Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN DALAM HUKUM/SYARIAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Syariah

Dosen Pengampu:
Hj. Elis Listiana Mulyani., S.E.,M.M.

Disusun Oleh:
Febbe Febriani Candra 213402001
Fitria Ramadhani 213402052
Rizki Insan Muhammad 213402054
Kanidha Suci Nurislami Dini 213402055
Helvi Andika Candra 213402061

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SILIWANGI
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh . Segala puji bagi Allah
SWT, yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul "Manajemen Dalam Hukum/Syariah” dengan waktu yang tepat.
Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas Manajemen Syariah. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur'an dan sunnah untuk
keselamatan umat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berpartisipasi
dalam membantu penyelesaian makalah ini. Terutama kepada dosen Manajemen
Syariah Ibu Hj. Elis Listiana Mulyani., S.E., M.M. yang telah membimbing kami
dalam penyusunan makalah ini, dalam hal penyampaian materi.
Kami menyadari Makalah ini jauh dari kata sempurna, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Maka dari itu jika dalam makalah ini
ada kesalahan, kami meminta agar pembaca dapat memberikan saran yang
bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah ini Atas perhatiannya di
ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh .

Tasikmalaya , 23 September 2023

Penulis .

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A.LATAR BELAKANG ........................................................................ 1
B.RUMUSAN MASALAH.................................................................... 1
C.TUJUAN ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A.MANAJEMEN SEBAGAI ILMU ..................................................... 3
B.MANAJEMEN SEBAGAI AKTIVITAS........................................... 3
C.MANAJEMEN SYARIAH DAN KONVENSIONAL ...................... 4
D.PENDEKATAN MANAJEMEN SYARIAH .................................... 5
E.OBJEK KAJIAN MANAJEMEN SYARIAH .................................... 6
F.DETAIL SISTEM DALAM ISLAM .................................................. 8
G.SEJARAH MANAJEMEN ZAMAN NABI ...................................... 9
H.MANAJEMEN SEBAGAI BAGIAN DARI SYARIAH ISLAM ... 11
I.REFERENSI AL-QURAN DAN ALKITAB MANAJEMEN
SYARIAH ............................................................................................ 11
BAB III PENUTUP .................................................................................. 14
A.KESIMPULAN ................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan manajemen secara ilmiah mulai nampak pada Negara industri pada
pertengahan abad ke-19. Manajemen lahir sebagai tuntutan perlunya pengaturan
hubungan antar individu dalam suatu masyarakat, adanya kebutuhan Negara untuk
menjalankan fungsi dantanggung jawabnya terhadap rakyatnya dalam rangka mengatur
dan memberikan pelayanan dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Manajemen islam datang karena tuntutan dari kesempurnaan islamitu sendiri. Islam
harus diikuti secara sempurna dan komperehensif. Islam menuntut kaum muslim untuk
mengaktualisasikan keislamanya dalam aspek kehidupan. Dalam kehidupan
manjemen mereka memiliki manajemen sendiri dimana garis-garis besarnya
digambarkan dalam al- Qur’an. Ini semua adalah rambu-rambu dalam bidang
manajemen yang harus ditaati oleh setiap muslim. Hanya saja kesadaran untuk
melaksanakan syariat islam secara kaffah baru muncul beberapa decade belakangan
ini.
Manajemen Islam dalam perkembanganya telah diterapkan oleh lembaga keuangan
syariah yaitu BMT Made Demak yang dalamoperasionalnya berlandaskan syariah dan
BMT Made Demak telah berpera aktif membantu perkembangan ekonomi masyarakat
Demak dan sekitarnya hingga sampai saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu manajemen sebagai ilmu ?
2. Bagaimana manajemen sebagai aktivitas ?
3. Apa itu manajemen syariah dan konvensional ?
4. Apa saja pendekatan yang terdapat pada manajemen syariah ?
5. Apa saja objek kajian pada manajemen syariah ?
6. Bagaimana detail sistem dalam islam ?
7. Bagaimana sejarah manajemen pada jaman nabi ?
8. Bagaimana manajemen sebagai bagian dari syariah islam ?
9. Apa ayat al-quran/hadist dan alkitab yang membahas manajemen syariah ?

1
C. Tujuan
1. Memberi penjelasan tentang manajemen sebagai ilmu;
2. Memberi penjelasan tentang manajemen sebagai aktivitas;
3. Memberi penjelasan tentang manajemen syariah dan konvensional;
4. Memberi penjelasan tentang tentang pendekatan dalam manajemen syariah;
5. Memberi penjelasan lengkap tentang objek kajian manajemen syariah;
6. Memberi penjelasan lengkap tentang detail sistem dalam islam;
7. Memberi penjelasan tentang sejarah manajemen pada jaman nabi;
8. Memberi penjelasan tentang manajemen sebagai bagian dari syariah islam;
9. Memberi penjelasan tentang ayat al-quran/hadist dan padangan dari alkitab yang
membahas manajemen syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Sebagai Ilmu


