Membentuk Manusia Muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya
pada diri sendiri, berdisiplin, bertanggung jawab, cinta tanah air, memajukan serta
mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, beramal menuju terwujudnya
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT serta menghasilkan sdm yang
handal.
ikrar yang dipegang teguh oleh pelajar yang bersekolah di sekolah muhammadiyah dan juga
anggota serta aktivis ikatan pelajar muhammadiyah. Janji pelajar muhammadiyah dibuat di
Muktamar Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan telah mengalami beberapa revisi. Janji Pelajar
Muhammadiyah saat ini sebagaimana yang sudah sering diikrarkan oleh para pelajar
Muhammadiyah adalah sebagaimana yang termaktub dalam Keputusan Induk Muktamar
XVII IPM nomor VI-SK/A.2/PP.IPM-006/2010. Janji pelajar muhammadiyah berisi prinsip-
prinsip yang harus dijalankan pelajar selama menuntut ilmu. Tersusun dari 6 butir, yang
memiliki hirarki secara tidak langsung.
Seperangkat unsur dan keseluruhan komponen yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas yang berhubungan dengan kader dan kaderisasi di
Muhammadiyah. Salah satu jalur perkaderan adalah melalui jalur Ortom, seperti halnya
IPM. Organisasi Otonom (ortom) Muhammadiyah adalah jalur penting untuk memasok
kader-kader muda yang kelak dapat menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna anam
usaha Muhammadiyah.
1. Politik
Realitas politik, terutama politik Islam, sebelum berdirinya Muhammadiyah sangat
dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda melalui
perwakilannya yaitu Snouck Hurgronje. Snouck Hurgronje yang menjabat sebagai penasihat
pemerintah belanda dalam hal urusan pribumi di Indonesia, memberikan sedikit kelonggaran
terhadap perkembangan Islam daripada periode sebelumnya.
namun, hal itu dianggap belum cukup bagi tokoh pendiri Muhammadiyah. Sehingga kondisi
ini dianggap tidak adil dan diperlukan perubahan melalui pembentukan organisasi
Muhammadiyah.
2. Sosial-budaya
masyarakat Jogjakarta pada masa sebelum berdirinya organisasi Muhammadiyah sangat
jawa sentris dan mengikuti kebudayaan nenek moyang pendahulu mereka.
Perilaku sosial yang penuh nilai-nilai kesopanan dan kelembutan tetap mereka lestarikan.
Begitu juga dengan kebudayaan masyarakat yang sangat kental akan kegiatan mistis dan
ritual-ritual yang di ajarkan secara turun-temurun.
3. Keagamaan
Kondisi keagamaan cenderung mengarah pada kegiatan bid'ah, khurafat, dan takhayul.
Kegiatan-kegiatan ini cenderung melenceng dari ajaran Islam yang seharusnya bersih dari
hal-hal semacam itu. Sehingga diperlukan adanya pemurnian ajaran Islam yang terbebas dari
bid'ah, khurafat, dan takhayul.
1. Mandiri.
Pada Tahun 1883, saat beliau berusia 15 tahun, beliau sudah pergi haji dan tinggal di Mekah
selama 5 tahun, pada periode ini beliau mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu Islam, seperti Muhammad Abduh, Al Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu
Taimiyah.
3. Jiwa Wirausaha.
dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang
saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat.
7. Cerdas
Kehadiran Muhammadiyah jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia
Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan
menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain.
Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut.
Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF)
yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta
sendiri ia menganjurkan adanya jama’ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan
menjalankan kepentingan Islam.