Anda di halaman 1dari 22

ORGANISASI DAN PRINSIP DASAR MANAJEMEN

Makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Al-Hadis Manajemen

Dosen Pembimbing : Sugeng Ali Mansur, M.Pd

Disusun oleh :

Tria Najatul Muti’ (210501110054)

Istifadatul Hasanah (210501110055)

Roiyyan Mohammad Moi (210501110192)

Pramudya Prama Satria (210501110242)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Fakultas Ekonomi

Jurusan Manajemen

Maret 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT dan berkat rahmat serta karunia-Nya, makalah
dengan berjudul ORGANISASI DAN PRINSIP DASAR MANEJEMEN dapat kami
selesaikan dengan lancar. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Bapak
Sugeng Ali Mansur pada mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Al-Hadis Manajemen. Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang pengertian
dari organisasi dan prinsip dasar manajemen.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Sugeng Ali Mansur selaku
dosen mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Al-Hadis Manajemen. Berkat tugas yang diberikan ini,
dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharapkan adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Malang, 6 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.................................................6

2.2 Konsep Manajemen Berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis......................................................7

2.3 Fungsi Manajemen Berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis......................................................10

2.4 Kepemimpinan dan Tanggung Jawab................................................................................18

BAB III PENUTUP................................................................................................................21

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................21

3.2 Saran..................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak manusia menghendaki sebuah tatanan masyarakat yang romantis dan


harmonis, maka sejak itu pula manusia melakukan aktivitas kontemplasi merenungi
fenomena-fenomena kehidupannya. Hasil dari perenungan panjang manusia tersebut,
disepakati bahwa pendidikan sebagai instrumen terbaik dalam menciptakan sebuah
kehidupan yang harmonis dan romantis. Islam melalu Al-Quran dan Hadis telah
menetapkan sebuah sistem pendidikan yang hasanah bagi upaya menciptakan
kemaslahatan hidup umat manusia. Sistem pendidikan ini dikenal dengan istilah
pendidikan Islam, yaitu suatu sistem yang menjadikan Al-Quran dan Hadis Nabi sebagai
sumber utama.

Ajaran-ajaran edukatif yang terkandung dalam Al-Quran dan Hadis mengukuhkan


kekhalifahan manusia. Di samping itu, keduanya juga menuntun umat manusia, agar
menjadikan eksistensi kekhalifahannya sebagai instrumen dalam mendekatkan diri kepada
Allah dan pada upaya menciptakan tatanan kehidupan yang harmonis dan damai
(kehidupan maslahat).

Sebagaimana dipahami bahwa tujuan dan tugas manusia adalah hanya untuk
menyembah kepada Allah. Indikasinya tugasnya berupa ibadah dan tugas sebagai khalifah.
Tujuan dan sifat dasarnya meningkatkan kesetiaan kepada Allah, mencerdaskan akal, dan
membentuk kepribadian yang sosial dan berakhlak yang baik.

Untuk mengarahkan manusia kepada tujuan penciptaannya, maka diperlukan


pendidikan sepanjang hidup, mulai dari ayunan sampai liang lahat, karena itu disinilah
pentingnya pendidikan bagi manusia. Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai proses
pengarahan perkembangan manusia (ri’ayah) pada sisi jasmani, akal, bahasa, tingkah laku,
dan kehidupan sosial dan keagamaan yang diarahkan pada kebaikan menuju
kesempurnaan. Kemudian An-Nahlawi mengatakan tujuan akhir dari pendidikan Islam
adalah untuk mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang
berpedoman pada syariat Allah.

4
Oleh sebab itu, dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya adalah proses perubahan
manusia ke arah yang lebih baik, proses ini berlangsung terus menerus dan bersifat dinamis
dan tidak bersifat statis, jika bersifat statis ia akan hilang arah kebaikannya. Karenanya
semakin dinamis seorang individu dan komunitas masyarakat maka akan semakin baik
pula proses pendidikan dan kehidupannya, sebab jika gerak dinamis ini hilang maka yang
terjadi adalah “kematian pendidikan” dalam kehidupannya. Karenanya pendidikan
sepanjang hayat hanya bisa dimaknai dan berjalan kalau gerak dinamis ini tetapi masih
bisa dipertahankan.1

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian manajemen berdasarkan al-qur’an dan hadis?
2. Bagaimana konsep manajemen berdasarkan al-qur'an dan hadis?
3. Bagaimana fungsi manajemen berdasarkan al-qur'an dan hadis?
4. Apa itu kepemimpinan dan tanggung jawab?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian manajemen berdasarkan al-qur’an dan hadis.
2. Menjelaskan konsep manajemen berdasarkan al-qur'an dan hadis.
3. Menjelaskan fungsi manajemen berdasarkan al-qur'an dan hadis.
4. Menjelaskan kepemimpinan dan tanggung jawab.

