Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH WAWASAN PENDIDIKAN

TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN ABAD PERTENGAHAN DAN


ABAD KE 20-AN (TINJAUAN PEMIKIRANNYA)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. I Wayan Suastra,
M.Pd. Putu Hari Sudewa, S.Pd.,
M.Pd.

Disusun Oleh :
Ketut Gede Wijanaya Arimbawa (2013071035)
I Made Shista Dharmawan (2013071029)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA

JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Yang Widhi Wasa /Tuhan Maha
Esa, atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Tokoh-Tokoh Pendidikan Abad Pertengahan dan Abad Ke 20-an
(Tinjauan Pemikirannya)”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Wawasan Pendidikan Universitas Pendidikan
Ganesha.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Singaraja, 15 November 2020

Penulis

i
Datar isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
Datar isi..............................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................3
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ABAD PERTENGAHAN...................................................4
A. Masa Renaissance..................................................................................................4
 Luther.................................................................................................................6
 Calvijn.................................................................................................................6
 Zwingli................................................................................................................7
B. Pendidikan Pada Masa Realisme...........................................................................8
 Francis Bacon (1561-1626).................................................................................8
 Johan Amos Comenius (1592-1671)...................................................................9
C. Pendidikan Masa Pencerahan (Aufklarung)............................................................9
 John Locke........................................................................................................11
 J.J. Rousseau (1712-1778)................................................................................12
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ABAD KE 20-AN...........................................................12
A. Aliran Sosial......................................................................................................13
B. Aliran Kepribadian............................................................................................13
C. Aliran Pembaharuan Pengajaran......................................................................13
 Dr. George Kerschensteiner. (1854-1932)........................................................14
 John Dewey (1859-1952)..................................................................................15
 Dr Maria Montessori (1870-1952)....................................................................15
 Dr Ovide Decoly................................................................................................16
 Dr Helen Parkhust............................................................................................17
 Dr, Rabindranath Tagore (1861-1941)..............................................................18
BAB III...............................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................19
A. KESIMPULAN........................................................................................................19
B. SARAN..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan kegiatan proses pembelajaran untuk memperoleh


pengetahuan dan keterampilan. Peserta didik sekaligus mengikuti kebiasaan dari
sekumpulan besar manusia dari satu generasi ke generasi yang lain dengan
melalui proses pengajaran oleh guru, pelatihan dan juga penelitian. Dengan
mengikuti pendidikan yang sudah ditempuh, harapannya para peserta didik
mampu memiliki akhlak yang mulia, berkepribadian luhur, tinggi kemampuan
spiritualitasnya, memiliki kecerdasan yang luar biasa dan juga mempunyai
keterampilan yang nantinya berguna bagi dirinya sendiri dan juga bagi masyarakat
sekitar.

Tujuan pendidikan tidak lain adalah untuk meningkatkan atau


mengembangkan potensi sekaligus kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Potensi
dan kecerdasan anak yang tumbuh dan berkembang itu harapannya anak-anak
akan memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni, kreativitas yang bagus, jasmani
dan rohaninya pun sehat, mandiri, berkepribadian yang baik, dan saat
berkecimpung di tengah-tengah masyarakat, mereka pun tumbuh menjadi pribadi
yang berguna dan mampu memberikan kontribusi yang baik. Tujuan pendidikan
ini beberapa diantaranya tertera di dalam UU No. 2 Tahun 1985, UU. No. 20
Tahun 2003, dan MPRS No. 2 Tahun 1960.

Teori pendidikan merupakan sebuah pandangan atau serangkaian pendapat


yang berkaitan dengan pendidikan yang disajikan oleh tokoh-tokoh pendidikan
dalam sebuah sistem konsep. Pada makalah ini akan membahas mengenai tokoh-
tokoh Pendidikan abad pertengahan dan Abad ke 20-an. Pendidikan Abad
Pertengahan merupakan pendidikan yang dilaksanakan dalam periode abad
pertengahan. Medieval pendidikan dipandang sebagai bentuk yang tidak biasa
cukup pendidikan. Namun, pada abad ke-15, terdapat opsi bagi seorang siswa
untuk di didik lebih lanjut. Beberapa sekolah bahkan bertempat kedua jenis

1
kelamin, tapi ini siang hari saja. Anak-anak diajarkan dasar-dasar mereka, seperti
bagaimana membaca dan menulis. Hal ini karena ini adalah persyaratan dasar jika
mereka ingin diterima dalam magang di guild apapun. Pendidikan Abad
Pertengahan juga terdiri dari anak-anak petani pergi ke sekolah. Namun, mereka
terdiri jumlah yang sangat kecil. Mereka diajarkan bagaimana membaca dan
menulis, dan juga belajar matematika dasar. Ini pendidikan bagi petani biasanya
dilakukan di sebuah biara.

