Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU, MENGEMBANGKAN DAN


MENGAMALKANNYA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam Interdisipliner

Dosen Pengampu : Ust. Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H

Disusun Oleh :

Dhani Tri Hidayat (1900010121)


Herdi Yudha Rahman (1900010122)
Mayang Sekar Palupi (1900010137)
Muhammad Arsy R. G. P (1900010150)
Intan Masyithah (1900010176)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang ”Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkan” dengan baik tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis menyadari bahwa dalam analisis maupun penyajian, makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu segala komentar, kritik, dan saran yang membangun maupun
tanggapan dari semua pihak sebagai bahan masukan sangat dibutuhkan untuk perbaikan
makalah ini dan menjadi makalah yang baik ke depannya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ”Kewajiban Menuntut Ilmu,


Mengembangkan dan Mengamalkannya” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Yogyakarta, 03 April 2022

Penyusun,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat........................................................................................................................ 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
2.1 Pengertian Ilmu dan Menuntut Ilmu ........................................................................... 5
2.2 Pengertian Menuntut Ilmu ........................................................................................... 5
2.3 Perintah Menuntut Ilmu Dalam Islam ......................................................................... 6
2.4 Keutamaan Orang Berilmu Dalam Islam .................................................................... 8
2.5 Manfaat Menuntut Ilmu ............................................................................................ 11
2.6 Adab dalam Menuntut Ilmu ...................................................................................... 12
2.7 Kewajiban Mengamalkan Ilmu ................................................................................. 13
2.8 Kedudukan Ulama Dalam Islam ............................................................................... 14
BAB III .................................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 17
3.2 Saran ...................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan
tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan
sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang
paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan
tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya. Sebagai umat muslim
(orang yang beragama Islam) kita memerlukan belajar secara teratur (long live education).
Belajar dalam Islam bertujuan agar kita dapat ilmu untuk hidup di dunia dan memperoleh
bekal untuk di akhirat. Hal-hal penting tentang ilmu yang harus kita pelajari nantinya akan
berpengaruh dan InsyaAllah dapat menjadi pegangan kita selama hidup di dunia yaitu
dengan ilmu kita dapat mencari nafkah untuk kebutuhan hidup. Mencari ilmu merupakan
kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan baik.
Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan,
orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai
manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih
baik.

Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih
mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah. Orang yang
berilmu sangat dimuliakan oleh Allah SWT dan akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
Islam dianggap sebagai agama pemersatu bangsa dan agama Islam sebagai rahmatan lil
alamin. Kita sebagai umat muslim akan menjadi orang yang merugi bila tidak menuntut
ilmu. Sebab Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : “Tuntutlah ilmu meskipun sampai
ke negeri Cina”. Sabda nabi tersebut menunjukkan bahwa ilmu sangatlah berharga. Ilmu
yang kita miliki baru akan berharga bila sudah diamalkan di jalan Allah. Dengan demikian
kita akan mampu meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah SWT. Sehingga Dengan
ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya, menjadi agung dan mulia
kehormatannya. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara
kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai
kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang

3
yang bertaqwa. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk mengangkat judul makalah
“Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkannya”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud ilmu dan menuntut ilmu?


2. Bagaimana perintah menuntut ilmu dalam Islam?
3. Bagaimana keutamaan orang yang berilmu dalam Islam?
4. Apa saja manfaat menuntut ilmu dalam Islam?
5. Bagaimana Adab dalam menuntut ilmu dalam Islam?
6. Bagaimana kewajiban mengamalkan ilmu dalam Islam?
7. Bagaimana kedudukan Ulama dalam Islam?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian ilmu dan menuntut ilmu.


2. Untuk memahami perintah menuntut ilmu dalam Islam.
3. Untuk menjelaskan keutamaan orang yang berilmu dalam Islam.
4. Untuk mengetahui apa saja manfaat menuntut ilmu dalam Islam.
5. Untuk mengetahui adab dalam menuntut ilmu dalam Islam.
6. Untuk mengetahui kewajiban mengamalkan ilmu dalam Islam.
7. Untuk menjelaskan kududukan Ulama dalam Islam.

