Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN V
“Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkan”

Dosen Pengampu:
Dr. Hairul Saleh, M.Si

Disusun Oleh:
RAITA JULIAH (20882030..)
RIKA ELSAFITRI (2088203065)
SITI DEWI SURYANI (2088203081)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkan”.
Adapun tujuan daripada penyusunan makalah ilmiah ini adalah untuk menambah
wawasan, kreatifitas, ilmu pengetahuan pembaca dan untuk mempelajari lebih dalam lagi
tentang kewajiban menuntut ilmu, mengambangkan dan mengamalkannya. Selain itu,
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan V
yang diampu oleh Bapak Dr. Hairul Saleh, M.Si selaku dosen mata kuliah tersebut.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami selaku penyusun
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Kewajiban Menuntut Ilmu,
Mengembangkan dan Mengamalkan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Tangerang, 6 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
2.1 Dalil Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu..........................................................................5
2.2 Hadits-Hadits Keutamaan/Manfaat Menuntut Ilmu........................................................6
2.3 Adab dalam Menuntut Ilmu...............................................................................................7
2.4 Perintah Menuntut Ilmu.....................................................................................................7
2.5 Keutamaan Orang Yang Berilmu.......................................................................................9
2.6 Kedudukan Ulama dalam Islam.......................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................16
A. Kesimpulan............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak
dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal
Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan
jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang
menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-
citakannya.
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa
menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di
manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh
orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran
carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik. Menuntut ilmu dalam Islam
hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1).
Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah. Orang yang berilmu sangat dimuliakan oleh
Allah SWT dan akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
Sehingga Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan
martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya. Para ulama bagaikan lentera
penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa
petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang
yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana pandangan Islam tentang kewajiban menuntut ilmu?
2. Apa keutamaan orang yang berilmu?
3. Bagaimana kedudukan ulama dalam islam?

1.3 Tujuan

Untuk memahami perintah menuntut ilmu dalam islam, menjelaskan


keutamaan orang yang berilmu dalam islam dan mampu menjelaskan kududukan
Ulama dalam islam.
BAB II
PENJELASAN

2.1 Dalil Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

Dalil Al-Qur’an :

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman!Apabila dikatakan kepadamu,”Berilah kelapangan
didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang
berilmu beberapa derajat” (Q.S Al-Mujadalah ayat 11)

Artinya;
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi kemedan perang,
mengapa sebagian diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam ilmu pengetahuan
agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya” (QS. At-Taubah ayat :122)
Dari ayat 1 tersebut diatas, maka jelaslah bahwa menuntut ilmu adalah
merupakan perintah lansung dari Allah. karena orang yang menuntut ilmu akan
diangkat derajatnya oleh Allah beberapa derajat, sedangkan ayat yang ke 2
menjelaskan bahwa diwajibkan untuk menuntut ilmu agama dan kedudukan orang
yang menuntut ilmu harus mampu menjadi pengingat bagi orang yang tidak tau
masalah agama serta mampu menjaga diri dari hal-hal yang bisa menjerumuskan
kedalam lembah kenistaan.
Dalil Hadits :
Banyak hadits yang menjelaskan perintah kewajiban menuntut ilmu diantaranya
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
“Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu itu wajib
bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti
orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas” (HR.Ibnu
Majah)
Dari hadits tersebut diatas mengandung pengertian, bahwa mencari ilmu itu
wajib bagi setiap muslim, kewajiban itu berlaku bagi laki-laki maupun perempuan,
anak-anak maupun orang dewasa dan tidak ada alasan untuk malas mencari ilmu. Ilmu
yang wajib diketahui oleh settiap muslim adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata
cara peribadatan kepada Allah SWT. Sedangkan ibadah tanpa ilmu akan
mengakibatkan kesalahan-kesalahan dan ibadah yang salah tidak akan dapat diterima
oleh Allah. Sedangkan orang yang mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak
mengetahui atau tidak paham maka akan sia-sia. Maksudnya, ilmu itu harus
disampaikan sesuai dengan taraf berfikir si penerima ilmu, memberikan ilmu secara
tidak tepat diibaratkan mengalungkan perhiasan pada babi, meskipun babi diberikan
perhiasan kalung emas maka babi tetap kotor dan menjijikkan.

