Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DALAM


PERSPEKTIF HADIST NABI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Paradigma Pendidikan Dalam


Hadist

Oleh:

Putri Puspa Dewi : 20123012


Cipto Halomoan Ritonga : 20123011
Dosen Pengampu

Dr. Charles, S.Ag. M.Pd.I


NIP: 197704112003121002

PROGRAM PASCASARJANA PEDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAAN

UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK

BUKITTINGGI

2024 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan hidayahnya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Adapun dalam menulis makalah ini materi yang dibahas adalah “Motivasi
Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Hadist Nabi”. Adapun tujuan
dari menulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak Dr.
Charles, S.Ag.M.Pd.I selain itu juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca maupun penulis.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami
berharap dapat memberi manfaat bagi kita semua dan menambah wawasan kita tentang
dunia pendidikan khususnya tentang Motivasi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam
Perspektif Hadsit Nabi. Oleh karena itu Penulis berharap kritik dan saran dari pembaca
untuk membantu agar menjadi lebih baik kedepannya.

Bukittinggi, Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kewajiban Menuntut Ilmu ............................................................................................. 3

B. Kewajiban Mengembangkan Ilmu ................................................................................. 6

C. Motivasi pengembangan Ilmu Pengetahuan ................................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 12

B. Saran ............................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi kaum muslim dan muslimah.
Dikatakan bahwa seseorang harus menuntut ilmu dari lahir sampai liang lahat. Ini
membuktikan bahwa selama manusia hidup maka diharuskan untuk menuntut
ilmu. Karena dengan ilmu itulah derajat seseorang akan diangkat. Namun,
menuntut ilmu dibutuhkan pemahaman serta etika berdasarkan dali-dalil agama
agar Allah Swt memberi kemudahan dalam tujuan menuntut ilmu. Oleh karena
itu, penting bagi umat muslim mempelajari dalil-dalil yang berkaitan dengan
kewajiban menuntut ilmu dan memahami etika seorang pelajar dalam menuntut
ilmu agar bisa memperoleh ilmu dengan maksimal.1
Menuntut ilmu adalah suatu hal yang sangat penting untuk mewujudkan
kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Tanp adanya ilmu, manusia tidak bida
melakukan segala hal. Dalam mencari nafkah perlu ilmu, beribadah peril ilu dan
bahkan makan dan minumpun memerlukan ilmu. Dengan begitu menuntut ilmu
merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditolak apalagi menyangkut dengan
kewajiban seseorang sebagai hamba Allah SWT. jika seseorang tidak memahami
kewajibannya sebagai hamba, maka bagaimana bisa dia memperoleh kebahagiaan
dan keselamatan di dunia dan akhirat2
B. Rumusan Masalah
Diantara rumusan masalah yang akan dijabarkan berdasarkan latar belakang
adalah:
1. Bagaimana kewajiban Menuntut Ilmu?
2. Bagaimana Kewajiban Mengembangan Ilmu ?
3. Bagaimana Motivasi Pengembangan Ilmu Pengetahuan?

1
Nurlia Putri Darani, “Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Perspektif Hadis,” Jurnal Riset Agama 1, no.
1 (2021): 133–44, https://doi.org/10.15575/jra.v1i1.14345.
2
Wikhdatun Khasanah, “Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Islam,” Jurnal Riset Agama 1, no. 2 (2021):
296–307, https://doi.org/10.15575/jra.v1i2.14568.

1
C. Tujuan Penulisan
Diantara tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah diatas
adalah:
1. Menjelaskan kewajiban Menuntut Ilmu !
2. Menjelaskan Kewajiban Mengembangan Ilmu !
3. Menjelaskan Motivasi Pengembangan Ilmu Pengetahuan!

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kewajiban Menuntut Ilmu
Pentingnya manusia menuntut ilmu bukan hanya untuk membantu mendapatkan
kehidupan yang layak, tetapi dengan ilmu manusia akan mampu mengenal tuhannya,
memperbaiki akhlaknya, juga senantiasa mencari keridhaan Allah. Menuntut ilmu
adalah ibadah yang paling afdhol. Karena semua ibadah tidak bisa ditunaikan sesuai
dengan ketentuan yang Allah dan Rasul-Nya kecuali dengan ilmu. Maka perlu
diketahui bahwa ibadah adalah tanggung jawab manusia yang selalu melekat selama
masih bernafas di dunia. Artinya, ibadah menuntut ilmu ini adalah aktifitas yang tidak
berujung, kecuali satu, yaitu kematian. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi
setiap muslim. Dengan iman dan ilmu maka Allah akan meninggikann derajat seorang
muslim.

