Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ISYARAT-ISYARAT MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM Al-QUR'AN


DAN HADITS

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Manajemen Pendidikan”

Dosen Pengampu:

Prof Dr. H. Agus Zaenul Fitri, M. Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Anggunia Maria Ulfa (1860201231064)


2. Ata Faiza (1860201231071)
3. Aina Nur Rohmah (1860201232128)
4. Mohamad Farhan Khoirurrizky (1860201232149)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Isyarat-
isyarat Manajemen Pendidikan dalam Al-Qur’an dan Hadits” tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafaatnya kelak. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. selaku rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami
semua untuk menimba ilmu di UIN Sayyid Ali Rahmatullah.
2. Bapak Prof Dr. H. Agus Zaenul Fitri, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Pendidikan yang telah memberikan kami tugas pembuatan makalah serta
bersedia membimbing kami.
3. Teman-teman kelompok 3 yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini tentunya tidak sempurna, maka
dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu untuk
menambah pengetahuan maupun wawasan para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tulungagung, 22 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

A. PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

1. Latar Belakang .............................................................................................................1

2. Rumusan Masalah ........................................................................................................1

3. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2

B. PEMBAHASAN ............................................................................................................3

1. Pengertian Manajemen Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits .................3

2. Isyarat Manajemen Mutu Pendidikan dalam Al-Qur’an ................................................6

3. Isyarat Manajemen Mutu Pendidikan dalam Al-Hadits ............................................... 10

C. PENUTUP.................................................................................................................... 15

1. Kesimpulan................................................................................................................ 15

2. Saran ......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................16

ii
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Al-Qur’an dan Hadis diyakini mengandung prinsip dasar menyangkut


segala aspek kehidupan manusia. Penafsiran atas Al-Qur’an dan Hadis perlu
senantiasa dilakukan, sebab pada satu sisi wahyu dan kenabian telah berakhir,
sedangkan pada sisi yang lain kondisi zaman selalu berubah seiring dengan
perkembangan pemikiran manusia. Dimana dalam berinteraksi antar individu
hingga yang lebih luas mustahil tanpa adanya kiat-kiat ataupun manajemen. Sudah
menjadi kepastian, bahwa Al-Qur’an dan Hadis menjadi referensi dan pandangan
hidup dalam aspek kehidupan umat Islam seperti manajemen.
Pendidikan dalam Islam juga harus dikelola dengan sebaik-baiknya, yakni
dengan manajemen pendidikan yang merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas kehidupan umat dari keterbelakangan baik secara moral,
materi, dan spiritual. Dalam Islam manajemen adalah suatu hal yang penting, Ali
bin Abi Thalib berkata “Kebenaran yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh
kebatilan yang terorganisasi”.
Proses manajemen juga telah dicontohkan di dalam Al-Qur’an dan
diaplikasikan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. memang, Al-Qur’an dan
Hadis Nabi tidak menyebutkan hal-hal yang berhubungan dengan manajemen
secara rinci. Tetapi manajemen yang baru-baru ini menjadi disiplin ilmu, pokok-
pokoknya telah tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi seperti perencanaan
maupun pola kepemimpinan yang berkaitan dengan kehidupan organisasi,
pelaksanaan dan evaluasi.

2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari manajemen pendidikan dalam perspektif Al-Qur'an dan


Hadits?
b. Bagaimana isyarat manajemen mutu pendidikan dalam Al-Qur’an?
c. Bagaimana isyarat manajemen mutu pendidikan dalam Al-Hadits?

1
3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui manajemen pendidikan dalam perspektif Al-Qur'an dan


Hadits.
b. Untuk mengetahui isyarat manajemen mutu pendidikan dalam Al-Qur'an.
c. Untuk mengetahui isyarat manajemen mutu pendidikan dalam Al-Hadits.

2
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Manajemen Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Hadits

Pada dasarnya, istilah manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu to


manage yang artinya mengatur, mengelola, mengurus, melaksanakan, dan
memperlakukan. Selain itu, manajemen dalam bahasa Indonesia dapat diartikan
dengan mengendalikan, mengelola atau menangani. 1 Dan secara istilah, manajemen
pendidikan adalah kegiatan atau aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah proses
dalam mengelola upaya kerjasama pada sehimpunan orang yang terkumpul dalam
organisasi pendidikan untuk meraih harapan pendidikan yang telah direncanakan
sebelumnya supaya berjalan secara efektif dan efisien. 2

Adapun definisi yang dinyatakan oleh Mujamil Qomar mengenai


manajemen pendidikan Islam merupakan kegiatan mengelola suatu lembaga
pendidikan Islam dengan cara syariat Islami serta mengupayakan segala sesuatu
yang terkait dalam pendidikan dan pembelajaran, agar tercapai tujuan pendidikan
Islam yang efektif dan efisien. 3 Oleh karena itu, manajemen sering ditafsirkan
sebagai sebuah tata kelola yang di dalamnya terdapat perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian sebagai usaha dalam organisasi supaya tujuan yang
diharapkan organisasi tersebut terealisasi.

