Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

KEDUDUKAN ILMU DALAM ISLAM, PRINSIP – PRINSIP EKONOMI ISLAM


DAN TUJUAN EKONOMI ISLAM

Dosen Pengampu :

Widia Putri, M. Pd

Disusun oleh kelompok 3

Sella Arita Reza : 102230008


Muhammad Azis : 102230014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih terhadap Ibu Widia Putri, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan dan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada segala
pihak terkait yang membantu menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas mata kuliah pendidikan agama, yang
diampu oleh Ibu Widia Putri, M.Pd. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
dan pemahaman yang lebih baik tentang kedudukan ilmu dalam islam, prinsip – prinsip
ekonomi islam dan tujuan ekonomi islam.

Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari - hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lubuklinggau, 05 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 4
A. Pandangan Umum Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu ................................................. 4
B. Hadis Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu ...................................................................... 6
C. Etika Menuntut Ilmu........................................................................................................ 7
D. Pengertian Ekonomi ....................................................................................................... 10
E. Prinsip – prinsip ekonomi islam..................................................................................... 13
F. Tujuan Ekonomi Islam ................................................................................................... 15
BAB III .......................................................................................................................................... 18
PENUTUP ..................................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam, sebagai agama dan sistem kepercayaan yang luas, tidak hanya memberikan
pedoman dalam urusan spiritual dan moral, tetapi juga memberikan pandangan yang
komprehensif tentang kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Dalam konteks ekonomi,
Islam menawarkan prinsip-prinsip yang unik dan menyeluruh yang mencakup segala
aspek kehidupan ekonomi individu dan masyarakat.

Dalam ajaran Islam, ilmu dianggap sebagai anugerah dan amanah yang diberikan oleh
Allah kepada manusia untuk mengembangkan diri dan memperoleh pengetahuan yang
bermanfaat. Oleh karena itu, pemahaman akan kedudukan ilmu dalam Islam memiliki
implikasi yang signifikan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam konteks
ekonomi.

Prinsip-prinsip ekonomi Islam, yang didasarkan pada ajaran Al-Quran dan Sunnah
Nabi Muhammad SAW, menawarkan pandangan yang berbeda dengan paradigma
ekonomi konvensional. Prinsip-prinsip ini mencakup aspek-aspek seperti kepemilikan,
distribusi, konsumsi, dan keadilan ekonomi, yang bertujuan untuk menciptakan
masyarakat yang adil, sejahtera, dan berkelanjutan.

Dalam kaitannya dengan tujuan ekonomi Islam, pendekatan ini menekankan


pentingnya mencapai kesejahteraan material dan spiritual secara seimbang, serta
mempromosikan keadilan sosial dan distribusi yang merata. Tujuan ekonomi Islam juga
bertujuan untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang berkontribusi pada kesejahteraan
umat manusia, dengan mengutamakan nilai-nilai moral dan etika dalam setiap transaksi
ekonomi.

1
Dalam konteks global yang terus berubah dan kompleks, pemahaman tentang
kedudukan ilmu dalam Islam, prinsip-prinsip ekonomi Islam, dan tujuan ekonomi Islam
menjadi semakin penting. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan dalam bidang
ini memiliki implikasi yang besar dalam menciptakan masyarakat yang adil,
berkelanjutan, dan sejahtera sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pandangan umum tentang kewajiban menuntut ilmu?
2. Apa hadis tentang kewajiban menuntut ilmu?
3. Bagaimana etika menuntut ilmu?
4. Apa pengertian ekonomi?
5. Apa saja prinsip-prinsip ekonomi islam?
6. Apa saja tujuan ekonomi islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang kewajiban menuntut ilmu.
2. Mengetahui hadis yang menjelaskan tentang kewajiban menuntut ilmu.
3. Mengetahui cara beretika menuntut ilmu.
4. Memahami apa arti ekonomi.
5. Memahami apa saja prinsip-prinsip ekonomi dalam islam.
6. Mengetahui tujuan ekonomi islam.
7. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama.

2
3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pandangan Umum Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan proses
pengubahan sikap dan tata kelakuan seseorang ataupun kelompok dalam upaya
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Depdiknas, 2011). Menurut
UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
diartikan sebagai usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi diri dengan aktif
untuk kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia dan keterampilan yang dibutuhkan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Anonim, 2012).

