Anda di halaman 1dari 133

BAB I

KONSEP TENTANG MANAJEMEN DAN FUNGSI MANAJEMEN

SUB TOPIK

1. Pengertian Manajemen
2. Unsur Dasar Manajemen
3. Prosese Manajemen
4. Fungsi-Fungsi Manajemen

Setelah menikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan
2. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Menjelaskan perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara maju
dan sedang berkembang
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan kesehatan
ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.

REFERENSI
1. Silalahi, 1996, Pengantar manajemen , teori dan praktek Jakarta : Rineka Cipta
2. Siswanto, HB.Dr. 2007. Pengantar manajemen¸ Jakarta : Bumi Aksara
3. Trisnawati Sule, Ernie, Pengantar Manajemen, (KEncana: Jakarta), hal. 8
4. Hasibuan, Malayu, Manajemen= Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi Aksara:
Jakarta), 2005
5. Bowo Arief, 2008. Pengorganisasian. Fakultas Ekonomi,
6. Hafidzi, Z.A. 2002, "Diktat Pcngantar Manajemen ", Fakultas Ekonomi
7. Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta
8. Williams, Chuck. 2001. Manajemen (Terjemahan).

1
1. PENGERTIAN MANAJEMEN

a. DEFINISI MANAJEMEN
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. (Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan – 1985).
Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal manajemen
adl penggunaan sumberdaya organisasi utk mencapai sasaran dan kinerja yg tinggi dalam
berbagai tipe organisasi profit maupun non profit.
Definisi manajemen yg dikemukakan oleh Daft (2003:4) sebagai berikut: “Management
is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through
planning organizing leading and controlling organizational resources”. Pendapat
tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan
organisasi dgn cara yg efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian
pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi.
Plunket dkk.(2005:5) mendefinisikan manajemen sebagai “One or more
managers individually and collectively setting and achieving goals by exercising related
functions (planning organizing staffing leading and controlling) and coordinating
various resources (information materials money and people)”. Pendapat tersebut kurang
lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan satu atau lbh manajer yg secara
individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dgn
melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan pengorgnisasian penyusunan staf
pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi
material uang dan orang).
Manajer sendiri menurut Plunket dkk.(2005:5) merupakan people who are
allocate and oversee the use of resources jadi merupakan orang yg mengatur dan
mengawasi penggunaan sumber daya.
Lewis dkk.(2004:5) mendefinisikan manajemen sebagai: “the process of
administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to
achieve the goals of the organization.” Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti
bahwa manajemen merupakan proses mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-
sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha utk mencapai tujuan organisasi.

2
Menurut Mary Parker Follet yg dikutip oleh Handoko (2000:8) manajemen
merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui
pengaturan orang-orang lain utk melaksanakan berbagai tugas yg mungkin diperlukan.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Istilah
Manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang
berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketata laksanaan,
kepemimipinan, pemimpin, ketata pengurusan, administrasi, dan sebagainya. Untuk lebih
jelasnya ada beberapa definisi atau pengertian dari Manajemen, yaitu sebagai berikut:
John D. Millett membatasasi Managment menjadi: ”management is the proceess of
directing and facilitating the work of people organized in formal groups to achive a
desired goal (adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang
yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan.
Definisi lainnya dari manajemen adalah seperti yang diuraikan oleh G.R.
Terry. Menurutnya manajemen adalah: “management is distinict process consisting of
planing, organizing, actuating and controlling performed to determine and accomplish
stated objectives by the use of human being and other resources (manajemen adalah
suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya)”.
Harold Koontz dan Cyrill O’Donnel, ahli lainnya mengartikan manajemen
sebagai berikut: “ Management is getting things done through people. In bringing about
this coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes, staffs,
direct, and control the activities other people (manajemen adalah usaha mencapai suatu
tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan
koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian).”
Mendefinisikan Manajement ada berbagai ragam, ada yang mengartikan
dengan ketatalaksanaan, Manajement pengurusan dan lain sebagainya. Pengertian
Manajement dapat dilihat dari tiga pengertian.
1) Manajemen sebagai suatu proses
2) Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
3) Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni

3
Manajement sebagai suatu proses. Pengertian Managment sebagai suatu
proses dapat dilihat dari pengertian menurut :
a) Encylopedia of the social science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu
tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
b) Haiman, Manajement yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan
orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan
c) Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu
dengan melalui kegiatan orang lain.
Manajement sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari orang-
orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau
kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan Manajemen, sedang orang yang
bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas
Managment disebut Manajer.
Menurut Stoner dan Wankel bahwa proses adalah cara sistematis untuk untuk
menjalankan suatu pekerjaan. Dalam batasan manajemen di atas prosesnya meliputi:
b) Perencanaan, yaitu menetapkan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan.
c) Pengorganisasian, yaitu mengkoordinasikan sumber daya manusia serta sumber daya
lainnya yang dibutuhkan.
d) Kepemimpinan, yaitu mengupayakan agar bawahan bekerja sebaik mungkin. 
e) Pengendalian, yaitu memastikan apakah tujuan tercapai atau tidak dan jika tidak
tercapai dilakukan tindakan perbaikan.

Ahli lain, Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard, memberikan batasan


manajemen sebagai berikut : “Management as working with and through individuals and
groups to accomplish organizational goals (manajemen sebagai suatu usaha yang
dilakukan dengan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi”.
Hersey dan Blanchard lebih menekankan pada definisi tersebut tidaklah
dimaksudkan hanya untuk satu jenis organisasi saja, tetapi dapat diterapkan pada
berbagai jenis organisasi tempat individu dan kelompok tersebut menggabungkan diri
untuk mewujudkan tujuan bersama. Selain beberapa definisi di atas, ada beberapa
definisi lain tentang manajemen dari para ahli, yaitu: Menurut Drs. Malayu S.P.
Hasibuan definisi manajemen adalah: “ ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu”.

4
Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan
perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan,
ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, ketatapengurusan, administrasi, dan,
sebagainya. Masing-masing pihak dalam memberikan istilah diwarnai oleh latar
belakang pekerjaan mereka. Meskipun pada kenyataannya bahwa istilah tersebut
memiliki perbedaan.

2. Unsur dasar Manajemen

b. Unsur-unsur Manajemen Secara Umum


a) M e n (manusia, orang-orang, tenaga kerja)
Tenaga kerja ini meliputi baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif. Dalam
kegiatan manajemen faktor manusia adalah yang paling menentukan. Titik pusat dari
manajemen adalah manusia, sebab manusia membuat tujuan dan dia pulalah yang
melakukan proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya itu.
Tanpa tenaga kerja tidak akan ada proses kerja. Hanya saja manajemen itu sendiri
tidak akan timbul apabila setiap orang bekerja untuk dirinya sendiri saja tanpa
mengadakan kerjasama dengan yang lain. Manajemen timbul karena adanya orang
yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
b) Money (uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan)
Uang merupakan unsur yang penting untuk mencapai tujuan disamping faktor
manusia yang menjadi unsur paling penting (the most important tool) dan faktor-
faktor lainnya. Dalam dunia modern yang merupakan faktor yang penting sebagai
alat tukar dan alat pengukur nilai suatu usaha. Suatu perusahaan yang besar diukur
pula dari jumlah uang berputar pada perusahaan itu. Tetapi yang menggunakan uang
tidak hanya perusahaan saja, instansi pemerintah dan yayasan-yayasan juga
menggunakannya. Jadi uang diperlukan pada setiap kegiatan manusia untuk
mencapai tujuannya. Terlebih dalam pelaksanaan manajemen ilmiah, harus ada
perhatian yang sungguh-sungguh terhadap faktor uang karena segala sesuatu
diperhitungkan secara rasional yaitu memperhitungkan berapa jumlah tenaga yang
harus dibayar, berapa alar-alat yang dibutuhkan yang harus dibeli dan berapa pula
hasil yang dapat dicapai dari suatu investasi.
c) Machines (mesin atau alat-alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan)

5
Dalam setiap organisasi, peranan mesin-mesin sebagai alat pembantu kerja
sangat diperlukan. Mesin dapat meringankan dan memudahkan dalam melaksanakan
pekerjaan. Hanya yang perlu diingat bahwa penggunaan mesin sangat tergantung
pada manusia, bukan manusia yang tergantung atau bahkan diperbudak oleh mesin.
Mesin itu sendiri tidak akan ada kalau tidak ada yang menemukannya, sedangkan
yang menemukan adalah manusia. Mesin dibuat adalah untuk mempermudah atau
membantu tercapainya tujuan hidup manusia.
d) Methods ( metoda atau cara yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan).
Cara , penggerakan, dan pengawasan. Dengan cara kerja yang baik akan
memperlancar dan memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Tetapi walaupun metode
kerja yang telah dirumuskan atau ditetapkan itu baik, kalau orang yang diserahi tugas
pelaksanaannya kurang mengerti atau tidak berpengalaman maka hasilnya juga akan
tetap kurang baik. Oleh karena itu hasil penggunaan/penerapan suatu metode akan
tergantung pula pada orangnya.
e) Materials (bahan atau perlengkapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan).
Manusia tanpa material atau bahan-bahan tidak akan dapat mencapai tujuan
yang dikehendakinya, sehingga unsur material dalam manajemen tidak dapat
diabaikan.
f) Market (pasar untuk menjual output/barang yang dihasilkan).
Bagi suatu perusahaan, pemasaran produk yang dihasilkan sudah barang tentu
sangat penting bagi kelangsungan proses produksi dari perusahaan itu sendiri. Proses
produksi suatu barang akan berhenti apabila barang-barang yang diproduksi itu tidak
laku atau tidak diserap oleh konsumen. Dengan perkataan lain pasar sangat penting
untuk dikuasai demi kelangsungan proses kegiatan perusahaan atau industri. Oleh
karena itu penguasaan pasar untuk mendistribusikan hasil-hasil produksi agar sampai
kepada konsumen merupakan hal yang menentukan dalam aktivitas manajemen.
Agar pasaran dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan
selera dan daya beli konsumen. Barang yang berkualitas rendah dengan harga yang
relatif mahal tidak akan laku dijual. Hal diatas adalah penggunaan pasar dalam dunia
perniagaan. Adapun dalam administrasi Negara, yang menjadi pasar adalah
masyarakat (publik) secara keseluruhan, sedangkan yang menjadi produknya adalah
berupa pelayanan dan jasa (service). Apabila rakyat atau masyarakat telah merasakan
pelayanan yang sebaik-baiknya dari pemerintahnya maka rakyat akan pula

6
memberikan kerjasama dengan sebaik-baiknya atau dengan perkataan lain
mendukungnya sehingga pemerintahan dapat berjalan dengan stabil.

g) Information (Informasi)
Tentu saja informasi sangat  yang sedang disukai, apa yang sedang terjadi di
masyarakat, dsb. Manajemen informasi sangat penting juga dalam menganalis
produk yang telah dan akan dipasarkan.
Ketujuh unsur manajemen tersebut lebih dikenal dengan sebutan 6 M + I ,
yaitu man,  money,  material, machine,  method, market dan information. Setiap
unsur tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Manajemen tidak dapat berjalan
dengan baik tanpa adanya ketujuh unsur tersebut.

4. Proses Manajemen

  Proses Manajemen

a. Pengerian Proses Manajeman

Proses Manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan dasar yang berhubungan

secara integral, yang dilaksanakan di dalam manajemen secara umum, yaitu proses

perencanaan, proses pengorganisasian, proses pelaksanaan dan proses pengendalian,

dalam rangka mencapai sesuatu tujuan secara ekonomis. Sesungguhnya keempat proses itu

merupakan hasil ikhtisar dari pelbagai pendapat praktisi dan ahli mengenai manajemen.

Proses manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan dasar yang berhubungan

secara integral, yang dilaksanakan di dalam manajemen secara umum, yaitu proses

perencanaan, proses pengorganisasian, proses pelaksanaan dan proses pengendalian,

dalam rangka mencapai sesuatu tujuan secara efektif dan efisien. Sesungguhnya keempat

proses itu merupakan hasil ikhtisar dari pelbagai pendapat praktisi dan ahli mengenai

manajemen.

Menurut Henri Fayol : "perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, koordinasi".

7
Menurut Gulick dan Urwick: "Perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan,

koordinasi, pelaporan dan peranggaran".

Menurut William M. Fox: "Perencanaan, pengorganisasian, pengendalian".

Menurut Ernest Dale: "Perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan,

pengendalian, inovasi, representasi".

Menurut Koontz dan O'Donnell: "perencanaan, pengorganisasian, staffing,

pengarahan, pengendalian".

Semua gagasan itu didasarkan pada pra-anggapan yang menghendaki pembagian

proses kerja para manajer menjadi bagian-bagian yang dapat dilaksanakan. Proses-proses

itu berulangkali dinyatakan sebagai "langkah-langkah dasar manajemen", batu-batu

fondasi manajemen.

Proses perencanaan meliputi gagasan bahwa manajemen mengantisipasi berbagai

kondisi seperti peluang dan kendala di masa depan, dan berusaha menetapkan lebih dulu

apa yang harus mereka lakukan dan apa yang akan mereka capai.

Proses pengorganisasian berarti menempatkan orang dan prasarana serta sarana dan

sumberdaya dalam suatu tata-hubungan yang kondusif untuk bekerja sama menuju sasaran

bersama.

Proses pelaksanaan meliputi pemberian arahan, perintah kerja, dorongan dan motivasi

kerja, serta pemecahan masalah.

Proses pengendalian dilakukan dengan pengamatan, mencermati laporan, dan

melakukan inspeksi supaya pekerjaan di semua bagian sesuai dengan persyaratan kualitas

dan ketentuan rencana hasil, dan sesuai dengan anggaran biaya.

Pekerjaan manajemen dalam kenyataannya tidak sesederhana mengucapkan daftar

kata "perencanaan", "pengorganisasian", "pelaksanaan" dan "pengendalian" seperti

8
mantera. Tetapi keempat kata itu mewakili rumpun kegiatan yang kompleks menurut

bidang kegiatan lembaga yang dimanajemeni sebagai kategorisasi pemikiran.

Proses manajemen itu ditanamkan karena sederhana dan gampang dipahami pada para

peserta gugus-mutu, dalam rangka memanajameni pekerjaan mereka masing-masing.

b. Macam – Macam Proses Manajemen

1) Perencanaan (Planing)

Empat langkah pokok planning adalah :

a) Tetapkan tujuan

b) Rumuskan keadaan saat ini

c) Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan

d) Kembangkan rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan

Tipe perencanaan antara lain :

(a)Strategis (jangka panjang)

(b)Taktis (menengah)

(c)Operasional (rendah)

Sedangkan manfaat perencanaan yaitu :

(a) Mengurangi pengaruh ketidakpastian dan perubahan

(b) Memfokuskan perhatian pada tujuan

(c) Mendapatkan operasi yang ekonomis

(d) Memudahkan pengendalian

(e) Memudahkan koordinasi

(f) Memudahkan pemahaman keseluruhan gambaran kerja

2) Organizing

Pengorganisasian menghasilkan struktur organisasi dengan unsur :

a) Pembagian kerja

9
b) Anggota organisasi

c) Lingkungan tempat pelaksanaaan kerja

d) Keterkaitan antara anggota

Proses organisasi sumber daya manusia antara lain :

a) Bentuk struktur

b) Tingkat kewenangan

c) Pentang kendali

d) Staffing

e) Koordinasi

3) Actuating

Pelaksanaanya adalah :

a) Usaha mengatur semua anggota kelompok agar mau dan berusaha mencapai tujuan

b) Usaha mobilitas sumber – sumber daya yang dimilki organisasi agar dapat

bergerak dalam satu kesatuan dengan merancang yang telah dibuat

Hal – hal yang diperlukan adalah :

a) Motivasi

b) Kepemimpinan

c) Komunikasi

d) Dinamika kelompok

4) Controlling

Pengawasan yang berarti mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan,

maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-

tindakan korektif sehingga hasil pekerja sesuai dengan rencana.

10
Apabila pengawasan jelas menunjukan bahwa perencanaan tersebut tidak

diimplementasikan maka harus diperkembangkan sebuah rencana baru atau rencana

yang dimodifikasi

FUNGSI MANAJEMEN

Fungsi manajemen 
Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya.
Pada umumnya ada empat fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi
perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing)
dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi
staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan
mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen
yang maksimal.
Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing fungsi manajemen  :
1) Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti
dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.
2) Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia
dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang
telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
3) Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang
sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
4) Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang
telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.

11
EVALUASI
1. manajemen sebagai “One or more managers individually and collectively setting and
achieving goals by exercising related functions (planning organizing staffing leading
and controlling) and coordinating various resources (information materials money and
people)”. Defini manajemen menurut………..
a. Plunket dkk
b. Stoner dan Wankel
c. Lewis dkk
d. Paul Hersey dan Kenneth H
2. Fungsi manajemen kecuali..
a. Perencanaan
b. Pembaharuan
c. Pengorganisasian
d. Pengarahan
3. Manfaat perencanaan adalah…
a. Memfokuskan perhatian pada tujuan
b. Mendapatkan operasi yang dramatis
c. Memudahkan pekerjaaan
d. Menambah pengaruh ketidakpastian dan perubahan
4. Salah 1 langkah pokok planning, kecuali :
a. Tetapkan tujuan
b. Rumuskan keadaan saat ini
c. Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan
d. Membuat rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan
5. Manajement dapat dilihat dari tiga pengertian kecuali….
a. Manajemen sebagai suatu proses
b. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
c. Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni
d. Manajemen sebagai pembaharuan

12
BAB II

KONSEP ORGANISASI KESEHATAN

SUB TOPIK

1. Fungsi organisasi
2. Prinsip-prinsip organisasi
3. Struktur organisasi kesehatan (pusat dan daerah)
4. Jenis organisasi
5. Model Organisasi

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :


2. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan
3. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi manajemen dibidang kesehatan
4. Menjelaskan perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara
maju dan sedang berkembang
5. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan
kesehatan ibu dan anak
6. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
7. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.

REFERENSI
1. Kesehatan Republik Indonesia , 2001 – 2010. Jakarta : Direktorat Jendral Bina
Kesehatan Masyarakat
2. Adikoesoemo ( 2003 ) manajemen rumah sakit Jakarta : pustaka  Sinar Harapan Asrul,
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas
Kesehatan Daerah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

13
1. Fungsi Organisasi

A. Fungsi Organisasi
Sebagai suatu kelompok yang terencana, organisasi juga memiliki fungsi bagi anggota-
anggotanya, di antaranya yaitu : 
1) Memberi arahan dan aturan serta pembagian kerja mengenai apa yang
harus dan tidak boleh dilakukan oleh para anggota dalam organisasi
2) Meningkatkan skill dan kemampuan dari anggota organisasi dalam mendapatkan
sumber daya dan dukungan dari lingkungan
3) Memberikan pengetahuan dan pencerdasan pada tiap anggota organisasi

Prinsip – Prinsip Organisasi


B. Prinsip-prinsip organisasi
Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya
A.M. Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya
“Organization of Canadian Government Administration” (1965), bahwa prinsip-prinsip
organisasi meliputi :
2) Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas. 
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, tidak
mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai
tujuan antara lain memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3) Prinsip Skala Hierarkhi
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan,
pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam
pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas
jalannya organisasi secara keseluruhan.
4) Prinsip Kesatuan Perintah.
Seseorang hanya menerima perintah/bertanggung jawab kepada seorang
atasan.

14
5) Prinsip Pendelegasian Wewenang. 
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi
kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang
lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada
atasannya lagi.
6) Prinsip Pertanggungjawaban. 
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan.
7) Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas
atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan
pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari
masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan
memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta
menunjang efektivitas jalannya organisasi.
8) Prinsip Rentang Pengendalian. 
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh
seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan
bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai
yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
9) Prinsip Fungsional. 
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas
tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari
pekerjaannya.
10) Prinsip Pemisahan. 
Beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya
kepada orang lain.
11) Prinsip Keseimbangan. 
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan
organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan
dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui
aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana

15
(tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya
akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta,
Bandung, atau Surabaya.
12) Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya
pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu
menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya
13) Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau
dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses
kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.
C. Struktur organisasi kesehatan (pusat dan daerah)
Struktur organisasi adalah suatu gambar yang menggambarkan bentuk
organisasi, pendepartemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, dan
hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem
rentang kendali dan sistem pimpinan kendali.
Dalam lingkungan yang terus menerus berubah, struktur organisasi tidak bisa
bersifat kaku, tetapi harus mampu melakukan adaptasi terhadap tuntutan perubahan, baik
karena dinamika dalam organisasi sendiri maupun karena dorongan di luar organisasi.
Suatu struktur organisasi akan memberikan informasi tentang :
a) Tipe organisasi, struktur organisasi akan memberikan informasi tentang tipe informasi
yang digunakan (apakah line organization, line and staff organization, atau functional
organization).
b) Pedepartemenan organisasi, akan memberikan informasi mengenai dasar
pendepartemenan (bagian) (apakah didasarkan fungsi-fungsi manajemen, wilayah
produksi, shif dsb).
c) Kedudukan, memberikan informasi tentang apa seseorang termasuk kelompok
managerial atau karyawan operasional.
d) Rentang kendali, memberikan informasi mengenai jumlah karyawan dalam setiap
departemen (bagian).
e) Manajer dan bawahan, organisasi yang menberikan informasi tentang garis perintah
dan tanggung jawab siapa yang menberi perintah dan siapa yang memberi tangung
jawab dengan kata lain siapa atasan dan siapa bawahan.

