Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

EKSISTENSI PERKEMBANGAN HINDU PADA ERA


GLOBALISASI

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Hindu

Disusun Oleh:
Putu Apta Arkananta

19/441396/EK/22414

FAKULTAS EKONOMIKA & BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
Pendahuluan

Sebagai organisasi global, agama tidak bisa dilepaskan dari pengaruh-pengaruh


globalisasi. Globalisasi itu sendiri adalah sebuah proses mengglobal yang terus berlangsung,
yakni dunia yang semakin lama semakin menjadi satu. Ada tiga ciri dasar dari
globalisasi. Yang pertama adalah perkembangan pesat teknologi informasi, komunikasi dan
transportasi.

Perkembangan ini memicu banyak perubahan di dalam hidup manusia. Ia didorong oleh
jiwa kapitalisme global untuk meraup keuntungan sebanyak mungkin, dan membuat seluruh
dunia tergantung pada keberadaannya. Di abad 21 ini, kita tidak bisa membayangkan hidup
tanpa internet ataupun jaringan telepon seluler yang memadai. Hal ini mendorong
ciri kedua globalisasi, yakni penyempitan ruang dan waktu.

Ruang kini menjadi begitu kecil. Teknologi transportasi yang murah dan aman
membuat jarak tidak lagi menjadi berarti. Sebelumnya, orang perlu menempuh jarak ratusan
ribu kilometer dengan waktu beberapa bulan untuk pergi dari Indonesia ke Eropa. Kini, jarak
yang sama dapat ditempuh kurang dari sehari, berkat kemajuan teknologi pesawat terbang.

Tiga, globalisasi juga membawa perubahan yang begitu cepat bagi kehidupan manusia.
Terjadinya perjumpaan yang intens dari berbagai peradaban membawa perubahan yang amat
besar bagi masing-masing peradaban itu sendiri. Identitas pun mengalami perubahan besar
dalam waktu yang cepat. Tradisi dan nilai-nilai, yang sebelumnya begitu aman dan nyaman
dipegang, kini mulai dikikis oleh gelombang perubahan besar.

Di era globalisasi ini, agama masih memiliki peranan besar di dalam peradaban manusia. Ini
terjadi, setelah di era modern lalu, agama disingkirkan dari peradaban manusia, karena
dianggap memperbodoh dan mempermiskin. Kembalinya agama-agama di panggung politik
dunia merupakan sebuah tanda, bahwa akal budi dan peradaban modern tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan rohani manusia. Agama, dengan pengalaman akan kesatuan dan tata nilai
yang ditawarkan, bisa memberikan secercah kepastian di tengah hidup yang terus berubah ini.

Dua hal yang patut menjadi perhatian disini. Pertama, agama, sudah sejak awalnya,
mewarnai perdaban manusia dengan keberagaman. Tidak ada tafsir tunggal yang dianggap
benar, sambil menghancurkan tafsir lainnya dengan kekerasan. Agama sekaligus merupakan
cerminan dari budaya manusia yang juga amat beragam.
Dua, yang ada tidak hanya keberagaman antar agama, tetapi keberagaman di dalam
agama itu sendiri. Islam, misalnya, memiliki ragam tafsir yang bisa saling memperkaya satu
sama lain. Begitu pula dengan Kristen yang memiliki begitu banyak cabang dengan tafsirannya
masing-masing yang khas. Keberagaman antar agama dan di dalam agama adalah fakta dunia.

Globaliasi menyediakan dua kemungkinan bagi agama. Yang pertama adalah peluang
untuk berkembang secara global, terutama dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi, komunikasi dan transportasi yang ada. Agama-agama bisa saling bekerja sama, guna
mewujudkan nilai-nilai luhur mereka di dalam dunia. Kerja sama ini bisa membuka wawasan
masing-masing agama, sehingga semakin terbuka dan bijak.

Yang kedua adalah krisis identitas. Globalisasi mengancam nilai-nilai yang dulu begitu
kuat mengikat begitu banyak komunitas. Di hadapan arus informasi dari internet dan industri
komunikasi lainnya, nilai-nilai lama dipertanyakan, dan nilai-nilai baru bermunculan. Bagi
beberapa kelompok, keadaan ini menciptakan ketakutan, dan akhirnya, dengan dorongan
beberapa hal lainnya, mendorong mereka untuk menjadi ekstremis, maupun teroris.