2.2 Hadits-Hadits Keutamaan/Manfaat Menuntut Ilmu


Apabila setiap orang Islam menyadari betapa pentingnya menuntut ilmu, maka
semua akan belomba-lomba mendapatkannya. Banyak mamfaat yang diperoleh oraang
yang menuntut ilmu diantaranya sebagai berikut :
1. Orang yang menuntut ilmu akan memperoleh pahala seperti orang yang berrjihad.
Hal ini sesuai dengan sabda rassulullah saw:
“Orang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada dijalan Allah sehingga ia
kembali kerumahnya”
Orang menuntut ilmu sejak keluar dari rumah sampai dia kembali kerumah, maka
ia termasuk orang yang berjuang dijalan Allah. Hal ini menunjukkan betapa besar
penghargaan Rasulullah saw terhadap orang yang bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu. apabila dia mati dalam keadaan menuntut ilmu, insyaAllah ia
termasuk golongan orang-orang yang mati syahid.

2. Menuntut ilmu mempunyai keutamaan lebih baik dari pada sholat seratus rakaat.
Hal ini sesuai sabda Rasulullah saw kepada Abu Zar sebagai berikut :
“Wahai Abu Zar, keluarmu dari rumah pada pagi hari untuk mempelajari satu
ayat dari kitab Allah, itu lebih baik dari pada engkau mengerjakan sholat seratus
rakaat” HR.Ibnu Majah
Orang yang menuntut ilmu meskipun hanya mempelajari satu ayat Al-Qur’an
kebaikannya melebihi dari pada orang yang sholat sunat seratus rakaat. Mengingat
demikian besarnya pahala menuntut ilmu, maka seharusnya umat islam harus
memiliki semangat belajar yang tinggi.
3. Orang yang suka mencari ilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga dan
dinaungi oleh para malaikat, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga, sesungguhnya para malaikat menaungkan
sayapsayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena senang terhadap apa
yang diperbuat”
Rasulullah saw memberikan motivasi kepada umat Islam agar tertarik pada ilmu
dan berusha untuk dimiliknya. Hadits tersebut diatas mengandung satu syarat dan
jawab. Syaratnya, kalau mau dimudahkan jalannya kesurga maka harus berusaha
untuk selalu menuntut ilmu, sedangkan jawabnya bahwa Allah pasti memudahkan
jalannya masuk kesurga kalau sudah melaksanakan apa yang telah diperintahkan.

2.3 Adab dalam Menuntut Ilmu


Agar proses belajar berjalan dengan baik sehingga kita mampu mendapatkan ilmu
yang bermamfaat dan mampu mengantarkan kita menjadi orang yang sukses didunia
dan selamat diakhirat kelak, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan antara lain.
1. Meluruskan Niat
Ketulusan niat bagi orang yang menuntut ilmu akan mengantarkan seseorang
berhasil dan sukses dalam menjalani kehidupannya nanti, karena segala sesuatu
yang bernilai ibadah itu tergantung dari niat dan tujuannya. Adapun niat dan tujuan
yang seharusnya dimiliki para penuntut ilmu dalam proses menuntut ilmu adalah :
- Melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasulullah saw.
- Memerangi kebodohan agar tidak dibodohi oleh orang lain
- Mempersiapkan masa depan yang lebih cerah dan terarah
- Membekali kehidupan akhirat agar bisa selamat dan khusnul khatimah

2. Hormat dan Santun Terhadap Guru


Memiliki rasa hormat dan bersikap santun terhadap guru adalah prilaku yang
harus dimiliki dalam menuntut ilmu. Guru adalah orang yang memberikan kita
ilmu, yang dengan ilmu itu kita akan menjadi orang mulia baik didunia maupun
diakhirat. Dan salah satu cara untuk memuliakan guru adalah bersikap hormat dan
santun kepadanya sebagai cerimanan sikap kerendahan hati. Sebagai mana sabda
Rasulullah :
“Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah
hatilah pada orang yang kamu belajar darinya”. HR.At-Tabrani.