16
f) Tingkatan Manajer, memberikan informasi tentang keberadaan top manajer, middle
manajer, dan low manajer.
g) Bidang pekerjaan, setiap kotak dalam struktur organisasi memberikan informasi
mengenai tugas-tugas dan pekerjaan serta tanggung jawab yang dilakukan dalam
pekerjaan tersebut.
h) Tingkat manajemen, sebuah bagan tidak hanya menunjukan hierarkhi manajer
bawahan dan atasan secara perorangan tetapi juga hierarkhi manajemen secara
keseluruhan.
i) Pimpinan organisasi, struktur organisasi yang memberikan informasi apa pimpinan
tunggal atau pimpinan kolektif atau presidium.
D. Jenis organisasi
Sangat banyak organisasi kesehatan yang sudah terbentuk di indonesia, beberapa
diantaranya adalah:
1) Organisasi kesehatan pemerintah pusat
2) Organisasi kesehatan pemerintah daerah
3) Rumah sakit
4) Unit pelaksana teknik
5) Organisasi kesehatan swasta

E. Model organisasi
1. Model organisasi mekanistik, yaitu
model yang menekankan pentingnya    mencapai produksi dan efisiensi tingkat
tinggi. Henry Fayol mengajukan sejumlah prinsip yang berkaitan dengan fungi
pimpinan untuk mengorganisasi dan empat diantaranya berhubungan dengan
pemahaman model mekanistik yaitu:
a) Prinsip Spesialisasi yaitu merupakan sarana terbaik untuk mendayagunakan
tenaga individu dan kelompok.
b) Prinsip Kesatuan Arah yaitu semua pekerjaan harus dikelompokkan berdasarkan
keahlian.
c) Prinsip Wewenang dan Tanggung jawab yaitu manager harus mendapat
pendelegasian wewenang yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya.
d) Prinsip Rantai Skalar yaitu hasil alami dari pelaksanaan ketiga prinsip
sebelumnya adalah rantai tingkatan manajer dari peringkat wewenang paling

17
tinggi sampai dengan peringkat paling rendah. Rantai scalar adalah jalur
keseluruhan komunikasi vertical dalam sebuah organisasi.
e) Model mekanistik sangat efisien karena karakteristik strukturnya. Model ini
sangat kompleks karena menekankan pada spesialisasi kerja, sangat
disentralisasikan karena menekankan wewenang dan tanggung jawab, sangat
formal karena menekankan fungsi sebagai dasar utama departementalisasi.
Karakteristik dan praktek organisasi ini mendasari model organisasi yang
diterapkan secara luas. Namun, model mekanistik bukan satu-satunya model yang
diterapkan.
Menurut Herbert G. Hicks, organisasi tipe ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Mempunyai struktur yang baik, yang dapat menggambarkan hubungan-hubungan
wewenang (authority), kekuasaan, (power), akuntabilitas (accountability), dan
pertanggungjawaban (responsibility).  Struktur itu dapat pula menunjukkan
saluran-saluran melalui komunikasi/tata-hubungan.

b) Memiliki spesifikasi jabatan yang jelas bagi setiap anggota.


c) Hirarki dari tujuan organisasi formal dinyatakan dengan tegas.
d) Dalam organisasi ini, masalah status, prestasi, gaji, kedudukan atau pangkat dan
penghasilan diatur dan diawasi dengan baik.
e) Organisasi ini tahan lama dan direncanakan, sebab penempatannya sesuai dengan
peraturan.  Mereka relatif tidak fleksibel.
f) Dalam organisasi ini, keanggotaan diperoleh secara sadar, pada waktu tertentu dan
umumnya terbuka.

Herbert G. Hicks, juga memberikan beberapa contoh organisasi model mekanistik,


antara lain perusahan besar, pemerintah pusat dan daerah, serta universitas-
universitas. Organisasi ini juga dapat pula dilihat dari bentuk hubungan-hunbungan
yang terjadi antara orang-orang dalam kelompok tersebut.  Dikatakan organisasi
formal apabila hubungan antara orang-orang dalam kelompok kerjasama bersifat
formal, karena hubungan-hubungan formal pada umumnya diatur dalam dasar hokum
pendirian organisasi/lembaga.
Sedangkan menurut salah satu sumber di internet, organisasi mekanistik
menganut sistem tertutup.  Sistem ini dasar pemikirannya banyak dipengaruhi oleh
ilmuan – ilmuan fisika dan diterapkan pada suatu sistem yang mekanistis.

18
Konsentrasinya pada hal – hal yang internal. Model ini satu – satunya model yang
lama sekali mempengaruhi pemikiran dalam administrasi Negara antara lain : model
Birokratis , model Hierarki , model Formal , model Rasional dan model mekanistis.
Sifat yang menonjol dari sistem tertutup adalah adanya kecendrungan yang
kuat untuk bergerak mencapai keseimbangan dan entropi yang statis. Karakteristik
lain yang dapat dipergunakan untuk mengenal sistem tertutup ini seperti yang
dikatakan oleh Tom Burns dan G.M Stalker adalah :
1) Tugas rutin terjadi dalam keadaan yang stabil
2) Adanya pembagian tugas
3) Sarana
4) Konflik di dalam organisasi diselesaikan dari atasan
5) Pertanggungjawaban
6) Rasa tanggung jawab dan loyalitas seseorang diberikan kepada subunit birokrasi
yang telah dibebankan kepadanya
7) Organisasi dipahami sebagai suatu struktur hierarki
8) Pengetahuan hanya inklusif berada pada pucuk hierarki ( pimpinan )
9) Interaksi diantara orang – orang dalam organisasi cendrung vertical
10) Gaya interaksi diarahkan untuk mencapai kepatuhan , komando dan hubungan
yang jelas antara atasan dan bawahan
11) Loyalitas dan kepatuhan pada seorang atasan dan organisasi pada umumnya
sangat ditekankan
12) Prestise adalah pelekat di dalamnya , yakni bahwa kedudukan seseorang itu
didalam organisasi sangat ditentukan oleh kantor dan derajat seseorang.
Dapat diambil kesimpulan bahwa sistem tersebut menekankan adanya keteraturan dan
keajengan seperti mesin pabrik yang bergerak berdasarkan aturannya untuk menjaga
adanya kestabilan. Max Weber menyebutnya tipe ideal dari suatu organisasi. Suatu
tipe ideal adalah bahwa organisasi itu berusaha untuk menjadi apa yang seharusnya
terjadi.

19
EVALUASI :

1. Beberapa contoh fungsi organisasi, kecuali......


a. Memberi arahan dan aturan serta pembagian kerja mengenai apa yang
harus dan tidak boleh dilakukan oleh para anggota dalam organisasi
b. Meningkatkan skill dan kemampuan dari anggota organisasi dalam mendapatkan
sumber daya dan dukungan dari lingkungan
c. Memberikan pengetahuan dan pencerdasan pada tiap anggota organisasi
d. Pimpinan organisasi, struktur organisasi yang memberikan informasi apa pimpinan
tunggal atau pimpinan kolektif atau presidium.
e. A, B, dan C benar
2. Prinsip – prinsip organisasi yaitu ...
a. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas
b. Prinsip Skala Hierarkhi
c. Prinsip Kesatuan Perintah.
d. A, B, C, dan e benar
e. Prinsip Pendelegasian Wewenang. 
3. Apa yang dimaksud dengan prinsip pengendalian?
a. jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan
perlu dibatasi secara rasional
b. Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau
kegiatan
c. Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas
tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari
pekerjaannya
d. Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan.
e. Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya
4. Jenis organisasi mekanistik adalah ....
a. Model yang merupakan sarana terbaik untuk mendayagunakan tenaga individu
dan kelompok
b. manager harus mendapat pendelegasian wewenang yang cukup untuk
melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
c. model yang menekankan pentingnya    mencapai produksi dan efisiensi
tingkat tinggi
d. rantai tingkatan manajer dari peringkat wewenang paling tinggi sampai dengan
peringkat paling rendah

20
e. Organisasi ini tahan lama dan direncanakan, sebab penempatannya sesuai dengan
peraturan.  Mereka relatif tidak fleksibel
5. Sistem tertutup menurut G.M Stalker yaitu, kecuali..
a. Tugas rutin terjadi dalam keadaan yang stabil
b. Adanya pembagian tugas
c. Sarana
d. prasarana
e. Konflik di dalam organisasi diselesaikan dari atasan

21
BAB III

KONSEP ORGANISASI DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL

SUB TOPIK :
1. Organisasi kesehatan di indonesia
2. Sistem kesehatan di indonesia

Setelah menikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan
2. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Menjelaskan perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara maju
dan sedang berkembang
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan kesehatan
ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.

22
Organisasi Kesehatan Di Indonesia dan Sistem Kesehatahn
Di Indonesia

Menurut WHO, Sistem Kesehatan yang baik ialah sistem kesehatan yang mampu
memberikan pelayanan kesehatan ke semua orang, kapan dan dimanapun orang itu
membutuhkan, yang meliputi:
a) Meningkatkan status kesehatan tiap individu, keluarga, dan masyarakat
b) Melindungi masyarakat dari hal-hal yang dapat mengancam kesehatannya
c) Melindungi masyarakat dari beban biaya yang harus dikeluarkan untuk menyembuhkan
penyakit
d) Menyediakan akses pelayanan kesehatan untuk semua lapisan masyarakat secara adil
            
Sistem kesehatan di Indonesia mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum
seperti dimaksud dalam pembukaan UUD 1945.
Pelaku Sistem Kesehatan Nasional itu sendiri meliputi :
a) masyarakat, termasuk swasta
b) pemerintah (eksekutif) :  pemerintah pusat, propinsi, kabupaten
c) badan legislatif : DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten
d) badan yudikatif
1. Prinsip Dasar SKN :
a) Perikemanusiaan
b) Hak asasi manusia
c) Adil dan merata
d) Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
e) Kemitraan
f) Pengutamaan dan manfaat
g) Tata kepemerintahan yang baik 
2. Subsistem SKN :

23
a) Subsistem Upaya Kesehatan
b) Subsistem Pembiayaan Kesehatan
c) Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
d) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
e) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
f) Subsistem Manajemen Kesehatan

Indonesia menganut sistem desentralisasi. Sistem desentralisasi merupakan suatu


sistem dimana terdapat penyerahan kewenangan dari pemerintahan pusat kepada pemerintah
daerah. Sistem ini merupakan implementasi dari UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999.
Dengan adanya sistem desentralisasi, daerah diberi kesempatan untuk memajukan dan
meningkatkan kesejahteraan daerahnya sendiri. Oleh karena itu, selain SKN (Sistem
Kesehatan Nasional), ada juga yang disebut dengan SKD (Sistem Kesehatan Daerah). Sistem
Kesehatan Daerah (SKD) merupakan suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta di daerah yang secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada
hakekatnya, SKD merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di daerah.

Struktur Organisasi Sistem Kesehatan Indonesia yaitu seperti bagan di bawah ini
(Sumber: WHO):

Dalam penyediaan pelayanan kesehatan, melibatkan dua pihak utama yaitu


pemerintah dan swasta. Meskipun demikian peran pemerintah sebagai regulator tetap menjadi
hal yang utama. Pemerintah tetap memonitor dan mengawasi kebijakan-kebijakan di tempat
pelayanan kesehatan yang dipegang oleh pihak swasta. Jangan sampai kebijakan-kebijakan

24
yang diberlakukan oleh pihak swasta itu nantinya merugikan masyarakat khususnya
masyarakat miskin yang sangat rentan akan hal tersebut. Peraturan Pemerintah di bidang
kesehatan di dalam UU No 23/1992 telah menyatakan bahwa Sistem Kesehatan harus
dilaksanakan oleh masyarakat dengan pemerintah sebagai fasilitator. Sektor swasta akan
melakukan peran aktif, sehingga pemerintah akan bertindak dalam penyediaan bimbingan
dan pengawasan.
b. Sistem Pelayanan Kesehatan
Pelayanan merupakan kegiatan dinamis berupa membantu menyiapkan,
menyediakan dan memproses, serta membantu keperluan orang lain. Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok ataupun masyarakat.
c. Jenis pelayanan kesehatan
Menurut pendapat Hodgetts dan Cascio (1983), ada dua macam jenis pelayanan
kesehatan.
1) Pelayanan kesehatan masyarakat
 Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi.
Tujuan utamanya adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit, dan sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.
2) Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri
(soslo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), tujuan
utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
d. Syarat pokok pelayanan kesehatan
Suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila:
a) Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous)Artinya semua jenis
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta
keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

25
b) Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate) Artinya pelayanan
kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat,
kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan mesyarakat, serta bersifat tidak wajar,
bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
c) Mudah dicapai (accessible) Ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut
lokasi. Dengan demikian, untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik,
maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan
kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu
tidak ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
d) Mudah dijangkau (affordable) Keterjangkauan yang dimaksud adalah terutama dari
sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti itu harus dapat
diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh
sebagian kecil masyarakat saja bukanlah kesehatan yang baik.
e) Bermutu (quality) Mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak tata
cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standart yang telah
ditetapkan.
e. Prinsip pelayanan prima di bidang kesehatan
e. Mengutamakan pelanggan
Prosedur pelayanan disusun demi kemudahan dan kenyamanan pelanggan,
bukan untuk memeperlancar pekerjaan kita sendiri. Jika pelayanan kita memiliki
pelanggan eksternal dan internal, maka harus ada prosedur yang berbeda, dan
terpisah untuk keduanya. Jika pelayanan kita juga memiliki pelanggan tak langsung
maka harus dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai untuk keduanya dan
utamakan pelanggan tak langsung.
f. System yang efektif
Proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah system yang nyata (hard
system), yaitu tatanan yang memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam
organisasi. Perpaduan tersebut harus terlihat sebagai sebuah proses pelayanan yang
berlangsung dengan tertib dan lancar dimata para pelanggan.
g. Melayani dengan hati nurani (soft system)

26
Dalam transaksi tatap muka dengan pelanggan, yang diutamakan keaslian
sikap dan perilaku sesuai dengan hati nurani, perilaku yang dibuat-buat sangat mudah
dikenali pelanggan dan memperburuk citra pribadi pelayan. Keaslian perilaku hanya
dapat muncul pada pribadi yang sudah matang.
h. Perbaikan yang berkelanjutan
Pelanggan pada dasarnya juga belajar mengenali kebutuhan dirinya dari proses
pelayanan. Semakin baik mutu pelayanan akan menghasilkan pelanggan yang
semakin sulit untuk dipuaskan, karena tuntutannya juga semakin tinggi,
kebutuhannya juga semakin meluas dan beragam, maka sebagai pemberi jasa harus
mengadakan perbaikan terus menerus.

i. Memberdayakan pelanggan
Menawarkan jenis-jenis layanan yang dapat digunakan sebagai sumberdaya
atau perangkat tambahan oleh pelanggan untuk menyelesaikan persoalan hidupnya
sehari-hari.

f. Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia


Sistem pelayanan kesehatan di indonesia meliputi pelayanan rujukan yang berupa:
1) Pelayanan kesehatan dasar
Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas, Puskesmas pembantu,
Puskesmas keliling, dan Pelayanan lainnya di wilayah kerja puskesmas selain rumah
sakit.
2) Pelayanan kesehatan rujukan
Pada umumnya dilaksanakan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan diperlukan, baik
dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan kesehatan rujukan.
g. Sistem Rujukan (Referal System)
Di negara Indonesia sistem rujukan telah dirumuskan dalam SK. Menteri Kesehatan RI
No.32 tahun 1972, yaitu suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit
atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antara unit-unit yang
setingkat kemampuannya. Macam rujukan yang berlaku di negara Indonesia telah
ditentukan atas dua macam dalam Sistem Kesehatan Nasional, yaitu:
1) Rujukan kesehatan

27
Rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat
(public health services). Rujukan ini dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit
dan peningkatan derajat kesehatan. Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan teknologi,
rujukan sarana, dan rujukan operasional.
2) Rujukan medis
Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical services). Rujukan ini
terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit. Macamnya ada tiga, yaitu:
rujukan penderita, rujukan pengetahuan, rujukan bahan-bahan pemeriksaan.
Manfaat sistem rujukan, ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan:
1) Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker)
a) Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam
peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
b) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
c) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
2) Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health consumer)
a) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang.
b) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
3) Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan keseahatan (health
provider)
a) Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif
lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
b) Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang
terjalin.
c) Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan
mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
4) Masalah Pelayanan Kesehatan
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi beberapa perubahan
dalam pelayanan kesehatan. Disatu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan,
yaitu meningkatnya mutu pelayanan yang dapat dilihat dari indikator menurunnya
angka kesakitan, kecacatan, kematian serta meningkatnya usia harapan hidup rata-

28
rata. Namun dipihak lain, perubahan tersebut juga mendatangkan banyak
permasalahan diantaranya:

a) Fragmented health services (terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan).


Timbulnya perkotakan dalam pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan
munculnya spesialis dan subspesialis dalam pelayanan kesehatan. Dampak negatif
yang ditimbulkan adalah menyulitkan masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang apabila berkelanjutan, pada gilirannya akan menyebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
b) Berubahnya sifat pelayanan kesehatan
Muncul akibat pelayanan kesehatan yang terkotak-kotak, yang pengaruhnya
terutama ditemukan pada hubungan dokter dengan klien. Sebagai akibatnya,
munculnya spesialis dan subspesialis menyebabkan perhatian penyelenggara
pelayanan kesehatan tidak dapat lagi diberikan secara menyeluruh. Perhatian
tersebut hanya tertuju pada keluhan ataupun organ tubuh yang sakit saja.
Perubahan sifat pelayanan kesehatan makin bertambah nyata, tatkala diketahui
pada saat ini telah banyak dipergunakan berbagai alat kedokteran yang canggih,
ketergantungan yang kemudian muncul terhadap berbagai peralatan tersebut, sehingga
menimbulkan berbagai dampak negatif yang merugikan, diantaranya:
a) Makin regangnya hubungan antara petugas kesehatan (tenaga medis, paramedis, dan
klien) telah terjadi tabir pemisah antara dokter juga perawat dengan klien akibat dari
berbagai peralatan kedokteran yang dipergunakan.
b) Makin mahalnya biaya kesehatan. Kondisi seperti ini tentu mudah diperkirakan akan
menyulitkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan.
h. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan
Pada dasarnya, ada tiga macam srata pelayanan kesehatan di semua negara, yaitu:
a) Primary health services (pelayanan kesehatan tingkat pertama)
Merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat pokok atau basic health services, yang
sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Umumnya bersifat rawat jalan
(ambulatory/out patient services).
b) Secondary health services (pelayanan kesehatan tingkat kedua)
Pelayanan kesehatan lebih lanjut, bersifat rawat inap (in patient services), dan untuk
menyelenggarakannya telah dibutuhkan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

29
c) Tertiary health services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga)
Pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan
oleh tenaga-tenaga subspesialis.
i. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pelayanan
kesehatan
1) Pergeseran masyarakat dan konsumen
Hal ini sebagai akibat dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumen
terhadap peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan upaya pengobatan.
Sebagai masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang masalah kesehatan yang
meningkat, maka mereka mempunyai kesadaran lebih besar yang berdampak pada
gaya hidup terhadap kesehatan. Akibatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan meningkat.
2) Ilmu pengetahuan dan teknologi baru
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disisi lain dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan karena adanya peralatan kedokteran yang lebih canggih dan
memadai, namun disisi lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
berdampak pada beberapa hal, diantaranya adalah:
a) Dibutuhkan tenaga kesehatan profesional akibat pengetahuan dan peralatan yang
lebih canggih dan modern.
b) Melambungnya biaya kesehatan
c) Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan
3) Isu legal dan etik
Sebagai masyarakat yang sadar terhadap haknya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pengobatan, isu etik dan hukum semakin meningkat ketika
mereka menerima pelayanan kesehatan. Disatu pihak, petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan kurang seksama akibat meningkatnya jumlah konsumen,
disisi lain konsumen memiliki pengertian yang lebih baik mengenai masalah
kesehatannya. Pemberian pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan dan kurang
manusiawi atau tidak sesuai harapan, maka persoalan atau dilema hukum dan etik
akan semakin meningkat.
4) Ekonomi
Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan barangkali hanya dapat
dirasakan oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk memperoleh
fasilitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, namun bagi klien dengan status

30
ekonomi yang rendah tidak akan mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang
paripurna, karena tidak mampu menjangkau biaya pelayanan kesehatan. Akibatnya
masyarakat enggan untuk mencari diagnosis dan pengobatan. Penggunaan fasilitas
pelayanan kesehatan menurun akibat biaya pelayanan yang tinggi dan tidak adanya
jaminan bagi masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan.
5) Politik
Kebijakan pemerintah dalam sistem pelayanan kesehatan akan berpengaruh
pada kebijakan tentang bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dan siapa
yang menanggung biaya pelayanan kesehatan. Tentunya saat ini menjadi kabar baik
bagi masyarakat yang kurang mampu dengan adanya kebijakan di tiap-tiap kabupaten
tentang pengobatan gratis di pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Namun
demikian, jangan sampai kebijakan pengobatan gratis tersebut akan mengurangi mutu
dari pelayanan kesehatan yang ujung-ujungnya karena tidak mendapat keuntungan
dari program tersebut.
j. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah
Kesehatan     Masyarakat di Indonesia
a) Factor Lingkungan
Yang sering menjadi penyebab masalah dalam masyarakat adalah:
1) Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan
2) Kurangnya sebagaian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang
kesehatan
b) Factor Perilaku dan Gaya Hidup Masyarakat
1) Masih banyaknya insiden kebiasaan masyarakat yang dapat merugikan kesehatan.
2) Adat istiadat yang kurang bahkan tidak menunjang kesehatan.
c) Factor Sosial Ekonomi
1) Tingkat pendidikan massyarakat di Indonesia sebagian besar masih rendah
2) Kurangnya kesadaran dalam memelihara kesehatan
3) Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan sebagian masih rendah
4) Kemiskinan. Mayoritas masyarakt Indonesia masih tergolong miskin karena GNP
perkapita hanya bisa disejajarkan dengan Vietnam (Wahid & Nurul,2009)
k. Factor Sistem Pelayanan Kesehatan
1. Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh
2. Upaya pelayanan kesehatan sebagian besar berorientasi pada upaya kuratif
3. Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.