1.4 Manfaat

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berbagai pihak, diantaranya :

1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kewajiban
menuntut ilmu, mengembangkan dan mengamalkannya.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru dan tambahan pustaka mengenai
kewajiban menuntut ilmu, mengembangkan dan mengamalkannya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu dan Menuntut Ilmu

A. Pengertian Ilmu

Secara bahasa pengertian ilmu adalah lawan kata bodoh/jahil, sedang secara istilah
berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkaplah segala hakikat yang secara sempurna.
Secara istilah syar’i pengertian ilmu yaitu, ilmu yang sesuai dengan amal, baik amalan hati,
lisan maupun anggota badan dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ibnu Munir berkata:
“Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan perbuatan, keduanya tidak akan bernilai kecuali
dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena ilmu merupakan
pembenar niat, sedangkan amal tidak akan diterima kecuali dengan niat yang benar.” Dalam
pengertian lain “ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan apa yang bisa didapat, ilmu adalah
kunci untuk membuka pintu kebaikan kesuksesan, kunci untuk menjawab pertanyaan dan
masalah di dunia.”

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan ilmu merupakan sesuatu yang
penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia
bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah baik secara lisan (perkataan), maupun berupa
perbuatan (anggota badan). Tanpa ilmu kesuksesan tidak pernah ditemukan, karena ilmu
merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seperti kebutuhan manusia akan oksigen untuk
bernapas.

2.2 Pengertian Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah
tingkah laku dan perilaku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan
jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Menuntut ilmu merupakan ibadah
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. Artinya: “Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang
Islam laki-laki dan perempuan.” Mu’adz bin Jabbal berkata: “Tuntutlah ilmu, karena
mempelajari ilmu karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa khasyyah,
mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah jihad,
mengajarnya untuk keluarga adalah taqarrub.” Dengan demikian perintah menuntut ilmu

5
tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling diharapkan ialah terjadinya
perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap, dan
perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.

2.3 Perintah Menuntut Ilmu Dalam Islam

Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan
tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai
kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat
dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan
menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.

Jumhur ulama sepakat, tidak ada dalil yang lebih tepat selain wahyu pertama yang
disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW sebagai landasan utama
perintah untuk menuntut ilmu (Salim, 2015). Dijelaskannya pula sarana untuk
mendapatkannya, disertai bagaimana nikmatnya memiliki ilmu, kemuliaannya, dan urgensinya
dalam mengenal ke-Maha Agung-an Sang Khalik dan mengetahui rahasia penciptaan serta
menunjukkan tentang hakikat ilmiah yang tetap. Sebagaimana firman-Nya : “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
(Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5).

Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga berfirman : “…Katakanlah : “ Adakah sama
orang-orang yang mengetahui (ilmu agama Islam) dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S.
Az Zumar [39]: 9).

Para mufasir menyimpulkan firman Allah di atas, bahwa : 1). Tidaklah sama antara
hamba Allah yang memahami ilmu agama Allah, yaitu yang menyadari dirinya, memahami
tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mentaati segala perintah dan larangan-Nya, dengan orang-
orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah, yang tidak mau mempelajari ilmu agama Allah;
2). Hanya orang-orang yang berakal sehatlah yang dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari
tanda-tanda kekuasaan Allah. Terkait hal tersebut, Rasulullah saw menandaskan bahwa
menuntut, memahami dan mendalami ilmu agama Islam itu, merupakan kewajiban utama
setiap muslim.

6
Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih
mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah.

1). Fardhu ‘ain, adalah setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim tentang Ilmu
Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar, mu’amalahnya lurus dan sesuai
dengan yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla, yang tertuang dalam Al Qur’an dan Sunah Nabi-
Nya yang sahih. Inilah yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya, “Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak) Melainkan Allah”. (Q.S. Muhammad [47]: 19). Juga
yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw dalam haditsnya, “ Mencari ilmu itu wajib bagi setiap
muslim”. (H.R. Ibnu Majah). Pengertian mencari ilmu di sini, adalah mencari ilmu agama
Islam, hukumnya wajib bagi laki-laki dan perempuan.

2). Fardhu kifayah adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan mempelajari,
menghafal, dan membahasnya. Misalnya spesialisasi dalam ilmu-ilmu yang dibutuhkan umat
Islam, seperti sistem pemerintahan, hukum, kedokteran, perekonomian, dan lain-lain. Tapi jika
sebagian dari mereka ada yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya.
Sedangkan jika tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka semua menanggung
resikonya.

