Anda di halaman 1dari 19

KONSEP AGAMA DAN KEIMANAN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Dosen Pengampu : H. Nanang Rahmat, M.A.Pd

oleh :
Nabila Asy-Syifa
NIM P17333121042

PROGRAM STUDI DIII SANITASI


JURUSAN SANITASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah juga kasih
sayang nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan tema “Konsep Agama” ini
dengan baik. Semoga dengan adanya makalah ini dapat mendorong minat rekan-rekan yang
membaca, dan mempelajarinya agar senantiasa mengamalkan hal-hal baik yang terdapat di
dalamnya. Dalam materi “Konsep Agama” ini akan banyak membahas tentang keimanan juga
apa saja yang menjadi prinsip dan dasar-dasar pokok ajaran agama islam.

Penulis haturkan terima kasih sebanyak-banyak nya kepada dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Agama yaitu Bapak H. Nanang Rahmat, M.A.Pd yang telah memberikan
tugas pembuatan Makalah ini kepada penulis. Karena dengan adanya tugas ini ilmu
pengetahuan penulis bertambah dan banyak mendapatkan pelajaran. Penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini, dengan menyemangati penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya,
diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna dimasa yang akan
datang nantinya.

Bandung, 3 September 2021

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................................... 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
Pendahuluan ........................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
Landasan Teori ....................................................................................................................... 6
A. Landasan Teologis....................................................................................................... 6
B. Landasan Teori ............................................................................................................ 7
C. Landasan Filosofis....................................................................................................... 8
BAB III .................................................................................................................................... 10
Pembahasan .......................................................................................................................... 10
A. Agama Islam ............................................................................................................. 10
B. Islam Secara Etimologis dan Terminologis .............................................................. 11
C. Tujuan Memahami Islam .......................................................................................... 11
D. Cara mempelajari Agama Islam ................................................................................ 11
E. Rukun Iman ............................................................................................................... 12
F. Pengaruh Iman terhadap Kehidupan Seorang Muslim .............................................. 15
BAB IV .................................................................................................................................... 17
Penutup ................................................................................................................................. 17
A. Kesimpulan................................................................................................................ 17
B. Saran .......................................................................................................................... 18
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 19
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang bersifat universal dan memiliki prinsip rahmatan lil’alamin.
Ajaran Islam bertujuan untuk untuk mensejahterakan kehidupan umat manusia secara lahir
dan batin, baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Islam setiap manusia pada dasarnya
telah dikaruniai kecenderungan untuk bertauhid, yakni mengesakan Tuhan. Mengenai hal
ini Allah SWT. Menegaskan bahwa dalam diri manusia ada juga kecenderungan untuk
meyakini adanya Allah SWT dan beribadah kepada-Nya, dalam istilah Al-qur’an
kecenderungan dimaksud disebut dengan “fitrah”.
Manusia secara kodrati memiliki fitrah. Oleh karena itu manusia memiliki potensi
untuk beriman dan beribadah kepada Allah SWT ketika mereka baru dilahirkan, akan tetapi
karena adanya fektor lingkungan sekitar, maka fitrah tersebut kadang kala bisa tidak
berkembang dengan baik sebagaimana mestinya, melainkan mengarah pada hal-hal yang
lain. Seperti hal-hal positif maupun hal-hal negatif.
Keberagamaan yang baik dibuktikan dalam amal ibadah tersebut adalah sebagai wajud
dari motivasai iman, maka ia diwajibkan kepada siapa saja terutama kepada umat Islam
yang sudah dewasa (baligh baik pejabat maupun rakyat biasa, baik ia sebagai petani, buruh,
guru, karyawan maupun pedagang. Meskipun Islam mewajibkan umatnya untuk
melaksanakan amal ibadah, namun pada kenyataannya sering terjadi kejanggalan–
kejanggalan dalam kehidupan sosial. Misalnya ada sebagian para pedagang yang kurang
rajin dalam menjalankan amal ibadah seperti shalat dan puasa, di samping itu ada juga yang
menjalankan usahanya supaya berhasil seperti contohnya dengan menggunakan (penglaris
atau laku , mereka bisa juga meminta syarat – syarat tertentu kepada tuan guru atau orang
‘alim, bahkan ada juga yang menggunakan ajimat – ajimat penglaris yang tidak
bertentangan dengan aqidah Islam, seperti ajimat yang bertuliskan ayat – ayat al- Qur’an
yang dibalut dengan kain kuning. Sebaliknya ada juga pedagang yang rajin dalam
menjalankan ibadah shalat dan puasa. Selain itu ada juga mereka yang berdagang
melakdanakan ala kapitalis yakni untuk mendapatkan keuntungan sebanyak – banyaknya
baik dengan cara menipu, seperti mengurangi timbangan, takaran, literan dan tidak jujur.
Islam merupakan agama yang diwahyukan Allah Swt. kepada manusia melalui Nabi
Muhammad Saw. sebagai Rasul dan Nabi terakhir. Ajaran yang dibawa oleh Islam
mencakup bidang keimanan atau tauhid, muamalah atau syari‟ah, ibadah, dan akhlak
menjadi pedoman manusia dalam menjalani kehidupan. Seluruh ajaran tersebut bersumber
dari al-Qur‟an dan Hadis. Untuk memahami ajaran-ajaran agama Islam yang dijadikan
pedoman hidup serta dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari harus adanya
proses pendidikan bagi manusia (An-Nahlawi, 1999).
Karena melalui proses pendidikan manusia bisa mengetahui, mempelajari, menghayati,
memahami, serta mengamalkan ajaran-ajaran tersebut. Apabila ditinjau kembali tujuan
pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3, disebutkan bahwa; Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Peran dan fungsi pendidikan agama Islam dalam pembinaan umat sangat penting sekali
untuk membimbing dan mengarahkan potensi individu melalui penanaman nilai-nilai
pengetahuan, nilai-nilai agama, serta nilai-nilai susila (A. H. Lubis, 2016). Salah satu aspek
pendidikan agama Islam yang paling strategis dalam membina kualitas pribadi muslim
adalah pendidikan keimanan, selain pendidikan akhlak, pendidikan intelektual,
keterampilan, dan kemasyarakatan (Tafsir, 2002).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang penulisan makalah ini, akan di kemukakan beberapa masalah yang
terkait, seperti :