31
1. Pengertian SKN
SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud
dalam Pembukaan UUD 1945.
Dari rumusan pengertian di atas, jelaslah SKN tidak hanya menghimpun
upaya sektor kesehatan saja melainkan juga upaya dari berbagai sektor lainnya
termasuk masyarakat dan swasta. Sesungguhnyalah keberhasilan pembangunan
kesehatan tidak ditentukan hanya oleh sektor kesehatan saja. Dengan demikian, pada
hakikatnya SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya           
Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan.
2. Landasan SKN
SKN yang merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan
kesehatan adalah bagian dari Pembangunan Nasional. Dengan demikian landasan
SKN adalah sama dengan landasan Pembangunan Nasional. Secara lebih spesifik
landasan tersebut adalah:
1) Landasan idiil yaitu Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2) Landasan konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:
a) Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.
b) Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang.
c) Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
d) Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang

32
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat.
e) Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.
3. Prinsip Dasar SKN
Prinsip dasar SKN adalah norma, nilai dan aturan pokok yang bersumber dari
falsafah dan budaya Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan
bertindak dalam penyelenggaraan SKN. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi:
a) Perikemanusiaan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip perikemanusiaan yang dijiwai,
digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Terabaikannya pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan
dengan prinsip kemanusiaan. Tenaga kesehatan dituntut untuk tidak diskriminatif
serta selalu menerapkan prinsip-prinsip perikemanusiaan dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan.
b) Hak Asasi Manusia
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia. Diperolehnya
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak
asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial
ekonomi. Setiap anak berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
c) Adil dan Merata
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip adil dan merata. Dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, perlu diselenggarakan
upaya kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
secara adil dan merata, baik geografis maupun ekonomis.
d) Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pemberdayaan dan kemandirian
masyarakat. Setiap orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah
berkewajiban dan bertanggung-jawab untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus berdasarkan pada kepercayaan

33
atas kemampuan dan kekuatan sendiri serta kepribadian bangsa dan semangat
solidaritas sosial dan gotong royong.
e) Kemitraan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip kemitraan. Pembangunan
kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan
harmonis antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta, dengan
mendayagunakan potensi yang dimiliki. Kemitraan antara pemerintah dengan
masyarakat termasuk swasta serta kerjasama lintas sektor dalam pembangunan
kesehatan diwujudkan dalam suatu jejaring yang berhasil-guna dan berdaya-guna,
agar diperoleh sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.
f) Pengutamaan dan Manfaat
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pengutamaan dan manfaat.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan lebih mengutamakan
kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan maupun golongan. Upaya
kesehatan yang bermutu dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta harus lebih mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit. Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara
berhasil-guna dan berdayaguna, dengan mengutamakan upaya kesehatan yang
mempunyai daya ungkit tinggi agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat beserta lingkungannya.
g) Tata kepemerintahan yang baik
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum,
terbuka (transparent), rasional/profesional, serta bertanggung jawab dan
bertanggung gugat (accountable).
4. Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna
dan berdaya-guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
5. Kedudukan SKN
1) Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara. SKN bersama dengan
berbagai subsistem lain, diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia

34
seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap
Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
2) Kedudukan SKN terhadap sistem nasional lain
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya
menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari
berbagai sektor lain terkait yang terwujud dengan berbagai sistem nasional
tersebut, seperti:
1. Sistem Pendidikan Nasional,
2. Sistem Perekonomian Nasional
3. Sistem Ketahanan Pangan Nasional
4. Sistem Hankamnas, dan
5. Sistem-sistem nasional lainnya
Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong kebijakan dan
upaya dari berbagai sistem nasional sehingga berwawasan kesehatan. Dalam arti
sistem-sistem nasional tersebut berkontribusi positip terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan.
3) Kedudukan SKN terhadap Sistem Kesehatan Daerah (SKD)
Untuk menjamin keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah perlu
dikembangkan Sistem Kesehatan Daerah (SKD). Dalam kaitan ini kedudukan
SKN merupakan suprasistem dari SKD. SKD menguraikan secara spesifik unsur-
unsur upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan,
sumber daya obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan
manajemen kesehatan sesuai dengan potensi dan kondisi daerah. SKD merupakan
acuan bagi berbagai pihak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
daerah.
4) Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem kemasyarakatan termasuk swasta
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem
nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai
sistem kemasyarakatan. Di pihak lain, berbagai sistem kemasyarakatan merupakan
bagian integral yang membentuk SKN. Dalam kaitan ini SKN merupakan bagian
dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam

35
mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta peran aktif masyarakat
dalam berbagai upaya kesehatan. Sebaliknya sistem nilai dan budaya yang hidup
di masyarakat harus mendapat perhatian dalam SKN. Keberhasilan pembangunan
kesehatan juga ditentukan oleh peran aktif swasta. Dalam kaitan ini potensi swasta
merupakan bagian integral dari SKN. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan
perlu digalang kemitraan yang setara, terbuka dan saling menguntungkan dengan
berbagai potensi swasta. SKN harus dapat mewarnai potensi swasta sehingga
sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan.
l. Subsistem SKN
Sesuai dengan pengertian SKN, maka subsistem pertama SKN adalah upaya
kesehatan. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi
Bangsa Indonesia. Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan tersebut memerlukan
dukungan dana, sumber daya manusia, sumber daya obat dan perbekalan kesehatan
sebagai masukan SKN. Dukungan dana sangat berpengaruh terhadap pembiayaan
kesehatan yang semakin penting dalam menentukan kinerja SKN. Mengingat
kompleksnya pembiayaan kesehatan, maka pembiayaan kesehatan merupakan subsistem
kedua SKN.
Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia yang
mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan
kesehatan. Oleh karenanya sumberdaya manusia kesehatan juga sangat penting dalam
meningkatkan kinerja SKN dan merupakan subsistem ketiga dari SKN. Sumber daya
kesehatan lainnya yang penting dalam menentukan kinerja SKN adalah sumber daya
obat dan perbekalan kesehatan.
Permasalahan obat dan perbekalan kesehatan sangat kompleks karena
menyangkut aspek mutu, harga, khasiat, keamanan, ketersediaan dan keterjangkauan
bagi konsumen kesehatan. Oleh karena itu, obat dan perbekalan kesehatan merupakan
subsistem keempat dari SKN. Selanjutnya, SKN akan berfungsi optimal apabila
ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata-
mata sebagai obyek pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subyek atau
penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya pemberdayaan
masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan
mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan. Sehubungan dengan itu,
pemberdayaan masyarakat merupakan subsistem kelima SKN.

36
Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah
koordinasi, integrasi, sinkronisasi serta penyerasian upaya kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumberdaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Berhasil atau tidaknya
pembangunan kesehatan ditentukan oleh manajemen kesehatan. Oleh karena itu
manajemen kesehatan merupakan subsistem keenam SKN.Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa SKN terdiri dari enam subsistem, yakni:
a) Subsistem Upaya Kesehatan
b) Subsistem Pembiayaan Kesehatan
c) Subsistem Sumberdaya Manusia Kesehatan
d) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
e) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
f) Subsistem Manajemen Kesehatan
m. Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan
istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
system adat istiadat tertentu yang bersifat continue dan terikat oleh suatu rasa identitas
bersama. Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental
dan social, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan.
Ciri-ciri masyarakat sehat:
1) Adanya peningkatan kemampuan dari masyarakat untuk hidup sehat
2) Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan
kesehatan (health promotion), pencegahan penyakit (health prevention),
penyembuhan (curative) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative health) terutama
untuk ibu dan anak.
3) Berupaya selalu meningkatkan kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi
dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan
mutu lingkungan hidup.
4) Selalu meningkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status
social ekonomi masyarakat
5) Berupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit.

37
EVALUASI :

1. Singkatan SKN adalah ..


a. Sistem Kesehatan Nasional
b. Sistem Kesatuam Nasional
c. Sistem Ketetapan Nasional
d. Sitem Keutamaan Nasional
e. Sitem Keselamatn Nasional
2. Pelaku sistem kesehatan nasional meliputi, kecuali :
a. masyarakat, termasuk swasta
b. pemerintah (eksekutif) :  pemerintah pusat, propinsi, kabupaten
c. badan legislatif : DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten
d. badan yudikatif
e. badan eksekutif
3. salah satu Prinsip dasar SKN adalah :
a. Hak asasi manusia
b. Subsistem Upaya Kesehatan
c. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
d. Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
e. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
4. Salah satu syarat pokok pelayanan kesehatan adalah,kecuali :
a. Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous
b. Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate)
c. Mudah dicapai (accessible)
d. Mudah dijangkau (affordable)
e. Dekat dengan masyarakat
5. Manfaat sistem rujukan dari segi pemerintahan yaitu :
a. Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai
macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan
b. Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang.
c. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.

38
d. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya
seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
e. Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang terjalin.

39
BAB IV

KONSEP TENTANG FUNGSI MANAJEMEN (PERENCANAAN,


PENGORGANISASIAN, PENGAWASAN)

SUB POKOK :

1. Perencanaan (Planning)
2. Proses Pengorganisasian (Organizing)
3. Penggerakan dan Pelaksanaan (Actuating)
4. Pengawasan (Controlling)

Setelah menikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan
2. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Menjelaskan perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara maju
dan sedang berkembang
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan kesehatan
ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.

REFERENSI

1. Harold Koontz, Cyrll O’Donnell, Heinz Weihrich. 1990, Manajemen Edisi 8


Terjemahan. Jakarta. Penerbit : Erlangga.
2. Indriyo Gitosudarmo. 1996, Prinsip Dasar Manajemen Edisi 3. Yogyakarta. Penerbit :
BPFE UGM.
3. Suad Husnan. 1996, Manajemen. Yogyakarta.
4. Sukanto Reksohadiprodjo. 1997, Pengantar Manajemen. Jakarta. Penerbit : Karunika
Universitas Terbuka.
5. T. Hani Handoko. 1998, Manajemen. Yogyakarta.

40
1. PERENCANAAN (Planning)

Perencanaan yang kata dasarnya “rencana” pada dasarnya merupakan tindakan


memilih dan menetapkan segala aktifitas dan sumberdaya yang akan dilaksanakan dan
digunakan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan mengacu
pada pemikiran dan penentuan apa yang akan dilakukan di masa depan, bagaimana
melakukannya, dan apa yang harus disediakan untuk melaksanakan aktivitas tersebut untuk
mencapai tujuan secar maksimal.
1) Fungsi dari perencanaan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Menjelaskan berbagai masalah.
b) Menentukan prioritas masalah.
c) Menentukan tujuan dan indicator keberhasilan.
d) Mengkaji hambatan dan kendala.
e) Menyusun rencana kerja operasioanal.
2) Sedangkan manfaat perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Mengurangi ketidakpastian serta perubahan pada waktu mendatang.
b) Dimungkinkan melakukan pilihan dari berbagai alternatif tindakan.
c) Mengarahkan perhatian pada tujuan.
d) Merupakan sarana untuk mengadakan pengawasan.
e) Memudahkan melakukan koordinasi diantara berbagai organisasi
f) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti, sehingga menghemat waktu, usaha dan
dana.
3) Langkah-langkah dalam perencanaan :
a) Menyadari adanya peluang, meskipun datangnya lebih dahulu daripada apa yang
biasanya dianggap sebagai perencanaan yang sebenarnya, kesadaran akan suatu
kesempatan adalah titik awal yang sebenarnya untuk perencanaan. Hal itu meliputi
suatu pandangan pendahuluan terhadap kemungkinan adanya peluang-peluang di hari
depan dan kemampuan untuk melihanya dengan jelas dan lengkap.
b) Menentukan sasaran, langkah kedua dalam perencanaan itu sendiri ialah menetapkan
sasaran-sasaran bagi seluruh perusahaan dan kemudian bagi setiap unit bawahannya.
c) Menentukan premis, suatu langkah logis ketiga dalam perencanaan adalah
menetapkan, mendapat persetujuan untuk memanfaatkan, dan menyebarkan premis-
premis perencanaan kritis. Hal itu adalah data yang dapat diramaikan dari sifat

41
sesungguhnya, kebijakan pokok yang bisa diaplikasikan, dan rencana-rencana
perusahaan yang ada. Premis adalah asumsi-asumsi perencanaan – dengan kata lain,
lingkungan yang diharapkan dari rencana-rencana yang sedang dilaksanakan.
d) Menentukan arah tindakan alternatif, langkah keempat ialah mencari dan memeriksa
arah-arah alternatif dalam tindakan, khususnya yang tidak Nampak dengan segera.
e) Mengevaluasi arah tindakan alternatif, setelah menemukan arah tindakan alternatif dan
memeriksa titik kuat dan lemahnya, langkah kelima ialah mengevaluasi arah tindakan
itu dengan menimbang berbagai factor dari sudut premis dan tujuan.
f) Memilih satu arah tindakan, yaitu titik dimana suatu rencana diterima, titik
sesungguhnya mengenai pengambilan keputusan.
g) Merumuskan rencana turunan, pada titik dimana suatu keputusan diambil,
perencanaannya jarang lengkap dan langkah lain diusulkan. Biasanya selalu diperlukan
rencana turunan (derivatif) untuk mendukung rencana pokok.
h) Mengurutkan rencana berdasarkan anggaran, setelah keputusan diambil dan rencana
telah ditentukan, langkah terakhir untuk memberikan arti kepada rencana itu,
sebagaimana telah digambarkan dalam pembicaraan di atas mengenai jenis-jenis
rencana, ialah memberi nomor kepada rencana-rencana itu dengan merubah rencana
itu menjadi anggaran. 
4) Persyaratan perencanaan terdiri dari :
a) Harus didasarkan pada tujuan yang jelas, maksudnya semua komponen perencanaan
dikembangkan dengan berorientasi pada tujuan yang jelas.
b) Bersifat sederhana, realistis, dan praktis, maksudnya perencanaan yang dibuat tidak
bersifat muluk-muluk.
c) Terperinci, maksudnya harus memuat segala uraian dan klasifikasi rangkaian tindakan
yang akan dilaksanakan.
d) Memiliki fleksibilitas artinya perencanaan yang dibuat tidak bersifat kaku.
e) Terdapat perimbangan antara unsure atau komponen yang terlibat dalam pencapaian
tujuan.
f) Diupayakan adanya penghematan sumber daya serta kemungkinan diadakannya
sumberdaya tersebut di masa-masa aktivitas sedang berlangsung.
g) Diusahakan agar tidak terduplikasi dalam pelaksanaan.

42
2. Proses Pengorganisasian

Pengoganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagi tugas-tugas pada orang yang


terlibat dalam kerja sama di suatu institusi. Kegiatan pengorganisasian menentukan siapa
yang akan melaksanakan tugas sesuai prinsip pengorganisasian. Sehingga pengorganisasian
dapat disebut sebagai keseluruhan proses memilih orang-orang serta mengalokasikannya
sarana dan prasarana untuk memunjang tugas orang-orang itu dalam organisasi dan mengatur
mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan.
Dengan memandang pengorganisasian sebagai suatu proses, jelaskan bahwa banyak
input dasar harus diperhatikan. Pertama-tama, struktur itu harus mencerminkan tujuan-tujuan
dan rencana-rencana karena aktivitas suatu institusi diturunkan dari situ. Kedua, struktur itu
harus mencerminkan otoritas yang tersedia bagi manajer-manajer institusi. Jadi, otoritas
dalam organisasi tertentu adalah hal yang ditentukan secara sosial untuk menjalankan
kebijakan; dengan demikian, organisasi demikian itu dapat diubah. Ketiga, struktur organisasi
seperti setiap rencana mana pun, harus mencerminkan lingkungannya. Keempat, organisasi
itu harus diisi dengan staf yang terdiri dari orang-orang. 
1) Staffing (Penyusunan Pegawai)
Pengisian jabatan (staffing) akan mempengaruhi “kepemimpinan dan pengendalian”.
Pengisian jabatan mengharuskan adanya pendekatan dengan sistem terbuka (open-system
approach). Pengisian jabatan dilaksanakan di dalam institusi, yang pada gilirannya
mempunyai hubungan dengan lingkungan luarnya. Oleh karena itu faktor-faktor intern
perusahaan, seperti kebijaksanaan personalia, iklim organisasi dan sistem imbalan, harus
diperhitungkan. Jelasnya, tanpa imbalan yang mencukupi, mustahillah untuk menarik
manajer dengan kualitas yang tinggi dan menahannya, untuk tetap bekerja di perusahaan
tersebut. Lingkungan luar juga tak dapat diabaikan; teknologi tinggi membutuhkanpara
manajer yang terlatih baik, berpendidikan cukup, ini dapat menghambat perusahaan untuk
berkembang dengan kecepatan yang diinginkan. 
Seperti fungsi-fungsi manajemen lainnya, staffing juga merupakan fungsi yang tidak
kalah pentingnya. Tetapi agak berbeda dengan fungsi lainnya, penekanan dari fungsi ini
lebih difokuskan pada sumber daya yang akan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah
direncakan dan diorganisasikan secara jelas pada fungsi perencanaan dan
pengorganisasian. Aktifitas yang dilakukan dalam fungsi ini, antara lain menentukan,

43
memilih, mengangkat, membina, membimbing sumber daya manusia dengan
menggunakan berbagai pendekatan dan atau seni pembinaan sumber daya manusia.
Penyediaan staf merupakan pengarahan dan latihan sekelompok orang yang
mengerjakan sesuatu tugas, dan memelihara kondisi kerja yang menyenangkan. Dalam
upaya mengembangkan staf metode yang dapat dipergunakan, antara lain: latihan jabatan,
penugasan khusus, simulasi, permainan peranan, satuan tugas penelitian, pengembangan
diri dan seterusnya. Sementara itu ada tiga tipe program pengembangan staf yang terdiri
dari: presupervisory programs, middle management programs dan executive development
programs.
2) Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan terdapat
para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan
tugas dapat berjalan dengan lancar, dengan pengarahan staff  yang telah diangkat dan
dipercayakan melaksanakan tugas di bidangnya masing-masing tidak menyimpang dari
garis program yang telah ditentukan.
Pengarahan (orientasi) meliputi mengenalkan pegawai baru kepada perusahaan,
fungsinya, tugasnya, dan orang-orangnya. Perusahaan besar biasanya mempunyai program
pengarahan yang formal yang menerangkan hal-hal ini: sejarah, produk dan jasa,
kebijaksanaan umum, organisasi (divisi, departemen, dan lokasi), tunjangan (asuransi,
pension, cuti), persyaratan kerahasiaan dalam kontrak pertahanan, dan peraturan
keamanan ,dan lain-lain.
Dalam pelaksanaannya pengarahan ini seringkali dilakukan bersamaan dengan
controlling sambil mengawasi, manajer sering kali memberi petunjuk atau bimbingan
bagaimana seharusnya pekerjaan dikerjakan. Jika pengarahan yang disampaikan manajer
sesuai dengan kemauan dan kemampuan dari staf, maka staf pun akan termotivasi untuk
memberdayakan potensinya dalam melaksanakan kegiatannya.
Pengarahan pada hakikatnya adalah keputusan-keputusan pimpinan yang
direncanakan dapat berjalan dengan baik. Dengan pengarahan (directing) diharapkan :
1) Adanya kesatuan perintah (unity of command), artinya dengan pengarahan ini akan
diperoleh kesamaan bahasa yang harus dilaksanakan oleh para pelaksana. Sehingga
tidak terjadi kesimpangsiuran yang dapat membingungkan para pelasana.
2) Adanya hubungan langsung antara pimpinan dengan bawahan, artinya dengan
pengarahan yang berupa petunjuk atau perintah oleh atasan yang langsung kepada

44
bawahan, tidak akan terjadi mis komunikasi. Di samping itu pengarahan yang
langsung ini dapat mempercepat hubungan antara atasan dan bawahan.
3) Adanya umpan balik yang langsung, artinya pimpinan dengan cepat memperoleh
umpan balik terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Selanjutnya umpan balik ini dapat
segera digunakan untuk perbaikan.

3. Penggerakan dan Pelaksanaan

1. Coordinating (Koordinasi)
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan satu dari beberapa fungsi manajemen
untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan,
kekosongan kegiatan dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan
pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam upaya mencapai
tujuan organisasi. Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan
memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga
agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota
itu sendiri.
Pengkoordinating merupakan suatu aktivitas manajer membawa orang-orang yang
terlibat organisasi ke dalam suasana kerja sama yang harmonis. Dengan adanya
pengoordinasian dapat dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan
kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai
tujuan organisasi.
Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang tersedia untuk
bekerjasama menuju ke satu arah yang telah ditentukan. Koordinasi diperlukan untuk
mengatasi kemunginan terjadinya duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan wewenang
atau saling merasa lebih penting di antara bagian dengan bagian yang ada dalam
organisasi. Pengorganisasian dalam suatu organisasi , termasuk organisasi pendidikan,
dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti :
a) Melaksanakan penjelasan singkat
b) Mengadapat rapat kerja
c) Memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan

45
2. Budgetting (Pembuatan Anggaran)
LUTHER GULLICK mengemukakan bahwa penganggaran termasuk salah satu
fungsi manajemen. Penganggaran adalah fungsi yang berkenaan dengan pengendalian
organisasi melalui perencanaan fiskal dan akuntansi. Sesuatu anggaran, baik APBN
maupun APBD, menunjukkan dua hal: pertama sebagai satu pernyataan fiskal dan kedua
sebagai suatu mekanisme. APBN merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. APBN adalah anggaran pendapatan dan belanja negara Republik
Indonesia setiap tahun yang telah disetujui oleh anggota DPR (Dewan perwakilan Rakyat).
APBD merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD
adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah setiap tahun yang telah disetujui oleh
anggota DPRD (Dewan perwakilan Rakyat Daerah). Dalam penyusunan anggaran
dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
a) Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan umum perusahaan.
b) Data masa lalu.
c) Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi.
d) Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing.
e) Kemungkinan adanya perubahan kebijakan pemerintah.
f) Penelitian untuk pengembangan perusahan.

4. Pengawasan (Controlling)

Evaluasi adalah suatu proses bersistem dan objektif menganalisis sifat dan cirri
pekerjaan di dalam suatu organisasi atau pekerjaan. Levey (1973) mengatakan : “To evaluate
is to make a value judgment, it involves comparing something with another and then making
either choise or decision”. Dalam kegiatan evaluasi itu mencakup langkah-langkah, yaitu :
a) Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang akan
dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.
b) Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan program yang
akan dievaluasi.
c) Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
d) Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan evaluasi
tersebut.
e) Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan tersebut, serta memberikan penjelasan-penjelasannya.

