PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammadiyah yang berdiri tahun 1912 dikenal sebagai gerakan Islam
modernis atau reformis dan juga sebagai sebuah gerakan pemabaharuan (tajdid)
telah menunjukkan eksistensinya sebagai organisasi Islam yang berkemajuan,
dinamis, cerdas dan kreatif dalam melihat tanda-tanda zaman. Sosok KH. Ahmad
Dahlan mewakili kecerdasan itu. Beliau tampil elegan dengan gaya pemikiran
bebas, kreatif sekaligus arif. Pada dirinya tampil kesempurnaan pemikir
pembaharu yang utuh. Memahami Muhammadiyah bukanlah memahami
organisasi dalam pengertian administratif yang bersifat teknis saja, namun kita
harus memahami Muhammadiyah sebagai gerakan Islam atau gerakan keagamaan
(religious movement) yang terkandung di dalamnya sistem keyakinan (belief
system), pengetahuan (knowledge), organisasi (organization) dan praktik-praktik
aktifitas (practices activity) yang mengarah pada tujuan (goal) yang dicita-citakan.
Tampil sebagai gerakan pembaharu (tajdid), Muhammadiyah mendapatkan
pengikut yang kebanyakan kaum muda dan kaum akademisi yang menginginkan
perubahan dari kekolotan faham agama yang jumud atau mandeg. Percampuran
fahamagama dengan dogma Takhayul, Bid‘ah dan Khurafat (TBC) yang melekat
saat itu adalah pekerjaan besar yang dihadapi Muhammadiyah.
Proses revitalisasi dengan jargon kembali kepada Al-Quran dan Sunnah
menjadi alat yang ampuh untuk membangunkan kembali umat Islam dari tidur
panjangnya. KH. Ahmad Dahlan dengan semangat tajdidnya mengagetkan
banyak ulama saat itu, ia sempat dicaci sebagai kyai gila, kyai kafir dan lain
sebagainya. Selama 1 abad keberadaanya, Muhammadiyah telah banyak
melakukan pembaharuan di negeri ini. Memberi sumbangsih berupa pemikiran
dan buktinyata, sebagaimana yang telah di lakukan oleh Rasulullah Saw pada
zamanya, dan KH. Ahmad Dahlan pada zamannya pula,dan terus berlanjut sampai
sekarang. ini menunjukkan bahwa muhammadiyah adalah organisasi yang mampu
merentas zaman. Muhammadiyah memberikan Pembaharuan dalam berbagai
bidang seperti sosial, politik, budaya dan pendidikan serta masih banyak lagi.
1
Pembaharuan yang dimaknai oleh Muhammadiyah adalah suatu proses
berkelanjutan yang tidak akan pernah berkesudahan untuk memperbaiki tatanan
kehidupan beragama dan bernegara pada setiap zaman.,sebagaimana yang
menjadi citacita Muhammadiyah, yaitu utuk menciptakan masyarakat Islam yang
sebenar benarnya. Dalam Artian, melakukan transformasi mental, transformasi
gagasan, transformasi cara kehidupan dan bersikap, serta transformasi etiket dan
etika dalam kehidupan sebuah bangsa.. Muhammadiyah akan terus memberikan
Kontribusi dan sumbangsihnya untuk menyelesaikan berbagai persoalan di
Negara ini, Karena muhammadiyah terlahir untuk mencerahkan bangsa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan reformasi, modernisasi dan pembaharuan ?
2. Bagaimanakah kondisi Muhammadiyah pada masa reformasi, modernisasi
dan pembaharuan ?
II
1
Wahyu Rosid,Peran Muhammadiyah sebagai Gerakan Muhammadiyah sebagai Gerakan
Pembaharuan dalam Mencerahkan Indonesia, diakses di
https://www.academia.edu/11450464/PERAN_MUHAMMADIYAH_SEBAGAI_GERAKAN_PEMBAHARUAN_D
ALAM_MENCERAHKAN_INDONESIA. Pada tanggal 28 Januari 2019.