Definisi yang serupa dengan hakikat manajemen menurut Ramayulis adalah


‫( التدبر‬pengaturan). Kata tersebut berasal dari kata ‫( دبر‬mengatur) yang banyak
ditemui dalam Al-Qur’an, contohnya dalam firman Allah SWT. :

َ‫سنَ ٍة ِّم َّما تَعُد اُّون‬ َ ‫ار ٓٗه ا َ ال‬


َ ‫ف‬ ُ َ‫ي يَ او ٍم كَانَ ِّم اقد‬ ِّ ‫س َم ۤا ِّء اِّلَى ااْلَ ار‬
‫ض ث ُ َّم يَ اع ُر ُج اِّلَ اي ِّه فِّ ا‬ َّ ‫يُدَبِّ ُر ااْلَ ام َر ِّمنَ ال‬

Artinya: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu.” (QS. As-Sajdah: 05).

Intisari dari ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT. Adalah pengelola
alam semesta (manager). Dimana alam semesta yang beraturan ini adalah bukti

1
Yayat M. Herujito. Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Grasindo. 2001).
2
Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi, dan Aplikasi, (Yogyakarta: Teras. 2009), h. 13.
3
Mujamil Qomar. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Islam, (Jakarta: Erlangga.
2007), h. 10.

3
kekuasaan Allah swt dalam mengatur alam ini. Sehubungan dengan penciptaan
manusia di atas muka bumi ini sebagai ‘khalifah fil ardi’, maka dia harus bisa me-
manage bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini. 4

Perspektif Al-Qur’an dalam Islam adalah landasan paling dasar, begitu juga
dalam manajemen pendidikan Islam. Tidak sedikit ayat-ayat dalam Al-Qur’an
yang dapat dijadikan sebagai landasan oleh manajemen pendidikan Islam,
diantaranya firman sebagai berikut:

ِ ‫ط ۤا ِٕىفَة ِليَتَفَقَّ ُه ْوا فِى‬


‫الدي ِْن َو ِليُ ْنذ ُِر ْوا‬ َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُ ْونَ ِليَ ْن ِف ُر ْوا َك ۤافَّة فَلَ ْو َل نَفَ َر ِم ْن كُ ِل فِ ْرقَة ِمنْ ُه ْم‬
َ‫قَ ْو َم ُه ْم اِذَا َر َجعُ ْْٓوا اِلَ ْي ِه ْم لَعَلَّ ُه ْم يَحْ ذَ ُر ْون‬

Artinya: “Dan tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At-
Taubah: 122).

َ‫ّٰللا َخبِّي ٌار ۢبِّ َما ت َ اع َملُ اون‬ َ ‫ت ِّلغَ ٍٍۚد َواتَّقُوا ه‬
َ ‫ّٰللا ۗا َِّّن ه‬ ٌ ‫ظ ار نَ اف‬
‫س َّما قَدَّ َم ا‬ َ ‫ٰيٓٗاَيُّ َها الَّ ِّذيانَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا ه‬
ُ ‫ّٰللا َو الت َ ان‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr: 18).

ِّ ‫) َكب َُر َم اقتًا ِّع اندَ ه‬٢( َ‫ٰيٓٗاَيُّ َها الَّ ِّذيانَ ٰا َمنُ اوا ِّل َم تَقُ اولُ اونَ َما َْل ت َ افعَلُ اون‬
)٣( َ‫ّٰللا ا َ ان تَقُ اولُ اوا َما َْل ت َ افعَلُ اون‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan


sesuatu yang tidak kamu kerjakan ? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (Q.S. Al
Shaaf: 2-3).

Dari ayat-ayat diatas dijelaskan pada ayat pertama mengenai perencanaan


dan prinsip-prinsip organisasi, kemudian yang kedua menjelaskan mengenai
amanah. Dengan demikian, ayat-ayat tersebut menegaskan mengenai pentingnya

4
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia. 2008), h. 371.

4
sebuah manajemen dalam Islam, yang disebut dengan manajemen pendidikan
Islam.

Adapun sumber ataupun dasar ajaran Islam kedua sesudah Al-Qur’an yaitu
Al-Hadits, dimana Hadits juga menjadi dasar dan sumber dalam manajemen
pendidikan Islam dikarenakan Hadits merupakan penjelas dari Al-Qur’an. Selain
itu, Nabi merupakan seorang pendidik dan beliau sangat mendukung pendidikan
serta memotivasi umatnya supaya aktif dan berkiprah dalam pendidikan begitu
juga dalam pembelajaran. Dalam hadis nabi telah ditegaskan:

ِّ ‫ّٰللاُ يَ او َم اال ِّقيَا َم ِّة بِّ ِّل َج ٍام ِّم ان ال َّن‬


‫ار‬ َّ ُ‫َم ان َكت ََم ِّع ال ًما أ َ ال َج َمه‬

“Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, maka Allah akan bungkam


mulutnya pada hari kiamat dengan penutup mulut dari api neraka.” (H.R. Ibnu
Majah)

Nabi juga menegaskan di dalam hadis lainnya,

َ‫عة‬ َّ ‫غي ِّار أ َ اه ِّل ِّه فَا انت َِّظ ار ال‬


َ ‫سا‬ َ ‫إِّذَا ُو ِّسدَ ااْل َ ام ُر إِّلَى‬

“Apabila suatu urusan diserahkan pada bukan ahlinya, maka tunggu saat
kehancurannya” (H.R. Al-Bukhari).

