Oleh :
Zaenul Fawaid : 220110069
Sartinah : 210110003
Tri Yunita Sari : 220110050
Segala puji bagi Allah SWT yang mana sudah menyampaikan rahmat, karunia,
dan taufik serta hidayah-Nya. sehingga kami bisa menuntaskan makalah ini. Sholawat
dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad
SAW, yang kita nanti nantikan syafaat-Nya di Yaumul Qiyamah nantinya, serta pula
kami berterima kasih kepada Ibu Diah Permasih, S.Pd., M.Pd. Selaku Dosen yang
telah membimbing kami.
kami sangat berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang materi Kapita Selekta Pendidikan. kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa pada dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran
serta usulan demi pemugaran yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yangmembentuk.
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................4
C. TUJUAN MASALAH.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Paradigma Baru Pendidikan Nasional...............................................................................5
1. Pendidikan Adalah Kerja Akademik..............................................................................6
2. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003.......................................................8
3. Peran Serta Masyarakat................................................................................................10
4. Tantangan Globalisasi..................................................................................................13
B. Pendidikan Multikulturalisme Di Indonesia....................................................................15
1. Konsep Multikulturalisme............................................................................................17
2. Pendidikan Multikulturalisme......................................................................................17
3. Pendidikan Multikultural menuju civil society............................................................19
C. Strategi Pembangunan Pendidikan Berkualitas...............................................................24
D. Menghadapi Arus Globalisai...........................................................................................25
1. Dekadensi Moral Melemahkan Potensi.......................................................................26
2. Kesenjangan Sosial......................................................................................................27
3. Generasi Penyumbang..................................................................................................29
4. Penguatan Nilai Budaya...............................................................................................30
E. Pembaruan Pendidikan Agama Islam Suatu Keharusan..................................................32
BAB III PENUTUP.................................................................................................................35
A. Kesimpulan..................................................................................................................35
B. Saran.............................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu unsur dari aspek social budaya yang
berperan sangat strategis dalam pembinaan suatu keluarga, masyarakat atau
bangsa. Pendidikan merupakan sebuah yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan umat manusia. Karenanya manusia harus senantiasa mencari dan
menuntut imu pengetahuan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan salah satu factor pentingyang mengharuskan manusia untuk selalu
mengembangkan keilmuannya agar dapat beradaptasi di dunia yang kaya akan
ilmu dan kemajuan teknologi.
B. Rumusan Masalah
1. apa itu paradigm pendidikan nasional?
2. Bagaimana pendidikan multikulturalisme di Indonesia?
3. Bagaimana strategi pendidikan yang berkualitas?
4. Bagaimana menghadapi arus globalisasi/
5. Apakah pembaruan pendidikan agama islam itu suatu keharusan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui paradigm pendidikan
2. Untuk menambah wawasan tentang multikulturalisme di Indonesia
3. Untuk mengetahui strategi pendidikan yang berkualitas
4. Agar dapat menghadapi arus globalisasi
5. Agar mengetahui bagaimana pembaruan pendidikan agama islam
BAB II
PEMBAHASAN
Kedalam cara pandang itu termasuk tantangan dasar yang dihadapi manusia
dalam kaitannya dengan tata sosial, kebudayaan serta lingkungan alamnya.
Konsep paradigma Pendidikan Nasional yang disusun ini akan menjadi dasar
untuk menentukan kebijakan serta pelaksanaannya, dan melibatkan pula penentuan
persyaratan pelaksana-pelaksananya. Dalam kaitan dengan pelaksanaan pendidikan
ini, perlu diperhitungkan pengaruh berbagai sumber belajar, termasuk yang informal
dan di dunia maya yang kesemuanya dapat mempunyai pengaruh tersendiri kepada
peserta didik. Perumusan paradigma pendidikan nasional yang akan dianut ini, perlu
didasarkan pada tujuan, atau apa yang diharapkan dari hasil pendidikan kita yang
akan datang. Hal ini akan diuraikan dalam bagian tersendiri.
Di era otonomi seperti saat sekarang ini, peran masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan merupakan wujud dari kesadaran pemilikan masyarakat akan keberadaan lembaga
pendidikan. Hal ini menjadi dorongan masyarkat, bahwa menciptakan sumber daya yang
unggul dan berkualitas adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tanggung jawab pihak
sekolah saja. Sehingga, akan tumbuh dalam diri masyarakat untuk berperan aktif dalam
membangun pendidikan yang bermutu dan mandiri.
Dari semua keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan,
sebagaimana sudah dijelaskan di atas, adalah bentuk nyata implementasi otonomi
pendidikan. Sedangkan pemerintah hanya berfungsi sebagai fasilitator dan mitra kerja
masyarakat. Salah satu wujud dari peran tersebut adalah dengan dibentuknya komite
sekolah.
4. Tantangan Globalisasi
Era globalisasi ditandai dengan persaingan ekonomi secara hebat yang diikuti
dengan terjadinya revolusi teknologi informasi, komunikasi, dan industri. Persaingan
ini masih dikuasai oleh tiga raksasa ekonomi yaitu Jepang dari kawasan Asia, Uni
Eropa dan Amerika Serikat. Kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri di
atas yang berlangsung dengan amat cepat dan ketat di era globalisasi menuntut setiap
negara untuk berbenah diri dalam menghadapi persaingan tersebut. Bangsa yang
yang mampu membenahi dirinya dengan meningkatkan sumber daya manusianya,
kemungkinan besar akan mampu bersaing dalam kompetisi sehat tersebut. Di sinilah
pendidikan diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu mendidik dan
menghasilkan para siswa yang berdaya saing tinggi (qualified) atau justru mandul
dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan dinamika globalisasi tersebut.
Menurut asal katanya, "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal. Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan
antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya
populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara
menjadi semakin sempit. Era globalisasi adalah tantangan besar bagi dunia
pendidikan. Dalam konteks ini, Khaerudin Kurniawan (1999), mendeskripsikan
berbagai tantangan pendidikan dalam menghadapi arus globalisasi, antara lain:
Semua tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan berdaya
saing di bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang
berwawasan keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan
(visioner), rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan
yang memadai sesuai kebutuhan.
B. Pendidikan Multikulturalisme Di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keragaman budaya yang
sangat tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 1.340 suku
bangsa, 652 bahasa daerah, dan enam agama resmi yang diakui di Indonesia3. Oleh
karena itu, mulkulturalisme merupakan sebuah konsep yang relevan dan penting
untuk diterapkan di Indonesia.
Salah satu upaya untuk mewujudkan mulkulturalisme di Indonesia adalah
dengan mengadopsi Pancasila sebagai ideologi negara. Pancasila merupakan hasil
dari kesepakatan para pendiri bangsa yang berasal dari berbagai latar belakang
budaya. Pancasila mengandung nilai-nilai dasar yang dapat menjadi landasan bersama
bagi seluruh rakyat Indonesia, seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan.
Selain itu, mulkulturalisme juga dapat ditingkatkan melalui pendidikan,
media, seni, dan budaya. Pendidikan dapat menjadi sarana untuk menanamkan sikap
toleransi, saling menghormati, dan saling mengenal antara berbagai kelompok
budaya. Media dapat menjadi alat untuk menyebarkan informasi dan pesan-pesan
positif tentang keberagaman budaya. Seni dan budaya dapat menjadi media untuk
mengekspresikan dan mengapresiasi kekayaan budaya Indonesia.
Akar kata Multikulturalisme adalah kebudayaan, pengertian kebudayaan
menurut para ahli sangat beragam. Kebudayaan adalah ideologi yang dapat menjadi
alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaanya .
Multikulturalisme mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik
secara individual maupun secara kebudayaan .
Multikulturalisme memandang sebuah masyarakat mempunyai sebuah
kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat yang coraknya seperti sebuah
mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat
lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang
mempunyai kebudayaan seperti sebuah mosaik tersebut.