Disebutkan pula dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada
3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah
ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah
dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang
adil)

Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda :

“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada
orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang
menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan beberapa
permata, dan emas. (H.R. Ibnu Majah,Al-Baihaqi, Anas bin Malik dan lain lain serta Al-
Mundiri 28/1)

7
Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”. Dalam
hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah menyuruh
kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru tetap dikejar. Dalam kitab
“ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut terlebih dahulu adalah ilmu
haal yaitu ilmu yang seketika itu pasti digunakan dan diamalkan bagi setiap orang yang sudah
baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru
mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lainya.

Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama adalah orang
islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR. Ibnu
Majah). Maksud hadis tersebut adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu
kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dibanding
sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti
menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam
orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.

2.4 Keutamaan Orang Berilmu Dalam Islam

Ilmu merupakan suatu fadilah dan kemuliaan yang diberikan kepada siapa saja yang
dikehendaki oleh Allah SWT. Orang yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT memiliki
ilmu yang banyak maka dia sesungguhnya telah mendapatkan suatu anugrah dan manfaat yang
besar sekali dengan ilmunya tersebut. Karena dengannya, dia dapat mengetahui dan memahami
makna dari hidup ini secara benar dan hakiki. Tidaklah sama perumpamaan orang yang
mengetahui dengan yang tidak mengetahui, atau kata lainnya yaitu orang yang pintar dengan
orang yang bodoh, sebagaimana tidaklah sama orang yang hidup dengan orang yang mati. Ilmu
merupakan cahaya dan petunjuk bagi manusia yang dapat mengeluarkannya dari kegelapan
dan kesempitan dunia ini. Disamping itu ilmu juga sebagai akses utama untuk menuju ridho
Allah SWT, dengan nya Allah SWT mengangkat derajat orang yang berilmu dengan kemuliaan
yang banyak sekali. Allah swt berfirman : “niscaya Allah akan meninggikan orang- orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Al-Mujadalah : 11).

Ilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya:

1. Orang berilmu akan dimudahkan jalan menuju surga.


Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda :

8
“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah
mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)
Maksud dari hadits tersebut adalah, orang-orang muslim yang berilmu akan
dimudahkan oleh Allah dalam menuju surga dikarenakan dengan Ilmu orang muslim
dapat beribadah dengan benar dan sesuai dasar hukum Islam.
2. Orang berilmu akan memiliki pahala yang mengalir.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda :
“Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga hal.
Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak yang sholeh atau sholehah.”
(HR. Muslim)
Maksud dari hadits tersebut adalah, ilmu yang mengandung kebaikan yang diajarkan
oleh seseorang kepada orang lain, kelak ilmu itu akan memberikan pahala yang
mengalir kepada orang yang mengajarkan ketika ia sudah meninggal dunia.
3. Orang yang paling takut kepada Allah SWT adalah orang yang berilmu.
Dalam (QS. Fathir : 28), Allah berfirman :
“Dan demikian pula diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-
hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-
hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha
Perkasa, Maha Pengampun.”
Yang dimaksud ulama dalam ayat tersebut adalah mereka yang mengetahui dan
mengakui kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya. Dengan ilmu seseorang akan lebih
memahami hakikat diciptakannya kehidupan ini dan dari pengetahuan tersebut
seseorang akan melihat kuasa dan kebesaran Allah sebagai zat yang maha pencipta, dan
orang berilmu akan merasa takut karena dia memiliki pengetahuan akan kuasa dan
kebesaran Allah SWT.
4. Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang berilmu.
Di dalam (QS. Al-Mujadilah[11] : 58), Allah SWT. berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”

9
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Allah telah menjanjikan akan meninggikan
derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu. Dan derajat orang
yang berilmu akan terangkat, baik di hadapan Allah SWT. ataupun dimata manusia.
5. Orang yang berilmu adalah orang yang diberi kebaikan dan karunia oleh Allah.
Dalam (HR. Bukhari dan Muslim) dari Mu’awiyah, Rasulullah SAW. bersabda :
“Barang siapa yang Allah kehendaki mendapatkan semua kebaikan, niscaya Allah
akan memahamkan dia tentang ilmu agama.”
Dan dalam (QS. Al-Baqarah[2] : 269), Allah SWT. berfirman :
“Allah berikan Al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada
siapa saja yang dia kehendaki. Dan barang siapa yang di anugerahi Al-Hikmah itu,
sungguh ia telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran(berdzikir) dari firman-firman Allah.”
6. Orang berilmu mewarisi kekayaan Nabi.
Dalam Shahihul Jam Al Albani dikatakan : “Ilmu adalah warisan para Nabi, dan para
Nabi tidaklah mewariskan dirham ataupun emas, akan tetapi mereka mewariskan ilmu.
Barang siapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”
Maksudnya adalah, ilmu merupakan warisan Nabi dan barangsiapa yang mecari ilmu
dan menjadi orang yang berilmu maka kita telah mewarisi apa yang para Nabi berikan.
7. Orang yang berilmu disejajarkan dengan para Malaikat.
Dalam (QS. Ali Imran : 18), Allah berfirman :
“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yangberhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu).”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan orang yang berilmu setara dengan
para Malaikat yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang layakk disembah selain Allah
SWT.
8. Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu.
Dalam (QS. Az-Zumar : 9), Allah berfirman :
“Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah
pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada azab akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sebenarnya hanya orang
yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (dalamislam.com, n.d.)

10
Dari beberapa dalil diatas dapat disimpulkan bahwa Islam dan ilmu pengetahuan
memiliki keterkaitan dan Islam menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu untuk semakin taat
kepada Allah SWT.

2.5 Manfaat Menuntut Ilmu

Apabila setiap orang Islam menyadari betapa pentingnya menuntut ilmu, maka semua
akan belomba-lomba mendapatkannya. Banyak manfaat yang diperoleh orang yang menuntut
ilmu diantaranya sebagai berikut :

1. Orang yang menuntut ilmu akan memperoleh pahala seperti orang yang berjihad. Hal
ini sesuai dengan sabda Rassulullah SAW
“Orang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada dijalan Allah sehingga ia kembali
kerumahnya”
Orang menuntut ilmu sejak keluar dari rumah sampai dia kembali kerumah, maka ia
termasuk orang yang berjuang dijalan Allah. Hal ini menunjukkan betapa besar
penghargaan Rasulullah SAW terhadap orang yang bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu. apabila dia mati dalam keadaan menuntut ilmu, insyaAllah ia termasuk
golongan orang-orang yang mati syahid.
2. Menuntut ilmu mempunyai keutamaan lebih baik dari pada sholat seratus rakaat. Hal
ini sesuai sabda Rasulullah SAW kepada Abu Zar sebagai berikut :
“Wahai Abu Zar, keluarmu dari rumah pada pagi hari untuk mempelajari satu ayat
dari kitab Allah, itu lebih baik dari pada engkau mengerjakan sholat seratus rakaat”
HR.Ibnu Majah
Orang yang menuntut ilmu meskipun hanya mempelajari satu ayat Al-Qur’an
kebaikannya melebihi dari pada orang yang sholat sunat seratus rakaat. Mengingat
demikian besarnya pahala menuntut ilmu, maka seharusnya umat islam harus memiliki
semangat belajar yang tinggi.
3. Orang yang suka mencari ilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga dan dinaungi
oleh para malaikat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya
jalan ke surga, sesungguhnya para malaikat menaungkan sayap- sayapnya kepada
orang yang menuntut ilmu karena senang terhadap apa yang diperbuat”
Rasulullah saw memberikan motivasi kepada umat Islam agar tertarik pada ilmu dan
berusha untuk dimiliknya. Hadits tersebut diatas mengandung satu syarat dan jawab.

11
Syaratnya, kalau mau dimudahkan jalannya kesurga maka harus berusaha untuk selalu
menuntut ilmu, sedangkan jawabnya bahwa Allah pasti memudahkan jalannya masuk
kesurga kalau sudah melaksanakan apa yang telah diperintahkan.

2.6 Adab dalam Menuntut Ilmu

Agar proses belajar berjalan dengan baik sehingga kita mampu mendapatkan ilmu yang
bermamfaat dan mampu mengantarkan kita menjadi orang yang sukses didunia dan selamat
diakhirat kelak, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan yaitu :

1. Meluruskan Niat
Ketulusan niat bagi orang yang menuntut ilmu akan mengantarkan seseorang berhasil
dan sukses dalam menjalani kehidupannya nanti, karena segala sesuatu yang bernilai
ibadah itu tergantung dari niat dan tujuannya. Adapun niat dan tujuan yang seharusnya
dimiliki para penuntut ilmu dalam proses menuntut ilmu adalah :
• Melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasulullah saw.
• Memerangi kebodohan agar tidak dibodohi oleh orang lain
• Mempersiapkan masa depan yang lebih cerah dan terarah
• Membekali kehidupan akhirat agar bisa selamat dan khusnul khatimah
2. Hormat dan Santun Terhadap Guru
Memiliki rasa hormat dan bersikap santun terhadap guru adalah prilaku yang harus
dimiliki dalam menuntut ilmu. Guru adalah orang yang memberikan kita ilmu, yang
dengan ilmu itu kita akan menjadi orang mulia baik didunia maupun diakhirat. Dan
salah satu cara untuk memuliakan guru adalah bersikap hormat dan santun kepadanya
sebagai cerimanan sikap kerendahan hati. Sebagai mana sabda Rasulullah :
“Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada
orang yang kamu belajar darinya”. (HR. At-Tabrani)
3. Mengawali dan Mengakhiri dengan Do’a
Untuk mengawali sesuatu yang baik termasuk dalam hal ini menuntut ilmu maka kita
harus berdoa’a minimal dengan membaca basmalah dan mengahiri dengan hamdalah.
Rasulullah saw bersabda:
“perkataan atau perkara yang mempunyai nilai kebaikan, tetapi tidak dibuka dengan
menyebut nama Allah, maka perkara itu akan menjadi sia-sia” (HR. Ahmad)

12
2.7 Kewajiban Mengamalkan Ilmu

Banyak orang menuntut ilmu yang tidak diamalkan, ilmunya menjadi sia-sia hanya
digunakan untuk menunjukan kehebatan dan keutamaan dirinya, serta untuk tujuan yang
berbau keduniaan. Amalkan ilmumu bila engkau ingin selamat dari adzab Allah. Dalam
mengamalkan ilmu kita harus memperhatikan hal-hal berikut, diantaranya :

1. Jangan melihat tempat dan waktu dalam mengamalkan ilmu


2. Meskipun sedikit amalkan ilmumu,
Dikisahkan, sesungguhnya Al-Junaid setelah meninggal dunia ada seorang yang
bermimpi bertemu dia, lalu ia bertanya kepada Al-Junaid : “Wahai Abu Qasim (imam
junaid), bagaimana keadaanmu setelah meninggal? Al – Junaid menjawab, ”Aduh …
kebaikan yang aku lakukan hilang semuanya, dan seluruh isyarah amal-amal itu juga
hilang tidak ada manfa’atnya sedikitpun, kecuali beberapa rakaat yang aku lakukan di
tengah malam”. Keterangan Al- Junaid membuktikan bahwa derajat seseorang disisi
Allah itu tidak dilihat dari banyaknya ilmu yang dipelajari dan dikuasai, melainkan
dilihat dari pengamalannya. Meskipun ilmunya sedikit lalu diamalkan itu lebih baik
dan berarti dari pada memiliki ilmu yang banyak tetapi tidak diamalkan.
3. Janganlah menunggu masa tua dalam mengamalkan ilmu.
4. Jangan beranggapan ilmu itu bisa mengangkat derajat mu bila tanpa diamalkan.
Ali RA berkata : “Barang siapa menyangka bahwa tanpa jerih payah beribadah dirinya
bisa mencapai derajat yang tinggi, itu berarti dia mengharapkan perkara yang sulit
datangnya. Barang siapa menyangka bahwa dengan menyepelekan ibadah dirinya bisa
mencapai derajat tinggi, itu menunjukan kesombongan dirinya (ia sudah merasa cukup
amal ibadahnya)”
Al Hasan berkata : “Mencari surga tanpa beramal adalah suatu dosa,dari jenis dosa-
dosa yang lain”
Nabi Isa bersabda: “Orang yang mempelajari suatu ilmu tetapi tidak mau
mengamalkannya, bagaikan seorang wanita yang berbuat zina ditempat tersembunyi,
lalu ia hamil dan perut wanita itu semakin besar, yang akhirnya ketahuan dia hamil.
Begitu juga dengan orang yang tidak mau mengamalkan ilmunya, pada hari kiamat
nanti Allah akan memperlihatkan dia dihadapan semua makhluk yang hadir di
Makhsyar”

13
2.8 Kedudukan Ulama Dalam Islam

Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama, serta
tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan mereka sebagai
teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh perbuatan dan pemikiran mereka.
Para ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin
yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-
orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa. Dengan ilmunya
para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya, menjadi agung dan mulia
kehormatannya.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang


tidak mengetahui?” (QS. az-Zumar: 9) Dan firman-Nya Azza wa Jalla:

“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(QS. al-Mujadilah: 11)

Diantara keutamaannya adalah para malaikat akan membentangkan sayapnya karena


tunduk akan ucapan mereka, dan seluruh makhluk hingga ikan yang berada di airpun ikut
memohonkan ampun baginya. Para ulama itu adalah pewaris Nabi, dan sesungguhnya para
Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyala ilmu, dan
pewaris sama kedudukannya dengan yang mewariskannya, maka bagi pewaris mendapatkan
kedudukan yang sama dengan yang mewariskannya itu. Di dalam hadits Abi Darda
radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa
yang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan
menuju surga. Sesungguhya para malaikat akan membuka sayapnya untuk orang yang
menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang
yang alim akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga

14
ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti
keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para
Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka
wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sesungguhnya ia
telah mendapatkan bagian yang paling banyak.” (Shahih, HR Ahmad (V/196), Abu Dawud
(3641), at-Tirmidzi (2682), Ibnu Majah (223) dan Ibnu Hibban (80/al-Mawarid).

Para ulama telah mewarisi ilmu yang telah dibawa oleh para Nabi, dan melanjutkan
peranan dakwah di tengah-tengah umatnya untuk menyeru kepada Allah dan ketaatan kepada-
Nya. Juga melarang dari perbuatan maksiat serta membela agama Allah. Mereka berkedudukan
seperti rasul-rasul antara Allah dan hamba-hamba-Nya dalam memberi nasehat, penjelasan dan
petunjuk, serta untuk menegakkan hujjah, menepis alasan yang tak berdalih dan menerangi
jalan. Muhammad bin al-Munkadir berkata, “Sesungguhnya orang alim itu perantara antara
Allah dan hamba-hamba-Nya, maka perhatikanlah bagaimana dia bisa masuk di kalangan
hamba-hamba-Nya.”

Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Manusia yang paling agung kedudukannya adalah yang
menjadi perantara antara Allah dengan hamba-hamba-Nya, yaitu para Nabi dan ulama.” Sahl
bin Abdullah berkata, “Barangsiapa yang ingin melihat majlisnya para Nabi, maka hendaklah
dia melihat majelisnya para ulama, dimana ada seseorang yang datang kemudian bertanya,
‘Wahai fulan apa pendapatmu terhadap seorang laki-laki yang bersumpah kepada istrinya
demikian dan demikian?’ Kemudian dia menjawab, ‘Istrinya telah dicerai.’ Kemudian datang
orang lain dan bertanya, ‘Apa pendapatmu tentang seorang laki-laki yang bersumpah pada
istrinya demikian-demikian?’ Maka dia menjawab, ‘Dia telah melanggar sumpahnya dengan
ucapannya ini.’ Dan ini tidak dimiliki kecuali oleh Nabi atau orang alim. (maka cari tahulah
tentang mereka itu).” Maimun bin Mahran berkata, “Perumpamaan seorang alim disuatu
negeri itu, bagaikan mata air yang tawar di negeri itu.”

Jikalau para ulama memiliki kedudukan dan martabat yang tinggi seperti itu, maka
wajib atas orang-orang yang awam untuk menjaga kehormatan serta kemuliaannya. Dari
Ubadah bin Ashomit radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda, “Bukan termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, tidak
menyayangi yang lebih muda, dan tidak tahu kedudukan ulama.” Dan di antara hak para ulama
adalah mereka tidak diremehkan dalam hal keahlian dan kemampuannya, yaitu menjelaskan
tentang agama Allah, serta penetapan hukum-hukum dan yang semisalnya dengan mendahului

15
mereka, atau merendahkan kedudukannya, serta sewenang-wenang dengan kesalahannya, juga
menjauhkan manusia darinya atau perbuatan-perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang
jahil yang tidak tahu akan kedudukan dan martabat para ulama (tenri02.blogspot.com, 2015).