Melihat dikancah perpolitikan, dan pemerintahan, seberapa banyak umat Hindu yang
menjadi pejabat dan pengamat politik yang diakui? Khususnya kepada kaum muda generasi
Hindu, bisa kita melihat bagaimana peran kaum muda Hindu dalam pembangunan nasional,
Hampir tidak ada. Hanya sedikit dari kaum muda Hindu yang mau peduli akan isu nasional,
sangat minim secara kualitas dan kuantitas, serta enggannya kaum muda untuk berorganisasi.
Sehingga sangat jarang aspirasi dari kaum muda Hindu diterima oleh pemerintah. Mungkin
yang menjadi salah satu penyebab mandegnya gerakan aktivis mahasiswa Hindu, satu
diantaranya adalah perasaan kesukuan bali yang masih bersifat ekslusif. Hal ini tentu sangat
miris mengingat eksistensi Hindu di dunia global pada masa yang akan dating sangant
ditentukan oleh peran pemuda – pemuda Hindu di seluruh Indonesia.
Pembahasan

 Peran Remaja Hindu dalam Menjaga dan Melestarikan Hindu di Era Globalisasi

Dewasa ini banyak pemuda yang terlibat tawuran, seks bebas, merokok, berjudi,
Perilaku remaja saat ini cenderung mendekati perilaku yang negatif tidak memungkiri karena
semakin berkembangnya era globalisasi gaya hidup dan perilaku remaja saat ini, di dalam
sebuah pergaulan remaja indonesia sudah tercampur dengan gaya pergaulan dari luar, alhasil
banyak kebudayaan indonesia tidak menjadi tradisi di kalangan remaja, perilaku dianggap
sebagai sesuatu yang tidak di tujukan oleh seseorang sehingga dapat di sebutan dengan sesuatu
tindakan sosial yang amat mendasar oleh sebagian manusia tindakan manusia tidak sama
dengan perilaku sosial karna perilaku manusia adalah perilaku yang khusus di tunjukan oleh
manusia.

Namun saat ini masyarakat telah menunjukan perilaku sosial yang ada pada individu,
seperti ketrgantungan dengan pergaulan yang ada seperti di kalangan remaja saat ini berpacaran
dengan mesra di depan umum dan lain-lain, menurut remaja jaman sekarang di anggap menjadi
kebiasaan, namun kebiasaan itu telah di campur tangankan dengan pergaulan di negara lain
yang pergaulan di luar menganut pergaulan bebas.

Akan tetapi sebuah pergaulan bisa di hindari jika individu tersebut memiliki kekuatan
iman yang ada pada dirinya, agar tidak menyalah gunakan pergaulan yang sekarang sedang
merajalela di kalangan remaja, dan dari perilaku manusia pun menjadi sebuah dampak
kejahatan yang ada di dunia, tanpa di sadari kita pun sudah membuka peluang kejahatan di
dunia karena ke salahan dari individu itu bergaul.

Namun tidak semua remaja yang bisa melakukan pergaulan yang negatif namun ada
remaja yang mengetahu pergaulan yang begitu luas namun tidak di lakukan atau di contoh
dalam kehidupannya faktor utama kesalahan dari pergaulan remaja itu bagaimana lingkungan
yang ada di sekitar individu.

Macam-macam Kenakalan Remaja Dewasa ini searah perkembangan zaman dan


tekhnologi banyak sekali terjadi penyalah gunaan untuk hal-hal yang negatif. Khususnya masa
remaja, anak selalu mencari kesenangan semata tanpa memperdulikan akibat yang akan timbul
dari perbuatannya itu. Sebagian orang berpendapat bahwa masa muda sebagian saat yang
paling
indah dan nikmat. Pada dasarnya masa remaja merupakan masa peralihan diantara masa kanak-
kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik
bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah
matang. Usia remaja sangat rentan dengan keadaan.

