Anda di halaman 1dari 23

WAWASAN KEPENDIDIKAN

“TINJAUAN TENTANG TEORI PENDIDIKAN KLASIK DAN TEORI


PENDIDIKAN MODERN”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

VIONNA VERONIKA MAHARANI (1913071017)


NI PUTU RANI NATASYA S. (1913071018)
PUTU REGGY KEVIANA (1913073001)

KELAS 2A
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA
JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2020
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Tinjauan Tentang Teori Pendidikan Klasik Dan Teori Pendidikan
Modern”. Adapun yang kami bahas disini yaitu mengenai teori Pendidikan klasik
dan teori Pendidikan modern. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Pengantar Pendidikan di Universitas Pendidikan
Ganesha.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Singaraja, 16 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................i
PRAKATA ..................................................................................................... ...ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Teori Pendidikan Klasik .............................................................................. 3
2.1.1 Aliran Empirisme ............................................................................ 3
2.1.2 Aliran Nativisme ............................................................................. 4
2.1.3 Aliran Naturalisme .......................................................................... 6
2.1.4 Aliran Konvergensi ......................................................................... 7
2.2 Teori Pendidikan Modern ............................................................................ 8
2.2.1 Teori Humanisme ............................................................................ 8
2.2.2 Teori Behaviorisme ......................................................................... 9
2.2.3 Teori Kognitivisme ......................................................................... 10
2.2.4 Teori Sibernetik .............................................................................. 12
2.3 Implikasi Teori Pendidikan Klasik dan Teori Pendidikan Modern ............ 12
2.3.1 Implikasi Teori Pendidikan Klasik ................................................. 12
2.3.2 Implikasi Teori Pendidikan Modern ............................................... 14
BAB III. PENUTUP ........................................................................................ 18
3.1 Simpulan ...................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan bukan hanya soal mengajari atau belajar bersama, pendidik
memiliki acuan dalam mendidik, serta teori-teori pendidikan yang diajari dalam
mata kuliah ilmu pendidikan. Selain itu kita dapat mempelajari pendidikan
secara teoritis melalui perenungan – perenungan yang mendalam yang mencoba
melihat makna pendidikan dalam suatu konteks yang lebih luas yang disebut
teori pendidikan, maupun dapat juga mempelajari pendidikan secara praktis
melalui kegiatan akademis dan empiris yang bersumber dari pengalaman –
pengalaman pendidikan yang disebut praktik pendidikan.
Pentingnya kita berteori dalam praktek di lapangan pendidikan karena
pendidikan dalam praktek harus dipertanggung jawabkan. Tanpa teori dalam
arti suatu alasan dan rasional yang konsisten dan saling berhubungan maka
tindakan-tindakan dalam pendidikan hanya didasarkan atas alasan-alasan yang
kebetulan, seketika dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Hal itu tidak boleh
terjadi karena setiap tindakan pendidikan bertujuan menunaikan nilai yang
terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Bahkan pengajaran yang baik sebagai
bagian dari pendidikan selain memerlukan proses dan alasan rasional serta
intelektual juga terjalin oleh alasan yang bersifat moral. Sebabnya ialah karena
unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan adalah makhluk
manusia yang harus menghayati nilai -nilai agar mampu mendalami nilai-nilai
dan menata perilaku serta pribadi sesuai dengan harkat nilai-nilai yang dihayati
itu. Sesuai ucapan Dr. Gunning yang dikutip Langeveld (1955) : “Praktek tanpa
teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk
orang-orang Jenius”.
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti
Perenialisme, Essensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan
meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan
isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari ilmu
pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang
telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik
mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik
memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari
pendidik. Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model
kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan
pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan
proses ”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri.
Berbicara masalah teori-teori pendidikan modern erat sekali hubungan
dengan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam sejarah perkembangan

1
ilmu pengetahuan ada periodisasi perkembangan ilmu yang dimulai dari
peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer. Surajiyo (2008)
mengatakan periodisasi tersebut adalah Zaman Pra Yunani, Zaman Yunani
Kuno, Zaman Abad Pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, dan
Zaman Kontemporer. Penomena-penomena suatu zaman, akan mempengaruhi
secara langsung konsepsi pendidikan atau dapat dikatakan teori-teori
pendidikan adalah pencerminan suatu zaman. Teori-teori pendidikan modern
dimulai dari gerakan Zaman Renaissance. Zaman Modern yang diawali dengan
teori pendidikan pertama yakni: Humanisme, behaviorisme, kognitivisme dan
sibernetik. Berkenaan dengan itu dalam teori-teori pendidikan modern ini akan
diungkapkan suatu bahasan berkisar periodisasi zaman terkait, paradigama-
paradigma pendidikan modern dan teori-teori pendidikan modern.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari teori pendidikan klasik?
2. Apa saja aliran-aliran pada teori pendidikan klasik?
3. Apa pengertian dari teori pendidikan modern?
4. Apa saja aliran-aliran pada teori pendidikan modern?
5. Bagaimana implikasi teori pendidikan klasik dan teori pendidikan modern?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori pendidikan klasik
2. Untuk mengetahui aliran-aliran pada teori pendidikan klasik
3. Untuk mengetahui pengertian dari teori pendidikan modern
4. Untuk mengetahui aliran-aliran pada teori pendidikan modern
5. Untuk mengetahui implikasi teori pendidikan klasik dan teori pendidikan
modern