Perkataan Kata Ilmu; diserap dari kata bahasa Arab, yang terdiri dari tiga huruf yaitu
‘ain, lam, dan mim. Kata ilm’ atau ilmu adalah mashdar dari kata ‘alima, ya’lamu yang
secara etimologi mengandung makna kejelasan. Ilmu pengetahuan haruslah bernilai suatu
kejelasan. Jika kita lihat serapan akar kata ‘Alam, alam semesta adalah sesuatu yang
sangat jelas, tampak terlihat dan nyata. Begitu juga kata alamat dimaknai tanda yang jelas
bagi suatu hal (tidak ada alamat yang tidak jelas). Jadi, secara umum kata ilmu
dimaksudkan ke dalam makna kejelasan, memahami, mengerti, atau mengetahui. Adapun
dalam bahasa Inggris, kata ilmu dipadankan dengan science dari asal kata Latin scientia,
dan adapun pengetahuan adalah knowledge.
Pengetahuan diklasifikasikan menjadi dua , yaitu pengetahuan biasa dan
pengetahuan ilmiah ( ilmu ) . Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya
kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera, dan intuisi untuk
mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan obyek, cara, dan kegunaannya. Dalam bahasa
Inggris, jenis pengetahuan ini disebut dengan pengetahuan. Pengetahuan juga ilmiah
keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui merupakan sesuatu, tetapi
pengetahuan ini memperhatikan obyek yang ditelaah , cara yang digunakan, dan
kegunaan pengetahuan tersebut. Dengan kata memperhatikan obyek ontologis, landasan
epitemologis, landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahuan ini
dalam bahasa Inggris disebut sains , dan jenis pengetahuan inilah yang dimaksud dalam
tulisan ini. Ringkasnya, ilmu adalah pengetahuan yang sistematik, yaitu yang diperoleh
dengan menggunakan metode ilmiah (Praja, 2002: 4).
Untuk dapat ditetapkan sebagai ilmu, pengetahuan harus memenuhi syarat - syarat
sebagai berikut:
1. Pengetahuan itu harus mengenai obyek tertentu;
2. Menggunakan metode yang tepat untuk menganalisisnya;
3. Tersusun secara sistematik;
4. Menggunakan istilah atau pengertian yang jelas;
5. Dapat diuji dan diterapkan secara obyektif ( Wirnaputra, t.t : 33-34 )

B. Manajemen Sebagai Aktivitas


Pada awal abad ke - 20 , Mary Parker Follet , dalam Wilson Bangun (2008:2),
berpendapat bahwa manajemen adalah sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Dia mengartikan manajemen yang menitik beratkan pada seninya,
dimana praktik atau implementasi membuat sistem yang baik dan benar. Dalam hal ini,
manusia dengan pengetahuan dan keahliannya mengkoordinasi orang lain dalam
organisasi, mengatur sumber daya untuk mencapai tujuan sesuai fungsi, tugas,

3
wewenang, dan tanggung jawabnya masing-masing. Dengan demikian, manajemen
merupakan suatu proses pencapaian tujuan yang dimiliki melalui pengetahuan dan
keterampilan yang mengatur orang - orang di dalam sebuah organisasi.
Dalam ranah aktivitas, Islam memandang bahwa keberadaan manajemen sebagai
suatu kebutuhan yang tak terelakkan dalam memudahkan implementasi Islam dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Implementasi nilai-nilai Islam berwujud
pada difungsikannya Islam sebagai kaidah berpikir dan kaidah amal dalam kehidupan.
Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan syariah difungsikan sebagai asas dan landasan pola
pikir. Sedangkan sebagai kaidah amal, syariah difungsikan sebagai tolak ukur (standar)
perbuatan. Karenanya, aktivitas menajemen yang dilakukan haruslah selalu berada dalam
koridor syariah. Syariah harus menjadi tolok ukur aktivitas manajemen. Senafas dengan
visi dan misi penciptaan dan kemusliman seseorang, maka syariahlah satu-satunya yang
menjadi kendali amal perbuatannya. Hal ini berlaku bagi setiap Muslim, siapa pun, kapan
pun dan di mana pun.
Seperti yang sudah dikemukan diatas bahwa peran syariah Islam adalah pada cara
pandang dalam implementasi manajemen. Dimana standar yang diambil dalam setiap
fungsi manajemen terikat dengan hukum-hukum syariat Islam. Fungsi manajemen
sebagaimana kita ketahui ada empat yang utama, yaitu: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pergerakan (actuating), dan pengawasan (controlling).