1
Junaidi, Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen dalam Islam (Kajian Pendidikan Menurut Hadis Nabi), Al-Idarah:
Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, Vol. 1, No.1, (Januari-Juni, 2017), 119-130.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

Islam mengenal dan mengajarkan managemen sejak diutusnya rasul pertama yaitu
Adam AS. Ajaran Islam tersebut dapat ditemukan dalam dua sumber pokoknya, yaitu Al-
Qur’an dan Al-Sunnah. Oleh karenanya jika berbicara mengenai sumbersumber paradigma
tentang managemen berarti kita akan berbicara sumber-sumber itu sendiri, yaitu al-Qur’an
dan al-Sunnah. Sedangkan paradigma sendiri yang dimaksudkan adalah suatu kerangkan
berpikir. yakni suatu kerangka berfikir yang diterapkan Islam dalam upaya mengelola.
Paradigma yang dimaksud bersumber dari wahyu yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah dengan
pengalaman sejarah dan institusi. Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang paling
otentik dan otoritatif yang memuat aturan-aturan yang bersifat umum-normatif-imperatif.
Semua produk hukum yang dihasilkan oleh para ulama’ harus bersumber dan tidak boleh
menyimpang dari prinsipprinsip dasar dalam al-Qur’an. Demikian itu al-Qur’an berfungsi
sebagai petunjuk kepada manusia untuk mengarungi kehidupan baik di dunia maupun di
ahirat.

Al Quran dan hadits diyakini mengandung prinsip dasar menyangkut segala aspek
kehidupan manusia. Penafsiran atas Al Quran dan Hadits perlu senantiasa dilakukan. Hal
ini penting dilakukan, sebab pada satu sisi wahyu dan kenabian telah berakhir sedangkan
pada sisi yang lain kondisi zaman selalu berubah seiring dengan perkembangan pemikiran
manusia dan tetap mutlak diperlukannya petunjuk yang benar bagi manusia. Dalam
Webster, News Collegiate Dictionary disebutkan bahwa manajemen berasal dari kata to
manage berasal dari bahasa Italia “managgio” dari kata “managgiare” yang diambil dari
bahasa Latin, dari kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan.
Managere diterjemahkan dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan
kata benda management dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen.
Management diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau
pengelolaan. Pengertian manajemen dalam kamus tersebut memberikan gambaran bahwa
manajemen adalah suatu kemampuan atau ketrampilan membimbing, mengawasi dan
memperlakukan/mengurus sesuatu dengan seksama untuk mencapai tujuan yang telah

6
ditetapkan. Dalam sudut pandang Islam manajemen diistilahkan dengan menggunakan
kata al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang
banyak terdapat dalam Al Qur’an Surah As-sajadah ayat 5 seperti firman Allah SWT :

‫سنَة ِّم َّما‬ َ ‫اره ا َ ال‬


َ ‫ف‬ ِّ ‫س َم ۤا ِّء اِّلَى ااْلَ ار‬
ُ َ‫ض ث ُ َّم يَ اع ُر ُج اِّلَ اي ِّه فِّ اي يَ اوم َكانَ ِّم اقد‬ َّ ‫يُدَبِّ ُر ااْلَ ام َر ِّمنَ ال‬
َ‫تَعُد اُّون‬

Artinya: “Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (segala
urusan) itu naik kepada-Nya pada hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun
menurut perhitunganmu.”

Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur
alam (Al Mudabbir/manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah
SWT dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah
dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan
sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.2

2.2 Konsep Manajemen Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

Manajemen dalam bahasa Arab sering dibahasakan dengan idaarah diambil dari
kata adartasy syai’ah atau perkataan adarta bihi, didasarkan juga pada kata ad- dauran.
Namun istilah idaarah tidak ditemukan di dalam Al-Qur’an.3

Dalam Al-Qur'an, terdapat beberapa ayat yang mengandung makna pengaturan


atau manajemen. Sebagai contoh, dalam surah Al-An'am ayat 128, Allah berfirman: "Dan
pada hari Kami membangkitkan setiap umat dengan saksi bagi dirinya, dan Kami
membawa kamu sebagai saksi atas umat ini. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran
sebagai penjelas segala sesuatu, dan sebagai petunjuk, dan rahmat, dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri." Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Quran dapat dijadikan
panduan dan arahan dalam mengatur segala sesuatu.

Selain itu, dalam Al-Qur'an juga terdapat ayat-ayat yang menyebutkan Allah
sebagai "Ar-Rabbu", yang berarti "Penguasa" atau "Pemilik". Sebagai contoh, dalam surah

2
Muh. Afta Noer, Manajemen dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, (April, 2022), 1-11.
3
Siti Khoirul Munawaroh. (2021). MANAJEMEN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN. Jurnal Indonesia Sosial
Teknolog, 2(8), 1402-1431.

7
Al-Fatihah ayat 1, Allah disebut sebagai "Ar-Rahman" dan "Ar-Rahim", yang keduanya
memiliki makna "Yang Maha Pemurah". Hal ini menunjukkan bahwa Allah memiliki
kuasa atas segala sesuatu, termasuk dalam mengatur dan memimpin kehidupan manusia.

Dalam konteks manajemen modern, konsep pengaturan atau pengelolaan dapat


diartikan sebagai "at-tadbir", sedangkan konsep penguasa atau pemilik dapat diartikan
sebagai "ar-rabbu". Namun, perlu diingat bahwa konsep-konsep ini harus diterapkan
dengan memperhatikan nilai-nilai Islam dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-
Qur'an dan hadis.