Ilmu ialah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang diperoleh melalui
metode penelitian, tentang perilaku sosial, budaya, maupun gejala alam yang dapat diukur
maupun diamati (Sarjuni, 2018). Karl Pearson merumuskan di dalam bukunya Grammar
of Science bahwasannya ilmu pengetahuan merupakan lukisan keterangan yang lengkap
dan konsisten mengenai fakta pengalaman dengan istilah sederhana. Menuntut ilmu
merupakan proses ke arah yang positif.

Menuntut ilmu merupakan salah satu bagian terpenting bagi kehidupan manusia,
tanpa adanya ilmu manusia tidak akan bisa berkembang. Menuntut ilmu juga dianggap
sebagai titik tolak dalam menumbuhkan kesadaran dalam bersikap (Ramly, 2005).
Menurut Driyakara dalam buku membangun pendidikan yang memberdayakan dan
mencerdaskan, beliau mengatakan bahwa proses menuntut ilmu merupakan proses untuk
membimbing manusia muda menjadi lebih dewasa dan lebih manusiawi.

4
Pendidikan Islam dapat dipahami sebagai proses transformasi ilmu yang bertujuan
untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam Islam proses belajar
mengajar lebih dikenal dengan sebutan atTa’lim, yaitu proses ilmu pengetahuan agama
yang menghasilkan pemahaman yang baik terhadap anak didik sehingga dapat melahirkan
sikap yang positif. Yang dimaksud dengan sikap yang positif ialah ikhlas, percaya diri,
patuh, dapat berkorban dan teguh terhadap pendirian (Susanto, 2009).

Pendidikan menurut pandangan Hamka terbagi menjadi dua macam: pertama,


pendidikan jasmani, yakni ilmu untuk pertumbuhan dan kesempurnaan jasmani, kekuatan
jiwa dan akal. Kedua, pendidikan rohani, yakni ilmu untuk kesempurnaan manusia dengan
pengalaman dan ilmu yang didasarkan pada agama.kedua unsur tersebut cenderung dapat
menumbuhkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Karena pendidikan dalam sarana
yang tepat untuk menentukan berkembangnya kedua unsur tersebut (Susanto, 2009).

Pentingnya menuntut ilmu menurut Hamka yang dikutip dari karangan Susanto yang
berjudul Pemikiran Pendidikan Islam bukan hanya sekedar agar manusia dapat
memperoleh kehidupan yang baik, namun dengan ilmu pengetahuan manusia dapat
mengenal Tuhannya, memperbaiki akhlaknya dan selalu berusaha untuk mencari ridho
Allah. Dengan pendidikan yang demikian, manusia akan mendapat ketentraman.

Menuntut ilmu dalam pandangan Islam bukan hanya ajakan saja, akan tetapi telah
menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat Islam. Di dalam Alquran dan hadis telah banyak
membahas mengenai menuntut ilmu, yakni tentang pentingnya dalam menguasai ilmu dan
segala hal yang mengarah pada kewajiban menuntut ilmu. Salah satu ciri yang dapat
menbedakan agama Islam dengan agama lain ialah penekanan terhadap ilmu. Alquran dan
Hadis menghibau umat Islam untuk mencari ilmu. Dalam pandangan Islam, ilmu
merupakan keistimewaan yang dapat menjadikan manusia lebih unggul dari pada makhluk
yang lainnya untuk menjalankan kekhalifahan. Dalam Alquran dan Hadis disebutkan

5
secara berulang-ulang bahwasannya kedudukan umat Islam yang berilmu memiliki
kedudukan yang tinggi (Ulum, 2007).

Imam al-Ghazali berpendapat bahwasannya ilmu merupakan salah satu kewajiban


bagi manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, dewasa maupun
anak-anak menurut cara yang sesuai dengan keadaan, bakat dan kemampuan. Menuntut
ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim maupun muslimah, tanpa membedakan
gender. Dalilnya terdapat di dalam Alquran maupun Hadis Nabi Saw (Ali, 2010).

B. Hadis Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu


Hadis yang menjelaskan tentang kewajiban menuntut ilmu sebagai berikut :

“Jika seorang manusia mati maka terputuslah amal darinya, kecuali dari tiga hal:
sedekah dariyah, ilmu yang diambil manfaatnya dan anak shalih yang mendoakan orang
tuanya” (an-Naisaburi, tt).