Sebagaimana firman-Nya:

ْ‫ش ُزوا‬
ُ ‫ش ُزواْ فَٱن‬
ُ ‫ٱَّللُ لَ ُك ۡ ۖۡم َو ِإذَا قِي َل ٱن‬
َّ ‫ح‬ َ ‫س ُحواْ َي ۡف‬
ِ ‫س‬ َّ َ‫َٰ َيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ ِإذَا قِي َل لَ ُك ۡم تَف‬
َ ‫س ُحواْ فِي ۡٱل َم َٰ َج ِل ِس فَ ۡٱف‬

َّ ‫ٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ِمن ُك ۡم َوٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱل ِع ۡل َم دَ َر َٰ َج ٖۚت َو‬
‫ير‬ٞ ‫ٱَّللُ ِب َما تَعۡ َملُونَ َخ ِب‬ َّ ‫َي ۡرفَ ِع‬

” Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan padamu, Berilah kelapangan


di dalam mejelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ’Berdirilah kamu’, Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. . dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujadallah : 11).
Islam memandang pendidikan adalah hak setiap manusia (education for all) baik
laki-laki atau perempuan dan berlangsung sepanjang hayat (long life education).
Kehidupan dunia tidak akan sepi dari proses belajar, sejak mulai manusia dilahirkan
sampai menemui kematian. Islam telah merencanakan pendidikan manusia dalam Al-
Quran seperti siapa manusia, dari mana manusia, dan mau ke mana manusia juga
harus bagaimana manusia hidup di dunia. Pertanyaan seperti itu yang akan
mengarahkan manusia mencari tujuannya sebagai manusia dengan terus belajar
sepanjang hayat3.

3
Darani, “Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Perspektif Hadis.”

3
“Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu. Jika ia dibutuhkan,
maka ia memberi manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan, maka ia dapat
memberimanfaat pada dirinya sendiri”. (HR. Al-Baihaqi).

Hadis ini menerangkan tentang bagaimana ilmu itu merupakan suatu keutamaan
bagi sesorang. Keutamaannya adalah, ketika orang lain membutuhkannya, maka ia
akan dapat memberi manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Orang yang berilmu juga
apabila ia diasingkan, ia tidak dibutuhkan, ilmunya akan tetap bermaanfaat, yakni
bermanfaat bagi dirinya sendiri.4

Hadist tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

Hadis yang menjelaskan tentang kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadis
riwayat Ibnu Majah No. 224, dari Anas bin Malik ra, yang dishahihkan oleh al-Albani
dalam Shahih al-Jaami ash-Shaghir No. 3913 sebagai berikut:

ِ َّ ‫ٱَّلل ا صلى‬
‫ٱَّلل عليه وسلم طلب العلم فريضة على كل مسلم‬ ِ َّ ‫ قال رسول‬:‫عن أنس بن مالك قال‬
Dari Anas bin Malik beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda “menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap muslim” (al-Qazwani, 2000).
Menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim
perempuan. Dari hadits diatas perlu kita garis bawahi bahwa ilmu yang wajib atau
pardhu Ain bagi setiap kaum muslimin ataupun muslimat adat tiga disiplin ilmu yaitu
ilmu tauhid ilmu tasawuf dan ilmu fikih (minhajul abidin hal 89) Ketika Allah telah
menurunkan perintah yang mewajibkan atas suatu hal, maka kita harus menaatinya.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. An-Nur ayat 51:

‫إ ِ ن َّ َم ا ك َا َن ق َ ْو َل ال ْ ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن إ ِ ذ َ ا د ُع ُ وا إ ِ ل َ ى َّللاَّ ِ َو َر س ُ و لِ هِ ل ِ ي َ ْح ك ُ مَ ب َ ي ْ ن َ هُ ْم أ َ ْن ي َ ق ُ و ل ُ وا س َ ِم ع ْ ن َا‬
ُ ِ‫ك ه ُ مُ ال ْ ُم ف ْ ل‬
‫ح و َن‬ َ ِ ‫َو أ َط َ ع ْ ن َا ٖۚ َو أ ُو لَٰ َ ئ‬
“Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan
Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata,
Kami mendengar, dan kami taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

4
Harmansyah Ramadhan, Salsabila Matondang, and Riska Khadijah, “Kewajiban Menuntut Ilmu Dan
Hakikat Pendidikan Perspektif Hadis” 1, no. 2 (2023): 92–110, https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/.

