Anda di halaman 1dari 31

SUMBER NILAI DAN ETIKA DALAM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu: Udin Komarudin, S.Ag,. M.Pd

Oleh:

Muhammad Rafi Fauzan


2350181235

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan rahmat
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suri
tauladan bagi seluruh umat manusia.
Pada kesempatan ini saya ucapkan terimakasih kepada bapak Udin
Komarudin, S.Ag,. M.Pd yang telah membimbing serta memberikan tugas ini sebagai
bekal ilmu untuk saya di masa depan yang akan datang.
Makalah ini disusun dalam rangka memahami lebih dalam tentang Sumber
Nilai dan Etika Dalam Islam. Saya berusaha menghadirkan informasi yang akurat,
relevan, dan bermanfaat bagi pembaca. Maka kritik, saran, dan masukan dari
pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang bermanfaat dan membuka wawasan
baru.
Terakhir, saya berdoa semoga makalah ini dapat menjadi amal jariyah yang
bermanfaat, diterima oleh Allah SWT sebagai bentuk ikhtiar saya untuk berkontribusi
dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih
atas perhatian dan waktu yang diberikan untuk membaca makalah ini.

Bandung, 30 Desember 2023

Muhammad Rafi Fauzan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah..............................................................................................2
1.4 Manfaat Pembuatan Makalah............................................................................................2
BAB 2..............................................................................................................................................3
KAJIAN TEORI............................................................................................................................3
2.1 Etika......................................................................................................................................3
BAB 3..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
3.1 Sumber Al Qur’an.........................................................................................................5
A. Aqidah............................................................................................................................5
B. Akhlaq............................................................................................................................7
C. Syariah..........................................................................................................................10
D. Sejarah..........................................................................................................................12
3.2 Sumber Assunah................................................................................................................14
A. Qouliyah.......................................................................................................................14
B. Sunnah Fi'liyah............................................................................................................16
C. Sunnah Taqririyah......................................................................................................17
3.3 Ijtihad...........................................................................................................................19
A. Komprehensif...............................................................................................................19
B. Mengikuti Bahasa Arab..............................................................................................20
C. Hafal Al-Qur’an..........................................................................................................20

ii
D. Asbabun Nuzul............................................................................................................21
BAB IV..........................................................................................................................................23
PENUTUPAN...............................................................................................................................23
4.1 kesimpulan..........................................................................................................................23
4.2 Rekomendasi.......................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................26

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam sebagai agama rahmatan lil-alamin, memberikan pedoman hidup


yang mencakup segala aspek kehidupan. Ajaran Islam tidak hanya berfokus pada
ibadah ritual semata, tetapi juga mengatur nilai-nilai dan etika yang menjadi dasar
perilaku umatnya. Pemahaman mendalam terhadap sumber nilai dan etika dalam
Islam menjadi esensial, tidak hanya untuk umat Muslim tetapi juga untuk masyarakat
luas yang ingin memahami nilai-nilai yang mendasari ajaran ini.
Latar belakang ini muncul dari kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan mendasar seputar sumber nilai dan etika dalam Islam. Di tengah dinamika
global dan tantangan yang semakin kompleks, pemahaman mendalam terkait dasar-
dasar moral dan etika Islam menjadi sangat penting. Kita perlu memahami bagaimana
ajaran Islam membentuk pandangan tentang kebenaran, keadilan, kesetaraan, serta
tanggung jawab sosial dan moral.
Sumber nilai dan etika dalam Islam tidak hanya terbatas pada Al-Qur'an
sebagai kitab suci, tetapi juga mencakup As-Sunnah, yang merupakan praktik dan
ajaran Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, latar belakang ini akan menjelaskan
kebutuhan untuk menggali lebih dalam sumber-sumber ini guna memahami
bagaimana Islam membentuk moral dan etika, sekaligus memberikan landasan bagi
pembaca untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.
Dengan memahami sumber nilai dan etika dalam Islam, diharapkan
dapat memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan karakter dan moral
masyarakat. Pemahaman ini juga membuka pintu bagi dialog antarbudaya dan
antaragama, memperkaya persepsi terhadap Islam, dan mempromosikan perdamaian
serta toleransi di tengah kompleksitas dunia kontemporer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Al-Qur'an sebagai kitab suci dalam Islam memuat nilai-nilai dan
etika yang membentuk landasan moral umat Muslim?
2. Apa peran As-Sunnah atau tindakan dan ajaran Nabi Muhammad SAW dalam
membentuk nilai-nilai dan etika dalam kehidupan umat Islam?

1
3. Bagaimana konsep ijtihad dipahami dalam Islam terhadap nilai-nilai dan
etika.

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


1. Menganalisis bagaimana Al-Qur'an sebagai kitab suci Islam memuat nilai-
nilai dan etika yang menjadi landasan moral bagi umat Muslim. Melibatkan
interpretasi ayat-ayat tertentu yang mencerminkan nilai-nilai etika dalam
konteks ajaran Islam.
2. Menggali dan menjelaskan peran As-Sunnah, yang melibatkan tindakan dan
ajaran Nabi Muhammad SAW, sebagai sumber hukum dan etika dalam Islam.
Menyoroti bagaimana Sunnah membentuk dan melengkapi Al-Qur'an sebagai
pedoman hidup umat Muslim.
3. Mempelajari dan merinci konsep ijtihad dalam Islam, terutama dalam konteks
pemahaman dan pengaplikasian nilai-nilai dan etika yang terdapat dalam
ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah.

1.4 Manfaat Pembuatan Makalah


Pembuatan makalah memungkinkan penulis untuk menjelajahi dan
memahami secara lebih mendalam konsep sumber nilai dan etika dalam Islam.
Proses penulisan dapat meningkatkan pemahaman penulis terhadap nilai dan etika
dalam Islam.
Makalah ini dapat menjadi sumber edukasi bagi pembaca tentang nilai-nilai
dan etika dalam Islam. Dengan menyajikan informasi yang akurat dan jelas,
makalah dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pembaca tentang
ajaran Islam terkait nilai dan etika.