Hadis di atas menjelaskan mengenai amalan yang akan selalu mengalir kepada orang
yang mengerjakannya, di antaranya ialah ilmu yang bermanfaat, dengan demikian hadis
tersebut menyatakan bahwa orang yang berilmu memiliki keutamaan dan kedudukan yang
tinggi, baik itu di dunia maupun di akhirat.

Dari Abu Darda’ ra, berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW, bersabda: Barangsiapa
yang menenmpuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan
menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho pada
penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penghuni
langit dan bumi, sampai ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya keutamaan orang yang
berilmu dibangkan ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari
bintang-bintang lainnya. Sesunguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya
Nabi tidaklah mewariskan dinar dan pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmuu,
maka sungguh ia telah mendaptkan keberuntungan yang besar (as-Sijistani, tt).

6
Ibn Qayyim menjelaskan:

Seandainya keutamaan ilmu hanya kedekatan kepada Tuhan semesta alam, dikaitkan
dengan para malaikat, bergaul dengan penghuni langit, maka itu telah mencukupi untuk
menerangkan akan keutamaan ilmu. Apalagi kemulian dunia dan akhirat selalu meliputi
orang yang berilmu dan hanya dengan ilmulah syarat untuk bisa mencapainya (alJauziyah,
tt).

Hadis di atas telah menjelaskan mengenai keutamaan orang yang menuntut ilmu
sebagai berikut: 1) Allah SWT akan memberikan kemudahan bagi penuntut ilmu menuju
surga; 2) Para malaikat bertawadu’ kepada para pencar ilmu sebagai suatu kehormatan
kepada mereka; 3) Para penghuni langit dan bumi serta ikan di lautan akan memohon
ampun kepada orang yang alim; 4) Orang yang berilmu itu kedudukannya lebih utama
dari pada ahli ibadah, bagaikan bulan di malam badar dan bintang-bintang; dan 5) Orang
yang berilmu merupakan pewaris para Nabi.

Sesungguhnya hadis-hadis yang menjelaskan mengenai keutamaan dan kedudukan


ilmu serta orang yang berilmu terdapat di dalam kitab kitab hadis, terutama dalam kitab
induk hadis yang enam (kutub as-sittah) atau di dalam kitab hadis yang Sembilan (kutub
at-tis’ah).

C. Etika Menuntut Ilmu


Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, bentuk tunggalnya ialah ethos
yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Sedangkan
bentuk jamaknya ialah ta etha yang berarti adat kebiasaan (Bertens, 2002). Secara
terminologi, etika menurut pendapat Magnis Suseno adalah bentuk usaha manusia untuk
menggunakan akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan suatu masalah dan
bagaimana ia harus hidup jika ia mau menjadi baik (Suseno, 1987).

7
Etika adalah suatu cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai perilaku manusia.
Menurut Abdul Haq Anshari dalam bukunya yang berjudul Islamic Ethics: Concepts and
Prospects, ia meyakini bahwasannya Etika Islam merupakan suatu disiplin ilmu yang
mandiri tidak pernah ada pada hari ini. Menurutnya kita tidak pernah mendapati karya-
karya yang membahas konsepnya, menggambarkan isu-isunya dan mendiskusikan
permasalahannya. Kebanyakan apa yang ditemukan justru hanya diskusi yang dilakukan
oleh berbagai kalangan penulis, dari kelompok filusuf, teolog, ahli hukum Islam, dan ahli
sufi di bidang mereka masing-masing mengenai berbagai isu, baik itu bagian dari
keilmuan mereka atau yang relevan dengan etika Islam (Sudarsono, 1997).

Al-Zarnuji berpendapat bahwa akhlak baik dan buruk serta cara menjauhinya harus
dipelajari, agar ia bisa menjaga dan menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia.
Menuntut ilmu dan memahami kegunaannya dalam waktu tertentu hukumnya adalah fardu
kifayah. Jika sebagian penduduk telak melaksanakan maka gugurlah kewajiban bagi yang
lainnya. Akan tetapi jika seluruh penduduk mengabaikannya dan tidak melakukannya,
maka seluruh penduduk itu menanggung dosa. Maka dapat dikatakan, bahwa ilmu yang
bersifat fardu kifayah ialah setiap umat Islam diharuskan untuk menguasainya, seperti
ilmu pengobatan, astronomi, dan lainnya (Muhammad, 1993).