4
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Zaid ibn Tsabit disebutkan:
‫ أمرني رسول هللا صلى هللا عليه وآله‬:‫ قال زيد بن ثابت ـ رضي هللا عنه‬:‫وفي سنن أبي داود‬
‫ فلم يمر بي إال‬،‫ فتعلمته‬،‫ إني وهللا ما آمن يهود على كتابي‬:‫ وقال‬،‫وسلم فتعلمت له كتاب يهود‬
‫ وأقرأ له إذا كتب إليه‬،‫ فكنت أكتب له إذا كتب‬،‫نصف شهر حتى حذقته‬
Dari ayah Zaid bin Tsabit berkata: Rasulullah SAW memerintahku untuk belajar
bahasa dari aksara Yahudi. Nabi SAW besabda: “sesungguhnya aku, demi Allah!
Tidak memahami bangsa Yahudi atas tulisanku” Kemudian Zaid berkata: maka tidak
lebih setengah bulan aku telah mempelajarinya. Saat aku telah mempelajarinya, jika
Nabi menulis untuk orang Yahudi, akulah yang akan menulisnya untuk mereka dan
jika mereka menulis kepada Nabi, akulah yang akan membacakan tulisan tulisan
mereka” (Muhammad ibn Isa ibn Saurah ibn Musa, 1975)
Dengan menguasai bahasa asing kita dapat berdiskusi dengan mereka dan dapat
menyampaikan dakwah Islam kepada mereka, karena mempelajari bahasa asing
termasuk salah satu dari sunnah Nabi Saw.
Dari Abu Darda’ ra, berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW, bersabda:
‫ط ِريقًا ِإلَى ْال َج َّن ِة‬
َ ‫َّللاُ لَهُ بِ ِه‬ َ ‫س فِي ِه ِع ْل ًما‬
َّ ‫س َّه َل‬ ُ ‫ط ِريقًا يَ ْلت َِم‬
َ َ‫سلَك‬
َ ‫َو َم ْن‬
“Barangsiapa yang menenmpuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga”. (HR. Muslim, No.2699)
Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut
ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penghuni langit
dan bumi, sampai ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya keutamaan orang yang
berilmu dibandingkan ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar
dari bintang-bintang lainnya. Sesunguhnya ulama adalah pewaris para Nabi.
Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan pula dirham. Barangsiapa yang
mewariskan ilmuu, maka sungguh ia telah mendaptkan keberuntungan yang besar (as-
Sijistani, tt) Ibn Qayyim menjelaskan: Seandainya keutamaan ilmu hanya kedekatan
kepada Tuhan semesta alam, dikaitkan dengan para malaikat, bergaul dengan
penghuni langit, maka itu telah mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan ilmu.
Apalagi kemulian dunia dan akhirat selalu meliputi orang yang berilmu dan hanya
dengan ilmulah syarat untuk bisa mencapainya (alJauziyah, tt).
Hadis di atas telah menjelaskan mengenai keutamaan orang yang menuntut ilmu
sebagai berikut: 1) Allah SWT akan memberikan kemudahan bagi penuntut ilmu
menuju surga; 2) Para malaikat bertawadu’ kepada para pencar ilmu sebagai suatu

5
kehormatan kepada mereka; 3) Para penghuni langit dan bumi serta ikan di lautan
akan memohon ampun kepada orang yang alim; 4) Orang yang berilmu itu
kedudukannya lebih utama dari pada ahli ibadah, bagaikan bulan di malam badar dan
bintang-bintang; dan 5) Orang yang berilmu merupakan pewaris para Nabi.
Sesungguhnya hadis-hadis yang menjelaskan mengenai keutamaan dan
kedudukan ilmu serta orang yang berilmu terdapat di dalam kitabkitab hadis, terutama
dalam kitab induk hadis yang enam (kutub as-sittah) atau di dalam kitab hadis yang
Sembilan (kutub at-tis’ah).5