2
BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Etika
Membicarakan pengertian etika tentu tak terlepas dari sejarah kemunculannya,
yakni dimulai pada periode Islam klasik. Akan tetapi, berdasarkan manuskrip-
manuskrip atau naskah-naskah kuno yang ditemukan dan diterjemahkan, karya- karya
pemikiran Yunani klasik jauh lebih dulu ditulis. Hal tersebut diketahui berdasarkan
konteks mata rantai sejarah ketika bangsa Arab menaklukkan sebuah wilayah, bahasa
asli negara tersebut tidak dihilangkan atau diubah. (Alfan, 2011).
Masalah kemerosotan moral menjadi problem saat ini, meskipun demikian,
tidak jelas faktor apa yang menjadi penyebabnya. Masalah moral adalah masalah
yang muncul pada diri manusia, baik ideal maupun realita. Secara ideal ketika
manusia diberikan roh oleh Allah untuk pertamakalinya dalam hidupnya, padanya
disertakan rasio penimbang baik dan buruk. Oleh sebab itu masalah moral adalah
masalah normatif. Di dalam hidupnya manusia dinilai atau akan melakukan sesuatu
karena nilai. Nilai mana yang dituju tergantung pada tingkat pengertian akan nilai
tersebut. Pengertian tersebut bahwa manusia memahami apa yang baik dan apa yang
buruk serta ia dapat membedakan keduanya dan selanjutnya pada tahap
pengamalannya.(Alfan, 2011).
Kelompok yang termasuk tipe etika ini sebagian para ahli tafsir dan para ahli
hadits. Kedua, etika teologis ini berarti sebuah tipe etika dimana dalam mengambil
keputusan- keputusan etika, sepenuhnya mengambil dari al-Qur‟an dan as- sunnah.
Kelompok etika tipe ini ada pada kelompok aliran Mu‟tazilah. Ketiga, etika filosofis.
Tipe etika ini dimana dalam mengambil keputusan- keputusan etika mendasarkan diri
sepenuhnya pada tulisan Plato dan Aristoteles yang telah diinterpretasikan oleh para
penulis Neo Platonik dan Galen yang telah digabung dengan doktrin-doktrin Stoa,
Platonik, Phitagorian dan Aristotelian. Termasuk kelompok ini antara lain Ibnu
Miskawaih dan penerusnya. Keempat, etika religius, merupakan tipe etika dimana
keputusan etikanya berdasarkan al- Qur‟an dan as-sunnah, konsep- konsep teologis,
kategori-kategori filsafat, dan sedikit sufis. Unsur utama etika ini biasanya
terkonsentrasi pada dunia dan manusia. Tipe pemikiran etika ini lebih kompleks dan
berciri Islam. Bebrapa tokoh yang termasuk mempunyai tipe pemikiran etika ini,
antara lain Hasan al Bashry, al Mawardi, al Ghazali, Fakhrudin ar Razi dll. (Haris,
2010).

3
Menurut Soergarda Poerbakawatja, pengertian etika adalah suatu ilmu yang
memberikan arahan, acuan, serta pijakan kepada suatu tindakan manusia.
Menurut H. A. Mustafa, pengertian etika adalah ilmu yang menyelidiki
terhadap suatu perilaku yang baik dan yang buruk dengan memerhatikan perbuatan
manusia sejauh apa yang diketahui oleh akan serta pikiran manusia.
Menurut Poerwadarminto, arti etika adalah ilmu pengetahuan tentang suatu
perilaku atau perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik dan buruknya yang sejauh
mana dapat ditentukan oleh akal manusia.

4
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Sumber Al Qur’an

A. Aqidah
Akidah atau iman dalam perspektif Alquran harus melahirkan amal shaleh.
Iman dan amal shaleh bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dari yang lain; iman dianggap belum benar jika tidak
diaktualisasikan dalam perilaku shaleh, dan perilaku positif tidak dapat
dianggap suatu keshalehan jika tidak didasarkan atas dorongan keimanan.
Nilai keshalehan tergantung atas akidah yang dianutnya. Jadi, keimanan
berkaitan erat dengan amal shaleh.
Karena begitu eratnya kaitan antara kedua hal tersebut maka
perbincangan Alquran tentang keimanan selalu beriringan dengan amal
shaleh. Dalam Surah At-Tîn (95), misalnya, dijelaskan pengecualian terhadap
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dari kejatuhan ke dalam
kondisi hina, yang disebutnya dengan istilah asfala sâfilîn. Untuk
menghindarkan diri dari kejatuhan ke kondisi asfala sâfilîn itu tidak cukup
hanya dengan kepercayaan saja, tetapi harus disertai dengan amal shaleh.
Surah Al-'Ashr (103) juga menjelaskan, yaitu untuk menghindar agar tidak
menjadi pribadi-pribadi yang rugi haruslah memiliki akidah tauhid dan amal
shaleh.
Aqidah, dalam konteks Islam, merujuk pada keyakinan dan doktrin
fundamental yang dipegang oleh umat Muslim. Aqidah mencakup
pemahaman tentang sifat-sifat Allah, kepercayaan pada malaikat, kitab-kitab
Allah, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, takdir, dan berbagai konsep teologis
lainnya. Nilai dan etika dalam Islam tercermin dalam pemahaman aqidah yang
berasal dari sumber utama Islam, yaitu Al-Qur'an. Berikut adalah beberapa
konsep aqidah yang bersumber dari Al-Qur'an dan terkait dengan nilai dan
etika Islam :

1. Tauhid (Keesaan Allah)


Al-Qur'an secara tegas menegaskan konsep tauhid, yaitu
keesaan Allah. Tauhid menciptakan landasan untuk nilai-nilai

5
etika, karena mengakui keberadaan satu Tuhan mengarah pada
kesatuan moralitas yang bersumber dari kehendak dan ajaran-Nya.
"Katakanlah: 'Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.'" (QS Al-Ikhlas: 1)

2. Keadilan dan Kebaikan Allah


Al-Qur'an menekankan sifat keadilan dan kebaikan Allah, yang
menciptakan dasar moralitas dan etika dalam kepercayaan Muslim.
"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Pemurah; jika
dikehendaki-Nya, tentulah Dia tidak membiarkan kamu (beriman),
dan Kami tidak membuatkan kamu (wahyu) kecuali untuk
(mengadakan) ujian bagi manusia." (QS Al-Furqan: 20-21)

3. Kemanusiaan dan Keadilan Sosial


Al-Qur'an menekankan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan
sosial, serta pentingnya berlaku adil terhadap sesama.
"Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat baik, dan
memberi kepada kaum kerabat; dan Dia melarang dari perbuatan
keji, mungkar, dan kezhaliman. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS An-Nahl:
90)