C. Manajemen Syariah dan Konvensional


Manajemen syariah yaitu suatu pengolahan untuk memperoleh hasil yang
lebih baik, yang mencakup tentang ajaran agama islam untuk memperoleh keridhoan
Allah SWT. Sedangkan manajemen konvensional yaitu suatu pengolahan untuk
memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dengan berbagai cara.
Diantara karakteristik yang membedakan teori manajemen dalam islam
dengan teori lainnya, menurut Abu Sinn (2006:29) yaitu teori islam fokus terhadap
segala variable yang berpengaruh di dalam aktivitas manajemen (mencakup dalam
ataupun luar organisasi) dan hubungan perilaku individu dengan faktor-faktor sosial
yang berlaku.
Teori islam memberikan injeksi moral dalam manajemen, yakni mengatur
bagaimana seharusnya individu berlaku. Variabel yang menjadi karakteristik.
Manajemen Syariah yaitu :
1. Variabel etika sosial; teori manajemen yang konsen dan terkait dengan falsafah
sosial masyarakat muslim dan berhubungandengan akhlak atau nilai-nilai etika
sosial yang dipegang teguholeh masyarakat muslim.
2. Variabel ekonomi-materi; Manajemen Syari'ah konsen terhadapvariabel ekonomi
dan motif materi , dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan fisiologis individu.
3. Variabel kemanusiaan; memperhatikan nilai - nilai kemanusiaan dengan spiritual
dan memuliakan manusia untuk berpartisipasi dalam aktivitas manajemen;
memuliakan segala potensi intelektual,kompetensi, dan dimensi spiritual.
4. Variabel perilaku dan sistem; konsen terhadap sistem dan menentukan tanggung
jawab dan wewenang, menghormati kekuasaan dan organisasi, menghormati

4
struktur organisasi, dan menuntut ketaatan kepada kebaikan.
Untuk melihat karakteristik dan perbedaan signifikan antara
Manajemen Syariah dan Manajemen Konvensional dapat dilihat pada orientasi
manajemen yaitu pada perbedaan orientasi manajemen menurut Syariah dan
orientasi manajemen suatu umum. Misalnya pada suatu perusahaan dengan
berbagai jenis, dikategorikan baik secara manajerial apabila memenuhi beberapa
hal, diantaranya yaitu :
1) Mencapai profit setinggi-tingginya;
2) Jika profit telah diraih, maka perusahaan akan mengupayakan pertumbuhan
profitnya;
3) Pertumbuhan profit yang telah diraih diupayakan untuk dijaga
keberlangsungannya.
Namun pada orientasi Syariah yang memiliki visi sekuler agar sejalan
dengan misi Allah, maka terdapat empat komponen yaitu :
1) Target hasil;
2) Pertumbuhan;
3) Keberlangsungan;
4) Keberkahan.

D. Pendekatan Manajemen Syariah


Menurut Wilson bangun (2008:30), pendekatan digunakan karena tidak
ada satu pun teori yang dapat digunakan secara universal dalamsuatu situasi tertentu,
padahal teori tersebut sangat penting untuk mengenal suatu konsep sehingga dengan
konsep tersebut masalah dapat dipecahkan dengan mudah.
Ek.Mochtar Effendy (1996:20-31) menjelaskan bahwa pendekatan
terhadap Manajemen Syari'ah dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Tauhid ( aqidah )
Tauhid adalah ilmu mengenai hubungan antara manusia dengan Pencipta, Allah SWT.
Manusia diciptakan dan ditakdirkan untuk menghuni planet bumi ini dengan tugas
dan fungsi tertentu, yakni sebagai khalifat Allâh fî al-Ardh (Q.S. Al-Baqarat (2):30)
yang bertanggung jawab menyebarkan rahmat bagi seluruh makhluk (Q.S.Al-Anbiyâ'
(21):107) dengan jalan al-amr bi al-ma'rûf wa al–nahy `an al-munkar (Q.S.Âli
`Imrân (3):110). Dengan pendekatanini, manajemen tidak dapat lepas dari fungsi
dan kewajiban manusia yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Taat, patuh, dan
Ikhlas merupakan manifestasi tauhid melaksanakan fungsi dan kewajibanya.
2. Pendekatan Syariah
Secara umum Syari’ah dua persoalan pokok, yakni: 1) ibadah, baik mahdhat
(ibadah yang telah ditetapkan cara pelaksanaannya) maupun ghayr mahdhat (ibadah
yang tidakditetapkan cara pelaksanaannya), dan ; 2) mu'amalah, baik al- muâmalat
al-madiyyat (mu'amalah yang berhubungan dengan materi seperti perjanjian,
perdagangan, badan usaha, hubungan kerja, dan lain-lain) maupun al-muâmalat al-
adabiyyat (mu'amalah yang berhubungan dengan akhlak). Namun selain dua
persoalan pokok tersebut, yakni pengetahuan tentang spiritual dan material, Syari'ah

