OLEH :
Dosen Pengampu :
Segala sanjungan dan shalawat yang tidak pernah bosan-bosanya penulis limpahkan
kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam jahiliah ke alam
Islamiyah yang seperti kita rasakan sampai saat ini.
Para pembaca yang budiman dan di rahmati oleh Allah, makalah ini penulis susun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah “Paradigma Pendidikan
dalam Hadits“ dan judul makalah “Sains dan Lingkungan Perspektif Hadits” Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Charles, S.Ag, M.Pd.I yang telah membimbing
penulis dalam menyusun makalah ini, serta semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi
dalam penyusunan makalah.
Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan ilmu
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan dari para pembaca.
Atas perhatian dan segala saran dari pembaca, penulis mengucapkan terima kasih.Semoga
makalah ini bermanfaat dan berguna bagi para pembaca terutama bagi penulis sendiri.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran .......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan agama Islam saat ini masih menjadi harapan dalam membangun karakter
anak bangsa dalam menghadapi tantangan di era globalisasi. Mata pelajaran agama Islam di
sekolah umum terlebih di Lembaga pendidikan keagamaan menjadi acuan dalam memperbaiki
moral peserta didik. Pentingnya pendidikan agama Islam merupakan keharusan menghadapi
persoalan akhlak yang ada saat ini. Terlebih peran pendidikan agama Islam sangat stragtegis
dalam mewujudkan pembentukan karakter siswa atau peserta didik. Pendidikan agama Islam
merupakan transformasi dari aspek keagamaan sebagai sarana transformasi norma dan nilai
moral untuk membentuk aspek afektif yang berperan dalam mengatur perilaku sehingga tercipta
manusia seutuhnya. Hal ini merupakan tujuan dari pendidikan nasional.bahwa filosofis
pendidikan adalah memanusiakan manusia. Pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan
harus dipantau terus menerus dan selalu ada perbaikan konsep maupun implementasi yang
diharapkan. Pendidikan agama Islam harus menyajikan pembelajaran menarik sehingga mudah
diserap oleh peserta didik.
Secara historis, masuknya pendidikan agama Islam dalam kurikulum nasional dirasakan
sangat penting melihat dari aspek perubahan dalam sistem kenegaraan yang dinyatakan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila yang dengan jelas menyebutkan bahwa negara
Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan bagi setiap warga negara berhak memeluk
agama yang diyakininya. Hakikatnya pendidikan agama Islam bukan hanya semata-mata
pelajaran formalitas melainkan ada tujuan yang melatarbelakangi hadirnya pendidikan agama
Islam. Pendidikan agama Islam menjadi pengalaman dan pengahayatan terhadap nilai agama itu
sendiri. Biasanya seorang siswa akan merasa puas jika memperoleh nilai tinggi walaupun dalam
aplikasinya masih belum tampak dalam pengamalan keagamaan. Maka dari itu, pentingnya
pengamalan dari ajaran keagamaan melalui pendidikan agama Islam yang ada di lembaga
pendidikan.
Al-Quran dan hadis menjadi sumber pokok ilmu, yang juga sekaligus menjadi nilai-nilai
dasar pendidikan Islam. Nilai-nilai yang terkandung dalam kedua sumber pokok ajaran Islam
3
tersebut akan dapat mengarahkan dan mengantarkan umat manusia terutama bagi umat muslim
bersifat dinamis, kreatif, serta mampu mencapai esensi nilai-nilai ‘ubudiyah pada khaliq-Nya.
Dengan demikian, proses pendidikan Islam senantiasa akan mengarahkan sikap, perilaku
umatnya ke jalan yang lebih terarah. Selain itu, pendidikan Islam dapat menciptakan dan
mengantarkan out put lulusannya sebagai manusia berkualitas dan bertanggung jawab terhadap
semua aktifitas yang dilakukannya.