1. Apa pengertian agama Islam?


2. Apa pengertian Islam secara etimologis dan terminologis?
3. Apa tujuan memahami Islam?
4. Apa saja cara mempelajari agama islam?
5. Apa saja yang menjadi rukun-rukun iman?
6. Apa pengaruh keimanan terhadap kehidupan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah, antara lain :

1. Dapat memahami dan mengetahui pengertian agama islam tersebut,


2. Dapat memahami dan mengetahui apa pengertian islam secara etimologis dan
terminologis,
3. Dapat memahami dan mengetahui tujuan mempelajari agama Islam,
4. Dapat memahami dan mengetahui cara mempelajari agama islam,
5. Dapat memahami dan mengetahui juga mengimani rukun-rukun iman yang ada,
6. Dapat memahami dan mengetahui pegaruh keimanan terhadap kehidupan.
BAB II
Landasan Teori

A. Landasan Teologis
Allah SWT telah mengungkapkan secara langsung dalam beberapa teks ayat berkait
dengan harkat dan martabat manusia yang merupakan anugerah Allah SWT, antara lain:
A. QS Al-Anbiya Ayat 107
َ‫ن َل ْسرَ َٓ َام‬
َ ‫ََ َلِْ لَ َمََِّْ َكةَ َمحَ َ َِّل ََ َك‬
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi seluruh alam”

B. QS Ali Imran Ayat 19


َ َ‫َّلن ََس ْلا ََلّٰ َل ََ َسن‬
‫ََنََِِّّ َ َِن‬ ََ َ َْ َٰ َََ ‫ا ْل َِِّْ َٰ َٓ َا َِّ َِ َْسَ ْلن َا َِ َاْ َِم َََ َِ َل ْلا َُ ُم َه ْلء ْلا َام َِ َِ َن َا ِ َِّ َ َِّل‬
َ َ‫ْ َ ْل َْْٓلَُ ََِ َََِِّّْ َ َ ََل‬
‫ْ َٓ َام‬ َ ِّْ ‫َِ ْم‬
‫ن َْ َِّ ْلر ََلّٰلَ ََّم َِن ََلّٰ َل‬
َ ْ َ ‫َََ َا‬
َ ‫سم‬
Artinya : “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-
orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena
kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka
sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya”.

C. QS Ali Imran Ayat 67


َ َ‫َََ ْلم َِ َْ َاََِّْ َاَِّ َامنَ َٓ َام ا َس َل َمم َةسَ َْ َم َامنَ ِٓ َْ َٰ َِّ ر‬
َ‫ي ََْرََْم ِٓ َّل َِّ ْلن َُ َوَِّم ََِ َْْ َء َْ ْلا َام َامن‬
Artinya : “Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,
tetapi dia adalah seorang yang lurus, Muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang
musyrik”.