Sebagai bagian dari pendidikan abad pertengahan, perempuan mulia dan


anak laki-laki bahkan dikirim untuk belajar di nunneries. Di sana, mereka akan
menerima pendidikan dasar mereka. Para biarawati ini mengajarkan siswa
bagaimana membaca dan menulis juga. Mereka juga akan mengajar mereka cara
berdoa. Girls tambahan diajarkan bagaimana spin dan melakukan menjahit tengah
keterampilan dalam negeri lainnya. Ini ditanamkan dalam rangka mempersiapkan
mereka untuk kehidupan selanjutnya, karena ini adalah keterampilan dasar yang
diperlukan ketika seorang wanita menikah.

Kemajuan yang dicapai oleh masyarakat pada abad ke 19 memberikan


dampak yang cukup signifikan kepada pendidikan di abad setelahnya. Dunia
serasa semakin sempit dan mengecil hingga akhirnya menjadi litle village kondisi
ini tentunya memicu percepatan arus informasi , awal abad ini pula ditandai
dengan munculnya dua perang dunia, menimbulkan sebuah pemaknaan tersendiri
bagi nasionalisme pendidikan, eropa membuat blok nasionalisme lebih besar
dalam suatu batasan regional tertentu, sementara asia afrikan nasionalisme
semakin menyempit menjadi nasionalisme negara sebagai akibat keinginan untuk
merdeka dari hegemoni barat.

Kondisi kehidupan beragama juga mengalami perubahan pasca aliran,


darwinisme, materialisme, dan positivisme semakin kehilangan pengaruhnya, hal
ini kemudian digantikan oleh gerakan sufi seperti teosofi, spritisme, atroposofi,
yang mengedepankan aspek ketenangan batin, meskipun aliran ini pada akhir abad
ke 20 juga mengaami stagnansi dan akan kembali tergantikan oleh aliran neo
materialisme, dan post-modernisme.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut:

1. Siapa saja tokoh pendididkan dalam perkembangan pendidikan pada masa


abad pertengahan dan tinjawan pemikirannya?
2. Siapa saja tokoh pendididkan dalam perkembangan pendidikan pada masa
abad ke 20-an dan tinjawan pemikirannya?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah memberikan informasi tentang


apa siapa saja tokoh-tokoh pendididkan dalam perkembangan pendidikan pada
masa abad pertengahan dan abad ke 20-an serta tinjawan pemikirannya.
BAB II

PEMBAHASA

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ABAD PERTENGAHAN

Pendidikan Abad Pertengahan merupakan pendidikan yang dilaksanakan


dalam periode abad pertengahan. Medieval pendidikan dipandang sebagai bentuk
yang tidak biasa cukup pendidikan. Namun, pada abad ke-15, terdapat opsi bagi
seorang siswa untuk di didik lebih lanjut. Beberapa sekolah bahkan bertempat
kedua jenis kelamin, tapi ini siang hari saja. Anak-anak diajarkan dasar-dasar
mereka, seperti bagaimana membaca dan menulis. Hal ini karena ini adalah
persyaratan dasar jika mereka ingin diterima dalam magang di guild apapun.

A. Masa Renaissance

Renaissance adalah gerakan maknawiyah, yang merupakan reaksi terhadap


sikap hidup abad pertengahan. Renaissance (kelahiran kembali) kebudayaan
klasik. Orang kembali mempelajari bahasa latin dan Yunani serta filsafatnya. Ciri
dari masa ini adalah manusia ingin bebas dari ikatan abad pertengahan dan
berusaha mencari pedoman baru dalam kebebasan individu. Cita-cita menjadi
pendeta mulai ditinggalkan, mengarah pada masa kejayaan Republik Romawi.
Cita-cita tersebut mendorong dipelajarinya berbagai pengetahuan. Berbagai aliran
muncul pada masa ini, seperti: humanisme, reformasi, dan kontra reformasi.

1. Humanisme

Lahir di Italia, pelopornya Petrarca dan Bocaccio. Dalam aliran


humanisme, Tuhan sebagai pusat norma tertinggi ditinggalkan, cita-cita manusia
dicari pada diri manusia sendiri. Ukuran kebenaran, kesusilaan, keindahan, dicari
dan didapatkan pada manusia. Dampak bagi pendidikan dan pengajaran: alat
pendidikan yang terpenting adalah mempelajari peradaban klasik.
Tujuan utama pengajaran mempelajari peradaban klasik, bahasa Yunani dan
bahasa Latin. Pendidikan jasmani juga mendapat tempat terhormat. Akibatnya,
pendidikan intelek mempunyai tempat yang terhormat dan menjadi maju,
sedangkan pendidikan agama menjadi terbelakang. Dasar pendidikan etika tidak
lagi agama, tetapi etika alam.

Tujuan pendidikan diarahkan pada pembentukan manusia berani, bebas,


dan gembira. Berani diartikan sebagai percaya kepada diri sendiri, bukan taat
kepada kekuasaan Tuhan seperti jaman pertengahan. Berani pula untuk
memperoleh kemashuran yang telah dicita-citakan oleh ahli filsafat pada jaman
Yunani dan Romawi. Bebas diartikan lepas dari ikatan gereja dan tradisi,
berkembang selaras, individualistis, bukan manusia kolektifistis seperti pada abad
pertengahan. Gembira berarti menunjukkan dirinya kepada kenikmatan duniawi,
bukan kepada keakhiratan seperti abad pertengahan.