B. Kewajiban Mengembangkan Ilmu


Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak
dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal
Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah
menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya.
Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan
yang dicita-citakannya. Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia dan
mengembangkan ilmu itu termasuk sebaik-baiknya manusia sebagaimana sabda
Rasulullah Saw :
‫َير ُكم من‬
ُ ‫ «خ‬:‫ قال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ عن النبي‬-‫رضي هللا عنه‬- ‫عن عثمان بن عفان‬
ُ‫»تعلَّ َم القرآنَ وعلَّ َمه‬.
Artinya : dari utsman bin affan semoga Allah meridhoi daripadanya dari nabi
Saw ia bersabda sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari
Alquran dan mengajarkannya ( HR Bukhori)
Bahkan dari Alquran sendiri ada larangan agar tidak menyembunyikan ilmu
tercantum dalam surah Al Imran ayat : 187
ُ‫اس َو َال تَ ْكت ُ ُمونَه‬ َ ‫َّللاُ ِميثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا ْال ِكت‬
ِ َّ‫َاب لَتُبَيِنُنَّهُ ِللن‬ َّ َ‫َوإِ ْذ أَ َخذ‬
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Allâh mengambil janji dari orang-orang yang
telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu
kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya
Oleh karena itu menyembunyikan ilmu menyelisihi perjanjian ulama
dengan Allâh, bahkan merupakan dosa besar sebagaimana dijelaskan oleh para
ulama, karena pelakunya akan mendapatkan laknat. Imam adz-Dzahabi

5
Khasanah, “Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Islam.”

6
rahimahullah memasukkan perbuatan menyembunyikan ilmu di dalam kitabnya,
Al-Kabâir, dalam urutan dosa besar ke 38.
Hadis keutamaan mengembangkan ilmu pengetahuan Rasul juga menjadikan
sama antara keluarnya seseorang menuntut ilmu dengan keluarnya seseorang ke
medan perang untuk berjihad di jalan Allah. Dalam sebuah hadis dijelaskan
sebagai berikut:
Telah bercerita kepada kami Nahsr bin Ali dia berkata, telah bercerita kepada
kami Khalid bin Yazid Al Ataki dari Abu Ja'far Ar Razi dari Ar Rabi' bin Anas dari
Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
‫َّللا َحتَّى َي ْر ِج َع‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ُه َو ِفى‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬ َ ‫َم ْن خ ََر َج ِفى‬
ِ َ‫طل‬
“Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan
Allah sampai dia kembali”. (HR.Tirmidzi)
Abu Isa berkata hadis ini hasan gharib, sebagian perawi telah
meriwayatkannya namun tidak merafa'kannya.
Status hadis adalah hadis hasan gharīb sebagaimana yang tertera dalam
rangkaian kalimat di atas. Al-Mubarakfuri mengatakan hadis ini juga dinukil oleh
al-Darimi dan al-Dhiya‟ al-Maqdisi. Status hadis ini adalah hasan gharīb, oleh
karena itu tidak mengapa menjadikan hadis ini sebagai dalil dalam pembahasan.
Secara umum dalam hadis disebutkan orang yang menuntut ilmu diganjar
dengan pahala berjihad di jalan Allah. Terkait dengan ini, al-Mubarakfuri
mengatakan bahwa “barangsiapa yang pergi dari rumah dan daerahnya untuk
menuntut ilmu syariat baik fardhu „aīn maupun fardhu kifāyah, sampai dia
pulang ke rumah, maka pahalanya seperti berjihad fī sabīlillah”. Rasul membuat
ukuran perbandingan antara menuntut ilmu dengan berjihad. Sebab dalam
berjihad ada beberapa hakikat di dalamnya, yaitu: menghidupkan agama,
menghinakan dan menundukkan syaitan dan merasakan lelahnya diri dalam
berperang. Hal ini sama dengan hakikat yang terdapat dalam menuntut ilmu.
Dalam menuntut ilmu pada hakikatnya adalah menghidupkan agama,
menghinakan dan menundukkan syaitan, yang terakhir dalam menuntut ilmu itu
sungguh melelahkan, oleh karena itu bagi yang menuntut ilmu dianggap sama
dengan berjihad di jalan Allah.6
Rasulullah SAW bahkan mengancam orang-orang yang menuntut ilmu dengan
6
Ahmad Darlis, “Motivasi Pengembangan Ilmu Pengetahuan,” POTENSIA: Jurnal Kependidikan
Islam 3, no. 1 (2017): 1–28.

7
maksud untuk berdebat menganlahkan ulama, bersikap sombong dihadapat orang
yang bodoh dan menuntut ilmu karena riya. “Diriwayatkan dari Ibn Ka’ab Ibn
Malik dari ayahnya beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw berkata:
َ ‫سفَهَا َء أَ ْو يَص ِْر‬
ِ ‫ف ِب ِه ُو ُجو َه ال َّن‬
‫اس‬ َ ‫ي ِب ِه ا ْلعُلَ َما َء أَ ْو ِليُ َم ِار‬
ُّ ‫ي ِب ِه ال‬ ِ ‫ب ا ْل ِع ْل َم ِليُج‬
َ ‫َار‬ َ ‫َم ْن‬
َ َ‫طل‬
َّ ُ‫ِإلَ ْي ِه أَ ْد َخلَه‬
َ َّ‫َّللاُ الن‬
‫ار‬
“Siapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk mengalahkan/berdebat dengan
para ulama, untuk bersikap sombong dihadapan orang bodoh, atau agar mata
manusia tertuju padanya maka Allah akan memasukkannya kedalam Neraka”.
Hadits ini membimbing umat Islam agar mempunyai niat yang ikhlas dalam
menuntut ilmu, yaitu semata-mata untuk mendapatkan keredhaan Allah SWT.
Orang yang menuntut ilmu dengan niat untuk mendapatkan keuntungan duniawi
seperti popularitas, untuk mengalahkan atau berdebat dengan ulama, bersikap
sombong maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.
Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah
SAW bersabda:
‫ضا ِمنَ ال ُّد ْنيَا‬
ً ‫ع َر‬
َ ‫يب ِب ِه‬ ِ ‫ع َّز َو َج َّل الَ يَتَ َعلَّ ُمهُ ِإالَّ ِلي‬
َ ‫ُص‬ ِ َّ ُ‫َم ْن تَ َعلَّ َم ِع ْل ًما ِم َّما يُ ْبتَغَى ِب ِه َوجْ ه‬
َ ‫َّللا‬
‫ف ْال َجنَّ ِة يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬ َ ‫لَ ْم يَ ِج ْد‬
َ ‫ع ْر‬
“Siapa yang belajar yang harus dicari untuk semata-mata karena mencari ridha
Allah Azza wa Jalla, ia tidak belajar kecuali dengan niat mencari kenikmatan
dunia maka pada hari kiamat ia tidak akan mencium wanginya surga” .
Hadist ini memberikan motivasi belajar secara intrinsik, bahwa belajar harus
didasarkan pada niat yang ikhlas semata-mata karena Allah SWT. Berdasarkan
hadits-hadits di atas dapat dikemukakan, bahwa secara umum Allah dan Rasul-
Nya menggunakan janji dan ancaman untuk membangkitkan motivasi manusia
supaya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, meyakini ajaran Islam,
menjalankan ibadah dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.7
C. Motivasi Pengembangan Ilmu
Kata “motif‟ diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-
saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

7
Suparyanto dan Rosad, “Motivasi Belajar Dalam Perspektif Hadits,” Jurnal 5, no. 3 (2020): 56.

8
dirasakan/mendesak.8 Secara bahasa, kata motivasi berasal dari bahasa Latin
“motivatum” dan “motivation”, dalam Bahasa Inggris yang berarti “alasan
sesuatu terjadi atau alasan tentang sesuatu hal bergerak atau berpindah”. Hamzah
B. Uno (2008: 90) mengemukakan bahwa motivasi adalah merupakan suatu
dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan-rangsangan dari dalam maupun
dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah
laku/ aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya.9
Motivasi juga berarti keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian satu tujuan.
Adapun Greenberg sebagaimana dikutip Djaali, mengemukakan bahwa motivasi
adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku arah
suatu tujuan.10
motivasi juga diperjelas oleh hadis Muhammad SAW yang Artinya : Menuntut
ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan muslim perempuan”. Dan pada
hadis yang lain yang Diriwayatkan oleh Abu Dawud, AtTirmidzi, An-Nasa‟i, dan
Ibnu Majah dari Abu Darda Artinya; Kelebihan orang yang berilmu dari orang
yang beribadah (yang bodoh) bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama
dan semua bintang-bintang yang lain.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud,
AtTirmidzi, An-Nasa‟i, dan Ibnu Majah dari Abu Darda).
‫ َو َم ْن أَ َرا َد ُه َما فَ َعلَ ْي ِه باِل ِع ْل ِم‬،‫اآلخ َر َه فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم‬
ِ ‫ َو َم ْن أَ َرا َد‬،‫ََ َم ْن أ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه ِباْل ِع ْل ِم‬
"Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai
ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan
barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia
menguasai ilmu," (HR Ahmad).
Dalam hadis ini sangat jelas sekali memberikan motivasi kepada manusia
bahkan mewajibkan kepada tiap-tiap muslim baik laki-laki maupun perempuan
untuk selalu belajar dan menuntut ilmu dan kedudukan orang yang berilmu itu
melebihi daripada orang yang beribadah (yang bodoh) yang tanpa ilmu
pengetahuan bagaikan bulan di antara bintang-bintang.
‫العلم قبل القول و العمل‬
"Berilmulah sebelum kamu berbicara, beramal, atau beraktivitas." (HR Bukhari).

8
Sardiman A.M, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), h. 71. 4
9
Suparyanto dan Rosad, “Motivasi Belajar Dalam Perspektif Hadits.”
10
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 101.

9
Kemudian Motivasi dimulai dengan komitmen untuk niat ikhlas. Imbalan atas
pekerjaan yang sepadan dengan niat. Setiap bekerja tanpa niat tidak diakui.
Kepuasan kerja yang tinggi berhubungan langsung dengan motivasi tinggi.
Pekerja termotivasi bahwa bekerja adalah ibadah dan Allah mengamati semua
yang mereka lakukan sehingga mereka berusaha untuk mencapai keunggulan dan
mencurahkan waktu dan energi untuk bekerja. Kerja adalah ibadah dan hanya
Allah dapat upah untuk itu. Dalam Pendidikan Islam hakikat motivasi berkaitan
dengan upaya dakwah ke jalan yang lurus, dalam amal perbuatan manusia yang
harus berorientasi pada pencapaian ridho Allah. Hal ini seperti dinyatakan oleh
imam fudhail bin iyadh, salah seorang guru imam syafi‟i dan perawi hadis yang
tsiqah dalam menafsirkan surah Al-Mulk ayat 2 yang Artinya: Yang menjadikan
mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Qs. Mulk:2)11
Allah memuliakan manusia dengan akal dan kemampuan untuk belajar dan
menjadikan ilmu sebagai penunjang kepemimpinan manusia di bumi. Islam
datang dengan anjuran agar manusia berpikir, melakukan analisis, dan melarang
sekedar ikutikutan. Islam menjadikan berpikir dan belajar sebagai dua aktifitas
yang diwajibkan bagi pemeluknya. Di kalangan umat Islam harus ada yang
menuntut ilmu yang bermanfaat untuk urusan dunia dan agamanya. Sistem dan
proses pendidikan harus didasarkan kepada beberapa hal, salah satunya adalah
belajar diwajibkan bagi semua anak, baik laki-laki maupun perempuan. Hambatan
yang menghalang proses belajar harus dihilangkan dan segala fasilitas yang
berkaitan dengan proses belajar harus disiapkan.
Penanganan urusan agama dan hidup saat ini memerlukan ilmu yang diperoleh
melalui belajar, oleh karena itu segala fasilitas untuk belajar harus dioptimalkan.
Sesuatu yang mendukung hal yang wajib maka ia menjadi wajib juga. Sesuatu
yang mendukung pencarian ilmu yang hukumnya wajib maka sesuatu itu menjadi
wajib.8 Al-Qur`an sebagai sumber utama dalam Islam menginformasikan dengan
beberapa ayatnya tentang anjuran mengembangkan ilmu pengetahuan. Ayat
pertama yang diturunkan kepada rasul adalah iqra‟ surat al-Alaq ayat 1-5. Secara

11
N Apnilelawati, “Motivasi Dalam Pendidikan Al-Qur’an Dan Hadits,” Prosiding Universitas …,
2022, 35–44,
https://proceeding.dharmawangsa.ac.id/index.php/PROSUNDHAR/article/view/81%0Ahttps://proceeding.dhar
mawangsa.ac.id/index.php/PROSUNDHAR/article/viewFile/81/96.

10
umum ayat ini merupakan konsep pengembangan ilmu pengetahuan.12
‫علَّ َم‬ َ ‫ق ۡٱق َر ۡأ َو َربُّكَ ۡٱۡل َ ۡك َر ُم ٱلَّذِي‬
َ ‫علَّ َم ِب ۡٱلقَلَ ِم‬ َ ‫سنَ ِم ۡن‬
ٍ َ‫عل‬ ِ ۡ َ‫ٱس ِم َر ِبكَ ٱلَّذِي َخلَقَ َخلَق‬
َ َٰ ‫ٱۡلن‬ ۡ ‫ۡٱق َر ۡأ ِب‬
‫سنَ َما لَ ۡم يَعۡ َل ۡم‬ ِۡ
َ َٰ ‫ٱۡلن‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”
Ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad ketika beliau berada di
gua Hira‟ bertahannus. Kata iqra‟ dalam ayat pertama merupakan stressing
point yang memberikan isyarat motivasi pengembangan ilmu pengetahuan.
Membaca adalah langkah awal untuk mengetahui. Di samping surah al-„Alaq
di atas, perintah al-Qur`an untuk menggunakan akal manusia dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan ditemui dalam berbagai surah dengan
redaksi kata-kata yang berbeda. Al-Qur`an memerintahkan manusia untuk
untuk mengkaji ayat-ayat Allah baik yang qurany maupun yang kauny.

12
Darlis, “Motivasi Pengembangan Ilmu Pengetahuan.”

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penjelasan hadist dan ayat Al-Qur’an tentang kewajiban menuntut ilmu
yang menjadi tujuan pembahasan dalam penelitian ini disajikan menurut susunan
kerang berpikir yang mencakup pandangan umum tentang kewajiban menuntut
ilmu, hadis tentang kewajiban menuntut ilmu, dan bagaimana etika menuntut
ilmu. Berdasarkan pandangan umum tentang kewajiban menuntut ilmu diketahui
bahwa menuntut ilmu adalah salah satu bagian terpenting bagi kehidupan
manusia, tanpa adanya ilmu manusia tidak akan bisa berkembang. Menuntut ilmu
juga dianggap sebagai titik tolak dalam menumbuhkan kesadaran dalam bersikap.
Ilmu ialah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang diperoleh melalui
metode penelitian, tentang perilaku sosial, budaya, maupun gejala alam yang
dapat diukur maupun diamati. Menuntut ilmu dalam pandangan Islam bukan
hanya ajakan saja, akan tetapi telah menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat
Islam.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan oleh karena
itu, diharapkan adanya keritikan dan saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan penulisan makalah ini. Dan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah yang bersangkutan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Apnilelawati, N. (2022). Motivasi Dalam Pendidikan Al-Qur’ An Dan
Hadits. Prosiding Universitas Dharmawangsa, 2, 35-44.

Darani, N. P. (2021). Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Perspektif Hadis. Jurnal


Riset Agama, 1(1), 133-144.

Darlis, A. (2017). Motivasi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif


Hadis Nabi. POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, 3(1), 1-28.

Djaali, (2013) Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, h. 101.

Khasanah, W. (2021). Kewajiban menuntut ilmu dalam Islam. Jurnal riset


agama, 1(2), 296-307.

Ramadhan, H., Matondang, S., & Khadijah, R. (2023). Kewajiban Menuntut Ilmu
dan Hakikat Pendidikan Perspektif Hadis. Kitabah: Jurnal Pendidikan Sosial
Humaniora, 1(2), 92-110.
Sardiman A.M, (2001) Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
grafindo Persada. h. 71. 4

13

Anda mungkin juga menyukai