D. QS Ali Imran Ayat 85


َ َ ‫َّل َ َْ َا ََّف َٓء َْلُ َا َس نل ْل ِّ َلغَ َق ََّلَ َِّ َو َِّسَم‬
َِّ ‫َّلن ََس َا ََْ ََْ ِِّ َغَ ََب َٓ َا‬ ْ َ َِّ‫َََ ْْس ََََِِّّْ َا‬

Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat
dia termasuk orang yang rugi.
E. QS An Nisa Ayat 125
ُ
‫يغَ ْلْ ََٓ َ ََن َِ ْ َلف‬ َ َْ ََُ ‫س َح َكِ ْلٰ َا ِّْل َم َنوَ ْلا َا ْءََْ ََّ َُ َك َء َا َا َِّ ََِّٓكَْ ْل َُ ْلا َا َََِْٓلْل‬
َ ‫س َُ َاََِّْ َََ َم ْل ل َٰ َح َاَِّ َْ َّلَلٰ َِْ ََم‬
َ ‫ْلا‬
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas
berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya).
F. QS An Nisa Ayat 136
ُْ ‫ْل‬
َ‫َٓ لر‬ َ ‫ج َٓ َُسّٰاَّ ِكَِ َن َا َا َِّ ِا َا َ َْا َّ َُمَ َُؤْل ْلء َا‬ َ َْ َ‫َََِْ َم َلََِّْ َََُ ْلْ َٓرَ َِ َا ََّ َْ َنم ْ َل َنََِِّّ ََّلَ َرنْ ْلْ َْاَ ََ َنم َا َِّ َْي‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-
Nya dan kepada kitab (Al Quran) yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab
yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya."
G. Hadits

ِ ‫ و َع َم ٌل باأل َ ْرك‬،‫ان‬
.}‫َان‬ ِ ‫س‬َ ‫الل‬ ِ ‫ {اإليمانُ َم ْع ِرفَةٌ بالقَ ْل‬:‫قال النبي صلى الله عليه وسلم‬
ِ ‫ َوقَ ْو ٌل ِب‬،‫ب‬

Nabi saw. bersabda, “Iman adalah mengetahui dengan hati, diucapkan dengan lisan,
dan diamalkan dengan.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ibnu Majah dan imam At-
Thabrani dari sahabat Ali bin Abi Thalib dengan sanad yang dhaif.

H. Hadits riwayat Muslim

َ‫ َٓ ْْلخ‬,َْ َ ََ ‫ َٓ ََََْ َُ َا‬,‫ن َل َل‬


‫ َٓ ْلك ْل‬,‫ َٓ ْلاَْلغَ َل‬,‫ َٓ َاسَََ َََٰ َل‬,‫ َ َ َن َِمَل َل‬: ‫ َِم َل‬,‫من‬ َ َِّ ََ َِ َ‫ََ َاَِّ َِ َمَلَن ََك َ ْ ََْ ََ َٓ ب َََْ َ َ غَ َْر‬
َ ‫َْ َِّ َم‬

Artinya: "Beritahukanlah kepadaku apa itu iman." Rasulullah menjawab, "Iman itu
artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang
buruk." (HR. Muslim).

B. Landasan Teori
1. Konsep Agama Secara Etimologis
Agama berasal dari bahasa sanskerta yaitu : A = tidak, GAMA = kacau, kocar-kacir,
berantakan jadi AGAMA = tidak kacau, tidak kocar-kacir, tidak berantakan, atau
adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu.
Dalam bahasa Latin Agama : Religio, Religere = mengembalikan ikatan,
memperhatikan dengan saksama. Agama adalah tindakan manusia untuk
mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi.
Dalam bahasa arab : Din berasal dari kata dana yadinu dinan berarti tatanan, sistem
atau tatacara hidup. Jadi Din ialah tatacara hidup.

2. Konsep Agama Secara Terminologis


Agama : aturan atau tata cara hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan
dan sesamanya (Ensiklopedi Nasional Indonesia)
Agama : ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa sertatata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia danmanusia serta lingkungannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

3. Unsur-Unsur Agama
a. Keyakinan (credial, akidah), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini pengatur dan pencipta alam.
b. Peribadatan (ritual, ibadah), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan
dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan
ketundukannya.
c. Sistem nilai (Value, sumber hukum, syari’at) yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan
tersebut
C. Landasan Filosofis
Agama mengambil peran yang sangat penting dalam pembentukan cara pandang. Hal
ini pertama-tama disebabkan karena agama menyentuh hal-hal mendasar dari hidup
manusia. Ajaran agama berisi panduan yang menjadi penuntun hidup para pemeluknya.
Ajaran agama menggeluti halhal yang bermakna bagi hidup yang terungkap dalam
dialektika tentang pertanyaan dan jawaban terhadap pencarian makna hidup setiap
manusia.