Berdasarkan hadits di atas mempertegas apabila peran-peran penting di tengah


masyarakat diberikan pada sosok yang tidak memiliki kompetensi dan keahlian
dalam memimpin, mengelola dan mengurus maka kehancuran pun akan datang.
Sehingga makna manajemen dalam Al-Qur’an mendefinisikannya sebagai
Ri’ayah, yaitu proses pengarahan perkembangan hidup manusia pada aspek akal,
sikap, jasmani, bahasa, dan interaksi sosial serta kehidupan beragama yang dititik
beratkan pada hal kebaikan dengan tujuan kesempurnaan. 5

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen


pendidikan Islam merupakan aktivitas dalam memanfaatkan segala sumber daya
yang terdapat pada diri umat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya yang
dilakukan dengan cara bekerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan

5
Mohal Roqib. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif, di Sekolah, Keluarga dan
Masyarakat, (Yogyakarta: LkiS. 2009), h. 17.

5
produktif agar tercapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun
kesejahteraan di akhirat.

2. Isyarat Manajemen Mutu Pendidikan dalam Al-Qur’an

Mutu merupakan realisasi dari ajaran ihsan, yakni berbuat baik kepada
semua pihak disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepada manusia
dengan aneka nikmat-Nya, dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk
apapun. Ihsan berasal dari kata husn, yang artinya menunjuk pada kualitas
sesuatu yang baik dan indah. Husn dalam pengertian umum bermakna setiap
kualitas yang positif (kebajikan, kejujuran, indah, ramah, menyenangkan,
selaras, dll). 6
Dalam terminologi ilmu tasawuf, ihsan berarti seseorang
menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu
membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut mambayangkan bahwa
sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. Jadi ihsan menunjukkan satu kondisi
kejiwaan manusia, berupa penghayatan bahwa dirinya senantiasa diawasi oleh
Allah. Perasaan ini akan melahirkan sikap hati-hati waspada dan terkendalinya
suasana jiwa. Pada prinsipnya ihsan adalah kualitas beragamanya seorang
muslim.

Kata husn sering disamakan dengan kata khayr. Namun perlu diketahui
bahwa husn adalah kebaikan yang tidak dapat dilepaskan dari keindahan dan
sifat sifat yang memikat, sementara itu khayr merupakan suatu kebaikan
yang memberikan kegunaan konkrit, sekalipun sesuatu tersebut tidak indah dan
tidak bersifat memikat.7 Jadi bisa dikatakan bahwa husn lebih dari sekedar khair
(baik). Dalam al-Qur’an surah al-Qashash/28: 77.

‫ّٰللاُ اِّلَياكَ َو َْل تَب ِّاغ‬ َ ‫َص ايبَكَ ِّمنَ الدُّ انيَا َواَحا س اِّن َك َما ٓٗ اَحا‬
‫سنَ ه‬ ِّ ‫س ن‬ ٰ ‫َّار ا‬
َ ‫اْل ِّخ َرة َ َو َْل ت َ ان‬ ‫َوا ابت َِّغ فِّ اي َما ٓٗ ٰا ٰتىكَ ه‬
َ ‫ّٰللاُ الد‬
َ‫ّٰللا َْل ي ُِّحبُّ اال ُم اف ِّس ِّديان‬
َ ‫ض ۗا َِّّن ه‬ َ ‫سادَ فِّى ا‬
ِّ ‫اْل ار‬ َ َ‫االف‬

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu

6
Sachiko Murata dan William C.Chittick, Trilogi Islam: Islam, Iman, dan Ihsan, terjemah :Ghufron A,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 294.
7
Ibid., 294

6
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al-Qasas:77).8

Maka dari itu, dalam konteks manajemen peningkatan mutu


pendidikan Islam, sesuatu dikatakan bermutu jika memberikan kebaikan,
baik kepada dirinya sendiri (lembaga pendidikan itu sendiri), kepada
orang lain (stakeholder dan pelanggan). Maksud dari memberikan kebaikan
tersebut adalah mampu memuaskan pelanggan. Proses yang bermutu ini dimulai
dengan pemahaman bahwa untuk melakukan sesuatu yang berkualitas
tersebut tidak boleh dilakukan dengan santai, dan harus dengan sungguh-
sungguh. Seorang praktisi pendidikan,tidak boleh bekerja dengan seenaknya dan
acuh tak acuh, sebab akan berarti merendahkan makna demi ridha Allah atau
merendahkan Allah. 9

Seseorang harus mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan


teliti (itqan), tidak separuh hati atau setengah-setengah, sehingga rapi, indah, tertib,
dan bersesuaian antara satu dengan lainnya. Hal tersebut dijelaskan dalam surah an-
Naml/27: 88.