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi
penulis seperti pengalaman untuk mengumpulkan bahan dari berbagai
sumber yang ada. Disamping itu, penulis juga mendapat ilmu untuk
memahami dan menganalisis materi yang ditulis dalam makalah ini. Penulis
juga mendapatkan berbagai pengalaman mengenai teknik penulisan
makalah, teknik pengutipan, dan teknik penggabungan materi dari berbagai
sumber.
2. Bagi Pembaca
Pembaca yang membaca makalah ini akan dapat mengetahui lebih dalam
mengenai pengertian dari Pendidikan klasik dan modern serta jenis-jenis
aliran pada Pendidikan klasik dan modern.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Pendidikan Klasik


Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang
bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan
meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan
isi pendidikan dari pada prosesnya. Isi pendidikan atau bahan pengajaran
diambil dari sari ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dan dikembangkan
oleh para ahli di bidangnya dan disusun secara logis dan sistematis. Misalnya
teori fisika, biologi, matematika, bahasa, sejarah dan sebagainya.
Perbedaan padangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia
tersebut menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap
manusia, mulai dari yang paling pesimis sampai yang paling optimis. Aliran-
aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja dan
dengan demikian suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan
untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia.
Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran
yang berbeda, yaitu:
1. Aliran Empirisme
2. Aliran Nativisme
3. Aliran Naturalisme
4. Aliran Konvergensi
2.1.1 Aliran Empirisme
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang
mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan
menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan,
sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh
anak dalam kehidupan sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang
berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun
diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Tokoh
perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke
(1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak
lahir kedua bagaikan kertas putih yang bersih.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya
mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan.
Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap
tidak menentukan. Pada hal kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari
terdapat anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungan
disekitarnya tidak mendukung.
Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal
dari dalam diri berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha

3
mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau
kemampuan yang ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut
aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang
manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, contohnya
melalui modifikasi tingkah lakunya.
Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada
pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang
pasif dan dapat diubah, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku.
Hal itu tercermin pada pandangan scientific psycology Skinner ataupun
dengan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan prilaku manusia
tampak keluar sebagai sasaran kajianya, dengan tetap menekankan
bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.
Meskipun demikian, pandangan-pandangan behavioral ini juga masih
bervariasi dalam menentukan faktor apakah yang paling utama dalam
proses belajar itu sebagai berikut:
1. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi.
2. Pandangan yang menekankan peranan dari dampak ataupun balikan
dari sesuatu perilaku.
3. Pandangan yang menekankan peranan stimulus atau rangsangan
terhadap perilaku
2.1.2 Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang
menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan,
termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh
pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir.
Pada hakekatnya aliran nativisme bersumber dari leibnitzian
tradition yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak,
oleh karena itu faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan
ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orang tua.
Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan
ditentukan oleh anak itu sendiri. Perkembangan individu ditentukan
oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh
terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil
pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan
demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh
individu itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat menjadi jahat, dan
yang baik menjadi baik”. Artinya bahwa, jika anak memiliki bakat jahat
dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki
bakat baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai
dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak

4
itu sendiri. Istilah nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah
terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab
lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan
anak. Pembawan tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak
mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat
orangtua. Prinsipnya, pandangan nativisme adalah pengakuan tentang
adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu
daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta
kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap
manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal
kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu.
Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik,
akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi
kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah
kemampuan orangtuanya.
Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip
orang tuanya (secara fisik) dan juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada
orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya
faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan
anak. Terdapat suatu pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas
yakni dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi (G. Leibnitz:
Monad) yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong
manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang
menempatkan manusia sebagai mahluk yang mempunyai kemauan
bebas.
Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun
pengalaman dalam belajar itu ataupun penerimaan dan persepsi
seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan memberi makna kepada
apa yang dialaminya itu. Dengan kata lain, pengalaman belajar
ditentukan oleh “internal frame of reference” yang dimilikinya.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada perkembangan manusia
dalam aliran nativisme, sebagai berikut.
1. Faktor genetik
Faktor genetik adalah faktor gen dari kedua orangtua yang
mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia.
Contohnya adalah jika kedua orangtua anak itu adalah seorang
penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai
seorang penyanyi yang prosentasenya besar.
2. Faktor Kemampuan Anak
Faktor kemampuan anak adalah faktor yang menjadikan seorang
anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini

5
lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya.
3. Faktor Pertumbuhan Anak
Faktor pertumbuhan anak adalah faktor yang mendorong anak
mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan
perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu
normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap
kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak
normal maka anak tersebut tidak bisa mengenali bakat dan
kemampuan yang dimiliki.
Didalam teori ini menurut G. Leibnitz: Monad “Didalam diri individu
manusia terdapat suatu inti pribadi”. Sedangkan dalam teori Teori Arthur
Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa perkembangan manusia
merupakan pembawaan sejak lahir atau bakat. Sehingga dengan teori ini
setiap manusia diharapkan:
1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri
seseorang
5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki
2.1.3 Aliran Naturalisme
Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam)
sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam
filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat
dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang
dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh
sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah
supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam
dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam
(Harold H. Titus e.al. 1984).
Aliran ini memiliki persamaan dengan nativisme, dipelopori oleh
seorang filsuf prancis J.J. Rousseau (1712- 1778). Berbeda dengan
schoperhauer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru
dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan Rousseau juga
berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malah
dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Karena itu, Jean Jaquest
Rousseau menciptakan konsep pendidikan alam, artinya anak hendaklah
dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia
jangan banyak mencampurinya.

6
Aliran ini disebut juga negativism, karena berpendapat bahwa
pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam, jadi dengan
kata lain pendidikan tidak diperlukan. Namun aliran ini sangat
berbanding terbalik dengan kenyataan, karena makin lama pendidikan
semakin diperlukan.
Aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan
kadang-kadang disamakan. Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan
tertentu. Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa anak sejak lahir
sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat,
kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-pembawaan lainya.
Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami, bukan
lingkungan yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan diartikan
sebagai usahan sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti
mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi
menjadikan anak kearah tertentu, maka usaha tersebut hanyalah
berpengaruh jelek terhadap perkembangan anak. Tetapi jika pendidikan
diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan
dengan lingkungan yang tidak dibuat-buat (alami) makan pendidikan
yang dimaksud terakhir ini berpengaruh positif terhadap perkembangan
anak.
Jean Jaquest Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala
keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga
kebaikan anak-anak yang di peroleh secara alamiah sejak saat
kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Jean Jaquest
Rousseau juga berpendapat bahwa jika anak melakukan pelanggaran
terhadap norma-norma, hendaklah orang tua atau pendidik tidak perlu
untuk memberikan hukuman, biarlah alam yang menghukumnya. Jika
seorang anak bermain pisau, atau bermain api kemudian terbakar atau
tersayat tangannya, atau bermain air kemudian ia gatal-gatal atau masuk
angin. Ini adalah bentuk hukuman alam. Biarlah anak itu merasakan
sendiri akibatnya yang sewajarnya dari perbuatannya itu yang nantinya
menjadi insaf dengan sendirinya
2.1.4 Aliran Konvergensi
Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871-1939),
seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik
maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa
dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun
faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan penting. Bakat yang
dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa
adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat
tersebut. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan

7
perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam dirinya tidak
terdapat bakat yang diperlukan dalam mengembangkan bakat tersebut.
Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan
kata-kata adalah juga hasil konvergensi.
Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi
lingkungan, anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan
pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan
bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan
bahasa lingkungannya, misalnya Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa
Inggris, dan sebagainya. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal
dalam satu lingkungan yang sama) untuk mempelajari bahasa mungkin
tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan
dan perbedaaan situasi lingkungan, biarpun lingkungan kedua orang
anak tersebut bahasa yang sama. Oleh karena itu Stren berpendapat
bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan
lingkungannya, seakan-akan dua garis menuju satu titik pertemuan.

2.2 Teori Pendidikan Modern


Pendidikan modern merupakan pendidikan yang sejalan dengan usaha
manusia sejak ia dilahirkan hingga meninggal, dengan sadar membimbing dan
menuntun kondisi jiwa agar dapat menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang
baik sejak awal pertumbuhan dan perkembangannya.
Sebagaimana dikatakan P.J. Hills, bahwa pendidikan dalam masyarakat
umumnya memiliki dua peran pokok, yaitu menyampaikan pengetahuan
kepada generasi ke generasi berikutnya dan memberikan bekal kepada
manusia dengan keahlian menganalisis, mendiagnosa, dan bertanya. Maka
dapat disimpulkan pendidikan modern adalah cara-cara belajar yang sesuai
dengan tuntutan era kekinian, untuk dapat dipersiapkan anak didik pada
masanya.
2.2.1 Teori Humanisme
Sodirdjo (1980), mengatakan teori pendidikan modern pertama
adalah teori humanisme. Pendidikan humanistik yang meletakan
manusia sebagai titik tolak dan sebagai titik tujuan, menurut Baharuddin
(2007), paradigma pendidikan humanistik terdapat dua harapan besar
yakni: nilai-nilai pragmatis iptek tidak akan mematikan kepentingan-
kepentingan kemanusiaan, dan akan dapat terhindar dari tirani teknologi
dan dapat hidup sejahtera dan kondusif.
Tujuan pendidikan humanistik yaitu membentuk manusia yang
memiliki komitmen humaniter sejati, yakni manusia yang memiliki
kesadaran, kebebasan dan tanggung jawab sebagai mahluk individual
maupun sebagai mahluk sosial (Baharuddin, 2007). Sudirdyo (1998),
mengatakan tujuan pertama humanisme Italia adalah “cita-cita Yunani"

8
mengenai pendidikan liberal, yaitu perkembangan harmonis dari akal,
jasmani dan moral. Perkembangan ideal bagi para humanisme Italia
adalah pribadi yang mempunyai perkembangan bulat dan lengkap dalam
semua aspek kehidupan manusia. Isi atau jenis pendidikan humanisme
adalah pendidikan jasmani, kesusasteraan, kesenian, musik, drama,
keindahan, perilaku dan kesehatan. Pendidikan keindahan memegang
peranan penting karena sempat diabaikan pada abad pertengahan.
Proses belajar dalam humanisme, adalah belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat
mementingkan pentingnya isi dari pada proses, dalam kenyataan teori
ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar
dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya,
seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian.
Tokoh teori ini Bloom dan Krathwohl, Kolh, Honey, Mumford dan
Harbermas. Bloom dan Krathwohl menekankan apa yang mungkin
dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang mencakup tiga kawasan yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Taksonomi Bloom berhasil memberi
inspirasi kepada pakar lain untuk mengembangkan teori-teori belajar
dan pembelajaran (teori ini menjadi amat terkenal).
Taksonomi Bloom banyak dijadikan pedoman untuk menyusun
butir-butir soal ujian, termasuk orang-orang pendidikan yang sering
mengkritik Taksonomi Bloom. Sedangkan Kolh membagi tahapan
belajar menjadi:
1) Pengalaman konkrit
2) Pengamatan aktif dan reflektif
3) Konseptualisasi
4) Eksperimentasi aktif
Honey dan Mumford berdasarkan teori Kolh, membagi tipe siswa
yaitu aktivis, refektor, teoris dan pragmatis.
a. Tipe siswa yang aktivis adalah tipe siswa suka melibatkan diri pada
pengalaman – pengalaman baru. Siswa cendrung berpikiran terbuka
dan mudah diajak berdialog (identik dengan sifat mudah dipercaya).
b. Tipe siswa reflektor adalah sebaliknya, cendrung sangat berhati-hati
mengambil langkah, suka menimbang baik-buruk suatu keputusan.
c. Tipe siswa teoris, biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan
tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif,
curiga dan tidak menyukai halhal yang bersifat spekulatif.
d. Tipe siswa pragmatis adalah menaruh perhatian besar pada aspek-
aspek praktis dari segala hal.
2.2.2 Teori Behaviorisme

9
Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat darri
interaksi antara stimulus dan respon. Penganut teori ini setuju premis
dasar perubahan tingkah laku, namun mereka berbeda pendapat dalam
beberapa hal penting.
1) Thorndike
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus (mungkin berupa
pikiran, perasaan atau gerakan) dan respon (yang juga bisa
berbentuk pikiran, perasaan atau gerakan). Perubahan tingkah laku
berwujud suatu yang konkrit (dapat diamati) atau non konkrit (tak
teramati). Thorndike tak menyebutkan cara mengukur tingkah laku,
sehingga menjadi obsesi ahli behavior selanjutnya. Teori ini disebut
juga Koneksionisme.
2) Watson
Stimulus dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa
diamati (observable), perubahan mental diabaikan; faktor tersebut
tidak dapat menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau
belum. Hanya mementingkan perubahan tingkah laku yang bisa
diukur (pengukuran hanya tingkah laku nyata) meskipun mengakui
semua hal penting.
3) Clark Hull (Neo Behaviorisme/aliran tingkah laku baru)
Sangat terpengaruh oleh teori Charles Darwin/evolusi. Semua
tingkah laku bermanfaat untuk menjaga kelangsungan hidup. Untuk
itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati
posisi sentral. Stimulus/rangsangan hampir selalu dikaitkan dengan
kebutuhan biologis, meskipun respon berbeda bentuknya. Setelah
Skinner, teori ini tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, kecuali
dalam eksperimen di lab.
4) Edwin Guthrie
Stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan biologis, yang penting
hubungan stimulus dan respon bersifat sementara. Diperlukan
pemberian stimulus yang sering agar hubungan menjadi lebih
langgeng. Respon akan lebih kuat (menjadi kebiasaan) bila
berhubungan dengan berbagai stimulus (banyak rangsangan agar
tingkah laku berubah ke arah positif)
5) Skinner
Hubungan stimulus dan respon dalam perubahan perilaku, tidak
sederhana; tapi stimulus yang diberikan berinteraksi satu sama
lainnya, dan interaksi tersebut mempengaruhi respon yang
dihasilkan. Respon yang diberikan juga menghasilkan berbagai
konsekuensi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkah laku
siswa.
2.2.3 Teori Kognitivisme