46
f) Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap program
berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program dibedakan adanya jenis
evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk
mendiagnosis suatu program, yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau perbaikan
program. Biasa formatif dilakukan pada proses program (program masih berjalan).
Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evalusi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir
dari suatu program. Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu program telah selesai
(akhir program).
Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, yakni :
a) Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut penggunaan
sumber daya, seperti tenaga, dana, dan fasilitas yang lain.
b) Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil,
yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya, meningkatnya
cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dan
sebagainya.
c) Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program ini mempunyai
dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program-program
kesehatan ini tercemin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator
kesehatan masyarakat.

47
EVALUASI

1. Persyaratan perencanaan terdiri sebagai


berikut, kecuali………
a. Harus didasarkan pada tujuan
yang jelas, maksudnya semua komponen perencanaan dikembangkan dengan
berorientasi pada tujuan yang jelas.
b. Bersifat sederhana, realistis, dan
praktis, maksudnya perencanaan yang dibuat tidak bersifat muluk-muluk.
c. Terperinci, maksudnya harus
memuat segala uraian dan klasifikasi rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan.
d. Bersifat kaku
2. Dalam kegiatan evaluasi mencakup
salah1 langkah yaitu…
a. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang
akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.\
b. Mengubah kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan program yang
akan dievaluasi.
c. Memperbaharui cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
d. Tidak mengevaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan evaluasi
3. Fungsi dari perencanaan tersebut adalah ………
a. Menjelaskan berbagai masalah.
b. Memilih prioritas masalah.
c. Mengubah tujuan dan indicator keberhasilan.
d. Mengevaluasi hambatan dan kendala.
4. manfaat perencanaan tersebut adalah ……….
a. Menambah ketidakpastian serta perubahan pada waktu mendatang.
b. Membuat perhatian pada tujuan.
c. Merupakan sarana untuk mengadakan pengawasan.
d. Menambah koordinasi diantara berbagai organisasi
5. Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, kecuali…
a. Evaluasi hasil program
b. Evaluasi hasil program
c. Evaluasi dampak

48
d. Evaluasi prioritas masalah

BAB V

KONSEP TENTANG SISTEM KESEHATAN

SUB TOPIK :

Sistem Kesehatan di Negara Maju dan


Sedang Berkembang

Setelah menikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan
2. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Menjelaskan perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara maju
dan sedang berkembang
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan kesehatan
ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.

REFERENSI

Bunda, Keluarga Sehat. 2013. Negara Dengan Sistam Pelayanan Kesehatannya.

Maulan, Vina. 2013. Sistem Pelayanan Kesehatan di Negara Berkembang.

Sulistyo, Lita. 2013. Sistem Pelayanan Kesehatan.

Ferry,stoner.2014.Tentangkesehatandisingapura

Ekawahyupuji.Oktober 2015.Perbandingan system kesehatan Indonesia

49
Renne R.A Kawilarang.februari 2012.Layanan wisata medis, dan pasar turisme di Singapura
bisa meraup $7 miliar pada 2012.

Sistem Kesehatan di negara maju dan sedang berkembang

4. Pengertian Sistem Kesehatan di Indonesia


Sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side)
dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah,
serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk
manusia maupun dalam bentuk material. Sistem kesehatan tidak terbatas pada
seperangkat institusi yang mengatur, membiayai, atau memberikan pelayanan, namun
juga termasuk kelompok aneka organisasi yang memberikan input pada pelayanan
kesehatan, utamanya sumber daya manusia, sumber daya fisik (fasilitas dan alat), serta
pengetahuan/teknologi (WHO SEARO, 2000).
Organisasi ini termasuk universitas dan lembaga pendidikan lain, pusat penelitian,
perusahaan kontruksi, serta serangkaian organisasi yang memproduksi teknologi spesifik
seperti produk farmasi, alat dan suku cadang.
WHO mendefinisikan sistem kesehatan sebagai seluruh kegiatan yang mana
mempunyai maksud utama untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan. Mengingat
maksud tersebut di atas, maka termasuk dalam hal ini tidak saja pelayanan kesehatan
formal, tapi juga non formal, seperti halnya pengobatan tradisional.
Selain aktivitas kesehatan masyarakat tradisional seperti promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit, peningkatan keamanan lingkungan dan jalan raya , pendidikan
yang berhubungan dengan kesehatan merupakan bagian dari sistem. Sistem kesehatan
paling tidak mempunyai 4 fungsi pokok yaitu: Pelayanan kesehatan, pembiayaan
kesehatan, penyediaan sumberdaya dan stewardship/ regulator. Fungsi-fungsi tersebut
akan direpresentasikan dalam bentuk sub-subsistem dalam sistem kesehatan,
dikembangkan sesuai kebutuhan. Masing-masing fungsi/subsistem akan dibahas
tersendiri. Di bawah ini digambarkan bagaimana keterkaitan antara fungsi-fungsi
tersebut dan juga keterkaitannya dengan tujuan utama Sistem Kesehatan.
5. Pelayanan Kesehatan di Indonesia

50
Pelayanan kesehatan dapat diperoleh mulai dari tingkat puskesmas, rumah
sakit, dokter praktek swasta dan lain-lain. Masyarakat dewasa ini sudah makin kritis
menyoroti pelayanan kesehatan dan profesional tenaga kesehatan. Masyarakat menuntut
pelayanan kesehatan yang baik dari pihak rumah sakit, disisi lain pemerintah belum
dapat memberikan pelayanan sebagaimana yang diharapkan karena adanya keterbatasan-
keterbatasan, kecuali rumah sakit swasta yang berorientasi bisnis, dapat memberikan
pelayanan kesehatan dengan baik.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dibutuhkan tenaga kesehatan yang
trampil dan fasilitas rumah sakit yang baik, tetapi tidak semua rumah sakit dapat
memenuhi kriteria tersebut sehingga meningkatnya kerumitan system pelayanan
kesehatan dewasa ini. Salah satu penilaian dari pelayanan kesehatan dapat kita lihat dari
pencatatan rekam medis atau rekam kesehatan. Dari pencatatan rekam medis dapat
mengambarkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien, juga
meyumbangkan hal penting dibidang hukum kesehatan, pendidikan, penelitian dan
akriditasi rumah sakit. Yang harus dicatat dalam rekam medis mencakup hal-hal seperti
di bawah ini;
1) Identitas Penderita dan formulir persetujuan atau perizinan.
2) Riwayat Penyakit.
3) Laporan pemeriksaan Fisik.
4) Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan dokter yang berwenang.
5) Catatan Pengamatan atau observasi.
6) Laporan tindakan dan penemuan.
7) Ringkasan riwayat waktu pulang.
8) Kejadian-kejadian yang menyimpang.(Sistem pelayanan kesehatan)
Rekam medis mengandung dua macam informasi yaitu;
1) Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan, yaitu merupakan catatan mengenai
hasil pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, pengamatan mengenai penderita,
mengenai hal tersebut ada kewajiban simpan rahasia kedokteran.
2) Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan suatu hal yang harus diingat
bahwa berkas catatan medik asli tetap harus disimpan di rumah sakit dan tidak boleh
diserahkan pada pasien, pengacara atau siapapun. Berkas catatan medik tersebut
merupakan bukti penting bagi rumah sakit apabila kelak timbul suatu perkara, karena
memuat catatan penting tentang apa yang telah dikerjakan dirumah sakit. Catatan
medik harus disimpan selama jangka waktu tertentu untuk dokumentasi pasien.

51
Untuk suatu rumah sakit rekam medis adalah penting dalam mengadakan evaluasi
pelayanan kesehatan, peningkatan efisiensi kerja melalui penurunan mortalitas,
morbiditas dan perawatan penderita yang lebih sempurna. Pengisian rekam medis
serta penyelesaiannya adalah tanggung jawab penuh dokter yang merawat pasien
tersebut, catatan itu harus ditulis dengan cermat, singkat dan jelas. Dalam
menciptakan rekam medis yang baik diperlukan adanya kerja sama dan usaha-usaha
yang bersifat koordinatif antara berbagai pihak yang samasama melayani perawatan
dan pengobatan terhadap penderita
6. Undang-undang Kesehatan di Indonesia
Hukum kesehatan merupakan suatu bidang spesialisasi ilmu hukum yang
relatif masih baru di Indonesia. Hukum kesehatan mencakup segala peraturan dan aturan
yang secara langsung berkaitan dengan pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang
terancam atau kesehatan yang rusak. Hukum kesehatan mencakup penerapan hukum
perdata dan hukum pidana yang berkaitan dengan hubungan hukum dalam pelayanan
kesehatan.
Subyek-subyek hukum dalam sistem hukum kesehatan adalah:
a) Tenaga kesehatan sarjana yaitu: dokter, dokter gigi, apoteker dan sarjana lain di
bidang kesehatan.
b) Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah;
1) bidang farmasi
2) bidang kebidanan
3) bidang perawatan
4) bidang kesehatan masyarakat, dll.
Dalam melakukan tugasnya dokter dan tenaga kesehatan harus mematuhi
segala aspek hukum dalam kesehatan. Kesalahan dalam melaksanakan profesi
kedokteran merupakan masalah penting, karena membawa akibat yang berat, terutama
akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi kesehatan.
Suatu kesalahan dalam melakukan profesi dapat disebabkan karena Kekurangan;
1) pengetahuan
2) pengalaman
3) pengertian.
Ketiga faktor tersebut menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan
atau penilaian. Contoh: kejadian tindakan malpraktek Malpraktek adalah suatu tindaka
praktek yang buruk, dengan kata lain adalah kelalaian dokter dalam melaksanakan

52
profesinya, apabila hal tersebut diadukan kepada pihak yang berwajib, maka akan
diproses secara hukum dan pihak pengadilan yang akan membuktikan apakah tuduhan
tersebut benar atau salah.
Upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kelalaian dalam menjalankan profesi ialah;
1) Meningkatkan kemampuan profesi para dokter untuk mengikuti kemajuan ilmu
kedokteran atau menyegarkan kembali ilmunya, sehingga dapat melakukan
pelayanan medis secara profesional.
Dalam program ini perlu diingatkan tentang kode etik dan kemampuan melakukan
konseling dengan baik.
2) Pengetahuan pengawasan perilaku etis. Upaya ini akan mendorong dokter untuk
senantiasa bersikap hati-hati. Dengan berusaha berperilaku etis, sehingga semakin
jauh dari tindakan melanggar hukum.
3) Penyusunan protokol pelayanan kesehatan, misalnya petunjuk tentang “informed
consent”. Protokol ini dapat dijadikan pegangan bilamana dokter dituduh telah
melakukan kelalaian. Selama dokter bertindak sesuai dengan protokol tersebut, dia
dapat terlindung dari tuduhan malpraktek.. Beberapa contoh malpraktek di bidang
hukum pidana:
1) Menipu Pasien
2) Membuat surat keterangan palsu
3) Melakukan pelanggaran kesopanan
4) Melakukan pengguguran tanpa indikasi medis
5) Melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau lukaluka
6) Membocorkan rahasia kedokteran yang diadukan oleh pasien
7) Kesengajaan membiarkan pasien tidak tertolong
8) Tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada dalam keadaan bahaya
maut
9) Memberikan atau menjual obat palsu
10) Euthanasia

Keberhasilan pembangunan nasional telah meningkatkan kesadaran hukum


masyarakat. Masyarakat menjadi lebih kritis terhadap pelayanan jasa-jasa yang mereka
terima, termasuk pelayanan dokter, perawat, bidan, apoteker, dan lain-lain. Dengan
meningkatnya kesadaran hukum ini, tidak jarang masyarakat mencampurbaurkan antara

53
etika dan hukum. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak mengetahui perbedaan dari
keduanya yang sama-sama berpegang pada norma-norma yang hidup dalam masyarakat.

7. Kebijakan Kesehatan di Indonesia


Kebijakan kesehatan Indonesia dibuat berdasarkan keputusan-keputusan sebagai
berikut:
1) SKep Men Kes RI No 99a/Men.Kes /SK/III/1982 Tentang berlakunya Sistem
Kesehatan Nasional.
2) TAP MPR RI VII tahun 2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
3) Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang pokok-pokok kesehatan.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
5) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah.
6) Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 574/ Men.Kes. `/SK/IV/2000 tentang
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat tahun 2010.
7) Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 1277/Men. Kes/SK/X/2001 tentang Susunan
organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

SISTEM KESEHATAN DI NEGARA BERKEMBANG

“Sistem Kesehatan” istilah mencakup personel, lembaga, komoditas, informasi,


pembiayaan dan strategi tata pemerintahan yang mendukung pemberian layanan
pencegahan dan pengobatan. Tujuan Utama dari sistem kesehatan untuk merespon
kebutuhan masyarakat dan harapan dengan memberikan pelayanan secara adil dan
merata.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan system kesehatan sebagai
“semua kegiatan yang tujuan utamanya adalah untuk mempromosikan, memulihkan, atau
menjaga kesehatan”. Bank Dunia mendefinisikan sistem kesehatan yang lebih luas untuk
memasukkan faktor yang saling berhubungan untuk kesehatan, seperti kemiskinan,
pendidikan, infrastruktur dan lingkungan social dan politik yang lebih luas.

54
Sistem kesehatan yang berfungsi dengan baik adalah penting untuk mencapai
Milenium Development Goals (MDGs) oleh 2.015,5 Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) telah mengidentifikasi enam komponen yang diperlukan untuk menetapkan,
mempertahankan dan memperkuat sistem kesehatan, sedangkan yang memungkinkan
untuk memberikan layanan yang diperlukan, akses universal ke layanan, dan cakupan
universal manfaat perawatan kesehatan.

Negara-negara berkembang, bagaimanapun menghadapi banyak tantangan


untuk membangun yang kuat, kesehatan yang handal systems.Tantangan-tantangan ini
termasuk pembiayaan tidak memadai, kurangnya koordinasi antar-lembaga, buruk-fungsi
sistem informasi, kekurangan kesehatan pekerja dan gangguan pasokan.
1) Kekurangan pekerja kesehatan membatasi kemampuan banyak negara untuk mencapai
MDG. kekurangan yang ada ini melemahkan sistem penyampaian layanan kesehatan
dan menghambat ekspansi services.Sebagai contoh, di 15 negara di Sub-Sahara Afrika
ada lima atau kurang dokter per 100.000 orang.
2) Kedua sektor publik dan swasta memiliki peran untuk bermain dalam mengatasi
tantangan yang kompleks dan unik yang dihadapi oleh negara-negara berkembang
untuk mengembangkan dan memelihara sistem kesehatan masalah yang efektif. Di
banyak negara, kurang dari setengah dari penduduk memiliki akses terhadap
pelayanan kesehatan masyarakat.
3) Sistem kesehatan diperkuat tujuan untuk meningkatkan kesehatan dengan menanggapi
kebutuhan masyarakat dan harapan, dan dengan menyediakan layanan secara adil dan
merata. Intervensi termasuk meningkatkan kepemimpinan dan pemerintahan,
memastikan pasokan produk medis dan menciptakan sistem pelayanan yang lebih
efektif dan efisien.
4) Kesehatan sistem penelitian mengidentifikasi tantangan dalam menyediakan
perawatan dan memberikan intervensi di semua tingkat sistem kesehatan dan
menyediakan solusi inovatif untuk meningkatkan penyampaian pelayanan.
Menghadapi tantangan ini dalam pengaturan di mana infrastruktur kesehatan runtuh di
berbagai bidang membutuhkan ditargetkan penelitian tentang sistem kesehatan dan
kebijakan kesehatan.

 Keringanan dan Pembebasan Biaya untuk Jasa Kesehatan di Negara Berkembang

55
Sebagai tanggapan terhadap semakin minimnya anggaran dan berkembangnya
permintaan, banyak negara-negara berkembang menerapkan biaya resmi dan tidak resmi
untuk fasilitas kesehatan pemerintah. Disisi pemerintah tindakan itu menaikkan
pendapatan, namun dengan tidak adanya perlakuan khusus, biaya yang dikenakan kepada
pengguna jasa kesehatan dapat mengakibatkan ketimpangan dan inefisiensi. Tulisan ini
mengulas keberhasilan dari dua bentuk penjatahan tersebut, yaitu keringanan biaya dan
pembebasan biaya. Pembebasan biaya membuat penduduk miskin memperoleh
pelayanan kesehatan secara gratis dan keringanan biaya membuat semua penduduk
menikmati pelayanan-pelayanan kesehatan tertentu secara gratis. Dilemanya adalah
bagaimana mempertahankan biaya pengguna jasa tanpa menimbulkan ketimpangan dan
inefisiensi.
Tulisan ini akan mengulas literatur internasional dan pengalaman tujuh negara
berkembang — Kamboja, Chile, Ghana, In- donesia, Kenya, Thailand, dan Zimbabwe —
dalam pembebasan dan pemberian keringanan biaya, serta menarik pelajaran untuk
negara-negara yang ingin menerapkan sistem serupa.
 Menilai Sistem yang Diterapkan
Menilai manfaat praktis dari sistem pembebasan dan keringan biaya dalam
studi kasus beberapa negara sulit untuk dilakukan. Bukti-bukti terpencar dan beragam,
sumber informasi juga terpencar dan sering kali bersifat tidak resmi. Tulisan ini
bertujuan untuk mengulas :
(1) derajat pembebasan biaya dalam mengurangi pengeluaran dari kelompok miskin;
(2) peningkatan penggunaan jasa kesehatan dengan adanya fasilitas tersebut; dan
(3) faktor- faktor penyebab keberhasilan sistem tadi.
Di bawah ini adalah ringkasan dari temuan-temuan utama:
1) Pengawasan kinerja dan evaluasi. Kurangnya pengawasan dan evaluasi adalah
kelemahan utama dari sistem yang dinilai. Absennya kedua hal ini mengakibatkan
semakin sulitnya mengukur kinerja waiver dan exemption dan melakukan langkah-
langkah perbaikan.
2) Keberhasilan pencapaian sasaran. Di negara-negara berpendapatan rendah yang
ditinjau, cakupan dari fasilitas ini terhadap penduduk miskin sangat rendah, terutama
karena pemerintah tidak secara tepat memberikan kompensasi kepada penyedia jasa
yang mensubsidi jasanya sendiri. Penyedia jasa bagi pemerintah Kenya, sebagai
contoh, sama sekali tidak menerima kompensasi. Penyedia jasa di Ghana menerima
kompensasi, tetapi pembagiannya tidak merata dan sering kali tertunda. Maka kunci

56
sukses sistem pembebasan dan keringanan biaya terletak pada kompensasi yang
cukup dan tepat waktu bagi penyedia jasa.
3) Cakupan penduduk miskin dan kebocoran ke penduduk yang tidak miskin. Di negara-
negara berpendapatan menengah, seperti Thailand dan Chile, cakupan dari sistem ini
termasuk tinggi. Namun, di kedua negara ini, penduduk dengan tingkat pendatapan
yang berhak untuk memperoleh fasilitas tersebut ditetapkan terlalu tinggi, sehingga
terjadi kebocoran yang cukup besar, dimana subsidi menguntungkan penduduk yang
mampu.
4) Biaya administratif. Hampir tidak ada informasi yang tersedia mengenai biaya
pengelolaan fasilitas tersebut. Hal ini membuat penilaian dari efisiensi pencapaian
sasaran menjadi sulit untuk dilakukan.
5) Kebijakan nasional dalam pembebasan dan keringanan biaya. Semua negara,
kecuali Kamboja, memiliki kebijakan pembebasan dan keringanan biaya untuk
beberapa kategori jasa kesehatan untuk semua penduduk. Pada saat yang sama,
kebanyakan negara tersebut memiliki masalah dalam kriteria penduduk yang berhak
menggunakan fasilitas ini, terutama dalam membedakan antara penduduk miskin dan
penduduk tidak miskin. Sebagai contoh, di Kenya, sebuah kebijakan nasional
mewajibkan penyedia jasa membebaskan biaya kepada yang disebut dengan “fakir
miskin”, namun kurangnya pedoman di tiap fasilitas penyedia, membuat mereka
harus mendefinikan sendiri yang disebut sebagai pasien “fa- kir miskin”. Membuat
definisi yang jelas dari target penerima jasa ini adalah penting. Identifikasi kriteria
juga harus dapat dengan mudah dilakukan dan diverifikasi.
6) Melawan stigma. Di kebanyakan kasus yang diulas, penduduk miskin seringkali tidak
mengajukan permohonan pembebasan biaya karena malu dengan keadaan mereka.
Pelamar fasilitas tersebut di klinik umum yang besar di Kamboja misalnya, harus
menghadapi uji-kepemilikan di ruang tunggu. Rasa malu seringkali berujung pada
mundurnya pelamar dari pendaftaran.
7) Menentukan yang berhak mendapatkan fasilitas. Tidak ada jawaban yang bulat untuk
menjawab siapa yang harus bertanggung jawab terhadap proses pembebasan biaya.
Meskipun begitu, bagi pihak yang menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan
fasilitas ini harus tahu dengan baik kriteria seleksi, dilatih dengan baik, dan
sepenuhnya tahu mengenai kendala yang dihadapi dalam proses penerapannya.
8) Biaya akses. Membebaskan kelompok miskin dari pembayaran mungkin tidak cukup
untuk mempromosikan perawatan kesehatan. Penduduk miskin seringkali harus

57
mengatasi biaya akses dari pelayanan kesehatan diluar biaya pemakaian, seperti
transportasi, penginapan, dan makanan termasuk opportunity-cost (biaya yang timbul
akibat tidak bekerja untuk mendapatkan jasa kesehatan). Health Equity Fund yang
dimiliki Kamboja tidak hanya membebaskan biaya perawatan kesehatan bagi
penduduk miskin, tetapi juga biaya transportasi dan makanan mereka yang berkaitan
dengan perawatan kesehatan.
9) Memperbarui biaya atas jasa kesehatan dan batas pendapatan bagi penerima
fasilitas. Biaya atas jasa kesehatan dan batas pendapatan yang layak menerima
fasilitas ini harus disesuaikan secara periodik untuk menjamin fasilitas ini hanya
memberikan kemudahan bagi yang berhak menerimanya. Jika tidak, negara- negara
bersangkutan dapat secara tidak sadar menghambat akses terhadap pelayanan
kesehatan atau mendorong penyedia jasa untuk menaikkan sendiri biaya mereka.
Contohnya, jika kelayakan diberikan berdasarkan nilai konstan kelompok pendapatan
nominal, inflasi mengakibatkan semakin sedikitnya orang-orang yang berhak untuk
memperoleh bantuan.
10) Aspek institusional. Penyedia jasa membutuhkan pedoman yang tertulis dengan jelas
bagaimana pembebasan dan keringan biaya berjalan, dengan fleksibilitas untuk
adanya variasi regional atau lokal jika diperlukan. Kejelasan semacam itu pada
umumnya tidak ditemukan di negara-negara yang ditinjau. Selain itu, staf yang
bertanggung jawab mengelola sistem tersebut tidak memiliki pengetahuan dan
pelatihan yang memadai.
11) Diseminasi dari fasilitas yang telah ada. Penduduk miskin harus tahu bahwa mereka
berhak untuk mendapatkan fasilitas kesehatan secara gratis atau subsidi, dan
pengelola harus tahu siapa yang diberikan keringanan. Penduduk juga harus
diinformasikan mengenai adanya mekanisme semacam ini. Mekanisme diseminasi
harus dibuat khusus sesuai dengan karakteristik penduduk miskin, seperti fakta
mereka tinggal jauh dari pusat-pusat kota, memiliki akses yang minim terhadap
informasi, berpendidikan rendah, dan bekerja dengan jam kerja yang panjang.