Pengaruh humanisme dalam organisasi sekolah: orang berpendapat bahwa


negara harus turut campur dalam pengelolaannya. Pengaruh dalam penetapan
bahan pelajaran: terdiri dari artes liberalis yang 7, dengan ditambah ilmu alam,
menggambar, dan puisi.

2. Reformasi

Awalnya muncul di Jerman, dipelopori oleh Luther dan Calvijn.


Reformasi merupakan reaksi terhadap tindakan gereja yang pada masa itu
membebani rakyat dengan bermacam pajak. Penagnut aliran ini ingin kembali
pada ajaran nasrani, dan hanya mengakui injil sebagai satu-satunya sumber
kepercayaan. Mereka menyangkal kekuasaan Paus dan konsili-konsili
(permusyawaratan gereja), karena pertentangan itulah mereka disebut kaum
protestan.

Berbeda dengan humanisme yang bersifat aristokratis (tertuju hanya


kepada lapisan atas), dan membentuk sarjana; reformasi bersifat lebih demokratis,
tertuju kepada seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal kepentingan, humanisme
lebih tertuju pada kepentingan ilmu pengetahuan, estetika dan filsafat, sedangkan
dalam reformasi mengutamakan kepentingan agama dan tidak setuju dengan
filsafat Yunani. Bagi reformasi, bahasa latin dan Yunani hanya untuk memahami
injil. Beberapa tokoh reformasi:

 Luther

Merupakan seorang reformator dari Jerman. Pemikirannya dalam pendidikan:

a. Semua anak harus mengunjungi sekolah;

b. Anak-anak belajar hanya beberapa jam sehari, selebihnya waktu


digunakan untuk mempelajari pekerjaan tangan;

c. Anak perempuan belajar satu jam dalam sehari, selebihnya mereka


mengerjakan pekerjaan rumah tangga;

d. Anak-anak miskin yang betul-betul pintar saja yang disuruh belajar;

e. Posisi guru dihargai tinggi;

f. Pelajaran agama dianggap sebagai pelajaran paling penting.

Dalam karyanya, luther menterjemahkan injil dalam bahasa Jerman dan


memberikan lagu-lagu agama. Dalam perjuangannya ia banyak mendapat bantuan
dari raja-raja yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Paus Roma. Dalam
penyelenggaraan pendidikan, negara ikut bertanggungjawab atas pengajaran,
bukan lagi gereja seperti pada agama Katolik.

 Calvijn

Dalam buku-bukunya ia banyak mengungkapkan tentang pentingnya pendidikan,


serta pengaruhnya di dalam rumah tangga dan pendidikan agama. Dalam hal
bahasa, Calvijn lebih mementingkan pelajaran bahasa latin. Di Geneva didirikan
sebuah gymnasium yang juga memberikan pelajaran rendah dan satu sekolah
tinggi.
 Zwingli

Daerah yang dipengaruhi Zwingli lebih kecil dibandingkan Luther maupun


Calvijn. Dalam paham paedagogisnya, pelajaran bahasa klasik adalah penting.
Ilmu pengetahuan dan ilmu pasti harus diajarkan, tetapi tidak boleh mengambil
waktu terlalu banyak. Pendapatnya yang baru adalah bahwa setiap murid harus
mempelajari satu pekerjaan tangan. Ia mendirikan sekolah di Zurich, yang
kemudian menjadi universitas.

3. Kontra Reformasi

Renaissance dialami pula oleh gereja katolik, yang disebut sebagai kontra
reformasi. Hal ini disebabkan oleh konsili di Trente (1543-1563) yang
memutuskan akan memperbaiki keadaan dan menjalankan disiplin yang keras
terhadap peraturan-peraturan gereja serta membela diri terhadap serangan-
serangan kaum protestan. Dalam konsili itu dibicarakan juga usaha-usaha untuk
memperluas pendidikan dan pengajaran. Para uskup harus mendirikan sekolah-
sekolah seminari untuk memberi kesempatan anak-anak dari keluarga kurang
mampu bisa masuk dengan gratis, untuk mendidik calon pendeta, mengajarkan
agama kepada anak-anak dan orang dewasa dalam bahasa ibu.

Organisasinya disusun seperti susunan ketentaraan dengan paus sebagai


“jenderalnya”. Biara menjadi sumber semangat perang untuk memberantas
keingkaran orang terhadap agama serta memperluas pengaruh agama katolik dan
memperkokoh kedudukan paus. Sekolah-sekolah banyak didirikan, mulai dari
sekolah rendah sampai dengan universitas.

Mazhab Yezuit di bawah pimpinan Ignatius de Loyola menjadi pelopor


dalam dunia pendidikan. rencana pendidikan kaum Yezuit tertera dalam “ratio
studiorum”
B. Pendidikan Pada Masa Realisme

Aliran realisme muncul dalam bidang pendidikan kurang lebih tahun 1600.
Aliran ini bertujuan untuk:

1. Meninggalkan cara-cara pembentukan secara klasik, seperti yang


dianjurkan oleh humanisme;
2. Mengarahkan perhatian kepada dunia nyata, kepada alam dan benda-benda
yang sebenarnya

aliran ini muncul disebabkan oleh:

1. Munculnya ilmu-ilmu kealaman; dan


2. Ambruknya sistim pengajaran yang bersifat humanistis.

Karena realisme inilah, dunia pengetahuan yang sampai saat itu masih
terpengaruh oleh ajaran Aristoteles mulai goyah.

Munculnya ilmu-ilmu kealaman disebabkan karena manusia berambisi


membongkar segala rahasia-rahasia alam. Manusia mulai mempergunakan
fikirannya dengan lebih mendalam. Segala peristiwa alam diselidiki dan diamati.
Maka muncullah penemuan-penemuan hebat, seperti penemuan Copernicus yang
menyatakan bahwa dunia ini berputar mengelilingi matahari (bertentangan dengan
pendapat sebelumnya, yaitu Ptolomaeus bahwa bumilah yang menjadi pusat
semesta alam). Banyak musafir yang menjelajah ke segala jurusan untuk
menemukan benua-benua baru. ketidaksanggupan ilmu-ilmu klasik dalam
menerangkan kenyataan-kenyataan itulah, maka dicari jalan baru.

Tokoh yang berperan pada masa ini adalah:

 Francis Bacon (1561-1626)

Idenya dalam pendidikan adalah:

a. Usaha-usaha untuk mencari metode baru;

b. Penggunaan metode induksi;


c. Penghargaan besar terhadap matapelajaran-matapelajaran realita: ilmu
bumi, ilmu ayat, ilmu alam;

d. Penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar, nukan bahasa latin


lagi.

 Johan Amos Comenius (1592-1671)

Hasil karyanya yang terkenal adalah DIDACTICA MAGNA, yang menjelaskan


tentang:

a. Tujuan pendidikan: pendidikan hendaknya diarahkan pada kehidupan di


alam baka, dicapai dengan pembentukan ilmiah dan pendidikan budi
pekerti serta kesalehan;
b. Metode: pendidikan harus disesuaikan dengan alam;
c. Hukum didaktik: kepastian; urutan yang tepat; kelancaran belajar; dan
kecepatan belajar;
d. Pendidikan kesusilaan didasarkan pada ajaran-ajaran agama, bertujuan
mencapai 4 kebajikan dari Plato (budi, kesederhanaan, keberanian, dan
keadilan).

C. Pendidikan Masa Pencerahan (Aufklarung)

Gejala-gejala baru muncul pada abad ke-18, terutama pada pertengahan


kedua dari abad itu. Seluruh kegiatan manusia saat itu ditujukan kepada usaha
mengadakan pencerahan terhadap abad kegelapan. Abad kegelapan adalah ialah
abad pertengahan, yang roh jamannya dianggap berakhir setelah abad ke-18 tiba.

Pada masa ini manusia ingin bebas dari ikatan gereja dan tradisi, hasilnya
gereja dan negara terpisah. Dalam pendidikan, dituntut agar negara yang harus
menyelenggarakan pengajaran, terutama bagi rakyat umum, lepas sama sekali dari
pengaruh gereja (tuntutan ini baru berhasil pada akhir abad ke-19).

Seluruh gerakan rohaniah dalam pelbagai lapangan itulah yang disebut


sebagai Pencerahan, yang telah menguasai alam pikiran orang di Eropa Barat pada
abad ke-18 dan ke-19. dua aliran maknawiyah yang berkembang dan saling
mempengaruhi saat itu adalah:

1. Empirisme

Aliran ini beranggapan bahwa sumber dari segala pengetahuan dan kebenaran
adalah empiri atau pengalaman. Segala sesuatu harus dicari dari bahan-bahan
yang telah kita peroleh dari pengalaman kita sendiri. Paham ini berasal dari
Inggris, dipelopori oleh Francis Bacon (1561-1626).

Dalam paham ini, barangsiapa yang menghendaki ilmu pengetahuan harus


mengadakan penyelidikan sendiri. Ia harus mencari gejala-gejalanya, kemudian
menyusunnya dengan teliti dan dengan menempuh jalan induksi sampai pada
hukum-hukum yang umum. Oleh karena itu empiri dan induksi merupakan satu-
satunya jalan untuk memperoleh pengetahuan. Dengan penyelidikan sendiri,
pengamatan fakta-fakta dan pengalaman adalah terbesar maknanya. Aliran ini
kemudian lebih diperluas dan diuraikan oleh kaum empiris bangsa Inggris lainnya,
seperti John Locke, Berkeley, dan Hume.

2. Rationalisme

Aliran ini lahir di Prancis dan Descartes (1596-1650), berpendapat bahwa


sesuatu itu dianggap benar jika sesuai dengan akal fikiran. Fikiran manusia akan
sanggup memecahkan segala persoalan. Untuk menuju ke arah kemajuan dan
kesempurnaan, ditempuh jalan fikiran yang sehat.

Rationalisme merupakan kelanjutan dari perlawanan terhadap ajaran-


ajaran yang bersifat dogmatis dan tradisi, yang mulai tampak pada abad ke-15 dan
ke-16. menurut rationalisme, pengetahuan yang diperoleh dengan jalan
pengamatan alat dria (induksi) masih diragukan kebenarannya. Yang jelas dapat
dipercaya adalah kenyataan, bahwa manusia itu berpikir. Ia berpikir dengan
akalnya, maka akal budinya itulah yang berkuasa dalam hidupnya.

Penyebab manusia berpikir tidak terletak pada manusia sendiri, tetapi pada
Tuhan. Yang mengatakan hal itu adalah budi atau akal kita. Budi itulah yang
menetapkan norma-norma hidup. Rationalisme menempatkan budi itu di atas
wahyu Ilahi. Budi menetapkan apa yang dapat kita terima dan apa yang tidak, juga
di lapangan agama.

Beberapa ahli pendidikan besar yang menguasai paedagogik (ilmu


mendidik) pada abad ke-18 di antaranya adalah:

 John Locke

Sistem pendidikannya sesuai dengan teori tabula-rasa, percaya bahwa


pendidikan itu maha kuasa. Jiwa seorang anak sama dengan sehelai kertas putih
yang kosong, yang dapat ditulisi sekehendak hati oleh pendidik, sehingga semua
pengetahuan datang dari luar karena pengaruh faktor-faktor lingkungan. Locke
tidak mempermasalahkan sama sekali pengaruh pembawaan si anak. Dalam
paedagogik, aliran ini disebut Paedagogis optimisme, sebagai lawan dari
paedagogis pessimisme (nativisme) yang menganggap bahwa perkembangan jiwa
itu adalah hasil daripada faktor pembawaan belaka. Bagi Locke bentuk pengajaran
yang terbaik adalah belajar sambil bermain. Nilai formil lebih penting daripada
nilai materiil, oleh karena itu Locke lebih mengutamakan pembentukan kesusilaan
daripada pembentukan akal.

Dalam pendidikan kesusilaan, manusia itu harus selalu dapat menguasai


diri sendiri dan memiliki rasa harga diri. Sejak kecil anak harus dibiasakan
berbuat baik, untuk itu pendidik hendaknya memegang teguh kewibawaannya. Ia
tidak setuju dengan hukuman jasmani dan pemeberian hukuman.

Dalam pendidikan agama, Locke memperingatkan agar pelaksanaan


pendidikan keagamaan tidak berlebih-lebihan. Ia menganggap injil tidak tepat
bagi anak-anak, kecuali beberapa ceritera sebagai bahan bacaan anak-anak.
Pengaruh Locke di Inggris tampak di sekolah-sekolah bagi anak-anak bangsawan
(public school). Ajaran dan cita-citanya sebagian kita jumpai lagi pada Rousseau
dan kaum Philanthropijn.
 J.J. Rousseau (1712-1778)

Cita-cita pendidikan Rousseau kita jumpai dalam bukunya “Emile”, yang


ditulisnya bagi golongan bangsawan dan kaum terpelajar. Ketika itu anak-anak
golongan tersebut mendapat pendidikan dari gubernur-gubernur, yang tidak
mengenal perkembangan anak yang sewajarnya dan tidak memberikan kebebasan.

Tujuan pendidikan menurutnya adalah membentuk manusia yang bebas


dan merdeka. Sifat pendidikan yang dijalankan individualistis, anak harus
dijauhkan dari pengaruh masyarakat, bahkan dari pengaruh orang tuanya.

Dasar pendidikannya adalah pembawaan anak yang baik. Ia percaya


bahwa anak sejak lahir berpembawaan baik. Jika kelak anak itu berkelakuan
buruk, hal itu disebabkan karena adanya pengaruh-pengaruh jahat dari dunia
sekitar/lingkungannya.

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ABAD KE 20-AN

Kemajuan yang dicapai oleh masyarakat pada abad ke 19 memberikan


dampak yang cukup signifikan kepada pendidikan di abad setelahnya. Dunia
serasa semakin sempit dan mengecil hingga akhirnya menjadi litle village kondisi
ini tentunya memicu percepatan arus informasi , awal abad ini pula ditandai
dengan munculnya dua perang dunia, menimbulkan sebuah pemaknaan tersendiri
bagi nasionalisme pendidikan, eropa membuat blok nasionalisme lebih besar
dalam suatu batasan regional tertentu, sementara asia afrikan nasionalisme
semakin menyempit menjadi nasionalisme negara sebagai akibat keinginan untuk
merdeka dari hegemoni barat.
Kondisi kehidupan beragama juga mengalami perubahan pasca aliran,
darwinisme, materialisme, dan positivisme semakin kehilangan pengaruhnya, hal
ini kemudian digantikan oleh gerakan sufi seperti teosofi, spritisme, atroposofi,
yang mengedepankan aspek ketenangan batin, meskipun aliran ini pada akhir abad
ke 20 juga mengaami stagnansi dan akan kembali tergantikan oleh aliran neo
materialisme, dan post-modernisme.
Penggolongan pendidikan pada abad ke 20 digolongkankan menjadi tiga golongan
yaitu : Aliran sosial, Aliran kepribadian, Aliran pembaharuan pengajaran
(suparlan:76).