5
sebenarnya mensyaratkan keterlibatan aktif untuk menginternalisasikan dan
mengekspresikannya dengan kesadaran penuh ke dalam tindakan , baik secara diam
- diam maupun terang terangan.
Antara manajemen dan Syari'ah ada " benang merah" yang menghubungkan
keduanya. Manajemen, dengan fungsi, unsur, kegiatan, dan prosesnya, menempatkan
manusia sebagai postulat dan fokusnya, sedangkan Syari'ah manajemen dalam
kegiatan ,fungsi, dan prinsip-prinsip prinsip esensial memuat mengatur hubungan
antara manusia dalam satu kesatuan tertentu dan manusia dengan kesatuan lainnya,
seperti komoditas, uang, dan fasilitas lain yang terlibat dalam manajemen.
3. Pendekatan Akhlak
Islam mengajarkan bagaimana berbudi pekerti yang luhur , baik terhadap
Allah SWT, sesama manusia, makhluk -makhluk lain, dan alam semesta ini.
Rasulullah SAW bersabda bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang
paling baik akhlaknya:
Persinggungan antara islam dengan manajemen berbicara tentang
implementasi kombinasi yang harmonis dengan menggunakan cara-cara yang baik
dalam melaksanakan dan mengelola sesuatu untuk mencapai hasil maksimal dan
dengan pengorbanan sekecil mungkin, sedangkan akhlak berbicara tentang penilaian
dari perbuatan baik dan buruk; apakah sesuatu itu baik apabila diukur dengan metode
penilaian. Dalam hal ini, Allah dan Rasul-Nya memberikan petunjuk dalam konsep
amar ma’ruf nahi munkar dan amal shaleh yang membicarakan tentang pembentukan
sikap manusia secara totalitas sesuai dengan ajaran Alquran dan Sunnah. Oleh karena
itu, banyak sekali persinggungan antara keduanya, terutama penilaian antara baik dan
buruk yang menetapkan syarat-syarat bagi para manajer yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan manajemen seperti kejujuran, integritas pribadi, kesungguhan
dan lain-lain (Effendy, 1966;30).

E. Objek Kajian Manajemen Syariah


Menurut Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah memiliki
objek kajian yaitu perilaku, organisasi dan sistem.
1. Perilaku, Perilaku merupakan objek utama Manajemen Syari'ah, sebab ilmu
syari'ah secara umum adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia
(mukallaf), baik yang bersumber dari Alquran, Sunnah, atau ijtihad.
Dengan tolak ukur syari'ah, setiap muslim akan mampu membedakan secara jelas
dan tegas perihal halal atau haramnya suatu kegiatan manajerial yang dilakukan.
Aktivitas yang halal akan dilanjutkannya, sementara yang haram harus
ditinggalkannya, semata-mata untuk menggapai keridhaan Allah SWT.
Perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Jika prilaku
orang yang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid, maka
prilakunya akan terkendali dan tidak melakukan penyelewengan dan
penyimpangan karena menyadari bahwa ada pengawasan yang maha tinggi yaitu
Allah swt yang akan mencatat setiap amal perbuatan yang baik maupun yang
buruk. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S al-zalzalah ayat 7-8 : ( ‫مِ ثْقَا َل‬

6
ُ‫ ) ذَ َّرةٍ ش ًَّرا َي َر ۥه‬Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula.
Setiap kegiatan dalam manajemen syari'ah, diupayakan menjadi amal saleh yang
bernilai abadi. Istilah amal saleh tidak semata-mata diartikan perbuatan yang
baaik seperti yang dipahami selama ini, akan tetapi merupakan amal perbuatan
baik yang dilandasi iman, dengan beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Niat yang ikhlas karena Allah swt.
b. Tata cara pelaksanaanya sesuai dengan syari'at.
c. Dilakukan dengan penuh kesungguhan.
2. Organisasi, organisasi menjadi obyek kajian manajemen sebab keduanya tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Sebagian besar dari hidup manusia berada dalam
organisasi, baik organisasi formal maupun informal. Organisasi tumbuh
berkembang secara evolutif, dari organisasi informal menjadi formal, dari
organisasi kecil menjadi besar dan kompleks. Bagaimanapun bentuk ukurannya,
semua organisasi senantiasa berusaha untuk mencapai tujuan tertentu.

Adanya stuktur dan stratifikasi dalam islam didijelaskan dalam Al-quran yang
artinya Artinya: "Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi
dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Maha Penyayang."

Hal ini menjelaskan bahwa dalam mengatur kehidupan dunia, peranan manusia
dan kepintarannya tidak akan sama. Sesungguhnya struktur itu merupakan
sunnatullah. Ayat ini mengatakan bahwa kelebihan yang diberikan (struktur yang
berbeda-beda) merupakan ujian dari Allah dan bukan dugunakan untuk
kepentingan sendiri. Manajer yang baik, yang mempunyai posisi penting, yang
struktur palin tinggi akan berusaha paling tinggi akan berusaha agar ketinggian
strukturnya itu menyebabkan kemudahan bagi orang lain dan memberikan
kesejahteraan terhadapnya.
3. Sistem, Sistem adalah hubungan antar bagian di dalam organisasi. Sistem
merupakan kesatuan (unity) yang terdiri dari bagian-bagian yang secara
fungsional terkait satu sama lain dalam ikatan super ordinatnya yang menunjukan
suatu gerak dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Di dalam sistem
terdapat unsur-unsur seperti:
1) Sasaran dari keseluruhan sistem secara bersama-sama adalah kinerja yang
terukur;
2) Lingkungan sistem;
3) Sumber-sumber sistem;
4) Komponen-komponen sistem;
5) Manajemen sistem.