1. At-Tadbir (pengaturan)

Hal ini dapat dilihat dalam Q.S As-Sajadah ayat 5:

‫سنَة ِّم َّما‬ َ ‫ار ۥهُ أ َ ال‬


َ ‫ف‬ ِّ ‫س َما ِّء إِّلَى اٱْل َ ار‬
ُ َ‫ض ث ُ َّم يَ اع ُر ُج إِّلَ اي ِّه فِّى يَ اوم َكانَ ِّم اقد‬ َّ ‫يُدَبِّ ُر اٱْل َ ام َر ِّمنَ ٱل‬
َ‫تَعُدُّون‬

Artinya: dia mengatur urusan dari langit ke bumi kemudian (urusan) itu naik kepadanya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. As-
Sajadah 32:5).4

Allah SWT adalah Penguasa yang mengatur segala urusan di langit dan di bumi,
dan kita sebagai manusia seharusnya berusaha untuk melakukan amal kebaikan dan
berkontribusi dalam menjaga tatanan dan keseimbangan alam semesta yang telah Allah
ciptakan.

Dalam Islam, mengatur dan memanajemen merupakan tindakan yang dianjurkan.


Dalam banyak hadis, Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya melakukan perencanaan
dan pengaturan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam urusan pribadi maupun sosial.
Sebagai contoh, dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda,
"Setiap urusan yang tidak direncanakan, pasti akan gagal." Oleh karena itu, sebagai
manusia yang beriman, sepatutnya kita berusaha untuk mengatur dan memanajemen
kehidupan kita dengan baik, dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam yang mulia.
Hal ini tentunya tidak hanya berlaku dalam kehidupan dunia, namun juga dalam persiapan
untuk kehidupan akhirat yang abadi.

4
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya (Jakarta, 2011).

8
Menurut Ibn Katsir bahwa ayat diatas menjelaskan tentang Allah swt mengatur
semua urusan apa yang ada diatas laingi dan di tanah, dengan asumsi lain bahwa Allah
Swt menurunkan secara pelan-pelan urusan dari atas langit ke penjuru bumi.5 Sedangkan
menurut Abuddin Nata, bahwa kata “Yadabbiru” dalam QS. As- Sajadah ayat 5 artinya
mengatur, mengurus, me-manage, membina, mengarahkan, merencanakan, melaksanakan
dan mengawasi.

Pada proses mengatur dan membina harus menggunakan waktu yang baik.
Sehingga dalam mengorganisir dapat berjalan sebagaimana apa yang telah diinginkan
sesuai tujuannya. Sesuai dengan firman Allah Swt dalam QS Al-Asr ayat 1-3.

ِّ ‫ص اوا بِّ اٱل َح‬


‫ق‬ َّ َٰ ‫ع ِّملُوا ٱل‬
ِّ ‫ص ِّل َٰ َح‬
َ ‫ت َوت ََوا‬ َ ‫سنَ لَ ِّفى ُخسارإِّ َّْل ٱلَّذِّينَ َءا َمنُوا َو‬ ‫َو اٱلعَ ا‬
ِّ ‫ص ِّرإِّ َّن ا‬
َ َٰ ‫ٱْلن‬
‫صب ِّار‬
َّ ‫ص اوا ِّبٱل‬
َ ‫َوت ََوا‬
Artinya: Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya
menaati kebenaran dan menasehati supaya menetapi kesabaran (QS. Al-Asr ayat 1-3).6

Pada proses mengatur Persefktif Qurais Sihab dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan
ada ketiga golongan manusia yang akan selamat dari kerugian kehidupan di dunia ini, yaitu
beriman, mengerjakan kebajikan dan saling menasehati dalam hal kebaikan dan kesabaran.
Ayat diatas juga menjelaskan bahwa sebuah kehidupan di dunia ini perlu diatur dengan
baik agar nanti di alam akhirat kita tidak termasuk individu-individu yang merasakan rugi.7

2. Ar-Rabbu (Penguasa)

Konsep manajemen dalam Al-Qur'an adalah "rabb", yang dapat diterjemahkan


sebagai "penguasa", "pemilik", atau "penyayang". Dalam Al-Qur'an, Allah SWT sering
disebut sebagai "Ar-Rabb", yang menunjukkan bahwa Dia adalah Penguasa dan Pemilik
segala sesuatu di langit dan di bumi.

Dalam fungsi manajemen, mengatur adalah bagian penting yang tidak bisa
dipisahkan dalam memastikan sebuah kegiatan berjalan dengan baik dan efektif. Dalam
Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang menunjukkan pentingnya mengatur dalam kehidupan,

5
Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Juz: 21, 22, 23, 24, ed. Arif Rahman (Surakarta: Insan Kamil, 2015).
6
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya (Jakarta, 2011).
7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 15, (Tanggerang: PT.
Lentera Hati, 2017).

9
baik itu dalam hal kegiatan sehari-hari maupun dalam menjalankan tugas-tugas yang lebih
besar.

Sebagai contoh, dalam surah Al-Fatihah ayat 6, kita memohon kepada Allah SWT
untuk membimbing kita di jalan yang lurus. Hal ini menunjukkan pentingnya memiliki
rencana atau strategi yang jelas dalam menghadapi kehidupan, sehingga kita dapat
mencapai tujuan dengan cara yang benar dan sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Sedangkan dalam surah Asy-Syu'ara ayat 23-24 Allah SWT berfirman:

ِّ ‫ت َو اٱْل َ ار‬
َ‫ض َو َما َب اينَ ُه َما ۖ ِّإن ُكنتُم ُّموقِّنِّين‬ َّ ‫ع او ُن َو َما َربُّ اٱل َٰ َع َل ِّمينَ قَا َل َربُّ ٱل‬
ِّ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ َ ‫قَا َل فِّ ار‬
Artinya: Fir’aun bertanya : “siapa Tuhan semesta alam itu?”, Musa menjawab: “Tuhan
pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang diantara keduanya (itulah Tuhanmu), jikan
kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya”. (QS. Asy- Syu’ara/26: 23-24).8

Setelah menelusuri ayat dan menemukan pemaparan ayat yang menunjukkan


makna manajemen, ada beberapa poin yang didapatkan dari yakni pertama hakikat
manajemen dalam Al-Qur’an diistilahkan dengan kata Al-Tadbiir. Kedua, Term Al-
Tadbiir langsung merujuk pada pengertian manajemen secara tegas dalam arti
“pengaturan”. Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak
terdapat dalam Al Qur’an.9

2.3 Fungsi Manajemen dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis

Manajemen tentunya tidak bisa lepas dengan empat komponen yang ada yaitu
(POAC) planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan)
dan controlling (pengawasan). Dan empat komponen tersebut di jelaskan di beberapa ayat
al-Qur’an dan Hadits. Untuk lebih jelasnya maka akan penulis uraikan satu persatu sebagai
berikut:10

8
7 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya.
9
Siti Khoirul Munawaroh. (2021). MANAJEMEN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN. Jurnal Indonesia Sosial
Teknolog, 2(8), 1402-1431.
10
Ali Muhammad Taufik, 2004, Praktik Manajemen Berbasis Al Quran, Jakarta: Gema Insani, 1-176.

10
a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan


baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai
mendapatkan hasil yang optimal. Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas
manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Anderson memberikan
definisi perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk
mengarahkan tindakan seseorang di masa depan. Menurut F. E. Kast dan Jim Rosenzweig,
perencanaan adalah suatu kegiatan yang terintegrasi yang bertujuan untuk memaksimalkan
efektifitas keseluruhan usaha-usaha, sebagai suatu sistem sesuai dengan tujuan organisasi
yang bersangkutan. Fungsi perencanaan antara lain untuk menetapkan arah dan setrategi
serta titik awal kegiatan agar dapat membimbing serta memperoleh ukuran yang
dipergunakan dalam pengawasan untuk mencegah pemborosan waktu dan faktor produksi
lainnya. Hiks dan Guelt menyatakan bahwa perencanaan berhubungan dengan:

1) Penentuan dan maksud-maksud organisasi.

2) Perkiraan-perkiraan ligkungan di mana tujuan hendak dicapai.

3) Penentuan pendekatan dimana tujuan dan maksud organisasi hendak dicapai.

Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat
dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses
perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah:

1) Perumusan tujuan yang ingin dicapai.

2) Pemiihan program untuk mencapai tujuan itu.

3) Identifikasi dan pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.

Perencanaan yang baik dilakukan untuk mencapai:

1) “Protective benefits” yaitu menjaga agar tujuan-tujuan, sumber dan


teknik/metode memiliki relevansi yang tinggi dengan tuntutan masa depan sehingga dapat
mengurangi resiko keputusan. 2) “Positive benefits” yaitu produktivitas dapat meningkat
sejalan dengan dirumuskannya rencana yang komprehensif dan tepat. Mengenai
pentingnya suatu perencanaan, ada beberapa konsep yang tertuang dalam Al Qur‟an dan
Al Hadits. Di antara ayat Al Quran yang terkait dengan fungsi perencanaan adalah:

11
Surat Al Hasyr ayat 18 :

ٰ ‫ت ِّلغَد َواتَّقُوا‬
ٰ ‫ّللاَ ۗا َِّّن‬
‫ّللاَ َخ ِّبيار ۢ ِّب َما‬ ٰ ‫َٰياَيُّ َها الَّ ِّذيانَ َٰا َمنُوا اتَّقُوا‬
ُ ‫ّللاَ َو الت َ ان‬
‫ظ ار نَ افس َّما قَدَّ َم ا‬
َ‫ت َ اع َملُ اون‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Q.S. Al Hasyr ayat 18).

Perencanaan yang baik akan dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu


yang akan datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang akan diputuskan akan
dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana di buat. Perencanaan merupakan
aspek penting dari pada manajemen. Keperluan merencankan ini terletak pada kenyataan
bahwa manusia dapat mengubah masa depan menurut kehendaknya. Manusia tidak boleh
menyerah pada keadaan dan masa depan yang menentu tetapi menciptakan masa depan
itu. Masa depan adalah akibat dari keadaan masa lampau.

Keadaan sekarang dan disertai dengan usaha–usaha yang akan dilaksanakan.


Dengan demikian landasan dasar perencanaan adalah kemampuan manusia untuk secara
sadar memilih alternatif masa depan yang akan dikehendakinya dan kemudian
mengarahkan daya upayanya untuk mewujudkan masa depan yang dipilihnya, dalam hal
ini manajemen yang akan diterapkan seperti apa, sehingga dengan dasar itulah maka suatu
rencana akan terealisasikan dengan baik.

Adapun kegunaan perencanaan adalah sebagai berikut :

1) Karena perencanaan meliputi usaha untuk memetakan tujuan atau memformulasikan


tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencnaan haruslah bisa membedakan poin
pertama yang akan dilaksanakan terlebih dahulu.

2) Dengan adanya perencanaan maka memungkinkan kita mengetahui tujuantujuan yang


akan di capai.

3) Dapat memudahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan yang


akan mungkin timbul dalam usaha mencapai tujuan.

Suatu contoh perencanaan yang gemilang dan terasa sampai sekarang adalah
peristiwa khalwat dari Rasulullah di gua hira. Tujuan Rasulullah Saw berkhalwat dan

12
bertafakkur dalam gua Hira‟ tersebut adalah untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi
pada masyarakat Mekkah. Selain itu, beliau juga mendapatkan ketenangan dalam dirinya
serta obat penawar hasrat hati yang ingin menyendiri, mencari jalan memenuhi
kerinduannya yang selalu makin besar, dan mencapai ma‟rifat serta mengetahui rahasia
alam semesta.

Pada usia 40 tahun, dalam keadaan khalwat Rasulullah Saw menerima wahyu
pertama. Jibril memeluk tubuh Rasulullah Saw ketika beliau ketakutan. Tindakan Jibril
tersebut merupakan terapi menghilangkan segala perasaan takut yang terpendam di lubuk
hati beliau. Pelukan erat itu mampu membuat Rasulullah Saw tersentak walau kemudian
membalasnya. Sebuah tindakan refleks yang melambangkan sikap berani. Setelah kejadian
itu, Rasulullah Saw tidak pernah dihinggapi rasa takut, apalagi bimbang dalam
menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia. Pendidikan Islam mempunyai kedudukan
yang tinggi, ini dibuktikan dengan wahyu pertama di atas yang disampaikan Rasulullah
Saw bagi pendidikan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan atau menuntut ilmu itu wajib
bagi setiap orang, laki-laki dan perempuan. Rasulullah Saw diutus dengan tujuan untuk
menyempurnakan akhlak manusia. Itulah yang menjadi visi pendidikan pada masa
Rasulullah Saw.

Contoh lain dari perencanaan yang dilakukan Rasulullah Saw dapat ditemukan
ketika terjadi perjanjian Hudaibiyyah (shulhul Hudaibiyyah). Dari perjanjian tersebut
terkesan Rasulullah Saw kalah dalam berdiplomasi dan terpaksa menyetujui beberapa hal
yang berpihak kepada kafir Quraisy. Kesan tersebut ternyata terbukti sebaliknya setelah
perjanjian tersebut disepakati. Disinilah terlihat kelihaian Rasulullah Saw dan pandangan
beliau yang jauh ke depan. Rasulullah Saw adalah insan yang selalu mengutamakan
kebaikan yang kekal dibandingkan kebaikan yang hanya bersifat sementara. Walaupun
perjanjian itu amat berat sebelah, Rasulullah Saw menerimanya karena memberikan
manfaat di masa depan saat umat Islam berhasil membuka kota Mekkah (fath al Makkah)
pada tahun ke-8 Hijriyah (dua tahun setelah perjanjian Hudaibiyah).

b. Pengorganisasian (Organizing)

Setelah mendapat kepastian tentang tujuan, sumberdaya dan teknik/metode yang


digunakan untuk mencapai tujuan, lebih lanjut manajer melakukan upaya
pengorganisasian agar rencana tersebut dapat dikerjakan secara sukses.

13
Pengorganisasian adalah proses mengatur, mengalokasiakan dan
mendistribusiakan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara anggota organisasi.
Stoner menyatakan bahwa mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua orang
atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesipik atau
beberapa sasaran.

Menurut Terry pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen


dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur
manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses. Organisasi dalam
pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada
bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada
pengaturan mekanisme kerja.

Organisasi adalah sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan


bersama. Dalam sistem kerjasama ini diadakan pembagian untuk menetapkan bidang-
bidang atau fungsi-fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang akan
diselenggarakan. Sistem ini harus senantiasa mempunyai karakteristik antara lain:

1) Ada kominikasi antara orang yang bekerja sama.

2) Individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerja sama.

3) Kerja sama itu ditunjukan untuk mencapai tujuan.

Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala


sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak
terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakkan oleh kebatilan yang
tersusun rapi.

Ali Bin Talib berkata : “Kebenaran yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh
kebatilan yang terorganisasi”.

Proses organizing yang menekankan pentingnya tercipta kesatuan dalam segala


tindakan sehingga tercapai tujuan, sebenarnya telah dicontohkan di dalam Al Qur‟an.
Firman Allah dalam surat Ali imran ayat 103 menyatakan:

14
‫علَ اي ُك ام اِّ اذ ُك انت ُ ام ا َ اعدَ ۤا ًء‬ ِّ ٰ َ‫ّللا َج ِّم ايعًا َّو َْل تَفَ َّرقُ اوا ۖ َوا اذ ُك ُر اوا نِّ اع َمت‬
َ ‫ّللا‬ ِّ ٰ ‫َص ُم اوا ِّب َح اب ِّل‬ِّ ‫َوا اعت‬
‫ار فَا َ انقَذَ ُك ام ِّم ان َها‬ِّ َّ‫شفَا ُح اف َرة ِّمنَ الن‬ َ ‫ع َٰلى‬ ‫ف َبيانَ قُلُ او ِّب ُك ام فَا َ ا‬
َ ‫ص َبحا ت ُ ام ِّب ِّن اع َم ِّته ا اِّخ َوانًا َو ُك انت ُ ام‬ َ َّ‫ۗفَاَل‬
َ‫ّللاُ لَ ُك ام َٰا َٰيتِّه لَ َعلَّ ُك ام ت َ اهتَد اُون‬ٰ ‫َك َٰذلِّكَ يُبَ ِّي ُن‬
Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Q.S.Ali Imran ayat 103).

Selanjutnya al-Qur'an memberikan petunjuk agar dalam suatu wadah, tempat,


persaudaraan, ikatan, organisasi, kelompok, janganlah timbul pertentangan, perselisihan,
perscekcokan yang mengakibatkan hancurnya kesatuan, runtuhnya mekanisme
kepemimpinan yang telah dibina.

Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan. Sementara itu
pengorganisasian dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, Ramayulis menyatakan
bahwa “Pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur,
aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan
jelas.

Dalam lembaga pendidikan Islam, baik yang bersifat individual, kelompok,


maupun kelembagaan. Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat
berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip
yang mendesain perjalanan organisasi yaitu kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika
kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan
lembaga pendidikan Islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam”.
Dalam kaitannya dengan pengorganisasian, Rasulullah SAW telah mencontohkan ketika
memimpin perang uhud. Ketika pasukan Islam pimpinan Nabi Muhammad SAW
berhadapan dengan angkatan perang kafir Quraish di dekat gunung Uhud. Nabi SAW
mengatur strategi peperangan dengan sempurna dalam hal penempatan pasukan.

Beberapa orang pemanah ditempatkan pada suatu bukit kecil untuk menghalang
majunya musuh. Pada saat perang berkecamuk, awalnya musuh menderita kekalahan.
Mengetahui musuh kocar-kacir, para pemanah muslim meninggalkan pos-pos mereka di

15
bukit untuk mengumpulkan barang rampasan. Pada sisi lain, musuh mengambil
kesempatan ini dan menyerang angkatan perang muslim dari arah bukit ini. Banyak dari
kaum Muslim yang mati syahid dan bahkan Nabi SAW mengalami luka yang sangat parah.
Orang kafir merusak mayat-mayat kaum Muslim dan menuju Makkah dengan merasa
suatu kesuksesan.

Dari cerita sejarah Nabi Muhammad SAW yang tertulis di atas, dapat diketahui
suatu tindakan pengorganisasian. Nabi Muhammad memerintahkan kepada pasukan
pemanah untuk tetap berada di atas bukit dalam keadaan apapun. Ternyata pasukan
pemanah lalai dari perintah atasan, kemudian mereka meninggalkan tempat tugasnya dari
atas bukit untuk mengambil harta rampasan ketika musuh lari kocar-kacir. Tanpa disadari
musuh menyerang balasan dari sebelah bukit yang berakibat pada kekalahan pasukan
muslim. Kalau pasukan pemanah memperhatikan dan melaksanakan perintah pimpinan
(Nabi Muhammad SAW) tentu ceritanya akan lain.

c. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan kerja merupakan aspek terpenting dalam fungsi manajemen karena


merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota
kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai sasaran
organisasi sesuai dengan rencana yang ditetapkan semula, dengan cara yang baik dan
benar. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan kedalam fungsi pelaksanaan ini adalah
directing commanding, leading dan coornairing.

Pelaksanaan kerja sudah barang tentu yang paling penting dalam fungsi
manajemen karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar
semua anggota kelompok mulai dari tingkat tingkat teratas sampai terbawah berusaha
mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara
terbaik dan benar.

Karena tindakan pelaksanaan sebagaimana tersebut di atas, maka proses ini juga
memberikan motivating untuk memberikan penggerakan dan kesadaran terhadap dasar
dari pada pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang ingin dicapai, disertai
memberikan motivasi–motivasi baru, bimbingan atau pengarahan, sehingga mereka bisa
menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun dan baik.

16
Menurut Hadari Nawawi bimbingan berarti memelihara, menjaga dan
menunjukkan organisasi melalui setiap personal, baik secara struktural maupun
fungsional, agar setiap kegiatan tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan. Dalam
realitasnya, kegiatan bimbingan dapat berbentuk sebagi berikut:

1) Memberikan dan menjelaskan perintah.

2) Memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan.

3) Memberikan kesempatan meningkatkn pengetahuan, ketrampilan/kecakapan dan


keahlian agar lebih efektif dalam melksnakan berbagai kegiatan orgnisasi.

4) Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan fikiran untuk


memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativits masing-masing.

5) Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara efisien20 .


Al-Qur‟an dalam hal ini sebenarnya telah memberikan pedoman dasar terhadap proses
pembimbingan, pengarahan ataupun memberikan peringatan dalam bentuk actuating ini.
Allah berfiman dalam surat al-kahfi ayat 2 sebagai berikut :

َ ‫ت ا َ َّن لَ ُه ام اَجا ًرا َح‬


‫سنًا‬ ٰ ‫ش ِّد ايدًا ِّم ان لَّدُ انهُ َويُ َبش َِّر اال ُمؤا ِّم ِّنيانَ الَّ ِّذيانَ َي اع َملُ اونَ ال‬
ِّ َٰ‫ص ِّلح‬ ً ‫قَ ِّي ًما ِّليُ انذ َِّر َبأ ا‬
َ ‫سا‬
Artinya : Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih
dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orangorang yang beriman, yang
mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik (Q.S al
Kahfi ayat 2).

Suatu contoh pelaksanaan dari fungsi manajemen dapat ditemukan pada pribadi
agung, Nabi Muhammad Saw. ketika ia memerintahkan sesuatu pekerjaan, beliau
menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah Saw adalah al
Qur‟an yang hidup (the living Qur‟an). Artinya, pada diri Rasulullah Saw tercermin semua
ajaran Al-Qur‟an dalam bentuk nyata. Beliau adalah pelaksana pertama semua perintah
Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Oleh karena itu, para sahabat dimudahkan
dalam mengamalkan ajaran Islam yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah Saw.

d. Pengawasan (Controlling)

Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian. Pengendalian


adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu
mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang

17
benar dengan maksud dan tujuan yang telah digariskan semula. Pengawasan adalah salah
satu fungsi dalam manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Pengawasan/pengendalian
adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang
direncanakan. Mengenai fungsi pengawasan, Allah SWT berfirman di dalam al Quran
Surah As-Syura ayat 6 sebagai berikut:

َ َ‫علَ اي ِّه ۖ ام َو َما ا َ انت‬


‫علَ اي ِّه ام ِّب َو ِّكيال‬ ٰ ‫َوالَّ ِّذيانَ ات َّ َخذُ اوا ِّم ان د اُونِّه ا َ او ِّليَ ۤا َء‬
َ ‫ّللاُ َح ِّفياظ‬
Artinya: “Sungguh, mereka telah mendustakan (Al-Qur’an). Maka, kelak akan datang
kepada mereka (kebenaran) berita-berita mengenai apa (azab) yang selalu mereka perolok-
olokkan.

Fungsi manajemen dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai
berikut: Al Bukhari Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Suatu malam aku
menginap di rumah bibiku, Maimunah. Setelah beberap saat malam lewat, Nabi bangun
untuk menunaikan shalat. Beliau melakukan wudhu` ringan sekali (dengan air yang
sedikit) dan kemudian shalat. Maka, aku bangun dan berwudhu` seperti wudhu` Beliau.
Aku menghampiri Beliau dan berdiri di sebelah kirinya. Beliau memutarku ke arah sebelah
kanannya dan meneruskan shalatnya sesuai yang dikehendaki Allah.”11

2.4 Kepemimpinan dan Tanggung Jawab

Dalam suatu organisasi, kepemimpinan memegang peranan yang penting karena


pemimpin yang akan mengegerakkan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan
dan sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Sukses tidaknya usaha pencapaian
tujuan organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan. Davis mengidentifikasi dalam
keterampilan kepemimpinan yaitu :

1. Technical Skills : diperlukan pemimpin agar ia mampu mengawasi dan menilai


pekerjaan sesuai dengan keahlian yang digelutinya.

2. Human Skills : kemampuan dalam membangun relasi dan dapat bekerja sama dengan
orang lain adalah kualifikasi yang dipersyaratkan seorang pemimpin baik dalam situasi

11
Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, 2003, Manajemen Syariah dalam Prkatik, Jakarta: Gema Insani, 1-217.

18
formal maupun informal. Untuk membangun relasi yang lebih baik harus dikembangkan
sikap resfek dan saling menghargai satu sama lain.

3. Conceptual Skills : pemimpin yang disegani adalah pemimpin yang mampu memberi
solusi yang tepat yang timbul daripemikirannya yang cerdas suatu persoalan.12

Dalam pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggungjawab


yang tidak hanya dipertanggung-jawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinya,
tetapi juga akan dipertanggung-jawabkan dihadapan Allah SWT. Jadi, pertanggung-
jawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama
manusia, tetapi bersifat vertical-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah Swt di akhirat
nanti. Seorang pemimpin akan dianggap lolos dari tanggungjawab formal dihadapan
orang-orang yang dipimpinnya, tetapi belum tentu lolos ketika ia bertanggungjawab
dihadapan Allah Swt. Kepemimpinan sebenarnya bukan sesuatu yang mesti
menyenangkan, tetapi merupakan tanggungjawab sekaligus amanah yang amat berat yang
harus diemban dengan sebaik-baiknya.

Dalam konsep Islam, kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin telah
dirumuskan dalam suatu cakupan sebagai berikut:

a. Pemimpin haruslah orang-orang yang amanah, amanah dimaksud berkaitan dengan


banyak hal, salah satu di antaranya berlaku adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya
terhadap kelompok, golongan atau kaum muslimin saja, tetapi mencakup seluruh manusia
bahkan seluruh makhluk. Dalam al-Qur‟an surah An-Nisa‟: 58 dijelaskan: “Seorang
pemimpin haruslah orang-orang yang berilmu, berakal sehat, memiliki kecerdasan,
kearifan, kemampuan fisik dan mental untuk dapat mengendalikan roda kepemimpinan
dan memikul tanggung jawab.

b. Pemimpin harus orang-orang yang beriman, bertaqwa dan beramal shaleh, tidak boleh
orang dhalim, fasiq, berbut keji, lalai akan perintah Allah Swt dan melanggar batas-
batasnya. Pemimpin yang dhalim, batal kepemimpinannya.

c. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan tatanan kepemimpinan sesuai dengan yang


dimandatkan kepadanya dan sesuai keahliannya. Sebaliknya Negara dan rakyat akan
hancur bila dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw

12
Prof. Dr. H. Engkoswara Dan Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., Administrasi Pendidikan, (Bandung : ALFABETA,
2012), Hal. . 178

19
“Apabila diserahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya maka tungguhlah
kehancuran suatu saat”.

d. Senantiasa menggunakan hukum yang telah ditetapkan Allah, seperti yang Allah
jelaskan dalam al-Qur‟an perintah untuk taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri (ulama
dan umara). Oleh karena Allah berfirman “Taatlah kepada Allah”,yakni ikutilah kitab-nya,
“dan taatlah kepada Rasul”, yakni pegang teguhlah sunnahnya, “dan kepada Ulim Amri di
antara kamu”, yakni terhadap ketaatan yang mereka perintahkan kepadamu, berupa
ketaatan kepada Allah bukan ketaatan kepada kemaksiatan terhadap-Nya. Kemudian
apabila kamu berselisih tentang suatu hal maka kembalilah kepada al-Qur‟an dan hadits.13

Sedangkan hadits Nabi yang menjelaskan tentang kriteria kepemimpinan antara


lain sebagai berikut:

a. Profesional

Kepemimpinan adalah amanah sehingga orang yang menjadi pemimpin berarti ia


tengah memikul amanah. Dan tentunya, yang Namanya amanah harus ditunaikan
sebagaimana mestinya. Dengan demikian tugas menjadi pemimpin itu berat, sehingga
sepantasnya yang mengembannya adalah orang yang cakap dalam bidangnya.

b. Mampu Melaksanakan Tugas

Seorang pemimpin mesti bersedia melaksanakan hukum yang ditetapkan oleh


undang-undang. Pemimpin juga dituntut mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan
baik dikala terpilih sehingga diharuskan sehat secara jasmani dan rohani.

c. Sesuai dengan Aspirasi Rakyat

Aspirasi dari rakyat sangat dibutuhakan karena dengan memudahkan rakyat


dilibatkan dalam setiap keputusan yang ada, sehingga terjalin hubungan yang saling
memahami kewajiban dan hak masing masing.

13
Ibnu Katsir, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (terj), M. Nasib Ar-Rifa‟i, (Jakarta: Gema Insani, 1999), Hal. . 740-
741

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan yang baik adalah kunci kesuksesan dalam mengelola organisasi.


Seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang baik seperti kejujuran, keadilan, dan
tanggung jawab. Kerja sama tim sangat penting dalam mengelola organisasi. Setiap individu
di dalam organisasi harus bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama.

Integritas dan kejujuran merupakan prinsip dasar yang harus dipegang teguh dalam
mengelola organisasi. Setiap anggota organisasi harus memiliki integritas dan selalu berpegang
pada prinsip kejujuran dalam bertindak. Keadilan merupakan prinsip dasar yang harus
diterapkan dalam mengelola organisasi. Setiap keputusan yang diambil harus adil untuk semua
pihak yang terlibat. Tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting dalam mengelola
organisasi. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab atas tugas dan tanggung jawab
yang diembannya.

Inovasi dan kreativitas sangat dianjurkan dalam mengelola organisasi. Inovasi dan
kreativitas dapat membantu organisasi berkembang dan tetap relevan di era yang terus berubah.
Dalam rangka mengelola organisasi secara efektif dan efisien, para pemimpin dan anggota
organisasi dapat mempelajari lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip dasar manajemen yang
terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadis. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip
tersebut, diharapkan organisasi dapat mencapai tujuannya secara optimal dan memberikan
manfaat yang luas bagi masyarakat.

3.2 Saran

Untuk memahami ilmu studi al-qur’an dan al-hadis, diperlukan sumber referensi
terpercaya yang disertai studi komprehensif dan belajar dengan guru yang sanad keilmuannya
jelas, sehingga ilmu dapat diterima dengan baik dan mencegah timbulnya kesalahpahaman atau
kesesatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Engkoswara. & Komariah, A. (2012). Administrasi Pendidikan, Bandung : ALFABETA.

Hafidudin, D. & Tanjung, H. (2003). Manajemen Syariah dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani.

Jannah, M., Yuniarti, E., & Rahmi. (2022). Prinsip Manajemen dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Junaidi. (2017). Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen dalam Islam (Kajian Pendidikan Menurut
Hadis Nabi), Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, Vol. 1, No.1, 119-
130.

Noer, M. A. (2022). Manajemen dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis.

Rifai, M. N. A. (1999). Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani.

Taufik, A. M. (2004). Praktik Manajemen Berbasis Al Quran, Jakarta: Gema Insani.

22

Anda mungkin juga menyukai