Banyak hal yang menyebabkan mereka berprilaku seperti itu, misalnya kurang nya
perhatian dari orang tua, bergaul dengan lingkungan yang buruk, dan kurangnya pengetahuan
akan agama. Tapi kita sebagai kaum minoritas dimanakah tempat kita menimba pengetahuan
agama ? orang tua kita tentu sibuk dengan pekerjaan mereka, di sekolah juga belum tentu ada
pengajar agama Hindu, lagi-lagi karna kita adalah kaum minoritas. Tetapi kita berhak
mendapatkan ilmu pengetahuan agama, yaitu di pasraman. Tanya lah kepada diri kita, apakah
kita sudah ikut pasraman? Kalau belum, dimana lagi kita akan belajar tentang agama?

Kalau hal ini terus dibiarkan maka kesadaran beragama akan semakin berkurang, lalu
jika hal ini terjadi maka bukan tidak mungkin kalau suatu saat nanti anak cucu kita tidak lagi
mengenal dan menganut agama Hindu, dan Hindu tidak lagi eksis. Lalu muncul pertanyaan,
bagaimana cara untuk meningkatkan eksistensi Hindu ?

Eksis adalah upaya untuk dikenal di dalam ruang lingkup masyarakat Ada 3 cara untuk
meningkatkan ke-eksisan Hindu, yaitu :

1. BERDOA DAN BERBHAKTI

Para remaja di masa kini sering melupakan Tuhan. Kita jarang melakukan Tri Sandya,
Krmaning Sembah, berjapa, dan melakukan krtanam. Jangankan hal itu, untuk bersyukur di
pagi hari saat kita baru bangun saja jarang dilakukan, padahal Hyang Widhi berkata di dalam
Bhagavad Gita, II.22 :

Ananyas cintayanto mam

Ye janah parsupasate

Tesam nityabhiyuktanam

Yogaksemam wahamyaham
Artinya :

Mereka yang hanya memujaku saja, tanpa memikirkan yang lainnya lagi. Kepada
mereka Kubawakan segaa apa yang mereka tidak punya dan kulindungi segala apa yang
mereka miliki.

Tuhan saja telah berjanji demikian kepada para bhakta Nya, lalu kenapa kita masih
mengacuhkan nya ? Kita juga harus melalukan tindakan Dharma atau Sad Dharma, yaitu

1. Dharma Wacana

2. Dharma Gita

3. Dharma Tula

4. Dharma Yatra

5. Dharma Widya

6. Dharma Santi

Selain itu kita juga harus berbhakti kepada orang tua kita. Orang tua kita adalah orang
yang telah membuat kita hidup di dunia, jadi kita harus berbhakti kepada mereka dengan tulus
ikhlas.

2. BELAJAR

Saat ini kita masih dalam masa Brahmacari, yaitu masa menuntut ilmu. Di masa ini kita
harus menimba ilmu sebanyak-banyak nya. Ilmu yang dapat kita pelajari tidak hanya ilmu
eksakta dan ilmu sosial, tetapi kita juga dapat belajar tentang ilmu kesenian, dan
caraberorganisasi. Dengan mengikuti kegiatan organisasi, kita juga dapat melatih
kepemimpinan kita karna disuatu saat nanti kita adalah cikal bakal pemimpin Hindu di
Indonesia.

Kita juga harus menyeimbangkan semua ilmu tersebut dengan ilmu agama, karna
dengan ilmu agama itulah kita dapat tuntunan di jalan Dharma.
Di dalam Bhagavad Gita.IV.36 berbunyi :

Api ced asi papebhyah

Sarwebhyah papakrttamah

Sarwam jnanaplawenai’wa

Wrjinam samtarisyasi

Artinya :

Walaupun seandainya engkau adalah orang paling berdosa diantara orang yang
memikul dosa, dengan perahu ilmu pengetahuan ini engkau akan mampu mengarungi
lautan dosa.

Brahmacari adalah masa hidup setiap umatnya yang digunakan untuk menuntut ilmu.
Mengisi diri menuju kedewasaa rohani supaya kedewasaan rohani dan jasmani berkembang
sejalan dan seimbang. Namun seiring perkembangan zaman, kedewasaan baik rohani maupun
jasmani sudah tidak sejalan dan seimbang. Hal itu dikarenakan beberapa faktor salah satunya
adalah perkembangan IPTEK yang sangat mempengaruhi kehidupan seorang khususnya
remaja yang dalam hal ini sangat erat kaitannya dengan masa Brahmacari.