3. Mengawali dan Mengakhiri dengan Do’a


Untuk mengawali sesuatu yang baik termasuk dalam hal ini menuntut ilmu maka
kita harus berdoa’a minimal dengan membaca basmalah dan mengahiri dengan
hamdalah. Rasulullah saw bersabda: “perkataan atau perkara yang mempunyai
nilai kebaikan, tetapi tidak dibuka dengan menyebut nama Allah, maka perkara
itu akan menjadi sia-sia” HR.Ahmad.
2.4 Perintah Menuntut Ilmu
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak
dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal
Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan
jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barang siapa yang
menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.
Jumhur ulama sepakat, tidak ada dalil yang lebih tepat, selain wahyu pertama
yang disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya Nabi Muhammad saw sebagai
landasan utama perintah untuk menuntut ilmu. Dijelaskannya pula sarana untuk
mendapatkannya, disertai bagaimana nikmatnya memiliki ilmu, kemuliaannya, dan
urgensinya dalam mengenal ke-Maha Agung-an Sang Khalik dan mengetahui rahasia
penciptaan serta menunjukkan tentang hakikat ilmiah yang tetap.
Sebagaimana firman-Nya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara
kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
(Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5).
Dalam ayat yang lain, Allah SWT: berfirman : “Katakanlah:“Adakah sama
orang-orang yang mengetahui (ilmu agama Islam) dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran”. (Q.S. Az Zumar [39]: 9).
Para mufasir menyimpulkan firman Allah di atas, bahwa : 1). Tidaklah sama
antara hamba Allah yang memahami ilmu agama Allah, yaitu yang menyadari dirinya,
memahami tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mentaati segala perintah dan larangan-
Nya, dengan orang-orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah, yang tidak mau
mempelajari ilmu agama Allah; 2). Hanya orang-orang yang berakal sehatlah yang
dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah.
Terkait hal tersebut, Rasulullah saw menandaskan bahwa menuntut,
memahami dan mendalami ilmu agama Islam itu, merupakan kewajiban utama setiap
muslim. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abi Sufyan r.a., ia mendengar
Rasulullah Saw telah bersabda: “siapa yang dikehendaki menjadi orang baik oleh
Allah, Allah akan memberikan kepahaman kepadanya dalam agama Islam”. (H.R.
Bukhari, Muslim).
Memahami ilmu agama akan membuat seorang muslim, baik dan benar dalam
beribadah kepada Allah SWT, jauh dari bid’ah atau hal-hal lain yang membatalkan
ibadah kita. Serta mampu membentengi diri dan keluarga dari aqidah berbahaya.
Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih
mengelompokannya dalam dua bagian, yaitu: Fardhu ‘ain dan Fardhu kifayah.
1. Fardhu ‘ain : adalah setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim tentang
Ilmu Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar, mu’amalahnya lurus
dan sesuai dengan yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla, yang tertuang dalam Al
Qur’an dan Sunah Nabi-Nya yang sahih. Inilah yang diperintahkan Allah dalam
firman-Nya, “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak)
Melainkan Allah”. (Q.S. Muhammad [47]: 19). Juga yang dimaksudkan oleh
Rasulullah Saw dalam haditsnya, “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”.
(H.R. Ibnu Majah). Pengertian mencari ilmu di sini, adalah mencari ilmu agama
Islam, hukumnya wajib bagi laki-laki dan perempuan;
2. Fardhu kifayah : adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan
mempelajari, menghafal, dan membahasnya. Misalnya spesialisasi dalam ilmu-
ilmu yang dibutuhkan umat Islam, seperti sistem pemerintahan, hukum,
kedokteran, perekonomian, dan lain-lain. Tapi jika sebagian dari mereka ada yang
mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya. Sedangkan jika
tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka semua menanggung resikonya.
Inilah yang diserukan Allah SWT dalam firman-Nya, “Tidak sepatutnya bagi
orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya”. (Q.S. At-Taubah [9]: 122).
Bahwa tidak ada jalan untuk mengenal Allah, meraih ridha-Nya serta
menggapai keuntungan dan kedekatan dengan-Nya, kecuali dengan ilmu. Ilmu