Manusia menjadi salah satu faktor penentu dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan,
sekaligus memiliki peran dan tanggung jawab untuk memberdayakan kekayaan lingkungan guna
kelangsungan hidup ekosistem. Dalam kenyataan keinginan besar untuk memenuhi kepuasan
hidup, sering menjadi pemicu manusia untuk menguasai alam yang cenderung menimbulkan
kerusakan akibat sikap mementingkan kebutuhan sendiri tanpa memperhatikan kelangsungan
hidup. Penemuan berbagai instrumen teknologi, bahkan telah mengubah lingkungan alam sesuai
dengan keperluan manusia. Sikap dominasi keinginan menguasai alam untuk mencapai kepuasan
mendorong munculnya kegiatan eksploitasi kekayaan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sains
Sebelum masuk pada pembahasan yang lebih jauh, alangkah baiknya jika kita
mengetahui arti dari sains terlebih dahulu. Dalam kosakata Arab-Islam, kata untuk “sains”
adalah “‘ilm”, sama dengan yang digunakan untuk “pengetahuan”. ‘Ilm mencakup segala
bentuk pengetahuan, termasuk pengetahuan yang diwahyukan: kitab suci; pengetahuan
keagamaan, yang dibangun dari kitab suci, hadits Nabi, pendapat ulama, dan seterusnya.
‘Ilm juga mencakup ilmu sosial dan humaniora, mislanya sejarah. Namun, kini ketika kata
“sains” digunakan, yang dimaksud biasanya adalah ilmu alam, upaya kita mengerti alam
1
Chairunnisa, Connie, Meneropong Landasan Ilmu Pendidikan Yang Hakiki, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2018), h. 1
2
Ibid, h. 1
3
Amoes Neolaka dan Grace Amialia, Landasan Pendidikan : Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju
Perubahan Hidup, (Depok: Kencana, 2017), h. 2
5
dan jagat raya serta penjabaran dan penjelasan mengapa dan bagaimana benda-benda
bekerja seperti begini atau begitu 4.
Bersama kemajuan pemikiran manusia, kita jadi mengerti bahwa penjelasan atas
gejala alam mesti diatur oleh sejumlah kaidah dan tata cara, orang tak bisa sekedar
menyatakan suatu penjelasan, tak peduli betapapun “berilmu” atau “berwenang” dia; harus
ada bukti dan alasan untuk penjelasan itu. Itulah prinsip yang terdapat dalam sains. Karena
pada dasarnya, sains itu bergerak maju, orang mesti mengajukan cara untuk menguji dan
memastikan pernyataan tersebut5.
.Mencari ilmu ilmu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224)“
Hadis tersebut merupakan dalil yang sangat lumrah sekali kita dengar. Dimana hadis
tersebut mengandung perintah (Kewajiban) terhadap Muslim untuk menuntut ilmu.
Berkenaan dengan ilmu apa saja yang wajib kita pelajari, Ibnu Qayyim telah
mengklasifikasikannya menjadi beberapa bagian. Beliau mengatakan bahwa ilmu yang
wajib kita pelajari ada empat, yaitu6:
1. Ilmu tentang pokok-pokok keimanan. Kenapa ilmu tersebut wajib kita pelajari?
Karena dalam agama Islam, hal terpenting dari seorang Muslim ialah
keimanannya. Sehingga banyak orang yang mengatakan bahwa “meskipun kita
sering berbuat dosa, maksiat, melakukan hal-hal yang buruk, tetapi jangan sampai
kita kehilangan iman kita. Adapun rukun iman dalam Islam itu ada enam, iman
kepada Allah, iman kepada malaikat-Nya, iman kepada kitab-nya, imana kepada
4
Ali Muhtarom, “PERSPEKTIF HADIS ( Membangun Kesadaran Pendidikan dalam Melestarikan
Lingkungan ),” n.d.
5
T. Andiyanto, “INTEGRASI PENDIDIKAN DENGAN PENUNTUT ILMU DALAM PERSPEKTIF HADIS
Tri Andiyanto Wasis Aminullah Abstrak Pendahuluan Pendidikan Islam menjadi bagian terpenting dalam kehidupan
umat muslim . Hal ini sejalan dengan wahyu yang pertama kali di dapat mengarahkan” 3 (2019): 90–116.
6
Fahmi Bahrul Ulum, Abdul Halim, dan Mira Arfina Oktanovia, “Pengembangan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi Islam Dan Sains Perspektif Hadis” XX, no. Ii (2023): 79–89.
6
para utusan-Nya, iman kepada hari akhir, dan yang terakhir ialah iman kepada
qodha dan qodarnya Allah Swt.
2. Ilmu yang di dalamnya mengandung syariat-syariat Islam, yaitu fiqih. Pentingnya
mempelajari fiqih adalah sebagai bahan untuk kita melakukan ibadah kepada
Allah. Seperti halnya sholat, zakat, puasa, haji atau yang lainnya.
3. Ilmu tentang hal-hal yang Allah haramkan, seperti yang termaktub dalam Qs. Al-
A’raf : 33, yaitu haramnya melakukan perbuatan keji baik yang nampak ataupun
tidak, melakukan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, dan mempersekutukan Allah.
4. Ilmu tentang urusan muamalah (sosial). Muamalah sangatlah penting sebagai ilmu
untuk mempererat tali silaturrahmi, baik dengan masyarakat, kerabat, ataupun
keluarga.
Itulah empat ilmu yang wajib untuk dipelajari berdasarkan klasifikasi Ibnu Qayyim.
Adapun ilmu-ilmu yang lainnya tidak wajib untuk dipelajari, namun apabila ilmu tersebut
penting dan baik untuk kemaslahatan, maka kenapa tidak untuk mempelajarinya. Itulah
sekilas pembahasan tentang ilmu pengetahuan (sains).
2. Hadist tentang Pendidikan
Allah SWT memerintahkan kepada setiap umat-Nya untuk menimba ilmu
pengetahuan dari manapun asal ilmu tersebut. Ilmu (hikmah) yang hilang dari umat Islam
tersebut merupakan barang berharga yang tercecer dari umat Islam. Sebagaimana hadis
Nabi SAW dalam At-Tirmizi menegaskan7:
«َم ْن َخ َر َج في َطَلِب الِع ْلِم َفُهَو في َس بيِل ِهَّللا: َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم: َقاَل- َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه- َع ْن َأَنٍس
َحِد يٌث َحَس ٌن َص ِح يٌح: َو َقاَل، َر َو اُه الِّتْر ِمِذ ُّي.» َح َّتى َيْر ِج َع
Artinya: "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan
Allah hingga ia pulang." (H.R Tirmidzi).
Dari hadis diatas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada
umatnya untuk keluar mencari ilmu tanpa dibatasi waktu dan objek ilmu yang dipelajari.
Ini menujukkan bahwa ilmu yang diberikan Allah SWT hanya satu yaitu ilmu yang
7
Yuri Indri Yani dan Mardinal Tarigan, “Mengungkap Isyarat-Isyarat Sains Dalam Hadis Nabi” 5 (2021):
359–76, https://doi.org/10.29240/alquds.v5i1.2512.
7
bersumber dari Allah SWT. Allah SWT juga menganugrahkan kepada manusia berupa
mukjizat terbesar yaitu Rasulullah SAW. Di antara seluruh manusia beliaulah sebagai
tauladan paling sempurna yang ada di dunia ini. Dalam berprilaku, bersikap dan berakhlak,
yang menjadi timbangan terbaik yang dijadikan sebagai ukuran bagi setiap mukmin.
"Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang menanamkan ilmu
kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan emas di
sekitar leher hewan.".
8
4. Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal,
nasional, regional dan internasional, sehingga siswa dapat menerima insight
mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain
5. Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang
potensial, dengan memasukkan pertimbangan perspektif historisnya
6. Mempromosikan nilai dan pentingnya kerja sama lokal, nasional dan internasional
untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan
7. Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam
rencana pembangunan dan pertumbuhan
8. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan
pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk
membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut
9. Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan
untuk memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi
bagi umur muda (tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap
kepekaan lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup
10. Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala dan
penyebab dari masalah lingkungan
11. Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga
diperlukan kemampuan untuk berpikir secara kritis dengan ketrampilan untuk
memecahkan masalah.
12. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan
berbagai pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan
tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan
pengalaman secara langsung (first - hand experience).
2. Hadist tentang Lingkungan Hidup
Hadist Pertama (larangan memotong pohon sidrah)
َح َّد َثَنا َنْص ُر ْبُن َع ِلٍّي َأْخ َبَر َنا َأُبو ُأَس اَم َة َع ْن اْبِن ُج َر ْيٍج َع ْن ُع ْثَم اَن ْبِن َأِبي
ُس َلْيَم اَن َع ْن َسِع يِد ْبِن ُمَحَّمِد ْبِن ُج َبْيِر ْبِن ُم ْطِع ٍم َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُحْبِشّي
َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ْن َقَطَع ِس ْد َر ًة َصَّوَب ُهَّللا َر ْأَس ُه
ِفي الَّناِر ُس ِئَل َأُبو َداُو د َع ْن َم ْعَنى َهَذ ا اْلَحِد يِث َفَقاَل َهَذ ا اْلَحِد يُث ُم ْخ َتَص ٌر
9
َيْع ِني َم ْن َقَطَع ِس ْد َر ًة ِفي َفاَل ٍة َيْسَتِظ ُّل ِبَها اْبُن الَّسِبيِل َو اْلَبَهاِئُم َع َبًثا َو ُظْلًم ا
ِبَغْيِر َح ٍّق َيُك وُن َلُه ِفيَها َصَّوَب ُهَّللا َر ْأَس ُه ِفي الَّناِر َح َّد َثَنا َم ْخ َلُد ْبُن َخ اِلٍد
َو َس َلَم ُة َيْع ِني اْبَن َش ِبيٍب َقااَل َح َّد َثَنا َع ْبُد الَّر َّز اِق َأْخ َبَر َنا َم ْع َم ٌر َع ْن ُع ْثَم اَن ْبِن
َأِبي ُس َلْيَم اَن َع ْن َر ُج ٍل ِم ْن َثِقيٍف َع ْن ُعْر َو َة ْبِن الُّز َبْيِر َيْر َفُع اْلَحِد يَث ِإَلى
الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َنْح َو ُه
Telah menceritakan kepada kami Nashr bin ‘Ali berkata, telah mengabarkan kepada kami
Abu Usamah dari Ibnu Juraij dari Utsman bin Abu Sulaiman dari Sa’id bin Muhammad bin
Jubair bin Muth’im, dari Abdullah bin Hubsyiy ia berkata, Rasulullah saw bersabda “Barang
siapa menebang pohon bidara maka Allah akan membenanmkan kepalanya dalam api
neraka”. Abu Dawud pernah ditanya tentang hadis tersebut, lalu ia menjawab secara
ringkas, makna hadis ini adalah barang siapa menebang pohon bidara di padang bidara
dengan sia-sia dan zhalim, padahal itu adalah tempat untuk berteduh para musafir dan
hewan-hewan ternak, maka Allah akan membenamkan kepalanya di neraka. “Telah
menceritakan kepada kami Makhlad bin Khali dan Salamah –maksudnya Salamah bin
Syabib, telah menceritakan kepada kami Abdurrazak berkata, telah mengabarkan kepada
kami Ma’mar dari Utsman bin Abi Sulaiman dari seseorang penduduk Tsaqif dari Urwah bin
Zubair dan ia memarfu’kannya kepada Nabi saw seperti hadis tersebut. (HR. Abu dawud,
nomor 4561)
a. Kualitas Hadist
Abu Dawud dalam menyampaikan hadis tersebut menggunakan lafadh haddatsana,
yang mengandung arti tahammul dengan tingkat akurasi ketersambungan yang tinggi.
Dengan merujuk data dari tujuh orang perawi pada jalur pertama, yaitu jalur periwayatan
sahabat ‘Abdullah bin Hubsyiyy, yang terlibat dalam jalur sanad di atas, dapat disimpulkan
bahwa hadis tentang larangan memotong pohon sidrah di atas seluruh rawinya tersambung
dan di sandarkan pada Nabi (marfu’)8.
Adapun dari aspek kualitas rawi yang enam, yaitu apabila dilihat pada jalur
periwayatan kedua, periwayatan sahabat ‘Urwah bin Zubair ada rawi yang tidak disebut
namanya, yaitu rawi pada urutan ke-6 yang menggunakan redaksi rajul. Sedangkan pada
rawi-rawi yang lain pada urutan ke-2, Makhlad bin Khalid bin Yazzid, urutan ke- 3
8
M Idham Aditia Hasibuan dan Achyar Zein, “KUALITAS HADIS,” 2005.
10
Abdurrazaq bin Hammam bin Nafi, dan ke- 4 Ma’mar bin Raosyid, secara keseluruhan
adalah tsiqoh.
Dengan demikian hadis tersebut dikatakan marfu’, muttashil, dan sanadnya hasan
melalui sahabat ‘Abdullah bin Hubsyiyy, karena rawi Sa’id bin Muhammad bin Jubair bin
Muth’im dinilai maqbul, sedangkan yang melalui periwayatan sahabat ‘Urwah bin Zubair
sanadnya dinilai dhaif, karena adanya rawi rajul yang dinilai mubham. Kemudian hadis di
atas hanya diriwiyatkan oleh Abu Dawud saja dalam bab ke-35 tentang (babu al-adab,
hadis ke-4561.
b. Pembahasan hadist
Hadits di atas berisi larangan memotong pohon sidrah, sehingga “Barangsiapa yang
memotong pohon sidrah maka Allah SWT menghunjamkan kepalanya tepat ke dalam
neraka”. Ancaman neraka bagi orang yang memotong pohon sidrah menunjukkan perlunya
menjaga kelestarian lingkungan alam. Karena keseimbangan antara makhluk satu dengan
lainnya perlu dijaga, sedangkan perbutan memotong pohon sidrah adalah salah satu bentuk
perbuatan yang mengancam unsur-unsur alam yang sangat penting untuk keselamatan
hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Hadis tersebut, walaupun hanya diriwayatkan
oleh Abu Dawud namun hadis tersebut didukung beberapa hadis yang memberikan
motivasi kepada umat manusia untuk gemar menjaga kelestarian lingkungan dengan
bercocok tanam dan larangan menyianyiakan lahan9.
Hadist kedua (Anjuran Bercocok Tanam)
Hadis yang menjelaskan tentang anjuran bercocok tanam adalah sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Muslim, yaitu hadis nomor 2900 dalam bab al-masaqah sebagai
berikut:
َح َّد َثَنا اْبُن ُنَم ْيٍر َح َّد َثَنا َأِبي َح َّد َثَنا َع ْبُد اْلَم ِلِك َع ْن َع َطاٍء َع ْن َج اِبٍر َقاَل َقاَل
َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ا ِم ْن ُم ْس ِلٍم َيْغ ِر ُس َغْر ًسا ِإاَّل َك اَن َم ا ُأِكَل
ِم ْنُه َلُه َص َد َقًة َو َم ا ُس ِر َق ِم ْنُه َلُه َص َد َقٌة َو َم ا َأَك َل الَّسُبُع ِم ْنُه َفُهَو َلُه َص َد َقٌة َو َم ا
َأَك َلْت الَّطْيُر َفُهَو َلُه َص َد َقٌة َو اَل َيْر َز ُؤ ُه َأَح ٌد ِإاَّل َك اَن َلُه َص َد َقٌة
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami ayahu telah
menceritakan kepada kami ‘Abdul Malik dari ‘Atho’ dari Jabir dia berkata: Rasulullah saw
bersabda “tidaklah seorang muslim yang bercocok tanam, kecuali setiap tanamannya yang
9
Muhtarom, “PERSPEKTIF HADIS ( Membangun Kesadaran Pendidikan dalam Melestarikan Lingkungan
).”
11
dimakannya bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri orang darinya menjadi sedekah
baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa yang yang dimakan
oleh burung menjadi sedekah baginya, dan tidaklah seseorang mengambil darinya,
melainkan ia menjadi sedekah (HR. Muslim, nomor 2900 bab al- Masaqah)
Hadis di atas marfu’, muttashil dan sanadnya shahih,4 melalui sahabat
Jabir. Hadis tersebut juga diriwayatkan Muslim bab al-masaqah, nomor 2901, 2902, 2903,
diriwayatkan Ahmad dalam bab Baqi Musnad al-Muktasirin nomor 13753, 14668; dan dalam
al-Darimi bab al-Buyu’ nomor 2496.10
Hadist Ketiga (Larangan mentelantarkan Lahan)
Kemudian hadis yang melarang menterlantarkan lahan adalah sebagaimana diriwayatkan
Imam Bukhari dalam hadis nomor 2172 bab al- muzara’ah.
َح َّد َثَنا ُع َبْيُد الَّلِه ْبُن ُم وَس ى َأْخ َبَر َنا اَأْلْو َز اِع ُّي َع ْن َع َطاٍء َع ْن َج اِبٍر َر ِض َي الَّل ُه َع ْن ُه َق اَل َك اُنوا َيْز َر ُعوَنَه ا ِب الُّثُلِث َو الُّر ُب ِع
َو الِّنْص ِف َفَقاَل الَّنِبُّي َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ْن َك اَنْت َل ُه َأْر ٌض َفْلَيْز َر ْع َه ا َأْو ِلَيْم َنْح َه ا َف ِإْن َلْم َيْفَع ْل َفْلُيْم ِس ْك َأْر َض ُه َو َق اَل
الَّر ِبيُع ْبُن َناِفٍع َأُبو َتْو َبَة َح َّد َثَنا ُمَع اِو َيُة َع ْن َيْح َيى َع ْن َأِبي َس َلَم َة َع ْن َأِبي ُهَر ْي َر َة َر ِض َي الَّلُه َع ْنُه َقاَل َق اَل َر ُس وُل الَّل ِه َص َّلى
الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ْن َكاَنْت َلُه َأْر ٌض َفْلَيْز َر ْع َها َأْو ِلَيْم َنْح َها َأَخ اُه َفِإْن َأَبى َفْلُيْم ِس ْك َأْر َض ُه
Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Musa, telah mengkhabarkan kepada kami
al-Auza’I, dari ‘Athah dari Jabir berkata: Dahulu ada beberapa orang yang memiliki
beberapa tanah lebih, lalu mereka berkata, lebih baik kami sewakan dengan hasil sepertiga,
sperempat, atau separuh. Tiba-tiba Nabi saw bersabda: “Siapa yang memiliki tanah, maka
hendaknya ditanami atau diberikan kepada kawannya. Jika tidak diberikan, tahan saja (HR.
al-Bukhari, bab al-Muzara’ah, nomor 2172).
Hadis di atas menunjukkan adanya penghargaan terhadap tanah yang merupakan karunia
Allah. Seseorang yang dikaruniai Allah memiliki tanah yang luas namun tidak sanggup
mengurusi atau tidak sanggup memanfaatkan tanamannya dengan menenami tanaman yang
bermanfaat, ia diwajibkan menyerahkan tanahnya baik dengan cara menghibahkan maupun
dengan cara menyewakannya kepada orang lain yang memiliki waktu lebih luang mengurusi
dan menggarap tanah tersebut. Memelihara tanah dengan baik dan kemanfaatan merupakan
wujud mensyukuri nikmat yang diberikan Allah, dan sebaliknya mentelantarkan tamah
10
Hasibuan dan Zein, “KUALITAS HADIS.”
12
dengan tidah mengisi kemanfaatan akan menyebabkan kekufuran dengan alas an
menyianyiakan karunia Allah11.
C. Membangun Kesadaran Pendidikan dalam Melestarikan Lingkungan Hidup
Di dalam mengatasi masalah-masalah lingkungan, diperlukan adanya suatu kesadaran
atau kepedulian akan pentingnya arti lingkungan bagi kehidupan terutama sekali hubungannya
dengan kehidupan manusiaa yang bersifat sentral. Artinya manusia memegang peranan yang
sangat urgen dalam mengelola lingkungan bahkan juga yang mendatangkan adanya kerusakan
lingkungan. Kepedulian/ kesadaran lingkungan secara mendasar merupakan suatu ciri dan
perbedaan antara manusia dari makhluk lain sesama makhluk hidup. Oleh karena itu manusialah
yang sangat dominan dalam mengatasi masalah- masalah lingkungan, dan hal ini tergantung
pada kepedulian dan kesadaran manusia dalam memahami lingkungannya.