Cara pandang menyangkut pertanyaan-pertanyaan dasar dalam kehidupan, seperti


berikut. Siapakah saya? Siapakah manusia itu? Dari mana saya berasal? Ke mana saya akan
berakhir? Mengapa saya harus hidup? Apakah tujuan hidup manusia? Apakah dunia ini
diatur oleh hukum, atau secara kebetulan, atau oleh ‘Tuhan’? Bagaimanakah cara hidup
yang benar? Bagaimanakah dunia ini dimulai? Bagaimanakah dunia ini akan berakhir?
Apakah yang akan terjadi setelah kita meninggal dunia? Apa yang terjadi dengan jiwa kita
setelah kematian? Mengapa ada penderitaan dalam hidup ini? Mengapa dunia ini fana?
Mengapa ada kebaikan dan kejahatan? Apa akibat dari dosa? Bagaimana dosa dapat
diampuni? Bagaimana kita bisa selamat?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikenal juga sebagai pertanyaan-pertanyaan


eksistensial, yaitu pertanyaan yang tidak dapat, tidak perlu ditanyakan. Kebanyakan orang,
mulai dari lahir sampai meninggal, menanyakan pertanyaan yang sama dan menghadapi
tantangan yang sama mengenai kebingungan dan ketidakpastian hidup. Seperti yang
dituliskan oleh Osborne (1996: ix), "Semuanya mengekspresikan kekaguman dan
kerendahan hati atas misteri alam semesta.” Mulai dari kisah penciptaan (misal: pada kitab
Kejadian dalam Alkitab) sampai mengenai deskripsi lengkap mengenai surga dan neraka,
semua agama menolong manusia untuk memahami asal manusia, alasan mereka ada di
dunia, yang terjadi ketika manusia meninggal, dan alasan adanya penderitaan.

Singkatnya, agamalah yang menyediakan jawaban dari pertanyaan sulit dan universal
ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah pertanyaan-pertanyaan mutlak (ultimate
questions) yang menyangkut eksistensi hidup manusia. Oleh karena itu, pasti akan
ditanyakan oleh setiap orang dalam hidupnya teristimewa pada momen-momen spesial
dalam perjalanan hidupnya. Agama memberi pencerahan dan jawaban mengenai
pertanyaan-pertanyaan ini. Dengan cara itu, agama menentukan cara pandang dan perilaku
hidup para pemeluknya.

Peran agama dalam menjawab pertanyaaan-pertanyaan eksitensial semacam ini


sangatlah krusial. Itu karena manusia selaku makhluk spiritual selalu terarah untuk
menanyakan hal ini. Manusia selalu berpaling kepada agama untuk menemukan jawaban
dan peneguhan atas aspirasinya dalam menjawab panggilan batin dan pencarian makna
hidupnya ke arah transendensi diri.

Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai seseorang atau kelompok bahkan setelah
melalui tahapan-tahapan dan proses yang panjang. Tujuan seringkali dijadikan pijakan
dalam melakukan sesuatu.
Tujuan merupakan akhir dari suatu usaha yang disengaja, teratur dan tersusun, maka
hasil tidaklah merupakan penghabisan yang pasti dari serentetan langkah-langkah yang
berkaitan satu sama lain. Karena antara tujuan dan keinginan adalah berbeda, keinginan
bersifat mudah berubah, sedangkan tujuan adalah tetap adanya (Al-Syaibani, 1979: 403).

Dengan melihat sifat tujuan yang tetap dan tidak berubah-berubah, maka yang dituju
oleh pendidikan juga sesuatu yang tidak berubah yaitu Tuhan. Seperti dikatakan oleh Yusuf
Al Qardhawi, rabbaniyah atau ketuhanan bagi manusia adalah menjadi sebagai ghoyah
(tujuan) dan 12 Volume X, No.1, 2017 Jurnal eL-Tarbawi Abdul Matin Bin Salman dan
Nur Sahed wijhah (sudut pandang). Maksdunya bahwa Tuhan itu di jadikan tujuan akhir
dan sasarannya yang jauh kedepan bagi manusia.
BAB III
Pembahasan

A. Agama Islam
Mengutip dari brilio.net, Islam dalam bahasa Arab merupakan mashdar dari kata
aslama-yuslimu-islaaman, yang artinya taat, tunduk, patuh, berserah diri kepada Allah.
Sedangkan jika dilihat dari asal katanya, Islam berasal dari kata assalmu, aslama,
istaslama, saliim, dan salaam. Masing-masing kata tersebut memiliki arti sebagai
berikut:
a) Assalmu artinya damai, perdamaian. Maksudnya, Islam adalah agama yang
damai dan setiap muslim hendaknya menjaga perdamaian.
b) Aslama artinya taat, berserah diri. Maksudnya seorang muslim hendaknya
berserah diri pada Allah dan mengikuti ajaran Islam dengan taat.
c) Istaslama artinya berserah diri.
d) Saliim artinya bersih dan suci. Maksud dari kata ini merupakan gambaran dari
hati seorang muslim yang bersih, suci, jauh dari sifat syirik atau menyekutukan
Allah.
e) Salaam artinya selamat, keselamatan. Islam adalah agama yang penuh
keselamatan. Jika seorang muslim menjalankan ajaran Islam dengan baik,
maka Allah akan menyelamatkannya baik di dunia maupun akhirat.
Dalam Al-Qur'an sendiri, kata Islam sebagai agama disebutkan dalam surat Al
Maidah ayat 3, yang artinya "Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu
jadi agama bagimu."
Selain itu, surat Ali Imran ayat 9 juga menyebutkan agama Islam, yang artinya:
"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam." Disebutkan pula dalam surat Ali
Imran ayat 85 yang artinya: "Dan siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka
tidak akan diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi."
Sedangkan dalam hadis, Rasulullah pernah menjelaskan arti Islam. Hadis tersebut
kemudian terkenal sebagai hadis Jibril, karena saat itu, malaikat Jibril yang berubah
wujudnya menjadi seorang laki-laki datang menemui Rasulullah untuk bertanya
tentang Islam dan meminta penjelasan pada Rasulullah.
Dari Umar radhiyallahu ta'ala 'anhu berkata, "Ketika kami sedang duduk-duduk
bersama dengan Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang pakaiannya
sangat putih, rambutnya sangat hitam, pada dirinya tidak terlihat tanda-tanda seorang
musafir, namun tidak ada satu pun di antara kami yang mengenalnya. Hingga ia duduk
di dekat Nabi SAW. Dia menempelkan lututnya ke lutut Nabi SAW dan meletakkan
telapak tangannya di atas paha Nabi. Dia berkata: Wahai Muhammad, jelaskan padaku
tentang Islam? Rasulullah SAW menjawab: Islam adalah engkau bersyahadat
bahwasannya tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad
adalah utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan
melaksanakan haji ke Baitullah jika engkau mampu melaksanakannya." (HR. Muslim)
B. Islam Secara Etimologis dan Terminologis
Islam secara etimologis adalah, selamat, kedamaian, sentausa. Dalam istilah Syar’i,
Islam adalah berserah diri, tunduk patuh dengan kesadaran yang tinggi tanpa paksaan
ISLAM adalah menerima segala perintah dan larangan Allah swt, yang diturunkan
melalui wahyu yang disampaikan oleh para Nabi.

Islam secara terminologis adalah jalan hidup (way of life) satu-satunya yang paling
selamat mengantarkan manusia sampai tujuan akhirnya, yaitu kehidupan akhirat. Islam
sebagai agama akhir yang telah mendapat jaminan dari sisi Allah akan kebenarannya.
Agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya untuk
memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta, dan
memahami ayatayat qur’aniyah yang terdapat di dalam al-qur’an.