10
Ciri khas kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajar. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat komplek
(erat hubungannya dengan teori sibernetik). Teori ini menjelaskan
bagaimana siswa mengolah stimulus dan bagaimana siswa sampai pada
respon tertentu (pengaruh teori behavior masih tampak), lambat laun
perhatian mulai bergeser, perhatian teori ini terpusat pada proses
bagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi dengan ilmu yang
sebelumnya telah dikuasai oleh siswa.
Teori kognitif menekankan pada ilmu pengetahuan dibangun dalam
diri siswa melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungannya. Proses belajar tidak berjalan terpisah-pisah, tapi
melalui proses yang mengalir, berkesinambungan dan menyeluruh
sebagai satu kesatuan yang utuh masuk dalam pikiran dan perasaan
siswa. Seperti membaca buku, bukan alfabet yang terpisah yang diserap
oleh pikiran, tapi kata, kalimat, paragraf yang semuanya menjadi satu,
mengalir, menyerbu secara total bersamaan. Dalam praktek teori ini
berwujud:
1) Tahap-tahap perkembangan (Jean Piaget)
2) Belajar bermakna atau Meaningful learning (Ausubel)
3) Belajar penemuan secara bebas (Jerome Bruner)
Menurut Piaget proses belajar terdiri dari tiga tahap yaitu Asimilasi,
Akomodasi, dan Equilibrasi (penyeimbangan).
a. Proses asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi
baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
b. Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
yang baru.
c. Equilibrasi yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi
dan akomodasi. Proses belajar siswa harus disesuaikan dengan
perkembangan kognitif siswa, yakni tahap sensorimotor (1,5 – 2
tahun), tahap praoperasional (2/3 – 7/8 tahun), tahap operasional
konkret (7/8 – 12/14 tahun), dan tahap operasional formal (14 tahun
ke atas).
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika bahan
ajar dan informasi lainnya mencakup semua isi pelajaran yang akan
diajarkan kepada siswa.
Manfaat bahan ajar dan informasi yang lengkap di
sampaikan kepada siswa yaitu:
1) Dapat menyediakan kerangka konseptual untuk bahan ajar yang
akan dipelajari siswa
2) Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan bahan
ajar yang dipelajari saat ini dengan yang akan datang

11
3) Dapat membantu siswa memahami bahan ajar secara lebih
mudah.
2.2.4 Teori Sibernetik
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi.
Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses.
Proses memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih
penting lagi adalah sistem informasi yang diproses itu, informasi
tersebut yang akan menentukan proses. Asumsi lain teori sibernetik
adalah tidak ada satu proses belajarpun yang ideal dengan segala situasi
yang cocok untuk semua siswa. Informasi akan dipelajari oleh siswa
dengan satu macam proses belajar, informasi yang sama itu akan
dipelajari oleh siswa lain melalui proses belajar yang berbeda hal ini
disebabkan oleh perbedaan tipe siswa yang belajar dan perbedaan seni
guru mengajar.
Ada dua macam proses berpikir yaitu proses berpikir algoritmik dan
heuristik.
1. Algoritmik adalah proses berpikir linier, konvergen, logis, lurus
menuju kesuatu target tertentu
2. Heuristik yaitu proses berpikir divergen, tidak linier, tidak lurus,
tidak logis, kreatif menuju kebeberapa target sekaligus.
Proses belajar akan berjalan dengan baik, jika apa yang hendak
dipelajari itu, merupakan masalah yang hendak dipecahkan, sistem
informasi yang hendak dipelajari diketahui ciri – cirinya, suatu yang
lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, substansial, suatu
hal yang lebih tepat disajikan dalam bentuk terbuka dan memberi
keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Agar siswa mampu
memahami sebuah rumus matematika, akan lebih efektif jika presentasi
informasi tentang rumus matematika disajikan secara algoritmik.
.
2.3 Implikasi Teori Pendidikan Klasik dan Teori Pendidikan Modern
2.3.1 Implikasi Teori Pendidikan Klasik
1. Aliran Empirisme
Menurut konsep empirisme pendidikan adalah maha kuasa
dalam membentuk anak didik menjadi apa yang diinginkannya.
Menurut John Locke (dalam Blishen, 1970) hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pendidikan adalah:
a. Pendidikan harus diberi sejak awal mungkin.
b. Pembiasaan dan latihan lebih daripada peraturan, perintah atau
nasehat.
c. Anak didik harus diamati dari dekat untuk melihat:

12
1) Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya
(tingkat perkembangannya).
2) Hasrat-hasratnya yang amat kuat.
3) Kecendrungannya mengikuti orang tua tanpa merusak
semangat anak itu amat kuat.
d. Anak harus dianggap sebagai makhluk rasional, dalam hal ini
kepada anak harus diberikan alasan tentang hal-hal yang dituntut
darinya.
e. Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban bagi anak,
namun hendaknya menyenangkan dan merupakan suasana
bermain yang membuka seluas-luasnya berbagai kemungkinan
yang dapat timbul.
2. Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari bahasa Latin “natives” yang berarti
terlahir. Aliran ini dipelopori oleh Sckophenhauer seorang filosof
kebangsaan jerman yang hidup dalam tahun 1788-1880. Dia
berpendapat bahwa “Pendidikan ialah membiarkan seseorang
bertumbuh berdasarkan pembawaannya”.
Seseorang akan berkembang berdasarkan apa yang
dibawanya dari lahir. Hasil akhir perkembangan dan pendidikan
manusia ditentukan oleh pembawaannya dari lahir. Pembawaan itu
ada yang baik dan ada yang buruk. Oleh karena itu manusia akan
berkembang dengan pembawaan baik maupun pembawaan buruk
yang dibawaknya dari lahir.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab
lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi
perkembangan, dan pendidikan tidak berpengaruh sama sekali
terhadap perkembangan seseorang. Contoh orang tua yang
menginginkan anaknya menjadi pelukis. Ia berusaha
mempersiapkan alat-alat untuk melukis dan mendatangkan guru
untuk melukis, tetapi gagal karena dalam diri anak tidak ada bakat
melukis. Oleh karena itu aliran ini merupakan aliran pesimis dalam
pendidikan (pesimisme).
3. Aliran Naturalisme
Aliran Naturalisme dinamakan juga nagativisme ialah aliran
yang meragukan pendidikan untuk perkembangan seseorang karena
dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri utama aliran ini
ialah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar
pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik.
Dengan kata lain pembawaan yang baik itu supaya berkembang
secara spontan. Sebagai contoh, pada masa anak-anak

13
pengembangan panca indra dilakukan melalui kegiatan anak itu
sendiri.
Untuk membimbing tingkah laku anak, buku tidak
diperlukan, yang penting adalah pengembangan alam atau
lingkungan dan berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya. Pada
masa remaja agama dan moral hendaklah diajarkan kepada mereka
semata-mata dalam kaitannya dengan alasan alamiah, kemampuan
berfikir harus dikembangkan dan fantasi tidak dibiarkan bekerja
leluasa. Pengajaran yang tujuannya ingin menanamkan suatu aturan
atau otoritas tertentu lebih baik ditunda pelaksanaannya.
4. Aliran Konvergensi
Aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran
yang berlawanan di atas antara nativisme dan empirisme.
Perkembangan seseorang tergantung kepada pembawaan dan
lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan
mempengaruhi perkembangan seseorang. Pembawaan seseorang
baru berkembang karena pengaruh lingkungan.
William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu
tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis
yang menuju ke suatu titik pertemuan sebagai berikut:
a. Pembawaan
b. Hasil pendidikan
c. Lingkungan
2.3.2 Implikasi Teori Pendidikan Modern
1. Pengajaran Alam Sekitar
Konsep pengajaran alam sekitar diilhami oleh kata-kata yang
dipetik dari Emmanuel Kant: “Pengertian tanpa pengamatan
adalah kosong dan pengamatan tanpa pengertian adalah buta.” Hal
ini berarti bahwa antara pengamatan dengan dan pengertian harus
terjalin hubungan yang saling menunjang dan saling memperkuat.
Artinya manusia hendaknya mampu memanfaatkan lingkungannya.
Pengajaran alam sekitar penting dilakukan untuk pengajaran
dan pendidikan kehidupan anak di masa sekarang dan yang akan
datang. Nilai-nilai pengajaran alam sekitar secara singkat
dipaparkan sebagai berikut :
a. Dengan pengajaran sekitar guru atau pendidik dapat
memperagakan secara langsung kepada anak.
b. Memberikan kesempatan secara langsung pada anak agar anak
tersebut dapat aktif, tidak hanya duduk, mendengar, melihat tapi
dapat mengambil inisiatif untuk memajukan lingkungan
hidupnya, daerahnya, dan ikut bertanggung jawab.

14
c. Memberikan pengajaran totalitas kepada anak yakni pengajaran
yang dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang dapat
menarik perhatian anak dan diambil dari lingkungan hidup anak
itu sendiri.
d. Memungkinkan adanya pendidikan yang fungsional, karena
bahan pendidikan tersebut diambil dari lingkungannya, maka
sekolah tidak dapat terpisah dari masyarakatnya. Dan
kepandaian anak dapat di aplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat
2. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian didasarkan alam sekitar yang
objek-objek pengamatannya dititik-beratkan pada sesuatu pusat
tertentu, yaitu hal-hal yang menarik perhatian manusia dalam
menjalani perkembangan hidupnya.
Metode-metode dalam pengajaran pusat perhatian, yaitu
metode global (keseluruhan) dan Centre d’interst (pusat minat).
a. Metode global (keseluruhan)
Maksud dari metode ini adalah anak-anak mengamati secara
global atau keseluruhannya. Hal ini berdasarkan pada prinsip
psikologi gigestal, yaitu dalam mengajarkan membaca dan
menulis menggunakan kalimat lebih mudah daripada
mengajarkan kata-kata lepas. Sedangkan kata lebih mudah
diajarkan dari pada huruf secara tersendiri.
b. Centre d’interst (pusat minat)
Anak-anak mempunyai minat yang spontan (sewajarnya).
Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan
tersebut.sebab apabila tidak, maka pengajaran itu tidak akan
banyak hasilnya
3. Sekolah Kerja
Sekolah kerja merupakan konsep pendidikan yang menjadi
titik kulminasi dari pandangan yang mementingkan keterampilan
dalam pendidikan. Tujuan dari sekolah kerja ini adalah untuk
menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari
buku-buku, orang lain, ataupun dari pengalaman sendiri. Sekolah
kerja dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sekolah
perindustrian, sekolah perdagangan, dan sekolah rumah tangga.
Adapun dasar-dasar dari sekolah kerja itu sendiri, sebagai
berikut.
a. Dalam sekolah kerja anak akan aktif melakukan kegiatan di
sekolah tersebut.
b. Pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran ada di anak itu
sendiri.