SISTEM KESHATAN DI NEGARA MAJU

 Sistem Kesehatan di Negara Maju


1) Obat-obatan

58
Jangan berharap apabila kita pergi ke dokter karena sakit, maka serta merta
kita akan diberikan obat apalagi antibiotik. Untuk segala jenis sakit berkategori
ringan, seperti pilek, sakit kepala, pusing, panas dingin, dsb, saran dokter hanya satu,
istirahat yang cukup. Sangat kontras dengan yang terjadi di kita, di mana dokter
biasanya selalu mencecoki kita dengan segala macam obat-obatan (dan antibiotik)
dengan sangat mudahnya. Ketika diklarifikasi, ternyata bagi mereka obat-obatan
kimiawi itu sebenarnya tidak bagus untuk sistem pertahanan tubuh alami kita. Para
dokter di Negara maju lebih mengutamakan pertahanan alami dari sistem kekebalan
tubuh kita. Jadi ketika dokter di kita seolah memaksakan diri untuk “menjual”
obatnya kepada pasiennya (entah karena motif ekonomi atau motif lainnya), para
dokter di sini justru sangat menghindari memberikan obat-obatan tersebut. Tentunya
untuk kasus penyakit berkategori berat, tidak ada pilihan selain menggunakan obat-
obatan (dan teknologi).
2) Database (riwayat medis) pasien
Sistem database pasien adalah sistem pemusatan data dan riwayat medis
pasien secara nasional, yang hanya bisa diakses oleh petugas kesehatan berwenang,
seperti dokter, pihak asuransi kesehatan, dan tentunya pasien itu sendiri. Dengan
database ini, kita bisa datang ke pusat-pusat pelayanan kesehatan mana pun tanpa
harus menjelaskan riwayat kesehatan kita secara detail, karena semua terekam
dengan baik. Petugas pemeriksa darah di rumah sakit dan dokter mata di tiga tempat
berbeda dapat membaca riwayat medis pasien dari sumber (situs NHS) yang sama.
Selama masa konsultasi, dokter akan menghabiskan waktu sekitar sepertiganya untuk
menginput berbagai data dalam rekam medis pasien, sehingga bisa data selalu
terupdate secara realtime.
3) Etika dan kerahasiaan pasien
Terkait data base di atas, para petugas kesehatan sangat memegang teguh etika
dan kerahasiaan data pasien. Bahkan data tersebut tidak boleh disampaikan kepada
siapapun, termasuk kerabat atau teman yang ingin tahu, tanpa seijin pasien atau
perintah pengadilan. Barangkali dengan sistem dan tradisi komunal bangsa kita,
biasanya kalau kerabat atau teman kita sakit, tentu kita merasa perlu untuk
mengetahui secara detail mengenai penyakit yang diderita pasien. Sebabnya adalah
sebagai bentuk empati kita terhadap si sakit. Tetapi barangkali kita melupakan bahwa
si pasien juga membutuhkan ruang privat yang lebih luas, serta kesiapan mental yang
cukup untuk menerima kondisinya diketahui umum.

59
4) Asuransi Kesehatan
Di Indonesia dikenal Askes, Jamkesmas, Kartu Sehat, dan beragam jenis
jaminan kesehatan yang menyasar pasien dari golongan ekonomi lemah. Di negara
maju, semua warga negara bisa mendapatkan layanan kesehatan secara mudah tanpa
birokrasi berbelit dan “cuma-cuma”. Hal ini bisa dilakukan karena negara
mengalokasikan anggaran yang cukup untuk pelayanan dasar kesehatan. Isu
kesehatan selalu menjadi tradisi yang “menjual” dalam wacana politik domestik
mereka. Kesejahteraan dokter dan petugas kesehatan tidak tergantung dari berapa
banyak obat yang bisa mereka “jual”. Jadi mereka bisa berkonsentrasi  pada kualitas
pelayanan yang mereka berikan. Setiap GP di Inggris akan dinilai kinerjanya dan
diranking berdasarkan review dari publik (atau customernya). Sementara di Jepang,
dengan kondisi “aging society” dan angka kelahiran yang sangat rendah,
pemerintahnya memberikan insentif kepada siapapun yang mau mempunyai
keturunan dengan pelayanan gratis dari mulai persiapan dampai melahirkan. Bahkan
untuk wilayah Greater Tokyo (tiap prefektur mungkin berbeda kebijakannya),
setelah satu hari setelah melahirkan, sang ibu dan keluarganya akan dibekali (sekitar)
¥ 300,000 sebagai bentuk apresiasi pemerintah. Memang Inggris tidak sekaya itu,
tetapi pelayanan dasarnya tetaplah sangat terjangkau atau bahkan (hampir)
gratis. Tentu kita tidak berharap pemerintah kita melakukan hal yang sama (dalam
waktu dekat), apalagi dengan kondisi ekonomi kita serta angka kelahiran kita yang
masih di atas 2%. Pelajaran yang bisa diambil adalah bagaimana pemerintah bisa
mengefisienkan dan mengalokasikan anggaran untuk kesehatan, sehingga jasa
kesehatan menjadi lebih terjangkau, kalau tidak bisa gratis sama sekali.
Tentu tidak adil apabila kita menilai pelayanan kesehatan kita sedemikian
buruk, apalagi jika dibandingkan dengan dua negara tersebut yang notabene lebih
maju. Tetapi menjadi suatu pembelajaran apabila kita mau menengok sebentar dan
belajar tentang banyak hal yang sebetulnya tidak menguras sumber daya terlalu
banyak. Barangkali yang diperlukan adalah cara pandang yang berbeda (dari dokter,
petugas kesehatan, dan juga pasien), dan bagaimana mengoptimalkan sumber daya
yang kita miliki saat ini. Penulis yakin, kondisi riil Indonesia hanya selangkah di
belakang, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan dua atau satu
langkah ke depan untuk sekedar menutup kesenjangan pelayanan ini. Bukan (hanya)
wacana dan kritik yang kita perlukan, tetapi (barangkali) jauh lebih penting adalah
ide segar disertai langkah (konkrit) yang lebih prioritas.

60
EVALUASI :
1. Suatu kesalahan dalam melakukan profesi dapat disebabkan karena Kekurangan...
a. Pengetahuan
b. Sifat menolong
c. Perhatian
d. Kepedulian
e. Tanggung jawab
2. Tujuan dari sistem kesehatan negara berembang yaitu:
a. untuk merespon kebutuhan masyarakat dan harapan dengan memberikan pelayanan
secara adil dan merata.
b. untuk merespon kebutuhan daerah dan harapan dengan memberikan pelayanan secara
adil dan merata.
c. untuk merespon kebutuhan ekonomi dan harapan dengan memberikan pelayanan
secara adil dan merata.
d. untuk merespon kebutuhan provinsi dan harapan dengan memberikan pelayanan
secara adil dan merata.
e. untuk merespon kebutuhan individu dan harapan dengan memberikan pelayanan
secara adil dan merata.
3. Upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kelalaian dalam menjalankan profesi ialah,
kecuali ...
a. Meningkatkan kemampuan profesi para dokter untuk mengikuti kemajuan ilmu
kedokteran atau menyegarkan kembali ilmunya
b. dapat melakukan pelayanan medis secara professional
c. Pengetahuan pengawasan perilaku etis
d. Penyusunan protokol pelayanan kesehatan
e. Euthanasia
4. Kebijakan kesehatan Indonesia dibuat berdasarkan keputusan-keputusan sebagai berikut,
yaitu..

61
a. Undang-undang No 23 Tahun 1990 tentang pokok-pokok kesehatan.
b. Undang-undang No 23 Tahun 1991 tentang pokok-pokok kesehatan.
c. Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang pokok-pokok kesehatan.
d. Undang-undang No 23 Tahun 1993 tentang pokok-pokok kesehatan.
e. Undang-undang No 23 Tahun 1994 tentang pokok-pokok kesehatan.

5. Sistem kesehatan dinegara maju meliputu :


a. Obat – obatan
b. Database (riwayat medis) pasien
c. Etika dan kerahasiaan pasien
d. Asuransi sosial
e. Asuransi Kesehatan

62
BAB VI

KONSEP LAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

SUB TOPIK :

1. Manajemen Rujukan Pelayanan


Kesehatan Ibu dan anak
2. Menganalisis Ketercapaian Layanan
Kesehatan Ibu dan Anak

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan kembali manajemen rujukan pelayanan kesehatan ibu dan anak
2. Menjelaskan kembali tujuan pelayanan kesehatan ibu dan anak
3. Menjelaskan kembali prinsip dan pengelolaan pelayanan kesehatan ibu dan anak
4. Menjelaskan kembali jenis indikator kesehatan ibu dan anak

REFERENSI

1. Sinsin, I. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan


Anak, Masa Kehamilan, dan Persalinan. Jakarta:PT.Gramedia
2. Zahtamal, dkk. 2011. Analisis Faktor
Penentu Masalah Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal Kesehatan Nasional Vol. 6, No 1.

63
A. Pengertian Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan.
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam,
telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.

Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu
memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang
besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun
tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah
ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-
anaknya dari usia bayi sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua
terutaa ibunya. (Asfryati, 2013).

Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu
sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa,
bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang
lain seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya.

B. Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

64
Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Sedangkan tujuan khusus pelayanan KIA adalah :

1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi


kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam
upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan
sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri
di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita
serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki,
bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama
melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

C. Prinsip dan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada
kegiatan pokok :

1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik
serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.

65
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun
di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara
terus menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan mutu yang
baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

D. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

1. Pelayanan antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu


selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.

Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan


b) Ukur Tekanan darah
c) Pemberian Imunisasi TT lengkap
d) Ukur Tinggi fundus uteri
e) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan


ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan
kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

2. Pertolongan Persalinan

Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat:

a) Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu


bidan dan perawat.
b) Dukun bayi : Terlatih ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus. Sedangkan dukun bayi tidak terlatih ialah dukun
bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang
sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

66
3. Deteksi dini ibu hamil berisiko :

Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :

a) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .


b) Anak lebih dari 4
c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih dari
10 tahun
d) Tinggi badan kurang dari 145 cm
e) Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
f) Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kengenital.
g) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.

Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang


secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :

a) Hb kurang dari 8 gram %


b) Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90
mmHg
c) Oedema yang nyata
d) Eklampsia
e) Pendarahan pervaginaan
f) Ketuban pecah dini
g) Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
h) Letak sungsang pada primigravida
i) Infeksi berat atau sepsis
j) Persalinan prematur
k) Kehamilan ganda
l) Janin yang besar
m) Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.
n) Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.

67
Risiko tinggi pada neonatal meliputi :

a) BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram


b) Bayi dengan tetanus neonatorum
c) Bayi baru lahir dengan asfiksia
d) Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir
e) Bayi baru lahir dengan sepsis
f) Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram
g) Bayi preterm dan post term
h) Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
i) Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

E. Jenis Indikator Kesehatan Ibu dan Anak

Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM untuk
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang wajib dilaksanakan yaitu : Cakupan Kunjungan
ibu hamil K4

1. Pengertian

Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan frekuenasi
kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1 kali,
trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali.

Standar 5T yang dimaksud adalah :

 Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan


 Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah
 Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus
 Pemberian imunisasi TT
 Pemberian tablet besi

2. Definisi operasional

68
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai
standar K4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk sasaran
ibu hamil.
3. Cara perhitungan
Pembilang adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoelh pelayanan ANC
sesuai standar K 4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
4. Sumber data

 Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4
diperoleh dari catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.
 Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat Statistik atau
BPS kabupaten atau propinsi

5. Kegunaan

 Mengukur mutu pelayanan ibu hamil


 Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan standar
dan paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai
standar K4 Perkiraan penduduk
 Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan ibu hamil

MUTU PELAYANAN KIA (KESEHATAN IBU DAN ANAK)

Agar pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan mutu
pelayanan Program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat Kabupaten/
Kota. Peningkatan mutu Program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing-
masing wilayah kerja.Untuk memantau cakupan pelayanan KIA tersebut dikembangkan
Sistem PWS KIA. Dengan diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah
kerja tersebut dapat diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk memantau
cakupan pelayanan KIA tersebut dekembangkan sistem PWS KIA.

Dengan melakukan PWS KIA diharapkan :

Cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran di suatu


wilayah kerja.

Penyajian PWS KIA dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi
kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan
penggerakan sasaran.

69
PWS KIA dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis.

Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/ kota dapat digunakan
untuk menentukan puskesmas dan desa/ kelurahan yang rawan. (Depkes, 2009)

PRINSIP DAN STRATEGI PENGELOLAAN PROGRAM KIA

Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan


meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA, secara efektif dan efisien. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:

Peningkatan pelayanan antenatal disemua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik
serta jangkauan yang setinggi-tingginya.

Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan


pertolongan oleh tenaga professional secara brangsur.

Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaa kesehatan maupun
dimasyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus-
menerus. (Wijoyo, Djoko. 2008).

6. INDIKATOR KIA
1) Pelayanan Antenatal (ANC)
a. Definisi
Adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa
kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan (Wijoyo, Djoko. 2008).
b. Tujuan asuhan kehamilan (antenatal care) adalah:
- Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
- Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan
bayi.
- Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
- Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

70
- Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dengan trauma seminimal
mungkin.
- Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kehamilan bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal. (Syafrudin. 2009).
2) Kunjungan KI
Adalah kunjungan ibu hamil pertama kali pada masa kehamilan (Wijoyo, Djoko.
2008).
3) Kunjungan K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih, untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat:
- Minimal satu kali kontak pada triwulan I.
- Minimal satu kali kontak pada triwulan II.
- Minimal dua kali kontak pada triwulan III. (Wijoyo, Djoko. 2008)
4) Kunjungan Neonatal
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik di dalam
gedung puskesmas maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes
dan kunjungan rumah).

Kunjungan neonatal terdiri dari:

- KN 1 = kontak neonatal dengan tenaga profesinal pada umur 0-7 hari.


- KN 2 = kontak neonatal dengan tenaga professional pada umur 8-28 hari.
(Wijoyo, Djoko. 2008)
5) Cakupan Akses
Adalah persentasi ibu hamil disuatu wilayah, dala kurun waktu tertentu, yang
peeernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit satu kali selam
kehamilan (Wijoyo, Djoko. 2008).
6) Sasaran Ibu Hamil
Adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun
(Wijoyo, Djoko. 2008).
7) Cakupan ibu hamil K4
Adalah presentase ibu hamil disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang pernah
mendapat pelayanan antenatal sesuai standart paling sedikit empat kali (Wijoyo, Djoko.
2008).

71
8) Ibu Hamil Beresik
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi kecuali ibu hamil
normal (Wijoyo, Djoko. 2008).
9) Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
a. Definisi
Adalah persentase ibu bersalin disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, yang
ditolong persalinannya oleh tenaga kesehatan (Wijoyo, Djoko. 2008).
b. Upaya peningkatan mutu pelayanan

Meningkatan kapasitas manajemen tenaga kesehatan terutama tenaga bidan dalam


Asuhan Persalinan Normal.

Bidan desa harus proaktif dalam pelayanan kesehatan didesanya masing-masing.

Menjalin kemitraan yang baik antara bidan dan dukun.

10) Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Beresiko Oleh Masyarakat


Adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan oleh kader dan dukun bayi, dan
kemudian dirujuk ke puskesmas atau tenaga kesehatan dalam kurun waktu tertentu
(Syafrudin. 2009).
11) Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Berisiko oleh Tenaga Kesehatan
Adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan baik oleh tenaga kesehatan
maupun oleh kader atau dukun bayi yang telah dipastikan oleh tenaga kesehatan, yang
kemudian ditinjak lanjuti (dipantau secara intensif dan ditangani sesuai kewenangan
dan/atau dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih tinggi), dalam kurun waktu tertentu
(Syafrudin. 2009).
12) Penjaringan (deteksi) Dini Kehamilan Berisiko
Adalah menemukan ibu hamil berisiko yang dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi,
dan tenaga kesehatan (Wijoyo, Djoko. 2008).

7. Program Kesehatan Ibu dan Anak


Program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu program
pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan KIA menjadi tolok ukur dalam Standar Pelayanan

72
Minimal (SPM) bidang kesehatan dan memiliki 10 (sepuluh) indikator kinerja, antara
lain (Depkes RI, 2008c) :
1. Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan target 95%;
2. Persentase cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dengan target 80%;
3. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan dengan target 90%;
4. Persentase cakupan pelayanan nifas dengan target 90%
5. Persentase cakupan neonatus komplikasi yang ditangani dengan target 80%;

6. Persentase cakupan kunjungan bayi dengan target 90%;

7. Persentase cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) dengan


target 100%;

8. Persentase cakupan pelayanan anak balita dengan target 90%;

Persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan pada keluarga miskin dengan target 100%;

73
EVALUASI

1. Tujuan khusus pelayanan KIA, kecuali……..


a. tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
b. Meningkatnya kemampuan ibu
(pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya
dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan
keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
c. Meningkatnya upaya pembinaan
kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga,
paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-
Kanak atau TK.
d. Meningkatnya jangkauan
pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu
meneteki.
e. Meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita

2. berikut ini risiko tinggi pada neonatal


adalah …..

a. berat lahir kurang dari 2500


gram

74
b. Bayi baru lahir dengan denyut
jantung lebih dari 100x

c. Bayi baru lahir dengan AS 10

d. Bayi baru lahir bergerak aktif

e. Bayi baru lahir menangis spontan


dan kuat
3. Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah…
a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .
b. Jumlah anak 1
c. Tinggi badan dari 157 cm
d. lingkar lengan atas lebih dari 23,5 cm
e. Hb 12 gram %
4. Salah 1 Standar 5T yang adalah :
a. Pemeriksaaan fisik ibu hamil
b. Kunjungan rumah ibu hamil
c. Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus
d. Pemberian imunisasi BCG
e. Pemberian biscuit ibu hamil
5. Kegunaan cakupan K4 adalah……..
a. Mengukur mutu pelayanan ibu hamil
b. Memantau persiapan ibu untuk persalinan
c. Sebagai suatu kewajiban petugas
d. Untuk mengukur pelayanan petugas
e. Mengejar target cakupan k4

75
BAB VII

KONSEP EKUITAS TERHADAP PELAYANAN


KESEHATAN

SUB POKOK

Ekuitas terhadap pelayanan kesehatan

Setelah membaca akhir perkuliahan mahasiswa dapat:

1. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan


2. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Menjelaskan perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara
maju dan sedang berkembangan.

76
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan
kesehatan ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat

REFERENSI

1. Hasibuan. (2007). Organisasi & motivasi (Dasar peningkatan produktivitas).


Jakarta :PTBumi Aksara.
2. Supratman. (2002). Analisis hubungan antara faktor-faktor motivasi dan
karakteristikdemografi dengan prestasi pelayanan kesehatan di rumah sakit islam
Jakarta.
3. Wibowo. (2007). Manajemen kerja. Jakarta : Raja Grfindo Persada
4. Wiyono, D. M. S. (2000). Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Surabaya :
AirlanggaUniversity Press.

EKUITAS TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN

Ekuitas menjadi tantangan tersendiri di samping isu perluasan kepesertaan karena


ketidakmerataan akses pelayanan kesehatan serta gap antara kebijakan dan
implementasi.Kondisi sarana kesehatan dan pelayanan dasar, tenaga kesehatan, dan
kapabilitas ekonomi masyarakat menjadi tantangan ekuitas di era ini.Disparitas ini terjadi
antar daerah dan antar propinsi termasuk antara Indonesia Barat dan Indonesia Timur.

Disparitas sarana kesehatan masih terjadi antar daerah di Indonesia

Persebaran pusat layanan pertama kesehatan dan ketersediaan tempat tidur masih
kurang dibandingkan dengan kebutuhan.Kondisi ini memungkinkan kita yang hidup di
Jakarta bisa memilih rumah sakit tempat kita harus dirawat diantara belasan fasilitas
pelayanan kesehatan, namun saudara kita yang tinggal di daerah perbatasan, kepulauan, atau
daerah terpencil minim pilihan atau tidak ada pilihan.

77
Standar jarak antara tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan minimal 5 kilometer
masih sulit tercapai untuk memenuhi kebutuhan 250 juta penduduk Indonesia.Pemenuhan
fasilitas kesehatan juga perlu memperhatikan pemenuhan kebutuhan misalnya air bersih,
sanitasi, dan pemenuhan nutrisi yang memadai (Marmot, 2006).Kebutuhan air bersih,
sanitasi, dan pemenuhan nutrisi masih menjadi tantangan bagi daerah tertinggal di Indonesia.

Kemampuan ekonomi masyarakat belum mampu untuk memenuhi kebutuhan


pengeluaran kesehatan

BPJS Kesehatan telah memberikan bantuan bagi peserta dari kalangan miskin yaitu
dengan bantuan iuran.Penerima bantuan Iuran hingga Agustus 2014 sejumlah 86.400.000
jiwa (BPJS Kesehatan). Jaminan kesehatan menjamin bebasnya biaya pelayanan kesehatan,
akan tetapi biaya transportasi dan penginapan selama perawatan adalah pengeluaran lain yang
menjadi kendala bagi masyarakat keluarga ekonomi lemah di Indonesia. Apalagi jarak antar
fasilitas kesehatan dan tempat tinggal jauh.