‫ي ٍۗء اِّنَّه َخ ِّبي ٌار ۢ ِّب َما‬


‫ش ا‬ ٗٓ‫ّٰللا الَّذ ا‬
َ ‫ِّي اَتاقَنَ كُ َّل‬ ِّ ‫ص ان َع ه‬ ِّ ۗ ‫س َحا‬
ُ ‫ب‬ َ ‫امدَة ً َّو ِّه‬
َّ ‫ي ت َ ُم ُّر َم َّر ال‬ َ ‫َوت ََرى اال ِّج َبا َل تَحا‬
ِّ ‫سبُ َها َج‬
َ‫ت َ اف َعلُ اون‬

Artinya: “Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di
tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah
yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa
yang kamu kerjakan.” (QS. An-Naml: 88).10

Proses yang bermutu dapat dilakukan jika anggota lembaga pendidikan


bekerja secara optimal, mempunyai komitmen dan istiqamah dalam
pekerjaannya. Tanpa adanya komitmen dan istiqomah dari para (pekerja), dalam
konteks lembaga pendidikan, civitas akademika, maka lembaga pendidikan
tersebut tidak mungkin dapat melakukan proses yang bermutu. Maka dari itu,
untuk melakukan proses yang bermutu juga dibutuhkan personalia yang
bermutu dan berdedikasi tinggi juga. Sehingga berbuat yang optimal atau berkualitas
8
Kojin Mashudi, Telaah Tafsir Al-Muyassar, (Malang: Intelejensi Manusia, 2018), 231.
9
Muhammad Fathurrohman, Manajemen Mutu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Alqur’an Dan Hadits, AL-
WIJDÁN Journal of Islamic Education Studies, Volume III, Nomor 2, November 2018, h. 198
10
Ibid., 357

7
itu harus dilakukan dalam semua jenjang, semua lini dalam lembaga pendidikan.
Apabila semua civitas akademika lembaga pendidikan mampu menyadari akan
hal tersebut, maka mutu lembaga pendidikan tersebut akan dapat tercipta.11 Untuk
dapat menghasilkan mutu yang baik dalam manajemen peningkatan mutu
pendidikan, maka lembaga pendidikan Islam harus melakukan kontrol dan
perencanaan yang bermutu.

Dalam Al-Qur’an terdapat penjelasan tentang pendidikan Islam mengenai


fungsi manajemen yang terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling
yang sesuai dengan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

a. Planning (perencanaan), Al-Qur’an telah menjelaskan dalam surat Al-Hasyr


ayat 18:

َ‫ّٰللا َخبِّي ٌار ۢبِّ َما ت َ اع َملُ اون‬ َ ‫ت ِّلغَ ٍٍۚد َواتَّقُوا ه‬
َ ‫ّٰللا ۗا َِّّن ه‬ ٌ ‫ظ ار نَ اف‬
‫س َّما قَدَّ َم ا‬ َ ‫ٰيٓٗاَيُّ َها الَّ ِّذيانَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا ه‬
ُ ‫ّٰللا َو الت َ ان‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).

Ayat di atas memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman


untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan kemudian hari.
Tentunya ketika menyusun rencananya tidak dilakukan hanya untuk mencapai
tujuan dunia semata, tetapi harus lebih jauh dari itu, yakni melampaui batas-
batas target kehidupan duniawi. 12 Oleh sebab itu, landasan teologis dalam
pendidikan Islam sebagai parameter dalam penentuan masa depan peserta didik
adalah mewujudkan spiritualitas yang akan menunjang kehidupan di akhirat
kelak.

Suatu contoh perencanaan yang gemilang dan terasa sampai saat ini
adalah peristiwa khalwat Rasulullah di gua Hira. Pada dasarnya, tujuan Rasul
berkhalwat dan bertafakkur dalam gua adalah untuk mengidentifikasi masalah
yang terjadi pada masyarakat saat itu. Selain itu, kegiatan khalwat dan tafakkur
juga mendatangkan ketenangan dalam diri, serta obat penawar hasrat hati yang

11
Muhammad Fathurrohman,Manajemen Mutu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Alqur’an Dan Hadits, AL-
WIJDÁN Journal of Islamic Education Studies, Volume III, Nomor 2, November 2018, h. 200
12
Ahmad Afan Zaini, “Urgensi Manajemen Pendidikan Islam”, Jurnal Ulumul Qura, Vol 5, No. 1, 2015, h. 33

8
ingin menyendiri, mencari jalan memenuhi kerinduan akan kebenaran yang
selalu makin besar, dan mencapai ma’rifat, serta mengetahui rahasia alam
semesta.13

b. Organizing (pengorganisasian), Al-Qur’an memaparkannya dalam surat Al-


Hajj ayat 77:
‫ٰ ٓٗيا َ ُّي َها الَّ ِّذيانَ ٰا َمنُوا ا‬
ٍۚ َ‫ار َكعُ اوا َوا اس ُجد اُوا َوا اعبُد اُوا َر َّبكُ ام َوا اف َعلُوا اال َخي َار لَ َعلَّكُ ام ت ُ اف ِّل ُح اون‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, rukuklah, sujudlah, dan sembahlah
Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
(QS. Al-Hajj: 77).