Kesadaran sebagai bagian dari masalah kejiwaan erat kaitannya dengan aspek-aspek
kejiwaan, oleh karena itu ”kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan
sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dalam
duniannya. Fungsi jiwa merupakan aktifitas kejiwaan yang tiada berubah dalam lingkungan yang
berbeda-beda. Fungsi jiwa meliputi fikiran, perasaan, penginderaan dan intusi. Sedangkan sikap
jiwa adalah arah dari energi psikis umum yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia
terhadap dunianya. Fungsi jiwa melahirkan adanya sikap jiwa dan merefleksikan adanya
perbuatan manusia dalam menanggapi sesuatu. Dengan demikian, kesadaran menimbulkan
perbuatan manusia, atau dengan kata lain perbuatan merupakan indikasi kesadaran. Jadi dapat
dikatakan bahwa ”kesadaran” merupakan tanggapan seseorang terhadap sesuatu di luar diri dan
dunia atau lingkungannya12.
Hakekat kesadaran dan kepedulian lingkungan secara esensial dapat difahami sebagai
suatu prasyarat untuk mengembangkan lingkungan hidup sesuai dengan keberadaaan lingkungan
itu. Pengembangan lingkungan tanpa adanya kesadaran lingkungan tidak akan mencapai
sasarannya, sebab pengambangan lingkungan itu lebih tepat jika dilaksanakan berdasarkan
pemahaman tentang lingkungan secara konkrit. Artinya pengelola harus mengetahui eksistensi
lingkungan hidup itu yang sebenarnya. Oleh karena itu kesadaran lingkungan itu dapat juga
dimaknai sebagai kemampuan atas dasar keilmuan yang diperoleh melalui proses pendidikan
11
Khairul Amri, “Menjaga Lingkungan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Mis Al Islam
Parit Jawai,” Atta’dib Jurnal Pendidikan Agama Islam 1, no. 1 (2020): 1–14.
12
Ahmad Taufiq, “Upaya Pemeliharaan Lingkungan Oleh Masyarakat Di Kampung Sukadaya Kabupaten
Subang,” Jurnal Geografi Gea 14, no. 2 (2016): 124–34, https://doi.org/10.17509/gea.v14i2.3402.
13
sesuai dengan kajian biologi dan ekologi, serta adanya pengaruh pendidikan secara umum
meliputi agama dan ilmu pengetahuan.
Secara mendasar manusia telah memiliki potensi atau pengetahuan tentang lingkungan
sebagai modal awal manusia mengenal lingkunganya. Allah swt, telah menciptakan alam dan
isinya dengan tujuan agar manusia memahami dan mengolahnya. Lebih jauh Allah telah
mengajarkan dan memperkenalkan alam sekitarnya kepada Adam a.s Dengan jalan itu manusia
pada akhirnya memiliki kemampuan akan lingkungannya. Atas dasar ajaran itu berarti manusia
secara kodrati fitrahnya adalah berpengetahuan dan telah mengenal lingkunganya. Berangkat
dari konsep dasar di atas dapat dipersepsikan bahwa manusia telah memiliki dasar-dasar tentang
kesadaran lingkungan bagi diri manusia yang dengan sendirinya akan muncul. Hanya
persoalannya manusia memiliki dua hal yang bertolak belakang antara mengenal dan tidak
mengenal lingkungannya. Sedangkan nafsu condong selalu bertentangan dengan lingkungannya.
Oleh karena itu diperlukan faktor-faktor dari luar yang ikut mempengaruhi berkembangnya
kesadaran lingkungan sehingga pada akhirnya kesadaran mengenal lingkungan lebih memiliki
daya dukung dari pada tidak mengenal lingkungan. Dengan demikian kesadaran lingkungan
terus tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu teknik menumbuhkan kesadaran perlu
diupayakan13.
Di dalam menumbuhkan kesadaran lingkungan ada faktor-faktor yang mempengaruhi.
Kesadaran lingkungan merupakan syarat mutlak bagi pengembangan lingkungan secara efektif.
Artinya tanpa adanya kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup bagi manusia tentu
pengembangan lingkungan ke arah yang bermanfaat tidak akan tercapai. Di dalam pasal Undang-
undang Lingkungan Hidup Pasal 9 berbunyi : ”Pemerintah berkewajiban menumbuhkan dan
mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawabnya dalam pengelolaan lingkungan
hidup melalui penyuluhan, bimbingan, pendidikan dan penelitian tentang lingkungan hidup.
Undang-undang di atas memberikan indikasi bahwa kesadaran masyarakat terhadap lingkungan
merupakan suatu kewajiban bagi seluruh bangsa guna mensukseskan pembangunan yang
berwawasan lingkungan dalam arti pembangunan itu searah dengan eksistensi lingkungan hidup.
Sarana yang digunakan melalui penyuluhan, bimbingan pendidikan dan penelitian yang dapat
dilakukan oleh lembaga-lembaga yang kompeten di bidangnya. Dalam hal ini dapat difokuskan
13
Abdul Karim, “Mengembangkan Kesadaran Melestarikan Lingkungan Hidup Berbasis Humanisme
Pendidikan Agama,” Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 12, no. 2 (2018): 309,
https://doi.org/10.21043/edukasia.v12i2.2780.
14
pada seluruh kekuatan baik dinas, instansi terkait yang ditangani oleh pemerintah maupun
melibatkan secara langsung masyarakat dalam menata dirinya sebagai faktor-faktor yang
dominan dalam menumbuhkan kesadaran dan kepedulian lingkungan.
Dalam menumbuhkan kesadaran lingkungan hidup Bahri Ghazali mengungkapkan bahwa
sarana yang bisa digunakan adalah mulai dari pendidikan keluarga, masyarakat dan sekolah
formal dan informal. Maizer S.N juga mengungkapkan: ”apabila kita akan membangun kembali
lingkungan hidup sudah seharusnyalah apabila mengkaitkan masalah- masalah lingkungan
dengan sistem pendidikan secara lebih mendasar, karena pendidikan merupakan dasar
pembentukan sikap pandang manusia14.
Yusuf al-Qaradhawi seorang ulama besar menjelaskan bahwa pada intinya persoalan
lingkungan hidup adalah persoalan moral, keadilan, kebaikan, kasih-sayang, keramahan, dan
sikap tidak sewenang-wenang. Oleh karena itu Yusuf al-Qaradhawi mengungkapkan bahwa
strategi dalam memelihara lingkungan hidup melalui penanaman kesadaran etis terhadap
lingkungan salah satunya melalui jalur pendidikan dan pengajaran. Menurutnya strategi dalam
memelihara lingkungan itu diarahkan kepada para generasi muda dari tingkat taman kanak-
kanak, sekolah dasar, hingga universitas.
Pendidikan lingkungan hidup diperlukan pada jaman sekarang, khususnya ditujukan bagi
generasi muda yang dilahirkan dalam lingkungan hidup yang terancam, dimana kerusakan alam
sudah merupakan fenomena sehari-hari, suatu realita yang jamak, yang bisa kita temukan sehari-
hari.
BAB III
PENUTUP
14
Darwis Darmawan et al., “Hubungan antara pengetahuan dan sikap pelestarian lingkungan dengan
perilaku wisatawan dalam menjaga kebersihan lingkungan” 4, no. 24 (2016): 37–49.
15
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan oleh karena itu, diharapkan
adanya keritikan dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
16
Dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini,
khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan
DAFTAR PUSTAKA
17
Amoes Neolaka dan Grace Amialia. 2017. Landasan Pendidikan : Dasar Pengenalan Diri
Sendiri Menuju Perubahan Hidup. Depok: Kencana.
Amri, Khairul. “Menjaga Lingkungan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Mis Al
Islam Parit Jawai.” Atta’dib Jurnal Pendidikan Agama Islam 1, no. 1 (2020): 1–14.
Connie Chairunnisa. 2018 Meneropong Landasan Ilmu Pendidikan Yang Hakiki. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Ulum, Fahmi Bahrul, Abdul Halim, dan Mira Arfina Oktanovia. “Pengembangan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi Islam Dan Sains Perspektif Hadis” XX, no. Ii
(2023): 79–89.
Yani, Yuri Indri, dan Mardinal Tarigan. “Mengungkap Isyarat-Isyarat Sains Dalam Hadis Nabi”
5 (2021): 359–76. https://doi.org/10.29240/alquds.v5i1.2512.
18
19