URIAN
A. Sejarah Muhammadiyah
Kauman, sebuah daerah di kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan,
Kota Yogyakarta, sekitar 500 meter ke arah selatan dari ujung kawasan
Malioboro. Di tempat inilah Muhammadiyah lahir pada 8 Dzulhijjah 1330,
bertepatan dengan tanggal 18 November 1912. Maksud dan tujuannya ialah untuk
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga dapat mewujudkan
masyarakat islam yang sebenar-benarnya. 2Faktor-faktor lain yang mendorong
K.H Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah antara lain:
Ajaran Islam dilaksanakan tidak secara murni bersumberkan Al Qur’an dan
Hadist, tetapi tercampur dengan perbuatan syirik dan khurafat.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam tidak lagi dapat memenuhi tuntunan
zaman, akibat dari terlampau mengisolir diri dari pengaruh luar.
Keadaan umat yang sangat menyedihkan dalam bidang sosial, ekonomi,
politik, kultural, akibat adanya penjajahan.
Semangat yang ditunjukkan Muhammadiyah yang lahir untuk
mementingkan pendidikan dan pengajaran yang berdasarkan Islam, baik
pendidikan di sekolah/madrasah ataupun pendidikan dalam masyarakat. Maka
tidak heran sejak berdirinya Muhammadiyah membangun
sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dan mengadakan tabligh-tabligh, bahkan
juga menerbitkan buku-buku dan majalah-majalah yang berdasarkan islam. Di
antara sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua dan jasanya ialah:
Kweekschool Muhammadiyah Yogya.
Mu’allimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta.
Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta.
Zu’ama/Za’imat Yogyakarta.
Kuliyah Mubaligin/mubalighat, Padang Panjang.
Tablighschool Yogyakarta.
2
Asbar Salim, Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah,di akses di
https://asbarsalim009.blogspot.com/2014/02/latar-belakang berdirinyamuhammadiyah.html.
H.I.K Muhammadiyah Yogya. Dan masih banyak lagi sekolah/madrasah yang
didirikan oleh Muhammadiyah ini, semua sekolah/madrasah ini didirikan pada
masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, yang tersebar pada tiap-tiap
Cabang Muhammadiyah seluruh kepulauan Indonesia. Pada masa Indonesia
merdeka Muhammadiyah mendirikan sekolah/madrasah berlipat-lipat ganda
banyaknya dari masa penjajahan Belanda dahulu. Jika di jumlahkan ada 682 buah
Madrasah dan 877 buah Sekolah Umum dan totalnya 1559 buah madrasah dan
sekolah umum. Mula-mula K.H Ahmad Dahlan memberi pelajaran agama islam
di Kweekschool Jetis, sekolah guru pada zaman penjajahan Belanda meskipun
pelajaran itu hanya diberikan diluar pelajaran-pelajaran yang formal. Sistem yang
beliau gunakan sudah sangat pedagogis. Di samping memberikan pelajaran islam
di Kweekschool. K.H Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah yang sebagian
mengikuti teknik sekolah-sekolah kursi, meja, kapur dan lain-lain tetapi diberi
juga pelajaran agama. Di samping itu didirikan juga madrasah-madrasah yang
merupakan modernisasi dari pesantren-pesantren yang telah ada kitab-kitab,
metode mengajarnya, latihan dan ujian diambil dari sekolah model barat. Dengan
demikian Muhammadiyah berhasil mendekatkan dua golongan rakyat, yakni
kaum intelek Indonesia yang memperoleh didikan model Barat dengan rakyat
dengan rakyat selebihnya yang melulu mendapatkan pelajaran agama, dua
golongan yang sudah mulai terpisah dan tercerai.
Muhammadiyah telah mengadakan pembaharuan pendidikan agama
dengan jalan modernisasi dalam sistem pendidikan, menukar sistem pondok
pesantren dengan sistem pendidikan yang modern yang sesuai dengan tuntutan
dan kehendak zaman. Mengajarkan agama dengan cara yang mudah di faham,
didaktis, dan pedagogis, selalu menjadi pemikiran dalam Muhammadiyah.
Selain jasa di bidang pendidikan, ada pula usaha dan jasa-jasanya yang
besar lainnya yaitu : mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat
menurut mestinya. Umumnya masjid-masjid dan langgar-langgar di Yogyakarta
menghadap ke jurusan timur dan orang-orang sembahyang di dalamnya
menghadap ke arah barat lurus. Padahal kiblat yang sebenarnya menuju Ka’bah
dari tanah Jawa haruslah miring ke arah utara ± 24 derajat dari sebelah barat.
Berdasarkan ilmu pengetahuan tentang ilmu falak itu orang tidak boleh
menghadap kiblat menuju barat lurus, melainkan harus miring ke utara ± 24
derajat. Oleh sebab itu K.H Ahmad Dahlan mengubah bangunan pesantrennya
sendiri, supaya menuju arah kiblat yang betul. K.H Ahmad Dahlan juga
mengajarkan agama islam secara populer, bukan saja di pesantren, melainkan ia
pergi ke tempat-tempat lain seperti mendatangi berbagai golongan bahkan dapat
dikatakan bahwa K.H Ahmad Dahlan adalah bapak mubaliq islam di Jawa
Tengah. K.H Ahmad Dahlan memberantas bit’ah-bit’ah dan khurafat serta adat
istiadat yang bertentangan dengan ajaran agama islam.
4
Junus Salam,KH Ahmad Dahlan dan Perjuangannya, cet. II. Jakarta: Depot.Pengajar
Muhammadiyah,1986.
sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar lebih konsentrasi dalam
memimpin gerakan reformasi. Untuk menjaga agar kondisi politik nasional tidak
menghambat gerak langkah perjuangan Muhammadiyah, maka pada kesempatan
Sidang tanwir Muhammadiyah di Bali pada bulan Februari 2002,
Muhammadiyah merumuskan Khittag berbangsa dan bernegara yang isinya :
Dari definisi di atas nampak, bahwa tajdid tersebut mendorong umat Islam
agar kembali kepada al-Quran dan sunnah serta mengembangkan ijtihad. Inilah
makna tajdid yang dianut oleh kaum puritan yang selama ini suaranya masih
bergema. Tajdid seperti ini pula yang di-katakan sebagai ishlah atau reformasi
dalam Islam. Refor-masi itu sendiri, berdasarkan sejarahnya, muncul akibat
modernisasi muncul sebagai reaksi atas reformasi. Reformasi adalah vis a vis
modernisasi. Reformasi sebagai akibat adanya penyimpangan agama dan teologi
yang disebabkan oleh adanya sekularisme modern.
5
Ahmad Syafi'i Ma'arif, dalam bukunya Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih
Muhammadiyah, Logos Publishing House, Jakarta, 1995, hal xi.
Modernisasi, dalam masyarakat Barat, mengandung arti fikiran, aliran, gerakan
dan usaha-usaha untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi
lama, dan sebagai-nya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditim-bulkan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Tatkala umat Islam
kontak dengan Barat, maka modernisasi dari Barat membawa kepada ide-ide baru
ke dunia Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme, demok-rasi, dan lain
sebagainya.
6
M. Amin Abdullah, Paradigma Tajdid Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Modernis
Reformis, di akses di http://www.muhammadiyah.or.id/id/artikel-paradigma-tajdid-
muhammadiyah-sebagai-gerakan-islam-modernisreformis-detail-13.html. Pada tanggal 27
Januari 2019
7
Amien Rais, Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, Bandung, Mizan, 1985.
8
PP Muhammadiyah, Almanak Muhammadiyah 1394 H / 1974 , Surakarta, Majlis Pustaka
Yogyakarta, 1974.
3. Memperbaharui sistem pendidikan Islam secara modern sesuai dengan
kehendak dan kemajuan zaman.
4. Membebaskan umat dan ikatan-ikatan tradisionalisme, konservatisme,
taqlidisme dan formalisme yang membelenggu kehidupan umat.9
Muhammadiyah sebagai gerakan dalam mengikuti perkembangan dan
perubahan itu senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan Amal
Ma’ruf nahi Mungkar serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang
sesuai dengan lapangan yang dipilihnya, ialah masyarakat, sebagai Usaha
Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tersebut diatas.
Salah satu amal usaha yang dikembangkan oleh Muhammadiyah dalam
bergerak meraih tujuannya ialah memajukan dan memperbaharuhi pendidikan,
pengajaran dan kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan menurut
tuntunan islam. Muhammadiyah mengadakan pembaharuan pendidikan agama
dengan jalan modernisasi dalam sistem pendidikan ,menukar sistem pondok dan
pesantren dengan sistem pendidikan yang modern yang sesuai dengan tuntutan
kehendak jaman .Muhammadiyah mendirikan sekolah sekolah yang khas agama
dan bersifat umum dari taman kanak kanak hingga perguruan tinggi .mengajarkan
agama dengan cara mudah difahami,didaktis dan pedagois selalu menjadi
pemikiran dalam Muhammadiyah.
Ciri Khas pendidikan Muhammadiyah yaitu beridentitas Islam. Dasar
pendidikan Muhammadiyah ialah Islam yang besumber dari Al-Qur’an dan sunah
Rasul serta tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah terwujudnya manusia
muslim. Yang diharapkan Muhammadiyah adalah bahwa sekolah muhammadiyah
mencerminkan pendidikan islam sebagai yang dicita-citakan yaitu melaksanakan
semua komponen pendidikan islam yang mantap dan terpadu. Guru dan anak
didik menghayati dan mengamalkan cara hidup, cara bergaul, cara belajar dan
sebagainya sesuai dengan Islam , baik di sekolah maupun diluar sekolah. Yang
membedakan sekolah Muhammadiyah dengan sekolah yang bukan
Muhammadiyah ialah bahwa sekolah Muhammadiyah melaksanakan pendidikan
9
Amien Rais, Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, Bandung, Mizan, 1985.
Agama Islam yang luas dan mendalam meliputi Tauhid, Ibadah, Akhlak, dan ilmu
pembantu dalam pendidikan islam serta Kemuhammadiyahan.
A. Pembaharuan (tajdid) dan Pemurnian (purifikasi) Ajaran Agama
1. Gagasan Pembaharuan (tajdid) Islam
Satu ciri yang cukup menonjol dalam gerakan Muhammadiyah adalah
gerakan purifikasi (pemurnian) dan modernisasi ( pembaharuan) atau dalam
bahasa arab “tajdid” keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Pada
mulanya, Muhammadiyah dikenal dengan gerakan purifikasi, yaitu kembali
kepada semangat dan ajaran Islam yang murni dan membebaskan umat Islam dari
Tahayul, Bid'ah dan Khurafat. Cita-cita dan gerakan pembaharuan yang
dipelopori Muhammadiyah sendiri sebenarnya menghadapi konteks kehidupan
keagamaan yang bercorak ganda, sinkretik dan tradisional. Sebagai sebuah
gerakan sosial keagamaan, Muhammadiyah mempunyai ciri khusus dengan yang
lain, tetapi ciri tersebut dibuat bukan atas dasar teoritik belaka, melainkan berpijak
pada proses yang sesuai dengan lingkungan dan budaya masyarakat. Meskipun
Muhammadiyah melakukan purifikasi keagaaman, namun Muhammadiyah dalam
waktu yang bersamaan sangat menyadari ketergantungan pada lingkungan sosial-
budaya di tempat Muhammadiyah berada. Muhammadiyah tercermin dari 2 hal
yaitu : 1) bentuk keteladanan seorang pemimpin yang simpatik, 2) pemikiran
pembaharuan Islam yang disebarluaskan oleh Muhammadiyah dalam bentuk amal
nyata dengan tindakan yang moderat. Dalam Muhammadiyah, purifikasi adalah
gerakan pembaharuan untuk memurnikan agama dari syirk yang pada dasarnya
merupakan rasionalisasi yang berhubungan dengan ide mengenai transformasi
sosial dari masyarakat agraris ke masyarakat industrial, atau masyarakat
tradisional ke masyarakat modern. Dilihat dari segi ini sangat jelas bahwa
Muhammadiyah telah memberikan suatu ideologi baru dengan suatu pembenaran
teologi industrial, dan modern. Tampaknya Muhammadiyah memang
mengidentifikasi diri untuk cita-cita semacam itu. Upaya Muhammadiyah untuk
melakukan persiapan ke arah transformasi itu misalnya adalah dengan melepaskan
beban-beban kultural yang sampai sejauh itu dianggap dapat menghambat
kemajuan. Usaha pemurnian agama untuk membersihkan Islam dari praktek-
praktek syirk, takhayul, bid'ah dan khurafat, merupakan bukti yang menjelaskan
itu.Muhammadiyah berusaha mendongkel budaya Islam sinkritik dan Islam
tradisional sekaligus, dengan menawarkan sikap keagamaan. Gerakan
"pemurnian" (purifikasi) berarti rasionalisasi yang menghapus sumber-sumber
budaya lama untuk digantikan budaya baru, atau menggantikan tradisi lama
dengan etos yang baru. Muhammadiyah tampak sekali dengan sadar melakukan
berbagai upaya pembaharuan demi mencapai cita-cita transformasi sosialnya.
Perlu digaris bawahi terlebih dahulu di sini bahwa program purifikasi adalah ciri
yang cukup menonjol dari Persyarikatan Muhammadiyah generasi awal, dan
hingga sampai saat sekarang ini. 10
Namun harus disadari pula bahwa program
purifikasi memang lebih terfokus pada aspek aqidah. Pemberantasan TBC
(Takhayul, Bid'ah dan Churafat) merupakan respon konkrit Muhammadiyah
terhadap Budaya setempat yang dianggap menyimpang dari aturan aqidah
islamiyah. Bahwa sesuatu yang berbau mistik harus dijauhkan dari sikap umat
Islam keseharian dengan cara mengubah sesuatu yang berasal dari sufisme
menjadi akhlak. Gerakan purifikasi Muhammadiyah sampai saat ini masih
melakukan penguatan dan penyadaran terhadap pola kehidupan manusia. Gerakan
yang tidak kalah pentingnya adalah penajaman tauhid. Karena formulasi tauhid
adalah terletak pada realitas sosial. Apapun bentuknya, tauhid menjadi titik sentral
dalam melandasi dan mendasari aktivitas. Tauhid harus diterjemahkan ke dalam
realitas historis-empiris. Ajaran agama harus diberi tafsir baru yang lebih
konstektual dan elaboratif sesuai dengan konteks ruang dan waktu. Tauhid
harusnya dapat menjawab semua problematika kehidupan modernitas, dan
merupakan senjata pamungkas yang mampu memberikan alternatif baru yang
lebih anggun dan segar. Jadi, tujuannya adalah memberikan perubahan terhadap
masyarakatnya. Perubahan itu didasarkan pada cita-cita profetik yang
10
Mujtahid, Gerakan Pemikiran Muhammadiyah : antara Purifikasi dan Modernisasi,
diakses di http://www.muhammadiyah.or.id/id/news/print/883/gerakan-pemikiran-
muhammadiyah-antara-purifikasi-dan-modernisasi.html. Pada Tanggal 28 Januari 2019.
diderivasikan dari misi historis sebagaimana tertera dalam surat Ali Imran ayat
110, Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk
menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah.
Gerakan di atas jelas nyata-nyata menjadi bidang garap Muhammadiyah, lebih-
lebih dalam mengahadapi tantangan era global. Arus budaya yang dihadapi
Muhammadiyah tempo dulu dengan sekarang jauh lebih berbeda. Sehingga
tantangan yang harus dihadapi sekarang adalah memperkuat basis keagamaan
yang didukung oleh nilai-nilai sosial-religius.
Salah satu tantangan global adalah tingginya tingkat kompetitif
(persaingan) disemua sisi kehidupan. Untuk itu Muhammadiyah perlu
memperkokoh basis iptek dan imtaknya. Sebagaimana sejak awal Muhammadiyah
sangat getol dengan dunia pendidikan. Letak semangat purifikasinya adalah
meluruskan iptek yang sesuai dengan cita-cita dan misi Muhammadiyah
khususnya, dan umat manusia pada umumnya. Kerja keras dan etos keilmuan
warga persyarikatan yang menyatu dalam etos keagamaan umat sangat
diperlukan. Pencapaian kemampuan iptek yang membutuhkan sikap mental dan
pandangan hidup yang menggaris bawahi kenyataan bahwa aktivitas keilmuan
bukannya berada di luar kesadaran keagamaan.
2. Gagasan Pemurnian (purifikasi) Islam
Gagasan dasar berdirinya Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari
tumbuhnya pemahaman untuk melaksanakan ajaran Islam menurut ajaran nabi
Muhammad pada diri Dahlan. Karena itu maka Dahlan dengan Muhammadiyah
berusaha mengembalikan pelaksanaan agama Islam sesuai dengan contoh nabi
dengan cara ittiba’. Dengan gagasan demikian, maka Muhammadiyah melakukan
usaha purifikasi keagamaan. Menurut keyakinan Muhammadiyah, Islam yang
murni adalah keyakinan dan amal keagamaan yang hanya berdasarkan Al-quran
dan sunah nabi. Selain kedua sumber itu, maka tidak lagi ada sumber lain yang
diterima, karena penerimaan atau pengakuan akan amal beragama dengan sumber
tambahan akan menjerumuskan umat kedalam kegiatan bid’ah, khurafat atau
mungkin terperosok kedalam perbuatan syirik.
Usaha Muhammadiyah bagi pemurniaan Islam itu menggunakan alat
organisasi dan kepemimpinan yang mementingkan keutamaan, keikhlasan, dan
pertanggung jawaban dunia akhirat. Pentingnya organisasi dan kepemimpinan itu
karena tidak ada lagi nabi penyiar agama sesudah kenabian Muhammad. Jadi
dengan demikian karena nabi Muhammad diyakini sebagai nabi penghabisan,
maka untuk mencapai terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan oleh
diturunkannya agama Islam yang murni hanya akan diwujudkan dengan adanya
beberapa persyaratan antara lain adanya “ pimpinan dengan pengorganisasian
yang rapi ”. dengan adanya 2 hal tersebut purifikasi dan kepimpinan organisasi,
maka dalam pembaharuan gagasan-gagasannya tentang keagamaan
Muhammadiyah mempunyai spesifikasi karena dalam tema idenya mempunyai
dua elemen: pertama, persepsi bahwa kebanyakan umat Islam masih belum
menyadari kebenaran arti dan nilai ajaran Islam, apalagi menjalankan
kewajibannya; kedua, didorong oleh persepsi tersebut, maka muncul keyakinan
bahwa menegakkan Islam merupakan suatu panggilan, dan Muhammadiyah
menjawab panggilan tersebut secara kolektif.
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modernis-reformis telah mengukir
kisah sukses melakukan perubahan ke arah kemajuan dalam kehidupan
umat/masyarakat dari kondisi tradisional ke kemajuan selaras dengan tuntutan
zaman. Dengan semangat kembali pada sumber ajaran Islam yang murni (al-
Quran dan al-Sunnah yang maqbulah) Muhammadiyah mampu memperbarui alam
berfikir dan model amaliah umat Islam dalam sejumlah bidang kehidupan seperti
pendidikan, gerakan perempuan, pelayanan kesehatan dan sosial, pemberdayaan
masyarakat, di samping pemurnian akidah dan ibadah serta pembinaan akhlak
Islami. Muhammadiyah dalam konteks kehidupan masyarakat telah berhasil
memodernisasi kehidupan sosial dengan tetap mengokohkan fondasi iman dan
kepribadian, sehingga mampu menampilkan Islam yang murni dan berkemajuan.
Kini dalam usia satu abad Muhammadiyah dihadapkan pada masalah dan
tantangan baru dalam kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan yang
semakin kompleks. Muhammadiyah dengan paradigma tajdid yang berwawasan
modernisme-reformisme dituntut untuk memperkaya dan mempertajam orientasi
tajdidnya yang bersifat pemurnian dan pengembangan, sehingga mampu menjadi
gerakan alternatif di tengah lalulintas berbagai gerakan Islam dan gerakan sosial-
kemasyarakatan yang pusparagam. Masalah demokrasi, hak asasi manusia, dan
kesadaran baru di tengah arus globalisasi memerlukan penghadapan tajdid
Muhammadiyah. Hal serupa diperlukan ketika menghadapi masalah krisis moral
dan spiritual yang diakibatkan oleh kehidupan modern yang kehilangan
keseimbangan dalam peradaban umat manusia.
B. Implikasi
DAFTAR PUSTAKA
Rais, Amien. Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta. Bandung: Mizan. 1985.
Rosid, Wahyu. Peran Muhammadiyah sebagai Gerakan Muhammadiyah sebagai
Gerakan Pembaharuan dalam Mencerahkan Indonesia. diakses di
https://www.academia.edu/11450464/PERAN_MUHAMMADIYAH_SEB
AGAI_GERAKAN_PEMBAHARUAN_DALAM_MENCERAHKAN_IN
DONESIA. Pada tanggal 28 Januari 2019.
Salam, Junus. KH Ahmad Dahlan dan Perjuangannya, cet.II. Jakarta: Depot.
Pengajar Muhammadiyah. 1986.
Salim, Asbar. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah,di akses di
https://asbarsalim009.blogspot.com/2014/02/latar-belakang
berdirinyamuhammadiyah.html. Pada tanggal 27 Januari 2019