Dalam kaitannya dengan ini, Rasulullah saw. Telah mencontohkan


ketika memimpin peperangan Uhud. Saat itu pasukan Islam yang berhadapan
dengan pasukan kafir Quraisy didekat gunung Uhud, dimana Rasul mengatur
dan memberikan strategi peperangan dengan sempurna, yakni dalam hal terkait
penempatan pasukan.14

c. Actuating (pelaksanaan), Al-Qur’an mencerminkannya dalam surat Al-Kahfi


ayat 2:

‫سنًا‬ ً َ ‫ت ا َ َّن لَ ُه ام ا‬
َ ‫جارا َح‬ ‫ش ِّد ايدًا ِّم ان لَّد ُ انهُ َويُ َبش َِّر اال ُمؤا ِّم ِّن اينَ الَّ ِّذيانَ َي اع َمل ُ اونَ ال ه‬
ِّ ٰ‫ص ِّلح‬ ً ‫قَ ِّي ًما ِّليُ انذ َِّر َبأ ا‬
َ ‫سا‬
Artinya: “Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang
sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-
orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan
mendapat pembalasan yang baik.” (QS. Al-Kahfi: 2).

Contoh pelaksanaan dari fungsi ini terlihat dalam pribadi luhur diri
Rasulullah saw., dimana beliau adalah orang yang memerintahkan sesuatu
pekerjaan (amaliah), dan dirinya dianggap sebagai panutan tauladan bagi

13
M. Ma’ruf, “Konsep Manajemen Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an dan Hadis”, Didaktika Religia, Vol. 3,
No. 2, 2015, h. 24
14
Ibid., h. 27

9
umatnya. Rasulullah adalah Al-Qur’an yang hidup (the living Qur’an). 15
Dimana dalam dirinya tercermin semua ajaran Alquran yang menjadi realitas
kehidupan. Oleh karena itu, melalui tauladan dari pribadi Rasul, para sahabat
dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam.

d. Controlling (pengawasan), Al-Qur’an menjelaskannya dalam surat Asy-Syura


ayat 6:

‫علَ ْي ِه ْم‬ ٰ ‫علَ ْي ِه ْم ِب َو ِكيْل ۖ َوالَّ ِذيْنَ ات َّ َخذ ُ ْوا ِم ْن د ُْونِ ْٓه ا َ ْو ِليَ ۤا َء‬
َ ‫ّللاُ َح ِفيْظ‬ َ َ‫َو َما ْٓ ا َ ْنت‬
Artinya: “Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain
Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad)
bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.” (QS. al-Syura/42: 6).

Dalam hal ini, pengawasan bersumber langsung dari Allah swt. Adanya
penghayatan akan pengawasan ini akan memunculkan inner dicipline (tertib
diri dari dalam). 16 Oleh karena itu, implementasi nyata dalam pengawasan atas
dasar Al-Qur’an memberikan nuansa teologis bahwa sesungguhnya Allah swt.
sebagai pengawas mutlak. Sedangkan, manusia hanya sebagai pengawas
pengganti.

3. Isyarat Manajemen Mutu Pendidikan dalam Al-Hadits

Mutu atau Quality sesungguhnya merupakan sebuah konsep yang


kontradiktif sebab disatu sisi mutu dapat diartikan sebagai konsep yang absolute
dan disisi lain juga dapat diartikan sebagai konsep relative. Sebagai konsep yang
absolute, mutu dipahami sebagai dasar penilaian untuk kebaikan dan kebenaran
yang memungkinkan standar tinggi yang tidak dapat diungguli. Sebagai konsep
dasarnya, mutu adalah segala sesuatu yang dapat diperbaiki.

Manajemen mutu dalam konteks pendidikan dapat diartikan sebuah cara


atau metode meningkatkan performansi secara terus menerus pada hasil atau proses
disebuah lembaga pendidikan dengan mendayagunakan semua sumber daya
manusia dan modal yang tersedia. Oleh karena itu, untuk melakukan bagaimana
15
M. Ma’ruf, “Konsep Manajemen Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an dan Hadis”, Didaktika Religia, Vol. 3,
No. 2, 2015, h. 29
16
Ibid., h. 29

10
kualitas mutu pendidikan yang diharapkan dapat mencapai hasil maksimal dari
hasil pembelajaran, maka secara sederhana memerlukan tentang manajemen
perencanaan mutu dan kebijakan mutu dalam suatu lemabaga pendidikan untuk
menghasilkan pendidikan yang sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional.