4. Kesucian Hidup dan Kematian


Al-Qur'an memberikan pandangan tentang kesucian hidup dan
kematian, serta betapa pentingnya menjalani kehidupan dengan
penuh tanggung jawab dan moralitas. "Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS
Adz-Dzariyat: 56)

5. Moralitas dalam Hubungan Sosial


Al-Qur'an memberikan petunjuk moral dalam hubungan sosial,
mengajarkan kasih sayang, tolong-menolong, dan berlaku adil
terhadap sesama. "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, sekalipun terhadap
dirimu sendiri, atau ibu bapak dan kaum kerabatmu." (QS An-
Nisa: 135)

6. Kemurahan Hati dan Pemberian Sumbangan

6
Al-Qur'an mendorong kemurahan hati dan pemberian
sumbangan sebagai bentuk ibadah dan nilai etika. "Hai orang-
orang yang beriman, belanjakanlah sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk
untuk dikeluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memandang-mandang, dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (QS Al-
Baqarah: 267)

7. Takwa dan Kesalehan


Al-Qur'an mendorong umat Muslim untuk hidup dengan takwa
(ketakutan kepada Allah) dan kesalehan sebagai aspek utama
dalam kehidupan etis. "Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan bicaralah perkataan yang benar."
(QS Al-Ahzab: 70)

8. Penolakan Perbuatan Keji dan Mungkar


Al-Qur'an menekankan penolakan terhadap perbuatan keji dan
mungkar sebagai bagian dari etika dan moral Islam. "Dan
katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa mereka hendaklah
mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan itu
membawa kebencian di antara mereka. Sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS Al-Isra: 53)

Melalui ajaran-ajaran Al-Qur'an, nilai dan etika Islam menciptakan


kerangka kerja moral yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia,
baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Ini
menjadi panduan bagi umat Muslim untuk menjalani kehidupan dengan
moralitas tinggi dan etika yang sesuai dengan ajaran Islam.

B. Akhlaq
Al-Qur'an merupakan sumber utama bagi ajaran Islam, dan menyajikan
banyak petunjuk dan pedoman tentang akhlak atau moralitas dalam nilai dan
etika Islam. Beberapa konsep dan ajaran terkait akhlak menurut Al-Qur'an
mencakup:

7
1. Ketaqwaan (Taqwa)
Al-Qur'an sering kali menekankan pentingnya ketaqwaan,
yaitu kesadaran dan ketakutan kepada Allah. Taqwa membentuk
dasar moralitas dan etika dalam tindakan seseorang. "Hai manusia,
bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu, dan darinya Dia menciptakan isterinya, dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu
sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS An-Nisa: 1)

2. Kesabaran dan Kehalusan Hati


Al-Qur'an memberikan petunjuk tentang pentingnya kesabaran dan
kehalusan hati dalam menghadapi cobaan dan ujian kehidupan.
"Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang
yang sabar." (QS Al-Anfal: 46)

3. Keadilan dan Kebaikan


Ajaran Al-Qur'an mengajarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran,
dan kebaikan sebagai landasan perilaku etis. "Hai orang-orang
yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah, sekalipun terhadap dirimu sendiri, atau ibu bapak
dan kaum kerabatmu." (QS An-Nisa: 135)

4. Kejujuran dan Teguh Pendirian


Al-Qur'an mengecam perilaku curang dan menekankan
kejujuran dan teguh pendirian sebagai prinsip moralitas. "Dan
janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil,
dan janganlah kamu menyuapkan sebahagian harta manusia
kepada hakim (yang memutuskan perkara) dengan (maksud)
supaya kamu dapat memakan sebahagian dari harta manusia itu
dengan dosa, padahal kamu mengetahui." (QS Al-Baqarah: 188)

5. Sikap Kasih Sayang dan Kasih Tertawa

8
Al-Qur'an menekankan pentingnya sikap kasih sayang, kasih
sayang terhadap anak yatim, dan perlakuan baik terhadap sesama.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS
Ar-Rum: 21)

6. Bertindak dengan Keadilan dan Kemurahan Hati


Al-Qur'an menyarankan agar manusia bertindak dengan adil
dan penuh kemurahan hati, terutama terhadap orang-orang yang
membutuhkan. "Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil,
berbuat baik, dan memberi kepada kaum kerabat; dan Dia
melarang dari perbuatan keji, mungkar, dan kezhaliman. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran." (QS An-Nahl: 90)

7. Kemuliaan Akhlak Rasulullah sebagai Teladan


Al-Qur'an menggambarkan akhlak Rasulullah sebagai teladan
utama yang harus diikuti oleh umat Islam. "Sesungguhnya pada
diri Rasulullah itu benar-benar terdapat suri teladan yang baik
bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah." (QS
Al-Ahzab: 21)

8. Pemberian Nasehat dan Menghindari Pembicaraan Buruk


Al-Qur'an menyarankan untuk memberikan nasehat dengan
lembut dan menghindari pembicaraan buruk. "Dan katakanlah
kepada hamba-hamba-Ku, bahwa mereka hendaklah mengucapkan
perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan itu membawa
kebencian di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh
yang nyata bagi manusia." (QS Al-Isra: 53)

Al-Qur'an tidak hanya memberikan panduan spiritual, tetapi juga


memberikan fondasi moral dan etika yang kuat bagi umat Islam. Ajaran-ajaran

9
tersebut menjadi landasan bagi perilaku dan tindakan umat Muslim dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.

C. Syariah
Syariah dalam Islam mencakup seperangkat hukum dan aturan yang
berasal dari sumber-sumber utama, termasuk Al-Qur'an dan Hadis. Dalam
konteks nilai dan etika Islam, Al-Qur'an menjadi sumber utama yang
memberikan petunjuk dan prinsip-prinsip etika yang harus diikuti oleh umat
Muslim. Berikut adalah beberapa konsep syariah dalam Al-Qur'an yang
terkait dengan nilai dan etika Islam:

1. Tauhid (Keesaan Allah)


Prinsip tauhid adalah dasar dari seluruh syariah Islam. Al-
Qur'an menekankan pentingnya memurnikan keyakinan kepada
Allah dan mengakui-Nya sebagai satu-satunya Tuhan. "Maka
tetapkanlah wajahmu dengan lurus untuk agama (Allah), sesuai
dengan fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS Ar-Rum: 30)

2. Keadilan dan Keseimbangan


Al-Qur'an menekankan pentingnya keadilan dalam segala aspek
kehidupan, termasuk dalam perundang-undangan dan hukum
Islam. "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah, sekalipun terhadap dirimu
sendiri, atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia kaya atau
miskin, maka Allah lebih tahu keduanya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena kalau kamu menyimpang, atau
berlaku tidak adil, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan." (QS An-Nisa: 135)

3. Kasih Sayang dan Kebaikan Terhadap Sesama


Syariah menekankan nilai-nilai kasih sayang dan kebaikan
terhadap sesama sebagai prinsip etika yang harus dijunjung tinggi.
"Dan perintahkanlah kepada (mu) melakukan kebaikan, serta
melarang dari perbuatan keji dan kebencian, dan (dalam yang

10
demikian itu) itulah termasuk kewajiban yang ditegaskan." (QS
Al-A'raf: 199)

4. Kemuliaan Akhlak
Al-Qur'an menekankan pentingnya menjaga akhlak yang baik
dan berkarakter mulia. "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad)
benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS Al-Qalam: 4)

5. Kemurahan Hati dan Kepedulian Terhadap yang Lemah


Syariah Islam menuntut umatnya untuk bersikap murah hati
dan peduli terhadap orang yang lemah dan membutuhkan. "Orang-
orang yang diwasiapkan harta bendanya oleh Allah dan Rasul-Nya,
lalu mereka diwasiapkan oleh orang-orang yang berhubungan
kekeluargaan dengan mereka, atau oleh orang-orang miskin, atau
oleh anak-anak yatim, atau oleh orang-orang miskin yang sedang
dalam perjalanan..." (QS At-Taubah: 60)

6. Sikap Adil dan Berlaku Bijaksana


Syariah menuntut umat Islam untuk bersikap adil dan bijaksana
dalam segala perbuatan dan keputusan. "Dan apabila kamu
memutuskan perkara di antara manusia hendaklah kamu
memutuskan dengan adil." (QS An-Nisa: 58)

7. Hak Asasi Manusia dan Perlindungan Terhadap Kebebasan


Berekspresi
Al-Qur'an menegaskan hak-hak asasi manusia dan
perlindungan terhadap kebebasan berekspresi. "Tidak ada paksaan
dalam beragama; sesungguhnya telah nampak jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada tali yang kuat yang tidak akan putus." (QS
Al-Baqarah: 256)

8. Kepatuhan Terhadap Hukum Allah


Prinsip dasar syariah adalah kepatuhan terhadap hukum Allah
sebagaimana yang terungkap dalam Al-Qur'an. "Maka hukumlah

11
di antara mereka dengan apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka, dan berhati-hatilah (dari
siksaan) mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian petunjuk yang telah datang kepadamu dari Allah. Jika
mereka berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
menghendaki akan menyiksa mereka disebabkan sebahagian dosa-
dosa mereka." (QS Al-Ma'idah: 49)

Syariah dalam Al-Qur'an mencakup prinsip-prinsip etika dan moral yang


menjadi landasan perilaku umat Islam. Prinsip-prinsip ini mencakup
seluruh aspek kehidupan, termasuk hubungan dengan Allah dan sesama
manusia. Selain itu, syariah juga memberikan arahan tentang hukum dan
peraturan yang mengatur kehidupan sosial dan masyarakat Islam.

D. Sejarah
Sejarah sumber Al-Qur'an dapat diuraikan dari proses penyampaian
wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu-wahyu tersebut, yang
mencakup ajaran dan nilai etika Islam, disampaikan kepada Nabi Muhammad
oleh Allah melalui perantaraan Malaikat Jibril (Gabriel). Proses ini
berlangsung selama kurun waktu sekitar 23 tahun, dimulai pada tahun 610 M
dan berakhir pada tahun 632 M ketika Nabi Muhammad wafat. Berikut adalah
beberapa poin kunci sejarah sumber Al-Qur'an dalam konteks nilai dan etika
Islam:

1. Penyampaian Wahyu Pertama


Proses penyampaian wahyu dimulai ketika Nabi Muhammad
berusia 40 tahun. Wahyu pertama diterima oleh Nabi Muhammad
di Gua Hira pada bulan Ramadan. Wahyu pertama tersebut adalah
ayat-ayat awal dari Surah Al-'Alaq (96:1-5). "Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajarkan (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya." (QS Al-'Alaq: 1-5)

2. Penyampaian Wahyu secara Berangsur-angsur

12
Wahyu-wahyu kemudian disampaikan secara berangsur-angsur
selama periode 23 tahun ke depan. Wahyu tersebut mencakup
berbagai aspek kehidupan, termasuk hukum, etika, moral, serta
petunjuk untuk kehidupan spiritual dan sosial umat Islam.

3. Pencatatan dan Penghafalan Wahyu


Nabi Muhammad dan para sahabatnya dengan seksama
mencatat dan menghafal wahyu-wahyu tersebut. Para sahabat yang
hafal Al-Qur'an disebut sebagai para hafizh (penghafal Al-Qur'an).

4. Kompilasi Al-Qur'an pada Zaman Khalifah Abu Bakar


Pada masa Khalifah Abu Bakar, yang menjadi khalifah
pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad, terjadi peperangan
yang dikenal sebagai Riddah (Pemberontakan). Sejumlah sahabat
yang menghafal Al-Qur'an gugur dalam peperangan tersebut.
Untuk menjaga keselamatan Al-Qur'an, Abu Bakar memerintahkan
Zaid bin Thabit untuk mengumpulkan seluruh ayat Al-Qur'an yang
tertulis atau dihafal oleh para sahabat.

5. Kompilasi dan Standarisasi Al-Qur'an pada Zaman Khalifah


Utsman
Kompilasi Al-Qur'an secara resmi dilakukan pada masa
Khalifah Utsman bin Affan. Utsman memerintahkan Zaid bin
Thabit dan tiga sahabat terkemuka lainnya untuk menyusun Al-
Qur'an dalam bentuk satu mushaf. Ini dilakukan untuk memastikan
keseragaman teks di seluruh wilayah Islam dan untuk menghindari
potensi perbedaan dalam bacaan.

6. Penghafalan dan Penyebaran Al-Qur'an


Selama periode ini, banyak sahabat yang menghafal seluruh
Al-Qur'an atau sebagian besar ayat-ayatnya. Praktik penghafalan
Al-Qur'an terus berlanjut hingga hari ini, dan para hafizh masih
memainkan peran penting dalam menjaga integritas teks Al-
Qur'an.

7. Penggunaan Al-Qur'an sebagai Pedoman Hidup

13
Al-Qur'an, sebagai sumber ajaran Islam, telah menjadi
pedoman hidup bagi umat Islam. Nilai-nilai etika yang terkandung
dalam Al-Qur'an memberikan landasan moral dan spiritual bagi
individu dan masyarakat Muslim.

Sejarah sumber Al-Qur'an mencerminkan upaya para sahabat dan


khalifah dalam memastikan kelestarian dan penyebaran ajaran Islam. Al-
Qur'an tidak hanya dianggap sebagai kitab suci, tetapi juga sebagai petunjuk
hidup bagi umat Islam, memberikan nilai-nilai etika dan moral yang
membimbing umat Muslim dalam berbagai aspek kehidupan mereka.

3.2 Sumber Assunah

A. Qouliyah
"qauliyah" sendiri lebih merujuk kepada perkataan atau ucapan Nabi
Muhammad SAW dalam konteks As-Sunnah. Untuk memahami nilai dan
etika Islam yang terkandung dalam "qouliyah" atau perkataan Nabi, kita dapat
merujuk pada Hadits atau riwayat yang mencatat perkataan beliau. Hadits-
hadits ini menyajikan banyak petunjuk etika dan moral yang menjadi
pedoman bagi umat Islam. Beberapa contoh nilai dan etika Islam yang dapat
ditemukan dalam "qouliyah" Nabi Muhammad SAW meliputi:

1. Kejujuran dan Menjaga Amanah


Nabi Muhammad SAW sering menekankan pentingnya
kejujuran dan menjaga amanah dalam perkataan dan perbuatan.
"Barangsiapa yang tidak amanah, maka tidak akan masuk surga,
dan barangsiapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang, maka tidak
akan diberikan rahmat." (Hadits Riwayat Al-Bukhari)

2. Sikap Santun dan Penuh Akhlak Baik


Beliau menunjukkan sikap santun dan akhlak yang baik dalam
berinteraksi dengan orang lain. "Sesungguhnya aku hanya diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (Hadits Riwayat
Ahmad)

14
3. Keadilan dan Kesetaraan
Nabi Muhammad SAW menegaskan nilai-nilai keadilan dan
kesetaraan dalam berbagai konteks. "Sesungguhnya Allah
menyukai yang berat dalam semua urusanmu." (Hadits Riwayat
Muslim)

4. Kasih Sayang dan Perhatian Terhadap Sesama


Nabi Muhammad SAW mendorong umatnya untuk
menunjukkan kasih sayang dan perhatian terhadap sesama.
"Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu, sampai ia
mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya
sendiri." (Hadits Riwayat Al-Bukhari)

5. Sikap Bijaksana dalam Berbicara


Beliau menekankan pentingnya menggunakan kata-kata
dengan bijak dan berbicara dengan penuh pertimbangan.
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,
hendaklah dia berkata yang baik atau diam." (Hadits Riwayat Al-
Bukhari)

6. Kesabaran dan Keteguhan Hati


Nabi Muhammad SAW memberikan contoh kesabaran dan
keteguhan hati dalam menghadapi cobaan dan ujian. "Ajaib,
perkara orang mukmin, karena semuanya baik baginya. Ini tidak
berlaku bagi siapapun kecuali bagi orang mukmin. Jika mendapat
kebahagiaan, ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika ditimpa
musibah, ia bersabar dan itu baik baginya." (Hadits Riwayat
Muslim)

7. Pentingnya Ilmu dan Pendidikan


Nabi Muhammad SAW mendorong umatnya untuk mencari
ilmu dan memberikan pentingnya kepada pendidikan. "Mencari
ilmu adalah wajib atas setiap muslim, laki-laki maupun
perempuan." (Hadits Riwayat Ibn Majah)

8. Toleransi dan Persaudaraan

15
Beliau mengajarkan nilai-nilai toleransi dan persaudaraan antar
umat Muslim. "Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu,
sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri." (Hadits Riwayat Al-Bukhari)

B. Sunnah Fi'liyah
Fi’liyah dalam konteks As-Sunnah merujuk pada perbuatan atau
tindakan Nabi Muhammad SAW. As-Sunnah, sebagai sumber ajaran Islam,
mencakup tidak hanya perkataan (qauliyah) beliau tetapi juga perbuatan
(fi'liyah) serta persetujuan (taqrir) terhadap perbuatan yang dilakukan oleh
orang lain di sekitarnya. Dengan demikian, nilai dan etika Islam yang
terkandung dalam "fi'liyah" Nabi Muhammad SAW dapat dilihat melalui
contoh-contoh perbuatan dan tindakan beliau. Berikut adalah beberapa contoh
nilai dan etika Islam yang dapat ditemukan dalam perbuatan atau "fi'liyah"
Nabi Muhammad SAW:

1. Ihsan dalam Pelayanan kepada Umat


Nabi Muhammad SAW terkenal dengan tindakan pelayanan
dan kebaikan kepada umatnya. Beliau senantiasa memberikan
pelayanan dengan tingkat kebaikan yang tinggi. Contoh: Membantu
pekerjaan rumah tangga, menyambut tamu dengan ramah, dan
memberikan perhatian kepada orang yang membutuhkan.

2. Keadilan dan Kesetaraan dalam Perlakuan


Nabi Muhammad SAW menunjukkan tindakan adil dan
kesetaraan dalam perlakuannya terhadap seluruh umat, tanpa
memandang suku, ras, atau status sosial. Contoh: Memperlakukan
semua orang dengan adil, memberikan hak-hak yang setara, dan tidak
membedakan perlakuan berdasarkan status sosial.

3. Sikap Kasih Sayang dan Kelembutan


Beliau menunjukkan sikap kasih sayang dan kelembutan
terhadap anak-anak, keluarga, dan umatnya. Contoh: Menunjukkan

16
kasih sayang kepada anak-anak, memberikan nasihat dengan penuh
kelembutan, dan menunjukkan perhatian terhadap masalah umat.

4. Pemberian dan Kebaikan kepada Sesama


Nabi Muhammad SAW memberikan contoh pemberian kepada
orang-orang yang membutuhkan dan melakukan kebaikan kepada
sesama. Contoh: Memberikan sedekah, menolong orang yang dalam
kesulitan, dan menyantuni yatim-piatu.
5. Kemurahan Hati dan Kepedulian terhadap Kesejahteraan Umat
Beliau menunjukkan keprihatinan terhadap kesejahteraan umat
dan berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Contoh:
Mengatur kebijakan yang mendukung perekonomian umat,
memastikan ketersediaan makanan dan air, serta mengatasi masalah
kemiskinan.

6.Kesabaran dan Keteguhan dalam Menghadapi Cobaan


Nabi Muhammad SAW memberikan contoh kesabaran dan
keteguhan hati dalam menghadapi cobaan dan ujian. Contoh: Tetap
bersabar dalam menghadapi tantangan dan kesulitan, serta memohon
pertolongan Allah.

7. Toleransi dan Dialog Antarumat Beragama


Beliau menunjukkan sikap toleransi dan berdialog dengan
penganut agama lain, memberikan contoh toleransi dan keberagaman.
Contoh: Menjalani dialog dengan pemeluk agama lain, memberikan
perlakuan yang adil terhadap kelompok berbeda, dan mempromosikan
toleransi antarumat beragama.

8. Pendidikan dan Penyampaian Ilmu


Nabi Muhammad SAW memberikan perhatian besar pada
pendidikan dan penyampaian ilmu kepada umat Islam. Contoh:
Memberikan pengajaran tentang ajaran Islam, mendorong umat untuk
mencari ilmu, dan mendukung institusi pendidikan.

Perbuatan atau "fi'liyah" Nabi Muhammad SAW memberikan teladan


nyata tentang bagaimana menerapkan nilai-nilai etika Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Tindakan-tindakan beliau menjadi sumber inspirasi dan pedoman

17
bagi umat Islam untuk mengembangkan karakter yang sesuai dengan ajaran
Islam.

C. Sunnah Taqririyah
Sunnah taqririyah adalah adalah sunnah dalam bentuk ketetapan
Rasulullah Saw. Adapun yang dimaksud dengan ketetapan adalah bahwa
Rasulullah Saw tidak memberikan ketetapan hukum atas situasi berupa
perkataan ataupun dalam bentuk perbuatan. Sehingga dipahami bahwa dengan
dengan tidak adanya keterangan hukum dari Rasulullah Saw merupakan
bentuk izin yang diberikan. Oleh sebab itu, ketiadaan ketarangan hukum ini
dinamakan dengan taqrir (ketetapan) dari Rasulullah Saw. Dalam konteks As-
Sunnah, "taqririyah" merujuk pada persetujuan atau diam (tidak memberikan
bantahan) Nabi Muhammad SAW terhadap suatu perbuatan, ucapan, atau
kejadian yang terjadi di hadapannya. Persetujuan atau diam beliau terhadap
suatu tindakan atau perkataan dianggap sebagai bentuk legitimasi atau
penegasan terhadap hal tersebut. Meskipun tidak secara langsung disampaikan
melalui perkataan atau perbuatan beliau, persetujuan atau diam Nabi
merupakan bagian dari As-Sunnah dan menjadi sumber hukum Islam. Contoh
nilai dan etika Islam yang dapat dipahami dari "taqririyah" Nabi Muhammad
SAW melibatkan hal-hal sebagai berikut:

1. Penerimaan terhadap Amalan Ibadah dan Perkataan Sahabat


Nabi Muhammad SAW seringkali menunjukkan persetujuan
atau diam terhadap amalan ibadah dan perkataan sahabatnya, yang
menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan atau ucapkan sesuai
dengan ajaran Islam.

2. Penerimaan terhadap Kebijakan atau Keputusan Pemerintahan


Nabi Muhammad SAW dalam beberapa kejadian memberikan
persetujuan atau tidak memberikan bantahan terhadap kebijakan atau
keputusan yang diambil oleh para sahabatnya dalam ranah
pemerintahan.

3. Persetujuan terhadap Metode Dakwah dan Penyebaran Islam


Nabi Muhammad SAW memberikan persetujuan terhadap
metode dakwah dan cara-cara penyebaran Islam yang diambil oleh
para sahabatnya.

18
4. Diam terhadap Tindakan yang Sesuai dengan Nilai-nilai Islam
Dalam beberapa situasi, Nabi Muhammad SAW diam atau
tidak memberikan bantahan terhadap tindakan atau situasi yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam.

5. Ketidakberatan terhadap Keputusan atau Nasehat dari Para Sahabat


Nabi Muhammad SAW kadang-kadang diam atau memberikan
persetujuan terhadap keputusan atau nasehat yang diberikan oleh para
sahabatnya.

6. Persetujuan terhadap Praktik-praktik Keagamaan yang Benar


Nabi Muhammad SAW memberikan persetujuan atau tidak
memberikan bantahan terhadap praktik-praktik keagamaan yang sesuai
dengan ajaran Islam.

7. Penerimaan terhadap Inisiatif Amal Kebaikan


Nabi Muhammad SAW seringkali memberikan persetujuan
terhadap inisiatif amal kebaikan yang diambil oleh para sahabatnya
atau umat Islam secara umum.

Contoh konkret dari "taqririyah" Nabi Muhammad SAW dapat


ditemukan dalam banyak hadits dan riwayat yang mencatat bagaimana beliau
merespons atau tidak memberikan bantahan terhadap berbagai situasi.
"Taqririyah" memberikan tambahan pemahaman tentang nilai dan etika Islam,
karena persetujuan atau diam Nabi dapat diartikan sebagai bentuk legitimasi
terhadap apa yang sesuai dengan ajaran Islam.

3.3 Ijtihad

A. Komprehensif
Islam yang komprehensif mencakup seluruh aspek kehidupan.
Karakteristik ajaran Islam sebagai agama terakhir, melengkapi dan
menyempurnakan agama-agama samawi lainnya, terlihat dari kedudukannya.
Islam mencakup segala aspek kehidupan, termasuk akidah, ibadah, akhlak,
sosial, ekonomi, politik, ketatanegaraan, kekeluargaan, kebudayaan,
peradaban, dan lain-lain.

19
Salah satu karakteristik lainnya adalah sifat humanis Islam, yang
terlihat dalam upayanya melindungi hak asasi manusia. Visi, misi, dan tujuan
ajaran Islam menunjukkan bahwa Islam tidak hanya bertujuan untuk
kesejahteraan dunia dan akhirat, tetapi juga untuk kesejahteraan individual
dan sosial.
Islam juga merupakan agama yang dinamis, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman dalam pola komunikasi, transaksi, dan aspek lainnya.
Dinamika ini memberikan ruang bagi ulama untuk melakukan reinterpretasi
dan reformasi terhadap ajaran Islam.
Islam yang kosmopolit memiliki potensi untuk menyatukan dan
mempersaudarakan manusia di seluruh dunia, berdasarkan iman dan takwa
kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Islam memiliki nilai-nilai ideal,
universal, dan unggul yang dapat diidentifikasi melalui Al-Qur'an, Hadits, dan
pandangan ulama.

B. Mengikuti Bahasa Arab


Dalam bahasa Arab, "ijtihad" (‫اد‬NN‫ )اجته‬merujuk pada usaha keras,
penelitian sungguh-sungguh, atau upaya maksimal dalam menghadapi suatu
tugas atau masalah. Dalam konteks hukum Islam, istilah ini digunakan untuk
menyatakan proses interpretatif dan analitis yang dilakukan oleh ulama untuk
menemukan solusi hukum (fatwa) dalam situasi yang tidak diatur secara
spesifik oleh Al-Qur'an atau Hadis. Ijtihad melibatkan aplikasi akal dan
pengetahuan untuk mencapai pemahaman hukum yang sesuai dengan keadaan
kontemporer.
Ijtihad bertujuan untuk menerapkan nilai-nilai etika Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Ini melibatkan pemahaman yang praktis dan relevan
terhadap bagaimana ajaran Islam dapat menjadi panduan dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk moralitas, etika, dan perilaku sosial.
Ijtihad membantu dalam menemukan solusi untuk tantangan moral dan
etis yang muncul dalam masyarakat modern. Ini mencakup pemahaman
terhadap isu-isu seperti teknologi, hak asasi manusia, perubahan sosial, dan
permasalahan etis lainnya.
Dengan demikian, ijtihad dalam nilai dan etika Islam bertujuan untuk
menjembatani kesenjangan antara ajaran Islam klasik dengan tuntutan zaman
modern, memastikan keberlanjutan dan relevansi etika Islam dalam
menghadapi perubahan zaman.

20
C. Hafal Al-Qur’an
Ijtihad dalam menghafal Al-Qur'an dapat diartikan sebagai usaha keras
atau dedikasi dalam menguasai dan mengingat isi Al-Qur'an. Meskipun istilah
"ijtihad" sering kali lebih terkait dengan interpretasi dan analisis hukum Islam,
namun dalam konteks menghafal Al-Qur'an, konsep ini mencerminkan usaha
keras dan tekad yang diberikan oleh seseorang untuk menghafal seluruh atau
sebagian besar Al-Qur'an. Dalam nilai dan etika Islam, menghafal Al-Qur'an
dianggap sebagai amal ibadah yang sangat mulia, implikasi positif seperti
dalam Al-Qur'an berisi petunjuk moral dan etika yang harus diikuti.
Menghafalnya membantu seseorang untuk selalu mengingat dan menerapkan
nilai-nilai etika Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menggabungkan ijtihad, dedikasi, dan ketekunan dalam
menghafal Al-Qur'an, seseorang dapat mencapai keunggulan spiritual dan
moral yang tinggi dalam nilai dan etika Islam. Ini merupakan bentuk
kontribusi positif terhadap individu dan masyarakat Muslim.

D. Asbabun Nuzul
"Asbabun Nuzul" (sebab-sebab atau konteks turunnya suatu ayat) dalam
nilai dan etika Islam memberikan wawasan tentang situasi konkret di mana
ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan. Dalam kaitannya dengan nilai dan etika
Islam, "Asbabun Nuzul" dapat memberikan pemahaman mendalam tentang
sebab-sebab turunnya ayat-ayat yang berkaitan dengan etika dan moral.
Berikut adalah beberapa aspek "Asbabun Nuzul" yang relevan dengan nilai
dan etika Islam:
1.Pandangan Terhadap Perlakuan Terhadap Orang Lain:
"Asbabun Nuzul" dapat memberikan pemahaman tentang
situasi atau konflik tertentu yang melibatkan perlakuan terhadap orang
lain. Ayat-ayat yang turun sebagai respons terhadap situasi ini dapat
memberikan petunjuk etika tentang bagaimana bersikap terhadap
sesama.

2.Penekanan Terhadap Keadilan dan Kesetaraan:


Situasi di balik "Asbabun Nuzul" mungkin melibatkan kasus
ketidakadilan atau ketidaksetaraan. Ayat-ayat yang turun dalam
konteks ini dapat memberikan penekanan pada nilai-nilai etika Islam
seperti keadilan, kesetaraan, dan perlakuan yang adil terhadap semua
individu.

21
3.Etika Bisnis dan Perdagangan:
"Asbabun Nuzul" yang terkait dengan konteks bisnis atau
perdagangan dapat memberikan petunjuk etika tentang bagaimana
melakukan transaksi bisnis dengan kejujuran, keadilan, dan tanpa
memanfaatkan orang lain.

4.Sikap Terhadap Musuh atau Konflik:


Situasi konflik atau pertikaian dapat menciptakan "Asbabun Nuzul"
yang menyoroti etika Islam dalam berhubungan dengan musuh atau
dalam mengelola konflik. Ayat-ayat yang turun dalam konteks ini
dapat memberikan petunjuk tentang kesabaran, perdamaian, dan
penyelesaian konflik yang adil.

5.Hak Asasi Manusia dan Perlindungan Terhadap yang Lemah:


"Asbabun Nuzul" yang berkaitan dengan pelanggaran hak asasi
manusia atau perlindungan terhadap yang lemah dapat memberikan
panduan etika tentang pentingnya melindungi hak-hak individu dan
memberikan keadilan kepada yang lemah.

6.Moralitas dalam Hubungan Keluarga dan Masyarakat:


"Asbabun Nuzul" yang terkait dengan hubungan keluarga atau
masyarakat dapat memberikan petunjuk etika tentang moralitas,
tanggung jawab, dan sikap terhadap anggota keluarga dan masyarakat.

7. Penekanan Terhadap Kebaikan dan Kesalehan:


"Asbabun Nuzul" mungkin melibatkan situasi di mana ajaran
Islam ingin menekankan pentingnya perbuatan baik, kesalehan, dan
moralitas dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan memahami "Asbabun Nuzul" dalam konteks etika dan moral


Islam, umat Muslim dapat mengambil pelajaran praktis dan konkrit dari
situasi tertentu yang dihadapi oleh Rasulullah dan para sahabat, serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk memperkaya nilai-nilai
etika dan moral dalam Islam.

22
BAB IV

PENUTUPAN

4.1 kesimpulan
Dalam menjelaskan "Sumber Nilai dan Etika dalam Islam” Bersumber dari
Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Ijtihad," dapat ditarik beberapa kesimpulan penting yang
mencerminkan kekayaan dan fleksibilitas ajaran Islam. Kesimpulan ini
menggambarkan betapa ketiga sumber utama ini secara bersama-sama membentuk
landasan moral dan etika bagi umat Islam. Berikut adalah rangkuman kesimpulan dari
makalah ini:
A. Al-Qur'an sebagai Pusat Nilai dan Etika
Al-Qur'an, sebagai kitab suci Islam, menjadi sumber nilai dan etika
utama. Ayat-ayatnya memberikan panduan moral dan etis yang jelas,
menetapkan prinsip-prinsip dasar yang membimbing tindakan dan perilaku
umat Muslim.
B. As-Sunnah sebagai Penjelas dan Pelengkap
As-Sunnah, yang mencakup hadis-hadis Nabi Muhammad SAW,
berperan penting sebagai penjelas dan pelengkap Al-Qur'an. Hadis
memberikan konteks praktis dan aplikasi konkret dari ajaran-ajaran Al-
Qur'an, menjelaskan bagaimana nilai-nilai tersebut diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Ijtihad sebagai Metode Interpretatif Dinamis
Konsep ijtihad menunjukkan fleksibilitas dan adaptabilitas Islam
terhadap perubahan zaman. Ijtihad memungkinkan umat Islam untuk

23
menghadapi konteks kontemporer dengan mengembangkan interpretasi baru
dari nilai-nilai dan etika Islam sesuai dengan tuntutan zaman.
D. Sinergi Antara Ketiga Sumber
Kesimpulan ini mencerminkan sinergi yang harmonis antara Al-Qur'an, As-
Sunnah, dan Ijtihad. Ketiganya saling melengkapi dan membentuk sistem nilai
yang kohesif, memberikan pedoman moral yang kokoh dan relevan dalam
berbagai aspek kehidupan.
E. Fleksibilitas dan Adaptabilitas Ajaran Islam
Adanya ijtihad menegaskan bahwa Islam bukan hanya merupakan
ajaran kuno, tetapi juga memiliki mekanisme adaptasi yang memungkinkan
nilai-nilai dan etika Islam berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat.
F. Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran
Kesimpulan juga menyoroti pentingnya pendidikan dan kesadaran
terkait nilai-nilai Islam. Dengan memahami secara mendalam nilai-nilai yang
bersumber dari Al-Qur'an, As-Sunnah, dan melalui ijtihad, umat Islam dapat
mengaplikasikan ajaran tersebut dengan lebih baik dalam kehidupan sehari-
hari.

Dengan demikian, melalui kajian ini, tergambar bahwa Islam bukan hanya
sekadar agama ritual, melainkan juga sistem nilai dan etika yang mencakup dimensi
spiritual, moral, dan sosial. Keseluruhan, sumber-sumber ini membentuk landasan
kokoh bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan mereka dengan integritas dan
kepedulian terhadap nilai-nilai Islam.

4.2 Rekomendasi
Berdasarkan judul "Sumber Nilai dan Etika dalam Islam” Bersumber dari Al-
Qur'an, As-Sunnah, dan Ijtihad," terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diambil
untuk pengembangan makalah lebih lanjut. Berikut adalah beberapa rekomendasi
yang dapat dijadikan panduan:

A. Mendalamkan Kajian terhadap Al-Qur'an


Menganalisis secara mendalam ayat-ayat Al-Qur'an yang menjadi
sumber nilai dan etika dalam Islam. Fokus pada ayat-ayat kunci yang
membahas moral, etika, dan prinsip-prinsip hidup yang menjadi pedoman
umat Islam.
B. Meneliti Hadis-hadis yang Relevan

24
Melakukan penelitian lebih lanjut terhadap hadis-hadis Nabi
Muhammad SAW yang berkaitan dengan nilai dan etika Islam. Identifikasi
hadis-hadis yang memberikan insight tambahan atau penjelasan terhadap
nilai-nilai Al-Qur'an.
C. Mendetailkan Konsep Ijtihad
Mengeksplorasi lebih lanjut konsep ijtihad sebagai metode interpretatif
dalam Islam. Tinjau bagaimana ijtihad dapat diterapkan dalam konteks nilai-
nilai dan etika, serta bagaimana hal itu dapat membantu umat Islam
menghadapi tantangan zaman.

Dengan mengambil pendekatan yang mendalam terhadap aspek-aspek


tersebut, makalah dapat menjadi lebih komprehensif dan memberikan kontribusi yang
lebih signifikan terhadap pemahaman mengenai sumber nilai dan etika dalam Islam.

25
DAFTAR PUSTAKA

Muladi dan Arif Barda Nawawi, (1984), Penegakan Hukum Pidana, Jakarta : Rineka
Cipta, Jakarta.
Ofyar Z Tamin, 2008, “Perencanaan, Permodelan, & Rekayasa Transportasi”,

26
Bandung : Penerbit ITB.
Wahyuningsih, S. (2022). Konsep Etika Dalam Islam. JURNAL AN-NUR: Kajian
Ilmu-Ilmu Pendidikan dan Keislaman, 8(01).
Mydin, S. A. H., Shukri, A. S. M., & Razak, M. A. A. (2020). Peranan akhlak dalam
kehidupan: Tinjauan wacana akhlak Islam. Jurnal Islam dan
Masyarakat Kontemporari, 21(1), 38-54.
Wibowo, W. A. (2022). Hubungan Antara Aqidah Dan Akhlak Dalam
Islam. SKULA: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah, 2(3), 249
254.
Yusuf, K. M. (2012).Studi Alquran, Jakarta : Sinar Grafika Offset.
Munir,S. A. (2016). Ilmu Akhlaq, Jakarta : Sinar Grafika Offset.

27

Anda mungkin juga menyukai