A. Aliran Sosial

Aliran ini muncul sebagai sebuah reaksi dari pengabaian unsur-unsur


sosial dalam pendidikan secara ekstrem yang terjadi pada periode sebelumnya.
Pada periode ini muncul semboyan “pemuda harus di didik agar dapat melayani
masyarakat”. Orang-orang yang masuk di dalam tokoh aliran ini antara lain
Natorp, Kerschenteiner, dan john Dewey. Aliran sosial ini mengambil langkah-
langkah mendirikan sekolah kerja sebagai pelaksana pencapain cita-citanya.

B. Aliran Kepribadian

Aliran kepribadian memberikan reaksi kepada pendidikan yang dirasakan


terlalu intelektualistik, intelektualisme hanya mengutamakan pembentukan
kecerdasan tanpa mengindahkan pendidikan watak. Aliran ini ingin membentuk
manusia yang dapat menguasai diri dan mengenmbangkan kabajikan-kebajikan.
Tokoh dari aliran ini antara lain Foerster, Pestalozzi, Gaudig Scheibner, tagore,
dan Kihajar Dewantara.

C. Aliran Pembaharuan Pengajaran.

Aliran Pembaharuan Pengajaran adalah mereka yang tidak puas terhadap


pelaksanaan pengajaran yang sedang berlaku di saat itu. Mereka mulai
mengadakan percobaan-percobaan baru di dalam dunia pengajaran, dan
melaksanakan pendapat-pendapat baru di bidang Psikologi, tokohnya antara lain
adalah Montesori, Helen Parkhurst, Decroly dan Tagore.

Tiga aliran ini sebanarnya tidak berdiri pada kutub yang ekstrem, ketiga
penggolongan ini muncul sebagai suatu kritik sistem dari era sebelumnya yang
mengabaikan aspek-aspek fundamental dari peseta didik dan sistem pembelajaran
yang ada. Tokoh-tokoh aliran pendidikan abad ke-20 di atas akan dibedah
sebagaimana berikut.
 Dr. George Kerschensteiner. (1854-1932)

Dr. George Kerschensteiner mendapat gelar sebagai bapak sekolah kerja di


jerman, ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan ialah pembentukan watak dan
pembentukan warga negara yang baik. Definisi baik disini sangat erat kaitannya
dengan sejauh mana warga negara tersebut cakap dan sanggup menjalankan
pekerjaan untuk berbakti kepada masyarakat. Dia memberikan ciri kepada warga
negara yang baik yaitu:

1) Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan.

2) Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara.

3) Dalam menunaikan tugas tersebut haruslah disesuaikan kesempurnaannya,


agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan
menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan warga.

Dr. George Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah


mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Menurut Dr. George
Kerschensteiner tujuan sekolah adalah :

1) Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku


atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri, pengalaman
adalah yang paling penting.

2) Agar anak mendapat memiliki kemampuan dan kemahiran baru.

3) Agar anak memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan mengabdi kepada


negara.

Kerschensteiner berpendapat bahwa bekerja adalah melakukan pekerjaan


tangan sebab pekerjaan tangan adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan adat,
agama, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan dan yang lainnya. Sekolah harus
mampu menyiapkan peserta didik yang siap dan memiliki keterampilan. Teori ini
menjadi sebuah landasan dari Sekolah menegah kejuruan atau SMK dia membagi
menjadi tiga golongan sekolah keterampilan yaitu sekolah perindustrian, sekolah
perdagangan, dan sekolah rumah tangga.
 John Dewey (1859-1952).

Menurut dewewy sekolah harus menjadi tempat persiapan anak untuk


terjun ke dalam masyarakat. Seluruh pendidikan dewey didasarkan atas aliran
pragmatisme. Artinya sesuatu pengetahuan berdasar atas berguna atau tidak
berguna dalam kehidupan manusia. Apa yang tidak berguna tidak perlu diajarkan
sekolah. Sebaliknya apa yang menguntungkan bagi hidupnyalah yang harus
diajarkan. Alirannya sangat dipengaruhi oleh alirah Behaiorisme dan
pragmatisme. John dewey memandang jiwa sebagai sesuatu yang fungsional
dalam hidup sosial.

John dewey juga berpendapat bahwa anak didik harus selalau dilatih untuk
mengembangkan kegiatannya sendiri, yang ada hubungannya dengan masyarakat.
Dan semua itu harus ada di dalam sekolah. Dewey juga terkenal dengan sebutan
metode proyek. Di dalam proyek itu anak bebas menentukan pilihan terhadap
pekerjaan merancang serta memimpinnya.

 Dr Maria Montessori (1870-1952)

Montessori berpendapat bahwa pendidikan harus berdasar kepada prinsip :

a) Semua pendidikan adalah mendidik diri sendiri.

b) Kodrat alam.

c) Kemerdekaan (kebebasan).

Dia berpendapat bahwa prinsip pertama di dalam pendidikan adalah


mendidik diri sendiri, ia berpendirian bahwa pendidik hanya berfungsi sebagai
pembantu, atau penolong anak di dalam perkembangan. Ketika anak mengerjakan
sesuatu secara sendirian maka anak akan semakin maju. Prinsip kedua tentang
kodrat alam Montesori berpendapat bahwa menurut alam kodratnya anak itu
selalu berkembang. Perkembangan itu selalau datangnya dari alam. Pandangannya
ini berdampak kepada pemberian reward and punishment dia mengatakan bahwa
pemberian hukuman atau hadiah diberikan oleh alam juga. Alamlah yang akan
memberikan balasan atas segala yang dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan kerja
mereka timbul dari diri anak-anak dan apabila waktunya telah tiba, itulah yang
disebut dengan masa peka ana telah datang. Dan semuanya telah diatur oleh alam.

Dalam prinsip kemerdekaan, kemerdekaan adalah milik semua makhluk,


bahwa setiap makhluk ingin memiliki kemerdekaan (kebebasan), dalam hal anak
dapat dibedakan kemerdekaan lahir atau kemerdekaan batin.

Montessori juga mendirikan casa de bambini, casa de bambini bukan


merupakan kelas namun suasana kekeluargaan yang diciptakan, anak
mendapatkan kebebasan sebesar-besarnya. Peralatan-peralatan yang serba kecil
yang dapat mempermudah anak-anak untuk mengoprasikannya, serta kamar-
kamar yang dihias dengan gambar-gambar yang indah. Pendidik tidak disebut
guru namun dia disebut pemimpin. Pekerjaan diberikan secara individual sesuai
dengan amsa peka mereka. Pelajaran yang diajarkan juga merupakan latihan di
dalam kehidupan sehari-hari. Tentang kebersihan gigi memotong kuku dan
sebagainya. Casa de bambini sendiri juga memiliki arti pendidikan anak-anak
kecil.

 Dr Ovide Decoly.

Decoly dalam prinsipnya memposisikan pendidikan di dalam membentuk


manusia yang berperasaan sosial dan bercita-cita sosial. Hal seperti ini dapat
dicapai dengan cara:

1) Bergaul dengan anak-anak lain dan juga bergaul dengan binatang.

2) Mengerjakan tugas tertentu sebagai alat untuk melatih perasaan tanggung


jawab.

Sekolah menuturut Decoly adalah untuk hidup dan oleh hidup. Anak harus
dapat di didik untuk dapat bertahan hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan
dalam masyarakat anak. Anak dipersiapkan untuk pembentukan individu dan
anggota masyarakat. Oleh karena itu anak-anak harus mempunyai pengetahuan
tentang dirinya sendiri, tentang hasrat dan cita-citanya dan pengetahuan tentang
dunianya, pengetahuan anak harus bersifat subjektif dan objektif.
Decoly berjasa di dalam lapangan psikologi anak dan didaktik. Dia memiliki dua
cara di dalam mengetahui anak yaitu:

a) Observasi (pengamatan dengan seksama)

b) Tes (pemeriksaan)

Kedua cara ini sangat berkaitan sekali sebab cara yang kedua lahir dari
cara yang pertama, dia meneliti anak perempuannya sendiri dalam perkembangan
pengertian tentang angka. Dia juga menyumbangkan dua pendapat yang sangat
berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan hal yang khas dari
Decoly yaitu:

a) Globalisasi (keseluruhan)’ dari penelitiannya dia menetapkan bahwa anak-


anak mengamati secara global (keseluruhan), keseluruhan terlebih dahulu
dari pada bagian-bagian, dan ini berdasar kepada psikologi totalitas. Bagi
dia mengajarkan kalimat lebih mudah dari pada mengajarkan kata-kata
lepas. Metode ini bersifat video visual.

b) Cetre d’interest : yaitu penyelidikan di dalam psikologi yang menetapkan


bahwa anak-anak memiliki minat-minat yang spontan. Pelajaran
disesuaikan dengan minat-minat yang spontan tersebut.

 Dr Helen Parkhust

Parkhust terkenal dengan rencana daltonnya, pengaruh rencana dalton ini


menyebar luas ke berbagai negara eropa terutaama Inggris, jepang dan Tiongkok.
Dalton Plan sebagai suatu pengajaran yang berlaku di amerika. Prinsip
pembelajaran dalton adalah sebagai berikut :

a) Efisiensi : yang dimaksud dengan prinsip efisiensi adalah latihan hidup


anak dicapai dengan tugas-tugas pekerjaan dalam pengajaran, tugas
dirancang sedemikian hingga sungguh praktis dan bermanfaat bagi
kehidupan anak.

b) Prinsip Kebebasan : prinsip kebebasan disini dimaksud anak dapat dengan


bebas memilih tugas-tugas yang ingin diselesaikan tanpa paksaan dan
tekanan dari manapun, namun kebebabsan disini masih terikat kepada
norma-norma dasar yang berlaku.

c) Prinsip kerjasama : dalam prinsip kerjasama adalah interaksi terpimpin,


hubungan antara guru dan murid dan antar murid sendiri. Semua pihak
akan dapat saling menerima dan saling memberi seta saling mendapat
keuntungan.

d) Prinsip kerja sendiri: di dalam prinsip dalton kerja sendiri ialajh anak
diharapkan dapat berfikir sendiri tanpa bantuan orang lain, anak berkerja
dengan kemampuan sendiri, dan tidak terlalu dinilai dari hasil kerjanya.

 Dr, Rabindranath Tagore (1861-1941)

Dr, Rabindranath Tagore adalah tokoh humanis dari india, prinsip


pendidikannya didasari dari kondisi sosio antropologis di india saat itu yang
masih menganut sistem kasta. Pendidikan mendahulukan golongan atasan karena
golongan ini lah yang memiliki pengaruh kepada rakyat jelata dan diharapkan
golongan atasan dapat memberikan (meneteskan) pendidikan dan pengajaran ke
pada rakyat jelata. Pendidikan baginya adalah untu seluruh rakyat dan dilakukan
oleh rakyat, pandangan ini mempengaruhi proses pendidikan di Indonesia seperti
sekolah kerja kayutanam dan taman siswa.

Dia juga menekankan kepada pendidikan ketuhanan untuk pembentukan kata hati,
dia tidak membedakan agama yang satu dengan agama yang lain. Dan pendidikan
sebaiknya diselenggarkan oleh asrama agar dapat dilakukan pembinaan yang
intensif.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkembangan pendidikan di abad pertengahan memiliki tiga tahap


masa perkembangan. “Masa Renaissance yang memiliki 3 aliran antara
lainhumanisme, reformasi, dan kontra reformasi, Masa Realisme & Masa
Pencerahan (Aufklarung) yang memiliki 2 aliran antara lain: Empirisme dan
Rationalisme. Terdapat tokoh-tokoh pendidikan pada masa ini yaitu Luther,
Calvijn, Zwingli, Francis Bacon (1561-1626), Johan Amos Comenius (1592-
1671), John Locke, dan J.J. Rousseau (1712-1778) yang mana masing masing
toh memeiliki pandangan tersendidiri terhadap pendididkan pada masanya.

Pada abad ke 20-an, kondisi kehidupan beragama juga mengalami


perubahan pasca aliran, darwinisme, materialisme, dan positivisme semakin
kehilangan pengaruhnya, hal ini kemudian digantikan oleh gerakan sufi seperti
teosofi, spritisme, atroposofi, yang mengedepankan aspek ketenangan batin,
meskipun aliran ini pada akhir abad ke 20 juga mengaami stagnansi dan akan
kembali tergantikan oleh aliran neo materialisme, dan post-modernisme.
Penggolongan pendidikan pada abad ke 20 digolongkankan menjadi tiga
golongan yaitu Aliran sosial, Aliran kepribadian, dan Aliran pembaharuan
pengajaran. Terdapat tokoh-tokoh pendidikan pada masa ini yaitu Dr. George
Kerschensteiner. (1854-1932), John Dewey (1859-1952), Dr Maria
Montessori (1870-1952), Dr Ovide Decoly, Dr Helen Parkhust, dan Dr,
Rabindranath Tagore (1861-1941) yang mana masing masing toh memeiliki
pandangan tersendidiri terhadap pendididkan pada masanya
B. SARAN

Pendidikan pada masa abad pertengahan dan abad 20-an merupakan


gambaran tentang sejarah perkembangannya sebuah pendidikan yang kita
alami sekarang, jelas sudah bahwa selalu terjadi pembaharuan dari setiap
masa kemasa dengan tujuan yang sama adalah demi meningkatkan kualitas
manusia. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi kemajuan dan kemanfaatan penulisan ini, akhirkata penulis
mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Afidburhanuddin. 2014. Filsafat masa abad pertengahan. Diakses pada tanggal 16


November 2020 pada https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/filsafat-
masa-abad-pertengahan/

Ahirotada. 2011. Teori Pendidikan Abad ke-20. Diakses pada tanggal 15


November 2020 pada https://ahirotada.wordpress.com/2011/04/03/teori-
pendidikan-aban-ke-20/

Padamu, jurnal. 2015 Pengertian Teori Pendididkan. Diakses pada tanggal 17


November 2020 pada https://www.padamu.net/pengertian-teori-pendidikan

Topata, Jensen. 2019. Pengertian pendididkan. Diakses pada tanggal 15


November 2020 pada https://www.mypurohith.com/pengertian-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai