Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AGAMA ISLAM

IMAN, ILMU, DAN AMAL

Dosen Pengampu: Eva Iryani, SPd, M.Pd.I

Disusun oleh:

MUQSITA RAHMAT E10017022


FANNY SOPHIA PYLUSTA B E10017157
ANJAS MARA E10017204
LASMAN E10017084

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “IMAN, ILMU, DAN AMAL”.
Ucapan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan
dalam pengerjaan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, mengharapkan kritik dan saran untuk
membangun kami dalam menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaat dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat materi makalah ini pada makalah-makalah berikutnya.

                                                                   Jambi,  Oktober 2017

                                                                                             
Penyusun 

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
1.4 Manfaat………………................................................................................ 2

BAB2 PEMBAHASAN
A. KONSEP DAN KEMULIAAN ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM…… 3
B. INTEGRASI IMAN, ILMU DAN AMAL……………………………………………….. 5
C. PARADIGMA HUBUNGAN AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN……… 6
D. BAGAIMANAKAH DAMPAK IMAN DAN AMAL DALAM KEHIDUPAN…………
12

BAB3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 13
3.2 Saran..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu sesuatu yang sering diutamakan. Tidak dipelihara dengan baik. Kadang ilmu
hanya dijadikan sesuatu yang nisbi. Ada tapi tidak ada atau Tidak ada tetapi ada? Tetapi yang
pasti adalh ilmu itu satu kewajiban yang tidak boleh di pertikai karena terdapat bukti dan dalil
yang pasti semua mengetahuinya.Akhir-akhir ini satu fenomena yang ditemui, yang membuat
kita ketahui bahawa kadang-kadang seseorang tidak faham dengan ilmu yang dipelajarinya.
Untuk apa ilmu itu digunakan? Akan bagaimana bila mengamalkan ilmu itu? Fenomena
klasik, tapi tetap membuat kita tidak habis berfikir.Belajar, mencari ilmu kadang di jadikan
formula belaka. Karena barulah, harga diri, atau bahkan desakan dari pihak orang lain, orang
tua, suami, isteri, desakan majikan ,dan lain-lain lagi. Pada akhirnya ilmu tidak meresapi
dalam diri. Tidak meninggalkan bekas. Bahkan mungkin, tidak menjadikan diri lebih baik.

Amal merupakan satu aplikasi yang hasil dari gabungan ilmu dan iman kerana kebenaran
iman dapat di lihat amal soleh seseorng .Allah bersumpah demi sesungguhnya manusia itu rugi andai
beriman tanpa amal Allah SWT berfirman, "Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (Surah Al-Asr : 1-3).“Allah
tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa
iman”…. [HR. Ath-Thabrani] Berdasarkan bukti dan dalil di atas tidak sempurna iman dan ilmu
seseorng itu melainkan dengan disulami dengan amal yang terhasil kefahaman dari ilmu ,dan
penyatuan yang hadir hasil penyaksian bahawa ianya benar dan hasilnya , anggota badan itu yang
bergerak demi merealisasikan ilmu dan iman dengan amal nya .

Persoalan iman, ilmu, dan amal merupakan persoalan inti dalam Islam. Iman adalah
panduan hidup untuk terus berhubungan dengan Allah SWT. Ekspresi iman dalam Islam
diwujudkan dalam berbagai amal praktis. Satu diantaranya adalah melalui ekspresi sains. Di
sini iman memberikan panduan kepada manusia mengenai konsep realitas yang harus
diimani. Dan jalan untuk mengetahui realitas yang dapat diimani itu adalah melalui pintu
ilmu. Sebagai akibatnya, dan tampaknya tidak bisa dihindari, maka eksplorasi ilmiah dengan
dasar iman menjadi tradisi Islam yang akhirnya memberikan manfaat yang besar bagi umat
manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Dapat membedakan konsep iman, ilmu, dan amal?
2. Mengetahui hubungan antara iman, ilmu, dan amal?

1.3 Tujuan
Dalam mempelajari makalah ini, kita dapat melihat konsep iman, ilmu, dan amal.
Serta mengetahui apa itu integrasi iman, ilmu, dan amal. Dan dapat menjelaskan apa itu
hubungan antara iman, ilmu, dan amal.

1.4 Manfaat
Manfaat dari mempelajari makalah ini ialah, dapat menerapkan iman, ilmu, dan
amal. Dikehidupan sehari-hari. Mengerti tentang pemahaman iman, ilmu, dan amal.
Menyelaraskan hubungan antara iman, ilmu, dan amal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DAN KEMULIAAN ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM


Kata “ilmu” yang dipakai dalam Bahasa Indonesia merupakan derivasi dari Bahasa
Arab, ‘alima, ya’lamu, ‘ilman|’ilmun, yang berarti mengerti, memahami benar-benar.
Dalam Bahasa Inggris ilmu disebut dengan science, dari Bahasa Latin Scientia
(pengetahuan) – Scire (mengetahui). Pengertian ilmu sebagaimana yang terdapat dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Dalam Islam, “ilmu” (yang aslinya adalah Bahasa Arab) memiliki cakupan yang lebih
luas dari sains dalam istilah Barat, Karena meliputi yang luas yang tidak saja mecakup hal-
hal yang empiric (inderawi) saja melainkan juga pada hal-hal yang non-empirik seperti
pengetahuan agama, misalnya ilmu-ilmu keakhiratan sebagaimana yang disebut Jujun
diatas. Maka dalam tradisi Islam sendiri kita mengenal istilah seperti, ilmu fiqh, ilmu
kalam, ilmu tauhid (ketuhanan), ilmu tentang surga dan neraka dan sebagainya.
Berdasarkan teori ilmu tersebut, ilmu dibagi menjadi dua cabang besar. Pertama,ilmu
tentang Allah AWT, dan kedua ilmu tentang makhluk-makhluk ciptaan Allah
SWT.Melahirkan ilmu-ilmu tafsir, hadits, fiqh, dan metodologi atau ushul al-fiqh dalam arti
umum. Ilmu-ilmu kealaman –dengan menggunakan metode ilmiah- termasuk ke dalam
cabang ilmu kedua ini. Pengertian yang terakhir inilah, tegas Ibn Taimiyah, yang sering
dimaksudkan oleh para pakar ilmu modern, yakni ilmu pengetahuan yang didasarkan atas
prosedur metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur mendapatkan –termasuk
pengetahuan agama- yang kemudian disebut ilmu. Metode ilmiah mengatakan bahwa
untuk memperoleh pengetahuan yang benar adalah dengan melakukan langkah berikut:
logico-hypotetico-verificatif. Maksudnya mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian
ajukan hipotesis (berdasarkan logika itu), kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu
secara empiris, atau sebagai perkawinan yang berkesinambungan antara deduksi dan
induksi.
Dalam Islam, Ilmu/sains menempati posisi yang sangat mulia. Kemuliaan ilmu ini
ditandai dengan perintah Allah SWT untuk menuntut ilmu. Bahkan sejak pertama Adam
diciptakan, Allah SWT telah mengajarkannya ciri-ciri hokum yang berkenaan dengan alam
raya, sebagaimana dijelaskan oleh firman-Nya dalam Al-Quran surat Al-Baqarah/2 ayat 31
yang artinya “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman
“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang
benar!”

3
Menurut Quraish Shihab yang dimaksud dengan nama-nama (asma) pada ayat
tersebut adalah sifat, ciri, dan hokum sesuatu. Ini berarti bahwa manusia berpotensi
mengetahui rahasia alam raya.
Potensi manusia untuk mengetahui sifat, ciri dan hukum sesuatu, atau kemampuan
manusia untuk berpengetahuan dan mengolah ilmu jelas merupakan anugerah terbesar
yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk yang
lain. Dengan potensi yang diberikan tersebut, wajarlah bilamana dikatakan bahwa Allah
SWT adalah guru manusia yang pertama dan karena itu ilmu pada dasarnya adalah baik,
karena asal ilmu itu hanyalah dari Allah SWT.
Penting artinya ilmu pengetahuan mendapat justifikasi langsung dari agama Islam.
Sebab agama ini mengajarkan bahwa salah satu dari sifat Tuhan itu adalan “’Alim (Maha
Mengetahui” dan untuk bias mendekatkan diri kepada Zat Yang Maha Tahu ini, maka salah
satu jalan utamanya adalahdengan ilmu. Karena itulah, sangat relevan dan masuk akal
sekali ketika Islam pertama kali diwahyukan, Allah SWT memulainya dengan satu
pembukaan yang sangat mengagumkan, yaitu Iqra; (QS Al-‘Alaq: 1-5).
Menurut Quraish Shihab, iqra’ diambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari
menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami,
mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak, karena Al-Quran,
menurut Quraish Shihab, menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan
tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah,
telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah,
maupun diri sendiri, yang tertulis maupun tidak.
Perintah Allah SWT agar manusia melakukan eksplorasi ilmu tidak berhenti pada
perintah Iqra’ saja. Dalam banyak ayat Al-Quran, Allah SWT menantang manusia dengan
argumentasi-argumentasi ilmiah, dan kemudian ditutup dengan pernyataan dalam bentuk
tanya; afala ta’qilun (mengapakan kalian tidak menggunakan akal, afala tatafakkarun
(mengapakah kalian tidak berfikir), afala tubshirun (mengapakan kalian tidak melihat) dan
sebagainya.
Allah SWT hendak menegaskan bahwa orang yang berilmu sama sekali tidak sama
dengan orang yang tidak berilmu. Sebab orang yang berilmu memiliki derajat dan prestise
yang lebih tinggi satu paket dengan sikap beriman. Allah SWT berfirman dalam surat Al-
Mujadalah ayat 11:
“…Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.’
Dalam Islam menuntut ilmu adalah bukti pengabdian kepada Allah SWT. Ilmu adalah
kunci untuk memahami petunjuk Allah SWT melalui tanda-tanda (ayat) yang diberikan.
Dengan kata lain, tidak sempurna ibadah seseorang jika tidak dibarengi oleh ilmu. Sebab
itulah menuntut ilmu dalam Islam hukumnya adalah wajib (fardu), sebagaimana dikatakan
dalam hadits Nabi Muhammad SAW:
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan.

4
Jika demikian adanya, maka tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak belajar.
Istilah wajib belajar dalam Islam tidak saja mengandung pengertian bahwa ilmu itu wajib
untuk dikejar, tetapi lebih dari itu kewajiban itu juga terkait dengan bentuk pengabdian
kepada Allah SWT Yang Maha Alim.

B. INTEGRASI IMAN, ILMU DAN AMAL


Bagi seorang Muslim, iman adalah bagian terpenting dalam kehidupan dan
kesadaran beragamnya. Menurut Nurcholish Madjid, iman itu melahirkan tata nilai
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (rabbaniyah), yaitu tata nilai yang dijiwai oleh
kesadaran bahwa hidup manusia itu berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan (Inna
lillah wa inna ilaihi raji’un), “Sesungguhnya kita berasal dari Tuhan dan kita akan
kembali kepada-Nya”; maka Tuhan adalah asal dan tujuan seluruh makhluk.
Iman itu terkait erat dengan amal. Sebab iman itu sifatnya abstrak dan hal itu perlu
direalisasikan dalam amal praktis agar iman itu dapat bernilai dan bermanfaat. Dengan
kata lain, amal itu merupakan tuntutan langsung dari iman yang spiritual. Tidak ada iman
tanpa amal, dan demikian pula sia-sialah amal tanpa iman. Bukankah komponen iman itu
meliputi “deklarasi” dengan lisan (taqrir bi al-lisan), “affirmasi” dengan hati (tashdiq bi al-
qalb) dan “realisasi” dengan amal (‘amal bi al-arkan bil jawarih).
Selain dua kesadaran tersebut, masih ada satu lagi bentuk kesadaran seorang
muslim, yang bersama dengan kesadaran keimanan dan amal-perbuatan membentuk
segitiga pola hidup yang kukuh dan benar, yaitu keilmuan. Antara iman dan amal ditengahi
oleh ilmu, sehingga ilmu menjadi kesadaran sentral. Sehingga amal sebagai perwujudan
iman belum bisa terlaksana dengan baik jika tidak didasari oleh ilmu.
Sebagaimana telah disinggung diatas, pandangan Islam mengenai ilmu ini adalah
karena adanya perintah Tuhan, langsung maupun tidak langung, kepada manusia untuk
berfikir, merenung, menalar, dan sebagainya. Banyak sekali seruan dalam kita suci Al-
Quran kepada manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran dikaitkan dengan
peringatan, gugatan, atau perintah supaya ia berfikir, merenung, dan menalar. Namun
sampai di manakah pertautan antara iman dan ilmu itu terwujud dalam kenyataan?
Apakah memang terdapat korelasi antara iman dan pengembangan ilmu?
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini sering dilontarkan sehubungan dengan kondisi
umat Islam sekarang berkenaan dengan usaha pengembangan ilmu. Banyak orang yang
merasa skeptic bahwa dalam pentas global saat ini umat Islam tidak mampu memberikan
sumbangan yang berarti dalam rangka soal pengembangan ilmu pengetahuan,
dibandingkan dengan umat lainnya terutama bila berhadapan dengan dunia Barat yang
Yahudi-Kristen. Dalam pengajian-pengajian maupun pengajaran Islam dengan mudah
seorang pengajar menunjukkan sejumlah nash Al-Quran dan hadits, sebagaimana yang
dilakukan diatas, yang mengindikasikan dukungan yang sangat kuat terhadap ilmu. Namun
dalam kenyataanya umat Islam sekarang ini seolah-olah tidak mempunyai peran apa apa
dalam dunia ilmu pengetahuan. Benarkah Islam seperti itu adanya?

5
Menurut Nurcholish Madjid, ciri utama masyarakat Islam masa lalu adalah semangat
keterbukaanya. Semangat keterbukaan itu, menurutnya adalah wujud nyata rasa keadilan
yang diembang umat Islam sebagai “umat menengah” (umatan washatan). Islam memiliki
dasar-dasar sebagai “agama terbuka” sehingga di saat yang sama melahirkan “masyarakat
yang terbuka.”
Dasar keimanan Islam itu memberi kemantapan dan keyakinan kepada diri sendiri
yang sungguh besar. Dengan dasar iman yang tak tergoyahkan itu seorang Muslim merasa
mantap dana man, bebas dari rasa takut dan khawatir dan khawatir. Juga karena imannya,
ia tidak pernah menderita rasa rendah diri berhadapan dengan orang atau bangsa lain,
betapapun hebatnya orang atau bangsa lain itu.
Karena kemantapan dan kepercayaan kepada diri sendiri yang hebat itulah, menurut
Nurcholish Madjid, orang-orang Muslim klasik, sesuai dengan tugas mereka sebagai
“kelompok penengah” (umatan washatan) dan “saksi untuk Tuhan” (syuhada’a ‘ala Allah
SWT) secara adil selalu menunjukkan sikap dan pandangan positif kepada orang dan
bangsa lain, bebas dari rasa takut yang tak beralasan.

C. PARADIGMA HUBUNGAN AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN


Hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan sebenarnya merupakan kajian
filsafat ilmu yang bernama “epistemology” atau teori tentang ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan perlu di Islamisasi, alasan kenapa ilmu pengetahuan perlu di Islamisasi
adalah
Pertama, Islam tidak mengenal pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum. Iman,
ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Kedua, pada kenyataanya, di Barat telah terjadi pemisahan yang sangat ekstrem
antara ilmu dan agama sebagai akibat dari adanya sekularisasi segala bidang, termasuk
pada sekularisasi ilmu dana gam.
Ketiga, akibat sekularisasi yang terjadi di dunia Barat berpengaruh luas pada
kesadaran mengenai konsep ilmu yang sekuler yang kenyataanya tidak dapat dihindari
mewarnai seluruh kesadaran umat manusia mengenai konsep ilmu, termasuk oleh dunia
Islam.
Munculnya pemisahan (sekularisasi) antara ilmu dan agama merupakan akibat
pertentangan antara kaum agamawan dan ilmuwan di Eropa yang disebabkan oleh sikap
radikal kaum agamawan Kristen yang hanya mengakui kebenaran dan kesucian Kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sehingga siapa saja yang mengingkarinya dianggap
kafir dan berhak mendapatkan hukuman.

6
Dalam dunia modern sekarang ini sains merupakan karunia tak tertandingi sepanjang
zaman bagi bagi kehidupan manusia dalam menghadapi segala tuntutan dan
perkembangannya.Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil
aplikasi sains jelas memberikan kesenangan bagi kehidupan lahirian manusia secara
luas.Islamisasi pengetahuan berusaha supaya umat Islam tidak begitu saja meniru metode-
metode dari luar (Barat) dengan cara mengembalikan pengetahuan itu pada pusatnya,
yaitu tauhid. Menurut Ismail Raji al-Faruqi, selama umat Islam tidak mempunyai
metodologi sendiri, umat Islam akan selalu berada dalam bahaya. Kesatuan kebenaran
yang satu. Oleh karena itu, langkah-langkah yang harus dilakukan menurut al-Faruqi
sebagaimana dikutip oleh Khudori Soleh.
a. Kesatuan (Keesaan) Tuhan, bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT yang menciptakan dan
memelihara alam semesta.
b. Kesatuan ciptaan, bahwa semua yang ada dalam semesta ini, baik yang fisika materil
maupun yang non-fisik atau non-materil, adalah kesatuan yang integral.
c. Kesatuan kebenaran dan pengetahuan. Bahwa semua realitas memiliki sumber yang
sama, yakni berasal dari Tuhan, dan oleh karena itu maka kebenaran itu seharusnya
tidak lebih dari satu.
d. Kesatuan hidup. Menurut al-Faruqi, kehendak Tuhan terdiri dari dua macam; (1) Berupa
hukum alam (sunnatullah) dengan segala aturannya yang memungkinkannya untuk
diletiti dan diamati, yaitu materi; (2) Berupaya hukum moral yang harus dipatuhi, yaitu
agama, Kedua hukum ini berjalan seiring-seirama, sehingga tidak ada pemisahan antara
yang bersifat spiritual dan material, antara jasmani dan rohani.
e. Kesatuan manusia. Tata social Islam, menurut al-Faruqi, adalah universal, mencakup
seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Sehingga Islam mengecam sikap etnosentrisme,
karena hal ini akan mendorong eksklusifisma yang dapat menimbulkan konflik antar
kelompok.
Tujuan dari Islamisasi ilmu ini adalah untuk merespon ilmu pengetahuan modern
(Barat) yang sekluaristik dan Islam yang terlalu religious, dan disatukan dalam model yang
utuh dan integral tanpa ada pemisahan antara keduanya. Caranya adalah dengan
melakukan langkah-langkah berikut:
1. Penguasaan terhadap disiplin-disiplin modern.
2. Penguasaan terhadap khazanah atau warisan keilmuan Islam.
3. Penerapan ajaran-ajaran tertentu dalam Islam yang relevan ke setiap wilayah ilmu
pengetahuan modern.
4. Pencarian jalan bagi sintesa kreatif antara khazanah atau tradisi Islam dengan ilmu
pengetahuan modern.
5. Peluncuran pemikiran Islam pada jalur yang memandu pemikiran tersebut ke arah
pemenuhan kehendak Ilahiyah.

7
Di dalam Islam, ilmu menjadi dasar untuk mengkaji dan mencari rahasia dan
kebesaran Tuhan, untuk mengagungkan Zat Tuhan. Ilmu digunakan untuk sebesar besarnya
kemaslahatan dan kesejahteraan umat, memberikan kemanfaatan kepada kebutuhan dan
segala aspek kehidupan manusia. Ilmu digunakan untuk menaga dan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Oleh karena itu kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi harus diiringi dengan kemantapan iman dan takwa.
Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal Secara Terperinci

Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi
kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam
agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan
iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap
rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu
tentang tata cara ibadah dan pengamalanya.
Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat
menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati. Akidah
sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman,  yaitu iman
kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan
takdir.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas
ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim  menjadi
kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada diri muslim, sebab
eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya.
Hubungan Iman dan Ilmu

Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Serta
dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan perintah
Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga tidak menyimpang
dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara memahaminya adalah dengan selalu
mempelajari agama (Islam).
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan
ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat
terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan
untuk membuat kerusakan.

8
Hubungan Iman dan Amal
Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang beriman
kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh. Iman dan
Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu
dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman tanpa Amal Sholeh juga
dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan
keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan keislamannya. Iman
dan Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal
sholeh yang menunjukkan nilai nilai keislaman.
Hubungan Amal dan Ilmu   
Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah
pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari
dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang
berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang itu berilmu maka ia
harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu
juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya
tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi
dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal.
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur’an sangat kental dengan nuansa–
nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam
ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut
ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggi
dihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas
kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan
yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan
bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang
kokoh. Ilmu, iman dan amal shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.
Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya,“Allah tidak
menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa
iman”  [HR. Ath-Thabrani]Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib
atas setiap muslim”  [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu ketika
seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, “Wahai Rasulullah,
amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?”. Beliau Saw.
menjawab: “Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya” [HR.
Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan
kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu
ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb,
itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR. At Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-
ilmu) sehingga ia mengamalkan ilmunya.” [HR. Ibnu Hibban].

9
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan pertanyaan:
”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw : “Ilmu
Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi
maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw : ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala
! ” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi
“Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang
Ilmu !” Jawab Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah (berguna)
bila disertai dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila
disertai kejahilan tentang Allah”[HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas].Kejahilan adalah kebodohan
yang terjadi karena ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap
orang menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka
diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya … QS.[10]:9.
Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah penyambung antara
keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana kaedah
pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. bahwasanya iman adalah sebuah
tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di amalkan bilarkan Dengan itu di simpulkan
bahawa kita jangan memisah ketiga komponen yang telah kita perhatikan tadi (iman,ilmu
dan amal) karena pemisahan setiap komponen menjadikan islam itu janggal.
Bagaimana Menyeimbangkan Antara Iman, Ilmu dan Amal.
1.Kaitan antara iman, ilmu dan amal

Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera,
bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi
dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 –
3 ).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika
perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran
Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan
perbuatan.

Sumber ilmu menurut ajaran Islam :

Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat cepat
yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt “Qur’aniyah”
Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk berpikir dan
menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat Allah “Kauniyah”
Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah swt
dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam Q.S. Al Mujadalah : 11. Yang isinya
bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu pengetahuan
dan beriman kepada Allah swt , orang yang beriman diangkat kedudukannya karena selalu
taat melaksanakan perintah Allah swt  dan rasulnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat
kedudukannya karena dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain.
10
Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu menerangi
orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya, karena dapat
memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak mengerjakan
seperti dalam Q.S. Ash – Shaf : 3 yang menerangkan bahwa orang alim dan pandai
hendaknya menjadi contoh dan teladan bagi orang lain.Dibawah naungan dan lindungan
Allah swt. Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, rodak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya.

2.Hubungan antara iman, ilmu dan amal dalam kehidupan.

Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal yang
keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan dengan
mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap, terikat
dengan wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu
pengetahuan dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat
kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannya
bersifat nisbi.

Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan


umat dan mengembangkan agama islam agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh 
masyarakat.Tiga macam kewajiban ilmu pengetahuan bagi orang mukmin:

1.Menuntut ilmu, walaupun sampai ke negeri cina.


2.Mengamalkannya
3.Mengajarkan kepada orang lain tanpa pilih kasih

Kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yanbg ditekankan adalah dalam bidang


agama,karena agama merupakan sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia.Allah juga memberikan tuntunan agar motifasi dan niat belajar serta menuntut
ilmu itu hanya semata-mata karena Allah SWT.Seperti di QS Al-Alaq:1-5. Alasan mencari
ilmu yang motifasinya harus wajib karena Allah SWT :

1.Karena ilmu yang dicari itu bermanfaat baik di dunia maupun di akherat
2.Ada kesungguhan bagi yang menuntutnya karena dorongannya hanya satu yaitu perintah
Allah SWT
3.Tidak akan kecewa berat apabila tujuannya tidak tercapai karena semuanya telah diatur
oleh Allah yang maha Bijaksana.

Menurut HR.Al-Baihaqi,”Betapa wajib dan pentingnya hubungan sinerki antara


iman,ilmu,dan amal perbuatan,sehingga mencari ilmu dalam kondisi apapun dalam
orang mukmin merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan serta dalam
mengamalkannya yang dilandasi iman karena Allah SWT.

11
D. BAGAIMANAKAH DAMPAK IMAN DAN AMAL DALAM KEHIDUPAN

Ada kalanya, usaha bebas itu baik dan sesuai dengan keimanan, ada kalanya tidak baik dan
bertentangan dengan arah keimanan, usaha baik akan berpengaruh positif dalam memperkokohkan
iman dan menerangi hati. Sedangkan usaha buruk akan menyebabkan lemahnya iman dan gelapnya
hati.P e r l u k a m i u l a n g b a h w a i m a n a d a l a h k o n d i s i j i w a y a n g ti m b u l a t a s
d a s a r    pengetahuan dan kecenderungan. Iman ini menuntut sang mu’min agar bertekat
dan berkehendak secara global untuk komitmen pada konsekuensi–konsekuensinya, jugadituntut
agar melakukan perbuatan yang sesuai dengan imannya. Oleh karena itu seseorang yang
mengetahui hakekat sesuatu, namun bermaksud tidak mengamalkankonsekuensinya dari
pengetahuan itu, sebenarnya ia belum beriman kepada sesuatuitu. Begitu pula orang yang ragu
untuk mengamalkannya.Faktor paling penting dan paling mendasar untuk menggapai bahagia
adalah:“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki–laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanyakehidupan yang baik dan 
sesungguhnya akan kami beri balasan kepada merekadengan pahala yang lebih baik dari apa yang
mereka telah kerjakan.” (QS: An–Nahl:97).Alhasil dalam ayat ini Allah SWT memberitakan dan
menjanjikan yang
dapat bagi orang yang dapat mengumpulkan antara iman dan amal shaleh untuk mendapatkan
kehidupan yang baik di dunia ini dan balasan yang baik pula diduniadan akhirat

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Iman,ilmu, dan amal sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia.Bagaimana
terjadinya ilmu sangat tergantung pada iman dan amal yang dikerjakan.Adapun
hubungan yang terjadi diantara ketiganya yaitu: hubungan iman dan ilmu, hubungan iman
dan amal, hubungan amal dan ilmu.

3.1 Saran
Kami sangat menyarankan agar makalah kami ini menjadi reverensi penunjang
belajar mahasiswa dalam mata kuliah agama islam,kami juga sangat mengharapkan agar
sebagai insan manusia yang mempunyai akal dan pikiran dapat mengerti dan memahami
makna serta hubungan dari iman,ilmu,dan amal.Kami tahu bahwasanya makalah ini
kurang dari kata sempurna mungkin kiranya kritik dan saran dapat diberikan kepada kami
dalam pengerjaan laporan kedepannya.   

13
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen MPK-PAI Universita Jambi ,(2017),Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter
Buku Daras Untuk Mahasiswa Muslim PTU,Jakarta,Referensi

http://inafauzia95.blogspot.co.id/2015/05/epilogimanilmu-dan-amal-sebagai-pilar.

htmlw.scribd.com/doc/51502076/HUBUNGAN-ANTARA-ILMU-IMAN-DAN-AMAL-staiqod

14

Anda mungkin juga menyukai