Disisi lain, menurut Al-Qur`an dan Al-Hadis manajemen pendidikan


merupakan suatu cara dalam mengelola pendidikan yang dilaksanakan melalui
perencanaan, keterbukaan, terarah, pemberdayaan, serta menitikberatkan pada
proses dan hasil yang berorientasi pada kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan
di akhirat.17

Dalam landasan keilmuan Islam perlu digali pemahaman Al-Qur’an dan


Hadits tentang nilai-nilai tuntunan dan infrastruktur sebagai landasan teologis dan
landasan konsep pendidikan Islam. Dimana kedua sumber ini saling menjelaskan
atau bernegosiasi dan tidak bertentangan dengan hakikat kebenaran dengan ilmu
yang berbeda, sebagaimana contoh hadits mengenai manajemen mutu pendidikan
sebagai berikut.

a. Hadits diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Sahih Bukhari No. 3304;

ُ‫الرحا َم ِّن أَنَّه‬


َّ ‫ع اب ِّد‬ َ ‫ع ان أ َ ِّبي‬
َ ‫سلَ َمةَ ب ِّان‬ َ ِّ ‫س ِّعي ٍد اال َم اقب ُِّري‬
َ ‫ع ان‬ َ َ‫ّٰللا بانُ َم اسلَ َمة‬
َ ٍ‫ع ان َمالِّك‬ َ ‫َحدَّثَنَا‬
ِّ َّ ُ ‫ع ابد‬
َ ‫س َّل َم فِّي َر َم‬
َ‫ضان‬ َ ُ‫ص َّلى هللا‬
َ ‫ع َل اي ِّه َو‬ َ ‫ّٰللا‬ِّ َّ ‫ص ََلة ُ َرسُو ِّل‬ َ ‫َت‬ َ ‫ع ان َها َكي‬
‫اف َكان ا‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ض‬ِّ ‫شةَ َر‬ َ ِّ‫عائ‬َ ‫سأ َ َل‬َ
ٍ ‫ص ِّلي أَ ار َب َع َر َك َعا‬
‫ت‬ َ ُ‫ع اش َرة َ َر اك َعةً ي‬ َ ‫علَى ِّإحا دَى‬ َ ‫غي ِّار ِّه‬ َ ‫ضانَ َو َْل فِّي‬ َ ‫ت َما َكانَ َي ِّزيد ُ فِّي َر َم‬ ‫َقا َل ا‬
َ ُ‫طو ِّل ِّه َّن ث ُ َّم ي‬
‫ص ِّلي‬ َ ‫ص ِّلي أ َ ار َب ًعا فَ ََل تَساأ َ ال‬
ُ ‫ع ان ُح اسنِّ ِّه َّن َو‬ َ ‫فَ ََل تَساأ َ ال‬
َ ُ‫ع ان ُح اسنِّ ِّه َّن َوطُو ِّل ِّه َّن ث ُ َّم ي‬
‫ع اي ِّني َو َْل َينَا ُم قَ ال ِّبي‬
َ ‫ّٰللا تَنَا ُم قَ اب َل أ َ ان تُو ِّت َر قَا َل تَنَا ُم‬ ُ ‫ث َ ََلثًا فَقُ التُ َيا َر‬
ِّ َّ ‫سو َل‬

Artinya: Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Maslamah dari Malik dari
Sa’id Al-Maqburiy dari Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman bahwa dia
bertanya kepada ‘Aisyah radhiallahu’anhu; “Bagaimana tata cara shalat
Nabi ‫ وسلم عليه هللا صلى‬pada bulan Ramadan?”.. ‘Aisyah radhiallahu’anhu
menjawab, “Beliau shalat (sunnah qiyamul lail) pada bulan Ramadhan
dan bulan-bulan lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat
empat rakaat, maka jangan kamu tanya tentang kualitas bagus dan
panjangnya, kemudian beliau dhalat lagi empat rakaat, maka jangan

Sulaiha Annisyaroh, “Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Qur’an Hadits”, Islamic
17

Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, STAI Al-Hidayah Bogor, Agustus 2017.

11
kamu tanya tentang kualitas bagus dan panjangnya kemudian beliau
shalat tiga rakaat. Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah
baginda tidur sebelum melaksakan shalat Witir?”. Beliau menjawab,
“Mataku memang tidur tapi hatiku tidaklah tidur”.

Dari hadis Bukhari diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tidak perlu
melakukan pekerjaan yang bermacam-macam, melainkan fokus dalam
mengerjakaan satu pekerjaan dengan baik maka hasilnya akan berkualitas. 18
Jadi apabila kita dihadapkan oleh beberapa pekerjaan maka selesaikan satu
pekerjaan dulu yang sekiranya urgen setelah selesai baru mengerjakan yang
lainnya. Dengan begitu kita bisa fokus dan pekerjaan itu dapat selesai dengan
baik.

b. Hadits yang diriwayatkan Imam Abu Daud dalam kitab Sunan Abu Daud No.

577;

‫ع ان أ َ ِّبي‬ َ ‫ع ان أ َ ِّبي َم اع َم ٍر‬ َ ‫ع ان عُ َم‬


َ ‫ارة َ ب ِّان عُ َمي ٍار‬ َ ‫ع ان ااْل َ اع َم ِّش‬َ ُ‫ير أ َ اخبَ َرنَا سُ افيَان‬
ٍ ِّ‫َحدَّثَنَا ابانُ َكث‬
َ‫س َّل َم ِّليَ ِّلنِّي ِّم ان ُك ام أُولُو ااْلَحا ََل ِّم َوال ُّن َهى ث ُ َّم ا َّلذِّين‬
َ ‫ع َل اي ِّه َو‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ُ‫ّٰللا‬ ِّ َّ ‫َم اسعُو ٍد قَا َل قَا َل َرسُو ُل‬
َ ‫ّٰللا‬
َ ‫ع ان أ َ ِّبي َم اعش ٍَر‬
‫ع ان‬ َ ٌ ‫سدَّد ٌ َحدَّثَنَا َي ِّزيد ُ بانُ ُز َري ٍاع َحدَّثَنَا خَا ِّلد‬ َ ‫َيلُونَ ُه ام ث ُ َّم ا َّلذِّينَ َيلُونَ ُه ام َحدَّثَنَا ُم‬
‫س َّل َم ِّمثا َلهُ َوزَ ادَ َو َْل ت اَخت َ ِّلفُوا‬
َ ‫ع َل اي ِّه َو‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ِّ ‫ع ان ال َّن ِّبي‬ ِّ َّ ‫ع اب ِّد‬
َ ‫ّٰللا‬ َ ‫ع ال َق َم َة‬
َ ‫ع ان‬ َ ‫ع ان‬ َ ‫يم‬ َ ‫ِّإب َارا ِّه‬
ِّ ‫ت ااْلَس َاوا‬
‫ق‬ ِّ ‫ف قُلُوبُكُ ام َو ِّإيَّاكُ ام َو َه ايشَا‬
َ ‫فَتَحا ت َ ِّل‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Katsir telah mengabarkan


kepada kami Sufyan dari Al-A’masy dari ‘Umarah bin ‘Umair dari Abu
Ma’mar dari Abu Mas’ud dia berkata; Rasulullah ‫سلَّ َم‬
َ ‫ع َل اي ِّه َو‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ
bersabda, “Hendaklah yang menempati shaf di belakangku adalah orang-
orang dewasa dan cerdik pandai, kemudian orang-orang yang (kualitas
dan umurnya) setelah mereka, kemudian orang-orang yang (kualitas dan
umurnya) setelah mereka.” Telah menceritakan kepada kami Musaddad
telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai’ telah menceritakan
kepada kami Khalid dari Abu Ma’syar dari Ibrahim dari Alqamah dari
Abdullah dari Nabi ‫سلَّ َم‬
َ ‫ع َل اي ِّه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ , semisal dengannya, dan
menambahkan lafazh; Dan janganlah kalian berselisih sehingga

Sulaiha Annisyaroh, “Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Qur’an Hadits”, Islamic
18

Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, STAI Al-Hidayah Bogor, Agustus 2017.

12
menyebabkan hati kalian saling berselisih. Dan jauhilah olehmu suara
ribut seperti di tengah pasar.

Dari hadis ini dapat diketahui bahwa dalam suatu organisai pasti ada
sebuah klaster, tidak mungkin orang berpendidikan rendah dijadikan pimpinan,
sehingga dalam susunan organisasi diatur mengenai kebutuhan dan kesesuaian
pendidikan maupun mutunya. 19 Karena apabila dalam organisasi tidak memilih
pemimpin yang berpendidikan maka suatu manejemen nanti pasti tidak
berjalan dengan baik. Serta dapat menambah masalah atau memperkeruh
keadaan.

c. Hadits riwayat Al-Bukhari yang menjelaskan mengenai amanah;

‫ع ْن‬
َ ‫سار‬ َ َ‫ع ْن ي‬َ ‫طاء‬ َ ‫ع‬
َ ‫ع ِلي عَ ْن‬ َ ُ‫َان َحد َّ تَنَا فَلَ ْي ُح ْب ُن سُلَ ْي َمانَ َحدَّثَنَا ِه ََل ُل بْن‬
ِ ‫َحد تَنَا ُم َح َّمد ُ ْب ُن ِسن‬
ُ‫ت األ َ َما نَه‬ َ ‫ إِذَا‬:‫سلَّ َم‬
ِ َ‫ض ْيع‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ قَا َل َرسُو ُل للا‬:‫ع ْنهُ قَا َل‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ض‬ِ ‫أَبِي ه َُري َْرة َ َر‬
َ ‫ ِإذَا أ ُ ْسنِدَ ْاأل َ ْم ُر إِلَى‬: َ‫ّللا؟ قَال‬
‫غي ِْر أ َ ْه ِل ِه‬ ِ َّ ‫عت ُ َها َيا َرسُو َل‬
َ ‫ضا‬ َ ‫ َكي‬:‫ قَا َل‬. َ‫عة‬
َ ِ‫ْف إ‬ َّ ‫فَا ْنت َِظ ِر ال‬
َ ‫سا‬
َ‫عة‬ َّ ‫فَا نَت َِظ ِر ال‬
َ ‫سا‬
Artinya: “(Imam al-Bukhari menyatakan) Muhammad bin Sinan
menyampaikan (riwayat) kepada kami, Qulaih bin Sulaiman telah
menyampaikan (riwayat) kepada kami, Hilal bin ‘Ali telah
menyampaikan (riwayat) kepada kami, (riwayat itu) dari Atha’, dari
Yasar, dari Abu Hurairah ra yang berkata: Rasulullah Saw bersabda:
Apabila suatu amanah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancurannya.
(Abu Hurairah) bertanya: Bagaimana meletakkan amanah itu, ya
Rasulullah? Beliau menjawab: Apabila suatu perkara diserahkan kepada
orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.”