7
F. Detail Sistem Dalam Islam
Sistem merupakan kesatuan (unity) yang terdiri dari bagian-bagian yang secara
fungsional terkait satu sama lain dalam ikatan super ordinatnya yang menunjukan suatu
gerak dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Sistem yang disusun harus menjadikan perilaku berjalan dengan baik keberhasilan
sistem ini dapat dilihat pada saat Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah. Sistem
pemerintah Umar Abdul Aziz dapat dijadikan salah satu contoh sistem yang baik, telah
ada sistem penggajian yang rapi. Pada zaman Umar bin Abdul Aziz juga telah ada sistem
pengawasan (controlling) sehingga di zaman beliau governance dan sistem yang
berorentasi pada rakyat dan masyarakat benar-benar tercipta, hanya saja saat itu belum
dibakukan dalam atura-aturan.
Di dalam sistem, masih menurut Nasuka (2005:28-32), terdapat beberapa faktor
(berbagai hal keadaan, atau peristiwa yang menyebabkan atau mempengaruhi torjadinnya
sesuatu) antara lain:
1. Input ,Input dapat berupa komponen, elemen, unsur, dan subsistem yang terlibat
dalam proses untuk menghasilkan output.
2. Process, Proses merupakan runtutan perubahan atau rangkaian tindakan,
pembuatan, atau pengolahan untuk menghasilkan produk.Dalam kaitannya
dengan proses, Islam menggunakan istilah ibadah dalam arti luas, usaha atau
ikhtiar, dan amal perbuatan. Dalam hidup dalam akan mencapai sesuatu pastinya
manusia akan mengalami suatu rangkaian proses agar kedepannya menjadi lebih
baik lagi dari pada sebelumnnya. Contohnya seperti perbaikan dari ibadah kepada
Allah SWT. Dari yang awalnya jarang tetapi lama kelamaan berproses menjadi
lebih baik.
3. Output,Output atau keluaran merupakan produk dari input yang telah
diproses.Dalam Islam, hasil biasanya dinyatakan dalam bentuk kualitas dan
hanya Allah SWT yang menentukan hasil usaha manusia.
4. Outcome,Outcome adalah akibat atau konsekuensi yang terjadi dari hasil yang
dicapai.Titik tekan outcome adalah akibat atau pengaruh dari hasil yang dicapai.
Dampak dari sistem dapat dilihat dalam dimensi: a) dimensi ekstensitas atau
keluasan terhadap internal organisasi, masyarakat, atau lingkungan hidup b)
dimensi waktu seperti jangka pendek atau jangka panjang.
5. Feedback, feedback adalah penilaian terhadap output atau outcome untuk
perbaikan penyelenggaraan sistem, sehingga output dan outcome berikutnya
dapat menjadi lebih baik.
6. Environment,Environment adalah faktor-faktor diluar batas sistem.
Dari uraian di atas, ada catatan penting tentang hubungan antara input-process-
output-outcame-feedback/feed forward-environment. Bila kita merujuk pada
teori-teori umum, penilaian terhadap hasil (output) merupakan faktor yang sangat
penting. Konsep-konsep efektivitas organisasi (Teori Organisasi), produktivitas,
tingkat ekonomis, efisiensi, laba (Ilmu Ekonomi/Manajemen), pencapaian
program atau (Manajemen Pembangunan), menurut Nasuka ( 2005: 69),

8
kesemuanya mengarah kepada seberapa besar sasaran yang direncanakan bisa
dicapai atau direalisasikan.

G. Sejarah Manajemen Zaman Nabi


Manajemen telah dilakukan bahkan sejak awal peradaban yaitu zaman nabi Adam.
Nabi Adam as. ketika mengatur dan membagikan pekerjaan di antara anak-anaknya
sesuai dengan watak dan tabiatnya masing-masing. Habil yang berperasaan halus dan
penyayang diberi tugas beternak sementaranya Qabil yang berperawakan kasar dan
keras diberi tugas bertani atau berkebun bercocok tanam Sedangkan anak
perempuannya diberi tugas-tugas memasak, merawat dan membersihkan rumah serta
tugas-tugas domestik lainnya (Bey Arifin, 1996:25). Selain itu Nabi Adam berdasarkam
apa yang di syariatkan Allah SWT agar melakukan perkawinan silang yaitu Habil
dengan Iqlima (saudara kembar Qabil) dan Qabil dengan Labuda (saudara kembar
Habil). Namun, Qabil telah melanggar peraturan karena dia hanya ingin menikah
dengan saudaranya yang berparas cantik itu dan tidak mengizinkan Habil menikahi
kembarannya.
Tentu pada zaman nabi nabi setelahnya dalam melakukan dakwah dilakukan
manajemen dengan menentukan strategi dakwah yang baik. Seperti Nabi Nuh, Allah
mengutusnya karena setelah ketiadaan Nabi Adam dan Nabi Idris terjadi penyelewengan
di kalangan manusia, mereka menyembah 5 berhala bernama Wadda, Suwwa', Yaguts,
Ya'uq dan Nasr. Maka dakwah terus dilakukan dengan cara yang persuasif dan edukatif.
Hal demikian juga dilakukan oleh nabi nabi setelahnya.
Praktek manajemen yang paling menonjol di zaman Rasulullah Saw. terlihat ketika
setelah hijrah dari Mekah ke Madinah. Adapun selama di Mekkah, manajemen
Rasulullah Saw. lebih banyak terarah pada pelaksanaan dakwah. Secara umum, dakwah
di Mekah meliputi dua tahap, yakni: pertama, dakwah sirriyah (sembunyi) yang
dilakukan sejak masa bi’ṡah (pengangkatan sebagai Rasul) sampai hijrah ke Madinah.
Dengan penuh kecermatan, Nabi Saw melakukan dakwah secara individu dan
tersembunyi. Hal ini menjadi kemestian mengingat gagasan yang dibawa oleh Nabi Saw
adalah sesuatu yang baru bagi masyarakat Quraisy. Seandainya Islam yang dibawa oleh
Nabi langsung disampaikan secara terbuka dan terang-terangan bisa jadi ia akan mati
sebelum tersebar karena pasti mendapat perlawanan sengit sementara belum ada orang-
orang yang siap menjadi pengembannya.
Kedua, dakwah i’lan (terang-terangan) dengan menyeru orang-orang Quraisy kepada
Islam secara terbuka, bahkan menantang. Nabi Saw dengan tuntunan wahyu mulai
menunjukkan kerusakan aqidah dan keburukan peradaban jahiliyah lalu menunjukkan
aqidah Islam yang lurus dan kebaikannya. Dengan dakwah ini, Nabi Saw tentu
mendapati orang yang mau mengikutinya dan juga mendapatkan penolakan dan
perlawanan, terutama dari kalangan pemuka Quraisy.
Setelah terjadinya pristiwa Isra‟ dan Mi‟raj, Nabi Saw mulai menempuh tahapan
baru dalam dakwahnya yang lebih bersifat politis, yakni mencari himayah (perlindungan
dan dukungan) dari para tokoh terkemuka baik di Mekah maupun di luar Mekah. Di
Mekah, aktivitas ini dilakukannya sendiri, sementara di luar Mekah, terutama di

9
Madinah ditugaskan kepada Mushab bin Umair untuk melakukannya sampai ia berhasil
mendapatkan dukungan politik bahkan militer dari Madinah. Dengan dukungan penuh
itulah, maka Nabi Saw melakukan persiapan hijrah.Dari pristiwa hijrah, terlihat betapa
manajemen yang dilakukan oleh Rasulullah sangat matang. Kepemimpinan rasulullah
terbukti dengan berhasilnya beliau dalam Memanajemen konflik yang ada di madinnah
yaitu antara Suku Aus dan Suku Khajraj. Perdamaian antara 2 suku ini memang sudah
diimpikan, karena telah lelah berselisih. Maka inilah yang menyebabkan islam mudah
diterima di madinah karena mereka merindukan sosok pemimpin yang mampu melerai
pertikaian keduanya.
Periode setelah hijrah dimana umat Islam telah memiliki kekuatan dengan berdirinya
Daulah Islam dengan Nabi Saw sebagai kepala negaranya. Dalam aspek ketatanegaraan,
Nabi Saw. mengorganisasi kepemimpinannya menjadi beberapa jawatan dan wilayah
(kewalian) yang dipimpin oleh seorang wali dan keamilan yang dipimpin oleh seorang
amil. Rasulullah juga selektif dalam memilih pegawainya, yaitu mereka yang agamanya
kuat (shalih) dan bahkan Rasulullah sering minta pendapat sahabat tentang track record
(kepribadian calon pegawai).
Rasulullah SAW juga memiliki Majelis Syura semacam staf ahli yakni Majelis Syura
difungsikan oleh Rasulullah sebagai tempat berdiskusi dan bermusyawarah untuk
membicarakan masalah masalah yang dihadapi yang berkenaan masalah keagamaan,
pemerintahan, kemasyarakatan, dan hubungan dengan bangsa atau negara lain. Staf ahli
ini adalah para sahabat atau orang-orang yang memiliki kecermatan dalam berpikir,
kedalaman ilmu agamanya, kuat imannya, dan rajin mendakwahkan agama Islam.
Diantara mereka itu adalah Hamzah, Ja’far, Abu Bakar, Umar, Ali, Ibnu Mas’ud,
Salman, Usman, Hudzaifah, Abu Dzar, Miqdat dan Bilal.Ini menunjukkan Rasulullah
SAW itu seorang yang sangat menghargai kemampuan dan profesionalisme Rasulullah
SAW juga melakukan pembagian tugas danwewenang, seperti: Ali bin Abi Thalib
menangani kesekretariatan dan perjanjian-perjanjian yang dilakukan Rasulullah,
Hudzaifah bin Almin menangani dokumen rahasia Rasulullah, Abdullah bin Al-Arqam
bertugas menarik zakat dari para raja, Zubair bin Awam dan Juhaim bin Shalt bertugas
mencatat harta zakat, Mughirah bin Syu’bah dan Hasyim bin Namir bertugas mencatat
utang piutang dan transaksi muamalah, Zaid bn Tsabit bertugas sebagai penterjemah
Tafawi dan Nafi’ bin Dzarib al-Naufal bertugas menulis mushaf, dan lain-lain.
Dalam negeri, Nabi Saw menerapkan Islam secara menyeluruh dalam semua
lapangan kehidupan. Terhadap nonmuslim, dilakukan pengaturan bahwa semua
nonmuslim yang bersedia tinggal dalam naungan Islam diperlakukan sebagai ahl zimmi
dengan hak dan kewajiban sama dengan umat Islam, kecuali mereka bebas dari
kewajiban membayar zakat dan jihad, teebukti dengan adanya Piagam Madinah. Terkait
urusan luar negeri, Nabi Saw. menetapkan politik dakwah dan jihad. Bentuk hubungan
luar negeri adalah dalam rangka melakukan dakwah mengajak kepada Islam. Jika
mereka menolak, mereka dibiarkan dan ditawarkan untuk bergabung dengan wilayah
Islam dengan tetap pada agama mereka masing-masing. Jika mereka juga menolak,
maka mereka diperlakukan sebagai ahl al-harb dan boleh diperangi sampai mereka
tunduk secara militer.

10
H. Manajemen Sebagai Bagian dari Syariah Islam
Dalam pandangan agama Islam segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar,
tertib, teratur dan dan tuntas, tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Apa yang diatur
dalam Islam ini telah menjadi indikator pekerjaan manajemen yang meliputi rapi, benar,
tertib, teratur dan sistematis. Apa yang diatur dalam agama Islam itu adalah berdasarkan
syariat Islam (aturan yang ditetapkan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW). Di antara ayat Al Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW yang
menjadi dasar kegiatan manajemen adalah:

‫وص‬
ٌ ‫ص‬ُ ‫صفًّا َكأَنَّ ُهم بُ ْن َٰيَ ٌن َّم ْر‬ َ ‫ٱَّلل يُحِ بُّ ٱلَّذِينَ يُ َٰقَتِلُونَ فِى‬
َ ‫سبِي ِلِۦه‬ َ َّ ‫ِِ َّن‬

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berjuang dijalan-Nya dalambarisan


yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”.(Q.S.
Ash-Shaff: 4)
Kokoh di sini maksudnya adanya sinergi yang rapi antara bagian yang satu dengan
bagian yang lain. Jika hal ini terwujud akan menghasilkan suatu (pencapaian tujuan)
yang maksimal.
Meskipun tidak ada istilah khusus "manajemen" dalam ajaran syariat Islam, namun
prinsip-prinsip manajemen yang baik dan efektif sebenarnya terdapat dalam banyak
ajaran Islam. Dalam Islam, prinsip-prinsip manajemen yang baik dan efektif terdapat
dalam ajaran tentang tata kelola (governance) dan kepemimpinan (leadership). Ajaran
Islam menekankan pentingnya kepemimpinan yang adil dan berbasis pada ketaqwaan
kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur'an dan Hadits, banyak dijelaskan tentang
kepemimpinan yang baik, termasuk pemimpin yang adil, amanah, dan berkomitmen
untuk memperjuangkan kepentingan rakyatnya. Selain itu, Islam juga menekankan
pentingnya pengelolaan yang baik dan efektif dalam semua aspek kehidupan, termasuk
dalam bisnis dan ekonomi. Prinsip-prinsip seperti keadilan, transparansi, tanggung
jawab sosial, dan pengelolaan yang berkelanjutan, semuanya merupakan bagian dari
ajaran Islam.

I. Referensi dari Al-quran dan Alkitab

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al
Hasyr ayat 18)

11
Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahunmenurut perhitunganmu (As Sajdah
ayat 5).

Artinya :
Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka.
Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami
merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat
itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri
(niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat)
(Q.S As Syuura ayat 48).

Hadits Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad SAW. Bersabda : “Sesungguhnya Allah mewajibkan perbuatan yang
dilakukan dengan baik dalam segala hal, jika kamu membunuh binatang maka lakukanlah
dengan cara yang baik, jika kamu mau menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang
baik, pertajamlah alat potongnya, kemudian istirahatkanlah binatangnya.” (Matan Lain
HR.Muslim 3615, Turmudzi 1329, Abu Dawud 2432, Ibnu Majah 3161, Ahmad 16490,
Darimi 1888).

12
Referensi dari Alkitab
Lukas 6:34-35
(35)Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan
menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan
kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.
(36)Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan
dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi
anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu
berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
Imamat 25:35-38
(35)"Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu, maka
engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya ia dapat hidup di
antaramu.
(36)Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba dari padanya, melainkan engkau
harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup di antaramu.
(37)Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga
makananmu janganlah kauberikan dengan meminta riba.
(38)Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, untuk
memberikan kepadamu tanah Kanaan, supaya Aku menjadi Allahmu.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu adalah pengetahuan yang sistematik, yaitu yang diperoleh dengan
menggunakan metode ilmiah (Praja, 2002:4). Sedangkan manajemen merupakan suatu
proses pencapaian dimiliki tujuan melalui pengetahuan dan keterampilan yang orang-
orang yang ada di dalam sebuah organisasi. Setiap pekerjaan dapat diselesaikan melalui
orang lain. Dalam ranah aktivitas, Islam memandang bahwa keberadaan manajemen
sebagai sebuahkebutuhan yang tak terelakkan dalam memudahkan implementasi Islam
dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.

Manajeman syariah yaitu, suatu pengolahan untuk memperoleh hasil yang lebih baik,
yang mencakup tentang ajaran agama islam, untuk memperoleh keridhoan Allah SWT.
Sedangkan manajemen konvensional yaitu, suatu pengolahan untuk memperoleh hasil
yang sebesar-besarnya dengan berbagai cara. Pendekatan digunakan karena tidak ada satu
pun teori yang dapat digunakan secara universal dalam suatu situasi tertentu, padahal teori
tersebut sangat penting untuk mengenal suatu konsep sehingga dengan konsep tersebut
masalah dapat dipecahkan dengan mudah. Pendekatan terhadap Manajemen Syari'ah
dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu: pendekatan tauhid, syaria’ah, dan akhlak.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, menurut Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung
(2003:5-10), Manajemen Syari'ah memiliki objek kajian, yaitu perilaku, organisasi, dan
sistem. Sistem yang dijalankan dalam manajemensyariah adalah sistem yang menjadikan
prilaku pelaku-pelakunya berjalan baik, tidak mudah tergoda untuk melakukan
penyimpangan.
Praktek manajemen yang paling menonjol di zaman Rasulullah Saw. terlihat ketika
setelah hijrah dari Mekah ke Madinah. Adapun selama di Mekkah, manajemen
Rasulullah Saw. lebih banyak terarah pada pelaksanaan dakhwah. Setelah terjadinya Isra
dan Mi’raj, Nabi Saw mulai menempuh tahapan baru dalam dakhwahnya yang lebih
bersifat politis.

Dalam padangan agama Islam segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, bener,
tertib, teratur dan tuntas, tidak boleh dilakukan secara asal-asalan, ditetapkan berdasarkan
Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW dan sejatinya terdapat hubungan antara
Bank Syariah yang melarang praktik bunga dengan konsep Bunga pada AlKitab yaitu
keduanya sama-sama mengecam praktik bunga. Berbagai alasanpun dikemukakan seperti
dari konsep pinjam meminjam adalah konsep tolong menolong dan belas kasihan bukan
konsep bunga yang dapat menyusahkan orang yang meminjam. Saling mengasihi dan
menolong kepada sesama mahluk Nya sejatinya inti dari konsep bank syariah, quran dan
Alkitab.

14
DAFTAR PUSTAKA

Syariah Nur Fadilah “Implementasi Manajemen Syariah dalam Penguatan


Manajemen”,https://ejournal.iaifa.ac.id/index.php/salimiya, (Diakses pada 22
Agust-2023)
Romadon, Syahrul Imam. 2019. “Perbedaan Manajemen Syariah dan
Konvensional”,https://hasilcopa.com/perbedaan-manajemen-syariah-dan-
konvensional, (diakses pada 23 Agustus 2023).
Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,(Palembang:
Universitas Sriwijaya, 2009), hlm 25
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2004), hlm. 13
Dinda N.F. 2016 “kedudukan manajemen" ,https://prezi.com/wammqwqb8nyu/kedudukan-
manajemen”(di akses pada tanggal 23 agustus 2023)
Latifah, Eny. 2020. Pengantar Bisnis Islam. Grobongan: CV. Sarnu Untung.
Basri Hasan dan Mansur. 2019. Manajemen : Sejarah Dan Penerapannya Dalam Dakwah.
Vol. 12, No. 2, November
Abdullah Ma'ruf. 2012. Manajemen Berbasis Syariah. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Manajemen Bagian dari Syariat Islam, Landasan Moral, Budaya Manajemen Bisnis. (2021).
dari https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-kalimantan-
muhammad-arsyad-al-banjari-banjarmasin/annon/15manajemen-bagian-dari-
syariat-islamlandasan-moralbudaya-manajemen-bisnis-s/49239985 (Diakses pada
22 Agustus 2023).
Penjelasan ayat alkitab dari https://www.kompasiana.com/bank-syariah-jadikan-kitab-injil-
sebagai-rujukan (diakses pada 24 agustus 2023)

15

Anda mungkin juga menyukai