Berbeda dengan manusia pada umumnya, Allah SWT menempatkan ulama dalam
kedudukan yang mulia. Sedikitnya, Alquran menggambarkan ulama dalam empat hal :

1. Ulama adalah orang yang berkedudukan tinggi di dunia dan akhirat. Allah SWT
berfirman, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS al-Mujadilah: 11).
2. Ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah SWT. "Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama." (QS Fathir: 28).
Setiap orang yang lebih berilmu tentang Allah SWT maka dialah orang yang lebih
banyak takut kepada-Nya. Rasa takut menjadikannya menahan diri dari kemaksiatan
dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Zat yang ia takuti. Hal ini sejalan
dengan firman Allah dalam surah an-Naziat ayat 40.
3. Ulama adalah orang yang paling peduli terhadap umat. “Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar serta beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran: 110).
4. Ulama adalah orang yang memiliki pandangan jauh ke depan, sehingga ulama dapat
membaca akan terjadinya fitnah. Allah SWT mengabarkan tentang Qarun yang
melampaui batas dan umat pada masa itu terfitnah dengannya. “Maka keluarlah Qarun
kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki
kehidupan dunia: Semoga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan
kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”
(QS al-Qashash: 79).

Adapun sikap ulama disebutkan pada ayat selanjutnya, “Berkatalah orang-orang yang
dianugerahi ilmu: Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh
orang-orang yang sabar.” (Rahman, 2020)

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan
tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai
kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat
dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu).
Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah.
Ilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya: Orang berilmu akan dimudahkan jalan menuju
surga, Orang berilmu akan memiliki pahala yang mengalir, Orang yang paling takut kepada
Allah SWT adalah orang yang berilmu, Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang
berilmu, Orang yang berilmu adalah orang yang diberi kebaikan dan karunia oleh Allah, Orang
berilmu mewarisi kekayaan Nabi, Orang yang berilmu disejajarkan dengan para Malaikat, serta
Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu.

Adapun manfaat menuntut ilmu yaitu 1) Orang yang menuntut ilmu akan memperoleh
pahala seperti orang yang berjihad, 2) Menuntut ilmu mempunyai keutamaan lebih baik dari
pada sholat seratus rakaat, 3) Orang yang suka mencari ilmu akan dimudahkan jalannya menuju
surga dan dinaungi oleh para malaikat. Agar proses belajar berjalan dengan baik, maka ada
beberapa adab dalam menuntut ilmu antara lain meluruskan niat, hormat dan santun terhadap
guru, serta mengawali dan mengakhiri dengan do’a. Banyak orang menuntut ilmu yang tidak
diamalkan, ilmunya menjadi sia-sia maka amalkan ilmumu bila engkau ingin selamat dari
adzab Allah.

Para ulama itu adalah pewaris Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan
dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu, dan samar bagi setiap muslim
akan kedudukan ulama dan tokoh agama, serta tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan
mereka dalam hal kebaikan mereka sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta
dicontoh perbuatan dan pemikiran mereka.

3.2 Saran
Sebagai seorang muslim kita sudah semestinya bersungguh-sungguh dalam menuntut
ilmu, karena dalam islam orang yang berilmu itu sangat di muliakan dan akan diangkat
derajatnya oleh Allah SWT.

17
DAFTAR PUSTAKA

dalamislam.com. (n.d.). 8 Keutamaan Berilmu Dalam Islam. Dalamislam.Com. Retrieved


April 3, 2022, from https://dalamislam.com/info-islami/keutamaan-berilmu-dalam-islam

Rahman, D. (2020). Kedudukan Ulama. Republika.Id.


https://www.republika.id/posts/10783/kedudukan-ulama

Salim, A. (2015). Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkannya.


Asbarsalim009.Blogspot.Com/. https://asbarsalim009.blogspot.com/2015/03/kewajiban-
menuntut-ilmu-mengembangkan.html

tenri02.blogspot.com. (2015). Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan


Mengamalkannya. Tenri02.Blogspot.Com.
https://tenri02.blogspot.com/2015/10/kewajiban-menuntut-ilmu-mengembangkan.html

18

Anda mungkin juga menyukai