adalah cahaya yang dengannya Allah mengutus para Rasul, menurunkan kitab-
kitab, dan dengannya pula memberi petunjuk dari kesesatan dan kebodohan.
Dengan ilmu terungkaplah seluruh keraguan, khurafat dan kerancuan. (Q.S. Al
Maidah [5]: 15-16) dan (Q.S. Al-A’raf [7] : 157).
Allah SWT dan Rasul-Nya telah pula menentukan pedoman bagi kita
hingga akhir zaman, barangsiapa yang berpegang teguh kepada Al Qur’an dan As
Sunnah (Hadis) Sahih, tidak akan sesat selamanya. Sebagaimana firman Allah
SWT: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul(Nya),
dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rosul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya “. (Q.S. An Nisa [4] : 59). Dan
hadits nabi Saw. “…Sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu bagimu,
jikalau kamu berpegang teguh dengannya, maka kamu tidak akan sesat selamanya,
(yaitu) Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya”. (H.R. Hakim; at-Targhib,
1 : 60).
Banyak jalan untuk menuntut ilmu agama. Antara lain mengikuti majelis
taklim yang istiqomah mengkaji Al Qur’an dan As Sunnah sahih di berbagai
tempat dan media. Ilmu agama ada di Qur’an, Tafsir Qur’an, juga hadis-hadis
sahih, yang sudah diterjemahkan. Jika kita tidak memahami ilmu agama Islam,
bagaimana kita bisa tahu mana perintah dan larangan Allah? Bagaimana kita bisa
tahu ibadah yang kita lakukan itu sah dan diterima Allah? Tapi umat Islam juga
jangan sembarangan menimba ilmu. Salah-salah memilih sumber ilmu, maka kelak
ilmu yang dimiliki itu akan tersesat.
2.5 Keutamaan Orang Yang Berilmu
Manusia diciptakan dengan segala kesempurnaannya, dan Allah telah
memberikan akal yang sehat pada manusia untuk membedakannya dengan makhluk
hidup lainnya. Dan dengan akal tersebut manusia diwajibkan untuk mencari ilmu
pengetahuan dan memiliki ilmu pengetahuan dalam segala hal agar tidak tersesat
dalam menjalani kehidupan. Ilmu pengetahuan ibarat sebuah cahaya yang akan
menuntun manusia hingga mencapai tujuan penciptaan manusia menurut Islam. Ilmu
pengetahuan merupakan salah satu bekal abadi bagi manusia untuk mencapai sukses
dunia akhirat menurut Islam. Ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian yang dimiliki
seseorang, baik mengenai soal duniawi, akhirat, lahir, batin dan lainnya. Memillilki
ilmu pengetahuan sesungguhnya sangatlah penting bagi manusia, karena tanpa ilmu
pengetahuan hidup seseorang akan seperti tanpa arah dan berada dalam kegelapan atau
kejahiliyahan.
Hukum menuntut ilmu dalam Islam adalah wajib. Seperti yang dikatakan
dalam sebuah hadits: “Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim (baik muslimin
ataupun muslimah” (HR. Ibnu Majah)
Bagi seorang muslim ilmu pengetahuan sangatlah penting, karena di dalam
Islam, orang yang berilmu akan diangkat derajatnya dan dihormati. Ada beberapa
keutamaan berilmu dalam Islam yang perlu di ketahui oleh seorang muslim.
Keutamaan Berilmu Menurut Islam dan Dalilnya
Allah SWT. telah menjelaskan keutamaan orang-orang yang berilmu dalam
Islam melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits sebagai sumber pokok ajaran
Islam. Dan diantara keutamaan-keutamaan berilmu tersebut, berikut ada delapan
keutamaan berilmu menurut Islam :
1. Orang berilmu akan dimudahkan jalan menuju surga
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda : “Barang siapa yang
menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya
menuju surga” (HR. Muslim)
Maksud dari hadits tersebut adalah, orang-orang muslim yang berilmu akan
dimudahkan oleh Allah dalam menuju surga dikarenakan dengan Ilmu orang
muslim dapat beribadah dengan benar dan sesuai dasar hukum Islam. Dari hadits
tersebut dapat kita lihat, bahwa ilmu sangatlah penting bagi umat muslim dan
memiliki manfaat dalam kehidupan dunia akhirat.
2. Orang berilmu akan memiliki pahala yang mengalir
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda : “Jika seseorang
meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga hal. Sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak yang sholeh atau sholehah” (HR.
Muslim)
Maksud dari hadits tersebut adalah, ilmu yang mengandung kebaikan yang
diajarkan oleh seseorang kepada orang lain, kelak ilmu itu akan memberikan
pahala yang mengalir kepada orang yang mengajarkan ketika ia sudah meninggal
dunia.