Tantangan ini menunjukkan bahwa penyelesaian permasalahan kesehatan memiliki


irisan dengan sektor lainnya. Kebijakan sosial perlindungan kesehatan tidak mampu untuk
melindungi 250 juta masyarakat Indonesia tanpa diikuti oleh kebijakan di sektor pemerataan
ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan sistem kesehatan nasional yang sejalan.

Tidak hanya pada level pembuatan kebijakan, implementasi kebijakan juga


membutuhkan perhatian karena kondisi saat ini menunjukkan masih lemahnya implementasi
kebijakan dalam perlindungan kesehatan dan pelayanan. Pelayanan kesehatan yang belum
merata serta informasi yang tidak seimbang menyebabkan masyarakat tidak percaya kepada
BPJS Kesehatan.

Sejumlah masyarakat karena kurangnya informasi masih mempertanyakan “Kenapa


saya harus membayar iuran setiap bulan untuk dapat pelayanan kesehatan
gratis?”.Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dapat menjadi salah satu mekanisme
untuk menumbuhkan kembali legitimasi masyarakat terhadap lembaga publik termasuk BPJS
Kesehatan (Claire, 2014).

78
EVALUASI

1. Kebijakan kesehatan masyarakat adalah...


a. Pencegahan Penyakit
b. Peningkatanharapan Hidup
c. Peningkatan Kesehatan
d. Pemulihan Penyakit
2. Undang-Undang no.36/2009 tentang kesehatan menggantikan :
a. UU NO.22/1991
b. UU NO. 23/1992
c. UU NO.24/1993
d. UU NO. 25/1994
e. UU NO. 26/1995
3. Undang-Undang no.36/2009 tentang kesehatan berisi :
a. 23 Bab 205 Pasal
b. 22 Bab 205 Pasal
c. 23 Bab 206 Pasal
d. 23 Bab 207pasal
e. 23 Bab 208 Pasal
4. Bentuk upaya kesehatan sesuai UU NO.39/2004

79
a. Promotif
b. Kuratif
c. Pelayanan Kesehatan Tradisional
d. Pelayana Kesehatan Medis
e. A & B Benar
5. kebijakan adalah pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu,
pendapat :
a. Dunn
b. Lasswell
c. Kaplan
d. Easton
e. Thomas Dye

BAB VIII

KONSEP TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN


KESEHATAN

SUB TOPIK
1. Manajemen Pelayanan Kesehatan (Pusat-Daerah)
2. Manajemen Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Setelah membaca akhir perkuliahan mahasiswa dapat:

1. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan


2. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Menjelaskan perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara maju
dan sedang berkembang

80
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan
kesehatan ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.

REFERENSI

1. A.A. Gde Manunjaya (1999) Manajemen Kesehatan, EGC-Jakarta.


2. Azrul Azwar (1988) Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi kedua, PPT Bina Rupa
Aksara.
3. Depkes RI (2002) Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas di Era Desentralisasi
(DRAFT), tidak dipublikasikan, Jakarta. Stanhope. M., dan Lancaster, J. (2000).
4. Community health nursing: Process and practice for promoting health, St.Louis: The
C.V Mosby Co Swanson, J.M., dan Nies, M.A. (1997).
5. Community health nursing: Promoting the health aggregates, 2nd Ed, Philadelphia:
W.B Saunders 4/17/2017

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN (PUSAT-DAERAH)

Konsep dasar dalam manajemen kesehatan

Pengertian manajemen

a. Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan dengan


menggunakan orang lain (Robert D. Terry)
b. Manajemen adalah proses dimana pelaksanaan dari suatu tujuan diselenggarakan dan
diawasi (Encyclopaedia of sosial sciences)
c. Manajemen membuat tujuan tercapai melalui kegiatan-kegiatan orang lain dan
fungsi-fungsinya dapat dipecahkan sekurang-kurangnya 2 tanggung jawab utama
(perencanaan dan pengawasan)
d. Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu orang /lebih untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai hasil (tujuan) yang
tidak dapat dicapai oleh hanya satu orang saja. (Evancevich)

81
Dari batasan-batasan tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan umum
bahwa “ Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna mencapai
suatu tujuan atau menyelesaikan pekerjaan.” Apabila batasan ini diterapkan dalam
bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan sebagai berikut :“Manajemen kesehatan
adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan
nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan.” Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan
manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi
objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
(Notoatmodjo, 2003).

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN (RUMAH SAKIT)

Salah satu trend terkini dalam manajemen rumah sakit di Indonesia adalah penerapan
Manajemen Lean.Dengan Manajamen Lean rumah sakit dapat memberikan pelayanan
yang berkualitas dengan biaya yang efisien.Manajemen Lean bukanlah hal yang baru.
Manajemen Lean telah menjadi gaya manajemen bagi banyak perusahaan besar di dunia.
Sebut saja Toyota di Jepang atau berbagai rumah sakit di Amerika dan Eropa.Toyota
misalnya, produsen otomotif kenamaan dari Jepang telah mengembangkan sebuah system
yang disebut Toyota Production System (TPS).Pada dasarnya TPS adalah upaya
mengurangi atau menghilangkan pemborosan yang tidak perlu (waste). TPS dan apa yang
dikembangkan oleh Toyota ini lah yang kemudian kita kenal saat ini sebagai istilah Lean.
Toyota mendefinisikan lean sebagai dua komponen yaitu: 1) Total Elimination of
waste dan 2). Respect for Peopole. Dalam penerapannya oleh manajemen umum disebut
sebagai Manajemen Lean.Manajemen Lean inilah yang telah menjadi kunci keberhasilan.

Manajemen Lean (Lean Management) merupakan salah satu metode dalam manajemen
operasional untuk memperbaiki proses. Manajemen Lean dapat meningkatkan
pendapatan, mengurangi biaya dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Metode Lean
yang digunakan dalam manajemen Lean ini akan merampingkan proses, mengembangkan
proses yang lebih cepat, lebih efisien dan ekonomis, dan memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada pasien. Menurut Jeffrey K. Liker, seorang Amerika yang terus
mengamati dan mengikuti Toyota way yang dilakukan oleh Toyota, Organisasi apapun,
proses bisnis manapun dapat menerapkan model keberhasilan Toyota ini.

82
Bisa jadi semangat perbaikan proses dan terus melakukan perbaikan (continuous
improvement) ini telah menginspirasi jajaran manajemen Rumah Sakit  Paru Jember
untuk menggelar kegiatan seminar Manajemen Lean (kini RS Paru Jember umum disebut
sebagai RSTP-Rumah Sakit Tiga Puncak-karena akan mengembangkan layanan pada tiga
pilar utama yaitu : Paru, Bedah dan jantung).

EVALUASI

1. Macam-macam evaluasi, ya’ni kecuali…

a. Formative Evaluation
b. Promotive Evaluation
c. Summative Evaluation
d. Education evaluation

2. Apa yang dimonitor,kecuali ?

a. Input
b. Output
c. Outcome
d. Outdown

3. Manfaat monitorang, kecuali?

a. Memberikan masukan dlm manajemen (diketahuinya masalah sedini


mungkin)

83
b. Memberikan gambaran hasil evaluasi (dpt menaksir hasil akhir pelaksananaan
suatu program)
c. Dapat menilai pelaksanaan program
d. Merupakan upaya untuk mengamati pelayanan dan cakupan program

4. Langkah-langkah dalam Manajemen Pelayanan,kecuali?

a. Perencanaan (P1)
b. Pelaksanaan (P2)
c. Pengawasan, Pengendalian, Penilaian (P3)
d. Evaluasi

5. Fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,


pengawasan, penilaian adalh pengertian dari

a. Administrasi
b. Organisasi
c. Pelayanan kesehatan
d. Manajemen

BAB IX

KONSEP TENTANG LEADERSHIP IN HEALTH CARE

SUB TOPIK

1. Manajemen SDM Kesehatan


2. Analisis Jabatan (Pekerjaan)

Setelah membaca akhir perkuliahan mahasiswa dapat:

1. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan


2. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Menjelaskan perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara
maju dan sedang berkembangan.

84
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan
kesehatan ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.

REFERENSI

1. Departemen Kesehatan ( 1998 ) “Administrasi Pusat Kesehatan Masyarakat “ Depkes,


Jakarta

2. Departemen Kesehatan ( 2006 ) “ Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat “


Depkes, Jakart

3. Departemen Kesehatan ( 2006 ) “ Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di


Kabupaten/ Kota “ Depkes, Jakarta

4. Lembaga Administrasi Negara RI ( 2003 ), “ Etika Organisasi Pemerintah” LAN RI,


Jakarta

5. Malayu SP Hasibuan ( 2008 ) ,” Manajemen Sumber Daya Manusia” Bumi Aksara,


Jakarta

MANAJEMEN SDM KESEHATAN

Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan tatanan yang


menghimpun berbagai upaya perencanaan.Pendidikan, dan pelatihan, serta pendayagunaan
tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya.Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara
aktif dan profesional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang
untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.

Ada 2 bentuk dan cara penyelenggaraan SDM kesehatan, yaitu :

85
1. Tenaga kesehatan, yaitu semua orang yang bekerja secara aktif  dan profesional di
bidang kesehatan berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu
memerlukan upaya kesehatan.
2. SDM Kesehatan yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan  masyarakat setinggi-tingginya.

Tujuan SDM Kesehatan, secara khusus bertujuan untuk menghasilkan sumber daya
manusia kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut :

1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan teknologi di


bidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan memahami pendekatan,
metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan ketrampilan penerapannya didalam
pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan
2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah pengembangan dan
pengelolaan sumber daya manusia kesehatan melalui kegiatan penelitian

ANALISIS JABATAN (PEKERJAAN)

a. Pengertian Analisis Jabatan


Analisis jabatan merupakan bagian tidak terpisahkan dari
manajemenSumber Daya Manusia (MSDM). Menurut Hasibuan (2007:
1 0 ) p e n g e r t i a n MSDM adalah sebagai berikut: “Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah ilmudan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar
efektif dan efisienmembantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat”

Analisis Jabatan membantu organisasi mencapai tujuannya,


d i p e r l u k a n sumber daya manusia yang tepat, yang memiliki kemampuan sesuai dengan
bebantugas yang harus dilaksanakan supaya tugasnya dilaksanakan secara efektif
danefisien. Definisi jabatan menurut Wursanto (1991: 39) adalah sebagai
berikut:”Jabatan diartikan sebagai kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab,wewenang, dan hak seseorang pegawai dalam susunan suatu organisasi.”Jabatan
berkaitan dengan serangkaian pekerjaan yang akan dilakukan dan  persyaratan

86
yang diperlukan untuk melakukan tugas tersebut dan kondisilingkungan di mana pekerjaan
tersebut dilakukan.

b. Tujuan dan Manfaat Analisis Jabatan


Analisis jabatan merupakan uraian yang menggambarkan bagaimana
suatu jabatan atau pekerjaan itu dilaksanakan, bagaimana wewenang, tanggung
jawab,hubungannya dengan jabatan/pekerjaan lain dan risiko jabatan/pekerjaan tersebut.

EVALUASI

1. Pemimpin bertipe intuitive thinkers antara lain memiliki karakteristik ....


a. Menyukai hal yang bersifat logis
b. Menyukai situasi yang harmonis
c. Mampu mengambil keputusan secara cepat
d. Memiliki orientasi pada fakta, sesuatu yang pasti dan detil
2. Pemimpin yang memiliki karakteristik orientasi terhadap hubungan rendah, terhadap
tugas tinggi dan efektivitasnya rendah adalah pemimpin bertipe ....

87
a. Autocrat
b. Bureaucrat
c. Compromiser
d. Deserter
3. Pemimpin yang menempatkan diri sebagai orang yang paling berkuasa dalam
kelompoknya merupakan karakteristik pemimpin bertipe ....
a. Elected leaders
b. Sociometric leaders
c. Salient leaders
d. Persistent leader
4. Teori sifat dalam kepemimpinan didasarkan pada pemikiran bahwa keberhasilan
pemimpin ditentukan oleh ....
a. Atribut pribadi pemimpin
b. Perilaku pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya
c. Faktor-faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan dan pengikut
d. Daya tarik, kecemerlangan, kekuasaan dan pengaruhnya
5. Seorang pemimpin harus mampu mengenali berbagai hal yang berpengaruh terhadap
organisasinya, mengidentifikasi perkembangan yang sedang terjadi dan
menganalisisnyA. Hal ini berarti bahwa seorang pemimpin perlu memiliki sifat atau
ciri ....
a. Adaptabilitas dan fleksibel
b. Antisipatif dan proaktif
c. Objektivitas dan pragmatis
d. Inkuisitif dan analisis

BAB X

KONSEP-KONSEP MENAJEMEN SDM KESEHATAN

SUB POKOK
1. Rekrutmen dan seleksi
2. Performance Apprasial
3. Pengembangan Karier
4. Pelatihan (Diklat) 88
5. Perilaku Organisasi
6. Konflik dan Dinamika Kelompok
Setelah membaca akhir perkuliahan mahasiswa dapat:

1. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan


2. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Menjelaskan perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara
maju dan sedang berkembangan.
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan
kesehatan ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.

REFERENSI

1. Kertonegoro. Sentanoe, manajemen organisasi. Jakarta: PT  Widya  Press. 1994


2. Rivai. Veitzal, Islamic Human Capital. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2009
3. Martoyo. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. BT BPFE – Yogyakarta.
4. Mangkuprawira. sjafri. 2003. Manajemen Sumberdaya Manusia Strategik. Gralia
Indonesia
5. Soetjipto, budi W dkk. 2002. Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia.
Penerbit Amara Books

REKRUTMEN DAN SELEKSI

1. Rekrutmen

a. Pengertian Rekrutmen

Setelah suatu perusahaan mempunyai gambaran tentang hasil analisas

pekerjaan dan rancangan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan

89
perusahaan, maka tugas manajer suatu perusahaan adalah mengisi jabatan dengan

mencari manajemen sumber daya manusia yang cocok dan berkualitas untuk

pekerjaan itu.

Rekrutmen merupakan suatu cara mengambil keputusan perencanaan

manajemen sumber daya manusia mengenai jumlah karyawan yang dibutuhkan,

kapan diperlukan, serta kriteria apa saja yang diperlukan dalam suatu organisasi.

Rekrutmen pada dasarnya merupakan usaha mengisi jabatan atau pekerjaan yang

kosong di lingkungan suatu organisasi atau perusahan, untuk itu ada dua sumber

tenaga kerja yakni sumber dari luar (eksternal) organisasi dan sumber dari dalam

(internal) organisasi.

Penarikan (rekrutmen) karyawan merupakan suatu proses atau tindakan yang

dilakukan oleh organisasi untuk mendapatkan tambahan karyawan melalui berbagai

tahapan yang mencakup identifikasi dan efaluasi sumber-sumber penarikan tenaga

kerja, menentukan kebutuhan tenaga kerja, proses seleksi, penempatan, dan orientasi

tenaga kerja. Penarikan karyawan bertujuan untuk menyediakan karyawan yang

cukup agar manajemen dapat memilih karyawan yang memenuhi kualifikasi yang

mereka perlukan di perusahaan (Malthis : 2001).

Rekrutmen yang efektif memerlukan tersedianya informasi yang akurat dan

berkesinambungan mengenai jumlah dan kualifikasi individu yang diperlukan untuk

melaksanakan berbagai pekerjaan dalam perusahaan. Aktifitas rekrutmen akan

menyisihkan pelamar yang kurang tepat dan memfokuskan kemampuannya pada

calon yang akan dipanggil kembali. Aktifitas rekrutmen dapat membengun opini

publik yang menguntungkan dengan cara mempengaruhi sikap pelamar sedemikian

rupa terlepas mereka diangkat atau tidak dalam organisasi tesebut.

90
Hasibuan (2008) menyatakan bahwa rekrutmen merupakan usaha mencari dan

mempengaruhi tenaga kerja, agar mau melamar lowongan pekerjaan yang ada dalam

organisasi. Sedangkan pengertian rekrutmen menurut Simamora (2004) merupakan

serangkaian aktivitas mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi,

kemampuan, keahlian, dan pengetahuan untuk menutupi kekurangan yang

diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian. Aktifitas rekrutmen dimulai pada saat

calon mulai dicari, dan berakhir pada saat lamaran mereka diserahkan. Hal ini

memerlukan keahlian bagi manajer organisasi untuk jeli dan teliti dalam mengamati

tahap demi tahap rekrutmen untuk mendapatkan calon pegawai yang memenuhi

kualifikasi yang telah ditentukan oleh organisasi tersebut guna membantu mencapai

tujuan organisasi yang telah ditentukan jauh sebelumnya.

Handoko (2008) menjelaskan bahwa rekrutmen merupakan proses pencarian

dan pemikatan para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar sebagai

karyawan. Lebih jauh lagi, Rivai (2009) menjelaskan rekrutmen sebagai suatu

rangkaian kegiatan yang dimulai ketika sebuah perusahaan memerlukan tenaga kerja

dan membuka lowongan pekerjaan sampai mendapatkan calon yang diinginkan atau

memenuhi kualifikasi sesuai dengan jabatan atau lowongan yang ada.

Rekrutmen merupakan masalah yang penting bagi sebuah organisasi atau

perusahaan dalam hal pengadaan tenaga kerja. Jika proses rekrutmen berhasil atau

dengan kata lain banyak pelamar yang memasukan lamarannya, maka peluang

perusahaan untuk mendapatkan karyawan yang baik akan menjadi semakin terbuka

lebar, karena perusahaan akan memiliki banyak pilihan yang terbaik dari para calon

pelamar.

2.Seleksi

a. Pengertian Seleksi

91
Menurut Rivai (2011 : 159) menjelaskan bahwa seleksi adalah kegiatan dalam

manajemen SDM yang dilakukan setelah proses rekrutmen selesai dilaksanakan. Hal

ini berati telah terkumpul sejumlah pelamar yang memenuhi syarat untuk kemudian

dipilih mana yang dapat ditetapkan sebagai karyawan dalam suatu perusahaan. Proses

pemilihan ini yang dinamakan dengan seleksi.

Selanjutnya, menurut Simamora (2004) mengatakan seleksi adalah proses

pemilihan dari sekelompok pelamar yang paling memenuhi kriteria seleksi untuk

posisi yang tersedia dalam sebuah perusahaan. Sedangkan menurut Teguh (2009)

menjelaskan bahwa seleksi adalah proses yang terdiri dari beberapa langkah yang

spesifik dari beberapa kelompok pelamar yang paling cocok dan memenusi syarat

untuk jabatan tertentu.

Proses seleksi sebagai sarana yang digunakan dalam memutuskan pelamar

mana yang akan diterima. Proses dimulai ketika pelamar melamar kerja dan diakhiri

dengan keputusan penerimaan. Berdasarkan pengertian itu maka kegiatan seleksi itu

mempunyai arti yang sangat strategis dan penting bagi perusahaan. Apabila

dilaksanakan dengan prinsip-prinsip manajemen SDM secara wajar, maka proses

seleksi akan dapat menghasilkan pemilihan karyawan yang dapat diharapkan kelak

memberikan kontribusi yang positif dan baik.

b. Dasar dan Tujuan Seleksi

1) Dasar Seleksi

Dasar seleksi berati penerimaan karyawan baru hendaknya berpedoman pada dasar

tertentu yang digariskan oleh internal ataupun eksternal perusahaan supaya

hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Dasar-dasar itu antara lain :

• Kebijaksanaan perubahan pemerintah

92
Seleksi penerimaan karyawan baru hendaknya berdasarkan dan berpedoman

kepada Undang-Undang Perubahan Pemerintah.

• Job spesification

Dalam spesifikasi, telah diterapkan persyaratan dan kualifikasi minimum dari

orang yang dapat menjabat atau melakukan pekerjaan tersebut. Dasar ini harus

betul-betul menjadi pedoman untuk melakukan seleksi, prinsipnya adalah “the

right man on the right place and the right man behind the riht gun”. Jadi, titik

tolak pemikiran seleksi hendaknya pada apa yang akan dijabat, baru siapa yang

akan menjabatnya. Jabatan atau pekerjaan apapun yang akan diisi hendaknya

diseleksi berdasarkan atas spesisifikasi jabatan atau pekerjaan tersebut.

• Ekonomi rasional

Tindakan ekonomi hendaknya atas dasar pelaksanaan seleksi supaya biaya,

waktu dan pikiran dimanfaatkan secara efektif sehingga hasilnya juga efektif

dan dipertanggungjawabkan.

• Etika sosial

Seleksi harus dilakukan dengan etika sosial. Artinya, memperhatikan norma-

norma hukum, agama, kebudayaan, dan adat istiadat masyarakat serta hukum

yang berlaku di negara bersangkutan.

2) Tujuan Seleksi

Seleksi merupakan proses yang sangat penting karena berbagai macam keahlian

yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya diperoleh dari proses

seleksi. Proses seleksi akan melibatkan proses menduga yang terbaik (best-guest)

dari pelamar yang ada. Seleksi penerimaan pegawai baru bertujuan untuk

mendapatkan hal-hal berikut :

a) Karyawan yang memiliki potensi

93
b)  Karyawan yang disiplin dan jujur

c)   Karyawan yang sesuai dengan tugas dan keahlian yang diperlukan

d)   Karyawan yang terampil

e) Karyawan yang kreatif dan dinamis

f) Karyawan yang loyal

g)Mengurangi turnover karyawan

h)Karyawan yang sesuai budaya organisasi

i) Karyawan yang dapat bekerjasama di dalam perusahaan

j) Karyawan yang mudah dikembangkan untuk masa depan

c. Kriteria dan Langkah-Langkah Seleksi

Menurut Rivai (2011 : 161) proses seleksi adalah langkah-langkah yang harus dilalui

oleh pelamar sampai akhirnya memperoleh keputusan ia diterima atau ditolak sebagai

karyawan baru. Prosesini berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya,

proses tersebut pada umumnya meliputi evaluasi persyaratan, testing, wawancara, dan

ujian fisik.

Perusahaan tertentu akan mengharapkan para pelamar yang datang memiliki prestasi

yang memuaskan dalam pekerjaannya. Kriteria seleksi menurut Simamora (2004) pada

umumnya dapat dirangkum dalam berbagai kategori, yaitu :

1. Pendidikan

2. Pengalaman kerja

3. Tes mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kerja

4. Pusat pelatihan

5. Biodata

6. Refrensi

d. Cara Seleksi

94
Adapun cara seleksi yang digunakan oleh perusahaan maupun organisasi

dalam penerimaan karyawan baru dewasa ini dikenal dengan dua cara yaitu :

1. Non Ilmiah

Yaitu seleksi yang dilaksanakan tidak didasarkan atas kriterian standar, atau

spesifikasi nyata suatu pekerjaan atau jabatan. Akan tetapi hanya didasari pada

pemikiran dan pengalaman saja. Seleksi dalam hal ini dilakukan tidak berpedoman

pada uraian spesifikasi pekerjaan dan jabatan yang akan diisi. Unsur-unsur yang

diseleksi biasanya meliputi hal-hal :

a. Surat lamaran bermaterai atau tidak

b.   Ijazah sekolah dan jumlah nilainya

c. Surat keterangan kerja dan pengalaman

d. Refrensi atau rekomendasi dari pihak yang dapat dipercaya

e. Wawancara langsung dengan yang bersangkutan

f. Penampilan dan keadaan fisik pelamar

g. Keturunan dari pelamar

h.   Tulisan tangan pelamar

2. Ilmiah

Metode ilmiah merupakan metode seleksi yang didasarkan pada spesifikasi

pekerjaan dan kebutuhan nyata yang akan diisi, serta pedoman pada kriterian dan

standar-standar tertentu. Seleksi ilmiah mencakup pada hal-hal berikut :

a) Metode kerja yang sistematis

b) Berorientasi pada kebutuhan rill karyawan

95
c) Berorientasi pada prestasi kerja

d) Berpedoman pada undang-undang perburuhan

e) Berdasarkan kepada analisis jabatan dan ilmu sosial lainnya

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Seleksi

Simamora (2004) menjelaskan bahwa proses seleksi dibuat dan disesuaikan untuk

memenuhi kebutuhan kepegawaian suatu perusahaan atau organisasi. Ketelitian dari

proses seleksi bergantung pada beberapa faktor, yaitu :

1. Konsekuensi yang salah perhitungan

2. Yang mampu mempengaruhi proses seleksi adalah kebijakan perusahaan dan

sikap dari manajemen

3.   Waktu yang tesedia untuk mengambil keputusan seleksi yang cukup lama

4. Pendekatan seleksi yang berbeda pada umumnya digunakan untuk mengisi posisi-

posisi dijenjang yang berbeda didalam perusahaan

5. Sektor ekonomi dimana individu akan dipilih baik swasta, pemerintah atau

nirlaba dapat mempengaruhi proses seleksi

PERFORMANCE APPRASIAL

Pengertian Penilaian Kinerja (Performance Appraisal) dan Tahapannya –


Penilaian Kinerja atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Performance Appraisal adalah
Evaluasi sistematis terhadap kinerja karyawan dan untuk memahami kemampuan karyawan

96
tersebut sehingga dapat merencanakan pengembangan karir lebih lanjut bagi karyawan yang
bersangkutan. Dengan kata lain, Penilaian Kinerja ini menilai dan mengevaluasi
keterampilan, kemampuan, pencapaian serta pertumbuhan seorang karyawan.

Perusahaan sering menggunakan Penilaian Kinerja atau Performance Appraisal


ini sebagai dasar dari kenaikan gaji, promosi, bonus ataupun bisa juga sebagai dasar utnuk
penurunan jabatan dan pemutusan hubungan kerja. Di sisi lain, Penilaian Kinerja yang yang
dilakukan dengan baik dan profesional akan dapat meningkatkan loyalitas dan motivasi
karyawan sehingga tujuan organisasi juga dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan
untuk lebih mengerti tentang Penilaian Kinerja ini, berikut ini adalah beberapa definisi atau
pengertian penilaian kinerja menurut beberapa ahli.

1. Pengertian Penilaian Kinerja menurut Hasibuan (2000:87) : Penilaian kinerja adalah


kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja pegawai serta
menetapkan kebijaksanaan selanjutnya. Evaluasi atau penilaian perilaku meliputi
penilaian kesetiaan, kejujuran,kepemimpinan, kerjasama, loyalitas, dedikasi, dan
partsipasi pegawai.
2. Pengertian Penilaian Kinerja menurut Handoko (1994:11) : Penilaian kinerja
merupakan cara pengukuran kontribusi-kontribusi dari individu dalam organisasi.
Nilai penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan tingkat kontribusi
individu atas kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.

Tujuan Penilaian Kinerja

Tujuan dari Penilaian Kinerja adalah sebagai berikut :

1. Sebagai acuan untuk menentukan kompensasi, struktur upah, kenaikan gaji, promosi
dan lain-lainnya.
2. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan sehingga manajemen
dapat menentukan orang yang tepat pada posisi pekerjaan yang tepat.
3. Untuk menilai potensi yang ada di dalam diri seorang karyawan sehingga dapat
merencanakan perkembangan karir lebih lanjut bagi karyawan yang bersangkutan.
4. Untuk memberikan feedback atau umpan balik kepada karyawan tentang kinerjanya.
5. Sebagai dasar untuk mempengaruhi kebiasaan karyawan.

97
6. Untuk meninjau dan menyelenggarakan program pelatihan promosi ataupun program-
program pelatihan lainnya.

PENGEMBANGAN KARIER

1. Pengertian Karir dan Pengembangan Karir


Karir merupakan seluruh posisi kerja yang dijabat selama siklus kehidupan
pekerjaan seseorang.Dengan demikian, karir menunjukkan perkembangan para
karyawan secara individual dalam suatu jenjang atau kepangkatan yang dapat
dicapai selama masa kerjanya dalam suatu organisasi.
Pengembangan karir adalah aktivitas kepegawaian yang membantu pegawai-
pegawai merencanakan karir masa depan mereka di perusahaan agar perusahaan dan
pegawai yang bersangkutan dapat mengembangkan diri secara maksimal. Dalam
praktek pengembangan karir lebih merupakan suatu pelaksanaan rencana karir
seperti yang diungkapkan oleh Handoko (2000:123) bahwa pengembangan karir
adalah proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dilakukan dalam rangka
mencapai suatu rencana karir yang diinginkan.
Pengembangan karir (career development) menurut Mondy dalam situs jurnal
dmblogspot meliputi “bahwa ada beberapa prinsip pengembangan karir yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pengembangan karir. Bila setiap hari pekerjaanmenyajikan suatu tantangan yang
berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada aktivitas
rencana pengembangan formal.
b.  Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan
pekerjaan yang spesifik. Skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisorakan
berbeda dengan skill yang dibutuhkan untuk menjadi middle manager.
c.  Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum
memperoleh skill yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jika tujuan tersebut
dikembangkan lebih lanjut oleh seorang individu maka individu yang telah
memiliki skill yang dituntut pekerjaan akan menempati pekerjaan yang baru.

98
d.  Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi dengan
mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang rasional.
(Mondy,1993 dalam situs jurnalsdm.blogspot)
Menurut Simamora (1995:392 ) proses pengembangan karir dalam suatu
pendekatan formal yang diambil organisasi untuk memastikan bahwa orang-orang
dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat tersedia pada saat dibutuhkan.
Sehingga pengembangan karir dapat dikatakan suatu kondisi yang menunjukkan
adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam organisasi dalam jalur
karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian diatas, yang dimaksud dengan pengembangan karir adalah
suatu pendekatan atau kegiatan yang tersusun secara formal untuk meningkatkan
pertumbuhan, kepuasan kerja, pengetahuan dan kemampuan karyawan agar
organisasi dapat memastikan bahwa orang-orang dengan kualifikasi dan
pengalaman yang cocok tersedia dalam organisasi.
Tujuan dari seluruh program pengembangan karir adalah untuk menyesuaikan
antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir yang tersedia di
perusahaan saat ini dan di masa mendatang. Karena itu, usaha sistem
pembentukan pengembangan karir yang dirancang secara baik akan dapat
membantu karyawan dalam menentukan kebutuhan karir mereka sendiri, dan
menyesuaikan antara kebutuhan karyawan dengan tujuan perusahaan.
Pengembangan karir pegawai dapat dilakukan melalui dua cara diklat dan cara
nondiklat. Pengembangan karir melalui dua jalur ini sedikit-banyak telah di bahas
di bab Pelatihan dan Pengembangan. Pada bagian ini, cukuplah kita sebutkan
beberapa contoh bentuk pengembangan karir melalui dua cara ini. Contoh-contoh
pengembangan karir melalui cara diklat adalah :
1) Menyekolahkan pegawai (di dalam atau di luar negeri),
2) Memberi pelatihan (di dalam atau di luar organisasi),
3) Memberi pelatihan sambil bekerja (on-the-job training).
Contoh-contoh pengembangan karir melalui cara nondiklat adalah :

1) Memberi penghargaan kepada pegawai


2) Menghukum pegawai
3) Mempromosikan pegawai ke jabatan yang lebih tinggi
4) Merotasi pegawai ke jabatan lain yang setara dengan jabatan semula.

99
PELATIHAN (DIKLAT)

Pengertian Pendidikan dan Pelatihan (diklat)

Pendidikan dan latihan (diklat) merupakan unsur yang mutlak dimilikioleh individu sumber daya
manusia yang berkualitas.Pentingnya diklattersebut mengantar pengembangan sumber daya manusia. Karena
itu,secara khusus pada hakekatnya diklat mengandung adanya aspek potensial,aspek fungsional, aspek
operasional dan aspek kepemimpinan organisasi.Berdasarkan aspek-aspek tersebut, maka keberadaan diklat
berperanpenting di dalam meningkatkan dan mewujudkan potensi karyawan,profesional karyawan, funsional
karyawan, operasionalisme karyawan danpengembanga karir karyawanyang dapat dilaluinya melalui proses
diklat baikberupa diklat kepemimpinan, diklat profesi lewat kursus-kursus, diklatfungsional berdasarkan
pembinaan dan pengembangan terhadappelaksanaan pekerjaan secara khusus sesuai fungsinya, dan
diklatoperasisonal yang biasanya dilakukan untuk penerapan proses dan prosedur suatu pelaksanaan
penerapan teknologi yang sesuai dengan prospeknya.Menurut Hamalik yang dikutip oleh Pujirahayu (2008)

bentuk-bentuk diklat seperti diklat kepemimpinaan, diklat potensi, diklatprofesioanalisme, diklat


fungsional, dan operasionalisme dianggapmerupakan suatu pendidikan dan pelatihan yang menjadikan
seorangpegawai mampu mengembangkan kepemimpinan organisasi, pemamfaatankompentensi karyawan
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya,memiliki profesionalisme kerja yang handal sesuai fungsi
aktivitas kerja yangditekuni dalam berbagai kegiatan operasional kerja.raian ini menekankan bahwa suatu
kegiatan dalam manajemenorganisasi tidak terlepas dari adanya konsep pendidikan dan latihan.
Konseppendidikan dan pelatihan diartikan sebagai konsep pembinaan diklat pegawaiuntuk mengetahui apa,
mengapa dan untuk apa penerapan diklat harusditerapkan sesuai dengan konsep-konsep manajemen, konsep
sistempendidikan dan konsep sistem pelatihan.Menurut Wardoyo yang dikutip oleh Pujirahayu (2008)

menyatakanbahwa konsep diklat adalah konsep untuk meningkatkan, mengembangkandan


membentuk perilaku pegawai untuk memiliki hakekat memahami aktivitaskerjanya untuk dapat mudah di
dalam meningkatkan pelayanan masyarakat.Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses dari fungsi
manajemenyang perlu dilakukan terus menerus dalam suatu organisasi dan secaraspesifik sebagai sebagai
suatu proses serangkaian tindak lanjut yangdilaksanakan secara berkesinambungan, bertahap dan terpadu.
Diklatmemiliki tujuan yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi, karenaitu diklat menjadi bagian
dari pengembangan sumber daya manusia. Jenis- jenis diklat yang menjadi bekal bagi seorang pegawai
dalam meningtkanpelayanan masyarakat meliputi diklat kepemimpinan, diklat potensi, diklatfungsional dan

100
diklat operasional yang sasarannya melatih, membimbing danmembina karyawan untuk dapat menjadi
tenaga yang handal dalammelaksanakan tugas-tugas pokok yang diamankan.Menurut Hamalik yang dikutip
oleh Pujirahayu (2008)

konsepsistem pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah upaya untuk meningkatkan,mengembangkan


dan membentuk pegawai melalui upaya pendidikan danpelatihan baik berupa diklat berjenjang, diklat kursus,
diklat fungsional, dandiklat operasional yang banyak diterapkan oleh suatu organisasi dalamrangka
meningkatkan kemampuan kerja karyawan dalam menghadapaktivitasnya, yang diupayakan dapat
meningkatkan pelayananmasyarakatnya.Menurut Syamsuddin yang dikutip oleh Pujirahayu (2008)

diklatadalah suatu proses dari pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yangdilaksanakan terus menerus
bagi suatu organisasi agar karyawan yangmengikuti diklat mampu mengembangkan karir dan aktivitas
kerjanya didalam mengembangkan, memperpaiki perilaku kerja karyawan,mempersiapkan karyawan untuk
menduduki jabatan yang lebih rumit dansulit, mempersiapkan tenaga untuk mengembangkan aktivitas
kerjanya

Tujuan pendidikan dan pelatihan (diklat)

Menurut pasal 9Undang-undang ketenagakerjaan tahun2003,pendidikan dan pelatihan kerja


diselenggarakan dan diarahkan untukmembekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja
gunameningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan. Tujuan-tujuanpendidikan dan pelatihan
dapat dikelompokkan kedalam lima bidang, yaitu

a. Memperbaiki kinerja.
b. Memutakhirkan keahlian-keahlian para pegawai/karyawan sejalan dengankemajuan tekhnologi
c. Mengurangi waktu pembelajaran bagi pegawai/karyawan baru agar kompoten dalam pekerjaan.
d. Membantu memecahkan masalah operasional.
e. Mempersiapkan pegawai/karyawan untuk mendapatkan promosi jabatan

PERILAKU ORGANISASI

Pengertian prilaku organisasi menurut beberapa ahli,sebagai berikut :

101
1. Toha (2001) bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah suatu studi yang
menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu
kelompok tertentu.
2. John (1983) yang menyebutkan bahwa perilaku organisasi merupakan suatu istilah
yang agak umum yang menunjukkan kepada sikap dan perilaku individu dan kelompok
dalam organisasi, yang berkenaan dengan studi sistematis tentang sikap dan perilaku,
baik yang menyangkut pribadi maupun antar pribadi di dalam konteks organisasi.
3. James L. Gibson, John. M. Ivancevich, James. H. Donelly Jr. (1986) menyebutkan
bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah studi tentang perilaku manusia,
sikapnya dan hasil karyanya dalam lingkungan keorganisasian.
4. Robbin (2001) bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki
dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan
maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan
organisasi.
5. Prof.Joe.Kelly , perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari sifat-
sifat organisasi, termasukbagaimana organisasi di bentuk, tumbuh dan berkembang.
6. Drs. Adam Indrawijaya, perilakuorganisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari
semua aspek yang berkaitan dengan tindakan manusia, baik aspek pengaruh anggota
terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi terhadap anggota.
7. Drs. Sutrisna Hari, MM, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil interaksi dari sifat khusus (karakteristik)
anggota dan sifat khusus (karakteristik) para anggotannya dan pengaruh lingkungan.
8. Larry L Cummings bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir, suatu cara
untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil-hasil
penemuan berikut tindakan-tindakan pemecahan.

1. Ruang lingkup prilaku organisasi


Perilaku Organisasi, sesungguhnya terbentuk dari perilaku-perilaku individu
atau kelompok yang terdapat dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu –
sebagaimana telah disinggung diatas – pengkajian masalah perilaku organisasi jelas
akan meliputi atau menyangkut pembahasan mengenai perilaku individu atau
kelompok. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ruang lingkup kajian ilmu perilaku
organisasi hanya terbatas pada dimensi internal dari suatu organisasi. 

102
Dalam kaitan ini, aspek-aspek yang menjadi unsur-unsur, komponen atau sub
sistem dari ilmu perilaku organisasi antara lain adalah : motivasi, kepemimpinan,
stres dan atau konflik, pembinaan karir, masalah sistem imbalan, hubungan
komunikasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, produktivitas dan atau
kinerja (performance), kepuasan, pembinaan dan pengembangan organisasi
(organizational development), dan sebagainya.Sementara itu aspek-aspek yang
merupakan dimensi eksternal organisasi seperti faktor ekonomi, politik, sosial,
perkembangan teknologi, kependudukan dan sebagainya, menjadi kajian dari ilmu
manajemen strategik (strategic management). Jadi, meskipun faktor eksternal ini
juga
2. Kerangka Dasar Konsep Perilaku Organisasi
Kerangka dasar pada perilaku organisasi adalah terletak pada dua komponen
yaitu individu-individu yang berperilaku, baik itu perilaku secara individu, perilaku
kelompok, dan perilaku organisasi.
Komponen yang kedua adalah organisasi formal sebagai wadah dari perilaku
itu.Yaitu sebagai sarana bagi ndividu dalam bermasyarakat ditandai dengan
keterlibatannya pada suatu organisasi. Dan, menjalankan perannya dalam organisasi
tersebut

KONFLIK DAN DINAMIKA KELOMPOK

Pengertian Konflik Dinamika Kelompok

Konflik dalam dinamika kelompok mencakup tentang mempertahankan pendapat diri


sendiri agar pendapatnya dapat diterima sebagai keputusan akhir. Namun untuk
memenangkan pendapatnya seseorang tersebut harus mencari kelemahan pada pendapat
orang lain.

Faktor terjadinya konflik dalam dinamika kelompok

Faktor penyebab konflik menurut Smith, Mazzarela dan Piele antara lain:

1. Masalah komunikasi
Merupakan salah satu faktor penyebab konflik yang bersumber dari komunikasi, pesan,
penerima pesan dan saluran
2. Struktur organisasi

103
Merupakan salah satu faktor penyebab konflik yang secara potensial dapat
memunculkan konflik pada setiap departmen atau fungsi dalam organisasi mempunyai
kepentingan, tujuan dan programnya
3. Faktor manusia
Merupakan salah satu faktor penyebab konflik yaitu dari sifat manusia satu dengan
yang lain berbeda.

Jenis-jenis konflik

1) Negative conflict
Konflik ini merupakan konflik yang terjadi pada suatu kelompok yang biasanya
dihindari atau disembunyikan.Negative konflik ini menyebabkan kemunduran
pada suatu kelompok. Contohnya perselisihan yang terjadi didalam suatu
kelompok akan menyebabkan kinerja pada suatu kelompok tersebut menjadi
buruk.
2) Positive conflict
Konflik ini merupakan konflik yang memberikan ruang untuk para anggotanya
agar kelompok tersebut bisa menjadi lebih berkembang.Contohnya persaingan
antar anggota kelompok untuk mendapatkan hasil terbaik sehingga nantinya
mampu membawa kelompok tersebut menjadi kelompok yang lebih baik karena
anggota kelompoknya termotivasi untuk bekerja.

Penyelesaian konflik

1. Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan


Apabila ada masalah yang mengganggu jangan disimpan sendiri, sebaiknya
didiskusikan dalam kelompok
2. Menghindari kesulitan untuk sementara waktu
Untuk menemukan jalan keluar dari suatu masalah yang sulit, terkadang kita
butuh waktu sejenak untuk meninggalkan masalah tersebut. Karena apabila kita
tetap bersitegang dalam menyelesaikan maslah tersebut kita tidak akan
menemukan jalan keluarnya.
3. Menyalurkan kemarahan
Dalam menyelesaikan suatu masalah kita sebaiknya meredam kemarahan terlebih
dahulu dengan menyibukkan diri sendiri agar kita lebih mampu menghadapi
kesulitan dengan lebih intelegen dan rasional.

104
4. Bersedia menjadi pengalah yang baik
Dalam sebuah penyelesaian suatu masalah sebaiknya kita tidak bersikap keras
kepala dan bersedia untuk mengalah jika ada pendapat lain yang lebih rasional
dan benar.
5.   Berbuat suatu kebaikan untuk orang lain dan maupun sosialitas atau kesosialan
6. Untuk menyelesaikan sebuah konflik kita perlu berbuat baik dengan anggota
kelompok yang lain. Hal tersebut dapat menumbuhkan harga diri, rasa
berpartisipasi dan bisa memberikan arti atau suatu nilai kehidupan juga
memberikan rasa kepuasan dan keindahan karena kita merasa berguna.

Cara pencegahan terjadinya konflik :

a. Elimination: yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik,
yang diungkapkan dengan ucapan antara lain: kami mengalah,kami keluar an
sebagainya.
b.  Subjugation dan domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan
terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya.
c. Majority rule, yaitu suara terbanyaak yang ditentukan melalui voting untuk
mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
d. Minority consent yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima senang hati
oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan
dan disapakati untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
e. Integrasi yaitu mendiskusikan,menelaah dan mempertimbangkan kembali pendapat-
pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.

EVALUASI

1. Apakah yang dimaksud dengan motivasi menurut T.Hani Handoko?

105
a. kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai sasaran organisasi,
yang dikondisikan oleh individu
b. keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan
c. sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan
menghasilkan tingkat kinerja
d. sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi
2. Dibawah ini adalah tiga unsur kunci dalam definisi motifasi kerja,kecuali..
a. Upaya
b. Sasaran organiasi
c. Latar belakang pendidikan atasan
d. Kebutuhan
3. Dibawah ini yang bukan merupakan teori awal tentang motivasi adalah..
a. Hirarki kebutuhan MaslowSemoga Bermanfaat Bagi Teman Teman yang
membacaTerimakasih
b. Teori perilaku manusia
c. Teori X dan Y McGregor
d. Teori motivasi higinenis Herzbreg
4. Dibawah ini adalah contoh hirarki kebutuhan social menurut Maslow,kecuali..
a. Keamanan dan perlindungan dari gangguan emosi
b. Kasih saying
c. Menjadi bagian dari kelompoknya
d. Diterima oleh teman-teman
5. Dibawah ini merupakan teori tiga kebutuhan ,kecuali..
a. Kebutuhan akan pencapaian prestasi
b. Kebutuhan akan kekuasaan
c. Kebutuhan akan afiliasi
d. Kebutuhan akan kepemilikan barang mewah

BAB XI

ISSUES TERKAIT PRAKTISI KESEHATAN


MASYARAKAT(PUSKESMAS/RS/DINAS)
106
SUB POKOK

praktisi kesehatan masyarakat (Puskesmas/RS/Dinas)

Setelah membaca akhir perkuliahan mahasiswa dapat:

1. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan


2. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Menjelaskan perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara maju
dan sedang berkembangan.
4. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan kesehatan
ibu dan anak
5. Menganalisis masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Menganalisis issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat

REFERENSI

1. Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar.


Jakarta : Rineka Cipta.
2. Depkes, 2005. Dr. J. Leimena, Peletak Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan
Primer(Puskesmas),http://www.depkes.go.id/index.php?
option=news&task=viewarticle&sid=1099&Itemid=2 diakses tanggal 5 Agustus 2005

PRAKTISI KESEHATAN MASYARAKAT


(PUSKESMAS/RS/DINAS)
107
 Definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
Beberapa definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat antara lain:

1. Menurut Winslow (1920) seorang ahli kesehatan masyarakat mendefinisikan


kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat untuk: meningkatkan sanitasi lingkungan
mengendalikan infeksi menularpendidikan secara individual dalam hal hygiene
perorangan mengorganisasikan pelayanan medis dan perawatan untuk tercapainya
diagnosis dini dan terapi pencegahan terhadap penyakit. Pengembangan sosial kearah
adanya jaminan hidup yang layak dalam bidang kesehatan.
Dengan cara mengorganisasikan hal tersebut di atas, maka akan memungkinkan setiap
warga untuk menyadari dalam hidupnya di bidang kesehatan dan kehidupan.
Menyimak difinisi tersebut di atas, maka terlihat bahwa ternyata Ilmu Kesehatan
Masyarakat itu menyangkut sebuah kompleksitas yang amat dalam sekali, namun
sebenarnya tidak tidak mudah bagi seseorang untuk memahami Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
Berdasarkan definisi IKM menurut Winslow dapat disimpulkan bahwa kesehatan
masyarakat mempunyai dua aspek teoritis (ilmu atau akademik) dan praktis
(aplikatif). Kedua aspek ini masing-masing mempunyai peran dalam kesehatan
masyarakat. Dari aspek teoritis kesehatan masyarakat perlu didasari dan didukung
dengan hasil-hasil penelitian. Artinya dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masyarakat (aplikasi) harus didasarkan pada temuan-temuan (evident based) hasil
kajian ilmiah (penelitian). Sebaliknya kesehatan masyarakat juga harus terapan
(applied) artinya hasil-hasil studi kesehatan masyarakat harus mempunyai manfaat
bagi pengembangan program.
2. Menurut Prayitno (1994) dalam pandangan yang sempit mungkin dapat dikatakan
bahwa Ilmu Kesehatan Masyarakat itu adalah ilmu yang mempelajari sehat dan sakit
saja, dan dalam arti yang luas ternyata Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu yang
lebih menitikberatkan penanganan kasus-kasus pada upaya-upaya pencegahan, bukan
pada upaya kuratif, sebab dalam IKM dikenal adanya 5 tahap pencegahan (The Five
Level of Prevention) yang terdiri atas :
a. Upaya Promotive (meningkatkan pemahaman kesehatan)

108
b. Upaya Preventive (miningkatkat upaya pencegahan penyakit)
c. Upaya Protective (meningkatkan perlindungan terhadap penyakit)
d. Upaya Curative (upaya penyembuhan terhadap penyakit)
e. Upaya Rehabilitative (upaya pemulihan)
Dengan demikian bila menyimak 5 tahap tersebut di atas, maka terlihat bahwa sebenarnya
yang diutamakan adalah upaya-upaya non kuratif atau upaya non medik, sebagai contoh
adalah upaya promotif yang secara nyata lebih mudah, lebih murah dan dapat dilakukan oleh
siapa saja, artinya tidak memerlukan dokter.

Kedua, upaya preventif atau upaya pencegahan, sebagai contoh adalah anjuran mencuci
tangan sebelum makan, anjuran mandi 2 kali sehari, anjuran mengurangi konsumsi kolesterol
pada penderita Hiperkolesterol, dan sebagainya, maka terlihat adanya perbedaan yang nyata
antara upaya promotif dan preventif.

Ketiga, upaya protektif, adalah upaya perlindungan terhadap risiko yang mengancam
status kesehatan, diantaranya adalah pemakaian sabuk pengaman, masker, baju kerja, celana
kerja, helm atau topi kerja, dan sejenisnya.

Keempat, Curative atau kuratif atau upaya pengobatan. Sebenarnya terkait dalam hal-hal
ini adalah istilah Early Detection and Prompt Treatment yaitu deteksi dini terhadap adanya
penyakit dan adanya penanganan atau pengobatan yang setepat-tepatnya. Dengan demikian
dalam hal ini yang diharapkan adalah perlunya monitoring terhadap pekerja atau penduduk
atau calon penderita yang dilakukan jauh sebelum yang bersangkutan menderita sakit secara
klinis, sehingga penanganan terhadap penyakit yang disandangnya itu tidak perlu diberikan
saat penderita telah parah penderitaannya.

Kelima, Rehabilitative atau rehabilitatif atau upaya pemulihan adalah upaya tertentu yang
dilakukan agar penderita dimungkinkan meng-alami tahap kembali seperti semula sebelum
menderita penyakit dan dimungkinkan untuk dikembalikan ketengah-tengah masyarakat lagi,
contoh untuk tahap rehabilitasi adalah :

1) Lembaga Pemasyarakatan (Pembinaan Khusus untuk Narapidana)


2) Lokalisasi Wanita Tuna Susila (Pembinaan Khusus untuk Wanita dengan Risiko
Penyakit Menular Seksual)
3) Pembinaan ODHA (Pembinaan Khusus untuk Orang Dengan HIV/AIDS)

109
TINJAUAN TENTANG PUSKESMAS

A. Pengertian Puskesmas
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/SK/II/2004, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya
kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal
3. Pertanggung jawaban Penyelenggaraan Penanggungjawab utama penyelenggaraan
seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas
Kesehatan kabupaten/kota, sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
Kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara
operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Menurut Azwar (2010), Puskesmas merupakan suatu unit pelaksana fungsional yang
berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah
tertentu.

B. Visi dan Misi Puskesmas

110
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan sehat
adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup di dalam lingkungan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat, yaitu:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu 4.Derajat kesehatan penduduk kecamatan
(Depkes RI, 2004).
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional, yaitu :
1. Menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat
bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu,
pemerataan dan keterjangkauanpelayanan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas.
4. Memelihara dan meningkatkan
kesehatan per orangan, keluarga, dan masyarakat, serta lingkungannya (Depkes RI,
2004).
C. Fungsi Puskesmas
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/SK/II/2004, ada 3 fungsi Puskesmas yaitu:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping
itu, Pukesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan
kesehatan, upaya yang dilakukanPuskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.

111
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga
dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu danberkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab Puskesmas meliputi pelayanan kesehatan
perorangan berupa rawat jalan dan rawat inap; dan pelayanan kesehatan masyarakat
berupa promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
D. Upaya Puskesmas
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/SK/II/2004, untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui
Puskesmas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia sehat, Puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi
dua, yakni :
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
2. Penilaian Mutu Pelayanan Kehamilan
Menurut Depkes RI (2007), untuk menilai mutu pelaksanaan pelayanan antenatal dapat
dilakukan dengan pendekatan terhadap evaluasi komponen mutu pelayanan kesehatan,
yang meliputi:

112
a. Input (masukan) yang terdiri-
dari : pengetahuan petugas tentang pelaksanaan pelayanan antenatal, kelengkapan
sarana pelayanan antenatal
b. Proses, adalah penatalaksanaan
pelayanan antenatal, yang terdiri-dari, anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosa,
terapi, konseling
c. Out put (keluaran) adalah
pengetahuan pasien tentang antenatal. Untuk mengetahui apakah pelayanan
antenatal telah dilakukan sesuai standard yang telah ditetapkan, perlu dinilai
pelayanan antenatal yang telah dilakukan. Disini yang dinilai adalah tingkat
kepatuhan petugas terhadap standard yang telah ditetapkan dalam memberikan
pelayanan antenatal, yang disebut dengan "Metoda Analisis Sistem", kegiatan yang
dilakukan adalah : melakukan observasi pelayanan antenatal dibanding dengan
daftar tilik (check list) di bandingkan dengan standar pelayanan yang telah baku
(Depkes RI, 2007). -Pelayanan KBPembantu,-Staf unit KIA-KB-Staf pelaksana
KIA-KB-Membantu bidan dalam bidan (PK-E)kunjungan rumah-Pelayanan
antenatal
Menurut M. Fais Satrianegara –Sitti Saleha dalam Organisasi dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan (2009), standar pelayanan antenatal terdiri
atas 6 standar, yaitu :
1. Identifikasi ibu hamil, bidan melakukan kunjungan rumah dan
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan
dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar menolong ibu untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. Dengan syarat :
1. Bidan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk
menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah
memeriksakan kehamilannya secara dini dan teratur.
2. Bidan harus memahami tujuan pelayanan antenatal dan alasan
ibu tidak memeriksakan kehamilannya secara dini, tanda dan gejala
kehamilan, serta keterampilan berkomunikasi secara efektif.
3. Bahan penyuluhan kesehatan yang tersedia dan sudah siap
digunakan oleh bidan
2. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal, yakni memberikan pelayanan
antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan. Dengan syarat :

113
1. Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas,
termasuk penggunaa KMS Ibu Hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan
kehamilan (Kartu Ibu)
2. Alat untuk pelayanan antenatal tersedia dalam keadaam baik
dan berfungsi, antara lain : stetoskop, tensimeter, meteran kain, timbangan,
pengukur lingkar lengan atas, dan stetoskop janin.
3. Tersedia obat dan bahan lain, misalnya : vaksin TT; tablet besi,
asam folat, dan obat anti malaria (pada daerah endemis malaria); serta alat
pengukur Hb Sahli.
4. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA dan Kartu Ibu.
5. Terdapat system rujukan yang berfungsi dengan baik, ibu hamil
risiko tinggi atau mengalami komplikasi dirujuk agar mendapatkan
pertolongan yang memadai.
3. Palpasi Abdominal, yakni bidan melakukan pemeriksaan abdominal
secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan;
serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin
dan masukanya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan
serta melakukan rujukan tepat waktu. Dengan prasyarat :
1. Bidan telah dididik dengan prosedur palpasi abdominal yang
benar.
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam
kondisi baik.
3. Tersedia tempat pemeriksaanyang tertutup dan dapat diterima
masyarakat.
4. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu untuk
pencatatan.
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang
memerlukan rujukan.
4. Pengelolaan anemia pada kehamilan, bidan melakukan yindakan
pencegahan,penemuan, penanganan, dan atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan prasyarat :
1. Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan
2. Bidan mampu mengenali dan mengelola anemia pada
kehamilan dan memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia.

114
3. Alat untuk mengukur kadar Hb yang berfungsi baik.
4. Tersedia tablet zat besi dan asam folate.Obat anti malaria
(didaerah endemis malaria)Obat cacingg.
5. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu.
5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan, mengenali dan
menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang
diperlukan. Dengan syarat :
1. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur,
pengukuran tekanan darah
2. Bidan mampu mengukur tekanan darah dengan benar,
mengenali tanda-tanda pre-eklampsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan
dan melakukan tindakan lanjut sesuai dengan ketentuan.
3. Tersedianya tensimeter air raksa dan stetoskop berfungsi
dengan baik.
4. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu
5. Alat pemeriksaan protein urine
6. Persiapan persalinan., untuk memastikan bahwa persalinan
direncanakan dalam lingkungan yang aman dan menandai dengan pertolongan
bidan terampil. Dengan syarat :
1. Semua ibu harus melakukan dua kali kunjungan antenatal pada
trisemseter terkahir kehamilannya.
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang
indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung dirumah sakit.
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan
persalinan yang aman dan bersih.
4. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antennal
tersedia dan dalam keadaan berfungsi, termasuk air mengalir, sabun, handuk
bersih untuk mengeringkan tangan, bebrapa pasang sarung tangan bersih dan
DTT/steril, fetoskop/Doppler, pita pengukur yang bersih, stetoskop dan
tensimeter.
5. Perlengkapan penting yang diperlukan untuk melakukan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan
desinfeksi tingkat tinggi (termasuk partus set DTT/steril, sarung tangan
DTT/steril, dan peralatan yang memadai untuk merawatbayi baru lahir).

115
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan
cepat jika terjadi kegawatdaruratan ibu dan janin.
7. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu dan
partograf.
8. Sistem rujukan yang efektif yntuk ibu hamil yang mengalami
komplikasi selama kehamilan

EVALUASI

1. Suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan social
adalah definisi sehat menurut….
a. WHO
b. UU No.9 Tahun 1960
c. UU No. 23 Tahun 1992
d. Departemen kesehatan
e. Health or All by the year 2000
2. keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta
bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan adalah definisi sehat
menurut
a. WHO
b. UU No.9 Tahun 1960
c. UU No. 23 Tahun 1992
d. Departemen kesehatan
e. Health or All by the year 2000
3. kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik(badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi
adalah definisi menurut….
a. WHO
b. UU No.9 Tahun 1960
c. UU No. 23 Tahun 1992
d. Departemen kesehatan

116
e. Health or All by the year 2000
4. kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-
masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain, kecuali….

a. Kesehatan mental
b. Kesehatan emosional
c. Kesehatan spiritual
d. Kesehatan jiwa
e. Kesehatan fisik
5. Terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi
normal atau tidak mengalami gangguan adalah perwujudan aspek kesehatan….
a. Kesehatan mental
b. Kesehatan emosional
c. Kesehatan spiritual
d. Kesehatan jiwa
e. Kesehatan fisik

117
118
GBMK

MATA KULIAH : Pengelolaan Pelayanan KIA


KODE MK : Mulok 2
BEBAN STUDI : 4 SKS. (1T,1P,1K)
PENEMPATAN : Semester VI

Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah dasar kesehatan dalam rangka mengenalkan mahasiswa tentang pengelolaan pelayanan kesehatan
di Indonesia, terutama pada program kesehatan ibu dan anak. Selain itu dijelaskan pula dasar-dasar manajemen pengaturan suatu organisasi di
bidang kesehatan khususnya kebidanan dalam rangka menjalankan suatu program dalam mencapai tujuan dari organisasi kesehatan dan tujuan
pembangunan kesehatan.

Standar Kompetensi

Mahasiswa diharapkan mampu menjadi seorang manajer suatu organisasi kesehatan terutama di institusi penyedia layanan Kesehatan Ibu
dan Anak baik tingkat primer, sekunder maupun tersier dalam rangka menjalankan program-program kesehatan nasional, sehingga terwujud
kondisi kesehatan Ibu dan anak serta masyarakat yang sebaik-baiknya. Pada Akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kebidanan


2. Menjelaskan kembali fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan kesehatan ibu dan anak

119
4. Pemantauan Wilayah Setempat dalam Pelayaan Kesehatan Ibu dan Anak
5. Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
6. Menganalisis ketercapaian layanan kesehatan ibu dan anak.

BAHAN KAJIAN
1. Fungsi-fungsi organisasi dalam bidang kesehatan
2. Fungsi-fungsi manajemen di bidang kesehatan
3. Perbedaan mendasar organisasi dan manajemen kesehatan di negara maju dan sedang berkembang
4. Prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam setting pelayanan kesehatan
5. Masalah ekuitas dalam pelayanan kesehatan di Indonesia
6. Issue-issue terkait kegiatan praktisi kesehatan masyarakat.

METODE PEMBELAJARAN
Menggunakan Diskusi, Role Play, Studi Kasus.

PENILAIAN
penilaian dapat dilakukan dalam bentuk kuis, penugasan, ujian tulis dan penilain penampilan praktik.

120
PRODI D.IV KEBIDANAN| 121

(1) (2) (3) POKOK BAHASAN/ SUB (4) (5) (6)


MI KEMAMPUAN BAHAN KAJIAN POKOK BAHASAN BENTUK KRITERIA BOBOT
NG AKHIR YANG PEMBELA PENILAIAN NILAI
GU DIHARAPKAN JARAN (INDIKATOR) (%)
KE (CP) (atribut)

1– Memahami dan konsep tentang 1. Pengertian manajemen Diskusi Mampu memahami 1/14
2 memiliki konsep manajemen dan 2. Unsur dasar manajemen Role play dan memiliki konsep Pertemua
tentang manajemen fungsi manajemen 3. Pola umum manajemen
Studi kasus tentang manajemen n
4. Proses manajemen
dan fungsi dan fungsi
5. Fungsi-fungsi manajemen
manajemen manajemen

3– Memahami konsep konsep organisasi 1. Fungsi organisasi Diskusi Mampu memahami 2/14
4 organisasi kesehatan kesehatan 2. Prinsip-prinsip organisasi Role play konsep organisasi Pertemua
3. Struktur organisasi kesehatan n
kesehatan (pusat dan Studi kasus
daerah)
4. Jenis organisasi
5. Model Organisasi

5 Memahami konsep konsep organisasi 1. Organisasi Kesehatan di Diskusi Mampu memahami 1/14
organisasi dalam dalam sistem Indonesia Role play konsep organisasi Pertemua
sistem kesehatan kesehatan nasional 2. Sistem Kesehatan di dalam sistem n
Indonesia Studi kasus
nasional

Pelayanan Pengelolaan KIA


PRODI D.IV KEBIDANAN| 122

kesehatan nasional

6 Mahasiswa dapat konsep tentang 1. P Diskusi Mampu memahami 1/14


memahami dan fungsi manajemen erencanaan (Planning) Role play dan memiliki konsep Pertemua
memiliki konsep (Perencanaan, 2. P tentang fungsi n
Pengorganisasian, roses Pengorganisasian Studi kasus
tentang fungsi manajemen
Pelaksanaan,Pengawa (Organizing)
manajemen san) 3. P (Perencanaan,
(Perencanaan, enggerakan dan Pengorganisasian,
Pengorganisasian, pelaksanaan (Actuating) Pelaksanaan,
Pelaksanaan, 4. P Pengawasan)
Pengawasan) engawasan (Controlling)

7 Memahami dan konsep tentang Sistem kesehatan di negara Diskusi Mampu memahami 1/14
memiliki konsep Sistem kesehatan maju dan sedang berkembang Role play dan memiliki konsep Pertemua
tentang Sistem Studi kasus tentang Sistem n
kesehatan kesehatan

UJIAN TENGAH SEMESTER

9 Memahami dan Konsep layanan Diskusi Mampu memahami 1/14


memiliki konsep kesehatan ibu dan Role play dan memiliki konsep Pertemua
layanan kesehatan anak Studi kasus layanan kesehatan n
ibu dan anak ibu dan anak

10 Memahami tentang konsep Ekuitas Ekuitas terhadap pelayanan Diskusi Mampu memahami 1/14
konsep Ekuitas terhadap pelayanan kesehatan Role play tentang konsep Pertemua

Pelayanan Pengelolaan KIA


PRODI D.IV KEBIDANAN| 123

terhadap pelayanan kesehatan Studi kasus Ekuitas terhadap n


kesehatan pelayanan kesehatan

11 Memahami dan konsep tentang 1. Manajemen Pelayanan Diskusi Mampu memahami 2/14
memiliki konsep menajemen pelayanan Kesehatan (Pusat-Daerah) Role play dan memiliki konsep Pertemua
tentang menajemen kesehatan 1. Manajemen Pelayanan tentang menajemen n
Kesehatan (Rumah Sakit) Studi kasus
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan

12 Memahami dan konsep tentang 1. Manajemen SDM Diskusi Mampu memahami 2/14
memiliki konsep Leadership in Health Kesehatan Role play dan memiliki konsep Pertemua
tentang Leadership Care 2. Analisis Jabatan tentang Leadership n
(Pekerjaan) Studi kasus
in Health Care in Health Care X 100%

13 Memahami konsep- konsep-konsep 1. Rekrutmen dan seleksi Diskusi Mampu memahami 1/14
konsep menajemen menajemen SDM 2. Performance Apprasial Role play konsep-konsep Pertemua
SDM kesehatan kesehatan 3. Pengembangan Karier menajemen SDM n
4. Pelatihan (Diklat) Studi kasus
kesehatan
5. Perilaku Organisasi
6. Konflik dan Dinamika
Kelompok

Pelayanan Pengelolaan KIA


PRODI D.IV KEBIDANAN| 124

Memahami Issues Issues terkait praktisi praktisi kesehatan masyarakat Diskusi Mampu memahami 1/14
terkait praktisi kesehatan masyarakat (Puskesmas/RS/Dinas) Role play Issues terkait praktisi Pertemua
14 kesehatan (Puskesmas/RS/Dinas kesehatan n
Studi kasus
masyarakat ) masyarakat
(Puskesmas/RS/Dina (Puskesmas/RS/Dina
s) s)

UJIAN SEMESTER

Pelayanan Pengelolaan KIA


PRODI D.IV KEBIDANAN| 125

Pelayanan Pengelolaan KIA


PRODI D.IV KEBIDANAN| 126

Pelayanan Pengelolaan KIA


PRODI D.IV KEBIDANAN| 127

Pelayanan Pengelolaan KIA


PRODI D.IV KEBIDANAN| 128

Pelayanan Pengelolaan KIA


PRODI D.IV KEBIDANAN| 129

Pelayanan Pengelolaan KIA


PRODI D.IV KEBIDANAN| 130

Pelayanan Pengelolaan KIA


PRODI D.IV KEBIDANAN| 131

Pelayanan Pengelolaan KIA


PRODI D.IV KEBIDANAN| 132

Pelayanan Pengelolaan KIA


Pelayanan Pengelolaan KIA

Anda mungkin juga menyukai