Hadits ini menghubungkan antara amanah dengan keahlian, yaitu


“Apabila suatu urusan diserahkan kepada seseorang yang bukan ahlinya maka
tunggulah saat kehancurannya”, hal ini merupakan penjelas untuk kalimat
pertama: “Apabila amanah disia-siakan, maka tunggulah saat
kehancurannya.” Hadis ini ternyata memberikan peringatan yang berperspektif
manajerial karena amanah berarti menyerahkan suatu perkara kepada seseorang
yang profesional.

19
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Maktabah al-‘Isriyah, t.t)

13
Di samping itu, kata-kata fantadzir al-säah diucapkan dua kali sebagai
pertanda betapa pentingnya keahlian atau profesionalisme. Implikasinya, hadis
ini mendidik kita agar mengedepankan pertimbangan profesional dalam
menentukan pegawai yang diamanati suatu pekerjaan atau tanggung jawab.20
Dari beberapa hadis diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam suatu manejemen
seharusnya menerapkan badits, diatas karena dapat dijadikan sebagai isyarat-
isyarat manajemen. Serta dengan menerapkan isyarat-isyarat tersebut suatu
manajemen bisa menghasilkan mutu lembaga pendidikan yang lebih baik lagi.
Dan bisa mengeluarkan output yang berkualitas.

20
Mujamil Qomar. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Islam, (Jakarta:
Erlangga. 2007), h. 31-32.

14
C. PENUTUP
1. Kesimpulan

Dalam Al-Qur`an dan Al-Hadis manajemen pendidikan merupakan suatu


cara dalam mengelola pendidikan yang dilaksanakan melalui perencanaan,
keterbukaan, terarah, pemberdayaan, serta menitikberatkan pada proses dan hasil
yang berorientasi pada kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan di akhirat.
Maka dalam ide pengelolaan pendidikan yang berbasis Al-Qur’an dan Hadits akan
menghasilkan pengelolaan yang lebih bernilai, karena tidak hanya didasarkan pada
pemikiran empiris yang logis. Namun, juga didasarkan pada pengelolaan
pendidikan yang berlandaskan agama.

Manajemen pendidikan yang berlandaskan Al-Quran dan Hadits adalah


manajemen yang memposisikan Al-Quran dan Hadits sebagai sumber inspirasi dan
pedoman, dimana banyak inspirasi dapat ditemukan dalam keduanya tentang
prinsip dan aplikasi manajemen pendidikan sebagaimana penjelasan diatas. Kajian
ini perlu dilanjutkan untuk menemukan cita-cita yang realistis terkait manajemen
perspektif Al-Qur’an dan Hadits.

Prinsip dasar dalam manajemen pendidikan dari sudut pandang Al-Qur`an


dan Al-Hadis mengutamakan orientasi ibadah sebagai orientasi tertinggi, dengan
mengutamakan nilai-nilai Iman, Islam, Ihsan sebagai landasan, selain itu juga
berlandaskan nilai-nilai efektifitas dan efisiensi, musyawarah, berorientasi pada
tujuan akhir yang dilakukan secara bertanggung jawab. Fungsi manajemen
pendidikan yang terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling sesuai
dengan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana pemaparan materi diatas.

2. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat dalam menambah


pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan kata maupun kalimat yang kurang jelas. Dan kami mengharapkan saran
serta kritik dari Anda demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami
semoga dapat diterima di hati, dan kami ucapkan terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA
Herujito, Yayat M. (2001). Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: PT. Grasindo.

Sulistyorini. (2009). Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi, dan Aplikasi,


Yogyakarta: Teras.

Qomar, Mujamil. (2007). Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga
Islam, Jakarta: Erlangga.

Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Roqib, Mohal. (2009). Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif, di


Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, Yogyakarta: LkiS.

Murata, Sachiko dan William C.Chittick. (1997). Trilogi Islam: Islam, Iman, dan Ihsan,
terjemah: Ghufron A., Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mashudi, Kojin. (2018). Telaah Tafsir Al-Muyassar, Malang: Intelejensi Manusia.

Fathurrohman, Muhammad. (2018). Manajemen Mutu Pendidikan Islam Dalam Perspektif


Alqur’an Dan Hadits, AL-WIJDÁN Journal of Islamic Education Studies. Vol. III, No.
2.

Zaini, Ahmad Afan. (2015). Urgensi Manajemen Pendidikan Islam, Jurnal Ulumul Qura, Vol.
5, No. 1.

Ma’ruf, M. (2015). Konsep Manajemen Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an dan Hadis,
Didaktika Religia, Vol. 3, No. 2.

Annisyaroh, Sulaiha. (2017). “Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pendidikan Islam Perspektif


Qur’an Hadits”, Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, STAI Al-
Hidayah Bogor

Dawud, Abu. Sunan Abu Dawud. Beirut: Maktabah al-‘Isriyah. t.t.

16

Anda mungkin juga menyukai