Etika menuntut ilmu menurut al-Zurnuji ialah sebagai berikut: (AlZarnuji, 2008).
Pertama, niat belajar. Niat yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu bukan untuk
mengharap pujian manusia, akan tetapi niat di sini hanya untuk mencari keridhoan Allah
agar mendapat kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Jangan sampai para penuntut ilmu
salah dalam menentukan niatnya, seperti menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan
kenikmatan dunia, kehormatan ataupun kedudukan. Jika niatnya sudah benar, maka ia
akan merasakan kenikmatan ilmu dan akan berkurang rasa cintanya pada harta dunia.
Wajib bagi para pencari ilmu untuk menata niat mereka, karena niat merupakan pokok
dari segala hal.

8
Kedua, memilih ilmu. Para penuntut ilmu hendaknya memilih ilmu yang paling baik
dan ilmu yang dibutuhkan untuk kehidupan agamanya untuk masa yang akan datang. Kita
perlu mendahulukan ilmu tauhid dan ma’rifat beserta dalilnya. Para penuntut ilmu juga
harus bersabar dalam menuntut ilmu dan tabah dalah menghadapi berbagai macam
cobaan. AlZarnuji menganjurkan kepada para penuntut ilmu agar selalu bermusyawarah
dalam segala hal. Karena ilmu merupakan perkara yang sanagt penting dan juga sulit.
Maka dengan bermusyawarah akan memudahkan pelaksanaannya.

Ketiga, menghormati guru. Termasuk menghormati ilmu adalah dengan menghormati


guru. Para penuntut ilmu juga hendaknya selalu memperhatikan catatannya, yakni dengan
selalu menulis. Para penuntut ilmu juga harus menghormati guru mereka, dengan
memperhatikan dengan perhatian penuh terhadap ilmu yang disampaikan oleh guru,
walaupun telah diulang seribu kali penyampaiannya. Setiap muslim harus mempelajari
akhlak yang terpuji maupun akhlak tercela, seperti murah hati, pelit, penakut, pemberani,
somboh dan rendah hati.

Keempat, bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Para penuntut ilmu harus


bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan mengulangi pelajarannya pada malam hari.
Kesungguhan yang kuat merupakan pangkal kesuksesan. Oleh karena itu jika ia memiliki
kesungguhan untuk menghafal kitab, maka tentu ia akan mampu menghafal sebagian
ataupun seluruhnya.

Kelima, bertawakal kepada Allah. Dalam menuntut ilmu kita harus bertawakal
kepada Allah dan tidak tergoda dengan urusan dunia. Maka dengan itu, hendaknya para
penuntut ilmu berusaha untuk mengurangi kecintaan mereka terhadap dunia. Para
penuntut ilmu harus bersabar dalam menuntut ilmu, sebab menuntut ilmu tidak terlepas
dari kesulitan. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa menuntut ilmu lebih utama
daripada berperang.

9
Keenam, memanfaatkan waktu belajar. Menuntut ilmu itu dari buaian hingga liang
lahat. Dan masa cermelang dalam menuntut ilmu ialah pada masa muda, maka manfaatkan
masa muda kita untuk menuntut ilmu.

Al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin beliau menyampaikan tentang etika


peserta didik. Beliau menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan beliau juga mengatakan
bahwa puncak ilmu itu berada pada pengalamnnya (al-Ghazali, 2014). Maka inilah
beberapa tugas yang dimaksud dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin:Pertama, peserta didik harus
mensucikan jiwanya dari akhlak yang tercela. Kedua, peserta didik seharusnya tidak
banyak melibatkan diri terhadap urusan duniawi, ia harus bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu. Ketiga, sebaiknya peserta didik tidak menyombongkan dirinya dengan
ilmu yang telah ia miliki. Seorang peserta didik yang baik ialah yang bersikap rendah hati
dan tawadhu. Keempat, hendaknya para peserta didik tidak mendengar perselisihan
pendapat orang lain. Karena perselisihan itu menyebabkan kebingungan. Kelima, tidak
menolak cabang ilmu yang baik. Sebaiknya ia menyelami cabang ilmu tersebut dan
pahami tujuannya. Keenam, mementingkan ilmu yang paling penting. Yakni ilmu tentang
akhirat. Bahwa ilmu yang paling utama adalah ilmu mengenal Allah. Ketujuh, selalu ingat
akan tujuannya dalam menuntut ilmu. Yakni untuk memperbaiki akhlak dan menghiasi
diri dengan akhlak yang mulia. Kedelapan, sebagai penuntut ilmu kita harus memahami
hubungan ilmu pengetahuan dengan tujuannya. Agar ilmu pengetahuan itu dapat
mengantarkan kepada tujuannya.

Dalam menuntut ilmu kita harus memiliki etika dalam menuntutnya, terutama dalam
hal niat, karena niat merupakan pokok dari segala hal. Jika niat seorang penuntut ilmu
hanya karean Allah, maka akan mendapatkan pahala dan ketentraman dari Allah.

D. Pengertian Ekonomi
Istilah ekonomi yang berasal dari bahasa Yunani Kuno (greek) yaitu oicos yang
berarti rumah dan nomos yang berarti aturan sehingga secara bahasa, ekonomi berarti

10
mengatur urusan rumah tangga. Dengan demikian, ekonomi dapat diartikan dengan
aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga,
baik rumah tangga dalam arti sempit (rumah tangga rakyat/volkshu- ishouding) maupun
dalam rumah tangga dalam arti luas (rumah tangga negara/staatshuishouding). Dalam
bahasa Arab, ekonomi dikenal dengan al-mu’amalah al-maddiyyah dan al-iqtishåd. Al-
muamalah al-maddiyyah adalah aturan-aturan tentang pergaulan dan perhu- bungan
manusia mengenai kebutuhan hidupnya sedangkan al-iqtis- håd adalah pengaturan soal-
soal penghidupan manusia dengan sehemat-hematnya dan secermat cermatnya. Ekonomi,
secara umum, didefinisikan sebagai hal yang mempelajari perilaku manusia dalam
menggunakan sumber daya yang langka untuk memproduksi barang dan jasa yang
dibutuhkan manusia. Secara garis besar, pembahasan ekonomi mencakup tiga hal, yaitu
ekonomi sebagai usaha hidup dan pencaharian manusia (economical life), ekonomi dalam
rencana suatu pemerintahan (political economy), dan ekonomi dalam teori dan pe-
ngetahuan (economical science),

Menurut istilah pakar ekonomi, ekonomi adalah usaha untuk mendapatkan dan
mengatur harta baik material maupun non-mate- rial untuk memenuhi kebutuhan manusia
baik secara individu mau- pun kolektif, yang menyangkut perolehan, pendistribusian
ataupun penggunaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ekonomi juga di- definisikan
sebagai kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan
sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa
serta mendistribu- sikannya untuk dikonsumsi. Ekonomi dipandang pula sebagai sesuatu
yang berkenaan dengan kebutuhan manusia dan sarana-sarana pemenuhannya yang
berkenaan dengan produksi barang dan jasa sebagai sarana pemuas kebutuhan.” Dengan
kata lain, kebutuhan dan sarana-sarana pemuas nya dikaji secara tak terpisah satu dengan
yang lain karena keduanya saling berkait secara sinergis; pembahasan distribusi barang
dan jasa menjadi satu dengan pembahasan produksi barang dan jasa.

11
Adapun ilmu ekonomi, oleh sebagian ahli, didefinisikan sebagai kajian tentang
perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-sumber produktif
yang langka untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya
untuk dikonsumsi. Ilmu ekonomi dapat dikatakan pula sebagai studi kehidupan manusia
yang membuktikan bahwa perbuatan sosial individu erat hubungannya dengan hasil yang
dicapai. Ilmu ekonomi atau ekonomi politik (political economy) didefinisikan sebagai
suatu studi tentang kegiatan-kegiatan dengan atau tanpa menggunakan uang yang
mencakup atau melibatkan transaksi-transaksi pertukaran antar manusia. Ilmu ekonomi
juga diartikan dengan suatu studi mengenai bagaimana orang-orang menjatuhkan pilihan
yang tepat untuk memanfaatkan sumber-sumber produktif (tanah, tenaga kerja, barang-
barang modal semisal mesin dan pengetahuan teknik) yang langka dan terbatas.
Jumlahnya untuk menghasilkan berbagai barang serta mendistribusikannya kepada
pelbagai anggota masyarakat untuk mereka pakai atau konsumsi, Ada pula definisi yang
menyatakan bahwa ilmu ekonomi adalah studi tentang manusia oleh kegiatan hidup
mereka sehari-hari untuk mendapat atau menikmati kehidupan. Ilmu ekonomi juga
dipandang sebagai studi tentang bagaimana manusia bertingkah pekerti untuk
mengorganisasi kegiatan-kegiatan konsumsi dan produksi. Definisi yang cukup singkat
menyatakan bahwa ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kekayaan atau suatu studi
tentang cara- cara memperbaiki masyarakat.

Dapat dikatakan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang mengKaji tentang aktivitas
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup secara individu ataupun kolektif yang
menyangkut perolehan, produksi, transaksi-transaksi, pendistribusian, atau penggunaan
harta. Teori-teori dalam ilmu ekonomi terus berkembang sesuai dengan perkembangan
kegiatan ekonomi masyarakat karena pada dasarnya ilmu ini bersifat empirik yang
mendasarkan teori-teorinya pada data di lapangan sehingga bila terjadi perubahan data
yang siginifikan, teori-teori dapat berubah atau bahkan diganti dengan teori yang baru.
Perubahan teori ini pada akhirnya juga dapat berakibat pada perubahan definisi ilmu

12
ekonomi. Tidak adanya kesepakatan di kalangan ahli ekonomi tentang definisi ilmu
ekonomi karena di samping sifatnya yang empirik, kecenderungan melihat aspek apa yang
akan di tonjolkan dalam suatu definisi juga memengaruhi perbedaan dalam membuat
definisi tentang ekonomi atau ilmu ekonomi tersebut.

E. Prinsip – prinsip ekonomi islam


Prinsip-prinsip ekonomi Islam yang merupakan bangunan ekonomi Islam didasarkan
atas lima nilai universal yakni : tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan),nubuwwah (kenabian),
khilafah (pemerintah) dan ma’ad (hasil). Kelima nilai inimenjadi dasar inspirasi untuk
menyusun teori-teori ekonomi Islam.

1. Prinsip Tauhid

Tauhid merupakan pondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusiamenyaksikan bahwa


“Tiada sesuatupun yang layak disembah selain Allah dan“tidak ada pemilik langit, bumi
dan isinya, selain daripada Allah” karenaAllah adalah pencipta alam semesta dan isinya
dan sekaligus pemiliknya,termasuk pemilik manusia dan seluruh sumber daya yang ada.
Karena itu,Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah untuk
memilikiuntuk sementara waktu, sebagai ujian bagi mereka.

Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia,tetapi memiliki
tujuan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadahkepada-Nya. Karena itu
segala aktivitas manusia dalam hubungannya denganalam dan sumber daya serta manusia
(mu’amalah) dibingkai dengan kerangkahubungan dengan Allah. Karena kepada-Nya
manusia akanmempertanggungjawabkan segala perbuatan, termasuk aktivitas ekonomi
dan bisnis.

2. Prinsip ‘Adl

Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah Allah di bumi
dan menjamin bahwa pemakaian segala sumber daya diarahkan untuk kesejahteraan

13
manusia, supaya semua mendapat manfaat dari padanya secara adai dan baik. Dalam
banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Islam mendefinisikan adil
sebagai tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa
pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu
merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia akan terkotak-kotak
dalam berbagai golongan. Golongan yang satu akan menzalimi golongan yang lain,
sehingga terjadi eksploitasi manusia atas manusia. Masing-masing berusaha mendapatkan
hasil yang lebih besar daripada usaha yang dikeluarkannya karena kerakusannya.

Keadilan dalam hukum Islam berarti pula keseimbangan antara kewajiban yang harus
dipenuhi oleh manusia (mukallaf) dengan kemampuan manusia untuk menunaikan
kewajiban itu. Di bidang usaha untuk meningkatkan ekonomi, keadilan merupakan
“nafas” dalam menciptakan pemerataan dan kesejahteraan, karena itu harta jangan hanya
saja beredar pada orang kaya, tetapi juga pada mereka yang membutuhkan.

3. Prinsip Nubuwwah

Karena sifat rahim dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak dibiarkan hidup tidak baik
dan tidak benar tdi dunia, dan mengajarkan jalan untuk Kembali (taubat) keasal-muasal
segala sesuatu yaitu Allah. Fungsi Rasul adalah untuk menjadi model terbaik yang harus
diteladani manusia agar mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Untuk umat
Muslim,Allah telah mengirimkan manusia model yang terakhir dan sempurna untuk
diteladani sampai akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. Sifat-sifat utama sang model yang
harus diteladani oleh manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi serta bisnis pada
khususnya adalah Sidiq (benar, jujur), amanah ( tanggung jawab,dapat dipercaya,
kredibilitas), fathonah (kecerdikan, kebijaksanaan,mintelektualitas) dan tabligh
(komunikasi keterbukaan dan pemasaran).

14
4. Prinsip Khilafah

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untukmenjadi khalifah


dibumi artinya untuk menjadi pemimpin dan pemakmurbumi. Karena itu pada dasarnya
setiap manusia adalah pemimpin. Nabi bersabda: “setiap dari kalian adalah pemimpin, dan
akan dimintaipertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya”. Ini berlaku bagi
semuamanusia, baik dia sebagai individu, kepala keluarga, pemimpin Masyarakat atau
kepala Negara. Nilai ini mendasari prinsip kehidupan kolektif manusia dalam Islam (siapa
memimpin siapa). Fungsi utamanya adalah untuk menjaga.

F. Tujuan Ekonomi Islam


Tujuan ekonomi Islam adalah mashlahah (kemaslahatan) bagi umat manusia. Yaitu
dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal-hal yang berakibat pada
adanya kemaslahatan bagi manusia, atau dengan mengusahakan aktivitas yang secara
langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu sendiri. Aktivitas lainnya demi
menggapai kemaslahatan adalahdengan menghindarkan diri dari segala hal yang
membawa mafsadah (kerusakan) bagi manusia.

Menjaga kemaslahatan bisa dengan cara min haytsu al-wujud dan min haytsu al-
adam. Menjaga kemaslahatan dengan cara min haytsu al-wujud dengan cara
mengusahakan segala bentuk aktivitas dalam ekonomi yang bisa membawa kemaslahatan.
Misalnya ketika seseorang memasuki sektor industri, ia harus selalu mempersiapakan
beberapa strategi agar bisnisnya bisa berhasil mendapatkan profit dan benefit dengan baik,
sehingga akan membawa kebaikan bagi banyak pihak. Dan, menjaga ke maslahatan min
haytsu al-adam adalah dengan cara memerangi segala hal yang bisa menghambat jalannya
kemaslahatan itu sendiri. Misalnya, ketika seseorang memasuki sektor industri, ia harus
mempertimbangkan beberapa hal yang bisa menyebabkan bisnis tersebut bangkrut.
Misalnya dengan tegas mengeluarkan para pekerja yang melakukan berbagai macam
kecurangan ataupun menghindari beberapa perilaku korupsi.

15
Adapun tujuan lain diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat manusia yang makmur dan selalu dalam
taraf yang lebih maju, dengan jalan melaksanakan produksi barang dan jasa dalam
kualitas dan kuantitas yang cukup. Guna memenuhi kebutuhan jasmani, rohani
serta kebutuhan spiritual, dalam rangka menumbuhkan taraf kesejahteraan
duniawi maupun ukhrowi secara serasi dan seimbang.
2. Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat manusia yang adil dan merata, dengan
jalan melaksanakan distribusi barang, jasa, kesempatan, kekuasan dan pendapatan
masyarakat secara jujur dan terarah dan selalu meningkatkan taraf keadilan dan
pemerataannya.
3. Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat yang stabil dengan jalan menghindarkan
gangguan-gangguan inflasi dan depresi ataupun stagnasi, namun tidak
menghambat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat, dengan jalan mengendalikan
tingkah laku masyarakat yang membawa ke arah kegoncangan ekonomi.
4. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang serasi, bersatu, damai dan maju, dalam
suasana kekeluargaan sesama ummat, dengan jalan menghilangkan nafsu untuk
menguasai, menumpuk harta, ataupun sikap-sikap lemah terhadap gejala-gejala
yang negatif.
5. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang relatif menjamin kemerdekaan, baik dalam
memilih jenis barang dan jasa, memilih sistem dan organisasi produksi, maupun
memilih sistem distribusi, sehingga tingkat partisipasi masyarakat dapat
dikerahkan secara maksimal, dengan meniadakan penguasaan berlebih dari
sekelompok masyarakat ekonomi, serta menumbuhkan sikap-sikap kebersamaan
(solidaritas).
6. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang tidak menimbulkan kerusakan di bumi,
sehingga kelestarian alam dapat di jaga sebaik-baiknya, baik alam pisik, kultural,
sosial maupun spiritual keagamaan.

16
7. Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat manusia yang relatif mandiri tanpa
adanya ketergantungan yang berlebihan dari kelompok- kelompok masyarakat
lain.

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari telaah mengenai kedudukan ilmu dalam Islam, prinsip-prinsip ekonomi Islam,
dan tujuan ekonomi Islam, dapat disimpulkan bahwa Islam memberikan fondasi yang
kokoh bagi pembangunan masyarakat yang adil, berkelanjutan, dan sejahtera. Ilmu
dianggap sebagai anugerah dan amanah dari Allah yang harus dimanfaatkan untuk
kepentingan umat manusia dan kemajuan peradaban.
Prinsip-prinsip ekonomi Islam, yang didasarkan pada ajaran Al-Quran dan Sunnah,
menawarkan paradigma yang unik dan menyeluruh dalam pengelolaan aspek ekonomi.
Prinsip-prinsip tersebut, seperti kepemilikan yang bersih, distribusi yang merata,
konsumsi yang bijaksana, dan keadilan ekonomi, bertujuan untuk menciptakan
masyarakat yang berkeadilan, sejahtera, dan berkelanjutan.
Tujuan ekonomi Islam mencakup pencapaian kesejahteraan material dan spiritual
yang seimbang bagi individu dan masyarakat. Dalam mencapai tujuan tersebut, Islam
mendorong untuk memperhatikan aspek moral dan etika dalam setiap transaksi
ekonomi serta memastikan adanya distribusi yang adil dan merata.
Dengan demikian, pemahaman mendalam tentang kedudukan ilmu dalam Islam,
prinsip-prinsip ekonomi Islam, dan tujuan ekonomi Islam memiliki implikasi yang
penting dalam menciptakan masyarakat yang beradab, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Dengan menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan ekonomi, diharapkan dapat
terwujudnya visi Islam tentang keadilan sosial dan kesejahteraan umat manusia secara
menyeluruh.

18
B. Saran
Sebagai penulis kami menyarakan kepada pembaca agar dapat Mengkaji topik
makalah ini dari perspektif yang berbeda agar memperoleh pandangan yang luas terkait
kedudukan ilmu dalam islam, prinsip – prinsip ekonomi islam dan tujuan ekonomi
islam.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali. (2014). Ringkasan Ihya Ulumuddin. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.

Ali, M. D. (2010). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

al-Jauziyah, M. i. (2012). Miftahu Darussa'adah wa Masyur Wilayatul alIlmi wal Iradah.


Beirut: Dar Kutub al-Imiyah.

al-Qazwani, I. M. (2000). Sunan Ibnu Majah Cet 2. Riyad: Darussalam.

al-Zarnuji. (2008). "Pedoman Belajar Bagi Penuntut Ilmu Secara Islami". Surabaya: Menara
Suci.

an-Naisaburi, M. i.-Q. (2002). al-Musnad as- Shahih al-Mukhtasar Binaqli al-Adli Ila
Rasulullahi SAW, Cet I Jilid 4. Beirut: Dar Ihya at-Turas alArabi.

Anonim. (2012). Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Edisi Terbaru,


Cet. kedua. Bandung: Penerbit Fokusindo Mandiri.

as-Sijistani, A. D. (2003). Sunan Abu Dawud. Beirut: Al-Maktabah Al'Asriyah.

Bertens, K. (2002). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Depdiknas, D. P. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Fauzia, I. Y. (2014). Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-Syariah. Kencana.

Karim, Adiwarman. 2012. Ekonomi Mikro Islam Edisi Keempat. Cet ke-5. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Khasanah, W. (2021). Kewajiban menuntut ilmu dalam Islam. Jurnal riset agama, 1(2), 296-
307.

20
Muhammad Ibn Isa ibn Saurah ibn Musa, a.-T. A. (1975). Sunan atTirmidzi Cet 2 Jilid V.
Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi.

Ramly, N. (2005). Membangun Pendidikan yang Memberdayakan dan Mencerdaskan.


Jakarta: Grafindo.

Saihu, S. (2020). Etika Menuntut Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’alim. Al Amin: Jurnal
Kajian Ilmu dan Budaya Islam, 3(1), 99-112.

Sarjuni, S. (2018). Konsep Ilmu dalam Islam dan Implikasinya dalam Praktik Kependidikan.
Al-Fikri: Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam, 1(2), 47-57.

Sudarsono. (1999). Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Suseno, F. M. (1987). Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta:


Kanisius.

Tarmi.H.(2001).Islam untuk disiplin ilmu ekonomi.

Ulum, B. d. (2007). Pengantar Ilmu Pendidikan. Ponorogo: STAIN Po Press.

21

Anda mungkin juga menyukai