Latar Belakang
Umat hindu mengenal ajaran Tri Hita Karana. Tri Hita Karana pada
hakikatnya adalah sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan
mengabdi pada sesama manusia, serta mengembangkan kasih- sayang pada
sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam lingkungan.
Konsep Tri Hita Karana menjiwai napas kehidupan orang Bali (Hindu) dan
menjadikan Bali Harmonis baik secara makro kosmos maupun secara mikro
kosmos. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam kitab Sarasamuscaya (135)
dengan istilah Prihen Tikang Bhuta Hita, yaitu usahakan kesejahteraan semua
mahkluk itu akan menjamin tegaknya Catur Marga atau empat tujuan hidup yang
terjalin satu sama lainnya. Maka dari itu mahasiswa dianggap perlu untuk
mengetahui tentang ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan
Manfaat
Adanya konsep Tri Hita Karana yang menjiwai nafas kehidupan orang
Bali (Hindu) menjadikan Bali harmonis secara makro kosmos maupun mikro
kosmos. Dalam perkembangannya, Bali mengalami perubahan-perubahan sejalan
dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi membawa orang Bali menjadi manusia cerdas spiritual dan kebajikan
menjadi meningkat, membawa konsekuensi terhadap kehidupan sosial, budaya,
dan keagamaan, terlebih-lebih terhadap kehidupan adat Bali yang
merupakan pelaksanaan agama Hindu Bali yang terwjud dalam kebiasaan-
kebiasaan perilaku masyarakat baik kelompok maupun individu dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam Kitab Suci Bhagawad Gita III. 10 telah tercantum falsafah hidup
berdasarkan Tri Hita Karana. Tri Hita Karana bukanlah sekedar tata ruang.
Tidaklah tepat kalau ada seseorang telah mendirikan tempat pemujaan apakah
pura, marajan, sanggah sudah melaksanakan Tri Hita Karana. Demikian juga
seorang dagang bakso Bali di tempat dagangannya telah diisi “Pelangkiran” bukan
berarti ia telah melaksanakan Tri Hita Karana. Tri Hita Karana pada
hakikatnya adalah “sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan
mengabdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada sesama
manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam lingkungan”
Istilah Tri Hita Karana saat ini begitu populer sekaligus bersifat polemik.
Konsepsi dasar Tri Hita Karana tercantum dalam Kitab Suci Bhagawad Gita III.
10 dinyatakan bahwa yadnyalah yang menjadi dasar hubungan Tuhan Yang Maha
Esa (Prajapati), manusia (praja) dan alam (kamaduk. Berdasarkan pernyataan itu
dapat dinyatakan bahwa Tri Hita Karana adalah dasar untuk mendapatkan
kebahagiaan hidup apabila mampu melakukan hubungan yang harmonis
berdasarkan yadnya (ritual, korban suci) kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam
wujud bakti (tulus) kepada sesama manusia dalam wujud pengabdian dan kepada
alam lingkungan dalam wujud pelestarian alam dengan penuh kasih. Harmonisasi
dan dinamisasi berdasarkan yadnyanya dari tiga unsur sebagai sebab (karana)
datangnya kebahagiaan hidup (hita) atau “tiga penyebab kedatangan
kebahagiaan”. Berdasarkan rumusan dalam Bhagawad Gita III.10 di atas
dapat dinyatakan bahwa, secara filosofis Tri Hita Karana adalah membangun
kebahagiaan dengan mewujudkan sikap hidup yang seimbang antara berbakti
kepada Sang Hyang Widhi, mengabdi kepada sesama umat manusia dan
menyayangi alam lingkungan berdasarkan yadnya.
Dewa yadnya adalah suatu bentuk persembahan atau korban suci dengan
tulus iklas yang di tujukan kepada sang pencipta (Ida Sang Hyang Widhi Wasa)
beserta dengan manifestasinya dalam bentuk Tri Murti. Dewa Brahma sebagai
pencipta alam semesta , Dewa Wisnu sebagai pemelihara isi dari alam semesta,
dan Dewa Siwa sendiri sebagai pelebur atau praline dari alam semesta.Contoh-
contoh pelaksanaan Dewa Yadnya dalam kehidupan :
Rsi Yadnya adalah suatu bentuk persembahan karya suci yang di tujukan
kepada para rsi , orang suci , pinandita , pandita , sulinggih , guru , dan orang suci
yang berhubungan dengan agama hindu .Rsi adalah orang-orang yang bijaksana
dan berjiwa suci . Sulinggih maupun guru juga termasuk orang suci karena beliau
orang bijaksana yang memberikan arahan kepada siswa-siswi nya.Contoh-contoh
pelaksanaan Rsi Yadnya
Penerapan Tri Hita Karana dalam umat Hindu dapat dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut :
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dalam hal kaitan menjaga kebersihan dan kesucian
Pura dengan Tri Hita Karana dapat dilakukan dengan cara membangun hubungan
yang baik antara Manusia dengan Tuhan (Parhyangan), dan Manusia dengan alam
lingkungan (Palemahan) yang diimplementasikan dengan cara Dewa Yadnya dan
Manusia Yadnya, contohnya yaitu :