C. Tujuan Memahami Islam


Ada beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan pendidikan Islam. Pertama, Ibnu
Khaldun berpendapat tujuan pendidikan Islam berorientasi ukhrawi dan duniawi.
Pendidikan Islam harus membentuk manusia seorang hamba yang taat kepada Allah
dan membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk persoalan kehidupan
dunia.
Kedua, al-Ghazali merumuskan tujuan pendidikan Islam kedalam dua segi, yaitu
membentuk insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah dan menuju
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Menurut al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam
adalah kesempurnaan manusia di dunia dan akhirat. Manusia dapat mencapai
kesempurnaan melalui ilmu untuk memberi kebahagiaan di dunia dan sebagai jalan
mendekatkan diri kepada Allah.
Menelaah dua formula tersebut, tujuan pendidikan Islam mencakup dua aspek
utama, yakni mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Hal
ini menggambarkan bahwa pendidikan Islam merupakan pendidikan yang bersifat
komplet.
Namun perlu dicatat, perkembangan perilaku sosial memerlukan reinterpretasi
tujuan pendidikan Islam yang bersifat khusus dan aplikatif. Al-Quran dan Hadis yang
menjadi pijakan utama dapat diinterpretasi ulang dengan memadukan nilai-nilai sosio-
kultural.
D. Cara mempelajari Agama Islam
Pengetahuan terbagi dua, yakni pengetahuan yang benar dan pengetahuan yang
belum pasti benar. Pengetahuan yang benar adalah al-ilmu atau al-haq, sedangkan
pengetahuan yang salah atau belum pasti benar disebutpersepsi. Seorang ustadz, guru,
dosen harus mengajarkan.
Islam Ilmu bukan Islam Persepsi. Islam Ilmu adalah Islam yang berdasarkan
dalil, bukan karena pendapat, mayoritas, juga tidak terikat figur atau tradisi nenek
moyang. Untuk memperoleh Islam ilmu, manusia harus menemukan dasar hukum
(rujukan) yang jelas, bukan semata-mata perkiraan fikiran, terikat dengan figur atau
terikat dengan mayoritas
a. Dengan ilmu, bukan dengan kira-kira Al-Qur'an QS 17 : 36 . Dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.
b. Beragama tidak atas dasar mayoritas, sebab mayoritas tidak
menjamin orisinalitas. Perlu menjadi catatan penting bahwa kebenaran hanya
ditentukan oleh kualitas argumentasi bukan oleh kuantitas penganutnya.
c. Beragama tidak boleh atas dasar keturunan atau warisan leluhur (QS. 2 :170)

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat petunjuk.

d. Beragama tidak atas dasar figur (QS.9 :31). :

Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai


tuhanv selain Allah

E. Rukun Iman
Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan
seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam
ajaran Islam, yaitu:

1. Iman kepada Allah


Patuh dan taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya
2. Iman kepada Malaikat Allah
Mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di
alam semesta.
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
Melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab
Allah adalah Al-Qur'an Al-Qur'an memuat tiga kitab Allah sebelumnya, yaitu
kitab-kitab Zabur, Taurat, dan Injil
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah
Mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan
menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran.
5. Iman kepada hari Kiamat.
Paham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan
6. Iman kepada Qada dan Qadar
Paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta

Mengenai rukun iman ini berikut dalil-dalilnya: ”Bukanlah menghadapkan


wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya
kebaktian itu ialahberiman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, dan nabi-
nabi…” (Al-Baqarah:177)

Begitu juga nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda dalam hadits Jibril: ”Iman
ituadalah hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-
Nya, Rasul-rasulNya, dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada takdir Allah, yang
baik maupun yang buruk.” (HR Muslim)

A. Iman kepada Allah


Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan
Raja segala sesuatu, Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang
Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak diibadahi.
Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh
diberikan kepada selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan,
dan kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan.
Mempercayai bahwa Allah itu adalah Zat (essensi) dan Ada (eksistensi) pada
Allah Maha Esa itu merupakan satuan, Ada pada Allah itu bersifat mutlak, berbeda
dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran Sunni menambahkan beberapa
Sifat-Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu Azali (al-Qidam), kekal tanpa
batas (al-Baqa), berbeda dengan setiap kebaharuan (Mukhâlafat lil Hawâdits),
keberadaannya itu pada zat-Nya sendiri (Qiyâmuhu bi Nafsihi), maha esa (al-
Wahdâniyat), berkemampuan tanpa batas (al-Qudrat), berkemauan tanpa hambatan
(al-Irâdat), tahu atas setiap sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt), mendengar (al-Samak),
menyaksikan (al-Bashar), berbicara menurut zat-Nya (al-Kalam).
B. Iman Kepada Para Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah memiliki
malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Adapun yang
diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan
malam tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan
yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat
mutawatir dari nash-nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di
langit dan di bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai
pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani
secara tafshil (terperinci), para malaikat yang namanya disebutkan oleh Allah,
adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka
secara ijmal (global).
C. Iman Kepada Kitab-Kitab
Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-
kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar
merupakan Kalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang
dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah.
Wajib beriman secara ijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah,
maka wajib baginya mengimaninya secara tafshil, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-
Qur’an. Selain wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah, wajib
pula mengimani bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah
mengucapkan seluruh kitab lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan
berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang terdapat di
dalamnya. Al-Qur’an merupakan tolok ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya
Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al-Qur’an
adalah Kalam Allah yang diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya
dan akan kembali kepada-Nya.
D. Iman Kepada Rasul-rasul
Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah telah
mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.
Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu kepada
manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka, wajib
beriman kepada semua rasul secara ijmal sebagaimana wajib pula beriman
secara tafshil kepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu
25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Wajib pula
beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang
jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-
nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman
bahwa Muhammad shalalallahu alaihi wa salam adalah yang paling mulia dan
penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak
ada nabi setelahnya.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi Muhammad, yang merupakan bagian
kedua pada Syahadatain, maka setiap Muslim diwajibkan pula mempercayai Rasul-
Rasul Allah pada masa-masa sebelumnya dan memuliakannya. Di dalam kitab suci
Al-Qur'an terdapat nama dua puluh lima Rasul Allah, yang satu persatunya
disebutkan dengan nyata, yaitu : Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih,
Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Yaakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli, Syu'aib, Musa, Harun,
Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakharia, Yahya, Isa.
Beberapa dalil mengenai adanya rasul Allah adalah sebagai berikut:
a. “Kami utus pada setiap ummat itu seorang Rasul", (Nahal, 16:36).
b. "Kami tidak akan memikulkan siksa (atas sesuatu ummat) kecuali lebih dahulu
Kami utus seorang Rasul," (Isra', 17:15).
E. Iman Kepada Kebangkitan Setelah Mati
Iman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang
adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang
yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat. Allah
mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki.
Pengertian alba’ts (kebangkitan) menurut syar’i adalah dipulihkannya badan dan
dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur
seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera
mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik
di dunia maupun di akhirat.
F. Iman Kepada Takdir
Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala
kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah ta’ala telah
mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali,
sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-
Nya, sesuai dengan apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya
pula di dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya. Allah
berfirman ”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar
(ukuran).” (Al-Qomar: 49)