Pentingnya Brahmacari Ashrama, disebutkan dalam Atharvaveda sebagai


berikut :“Brahmacaryena tapasa, raja rastram vi raksati, acaryo brahmacaryena,
Brahmacarinam icchate” (XI.5.17). “Sa dadhara prthivim divam ca” (XI.5.1). “Tasmin
devah sammanaso bha vanti” (XI.5.1)”.

Artinya : “Seorang pemimpin dengan mengutamakan Brahmacari dapat melindungi


rakyatnya, dan seorang guru yang melaksanakan Brahmacari menjadikan siswanya orang yang
sempurna; Seseorang yang melaksanka Brahmacari akan menjadi penopang kekuatan dunia;
Tuhan (Hyang Widhi) bersemayam pada diri seorang Brahmacari.”

Dari kutipan Veda itu jelaslah kiranya bahwa kewajiban manusia yang utama dan yang
pertama dilakukan adalah menuntut ilmu atau belajar dan berpendidikan. Pelajaran dan
pendidikan juga akan membangun kemampuan berpikir untuk memilah antara dharma
(perbuatan baik) dan adharma (perbuatan tidak baik) sehingga manusia dapat mencapai
kesempurnaan hidup.
Kitab suci Sarasamusccaya 2 :“Manusah sarvabhutesu varttate vai subhasubhe,
asubhesu samavistam subhesvevavakarayet.”

Artinya : “Diantara semua mahluk hidup, hanya yang dilahirkan sebagai manusia
sajalah yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk, leburlah kedalam perbuatan
baik segala yang buruk itu; demikianlah pahalanya menjadi manusia. “

Dalam Upanisad disebutkan pula bahwa arti kata Manusah adalah : Manu =
kebijaksanaan, sah = mempunyai. Jadi manusia adalah mahluk yang mempunyai kebijaksanan.
Kebijaksanaan diperoleh dari tiga kemampuan kodrati manusia yaitu Sabda (kemampuan
berbicara), Bayu (kemampuan bergerak) dan Idep (kemampuan berpikir). “Idep” yang
dituntun oleh ajaran agama dan ilmu pengetahuan akan menjadikan manusia itu lebih bijaksana
sehingga disebut sebagai manusia yang sempurna. Mahluk lain seperti binatang hanya
mempunyai dua kemampuan saja yaitu kemampuan bergerak (bayu) dan kemampuan
bersuara (sabda). Binatang tidak mempunyai kemampuan berpikir (idep) oleh karena itu
binatang beraktivitas berdasarkan naluri, tidak berdasarkan pikiran. Tumbuh-tumbuhan hanya
mempunyai kemampuan tumbuh (bayu) saja, tidak mempunyai sabda dan idep.

Di saat seeorang berada pada masa Brahmacari, hatinya mesti lebih terdorong untuk
menuntut ilmu sebanyak-banyaknya sesuai dengan slogan “ Masa muda adalah masa belajar
dan berjuang”. Bukanya masa muda digunakan untuk bersenang-senang dan hura-hura. Seperti
kata pepatah para pemuda merupakan tulang punggung Negara. Mereka hendanknya mampu
membuat sejarah dan mampu membuat perubahan zaman.

Setiap orang hendaknya berusaha untuk dapat melewati masa Brahmacari dengan
mencapai sasaran atau cita-citanya. Dalam naskah Silakrama dijelaskan sebagai berikut:

“Brahmacari ngarannya sang sedeng marga bhyasa sang hyang sastra, wangwang
sang wruh ring tingkah sang hyang aksara, Sang mangkana karamanya sang Brahmacari
ngaranya (Silakrama hal 8)”

Artinya: Brahmacari hanya bagi orang yang menuntut ilmu pengetahuan dan yang
mengetahui perihal ilmu (huruf aksara) yang demikian itu disebut dengan Brahmacari.

Uraian Silakrama diatas dengan jelas menyatakan bahwa masa Brahmacari itu adalah
masa menuntut ilmu, yakni masa belajar dan berjuang, mengisi diri menuju peringkat hidup
yang lebih baik, dalam usaha menghilangkan kegelapan menuju kecerdasaan. Terutama pada
era globalisasi seperti saat ini dimana perkembangan iptek sangat pesat dan didalam
mempelajari dan menguasai iptek hendaknya berpedoman pada agama. Hal tersebut senada
dengan ucapan seorang sarjana barat yang bernama Albert Einstein, yaitu ilmu tanpa agama itu
buta dan agama tanpa ilmu itu lumpuh. Makadari itu pada masa Brahmacari sebaiknya kita
menuntut ilmu setinggi-tingginya agar dapat membuat perilaku dan sikap moral serta
mengembangkan jiwa budi luhur.

Disini dapat kita simpulkan bahwa dengan ilmu pengetahuan kita akan mendapatkan
apa yang kita inginkan. Contohnya, jika kita bercita cita sebagai dokter, maka kita harus belajar
tentang ilmu yang berkaitan dengan bidang kedokteran, jika kita sudah menguasainya maka
kita akan mampu menjadi dokter yang baik.

3. BEKERJA KERAS

Untuk mencapai sebuah hasil yang memuaskan, tentunya kita membutuhkan kerja keras.
Dengan kerja keras yang maksimal maka maksimal pula hasil yang kita dapatkan. Di dalam
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang menceritakan kisah seorang anak kecil
bernama Lintang yang hidup di pedalaman Sumatra tepatnya di Belitong. Lintang ini sangat
gigih untuk menimba ilmu disekolah yang dapat dikatakan sudah tidak layak pakai. Dia tidak
memperdulikan sulitnya akses untuk mencapai sekolahnya, tak jarang Lintang bertemu dengan
kawanan buaya yang sedang berjemur. Umat sedharma yang berbahagia, anak kecil yang hidup
di pedalaman saja bisa, tetapi kenapa kita yang hidup di kota tidak ? Fasilitas yang ada di
pedalaman sangat tidak memadai tetapi Lintang bisa, lalu kenapa kita yang sudah diberikan
fasilitas dan kemudahan oleh orang tua kita tidak bisa? Ayo kawan-kawan pemuda dan pemudi
Hindu, kita gali potensi dalam diri kita. Kita tunjukan kalau diri kita mampu, dan kita harus
tunjukkan kalau masyarakat Hindu penuh akan SDM yang berprestasi.

 Pesan Untuk Kaum Muda dalam Menghadapi Globalisasi

Masa muda adalah masa-masa untuk menuntut ilmu. Dalam ajaran agama Hindu
dikenal empat tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan ini, yaitu catur asrama. Salah
satunya adalah tahapan dimana kita menuntut ilmu dalam rangka mencari kebenaran/dharma
(Brahmacari). Kebanyakan dari kita yang merupakan generasi muda masih berada dalam
tahapan ini. Jika pada zaman lampau, seorang anak pada usia tertentumeninggalkan
keluarganya untuk menuntut ilmu di bawah bimbingan seorang brahmana, maka pada zaman
sekarang ini seorang anak meninggalkan keluarganya dalam rangka menuntut ilmu di bawah
bimbingan sebuah institusi yang kita sebut Universitas/Perguruan tinggi. Nilai/esensi yang
terkandung di dalamnya masih sama dan relevan hingga zaman ini, hanya saja cara dan
medianya yang berubah. Adalah suatu keniscayaan bahwa kelak generasi mudalah yang
nantinya akan menerima tongkat estafet dari generasisebelumnya dalam rangka menjamin
kelangsungan pelaksanaan dharma dalam kehidupan ini. Baik dalam ruang lingkup keluarga,
dimana generasi muda merupakan suputra yang diharapkan akan menjamin eksistensi
keluarganya dalam kehidupan ini. Begitupun dalam ruang lingkup yang lebih besar lagi yaitu
dalam suatu Negara, dimana generasi mudanya diharapkan untuk dapat meneruskan nilai-nilai
luhur bangsanya (budaya) agar tetap eksis dalam rangka menunjang kehidupan berbangsa dan
bernegara yang berlandaskan dharma.

Hendaknya kita sebagai generasi muda menyadari peran ini sehingga negeri yang kita
cintai ini dapat melewati masa-masa sulit dan akan kembali menjadi sebuah bangsa yang besar
dan dihargai oleh bangsa-bangsa lainnya. Seorang bijak pernah mengatakan bahwasanya
sebuah bangsa yang besar adalah bangsa dimana generasi mudanya mampu untuk menghargai
budaya bangsanya. Saya rasa kata-kata mutiara tersebut masihlah sangat relevan bagi bangsa
ini untuk dapat mengatasi permasalahan bangsa yang sedang dihadapi hingga saat ini. Hal yang
sama pernah disampaikan oleh Swami Wiwekananda sebagai berikut “Punyailah keyakinan
bahwa kalian semuanya dilahirkan untuk berbuat hal-hal yang besar. Hai anak-anak muda
janganlah karena mendengar suara anak-anak anjjing menyalak kalian menjadi takut, tidak,
tidak boleh menjadi penakut sekalipun mendengar dentuman guntur di atas langit, tetaplah
berdiri tegak dan berusaha terus. Negaramu meminta pahlawan-pahlawan sejati. Jadilah
pahlawan-pahlawan nan gagah perkasa. Berdiri teguh laksana batu karang yang kokoh.
Kebenaran selalu menang. Apa yang negara India butuhkan adalah tenaga listrik untuk
menggerakkan semangat yang segar di dalam urat-urat saluran darah nasional.”.

Vivekananda mencoba memberitahukan kepada kita untuk dapat mengatasi rasa takut.
Karena rasa takut merupakan sumber dari sebagian besar kekacauan yang terjadi baik di dalam
diri maupun di luar diri. Hal yang sama juga disampaikan melalui Bhagawadgita. Dalam
Bhagawadgita diceritakan bahwa karena rasa takutnya untuk berperang mnjalankan dharmanya
sebagai seorang ksatria, Arjuna menyampaikan berbagai macam alasan yang berujung pada
kehendaknya untuk pergi meninggalkan peperangan. Sri Krishna yang memahami bahwa sikap
Arjuna ini bersumber dari ketakutan yang muncul di dalam dirinya berusaha mengingatkan dan
menegaskan kepada Arjuna seperti yangdapat kita baca pada sloka-sloka Bhagawadgita berikut
ini:

“Arjuna yang baik hati, bagaimana sampai hal-hal yang kotor ini menghinggapi dirimu?
Hal-hal ini sama sekali tidak pantas bagi orang yang mengetahui nilai hidup. Hal-hal seperti
itu tidak membawa seseorang ke planet-planet yang lebih tinggi, melainkan menjerumuskan
dirinya ke dalam penghinaan.” (Bhagawadgita Sloka 2.2)

“Wahai putera Prtha, jangan menyerah kepada kelemahan yang hina ini, itu tidak patas
bagimu. Tinggalkanlah kelemahan hati yang remeh itu dan bangunlah wahai yang menghukum
musuh.” (Bhagawadgita sloka 2.3)

“Sambil berbicara dengan cara yang pandai engkau menyesalkan sesuatu yang tidak
patut disesalkan. Orang bijaksana tidak pernah menyesal, baik untuk yang masih hidup maupun
untuk yang sudah meninggal.” (Bhagawadgita sloka 2.11)

Ketakutan ini memiliki beragam bentuk dan warna pada masing-masing individu.
Sesungguhnya masalah yang dialami oleh Arjuna juga kita alami. Masalah-masalah tersebut
bermuara pada hal yang sama, yaitu ketakutan.1 Karenanya mari kita belajar untuk
memahaminya dan kemudianberusaha untuk mengatasi ketakutan dalam diri kita. Kembali
dalam hal menghargai budaya bangsa, kita sebagai generasi muda Hindu hendaknya memiliki
kesadaran untuk melestarikan nilai-nilai luhur dari budaya kita. Jadikanlah Ajaran Agama
sebagai bekal bagi kita untuk mengarungi kehidupan ini dalam mencari kebenaran yang sejati.
Ilmu pengetahuan bukanlah merupakan hal yang bertentangan dengan ajaran hindu.

Post, Bali. 2008. Dinamisasi Pendidikan Hindu Menghadapi Tantangan Global.


http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=11&id=6995 (diakses 17 Oktober 2019)
Daftar Pustaka

 www.industry.co.id/read/10911/agama-di-era-globalisasi (Diakses 17 Oktober 2019)

 Post, Bali. 2008. Dinamisasi Pendidikan Hindu Menghadapi Tantangan Global.


http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=11&id=6995
(Diakses 17 Oktober 2019)

 dewadewonah.wordpress.com/2015/11/18/pentingnya-peran-pemuda-hindu-dalam-
meningkatkan-eksistensi-hindu/ (Diakses 17 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai