Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Dasar-dasar
Pendidikan
Disusun Oleh:
Kelompok 2
SEMESTER ll
FAKULTAS TARBIYAH
S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL-UULUM
ASAHAN-KISARAN
T.A. 2024-2025
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada kami
sehingga makalah kami dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat
dan salam marilah kita hadiahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad Saw
yang telah menerima wahyu dari Allah Swt, berupa Al-Qur’an dan mengajarkan kepada
umatnya agar menjadi pedoman hidup bagi manusia.
Dalam pembuatan makalah ini, kami sudah berusaha menyusun semaksimal
mungkin yang tentunya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengucapkan
beribu maaf dan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada dosen kami Umi
Yuliana Dewi, M.Pd pada mata kuliah DASAR-DASAR PENDIDIKAN yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.Dengan dibuatnya
makalah ini semoga dapat memudahkan pembaca dalam memahaminya dan semoga bisa
menambah pengetahuan maupun wawasan bagi pembaca makalah ini. Maka dari itu besar
harapan kami sudi kiranya pembaca memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................ 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prinsip Historis dalam Pembelajaran PAI?
2. Bagaimana Prinsip Filosofis dalam Pembelajaran PAI?
3. Bagaimana Prinsip Teoritis dalam Pembelajaran PAI?
4. Bagaimana Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Metode
Pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Prinsip Historis dalam Pembelajaran PAI
2. Untuk Mengetahui Prinsip Filosofis dalam Pembelajaran PAI
3. Untuk Mengetahui Prinsip Teoritis dalam Pembelajaran PAI
4. Untuk Mengetahui Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Metode
Pembelajaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Historis
Historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai
peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu objek, latar belakang,
dan pelaku peristiwa tersebut. Maksud pendekatan historis adalah meninjau
suatu permasalahan dari sudut peninjauan sejarah, dan menjawab
permasalahan, serta menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis
sejarah. Sejarah atau historis adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa
atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan sebenarnya.
Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis
kealam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan
melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam
idealis dengan di alam empiris dan historis.1
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki
keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari
sini maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks
memahaminya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang
yang memahaminya.2
Nilai-nilai historis yang kemudian dijadikan sebadai landasan historis
pendidikan, memiliki makna bahwa peristiwa kemanusiaan yang terjadi di
masa lampau penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian-
kejadian, model-model, konsep-konsep, teori-teori, praktik-praktik, moral,
cita-cita, bentuk, dan sebagainya.
1
Rosihon,Anwar, et.al., Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.90-92.
2
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998), h.46-48.
3
Informasi dari sebuah peristiwa dimasa lampau tersebut mengandung
muatan nilai pendidikan yang dapat dicontohkan dan ditiru oleh generasi masa
kini dan yang akan datang.3
Nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah tersebut adakalanya positif,
sehingga bisa dijadikan bahan acuan dalam pelaksaan pendidikan dimasa kini
jika masih relevan dan mengembangkan serta menelitinya ketika tidak
relevan. Dan adakalanya yang negatif, dalam hal ini cukup dijadikan pelajaran
agar tidak diikuti baik oleh generasi sekarang atau dimasa yang akan.
Landasan ini mengarahkan para guru untuk mengubah sudut
pandangnya, agar selalu bisa untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari para
pendahulunya, baik dalam bersikap, bebicara, dan dalam segala hal yang
berkaitan dengan pendidikan Islam. Al-Qur’an dan Al-Hadis sebagai pondasi
intelektualitas manusia banyak mensinyalir tentang hikmah dan pelajaran
mengenai kehidupan orang-orang terdahulu yang bisa menjadi bahan
informasi guna membangun paradigma yang lebih baik, agar guru mampu
mengambil pelajaran dari hal-hal yang telah dijelaskan dari kedua sumber
tersebut.
Pada tataran selanjutnya, guru tidak salah langkah atau mengulangi
kesalahan-kesalahan yang sama sebagaimana yang terjadi sebelumnya.
Perenungan-perenungan yang dilakukan guru dalam memahami fenomena
dari kisah-kisah baik yang,...tersirat maupun yang tersurat, baik menyangkut
hikmah historis atau pun menyangkut simbol-simbol, merupakan pelajaran-
pelajaran yang berharga untuk mengembangkan model pembelajaran yang
lebih baik bagi para peserta didiknya sehingga tujuan ideal pendidikan Islam
bisa terwujud.4
3
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang; UIN-Malang Press, 2008), h. 32.
4
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h.148.
4
B. Prinsip Filosofis
Nilai filosofis yang kemudian dijadikan dasar filosofis pendidikan,
memiliki makna bahwa kegiatan pendidikan itu harus bersumber pada
pndangan hidup yang paling mendasar. Jika pandangan hidup atau cara
berfikir manusia yang paling mendasar bersumber dari nilai-nilai
fundamental, maka muncul semacam pertanyaan dari mana manusia itu ada
dan dari mana sumber ilmu diperoleh. Pertanyaan semacam itu kemudia
dijadikan sebagai cara berfikir manusia untuk menemukan jawaban melalui
pendidikan. Jika pandangan hidup manusia itu bersumber dari nilai-nilai
ajaran agama (nilai-nilai teologis), maka visi dan misi pendidikan adalah
memberdayakan manusia sebagai manusia yang menjadikan agama sebagai
pandangan hidupnya sehingga mengakui akan pentingnya sikap tunduk dan
patuh kepada hukum-hukum tuhan yang bersifat trasendental. Demikian juga
sebaliknya, jika pandangan hidup manusia itu bersifat keduniawian dan
sumber dari manusia, maka visi dan misis ediologis pendidikan adalah untuk
meraih cita-cita kepuasan hidup manusia yang bersifat duniawi semata,
hingga mengenyampingkan dan tidak memperdulikan nilai-nilai trasendental.
Kedua pandangan hidup manusia ini diharapakan dapat di integrasikan, yakni
landasan filosofis pendidikan seharusnya mengandung nilai-nilai trasendental
yang bersumber dari tuhan, dan dari manusia.5
Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya
mempergunakan akal pikiran sudah dapat dipastikan sangat memerlukan
pendekatan filosofis dalam memahami ajaran agamanya. Namun demikian
pendekatan seperti ini masih belum diterima secara merata terutama oleh
kaum tradisionalis formalistis yang cenderung memahami agama terbatas
5
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001),
h.58-61.
5
pada ketepatan melaksanakan aturan-aturan formalistis dari pengalaman
agama.6
Apabila kita berbicara mengenai nilai-nilai, maka filsafat perlu
dipertimbangkan agar pilihan kita menjadi bijaksana. Hal yang demikian
berlaku pula pada metode pendidikan, karena ia menyangkut pembentukan
kepribadian manusia dan kualitas hidup mereka. Bagaimana hubungan
pemilihan metode tersangkut dengan masalah filsafat dapat dilihat pada uraian
berikut :
1. Marilah kita lihat dari titik pandangan pembentukan karakter yang
berlangsung di dalam diri setiap anak. Belajar adalah suatu bagian
terpaut pada pengalaman kehidupan yang secara berkumulatif
menyerap ke dalam sifat-sifat karakter. Karakter spesifik yang
terbangun akan tergantung pada jenis tanggapan pelajar yang
membuat situasi kehidupan yang ditemuinya. Umpamanya
tanggapan anak terhadap suatu otoritas pada dirinya mempunyai
makna yang berkesan. Satu jenis perlakuan orang tua atau guru
akan mempengaruhi anak, ada yang berupa perlawanan, atau
penurutan – kepatuhan, atau akan mendorongnya menjadi aktif.
Berbagai kemungkinan ini adalah suatu kemelut bagi masalah
metode.
2. Ada banyak jalan untuk mengurus sekolah dan cara mengajar
murid. Setiap perbedaan cara mengajar itu mempengaruhi tipe
korelasi tanggapan murid dan sesuai dengan tipe korelasi itu
menghasilkan sifat-sifat karakter. Kemungkinan-kemungkinan
perbedaan pengaruh karakter itu menuntut adanya pemilihan
metode yang teliti.
6
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, h.42-46.
6
3. Pertimbangan-pertimbangan mengenai masyarakat sekolah yang
akan dipersiapkan, umpamanya masyarakat demokratis atau yang
lain. Perbedaan jenis masyarakat tersebut.
C. Prinsip Teoritis
Masalah metode ini dapat dilihat secara sempit dan dapat pula secara
luas. Secara sempit ia hanya menyangkut mata pelajaran yang akan diajarkan
dan bagaimana mengelola tipe mengajar yang terbatas. Tetapi secara luas
masalah metode ini menyangkut dengan banyak nilai yang akan ditegakkan ,
seperti nilai mata pelajaran, sikap dan karakter yang akan dibangun, pengaruh
kehidupan demokrasi, nilai-nilai masyarakat, dan semua masalah yang
berkaitan dengan situasi khusus. Kalau kita kembali kepada pandangan secara
sempit, maka timbul pula permasalahan kesatuan mata pelajaran dengan
metode. Menurut paham dualisme, jiwa dan dunia benda termasuk orang
adalah dua yang terpisah dan mempunyai alam yang berdiri sendiri, dan
pandangan ini pun mengganggap bahwa metode dan mata pelajaran terpisah.
Metode mempunyai daerahnya sendiri yang akan menyampaikan mata
pelajaran secara baik dan berkesan di dalam jiwa. Secara teori, suatu ilmu
dapat dideduksikan ke dalam jiwa dengan melalui metode yang lengkap. Jadi
metode itu tak pernah berada di luar bahan pelajaran. Metode tidak
bertentangan dengan mata pelajaran, ia adalah pengarahan yang efektif bagi
mata pelajaran menuju hasil yang dihasratkan.7
7
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h.58-59.
7
Ada beberapa teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat dirujuk
untuk pengembangan karakter, diantaranya:8
1) Teori-teori yang berorientasi behavioristik yang menyatakan bahwa
perilaku seseorang sangat ditentukan oleh kekuatan eksternal,
dimana perubahan perilaku seseorang sangat ditentukan oleh
kekuatan eksternal, dimana perubahan perilaku tersebut bersifat
mekanistik. Teori ini dikenal juga sebagai teori Stimulus-Respons
atau teori laboratorium yang sangat popoler pada implementasi
kurikulum 1970-an. Teori-teori behavioristik ini dikembangkan
dengan menggunakan hewan sebagai objek uji cobanya. Pada tahun
1980-an tumbuh kesadaran baru. Manusia tidak sama dengan
hewan sehingga teori behavioristik dipandang kurang cocok untuk
pendidikan karakter karena menjadikan manusia sebagai robot.
2) Teori-teori yang berorientasi kognitivistik yang juga dikenal
sebagai teori pemroresan informasi, dengan prinsip input-proses-
output. Teori ini menganalogikan cara kerja pikiran manusia seperti
cara kerja kompter. Jika pikiran di-entry data-data tentang
kebaikan-kebaikan, maka diyakini akan dapat mewujudkan
perilaku baik. Sayangnya ditemukan fakta banyak orang yang
mengetahui kebaikan-kebaikan tetapi perilakunya tidak selalu baik.
Untuk itu di awal tahun 2000-an tumbuh kesadaran baru, bahwa
teori-teori kognitivistik kurang begitu cocok untuk pendidikan
karakter.
8
Ibid, h.58-60.
8
3) Teori yang berorientasi komprehensif, misalnya teori
konstruktivistik dan teori holistic (diantaranya teori medan, teori
motivasi, dan teori konteks social yang menyatakan bahwa perilaku
seseorang sangat ditentukan baik oleh kekuatan internal maupun
eksternal. Dengan tanpa mengabaikan teori behavioristik dan
kognitivistik untuk keperluan pendidikan karakter di sekolah,
dipandang lebih tepat jika menggunakan teori-teori yang
berorientasi pada komprehensif yang mengimplementasikan secara
seimbang antara kekuatan internal dan eksternal, antara kekuatan
pikiran dengan hati, dan antara ngerti, ngerasa, ngelakoni atau
antara piker, zikir dan ikhtiar. Secara metodologis, hendaknya juga
menyesuaikan dengan orientasi teori komprehensif yang digunakan
untuk memandu praktik pendidikan karakter.9
9
Ibid, h.58-61.
9
guru banyak berpusat pada metode ceramah, bagimanapun materi yang akan
disampaikan.
Muncullah teori teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar
membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai
metode mengajar. Metode metode tersebut berkembang mengikuti prinsip
prinsip umum berikut:10
1. Memperhatikan kecenderungan kecenderungan siswa
Dalam pemilihan metode pembelajaran kita perlu mengetahui
kecenderungan-kecenderungan peserta didik. Sebagai seorang pendidik
sangat perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Karena berpengaruh
terhadap proses pemilihan metode pembelajaran.
2. Memanfaatkan aktifitas individual para siswa.
Proses pembelajaran aktif dan berpusat pada siswa mampu
meningkatkan berendapnya pembelajaran dalam memori jangka
panjang sehingga membentuk bank pengetahuan. Hal inlah yang perlu
diketahui dan dimanfaatkan oleh pendidik, agar siswa mampu mebnetuk
pengetahuan tersebut.
3. Mendidik melalui permainan-permainan (games) atau menjadikan
permainan sebagai sarana pendidikan.
Agar tidak terjadi kejenuhan dalam proses pembelajaran, perlu
divariasikan metode pembelajaran dengan suatu permainan. Karena
permainan dapat membuat peserta didik semangat dalam belajar dan
mengurangi kejenuhan dalam pembelajaran.
4. Menerapkan prinsip kebebasan yang rasional dalam proses belajar tanpa
membebani para siswa dengan berbagai perintah atau larangan yang
mereka tidak butuhkan.
10
Rola Pranama Sari, Prinsip-Prinsip Dalam Pemilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran,
diakses dari file:///C:/Users/pc/Desktop/prinsip-
prinsip%20dalam%20memilih%20metode.html, pada tanggal 8 Maret 2018, pukul 12.00
10
Pendidik perlu memberikan kebebasan terhadap peserta
didiknya. Hal itu dilakukan agar siswa tidak merasa terbebani dan
merasa tertekan. Sehingga proses pembelajaran akan berjalan secara
efisien.
5. Mengutamakan dunia anak anak dalam artian bahwa memperhatikan
kepentingan mereka dan mempersiapakan mereka untuk kehidupan di
masa depan.
Sebagai seorang peserta didik haruslah mengerti tentang peserta
didiknya. Mampu mengetahui dan memberikan kebutuhan maupun
kepentingan yang diperlukan peserta didiknya.
6. Memanfaatkan segenap indera siswa, sebab pendidikan inderawi
merupakan alat menuju pendidikan intelektual.
Siswa harus mampu mengoptimalkan fungsi dari kelima
inderanya, disinilah tugas pendidik untuk memunculkan dan
mengoptimalkan fungsi dari masing-masing kelima indera yang
dimiliki oleh peserta didik.
Adapun Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Dalam Pembelajaran, yaitu:11
1) Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didik.
2) Mengetahui tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
3) Mengetahui tahap kematangan, perkembangan serta perubahan
anak didik.
4) Mengatahui perbedaan-perbedaan individu didalam anak didik.
5) Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang
menggembirakan bagi anak- anak didik.
6) Aktivitas, yaitu belajar itu hanya berhasil bila melalui
bermacam-macam kegiatan baik jasmani maupun rohani.
11
Ibid, file:///C:/Users/pc/Desktop/prinsip-
prinsip%20dalam%20memilih%20metode.html, pada tanggal 8 Maret 2018, pukul 12.00
11
Dengan demikian Guru PAI harus cerdas dalam memilih metode
pembelajaran yaitu metode yang memungkinkan siswa yang belajar dalam
kontek yang bermakna yaitu dengan menjadikan pengetahuan yang relevan
dengan siswa memberikan kesempatan kepada siswa melakukan pengamatan
mengumpulkan, data menganalisis,menemukandan menyimpulkan. Guru PAI
harus merubah kebiasaan yang selama ini hanya menggunakan metode
konfensional menuju motivasi baru yaitu metode pembelajaran yang aktif,
kreatif,efektif dan menyenangkan.
Sebagaimana kita ketahui dewasa ini, dikembangkan belajar sistem
mandiri di bawah asuhan guru/dosen, metode ini merupakan salah satu metode
belajar dalam sistem kredit. Kiranya tidak berlebih-lebihan jika dikatakan ada
persamaan antara sistem Sorogan dan sistem belajar mandiri tersebut, namun
juga diakui adanya perbedaan tertentu.12
12
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, ( Palopo: IAIN Palopo, 2001), h. 204-205.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami selesaikan, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah
selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat, dan mudah-mudahan
dalam penyajian ini dapat di mengerti oleh kita semua, Amin yaa
robbal`alamin.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, et.al., Pengantar Studi Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Daradjat ,Zakiah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2001.
Daulay ,Haidar Putra, Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2004.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998.
Sari ,Rola Pranama, Prinsip-Prinsip Dalam Pemilihan dan Penggunaan Metode
Pembelajaran, diakses dari file:///C:/Users/pc/Desktop/prinsip-
prinsip%20dalam%20memilih%20metode.html, pada tanggal 8 Maret
2018, pukul 12.00
Uhbiyati ,Nur, Ilmu Pendidikan, Palopo: IAIN Palopo, 2001.
Yasin, A. Fatah, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang; UIN-Malang Press,
2008.
15