F. Pengaruh Iman terhadap Kehidupan Seorang Muslim


Berikut ini adalah pembahasan mengenai pengaruh dan dampak keimanan
seseorang muslim terhadap perilakunya sehari-hari.
a. Pengaruh Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi
perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan
pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha
Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-
hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang
manusiapun di sekitarnya, sebab ia yakin bahwa Allah itu ada. Karena itu selama
iman itu ada dalam dirinya, tidak mungkin ia dapat berbuat yang tidak sesuai
dengan perintah Allah.

b. Pengaruh Iman Kepada Malaikat


Keyakinan terhadap adanya malaikat, bukan hanya sebatas mengetahui nama
dan tugas-tugasnya, akan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika kita yakin
ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka seorang muslim
akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari
bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat. Begitu juga dengan
keyakinan adanya malaikat, maka seorang muslim akan senantiasa optimis dan
yakin perbuatan yang baiknya tidak akan sia-sia dilakukan. Oleh karena itu iman
kepada malaikat akan melahirkan sikap berhati-hati, optimis, dan dimanis, tidak
mudah putus asa atau kecewa.

c. Pengaruh Iman Kepada Kitab


Iman kepada kitab Allah bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang kuat
akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang harus ditempuh manusia
telah diberitahukan Allah dalam kitab suci. Manusia tidak memiliki kemampuan
untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah kehidupan untuk melihat
masa depan yang akan ditempuhnya setelah hidup berakhir, maka dengan
pemberitahuan kitab suci manusia dapat mengatur hidupnya menyesuaikan dengan
rencana Allah, sehingga manusia mempunyai masa depan yang jelas.
d. Pengaruh Iman Kepada Rasul
Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya rasul
maka manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang sesuai
dengan apa yang diharapkan Allah. Dengan perilaku yang dicontohkan Rasulullah,
maka manusia akan mempunyai pegangan yang jelas dan lengkap mengenai
berbagai tuntutan kehidupan baik yang berhubungan dengan Allah, hubungan antar
manusia maupun lainnya.

e. Pengaruh Iman Kepada Hari Akhir


Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya
hari akhir sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan
melahirkan sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam
kehidupan manusia, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah
dan balasannya. Manusia tidak akan kecewa apabila di dunia ia tidak memperolah
balasan dari amal perbuatannya, karena ia yakin di hari akhir ia akan memperoleh
balasan apa yang ia perbuat di dunia ini. Apabila seorang muslim yakin akan hari
akhir, maka ia akan terhindar dari sikap malas dan suka melamun, melainkan ia
akan terus berproses dan mencari makna kehidupan.

f. Pengaruh Iman Kepada Takdir


Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan
putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang
muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh
karena itu, jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk menurut
kita belum tentu buruk menurut Allah, sebaliknya baik menurut kita belum tentu
baik menurut Allah. Karena itu dalam kaitan dengan takdir ini segogjayanya lahir
sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai
dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
Islam adalah agama yang bersifat universal dan memiliki prinsip rahmatan
lil’alamin. Ajaran Islam bertujuan untuk untuk mensejahterakan kehidupan umat
manusia secara lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Islam setiap
manusia pada dasarnya telah dikaruniai kecenderungan untuk bertauhid, yakni
mengesakan Tuhan. Mengenai hal ini Allah SWT. Menegaskan bahwa dalam diri
manusia ada juga kecenderungan untuk meyakini adanya Allah SWT dan beribadah
kepada-Nya, dalam istilah Al-qur’an kecenderungan dimaksud disebut dengan “fitrah”.

Islam berasal dari kata assalmu, aslama, istaslama, saliim, dan salaam. Masing-
masing kata tersebut memiliki arti sebagai berikut:
a) Assalmu artinya damai, perdamaian. Maksudnya, Islam adalah agama yang
damai dan setiap muslim hendaknya menjaga perdamaian.
b) Aslama artinya taat, berserah diri. Maksudnya seorang muslim hendaknya
berserah diri pada Allah dan mengikuti ajaran Islam dengan taat.
c) Istaslama artinya berserah diri.
d) Saliim artinya bersih dan suci. Maksud dari kata ini merupakan gambaran dari
hati seorang muslim yang bersih, suci, jauh dari sifat syirik atau menyekutukan
Allah.
e) Salaam artinya selamat, keselamatan. Islam adalah agama yang penuh
keselamatan. Jika seorang muslim menjalankan ajaran Islam dengan baik,
maka Allah akan menyelamatkannya baik di dunia maupun akhirat.
Cara mempelajari Agama Islam adalah :

a. Dengan Ilmu, bukan dengan kira-kira


b. Beragama tidak atas dasar mayoritas
c. Beragama tidak dari keturunan
d. Beragama tidak karena figur

Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan
seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam
ajaran Islam, yaitu:man kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman
kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari Kiamat,
Iman kepada Qada dan Qadar.

Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi perilaku
seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada
dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat
dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati dan
waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di
sekitarnya.
B. Saran
Kita sebagai manusia harus mampu menentukan agama dengan kemauan diri kita
sendiri bukan karena mengkuti teman, keturunan, mayoritas. Namun diantara itu
semua, Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT. Kita sebagai
manusia juga harus mempunyai tujuan yang jelas untuk memilih agama dan harus
dengan lapang dada memilih tanpa paksaan.

Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari, oleha


karena itu penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita
kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT.
Juga keyakinan kita terhadap malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan takdir senantiasa
harus ditingkat demi meningkatkan amal ibadah kita.
Daftar Pustaka

Choeriah, Anisa.2011.Paud. “Diambil dari Makalah Agama Mengenai Rukun Iman” .


https://anisachoeriah-paud.blogspot.com/2011/04/makalah-agama-rukun-iman.html .
Diakses pada tanggal 4 September 2021 pukul 11.00

Rahmat, Nanang. 2021. PPT “Materi 4, Konsep Agama dasar-dasar pokok Agama Islam.
Diakses pada tanggal 3 September 2021 pukul 12.09

Diambil dari Web UIN. http://repository.uin-suska.ac.id/6968/2/BAB%20I%281%29.pdf .


Diakses pada tanggal 3 September 2021 pukul 01.08

Lakonawa, Petrus. 2013. Jurnal HUMANIORA Vol.4 No.2 Oktober 2013: 790-799. “AGAMA
DAN PEMBENTUKAN CARA PANDANG SERTA PERILAKU HIDUP
MASYARAKAT”. https://media.neliti.com/media/publications/167476-ID-agama-
dan-pembentukan-cara-pandang-serta.pdf . Diakses pada tanggal 3 September 2021
pukul 23.54

Lararenjana, Edelweis. 2020. “Mengenal Tujuan Pendidikan Islam dan Konsepnya dalam
Membangun Kapasitas Diri. Merdeka.com.
https://www.merdeka.com/jatim/mengenal-tujuan-pendidikan-islam-dan-konsepnya-
dalam-membangun-kapasitas-diri-kln.html?page=5 . Diakses pada tanggal 3
September 2021 pukul 02.00
Dwi, Noviana. 2019. “Makna, Tujuan, Metedologi Agama Islam. Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/novianadwi8495/5d8ededf097f360dbd61ae02/makna-
tujuan-metodologi-agama-islam?page=2&page_images=1 . Diakses pada tanggal 3
September 2021 pukul 22.45

Anda mungkin juga menyukai