Meskipun multikulturalisme memiliki banyak manfaat dan potensi untuk
membangun masyarakat yang harmonis dan dinamis, multikulturalisme juga
menghadapi beberapa tantangan dan hambatan. Beberapa tantangan tersebut antara
Iain adalah:
a. Adanya konflik dan ketegangan antara kelompok budaya yang disebabkan
oleh faktor-faktor seperti sejarah, politik, ekonomi, sosial, dan psikologis.
b. Adanya diskriminasi dan marginalisasi terhadap kelompok budaya
minoritas yang mengakibatkan ketimpangan dan ketidakadilan.
c. Adanya radikalisme dan ekstremisme yang menolak keberagaman budaya
dan mengancam persatuan dan keutuhan bangsa
d. Adanya globalisasi dan modernisasi yang dapat mengancam kelestarian
dan keaslian budaya lokal.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan komitmen dan
kerjasama dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat sipil, maupun individu.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
Meningkatkan dialog dan komunikasi antara berbagai kelompok budaya
untuk membangun kepercayaan, pengertian, dan kerja sama.
Mendorong partisipasi dan keterlibatan kelompok budaya minoritas dalam
proses pembangunan dan pengambilan keputusan.
Mencegah dan menyelesaikan konflik antar budaya dengan cara damai dan
adil.
Menegakkan hukum dan hak asasi manusia untuk melindungi semua
kelompok budaya dari segala bentuk pelanggaran dan kekerasan.
Melestarikan dan mengembangkan budaya lokal dengan cara kreatif dan
inovatif.
1. Konsep Multikulturalisme
Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara
lain adalah demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos,
kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat,suku bangsa,
kesukubangsaan, kebudayaan suku bangsa, keyakinan dan keagamaan
ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan publik, hak asasi manusia,
hak budaya komunitas, dan konsep-konsep lainnya yang relevan.
2. Pendidikan Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah sebuah konsep yang mengakui dan
menghargai adanya perbedaan dan keragaman budaya dalam masyarakat.
Budaya di sini mencakup berbagai aspek, seperti nilai, adat, suku, bahasa,
agama, sistem politik, dan lain-lain. Multikulturalisme bertujuan untuk
menciptakan persatuan dan kesetaraan di antara berbagai kelompok budaya
yang berbeda, tanpa menghilangkan identitas dan kekhasan masing-masing.
Multikulturalisme juga merupakan sebuah praktik yang
mengimplementasikan konsep tersebut dalam kebijakan dan tindakan
nyata.
Huckle & Sterling (1996) mengemukakan bahwa Globalisasi sendiri berasal dari
kata globalization, yang secara bahasa kata “global” memilik arti mendunia, dan kata
“ization” artinya mengarah kepada sebuah proses. Globalisasi dapat dijelaskan
sebagai sebuah proses yang mana kejadian, kegiatan, dan keputusan pada salah satu
bagian dunia, menjadi konsekuensi yang signifikan untuk individu dan masyarakat
jauh.(Hibatullah, 2022)
2. Kesenjangan Sosial
Globalisasi yang berdampak positif bagi kita, memiliki dampak negatif
jika terus dilakukan tanpa pertimbangan. Banyak generasi muda Indonesia
saat ini sudah terbiasa dengan kemudahan teknologi. Misalnya, sikap
gotong royong dan kekeluargaan di setiap desa atau daerah menjadi tidak
sekental dulu karena adanya media sosial, yang membuat mereka kurang
memperhatikan lingkungan sekitar. Selain itu, gaya hidup generasi muda
Indonesia telah mengalami banyak perubahan, mulai dari penampilan,
bahasa yang mereka gunakan setiap hari, interaksi sosial, dan bahkan gaya
rambut mereka, dan juga terjadi kesenjangan sosial di dalam masyarakat.
Kesenjangan sosial merupakan suatu kondisi dimana ada hal yang tidak
seimbang di dalam kehidupan masyarakat. Entah itu secara personal
maupun kelompok. Dimana ada ketimpangan sosial yang terbentuk dari
sebuah ketidakadilan distribusi banyak hal yang dianggap penting oleh
masyarakat. (Aris, 2021)
Robert Chambers mengungkapkan bahwa kesenjangan sosial
merupakan semua gejala yang terjadi di seluruh lapisan masyarakat. Gejala
ini muncul karena adanya perbedaan keuangan atau ekonomi antara
masyarakat yang berada di wilayah tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) arti dari kesenjangan sosial adalah ketidakseimbangan,
perbedaan, dan juga jurang pemisah yang hadir di dalam tatanan
masyarakat. (Aris, 2021)
Menurut (Abdain 2014) Kesenjangan sosial adalah suatu
ketidakseimbangan sosial yang ada di masyarakat sehingga menjadikan
suatu perbedaan yang sangat mecolok. Atau dapat juga diartikan suatu
keadaan dimana orang kaya mempunyai kedudukan lebih tinggi dan lebih
berkuasa dari pada orang miskin. Kesenjangan sosial merupakan sebuah
fenomena yang terjadi pada masyarakat Indonesia dan masyarakat di dunia
yang disebabkan oleh perbedaan dalam hal kualitas hidup yang sangat
mencolok. Fenomena ini pada hakikatnya dapat terjadi pada negara
manapun.(Septiani et al., 2022)
Kesenjangan tersebut muncul ketika sebagian masyarakat tidak mampu
beradaptasi dengan adanya globalisasi. Sehingga mereka akan tertinggal
dan tidak mendapatkan apa yang orang lain dapatkan. Ada beberapa
dampak dari kesenjangan sosial, diantaranya:
1) Kecemburuan sosial terhadap kelompok lain
2) Perbedaan tingkat kesejahteraan
3) Timbulnya kriminalitas. Pengangguran, dan kemiskinan.
(Sitoresmi, 2022)
3. Generasi Penyumbang
Dalam era globalisasi informasi menjadi kekuatan yang sangat
dahsyat dalam mempengaruhi pola pikir manusia. Budaya barat saat ini
diidentikkan dengan modernitas (modernisasi), dan budaya timur
diidentikkan dengan tradisional atau konvensional (Nahak, 2019).
Setiap masyarakat pasti memiliki nilai, yang mana nilai ini akan mengatur
sistem kehidupan berdasarkan sistem nilai yang diberlakukan. Keadaan inilah
yang melahirkan kearifan lokal di setiap masyarakat yang memiliki sistem
nilai yang berbeda. Keraifan lokal dibangun dan ditumbuhkan dari pandangan
hidup dan nilai-nilai yang menjadi pedoman masyarakat dalam
menyelenggarakan kehidupannya. Oleh karena itu, kearifan lokal merupakan
salah satu bentuk budaya.
Kearifan lokal oleh Akhmar dan Syarifudin (2007) diartikan sebagai tata
nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan
lingkungan tempat hidupnya secara arif bijaksana. Secara substantif kearifan
lokal merupakan nilai- nilai yang berlaku dalam tatanan masyarakat, yang
kebenarannya menjadi pedoman dalam bertingkah laku sehari-hari (way of
life). (Iswatiningsih, 2019)
Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya lokal
diantaranya:
PENUTUP
Kesimpulan
Aris. (2021). Grameedia Blog. Retrieved from Pengertian Kesenjangan Sosial: Bentuk,
Faktor, Dampak, dan Solusinya: https://www.gramedia.com/literasi/kesenjangan-
sosial/
Listari, L. (2021). Dekadensi Moral Remaja (Upaya Pembinaan Moral Oleh Keluarga Dan
Sekolah). Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora, 12(1), 7.
https://doi.org/10.26418/j-psh.v12i1.46320
Nurcahya, D. K. (2019). Analisis Dekadensi Moral dalam Proses Pembelajaran PPKn. Jurnal
Civic Hukum, 4(2), 114–121. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum
Septiani, A., Fasa, M. I., & Suharto, S. (2022). Mengatasi Dan Menyikapi Kesenjangan
Sosial Dengan Menggunakan Penerapan Ekonomi Syariah. Jurnal Bina Bangsa
Ekonomika, 15(1), 140–148. https://doi.org/10.46306/jbbe.v15i1.130
Sitoresmi, A. R. (2022, 2 8). Liputan 6. Retrieved from Kesenjangan Sosial Adalah Kondisi
Masyarakat Tidak Seimbang, Kenali Penyebabnya:
https://liputan6.com/hot/read/5283576/kesenjangan-sosial-adalah-kondisi-masyarakat-
tidak-seimbang-kenali-penyebabnya?page=5
Warid, A. (1998). Pembaharuan Pendidikan Islam (Studi Analisis Konsep dan Sejarah). 103.