3. Orang yang paling takut kepada Allah SWT. adalah orang yang berilmu
Dalam (QS. Fathir : 28), Allah berfirman :“Dan demikian pula diantara
manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang
bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-hamba Allah yang
takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha
Pengampun.”
Yang dimaksud ulama dalam ayat tersebut adalah mereka yang mengetahui
dan mengakui kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya. Dengan ilmu seseorang akan
lebih memahami hakikat diciptakannya kehidupan ini dan dari pengetahuan
tersebut seseorang akan melihat kuasa dan kebesaran Allah sebagai zat yang maha
pencipta,, dan orang berilmu akan merasa takut karena dia memiliki pengetahuan
akan kuasa dan kebesaran Allah SWT.

4. Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang berilmu


Di dalam (QS. Al-Mujadilah[11]: 58), Allah SWT berfirman: “Wahai
orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di
dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan”
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Allah telah menjanjikan akan
meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu.
Dan derajat orang yang berilmu akan terangkat, baik di hadapan Allah SWT
ataupun dimata manusia.

5. Orang yang berilmu adalah orang yang diberi kebaikan dan karunia oleh Allah
Dalam (HR. Bukhari dan Muslim) dari Mu’awiyah, Rasulullah SAW.
bersabda:“Barang siapa yang Allah kehendaki mendapatkan semua kebaikan,
niscaya Allah akan memahamkan dia tentang ilmu agama”
Dan dalam (QS. Al-Baqarah[2] : 269), Allah SWT. berfirman: “Allah
berikan Al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa
saja yang dia kehendaki. Dan barang siapa yang di anugerahi Al-Hikmah itu,
sungguh ia telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran(berdzikir) dari firman-firman Allah”

6. Orang berilmu mewarisi kekayaan Nabi


Dalam Shahihul Jam Al Albani dikatakan: “Ilmu adalah warisan para
Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dirham ataupun emas, akan tetapi
mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya maka ia telah
mengambil bagian yang banyak”
Maksudnya adalah, ilmu merupakan warisan Nabi dan barangsiapa yang
mecari ilmu dan menjadi orang yang berilmu maka kita telah mewarisi apa yang
para Nabi berikan.

7. Orang yang berilmu disejajarkan dengan para Malaikat


Dalam (QS. Ali Imran : 18), Allah berfirman: “Allah menyatakan
bahwasannya tidak ada Tuhan (yangberhak disembah) melainkan Dia, Yang
menegakan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu)”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan orang yang berilmu
setara dengan para Malaikat yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang layak
disembah selain Allah SWT.
8. Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu
Dalam (QS. Az-Zumar : 9), Allah berfirman: “Apakah kamu orang musyrik
yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan
sujud dan berdiri, karena takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?” sebenarnya hanya orang yang berakal
sehat yang dapat menerima pelajaran.
Dari beberapa dalil diatas dapat disimpulkan bahwa Islam dan ilmu
pengetahuan memiliki keterkaitan dan Islam menyuruh umatnya untuk menuntut
ilmu untuk semakin taat kepada Allah SWT.

2.6 Kedudukan Ulama dalam Islam


Tidak lah samar bagi seluruh kaum muslimin akan kedudukan dan derajat yang
tinggi dari para Ulama. Karena mereka berada di dalam kebaikan, mereka adalah
seorang panglima yang diikuti langkahnya, diikuti perbuatannya, diambil pendapat dan
persetujuan mereka.
Para Malaikat meletakkan sayap mereka sebagai bentuk keridhoan atas apa
yang mereka lakukan, seluruh makhluk memintakan ampun kepada Allah untuk
mereka, sampai-sampai ikan di lautan. Ilmu yang mereka miliki telah menyampaikan
mereka pada kedudukan terbaik dan derajat muttaqin, yang dengannya tinggilah
kedudukan dan derajat mereka. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

۟ ُ‫وا يَرْ فَع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءامن‬


‫وا ِمنكم‬ ۟ ‫وا فَٱن ُش ُز‬
۟ ‫ُوا يَ ْف َسح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ و َذا قِي َل ٱن ُش ُز‬ ۟ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسح‬
۟ ‫ُوا فِى ْٱلم ٰ َجلِس فَٱ ْف َسح‬
َ ِ ‫َِإ‬ ِ ِ َ ‫َ ِإ‬
َ‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُون‬ ۟ ُ‫ٌ وٱلَّ ِذينَ ُأوت‬
ٍ ‫وا ْٱل ِع ْل َم َد َر ٰ َج‬ َ

Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah : 11)

Al-Imam Abu Bakar Al-Ajurri rahimahullah berkata mengenai kedudukan


ulama, “para ulama lebih utama dibanding seluruh orang mukmin dalam setiap
waktu dan kesempatan, mereka ditinggikan dengan ilmu dan dihiasi oleh hikmah,
melalui mereka diketahuilah halal-haram, haq-batil, dan keburukan dari sesuatu yang
bermanfaat dan kebaikan dari sesuatu yang buruk. Keutamaan mereka sangat agung
dan kedudukan mereka sangatlah tinggi. Mereka adalah pewaris para Nabi dan
penyejuk pandangan para wali Allah. Ikan yang berada di lautan memintakan
ampunan untuk mereka, para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka sebagai bentuk
keridhaan untuk mereka. para ulama memberikan syafaat setelah para Nabi di hari
kiamat nanti, majlis mereka memberikan hikmah, orang-orang akan tercegah dari
kelalaian dengan perbuatan mereka, mereka adalah seutama-utama hamba dan
setinggi-tingginya jihad. Kehidupan mereka adalah ghanimah dan kematian
mereka adalah musibah. Mereka memperingatkan orang yang lalai dan mengajari
orang yang tidak tahu. Keburukan tidaklah membahayakan mereka dan kejahatan
tidaklah membuat mereka takut.” Sampai pada perkataan beliau, “mereka adalah
lentera yang menerangi para hamba, cahaya yang menyinari sebuah negeri,
pemimpin umat dan mata air hikmah. Mereka membuat setan marah dengan cara
menghidupkan hati-hati para pencari kebenaran dan memadamkan hati-hati para
pelaku penyimpangan. Permisalan mereka di dunia sebagaimana bintang-bintang
yang ada di langit yang dengannya manusia manusia dibimbing dari gelapnya daratan
dan lautan. Maka jika bintang-bintang hilang mereka akan bingung, namun jika
kegelapan pergi mereka akan melihat.” Sekian perkataan Syaikh rahimahullah, dan
atsar dari salaf yang semakna dengan ini banyak sekali.
Jika seorang ulama memiliki kedudukan dan derajat yang tinggi maka wajib bagi
orang-orang yang selain mereka untuk menjaga kehormatan dan mengetahui kedudukan
dan derajat mereka. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits,

“bukanlah bagian dari ummatku, seseorang yang tidak menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda, dan mengetahui hak-hak para ulama” Riwayat Ahmad
dengan sanad jayyid.

Seseorang wajib menjaga hak-hak para ulama baik ketika mereka masih hidup
maupun sudah meninggal, baik ketika mereka ada maupun tidak ada dengan hati yang
penuh cinta dan penghormatan, dengan lisan yang penuh dengan pujian dan sanjungan,
dengan semangat berbekal ilmu mereka dan mengambil faidah dari ilmu mereka dan
beradab dengan adab dan akhlak mereka. Seorang yang mencaci-maki, mencela, dan
memfitnah mereka, maka mereka telah melakukan sebesar-besar dosa dan seburuk-buruk
penghinaan.
Para ulama adalah nahkoda di dalam perahu keselamatan, pemandu di pantai
yang tenang, dan penerang di tengah gelap gulita.

۟ ‫ُوا ۖ َو َكا ُن‬


َ ‫وا ِبـَٔا ٰ َي ِت َنا يُوقِ ُن‬
‫ون‬ ۟ ‫ص َبر‬
َ ‫ون ِبَأ ْم ِر َنا لَمَّا‬
َ ‫َو َج َع ْل َنا ِم ْن ُه ْم َأِئم ًَّة َي ْه ُد‬

Artinya: Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-
ayat Kam
Mereka adalah hujjah Allah di atas muka bumi, mereka lebiih mengetahui
ilmu yang dapat membuat manusia cinta kepada Allah dan perkara yang dapat
memperbaiki urusan dunia dan akhirat seorang muslim dengan apa yang datang dari
Allah berupa ilmu, dan dengan apa yang dapat menumbuhkan kecintaan mereka kepada
Allah melalui pemikiran dan pemahaman. Dengan ilmu yang mendalam mereka
memberikan fatwa, dengan pemikiran yang jitu mereka memutuskan sebuah perkara, dan
dengan pandangan yang tajam mereka memberikan hukum. Hukum-hukum tersebut tidak
dijatuhkan secara serampangan, mereka tidak menggoncangkan barisan kaum muslimin
sehingga tercerai-berai, mereka tidak tergesa-gesa mengeluarkan fatwa tanpa penelitian
dan pengkajian lebih dalam, dan tidak pula meremehkannya ataupun melampaui batas,
mereka tidak menyembunyikan kebenaran dari manusia dengan cara menyombongkan
diri dihadapan mereka.

Oleh karena itu, Allah memerintahkan untuk menjawab seruan dan bertanya
kepada mereka bukan pada selainnya. Hal ini banyak terdapat di dalam Al-Qur’an,

‫ُول َوِإلَ ٰ ٓى ُأ ۟ولِى ٱَأْل ْم ِر ِم ْنهُ ْم لَ َعلِ َمهُ ٱلَّ ِذينَ يَ ْست َۢنبِطُونَهۥُ ِم ْنهُ ْم‬ ۟ ‫ف َأ َذاع‬
ِ ‫ُوا بِ ِهۦ ۖ َولَوْ َر ُّدوهُ ِإلَى ٱل َّرس‬ ِ ْ‫ۗ وَِإ َذا َجٓا َءهُ ْم َأ ْم ٌر ِّمنَ ٱَأْل ْم ِن َأ ِو ْٱل َخو‬

‫م ٱل َّش ْي ٰطَنَ ِإاَّل قَلِياًل‬œُ ُ‫َولَوْ اَل فَضْ ُل ٱهَّلل ِ َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمتُ ۥهُ ٱَلتَّبَ ْعت‬