15
c. Sekolah kerja dapat melatih anak menjadi pribadi yang berani
dan bertanggungjawab.
d. Bahan ajar disusun berdasarkan masalah kehidupan.
e. Sekolah kerja tidak mementingkan pengetahuan yang bersifat
hafalan atau hasil peniruan, melainkan pengetahuan fungsional
dan dapat dipergunakan untuk berprakarsa, mencipta dan
berbuat yang nantinya akan berguna di dunia kerja.
f. Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan
memberitahukan atau menceritakan pada anak melainkan anak
sendiri yang akan menjalani proses berfikir sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
g. Anak-anak akan mendapat latihan pengalaman yang amat
penting bagi pendidikan moral, sosial dan kecerdasannya.
4. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek merupakan suatu bentuk pengajaran
dimana guru menyajikan bahan pengajaran agar murid aktif
menyelidiki dan mencari problem solving atas proyek yang
diberikan oleh gurunya. Langkah-langkah pokok pengajaran proyek
yaitu.
a. Persiapan
Penetapan masalah yang akan dibahas. Dalam hal ini guru
merangsang anak-anak agar mereka dapat memikirkan,
mengusulkan dan mendiskusikan apa yang perlu mereka
pelajari.
b. Kegiatan Belajar
Pelaksanaan dari rencana yang telah disiapkan terdahulu itu.
Kegiatan dapat diawali dengan perjalanan sekolah, karya wisata,
peninjauan atau pengamatan suatu objek, membaca buku,
majalah, dan membuat catatan tentang apa yang diamati dan
dibaca itu.
c. Penilaian
Bentuk penilaian yang sering dilakukan ialah dengan
mengadakan pameran. Semua hasil yang diperoleh anak-anak
semuanya dipamerkan. Semua warga kelar memperhatikan
pameran itu, memberi tanggapan, kritik, dan sebagainya.
5. Taman Siswa
Dasar pendidikan dan pengajaran dalam taman siswa ialah
Panca Darma Taman Siswa yang disusun tahun 1947 yang meliputi:
a. Asas kemerdekaan
Diartikan disiplin pada diri sendiri, oleh diri sendiri atas dasar
nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun
anggota masyarakat.

16
b. Asas kodrat alam
Manusia sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat
alam, tidak dapat lepas dari sunnatullah, tiap orang diberi
keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara
wajar menurut kodratnya.
c. Asas kebudayaan
Memelihara kebudayaan kebangsaan namun yang harus pertama
dilakukan yakni membawa kebangsaan itu kearah kemajuan
yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan dunia, dan
kepentingan hidup rakyat lahir batin.
d. Asas kebangsaan
Asas yang mengandung rasa persatuan dengan bangsa sendiri
dan tidak terjadi pertentangan.
e. Asas kemanusiaan
Asas yang mewujudkan pada diri seseorang dengan adanya cinta
kasih terhadap sesama makhluk Tuhan.
6. Peran Teknologi Pendidikan dalam Pembelajarana
Ada sejumlah peran dari memperkenalkan teknologi di
bidang pendidikan. Telah ada dampak positif dari teknologi pada
pendidikan. Dengan menggunakan potensi teknologi, kecepatan dan
gaya belajar telah mengalami perubahan dan komunikasi telah
menjadi lebih mudah.
Berikut adalah beberapa peranan dari teknologi pendidikan:
a. Salah satu peran teknologi pendidikan bagi siswa adalah bahwa
hal itu membantu mereka meningkatkan kemampuan belajar
mereka. Karena itu adalah salah satu bidang yang terus berubah.
b. Informasi dapat digambarkan dalam berbagai cara dengan
bantuan bahan studi. Pengetahuan telah menjadi mudah diakses
oleh siswa di setiap bagian dunia dengan penerapan teknologi di
bidang pendidikan. Kelas online membantu siswa untuk
berinteraksi dengan siswa lain milik aliran yang sama, tetapi
terletak di tempat lain di dunia.
c. Karena Internet adalah media utama, maka siswa tidak harus
membawa ransel yang berat penuh dengan buku. Mereka dapat
berjalan dengan nyaman ke kelas di mana peralatan tersebut
sudah ditempatkan.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang
bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan
meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan
isi pendidikan dari pada prosesnya. Teori-teori yang terdapat dalam ilmu
pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran yang berbeda, yaitu aliran empirisme, aliran
nativisme, aliran naturalisme dan aliran konvergensi
Pendidikan modern merupakan pendidikan yang sejalan dengan usaha
manusia sejak ia dilahirkan hingga meninggal, dengan sadar membimbing dan
menuntun kondisi jiwa agar dapat menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang
baik sejak awal pertumbuhan dan perkembangannya. Teori-teori yang
mendasari teori pendidikan modern, yaitu.teori humanisme, teori behaviorisme,
teori kognitivisme dan teori sibernetik.
Impikasi teori pendidikan klasik, yaitu
1. Aliran empirisme
▪ Pendidikan harus diberi sejak awal mungkin
▪ Pembiasaan dan latihan lebih daripada peraturan, perintah atau nasehat
▪ Anak didik harus diamati dari dekat
▪ Anak harus dianggap sebagai mahluk rasional
▪ Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban bagi anak
2. Aliran Nativisme
Bagi nativisme, lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi
perkembangan, dan pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap
perkembangan seseorang.
3. Aliran Naturalisme
Untuk membimbing tingkah laku anak, buku tidak diperlukan, yang penting
adalah pengembangan alam atau lingkungan dan berbagai pristiwa yang
terjadi di dalamnya.
4. Aliran Konvergensi
Menurut aliran konvergensi perkembangan seseorang tergantung kepada
pembawaan dan lingkungannya.
Implikasi teori pendidikan modern:
1. Pengajaran alam sekitar
Dengan pengajaran sekitar guru atau pendidik dapat memperagakan secara
langsung kepada anak, mmberikan kesempatan secara langsung pada anak
agar anak tersebut dapat aktif dan memberikan pengajaran totalitas kepada
anak.
2. Pengajaran pusat perhatian

18
- Metode global (keseluruhan), yaitu anak-anak mengamati secara global
atau keseluruhannya.
- Centre d’interst (pusat minat), yaitu anak-anak mempunyai minat yang
spontan (sewajarnya). Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-
minat spontan tersebut.sebab apabila tidak, maka pengajaran itu tidak
akan banyak hasilnya.
3. Sekolah Kerja
Dalam sekolah kerja anak akan aktif melakukan kegiatan di sekolah
tersebut, pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran ada di anak itu sendiri
dan melatih anak menjadi pribadi yang berani dan bertanggungjawab.
4. Pengajaran Proyek
- Persiapan. Dalam hal ini guru merangsang anak-anak agar mereka dapat
memikirkan, mengusulkan dan mendiskusikan apa yang perlu mereka
pelajari.
- Kegiatan Belajar. Kegiatan dapat diawali dengan perjalanan sekolah,
karya wisata, peninjauan atau pengamatan suatu objek, membaca buku,
majalah, dan membuat catatan tentang apa yang diamati dan dibaca itu.
- Penilaian. Semua hasil yang diperoleh anak-anak semuanya
dipamerkan. Semua warga kelar memperhatikan pameran itu, memberi
tanggapan, kritik, dan sebagainya.
5. Taman Siswa.
Yaitu asas kemerdekaan (disiplin pada diri sendiri, oleh diri sendiri), asas
kodrat alam (manusia sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat
alam), asas kebudayaan (membawa kebangsaan itu kearah kemajuan), asas
kebangsaan (mengandung rasa persatuan), asas kemanusiaan (cinta kasih).
6. Peran Teknologi
Salah satu peran teknologi pendidikan bagi siswa adalah bahwa hal itu
membantu mereka meningkatkan kemampuan belajar mereka. Karena itu
adalah salah satu bidang yang terus berubah.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini kami mengharapkan kesediaan para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun yang nantinya
akan berguna dalam penyempurnaan makalah kami ke depannya. Kami
menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena
kemampuan kami yang terbatas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Tinjauan teori pendidikan klasik dan modern.


https://www.scribd.com/document/374268247/Makalah-Tinjauan-
Tentang-Teori-Pendidikan-Klasik-Dan-Modern-fix
Anonim. (2011). Pendidikan Modern. https://ejournal.ihdn.ac.id/
Anonim. (2012). Pendidikan Klasik.
https://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/JPM/article/view/40
Anonim. (2015). Teori-teori pendidikan.
https://www.academia.edu/15846354/MAKALAH_TEORI-
TEORI_PENDIDIKAN
Anonim. (2016). Aliran-aliran teori pendidikan.
https://www.academia.edu/3076170/Aliran-aliran_teori_pendidikan
Astawa, T. (2009). Teori pendidikan modern.
https://www.academia.edu/30471336/TEORI-
TEORI_DALAM_DUNIA_PENDIDIKAN_MODERN

Anda mungkin juga menyukai