaskan kelompok miskin dari pembayaran mungkin tidak cukup
untuk mempromosikan perawatan kesehatan. Penduduk miskin seringkali harus
57
mengatasi biaya akses dari pelayanan kesehatan diluar biaya pemakaian, seperti
transportasi, penginapan, dan makanan termasuk opportunity-cost (biaya yang timbul
akibat tidak bekerja untuk mendapatkan jasa kesehatan). Health Equity Fund yang
dimiliki Kamboja tidak hanya membebaskan biaya perawatan kesehatan bagi
penduduk miskin, tetapi juga biaya transportasi dan makanan mereka yang berkaitan
dengan perawatan kesehatan.
9) Memperbarui biaya atas jasa kesehatan dan batas pendapatan bagi penerima
fasilitas. Biaya atas jasa kesehatan dan batas pendapatan yang layak menerima
fasilitas ini harus disesuaikan secara periodik untuk menjamin fasilitas ini hanya
memberikan kemudahan bagi yang berhak menerimanya. Jika tidak, negara- negara
bersangkutan dapat secara tidak sadar menghambat akses terhadap pelayanan
kesehatan atau mendorong penyedia jasa untuk menaikkan sendiri biaya mereka.
Contohnya, jika kelayakan diberikan berdasarkan nilai konstan kelompok pendapatan
nominal, inflasi mengakibatkan semakin sedikitnya orang-orang yang berhak untuk
memperoleh bantuan.
10) Aspek institusional. Penyedia jasa membutuhkan pedoman yang tertulis dengan jelas
bagaimana pembebasan dan keringan biaya berjalan, dengan fleksibilitas untuk
adanya variasi regional atau lokal jika diperlukan. Kejelasan semacam itu pada
umumnya tidak ditemukan di negara-negara yang ditinjau. Selain itu, staf yang
bertanggung jawab mengelola sistem tersebut tidak memiliki pengetahuan dan
pelatihan yang memadai.
11) Diseminasi dari fasilitas yang telah ada. Penduduk miskin harus tahu bahwa mereka
berhak untuk mendapatkan fasilitas kesehatan secara gratis atau subsidi, dan
pengelola harus tahu siapa yang diberikan keringanan. Penduduk juga harus
diinformasikan mengenai adanya mekanisme semacam ini. Mekanisme diseminasi
harus dibuat khusus sesuai dengan karakteristik penduduk miskin, seperti fakta
mereka tinggal jauh dari pusat-pusat kota, memiliki akses yang minim terhadap
informasi, berpendidikan rendah, dan bekerja dengan jam kerja yang panjang.
58
Jangan berharap apabila kita pergi ke dokter karena sakit, maka serta merta
kita akan diberikan obat apalagi antibiotik. Untuk segala jenis sakit berkategori
ringan, seperti pilek, sakit kepala, pusing, panas dingin, dsb, saran dokter hanya satu,
istirahat yang cukup. Sangat kontras dengan yang terjadi di kita, di mana dokter
biasanya selalu mencecoki kita dengan segala macam obat-obatan (dan antibiotik)
dengan sangat mudahnya. Ketika diklarifikasi, ternyata bagi mereka obat-obatan
kimiawi itu sebenarnya tidak bagus untuk sistem pertahanan tubuh alami kita. Para
dokter di Negara maju lebih mengutamakan pertahanan alami dari sistem kekebalan
tubuh kita. Jadi ketika dokter di kita seolah memaksakan diri untuk “menjual”
obatnya kepada pasiennya (entah karena motif ekonomi atau motif lainnya), para
dokter di sini justru sangat menghindari memberikan obat-obatan tersebut. Tentunya
untuk kasus penyakit berkategori berat, tidak ada pilihan selain menggunakan obat-
obatan (dan teknologi).
2) Database (riwayat medis) pasien
Sistem database pasien adalah sistem pemusatan data dan riwayat medis
pasien secara nasional, yang hanya bisa diakses oleh petugas kesehatan berwenang,
seperti dokter, pihak asuransi kesehatan, dan tentunya pasien itu sendiri. Dengan
database ini, kita bisa datang ke pusat-pusat pelayanan kesehatan mana pun tanpa
harus menjelaskan riwayat kesehatan kita secara detail, karena semua terekam
dengan baik. Petugas pemeriksa darah di rumah sakit dan dokter mata di tiga tempat
berbeda dapat membaca riwayat medis pasien dari sumber (situs NHS) yang sama.
Selama masa konsultasi, dokter akan menghabiskan waktu sekitar sepertiganya untuk
menginput berbagai data dalam rekam medis pasien, sehingga bisa data selalu
terupdate secara realtime.
3) Etika dan kerahasiaan pasien
Terkait data base di atas, para petugas kesehatan sangat memegang teguh etika
dan kerahasiaan data pasien. Bahkan data tersebut tidak boleh disampaikan kepada
siapapun, termasuk kerabat atau teman yang ingin tahu, tanpa seijin pasien atau
perintah pengadilan. Barangkali dengan sistem dan tradisi komunal bangsa kita,
biasanya kalau kerabat atau teman kita sakit, tentu kita merasa perlu untuk
mengetahui secara detail mengenai penyakit yang diderita pasien. Sebabnya adalah
sebagai bentuk empati kita terhadap si sakit. Tetapi barangkali kita melupakan bahwa
si pasien juga membutuhkan ruang privat yang lebih luas, serta kesiapan mental yang
cukup untuk menerima kondisinya diketahui umum.
59
4) Asuransi Kesehatan
Di Indonesia dikenal Askes, Jamkesmas, Kartu Sehat, dan beragam jenis
jaminan kesehatan yang menyasar pasien dari golongan ekonomi lemah. Di negara
maju, semua warga negara bisa mendapatkan layanan kesehatan secara mudah tanpa
birokrasi berbelit dan “cuma-cuma”. Hal ini bisa dilakukan karena negara
mengalokasikan anggaran yang cukup untuk pelayanan dasar kesehatan. Isu
kesehatan selalu menjadi tradisi yang “menjual” dalam wacana politik domestik
mereka. Kesejahteraan dokter dan petugas kesehatan tidak tergantung dari berapa
banyak obat yang bisa mereka “jual”. Jadi mereka bisa berkonsentrasi pada kualitas
pelayanan yang mereka berikan. Setiap GP di Inggris akan dinilai kinerjanya dan
diranking berdasarkan review dari publik (atau customernya). Sementara di Jepang,
dengan kondisi “aging society” dan angka kelahiran yang sangat rendah,
pemerintahnya memberikan insentif kepada siapapun yang mau mempunyai
keturunan dengan pelayanan gratis dari mulai persiapan dampai melahirkan. Bahkan
untuk wilayah Greater Tokyo (tiap prefektur mungkin berbeda kebijakannya),
setelah satu hari setelah melahirkan, sang ibu dan keluarganya akan dibekali (sekitar)
¥ 300,000 sebagai bentuk apresiasi pemerintah. Memang Inggris tidak sekaya itu,
tetapi pelayanan dasarnya tetaplah sangat terjangkau atau bahkan (hampir)
gratis. Tentu kita tidak berharap pemerintah kita melakukan hal yang sama (dalam
waktu dekat), apalagi dengan kondisi ekonomi kita serta angka kelahiran kita yang
masih di atas 2%. Pelajaran yang bisa diambil adalah bagaimana pemerintah bisa
mengefisienkan dan mengalokasikan anggaran untuk kesehatan, sehingga jasa
kesehatan menjadi lebih terjangkau, kalau tidak bisa gratis sama sekali.
Tentu tidak adil apabila kita menilai pelayanan kesehatan kita sedemikian
buruk, apalagi jika dibandingkan dengan dua negara tersebut yang notabene lebih
maju. Tetapi menjadi suatu pembelajaran apabila kita mau menengok sebentar dan
belajar tentang banyak hal yang sebetulnya tidak menguras sumber daya terlalu
banyak. Barangkali yang diperlukan adalah cara pandang yang berbeda (dari dokter,
petugas kesehatan, dan juga pasien), dan bagaimana mengoptimalkan sumber daya
yang kita miliki saat ini. Penulis yakin, kondisi riil Indonesia hanya selangkah di
belakang, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan dua atau satu
langkah ke depan untuk sekedar menutup kesenjangan pelayanan ini. Bukan (hanya)
wacana dan kritik yang kita perlukan, tetapi (barangkali) jauh lebih penting adalah
ide segar disertai langkah (konkrit) yang lebih prioritas.
60
EVALUASI :
1. Suatu kesalahan dalam melakukan profesi dapat disebabkan karena Kekurangan...
a. Pengetahuan
b. Sifat menolong
c. Perhatian
d. Kepedulian
e. Tanggung jawab
2. Tujuan dari sistem kesehatan negara berembang yaitu:
a. untuk merespon kebutuhan masyarakat dan harapan dengan memberikan pelayanan
secara adil dan merata.
b. untuk merespon kebutuhan daerah dan harapan dengan memberikan pelayanan secara
adil dan merata.
c. untuk merespon kebutuhan ekonomi dan harapan dengan memberikan pelayanan
secara adil dan merata.
d. untuk merespon kebutuhan provinsi dan harapan dengan memberikan pelayanan
secara adil dan merata.
e. untuk merespon kebutuhan individu dan harapan dengan memberikan pelayanan
secara adil dan merata.
3. Upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kelalaian dalam menjalankan profesi ialah,
kecuali ...
a. Meningkatkan kemampuan profesi para dokter untuk mengikuti kemajuan ilmu
kedokteran atau menyegarkan kembali ilmunya
b. dapat melakukan pelayanan medis secara professional
c. Pengetahuan pengawasan perilaku etis
d. Penyusunan protokol pelayanan kesehatan
e. Euthanasia
4. Kebijakan kesehatan Indonesia dibuat berdasarkan keputusan-keputusan sebagai berikut,
yaitu..
61
a. Undang-undang No 23 Tahun 1990 tentang pokok-pokok kesehatan.
b. Undang-undang No 23 Tahun 1991 tentang pokok-pokok kesehatan.
c. Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang pokok-pokok kesehatan.
d. Undang-undang No 23 Tahun 1993 tentang pokok-pokok kesehatan.
e. Undang-undang No 23 Tahun 1994 tentang pokok-pokok kesehatan.
62
BAB VI
SUB TOPIK :
REFERENSI
63
A. Pengertian Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan.
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam,
telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu
memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang
besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun
tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah
ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-
anaknya dari usia bayi sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua
terutaa ibunya. (Asfryati, 2013).
Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu
sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa,
bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang
lain seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya.
64
Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada
kegiatan pokok :
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik
serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
65
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun
di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara
terus menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan mutu yang
baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.
1. Pelayanan antenatal
2. Pertolongan Persalinan
66
3. Deteksi dini ibu hamil berisiko :
67
Risiko tinggi pada neonatal meliputi :
Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM untuk
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang wajib dilaksanakan yaitu : Cakupan Kunjungan
ibu hamil K4
1. Pengertian
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan frekuenasi
kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1 kali,
trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali.
2. Definisi operasional
68
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai
standar K4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk sasaran
ibu hamil.
3. Cara perhitungan
Pembilang adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoelh pelayanan ANC
sesuai standar K 4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
4. Sumber data
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4
diperoleh dari catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.
Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat Statistik atau
BPS kabupaten atau propinsi
5. Kegunaan
Agar pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan mutu
pelayanan Program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat Kabupaten/
Kota. Peningkatan mutu Program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing-
masing wilayah kerja.Untuk memantau cakupan pelayanan KIA tersebut dikembangkan
Sistem PWS KIA. Dengan diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah
kerja tersebut dapat diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk memantau
cakupan pelayanan KIA tersebut dekembangkan sistem PWS KIA.
Penyajian PWS KIA dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi
kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan
penggerakan sasaran.
69
PWS KIA dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis.
Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/ kota dapat digunakan
untuk menentukan puskesmas dan desa/ kelurahan yang rawan. (Depkes, 2009)
Peningkatan pelayanan antenatal disemua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik
serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaa kesehatan maupun
dimasyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus-
menerus. (Wijoyo, Djoko. 2008).
6. INDIKATOR KIA
1) Pelayanan Antenatal (ANC)
a. Definisi
Adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa
kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan (Wijoyo, Djoko. 2008).
b. Tujuan asuhan kehamilan (antenatal care) adalah:
- Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
- Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan
bayi.
- Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
- Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
70
- Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dengan trauma seminimal
mungkin.
- Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kehamilan bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal. (Syafrudin. 2009).
2) Kunjungan KI
Adalah kunjungan ibu hamil pertama kali pada masa kehamilan (Wijoyo, Djoko.
2008).
3) Kunjungan K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih, untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat:
- Minimal satu kali kontak pada triwulan I.
- Minimal satu kali kontak pada triwulan II.
- Minimal dua kali kontak pada triwulan III. (Wijoyo, Djoko. 2008)
4) Kunjungan Neonatal
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik di dalam
gedung puskesmas maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes
dan kunjungan rumah).
71
8) Ibu Hamil Beresik
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi kecuali ibu hamil
normal (Wijoyo, Djoko. 2008).
9) Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
a. Definisi
Adalah persentase ibu bersalin disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, yang
ditolong persalinannya oleh tenaga kesehatan (Wijoyo, Djoko. 2008).
b. Upaya peningkatan mutu pelayanan
72
Minimal (SPM) bidang kesehatan dan memiliki 10 (sepuluh) indikator kinerja, antara
lain (Depkes RI, 2008c) :
1. Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan target 95%;
2. Persentase cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dengan target 80%;
3. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan dengan target 90%;
4. Persentase cakupan pelayanan nifas dengan target 90%
5. Persentase cakupan neonatus komplikasi yang ditangani dengan target 80%;
Persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan pada keluarga miskin dengan target 100%;
73
EVALUASI
74
b. Bayi baru lahir dengan denyut
jantung lebih dari 100x
75
BAB VII
SUB POKOK
76
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan
kesehatan ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat
REFERENSI
Persebaran pusat layanan pertama kesehatan dan ketersediaan tempat tidur masih
kurang dibandingkan dengan kebutuhan.Kondisi ini memungkinkan kita yang hidup di
Jakarta bisa memilih rumah sakit tempat kita harus dirawat diantara belasan fasilitas
pelayanan kesehatan, namun saudara kita yang tinggal di daerah perbatasan, kepulauan, atau
daerah terpencil minim pilihan atau tidak ada pilihan.
77
Standar jarak antara tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan minimal 5 kilometer
masih sulit tercapai untuk memenuhi kebutuhan 250 juta penduduk Indonesia.Pemenuhan
fasilitas kesehatan juga perlu memperhatikan pemenuhan kebutuhan misalnya air bersih,
sanitasi, dan pemenuhan nutrisi yang memadai (Marmot, 2006).Kebutuhan air bersih,
sanitasi, dan pemenuhan nutrisi masih menjadi tantangan bagi daerah tertinggal di Indonesia.
BPJS Kesehatan telah memberikan bantuan bagi peserta dari kalangan miskin yaitu
dengan bantuan iuran.Penerima bantuan Iuran hingga Agustus 2014 sejumlah 86.400.000
jiwa (BPJS Kesehatan). Jaminan kesehatan menjamin bebasnya biaya pelayanan kesehatan,
akan tetapi biaya transportasi dan penginapan selama perawatan adalah pengeluaran lain yang
menjadi kendala bagi masyarakat keluarga ekonomi lemah di Indonesia. Apalagi jarak antar
fasilitas kesehatan dan tempat tinggal jauh.
78
EVALUASI
79
a. Promotif
b. Kuratif
c. Pelayanan Kesehatan Tradisional
d. Pelayana Kesehatan Medis
e. A & B Benar
5. kebijakan adalah pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu,
pendapat :
a. Dunn
b. Lasswell
c. Kaplan
d. Easton
e. Thomas Dye
BAB VIII
SUB TOPIK
1. Manajemen Pelayanan Kesehatan (Pusat-Daerah)
2. Manajemen Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
80
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan
kesehatan ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.
REFERENSI
Pengertian manajemen
81
Dari batasan-batasan tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan umum
bahwa “ Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna mencapai
suatu tujuan atau menyelesaikan pekerjaan.” Apabila batasan ini diterapkan dalam
bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan sebagai berikut :“Manajemen kesehatan
adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan
nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan.” Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan
manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi
objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
(Notoatmodjo, 2003).
Salah satu trend terkini dalam manajemen rumah sakit di Indonesia adalah penerapan
Manajemen Lean.Dengan Manajamen Lean rumah sakit dapat memberikan pelayanan
yang berkualitas dengan biaya yang efisien.Manajemen Lean bukanlah hal yang baru.
Manajemen Lean telah menjadi gaya manajemen bagi banyak perusahaan besar di dunia.
Sebut saja Toyota di Jepang atau berbagai rumah sakit di Amerika dan Eropa.Toyota
misalnya, produsen otomotif kenamaan dari Jepang telah mengembangkan sebuah system
yang disebut Toyota Production System (TPS).Pada dasarnya TPS adalah upaya
mengurangi atau menghilangkan pemborosan yang tidak perlu (waste). TPS dan apa yang
dikembangkan oleh Toyota ini lah yang kemudian kita kenal saat ini sebagai istilah Lean.
Toyota mendefinisikan lean sebagai dua komponen yaitu: 1) Total Elimination of
waste dan 2). Respect for Peopole. Dalam penerapannya oleh manajemen umum disebut
sebagai Manajemen Lean.Manajemen Lean inilah yang telah menjadi kunci keberhasilan.
Manajemen Lean (Lean Management) merupakan salah satu metode dalam manajemen
operasional untuk memperbaiki proses. Manajemen Lean dapat meningkatkan
pendapatan, mengurangi biaya dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Metode Lean
yang digunakan dalam manajemen Lean ini akan merampingkan proses, mengembangkan
proses yang lebih cepat, lebih efisien dan ekonomis, dan memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada pasien. Menurut Jeffrey K. Liker, seorang Amerika yang terus
mengamati dan mengikuti Toyota way yang dilakukan oleh Toyota, Organisasi apapun,
proses bisnis manapun dapat menerapkan model keberhasilan Toyota ini.
82
Bisa jadi semangat perbaikan proses dan terus melakukan perbaikan (continuous
improvement) ini telah menginspirasi jajaran manajemen Rumah Sakit Paru Jember
untuk menggelar kegiatan seminar Manajemen Lean (kini RS Paru Jember umum disebut
sebagai RSTP-Rumah Sakit Tiga Puncak-karena akan mengembangkan layanan pada tiga
pilar utama yaitu : Paru, Bedah dan jantung).
EVALUASI
a. Formative Evaluation
b. Promotive Evaluation
c. Summative Evaluation
d. Education evaluation
a. Input
b. Output
c. Outcome
d. Outdown
83
b. Memberikan gambaran hasil evaluasi (dpt menaksir hasil akhir pelaksananaan
suatu program)
c. Dapat menilai pelaksanaan program
d. Merupakan upaya untuk mengamati pelayanan dan cakupan program
a. Perencanaan (P1)
b. Pelaksanaan (P2)
c. Pengawasan, Pengendalian, Penilaian (P3)
d. Evaluasi
a. Administrasi
b. Organisasi
c. Pelayanan kesehatan
d. Manajemen
BAB IX
SUB TOPIK
84
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan
kesehatan ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.
REFERENSI
85
1. Tenaga kesehatan, yaitu semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di
bidang kesehatan berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu
memerlukan upaya kesehatan.
2. SDM Kesehatan yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Tujuan SDM Kesehatan, secara khusus bertujuan untuk menghasilkan sumber daya
manusia kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut :
86
yang diperlukan untuk melakukan tugas tersebut dan kondisilingkungan di mana pekerjaan
tersebut dilakukan.
EVALUASI
87
a. Autocrat
b. Bureaucrat
c. Compromiser
d. Deserter
3. Pemimpin yang menempatkan diri sebagai orang yang paling berkuasa dalam
kelompoknya merupakan karakteristik pemimpin bertipe ....
a. Elected leaders
b. Sociometric leaders
c. Salient leaders
d. Persistent leader
4. Teori sifat dalam kepemimpinan didasarkan pada pemikiran bahwa keberhasilan
pemimpin ditentukan oleh ....
a. Atribut pribadi pemimpin
b. Perilaku pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya
c. Faktor-faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan dan pengikut
d. Daya tarik, kecemerlangan, kekuasaan dan pengaruhnya
5. Seorang pemimpin harus mampu mengenali berbagai hal yang berpengaruh terhadap
organisasinya, mengidentifikasi perkembangan yang sedang terjadi dan
menganalisisnyA. Hal ini berarti bahwa seorang pemimpin perlu memiliki sifat atau
ciri ....
a. Adaptabilitas dan fleksibel
b. Antisipatif dan proaktif
c. Objektivitas dan pragmatis
d. Inkuisitif dan analisis
BAB X
SUB POKOK
1. Rekrutmen dan seleksi
2. Performance Apprasial
3. Pengembangan Karier
4. Pelatihan (Diklat) 88
5. Perilaku Organisasi
6. Konflik dan Dinamika Kelompok
Setelah membaca akhir perkuliahan mahasiswa dapat:
REFERENSI
1. Rekrutmen
a. Pengertian Rekrutmen
pekerjaan dan rancangan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
89
perusahaan, maka tugas manajer suatu perusahaan adalah mengisi jabatan dengan
mencari manajemen sumber daya manusia yang cocok dan berkualitas untuk
pekerjaan itu.
kapan diperlukan, serta kriteria apa saja yang diperlukan dalam suatu organisasi.
Rekrutmen pada dasarnya merupakan usaha mengisi jabatan atau pekerjaan yang
kosong di lingkungan suatu organisasi atau perusahan, untuk itu ada dua sumber
tenaga kerja yakni sumber dari luar (eksternal) organisasi dan sumber dari dalam
(internal) organisasi.
kerja, menentukan kebutuhan tenaga kerja, proses seleksi, penempatan, dan orientasi
cukup agar manajemen dapat memilih karyawan yang memenuhi kualifikasi yang
calon yang akan dipanggil kembali. Aktifitas rekrutmen dapat membengun opini
90
Hasibuan (2008) menyatakan bahwa rekrutmen merupakan usaha mencari dan
mempengaruhi tenaga kerja, agar mau melamar lowongan pekerjaan yang ada dalam
calon mulai dicari, dan berakhir pada saat lamaran mereka diserahkan. Hal ini
memerlukan keahlian bagi manajer organisasi untuk jeli dan teliti dalam mengamati
tahap demi tahap rekrutmen untuk mendapatkan calon pegawai yang memenuhi
kualifikasi yang telah ditentukan oleh organisasi tersebut guna membantu mencapai
dan pemikatan para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar sebagai
karyawan. Lebih jauh lagi, Rivai (2009) menjelaskan rekrutmen sebagai suatu
rangkaian kegiatan yang dimulai ketika sebuah perusahaan memerlukan tenaga kerja
dan membuka lowongan pekerjaan sampai mendapatkan calon yang diinginkan atau
perusahaan dalam hal pengadaan tenaga kerja. Jika proses rekrutmen berhasil atau
dengan kata lain banyak pelamar yang memasukan lamarannya, maka peluang
perusahaan untuk mendapatkan karyawan yang baik akan menjadi semakin terbuka
lebar, karena perusahaan akan memiliki banyak pilihan yang terbaik dari para calon
pelamar.
2.Seleksi
a. Pengertian Seleksi
91
Menurut Rivai (2011 : 159) menjelaskan bahwa seleksi adalah kegiatan dalam
manajemen SDM yang dilakukan setelah proses rekrutmen selesai dilaksanakan. Hal
ini berati telah terkumpul sejumlah pelamar yang memenuhi syarat untuk kemudian
dipilih mana yang dapat ditetapkan sebagai karyawan dalam suatu perusahaan. Proses
pemilihan dari sekelompok pelamar yang paling memenuhi kriteria seleksi untuk
posisi yang tersedia dalam sebuah perusahaan. Sedangkan menurut Teguh (2009)
menjelaskan bahwa seleksi adalah proses yang terdiri dari beberapa langkah yang
spesifik dari beberapa kelompok pelamar yang paling cocok dan memenusi syarat
mana yang akan diterima. Proses dimulai ketika pelamar melamar kerja dan diakhiri
dengan keputusan penerimaan. Berdasarkan pengertian itu maka kegiatan seleksi itu
mempunyai arti yang sangat strategis dan penting bagi perusahaan. Apabila
seleksi akan dapat menghasilkan pemilihan karyawan yang dapat diharapkan kelak
1) Dasar Seleksi
Dasar seleksi berati penerimaan karyawan baru hendaknya berpedoman pada dasar
92
Seleksi penerimaan karyawan baru hendaknya berdasarkan dan berpedoman
• Job spesification
orang yang dapat menjabat atau melakukan pekerjaan tersebut. Dasar ini harus
right man on the right place and the right man behind the riht gun”. Jadi, titik
tolak pemikiran seleksi hendaknya pada apa yang akan dijabat, baru siapa yang
akan menjabatnya. Jabatan atau pekerjaan apapun yang akan diisi hendaknya
• Ekonomi rasional
waktu dan pikiran dimanfaatkan secara efektif sehingga hasilnya juga efektif
dan dipertanggungjawabkan.
• Etika sosial
norma hukum, agama, kebudayaan, dan adat istiadat masyarakat serta hukum
2) Tujuan Seleksi
Seleksi merupakan proses yang sangat penting karena berbagai macam keahlian
yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya diperoleh dari proses
seleksi. Proses seleksi akan melibatkan proses menduga yang terbaik (best-guest)
dari pelamar yang ada. Seleksi penerimaan pegawai baru bertujuan untuk
93
b) Karyawan yang disiplin dan jujur
Menurut Rivai (2011 : 161) proses seleksi adalah langkah-langkah yang harus dilalui
oleh pelamar sampai akhirnya memperoleh keputusan ia diterima atau ditolak sebagai
karyawan baru. Prosesini berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya,
proses tersebut pada umumnya meliputi evaluasi persyaratan, testing, wawancara, dan
ujian fisik.
Perusahaan tertentu akan mengharapkan para pelamar yang datang memiliki prestasi
yang memuaskan dalam pekerjaannya. Kriteria seleksi menurut Simamora (2004) pada
1. Pendidikan
2. Pengalaman kerja
4. Pusat pelatihan
5. Biodata
6. Refrensi
d. Cara Seleksi
94
Adapun cara seleksi yang digunakan oleh perusahaan maupun organisasi
dalam penerimaan karyawan baru dewasa ini dikenal dengan dua cara yaitu :
1. Non Ilmiah
Yaitu seleksi yang dilaksanakan tidak didasarkan atas kriterian standar, atau
spesifikasi nyata suatu pekerjaan atau jabatan. Akan tetapi hanya didasari pada
pemikiran dan pengalaman saja. Seleksi dalam hal ini dilakukan tidak berpedoman
pada uraian spesifikasi pekerjaan dan jabatan yang akan diisi. Unsur-unsur yang
2. Ilmiah
pekerjaan dan kebutuhan nyata yang akan diisi, serta pedoman pada kriterian dan
95
c) Berorientasi pada prestasi kerja
Simamora (2004) menjelaskan bahwa proses seleksi dibuat dan disesuaikan untuk
3. Waktu yang tesedia untuk mengambil keputusan seleksi yang cukup lama
4. Pendekatan seleksi yang berbeda pada umumnya digunakan untuk mengisi posisi-
5. Sektor ekonomi dimana individu akan dipilih baik swasta, pemerintah atau
PERFORMANCE APPRASIAL
96
tersebut sehingga dapat merencanakan pengembangan karir lebih lanjut bagi karyawan yang
bersangkutan. Dengan kata lain, Penilaian Kinerja ini menilai dan mengevaluasi
keterampilan, kemampuan, pencapaian serta pertumbuhan seorang karyawan.
1. Sebagai acuan untuk menentukan kompensasi, struktur upah, kenaikan gaji, promosi
dan lain-lainnya.
2. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan sehingga manajemen
dapat menentukan orang yang tepat pada posisi pekerjaan yang tepat.
3. Untuk menilai potensi yang ada di dalam diri seorang karyawan sehingga dapat
merencanakan perkembangan karir lebih lanjut bagi karyawan yang bersangkutan.
4. Untuk memberikan feedback atau umpan balik kepada karyawan tentang kinerjanya.
5. Sebagai dasar untuk mempengaruhi kebiasaan karyawan.
97
6. Untuk meninjau dan menyelenggarakan program pelatihan promosi ataupun program-
program pelatihan lainnya.
PENGEMBANGAN KARIER
98
d. Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi dengan
mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang rasional.
(Mondy,1993 dalam situs jurnalsdm.blogspot)
Menurut Simamora (1995:392 ) proses pengembangan karir dalam suatu
pendekatan formal yang diambil organisasi untuk memastikan bahwa orang-orang
dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat tersedia pada saat dibutuhkan.
Sehingga pengembangan karir dapat dikatakan suatu kondisi yang menunjukkan
adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam organisasi dalam jalur
karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian diatas, yang dimaksud dengan pengembangan karir adalah
suatu pendekatan atau kegiatan yang tersusun secara formal untuk meningkatkan
pertumbuhan, kepuasan kerja, pengetahuan dan kemampuan karyawan agar
organisasi dapat memastikan bahwa orang-orang dengan kualifikasi dan
pengalaman yang cocok tersedia dalam organisasi.
Tujuan dari seluruh program pengembangan karir adalah untuk menyesuaikan
antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir yang tersedia di
perusahaan saat ini dan di masa mendatang. Karena itu, usaha sistem
pembentukan pengembangan karir yang dirancang secara baik akan dapat
membantu karyawan dalam menentukan kebutuhan karir mereka sendiri, dan
menyesuaikan antara kebutuhan karyawan dengan tujuan perusahaan.
Pengembangan karir pegawai dapat dilakukan melalui dua cara diklat dan cara
nondiklat. Pengembangan karir melalui dua jalur ini sedikit-banyak telah di bahas
di bab Pelatihan dan Pengembangan. Pada bagian ini, cukuplah kita sebutkan
beberapa contoh bentuk pengembangan karir melalui dua cara ini. Contoh-contoh
pengembangan karir melalui cara diklat adalah :
1) Menyekolahkan pegawai (di dalam atau di luar negeri),
2) Memberi pelatihan (di dalam atau di luar organisasi),
3) Memberi pelatihan sambil bekerja (on-the-job training).
Contoh-contoh pengembangan karir melalui cara nondiklat adalah :
99
PELATIHAN (DIKLAT)
Pendidikan dan latihan (diklat) merupakan unsur yang mutlak dimilikioleh individu sumber daya
manusia yang berkualitas.Pentingnya diklattersebut mengantar pengembangan sumber daya manusia. Karena
itu,secara khusus pada hakekatnya diklat mengandung adanya aspek potensial,aspek fungsional, aspek
operasional dan aspek kepemimpinan organisasi.Berdasarkan aspek-aspek tersebut, maka keberadaan diklat
berperanpenting di dalam meningkatkan dan mewujudkan potensi karyawan,profesional karyawan, funsional
karyawan, operasionalisme karyawan danpengembanga karir karyawanyang dapat dilaluinya melalui proses
diklat baikberupa diklat kepemimpinan, diklat profesi lewat kursus-kursus, diklatfungsional berdasarkan
pembinaan dan pengembangan terhadappelaksanaan pekerjaan secara khusus sesuai fungsinya, dan
diklatoperasisonal yang biasanya dilakukan untuk penerapan proses dan prosedur suatu pelaksanaan
penerapan teknologi yang sesuai dengan prospeknya.Menurut Hamalik yang dikutip oleh Pujirahayu (2008)
100
diklat operasional yang sasarannya melatih, membimbing danmembina karyawan untuk dapat menjadi
tenaga yang handal dalammelaksanakan tugas-tugas pokok yang diamankan.Menurut Hamalik yang dikutip
oleh Pujirahayu (2008)
diklatadalah suatu proses dari pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yangdilaksanakan terus menerus
bagi suatu organisasi agar karyawan yangmengikuti diklat mampu mengembangkan karir dan aktivitas
kerjanya didalam mengembangkan, memperpaiki perilaku kerja karyawan,mempersiapkan karyawan untuk
menduduki jabatan yang lebih rumit dansulit, mempersiapkan tenaga untuk mengembangkan aktivitas
kerjanya
a. Memperbaiki kinerja.
b. Memutakhirkan keahlian-keahlian para pegawai/karyawan sejalan dengankemajuan tekhnologi
c. Mengurangi waktu pembelajaran bagi pegawai/karyawan baru agar kompoten dalam pekerjaan.
d. Membantu memecahkan masalah operasional.
e. Mempersiapkan pegawai/karyawan untuk mendapatkan promosi jabatan
PERILAKU ORGANISASI
101
1. Toha (2001) bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah suatu studi yang
menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu
kelompok tertentu.
2. John (1983) yang menyebutkan bahwa perilaku organisasi merupakan suatu istilah
yang agak umum yang menunjukkan kepada sikap dan perilaku individu dan kelompok
dalam organisasi, yang berkenaan dengan studi sistematis tentang sikap dan perilaku,
baik yang menyangkut pribadi maupun antar pribadi di dalam konteks organisasi.
3. James L. Gibson, John. M. Ivancevich, James. H. Donelly Jr. (1986) menyebutkan
bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah studi tentang perilaku manusia,
sikapnya dan hasil karyanya dalam lingkungan keorganisasian.
4. Robbin (2001) bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki
dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan
maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan
organisasi.
5. Prof.Joe.Kelly , perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari sifat-
sifat organisasi, termasukbagaimana organisasi di bentuk, tumbuh dan berkembang.
6. Drs. Adam Indrawijaya, perilakuorganisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari
semua aspek yang berkaitan dengan tindakan manusia, baik aspek pengaruh anggota
terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi terhadap anggota.
7. Drs. Sutrisna Hari, MM, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil interaksi dari sifat khusus (karakteristik)
anggota dan sifat khusus (karakteristik) para anggotannya dan pengaruh lingkungan.
8. Larry L Cummings bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir, suatu cara
untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil-hasil
penemuan berikut tindakan-tindakan pemecahan.
102
Dalam kaitan ini, aspek-aspek yang menjadi unsur-unsur, komponen atau sub
sistem dari ilmu perilaku organisasi antara lain adalah : motivasi, kepemimpinan,
stres dan atau konflik, pembinaan karir, masalah sistem imbalan, hubungan
komunikasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, produktivitas dan atau
kinerja (performance), kepuasan, pembinaan dan pengembangan organisasi
(organizational development), dan sebagainya.Sementara itu aspek-aspek yang
merupakan dimensi eksternal organisasi seperti faktor ekonomi, politik, sosial,
perkembangan teknologi, kependudukan dan sebagainya, menjadi kajian dari ilmu
manajemen strategik (strategic management). Jadi, meskipun faktor eksternal ini
juga
2. Kerangka Dasar Konsep Perilaku Organisasi
Kerangka dasar pada perilaku organisasi adalah terletak pada dua komponen
yaitu individu-individu yang berperilaku, baik itu perilaku secara individu, perilaku
kelompok, dan perilaku organisasi.
Komponen yang kedua adalah organisasi formal sebagai wadah dari perilaku
itu.Yaitu sebagai sarana bagi ndividu dalam bermasyarakat ditandai dengan
keterlibatannya pada suatu organisasi. Dan, menjalankan perannya dalam organisasi
tersebut
Faktor penyebab konflik menurut Smith, Mazzarela dan Piele antara lain:
1. Masalah komunikasi
Merupakan salah satu faktor penyebab konflik yang bersumber dari komunikasi, pesan,
penerima pesan dan saluran
2. Struktur organisasi
103
Merupakan salah satu faktor penyebab konflik yang secara potensial dapat
memunculkan konflik pada setiap departmen atau fungsi dalam organisasi mempunyai
kepentingan, tujuan dan programnya
3. Faktor manusia
Merupakan salah satu faktor penyebab konflik yaitu dari sifat manusia satu dengan
yang lain berbeda.
Jenis-jenis konflik
1) Negative conflict
Konflik ini merupakan konflik yang terjadi pada suatu kelompok yang biasanya
dihindari atau disembunyikan.Negative konflik ini menyebabkan kemunduran
pada suatu kelompok. Contohnya perselisihan yang terjadi didalam suatu
kelompok akan menyebabkan kinerja pada suatu kelompok tersebut menjadi
buruk.
2) Positive conflict
Konflik ini merupakan konflik yang memberikan ruang untuk para anggotanya
agar kelompok tersebut bisa menjadi lebih berkembang.Contohnya persaingan
antar anggota kelompok untuk mendapatkan hasil terbaik sehingga nantinya
mampu membawa kelompok tersebut menjadi kelompok yang lebih baik karena
anggota kelompoknya termotivasi untuk bekerja.
Penyelesaian konflik
104
4. Bersedia menjadi pengalah yang baik
Dalam sebuah penyelesaian suatu masalah sebaiknya kita tidak bersikap keras
kepala dan bersedia untuk mengalah jika ada pendapat lain yang lebih rasional
dan benar.
5. Berbuat suatu kebaikan untuk orang lain dan maupun sosialitas atau kesosialan
6. Untuk menyelesaikan sebuah konflik kita perlu berbuat baik dengan anggota
kelompok yang lain. Hal tersebut dapat menumbuhkan harga diri, rasa
berpartisipasi dan bisa memberikan arti atau suatu nilai kehidupan juga
memberikan rasa kepuasan dan keindahan karena kita merasa berguna.
a. Elimination: yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik,
yang diungkapkan dengan ucapan antara lain: kami mengalah,kami keluar an
sebagainya.
b. Subjugation dan domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan
terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya.
c. Majority rule, yaitu suara terbanyaak yang ditentukan melalui voting untuk
mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
d. Minority consent yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima senang hati
oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan
dan disapakati untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
e. Integrasi yaitu mendiskusikan,menelaah dan mempertimbangkan kembali pendapat-
pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
EVALUASI
105
a. kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai sasaran organisasi,
yang dikondisikan oleh individu
b. keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan
c. sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan
menghasilkan tingkat kinerja
d. sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi
2. Dibawah ini adalah tiga unsur kunci dalam definisi motifasi kerja,kecuali..
a. Upaya
b. Sasaran organiasi
c. Latar belakang pendidikan atasan
d. Kebutuhan
3. Dibawah ini yang bukan merupakan teori awal tentang motivasi adalah..
a. Hirarki kebutuhan MaslowSemoga Bermanfaat Bagi Teman Teman yang
membacaTerimakasih
b. Teori perilaku manusia
c. Teori X dan Y McGregor
d. Teori motivasi higinenis Herzbreg
4. Dibawah ini adalah contoh hirarki kebutuhan social menurut Maslow,kecuali..
a. Keamanan dan perlindungan dari gangguan emosi
b. Kasih saying
c. Menjadi bagian dari kelompoknya
d. Diterima oleh teman-teman
5. Dibawah ini merupakan teori tiga kebutuhan ,kecuali..
a. Kebutuhan akan pencapaian prestasi
b. Kebutuhan akan kekuasaan
c. Kebutuhan akan afiliasi
d. Kebutuhan akan kepemilikan barang mewah
BAB XI
REFERENSI
108
b. Upaya Preventive (miningkatkat upaya pencegahan penyakit)
c. Upaya Protective (meningkatkan perlindungan terhadap penyakit)
d. Upaya Curative (upaya penyembuhan terhadap penyakit)
e. Upaya Rehabilitative (upaya pemulihan)
Dengan demikian bila menyimak 5 tahap tersebut di atas, maka terlihat bahwa sebenarnya
yang diutamakan adalah upaya-upaya non kuratif atau upaya non medik, sebagai contoh
adalah upaya promotif yang secara nyata lebih mudah, lebih murah dan dapat dilakukan oleh
siapa saja, artinya tidak memerlukan dokter.
Kedua, upaya preventif atau upaya pencegahan, sebagai contoh adalah anjuran mencuci
tangan sebelum makan, anjuran mandi 2 kali sehari, anjuran mengurangi konsumsi kolesterol
pada penderita Hiperkolesterol, dan sebagainya, maka terlihat adanya perbedaan yang nyata
antara upaya promotif dan preventif.
Ketiga, upaya protektif, adalah upaya perlindungan terhadap risiko yang mengancam
status kesehatan, diantaranya adalah pemakaian sabuk pengaman, masker, baju kerja, celana
kerja, helm atau topi kerja, dan sejenisnya.
Keempat, Curative atau kuratif atau upaya pengobatan. Sebenarnya terkait dalam hal-hal
ini adalah istilah Early Detection and Prompt Treatment yaitu deteksi dini terhadap adanya
penyakit dan adanya penanganan atau pengobatan yang setepat-tepatnya. Dengan demikian
dalam hal ini yang diharapkan adalah perlunya monitoring terhadap pekerja atau penduduk
atau calon penderita yang dilakukan jauh sebelum yang bersangkutan menderita sakit secara
klinis, sehingga penanganan terhadap penyakit yang disandangnya itu tidak perlu diberikan
saat penderita telah parah penderitaannya.
Kelima, Rehabilitative atau rehabilitatif atau upaya pemulihan adalah upaya tertentu yang
dilakukan agar penderita dimungkinkan meng-alami tahap kembali seperti semula sebelum
menderita penyakit dan dimungkinkan untuk dikembalikan ketengah-tengah masyarakat lagi,
contoh untuk tahap rehabilitasi adalah :
109
TINJAUAN TENTANG PUSKESMAS
A. Pengertian Puskesmas
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/SK/II/2004, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya
kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal
3. Pertanggung jawaban Penyelenggaraan Penanggungjawab utama penyelenggaraan
seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas
Kesehatan kabupaten/kota, sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
Kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara
operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Menurut Azwar (2010), Puskesmas merupakan suatu unit pelaksana fungsional yang
berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah
tertentu.
110
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan sehat
adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup di dalam lingkungan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat, yaitu:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu 4.Derajat kesehatan penduduk kecamatan
(Depkes RI, 2004).
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional, yaitu :
1. Menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat
bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu,
pemerataan dan keterjangkauanpelayanan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas.
4. Memelihara dan meningkatkan
kesehatan per orangan, keluarga, dan masyarakat, serta lingkungannya (Depkes RI,
2004).
C. Fungsi Puskesmas
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/SK/II/2004, ada 3 fungsi Puskesmas yaitu:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping
itu, Pukesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan
kesehatan, upaya yang dilakukanPuskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
111
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga
dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu danberkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab Puskesmas meliputi pelayanan kesehatan
perorangan berupa rawat jalan dan rawat inap; dan pelayanan kesehatan masyarakat
berupa promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
D. Upaya Puskesmas
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/SK/II/2004, untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui
Puskesmas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia sehat, Puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi
dua, yakni :
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
2. Penilaian Mutu Pelayanan Kehamilan
Menurut Depkes RI (2007), untuk menilai mutu pelaksanaan pelayanan antenatal dapat
dilakukan dengan pendekatan terhadap evaluasi komponen mutu pelayanan kesehatan,
yang meliputi:
112
a. Input (masukan) yang terdiri-
dari : pengetahuan petugas tentang pelaksanaan pelayanan antenatal, kelengkapan
sarana pelayanan antenatal
b. Proses, adalah penatalaksanaan
pelayanan antenatal, yang terdiri-dari, anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosa,
terapi, konseling
c. Out put (keluaran) adalah
pengetahuan pasien tentang antenatal. Untuk mengetahui apakah pelayanan
antenatal telah dilakukan sesuai standard yang telah ditetapkan, perlu dinilai
pelayanan antenatal yang telah dilakukan. Disini yang dinilai adalah tingkat
kepatuhan petugas terhadap standard yang telah ditetapkan dalam memberikan
pelayanan antenatal, yang disebut dengan "Metoda Analisis Sistem", kegiatan yang
dilakukan adalah : melakukan observasi pelayanan antenatal dibanding dengan
daftar tilik (check list) di bandingkan dengan standar pelayanan yang telah baku
(Depkes RI, 2007). -Pelayanan KBPembantu,-Staf unit KIA-KB-Staf pelaksana
KIA-KB-Membantu bidan dalam bidan (PK-E)kunjungan rumah-Pelayanan
antenatal
Menurut M. Fais Satrianegara –Sitti Saleha dalam Organisasi dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan (2009), standar pelayanan antenatal terdiri
atas 6 standar, yaitu :
1. Identifikasi ibu hamil, bidan melakukan kunjungan rumah dan
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan
dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar menolong ibu untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. Dengan syarat :
1. Bidan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk
menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah
memeriksakan kehamilannya secara dini dan teratur.
2. Bidan harus memahami tujuan pelayanan antenatal dan alasan
ibu tidak memeriksakan kehamilannya secara dini, tanda dan gejala
kehamilan, serta keterampilan berkomunikasi secara efektif.
3. Bahan penyuluhan kesehatan yang tersedia dan sudah siap
digunakan oleh bidan
2. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal, yakni memberikan pelayanan
antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan. Dengan syarat :
113
1. Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas,
termasuk penggunaa KMS Ibu Hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan
kehamilan (Kartu Ibu)
2. Alat untuk pelayanan antenatal tersedia dalam keadaam baik
dan berfungsi, antara lain : stetoskop, tensimeter, meteran kain, timbangan,
pengukur lingkar lengan atas, dan stetoskop janin.
3. Tersedia obat dan bahan lain, misalnya : vaksin TT; tablet besi,
asam folat, dan obat anti malaria (pada daerah endemis malaria); serta alat
pengukur Hb Sahli.
4. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA dan Kartu Ibu.
5. Terdapat system rujukan yang berfungsi dengan baik, ibu hamil
risiko tinggi atau mengalami komplikasi dirujuk agar mendapatkan
pertolongan yang memadai.
3. Palpasi Abdominal, yakni bidan melakukan pemeriksaan abdominal
secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan;
serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin
dan masukanya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan
serta melakukan rujukan tepat waktu. Dengan prasyarat :
1. Bidan telah dididik dengan prosedur palpasi abdominal yang
benar.
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam
kondisi baik.
3. Tersedia tempat pemeriksaanyang tertutup dan dapat diterima
masyarakat.
4. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu untuk
pencatatan.
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang
memerlukan rujukan.
4. Pengelolaan anemia pada kehamilan, bidan melakukan yindakan
pencegahan,penemuan, penanganan, dan atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan prasyarat :
1. Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan
2. Bidan mampu mengenali dan mengelola anemia pada
kehamilan dan memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia.
114
3. Alat untuk mengukur kadar Hb yang berfungsi baik.
4. Tersedia tablet zat besi dan asam folate.Obat anti malaria
(didaerah endemis malaria)Obat cacingg.
5. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu.
5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan, mengenali dan
menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang
diperlukan. Dengan syarat :
1. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur,
pengukuran tekanan darah
2. Bidan mampu mengukur tekanan darah dengan benar,
mengenali tanda-tanda pre-eklampsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan
dan melakukan tindakan lanjut sesuai dengan ketentuan.
3. Tersedianya tensimeter air raksa dan stetoskop berfungsi
dengan baik.
4. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu
5. Alat pemeriksaan protein urine
6. Persiapan persalinan., untuk memastikan bahwa persalinan
direncanakan dalam lingkungan yang aman dan menandai dengan pertolongan
bidan terampil. Dengan syarat :
1. Semua ibu harus melakukan dua kali kunjungan antenatal pada
trisemseter terkahir kehamilannya.
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang
indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung dirumah sakit.
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan
persalinan yang aman dan bersih.
4. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antennal
tersedia dan dalam keadaan berfungsi, termasuk air mengalir, sabun, handuk
bersih untuk mengeringkan tangan, bebrapa pasang sarung tangan bersih dan
DTT/steril, fetoskop/Doppler, pita pengukur yang bersih, stetoskop dan
tensimeter.
5. Perlengkapan penting yang diperlukan untuk melakukan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan
desinfeksi tingkat tinggi (termasuk partus set DTT/steril, sarung tangan
DTT/steril, dan peralatan yang memadai untuk merawatbayi baru lahir).
115
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan
cepat jika terjadi kegawatdaruratan ibu dan janin.
7. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu dan
partograf.
8. Sistem rujukan yang efektif yntuk ibu hamil yang mengalami
komplikasi selama kehamilan
EVALUASI
1. Suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan social
adalah definisi sehat menurut….
a. WHO
b. UU No.9 Tahun 1960
c. UU No. 23 Tahun 1992
d. Departemen kesehatan
e. Health or All by the year 2000
2. keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta
bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan adalah definisi sehat
menurut
a. WHO
b. UU No.9 Tahun 1960
c. UU No. 23 Tahun 1992
d. Departemen kesehatan
e. Health or All by the year 2000
3. kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik(badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi
adalah definisi menurut….
a. WHO
b. UU No.9 Tahun 1960
c. UU No. 23 Tahun 1992
d. Departemen kesehatan
116
e. Health or All by the year 2000
4. kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-
masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain, kecuali….
a. Kesehatan mental
b. Kesehatan emosional
c. Kesehatan spiritual
d. Kesehatan jiwa
e. Kesehatan fisik
5. Terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi
normal atau tidak mengalami gangguan adalah perwujudan aspek kesehatan….
a. Kesehatan mental
b. Kesehatan emosional
c. Kesehatan spiritual
d. Kesehatan jiwa
e. Kesehatan fisik
117
118
GBMK
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah dasar kesehatan dalam rangka mengenalkan mahasiswa tentang pengelolaan pelayanan kesehatan
di Indonesia, terutama pada program kesehatan ibu dan anak. Selain itu dijelaskan pula dasar-dasar manajemen pengaturan suatu organisasi di
bidang kesehatan khususnya kebidanan dalam rangka menjalankan suatu program dalam mencapai tujuan dari organisasi kesehatan dan tujuan
pembangunan kesehatan.
Standar Kompetensi
Mahasiswa diharapkan mampu menjadi seorang manajer suatu organisasi kesehatan terutama di institusi penyedia layanan Kesehatan Ibu
dan Anak baik tingkat primer, sekunder maupun tersier dalam rangka menjalankan program-program kesehatan nasional, sehingga terwujud
kondisi kesehatan Ibu dan anak serta masyarakat yang sebaik-baiknya. Pada Akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu:
119
4. Pemantauan Wilayah Setempat dalam Pelayaan Kesehatan Ibu dan Anak
5. Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
6. Menganalisis ketercapaian layanan kesehatan ibu dan anak.
BAHAN KAJIAN
1. Fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan
2. Fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara maju dan sedang berkembang
4. Prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan kesehatan
5. Masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.
METODE PEMBELAJARAN
Menggunakan Diskusi, Role Play, Studi Kasus.
PENILAIAN
penilaian dapat dilakukan dalam bentuk kuis, penugasan, ujian tulis dan penilain penampilan praktik.
120
PRODI D.IV KEBIDANAN| 121
1– Memahami dan konsep tentang 1. Pengertian manajemen Diskusi Mampu memahami 1/14
2 memiliki konsep manajemen dan 2. Unsur dasar manajemen Role play dan memiliki konsep Pertemua
tentang manajemen fungsi manajemen 3. Pola umum manajemen
Studi kasus tentang manajemen n
4. Proses manajemen
dan fungsi dan fungsi
5. Fungsi-fungsi manajemen
manajemen manajemen
3– Memahami konsep konsep organisasi 1. Fungsi organisasi Diskusi Mampu memahami 2/14
4 organisasi kesehatan kesehatan 2. Prinsip-prinsip organisasi Role play konsep organisasi Pertemua
3. Struktur organisasi kesehatan n
kesehatan (pusat dan Studi kasus
daerah)
4. Jenis organisasi
5. Model Organisasi
5 Memahami konsep konsep organisasi 1. Organisasi Kesehatan di Diskusi Mampu memahami 1/14
organisasi dalam dalam sistem Indonesia Role play konsep organisasi Pertemua
sistem kesehatan kesehatan nasional 2. Sistem Kesehatan di dalam sistem n
Indonesia Studi kasus
nasional
kesehatan nasional
7 Memahami dan konsep tentang Sistem kesehatan di negara Diskusi Mampu memahami 1/14
memiliki konsep Sistem kesehatan maju dan sedang berkembang Role play dan memiliki konsep Pertemua
tentang Sistem Studi kasus tentang Sistem n
kesehatan kesehatan
10 Memahami tentang konsep Ekuitas Ekuitas terhadap pelayanan Diskusi Mampu memahami 1/14
konsep Ekuitas terhadap pelayanan kesehatan Role play tentang konsep Pertemua
11 Memahami dan konsep tentang 1. Manajemen Pelayanan Diskusi Mampu memahami 2/14
memiliki konsep menajemen pelayanan Kesehatan (Pusat-Daerah) Role play dan memiliki konsep Pertemua
tentang menajemen kesehatan 1. Manajemen Pelayanan tentang menajemen n
Kesehatan (Rumah Sakit) Studi kasus
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
12 Memahami dan konsep tentang 1. Manajemen SDM Diskusi Mampu memahami 2/14
memiliki konsep Leadership in Health Kesehatan Role play dan memiliki konsep Pertemua
tentang Leadership Care 2. Analisis Jabatan tentang Leadership n
(Pekerjaan) Studi kasus
in Health Care in Health Care X 100%
13 Memahami konsep- konsep-konsep 1. Rekrutmen dan seleksi Diskusi Mampu memahami 1/14
konsep menajemen menajemen SDM 2. Performance Apprasial Role play konsep-konsep Pertemua
SDM kesehatan kesehatan 3. Pengembangan Karier menajemen SDM n
4. Pelatihan (Diklat) Studi kasus
kesehatan
5. Perilaku Organisasi
6. Konflik dan Dinamika
Kelompok
Memahami Issues Issues terkait praktisi praktisi kesehatan masyarakat Diskusi Mampu memahami 1/14
terkait praktisi kesehatan masyarakat (Puskesmas/RS/Dinas) Role play Issues terkait praktisi Pertemua
14 kesehatan (Puskesmas/RS/Dinas kesehatan n
Studi kasus
masyarakat ) masyarakat
(Puskesmas/RS/Dina (Puskesmas/RS/Dina
s) s)
UJIAN SEMESTER