Artinya : “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul
dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau
tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan,
kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)” (QS. An Nisa: 83).
Di dalam ayat ini terdapat pelajaran tentang adab bagi seorang mu’min, bahwa
bila datang perkara yang penting, maslahat umum, yang berkaitan dengan rasa aman,
keburukan yang ditimbulkan orang lain, dan ketakutan yang berbentuk musibah, wajib
bagi mereka untuk mengokohkan hati kaum mu’minin, tidak terburu-buru
menyebarkannya, namun mereka harus menceritakan hal tersebut kepada
Rasulallah Shalallahu’alaihi wa Sallam dan ulil amri diantara mereka yang di dalamnya
terdapat ulama, penasehat, cendekiawan, dan orang bijak yang mengetahui berbagai
perkara dan kemaslahatan bagi orang lain serta kemadharatan bagi mereka. Siapa yang
bersandar kepada pendapat mereka, akan selamat. Dan siapa yang menentang mereka,
akan tertimpa madharat dan dosa. Ibnu Mas’ud Radiyallahu’anhu berkata,

“akan datang perkara-perkara syubhat, maka kalian wajib mempersiapkan diri untuk
melawannya. Jika kalian menjadi pengikut perkara yang baik, maka kalian akan menjadi
seorang yang baik. Begitu pula sebaliknya.”

Di antara tanda-tanda rusaknya seseorang adalah jauhnya dari para ulama yang
berilmu, meninggalkan fatwa-fatwa para ulama yang berkompeten, dan tidak percaya
dengan para ahli fikih yang ahli di bidangnya. Ketika sekelompok umat meninggalkan
para ulama, mereka seakan-akan sekelompok manusia yang berada di padang pasir yang
tandus dan tanah yang gersang tanpa seorangpun pemimpin yang menasehati dan seorang
pembimbing yang menunjukkan jalan. Maka perkara mereka akan hancur dan berakhirlah
perkara tersebut kepada kerugian.

Para ulama adalah sandaran umat, tempat meminta nasehat dan petunjuk. Bila
mereka tidak ada, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai panutan, padahal
mereka berfatwa tanpa ilmu dan menunjuki manusia tanpa pemahaman yang benar. Oleh
sebab itu, merebaklah kerancuan dalam berfikir lalu besarlah lubang dan tenggelamlah
kapal tersebut. Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata,

“kalian wajib memiliki ilmu sebelum yang memilikinya dicabut dari dunia (mati). Kalian
wajib memiliki ilmu, karena kalian tidak tahu kapan mereka akan pergi dari sisi kita, lalu
kalian akan menemukan sekelompok manusia yang beranggapan bahwa mereka
mengajak manusia untuk berpegang teguh kepada Al-Qur’an, padahal mereka
meninggalkannya di belakang punggung-punggung mereka. Oleh karena itu, berhati-
hatilah terhadap perbuatan bid’ah, berpura-pura fasih, dan berpura-pura mendalami
agama ini. Namun wajib bagi kalian untuk berakhlak mulia”.
Saya memohon kepada Allah dengan nama-namanya yang husna dan sifat-sifat-Nya
yang ulya agar memberkahi ilmu kami, memberikan taufik kepada kami dalam
mengambil faidah dari mereka dan jalan mereka, dan semoga Allah memberikan hidayah
kepada kita semua menuju jalan yang sama, yaitu surga.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan
tidak akan ada kecuali dengan ilmu. . Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah
dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan
yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh
jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya. Menuntut
ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua
bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah.
Ilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya:
1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya.
2. Menjadi saksi terhadap kebenaran.
3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta
ditambahkan ilmu.
4. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu.
5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT.
6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar.
7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang.
8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga.
9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada ahli ilmu.
10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu

Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama, serta
tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan mereka
sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh perbuatan dan
pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara
kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai
kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-
orang yang bertaqwa. Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan
martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://laere.wordpress.com/2018/04/03/kewajiban-menuntut-ilmu-mengembangkan- dan-
mengamalkannya/. Di Akses pada Tanggal 11/02/2020 Pukul 16.30 WIB

https://asbarsalim009.blogspot.com/2015/03/kewajiban-menuntut-ilmu-
mengembangkan.html. Di Akses pada Tanggal 11/02/2020 Pukul 17.00 WIB

https://tafsirq.com. Akses pada Tanggal 11/02/2020 Pukul 15.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai