Anda di halaman 1dari 26

“MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM”

KELOMPOK 4:

Muhammad Furqon
Munarti
Nurul Qurrota Ayun
Prawidia Kemala M.T
Ricky Crista Candra
Ridwan Zulfirman
Rini Citrasari
Sajida
Selfiyana Hidayat
Winda Riyani
Yuni Azizah

PROGRAM STUDI APOTEKER


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN

Secara Bahasa Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab yaitu Muhammad yaitu
Nabi Muhammad SAW. Kemudian ditambah ya nisbah yang artinya menjeniskan. Jadi
Muhammadiyah berarti umat “Muhammad SAW atau pengikut Muhammad SAW. Jadi
secara etimologis semua orang yang mengikuti Nabi Muhammad SAW adalah orang
Muhammadiyah.
Secara Istilah Muhammadiyah adalah sebuah Persyarikatan yang didirikan oleh
Kiai Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan tanggal 18
November 1912 Miladiyah di Yogyakarta untuk jangka waktu tidak terbatas.
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan
Tajdid yang bersumber pada Al-Qur”an dan As Sunnah. Kelahiran Muhammadiyah
tidak lain kerena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al Qur’an.
Dan apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-
mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang riil dan
konkrit. Gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam
dalam wujud yang riil, konkrit dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan dan dinikmati
oleh umat sebagai rahmatan lil alamin. Oleh Alasan tersebut Muhammadiyah disebut
sebagai gerakan Islam.
Di samping itu, Muhammadiyah juga memiliki identitas sebagai gerakan
Dakwah maksudnya adalah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar
perjuangannya yaitu dakwah Islam, amar makruf nahi munkar dengan masyarakat
sebagai medan atau kancah perjuangannya. Muhamadiyah berkiprah di tengah-tengah
masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha yang benar-
benar dapat menyentuh hajat hidup orang banyak seperti berbagai macam ragam
lembaga pendidikan mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi, membangun
Rumah Sakit, Panti Asuhan dan sebagainya. Seluruh amal usaha Muhammadiyah itu
merupakan manifestasi atau perwujudan dakwah islamiyah. Semua amal usaha
diadakan dengan niat dan tujuan yang tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana
dakwah Islam sebagaimana yang diajarkan al-Quran dan as-Sunnah Shahihah.
Identitas Muhammadiyah yang ketiga adalah sebagai gerakan Tajdid,
maksudnya adalah Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan atau gerakan
2
reformasi. Secara istilah tajdid memiliki pengertian pemurnian dan peningkatan,
pengembangan, modernisasi, dan yang semakna dengannya.
Pemurnian maksudnya adalah pemeliharaan matan ajaran Islam yang
berdasarkan kepada al-Quran dan as-Shahihah. Muhammadiyah meyakini matan ajaran
Islam yang harus dipelihara sebagaimana yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah
adalah yang berkaitan dengan Aqidah dan Ibadah.
Dalam sejarah perkembangan umat Islam ditemukan praktek percampuran
ajaran 7 Islam antara Aqidah dengan yang bukan Aqidah, misalnya mengkeramatkan
kuburan, mengkeramatkan ulama, dan sebagainya. Padahal dalam ajaran Islam yang
harus dikeramatkan itu hanyalah Allah SWT. Hal inilah yang menjadi tugas
Muhammadiyah untuk memurnikan Aqidah Islam kembali.
Peningkatan, pengembangan dan modernisasi maksudnya adalah penafsiran
pengamalan dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada al
Qur’an dan al Sunnah shahihah. Bernard Vlekke dan Wertheim sebagaimana yang
dikutip oleh Alwi Shihab mengkategorikan Muhammadiyah sebagai gerakan puritan
yang menjadikan focus utamanya”pemurnian atau pembersihan ajaran-ajaran Islam dari
singkretisme dan belenggu formalisme.
Asas Muhammadiyah adalah Islam, maksudnya adalah asas ideologi
persyarikatan Muhamadiyah adalah Islam, bukan kapitalis dan bukan pula sosialis.
Dewasa ini ideologi yang berkembang di dunia ada tiga yang dominan, yaitu : kapitalis,
sosialis dan Islam. Masyarakat yang berideologi kapitalis di motori oleh Amerika dan
Eropa, setelah usai perang dingin menunjukkan eksistensinya yang lebih kuat.
Sedangkan yang berideologi sosialis di motori oleh Rusia dan Cina. Khusus Rusia
mengalami depolitisasi pasca perang dingin, dan cenderung melemah posisi daya
tawarnya bagi sekutu-sekutunya. Sementara masyarakat yang berideologi Islam memag
ada kecenderungan menguat namun tidak ada pemimpin yang kuat secara politis.
Namun ideologi dalam perspektif Muhammadiyah adalah ideologi gerakan.
Ideologi gerakan Muhammadiyah merupakan sistematisasi dari pemikiran-pemikiran
mendasar mengenai Islam yang diproyeksikan dan diaktualisasikan ke dalam sistem
gerakan yang memilki ikatan jama’ah, jam’iyah dan imamah yang solid.
Sejak lahirnya Muhammadiyah memang sudah dapat diketahui asas gerakannya,
namun pada tahun 1938-1942 di bawah kepemimpinan Kyai Mas Mansur mulai
dilembagakan ideologi Muhammadiyah, yaitu dengan lahir konsep Dua Belas langkah
3
Muhammadiyah. Yaitu memperdalam iman, memperluas faham keagamaan,
memperbuahkan budi pekerti, menuntun amalan intiqad, menguatkan persatuan,
menegakkan keadilan, melakukan kebijaksanaan, menguatkan tanwir, mengadakan
musyawarah, memusyawaratkan putusan, mengawasi gerakan kedalam dan
memperhubungkan gerakan keluar. Dengan lahirnya konsep ini maka Muhammadiyah
tumbuh menjadi paham dan kekuatan sosial-keagamaan dan sosial politik tertentu di
Indonesia.
Pada tahun 1968 dalam muktamar Muhammadiyah ke 37 di Yogyakarta
perumusan ideologi Muhammadiyah semakin mengental, ditandai dengan lahirnya
Matan Keyakinan dan Citra-cita Hidup Warga Muhammadiyah. Maksud dan tujuan
Muhammadiyah sebagaimana hasil rumusan Muktamar Muhammadiyah ke 45 di
Malang yang berlaku saat ini adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam maksudnya adalah Muhammadiyah
bukanlah sebuah gerakan parsial yang hanya bergerak dalam satu bidang saja, seperti
bergerak di bidang politik, Ekonomi dan lain sebagainya, akan tetapi Muhammadiyah
adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang keislaman. Muhammadiyah
memahami bahwa ajaran Islam itu mencakup Aqidah, Akhlak, Ibadah dan Muamalat
Duniawiyat. Bergerak di bidang keislaman adalah sebuah ungkapan yang menunjukkan
bahwa Muhammadiyah bergerak dalam segala aspek kehidupan manusia baik untuk
kebahagiaan hidup di dunia maupun untuk persiapan hidup bahagia di akhirat.
Oleh sebab itu, untuk mencapai maksud dan tujuan, Muhammadiyah
melaksanakan Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam
usaha di segala bidang kehidupan. Usaha Muhammadiyah yang diwujudkan dalam
bentuk amal usaha, program dan kegiatan meliputi :
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman,
meningkatkan pengamalan, serta menyebar-luaskan ajaran Islam dalam
berbagai aspek kehidupan.
2. Memperdalam dan mengembangkan pengajian ajaran Islam dalam berbagai
aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenaran.
3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan
amal shalih lainnya.

4
4. Meninkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar
berkemampuan tinggi serta berakhlak mulia.
5. Memajukan pendidikan, perekonomian, kesehatan, lengkungan, kesejahteraan
dan lain sebagainya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tantangan yang dihadapi Muhammadiyah pada abad pertama usianya pasti


berbeda dari abad kedua usianya, meskipun kontinuitasnya antara keduanya tetap ada.
Untuk itu, Paradigma, Model, dan Strategi Tajdidnya juga harus disesuaikan dengan
perkembangan terbaru discourse keislaman baik dalam teori maupun praktek.
Muhammadiyah harus melakukan upaya pembaharuan from within, yang meliputi
strategi pembaharuan gerakan pendidikan yang selama ini digelutinya, mengenal
dengan baik dan mendalam metode dan pendekatan kontemporer terhadap studi Islam
dan Keislaman era klasik dan lebih-lebih era kontemporer, mendekatkan dan
mendialogkan Islamic Studies dan Religious Studies, bersikap inklusif terhadap
perkernbangan pengalaman dan keilrnuan mudanya, terbuka, mengenalkan dialog antar
budaya dan agama di akar rumput, memahami Cross-cultural Valus dan
multikulturalitas, dalam bingkai fikih NKRI, dan begitu seterusnya.
Tanpa menempuh langkah-langkah tersebut, gerakan pembaharuan Islam
menuiu ke arah terwujudnya Masyarakat dan Peradaban Utama di tanah air ini, tentu
akan mengalami kesulitan bernapas dan kekurangan oksigen untuk menghirup dan
merespon isu-isu sosial-keagamaan global dan isu-isu peradaban Islam kontemporer.
Untuk konteks keindonesiaan, Ikon perjuangan meraih "Islam yang berkemajuan"
sepertinya tetap menarik untuk diperbincangkan dan didiskusikan sepanjang masa.
Dengan begitu kontinuitas dan kesinambungan perjuangan antara generasi abad pertama
dan generasi penerus abad kedua masih terpelihara, sebagaimana dicanangkan dan
dipesankan oleh founding fathers Muhammadiyah terdahulu.
Menurut perhitungan kalender Hijriyah, pada 8 Dzulhijjah 1430 H bertepatan
dengan 25 Nopember 2009, Muhammadiyah genap berusia satu abad. Dalam sejarah
Islam siklus seratus tahun selalu ditandai dengan munculnya mujaddid (pembaharu).
Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: "sesungguhnya
Allah akan membangkitkan pada kaum ini setiap awal abad seseorang yang akan
memperbaharui (paham) keagamaannya." Mujaddid yang dimaksudkan bisa seorang
maupun kelompok, yang bentuknya bisa berupa pembaharuan pemikiran maupun
gerakan amal usaha. Bentuk pertama umumnya bersifat elitis dan yang kedua biasanya
bersifat populis.
6
1) Landasan Berdirinya Ideologi Muhammadiyah

Dr. Hafidh Shaleh menyatakan bahwa ideologi adalah sebuah pemikiran yang
mempunyai ide berupa konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi akidah dan
solusi atas seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus yang meliputi
metode untuk mempunyai metode, mengaktualisasikan ide dan solusi tersebut, metode
mempertahankannya, serta metode menyebarkannya ke seluruh dunia. Sementara itu,
Haedar Nashir menyatakan bahwa ideologi merupakan sistem paham dalam perjuangan
melaksanakan gerakan untuk mencapai tujuan. Selanjutnya, Haedar menyatakan bahwa
ideologi fungsional dalam mempertahankan nilai-nilai gerakan, sejarah gerakan, ikatan
gerakan, dan kesinambungan gerakan dalam melaksanakan usaha-usaha dan mencapai
tujuannya. (1)
Selanjutnya, Haedar menjelaskan fungsi ideologi sebagai sistem paham dalam
gerakan Muhammadiyah. Pertama, memberi arah dan penjelasan mengenai sistem
paham kehidupan yang dicandranya berdasarkan paham agama (Islam) yang dianutnya.
Kedua, mengikat solidaritas kolektif (ukhuwah gerakan). Ketiga, membentuk karakter
warga Muhammadiyah secara kolektif. Keempat, menyusun strategi dan langkah-
langkah perjuangan Muhammadiyah. Kelima, mengorganisir dan memobilisasi anggota,
kader, dan pimpinan Muhammadiyah dalam satu sistem gerakan.(2)
Pada hakikatnya, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah merupakan
ideologi Muhammadiyah yang menjelaskan tentang pandangan Muhammadiyah
mengenai kehidupan manusia di muka bumi, cita-cita yang hendak dicapai dan cara-
cara yang digunakan untuk mewujudkan cita- cita tersebut. (3) Dengan demikian
Muqaddimah Anggaran Dasar ideologi merupakan Muhammadiyah rumusan
Muhammadiyah yang menjelaskan tentang tiga hal yaitu, pertama pandangan
Muhammadiyah tentang kehidupan manusia di bumi (tugas dan fungsi manusia), kedua,
tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai oleh Muhammadiyah dan ketiga, cara-cara
yang ditempuh oleh Muhammadiyah untuk mencapai atau mewujudkan tujuan atau cita-
citanya. Berangkat dari pemahaman akan tugas dan fungsi manusia diciptakan yakni
sebagai hamba dan khalifah Allah maka Muhammadiyah memandang bahwa hidup
manusia harus bertauhid, beribadah, tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah serta
meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa hanya dengan hukum-hukum Allah sajalah
kebahagian sejati (dunia dan akhirat) akan dapat diperoleh dan diwujudkan dalam
kehidupan manusia. Selain itu, hidup manusia harus bermasyarakat.
7
Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan
sebagi berikut: (7)
a. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw. Kepada penduduk
bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta.
b. Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya. Hingga tahun 2000,
terjadi tujuh kali perubahan redaksional maksud dan tujuan Muhamadiyah.
Dalam muktamarnya yang ke-44 yang diselenggarakan di Jakarta bulan Juli
2000 telah ditetapkan maksud dan tujuan Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan
menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan
makmur yang diridhai Allah SWT.
 Terdapat lima fondasi yang menjadi karakter muhammadiyah(9), yaitu:
Pertama, Tauhid yang murni
Tauhid adalah doktrin sentral ajaran Islam. Tauhid adalah pintu gerbang Islam.
Salah satu misi utama Muhammadiyah adalah menegakkan tauhid yang murni.
Muhammadiyah sering kali disebut sebagai gerakan Islam Puritan karena keteguhannya
dalam mengajak masyarakat untuk senantiasa berpegang pada aqidah yang lurus, bersih
dari anasir yang merusak. Dengan Tauhid yang murni manusia bisa mendapatkan
kekuatan dalam hidup. Tauhid membentuk manusia yang berjiwa merdeka.
Keyakinannya kepada Allah dengan sifat-sifat dan keagungan-Nya membuat mausia
tabah dalam menghadapi kesulitan hidup, berbuat baik kepada sesama dan tidak takabur
ketika sedang berkuasa.
Kedua, Memahami Al Qur’an dan As Sunnah secara mendalam
Bagi Muhammadiyah, beragama harus berdasarkan pada Al Qur’an dan As
Sunnah. Muhammadiyah melarang sikap taklid, beribadah tanpa dasar-dasar dan
pemahaman yang mendalam. Muhammadiyah mengajak umat Islam untuk senantiasa
berpegang teguh pada Al Qur’an dan As Sunnah dan menjadikannya dasar dalam
beribadah dan bermuamalah. Muhammadiyah berpendapat bahwa pemahaman terhadap
Al Qur’an dan As Sunnah masih terbuka. Begitu pula pemahaman terhadap Islam.
Muhammadiyah tidak menolak eksistensi Madzhab tertentu, tetapi tidak mengikuti
Madzhab tertentu secara taken for granted, pasrah bongkokan. Dengan berlandaskan
pada Al Qur’an dan As Sunnah setiap amal manusia memiliki dimensi transendental dan

8
fondasi yang kokoh. Dengan penafsiran dan pengkajian kembali Al Qur’an dan As
Sunnah diharapkan diperoleh pemahaman yang genuine dan aktual.
Ketiga, Melembagakan amal shalih yang fungsional dan solutif
Iman tidak akan sempurna tanpa amal shalih. Tetapi bagi Muhammadiyah amal
shalih bukan semata-mata ritual ibadah mahdhah semata, tetapi berupa karya yang
bermanfaat, merefleksikan kerahmatan Islam dan kasih sayang Allah. Amal shalih bagi
Muhammadiyah bukanlah eskapisme, menunaikan ibadah dengan mengasingkan diri
dari manusia dan berbagai permasalahan hidup dengan asyik masyuk ritual dan dzikir
spiritual. Amal shalih adalah amal yang bermanfaat dan solutif.
Keempat, Berorientasi kekinian dan masa depan
Salah satu sebab kemunduran umat Islam adalah romantisme masa lalu yang
berlebihan. Tidak ada keraguan bahwa kaum Muslim telah berhasil mencapai kejayaan
melalui karya-karya yang mengagumkan. Intelektual Muslim Masa Pertengahan mampu
menyusun karya-karya cemerlang yang menyinari dunia dan menuntun masyarakat
Barat yang masih hidup dalam gelap gulita. Tetapi mengagungkan masa lalu yang sudah
terkubur oleh waktu bisa menjadi “candu” yang membuat kita mabuk dengan impian
semu dan nostalgia yang menina bobo. Prestasi gemilang itu milik para intelektual dan
tokoh yang menciptakannya, bukan milik kita sekarang ini. Umat Islam perlu bersikap
realistis terhadap keadaan masa kini. (Syafi’I Maarif, 2009)
Para pendiri Muhammadiyah memberikan contoh bagaimana membangun Islam
yang bekemajuan. Pertama, melihat Islam sebagai realitas kekinian dan
kedisinian. Kedua, mejadikan realitas, konteks situasi dan kondisi untuk merancang
masa depan yang lebih baik. Semangat ini terwujud melalui pemikiran dan langkah
cerdas yang dilakukan para pendiri Muhammadiyah sehingga saat ini kita bisa melihat
visi mereka dengan berdirinya amal usaha Muhammadiyah di tiap sudut wilayah negeri
ini, yang kian hari kian berkembang baik dari kuantitas dan kualitasnya. Yang dengan
kesadaran penuh hal ini dilakukan untuk memaksimalkan potensi dan pemberdayaan
umat Islam.
Kelima, Bersikap toleran, moderat dan suka bekerjasama
Sebagian masyarakat masyarakat menilai anggota Muhammadiyah bersikap
elitis dan eksklusif. Fanatisme dan militansi menegakkan Islam murni yang berlebihan
terkadang membuat kita over reaktif kepada mereka yang berbeda paham. Kita tidak

9
leluasa bergaul hanya karena masalah-masalah agama yang sepele, khilafiyah furuiyah,
ecek- ecek.
Padahal generasi awal Muhammadiyah begitu toleran, sangat menghormati dan
mengakomodasi berbagai hal selama tidak mempengaruhi prinsip penegakan tauhid.
Kerjasama juga dilakukan dengan para tokoh organisasi sosial di masa itu untuk tujuan
bersama yang lebih besar yaitu mengangkat kehormatan kaum bumi putera dari
keterpurukan akibat kolonialisme.
 Amal Usaha Muhammadiyah(6)
Usaha yang pertama melalui pendidikan, yaitu dengan mendirikan sekolah
Muhammadiyah. Selain itu juga menekankan pentingnya pemurnian tauhid dan ibadah,
seperti:
a. Meniadakan kebiasaan menujuh bulani (Jawa: tingkeban), yaitu selamatan bagi
orang yang hamil pertama kali memasuki bulan ke tujuh. Kebiasaan ini
merupakan peninggalan dari adat-istiadat Jawa kuno, biasanya diadakan dengan
membuat rujak dari kelapa muda yang belum berdaging yang dikenal dengan
nama cengkir dicampur dengan berbagai bahan lain, seperti buah delima, buah
jeruk, dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan macam
upacara tujuh bulanan ini, tetapi pada dasarnya berjiwa sama, yaitu dengan
maksud mendoakan bagi keselamatan calon bayi yang masih berada dalam
kandungan itu.
b. Menghilangkan tradisi keagamaan yang tumbuh dari kepercayaan Islam sendiri,
seperti selamatan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman,
dll yang dikenal dengan manakiban. Selain itu, terdapat pula kebiasaan
membaca Barzanji, yaitu suatu karya puisi serta syair-syair yang mengandung
banyak pujaan kepada Nabi Muhammad saw. yang disalahartikan. Dalam acara-
acara semacam ini, Muhammadiyah menilai, ada kecenderungan yang kuat
untuk mengultusindividukan seorang wali atau nabi, sehingga hal itu
dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga acara yang
disebut “khaul”, atau yang lebih populer disebut khal, yaitu memperingati hari
dan tanggal kematian seseorang setiap tahun sekali, dengan melakukan ziarah
dan penghormatan secara besar-besaran terhadap arwah orang-orang alim
dengan upacara yang berlebih-lebihan. Acara seperti ini oleh Muhammadiyah
juga dipandang dapat mengerohkan tauhid.
10
c. Bacaan surat Yasin dan bermacam-macam zikir yang hanya khusus dibaca pada
malam Jumat dan hari-hari tertentu adalah suatu bid’ah. Begitu juga ziarah
hanya pada waktu-waktu tertentu dan pada kuburan tertentu, ibadah yang tidak
ada dasarnya dalam agama, juga harus ditinggalkan. Yang boleh adalah ziarah
kubur dengan tujuan untuk mengingat adanya kematian pada setiap makhluk
Allah. Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam
Islam sangat dianjurkan. demikian juga berzikir dan membaca Alquran juga
sangat dianjurkan dalam Islam. Akan tetapi, jika di dalam berzikir dan membaca
Alquran itu diniatkan untuk mengirim pahala kepada orang yang sudah mati, hal
itu tidak berdasa pada ajaran agama, oleh karena itu harus ditinggalkan.
Demikian juga tahlilan dan selawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-
100, dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bid’ah yang mesti ditinggalkan dari
perbuatan Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin diusahakan
oleh Muhammadiyah dalam memurnikan tauhid.
 Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (4)
1) Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam, bercita-cita dan bekerja untuk
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan
fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allahdi muka bumi.
2) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang
diwahyukan kepada rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Ibrahim, Musa, Isa dan
seterusnya sampai kepada Nabi Muhammad saw., sebagai hidayah dan rahmat
Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup
materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi.
3) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a. Alquran: kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
b. Sunnah Rasul: penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Alquran yang
diberikan oleh Nabi Muhammad saw. dengan menggunakan akal pikiran
sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
4) Muhammadiyah bekerja untuk teraksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang:

11
a. Akidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akidah Islam yang murni, bersih
dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah, dan khurafat, tanpa mengabaikan
prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
b. Akhlah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan
berpedoman kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi
kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
c. Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
Rasulullah Saw. tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
d. Muamalah Duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya muamalat duniawiyat (pengolahan
dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran agama serta
menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah
SWT.
5) Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah
mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berfilsafat
Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil,
makmur dan diridhai Allah SWT. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

2. Faktor Berdirinya Muhammadiyah(11)


Dua faktor yang melandasi atau yang menjadi latar belakang berdirinya
Muhammadiyah yaitu faktor internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan faktor
internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi keagamaan kaum muslimin di
Indonesia sendiri yang karena berbagai sebab telah menyimpang dari ajaran Islam yang
benar. Faktor eksternal adalah faktor yang berkaitan dengan: (a) politik Islam Belanda
terhadap kaum muslimin di Indonesia; dan (b) pengaruh ide dan gerakan pembaharuan
Islam dari Timur Tengah.
a. Faktor Internal
Kondisi kehidupan keagamaan kaum muslimin di Indonesia secara
historis tidak bisa dipisahkan dari latar belakang sejarah masuknya Islam di
12
Indonesia. Sebelum Islam datang, terlebih dahulu di Indonesia sudah bercokol
agama Hindu dan Budha, yang cukup berpengaruh juga dalam mewarnai
kerohanian penduduk Indonesia, terbukti dengan berdirinya beberapa kerajaan
yang berlatar belakang agama Hindu atau Budha. Kemudian Islam datang pada
abad VII atau 8 Masehi. Islam masuk Indonesia dibawa oleh saudagar-saudagar
dari Gujarat. Proses islamisasi berjalan tidak merata di beberapa daerah di
Indonesia, tergantung apakah pengaruh Hindu-Budha di daerah itu kuat atau
lemah. Perkembangan Islam di daerah tersebut tergantung dari penyesuaian diri
dengan tradisi lama yang berasal dari kepercayaan asli dan pengaruh Hindu-
Budha.
Dalam masyarakat Jawa, kondisi kehidupan keagamaan umat Islam
secara historis dipengaruhi oleh budaya keagamaan sebelumnya. Agama Hindu
dan Budha adalah warisan budaya yang sangat kuat di masyarakat Jawa.
Perilaku keagamaan Jawa, khususnya di daerah pedalaman masih kental dengan
budaya sinkritisme, yakni pencampuradukan dari berbagai unsur nilai agama.
Lebih-lebih, ada sebagian masyarakat Jawa masih memistikkan sesuatu
(tahayyul dan khurafat) yang dianggap memiliki kekuatan supranatual.
Di samping itu, sebagain umat Islam juga sering menambah-nambahi
dalam masalah ibadah atau yang disebut bid'ah, yakni praktek keagamaan yang
tidak ada dasarnya yang jelas baik dari al-qur'an maupun as- sunnah. Keyakinan
inilah yang membuat Muhammadiyah benar-benar tertantang untuk melakukan
pemahaman keagamaan yang lurus dan benar sesuai doktrin Islam yang
sesungguhnya.
b. Faktor Eksternal
 Politik Islam Belanda terhadap Kaum Muslimin di Indonesia
Politik Islam belanda yang didasarkan pada konsep Snouck Hurgronje sangat
bermusuhan kepada Islam dan umat Islam Indonesia. Pemerintah kolonial
Belanda berpendapat bahwa gerakan Islam sangat membahayakan dirinya.
Adapun realisasi politik Islam Belanda antara lain dalam bentuk pembatasan-
pembatasan kepada setiap aktivitas- aktivitas kaum muslimin, seperti
dilarangnya kaum muslimin mendirikan organisasi politik, disensornya
penerbitan yang datang dari luar, dan dibatasinya jama’ah haji indonesia

13
ketanah suci. Tetapi pembatasan – pembatasan dalam politik Islam belanda
ini tidak ada gunanya.
 Pengaruh ide dan gerakan pembaharuan
Diantara faktor eksternal, pengaruh ide dan gerakan pembaharuan Islam di
Indonesia dari Timur Tengah sangat penting, yaitu yang berasal dari Mekah
dan kairo. Pengaruh Mekah masuk ke Indonesia melalui orang-orang
Indonesia yang naik haji. Selama mereka di Mekah, mereka mempelajari
Islam dengan memperdalam beberapa aspek ajaran Islam terutama fikih. Jadi
mereka biasanya tinggal selama beberapa tahun lamanya. Khususnya tentang
hajinya K.H Ahmad Dahlan ke tanah suci dan tinggal disana untuk studi
Islam beberapa tahun, menjadikan beliau terbiasa dengan ide pembaharuan.
Pengamatan langsung terhadap daerah pusat Islam, yaitu Mekah, akhirnya
mendorong K.H Ahmad Dahlan untuk mendirikan gerakan pembaharuan
Islam Indonesia, yaitu Muhammadiyah. Secara umum ciri suatu gerakan
keagamaan terletak motivasi utama yang mendorong munculnya pergerakan
melalui diri pemimpinnya. Gerakan Islam yang bercorak pembaharuan pada
umumnya akan selalu menyatakan bahwa sumber utama motivasi adalah
pemahaman.

3. Perkembangan Muhammadiyah(8)
a. Perkembanngan secara Vertikal
Dari segi perkembangan secara vertikal, Muhammadiyah telah berkembang ke
seluruh penjuru tanah air. Akan tetapi, dibandingkan dengan perkembangan organisasi
NU, Muhammadiyah sedikit ketinggalan. Hal ini terlihat bahwa jamaah NU lebih
banyak dengan jamaah Muhammadiyah. Faktor utama dapat dilihat dari segi usaha
Muhammadiyah dalam mengikis adat-istiadat yang mendarah daging di kalangan
masyarakat, sehingga banyak menemui tantangan dari masyarakat.
b. Perkembangan secara Horizontal
Dari segi perkembangan secara Horizontal, amal usaha Muhamadiyah telah
banyak berkembang, yang meliputi berbagai bidang kehidupan. Perkembangan
Muhamadiyah dalam bidang keagamaan terlihat dalam upaya-upayanya, seperti
terbentukanya Majlis Tarjih (1927), yaitu lembaga yang menghimpun ulama-ulama
dalam Muhammadiyah yang secara tetap mengadakan permusyawaratan dan memberi
14
fatwa-fatwa dalam bidang keagamaan, serta memberi tuntunan mengenai hukum. Majlis
ini banyak telah bayak memberi manfaat bagi jamaah dengan usaha-usahanya yang
telah dilakukan yaitu:
 Memberi tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah sesuai dengan contoh
yang telah diberikan Rasulullah saw.
 Memberi pedoman dalam penentuan ibadah puasa dan hari raya dengan jalan
perhitungan “hisab” atau “astronomi” sesuai dengan jalan perkembangan ilmu
pengetahuan modern.
 Mendirikan mushalla khusus wanita, dan juga meluruskan arah kiblat yang ada
pada masjid-masjid dan mushalla-mushalla sesuai dengan arah yang benar
menurut perhitungan garis lintang.
 Melaksanakan dan menyeponsori pengeluaran zakat pertanian, perikanan,
peternakan, dan hasil perkebunan, serta amengatur pengumpulan dan pembagian
zakat fitrah.
 Memberi fatwa dan tuntunan dalam bidang keluarga sejahtera dan keluarga
berencana.
 Terbentuknya Departemen Agama Republik Indonesia juga termasuk peran dari
kepeloporan pemimpin Muhammadiyah.
 Tersusunnya rumusan “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah”, yaitu suatu rumusan pokok-pokok agama Islam secara
sederhana, tetapi menyeluruh.
Dalam bidang pendidikan, usaha yang ditempuh Muhammadiyah meliputi:
 mendirikan sekolah-sekolah umum dengan memasukkan ke dalamnya ilmu-ilmu
keagamaan, dan
 mendirikan madrasah-madrasah yang juga diberi pendidikan pengajaran ilmu-
ilmu pengetahuan umum.
Dengan usaha perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan mana ilmu agama dan
ilmu umum. Semuanya adalah perintah dan dalam naungan agama. Dalam bidang
kemasyarakatan, usaha-usaha yang telah dilakukan Muhammadiyah meliputi:
 Mendirikan rumah-rumah sakit modern, lengkap dengan segala peralatan,
membangun balai-balai pengobatan, rumah bersalin, apotek, dan sebagainya.
 Mendirikan panti-panti asuhan anak yatim, baik putra maupun putri untuk
menyantuni mereka.
15
 Mendirikan perusahaan percetakan, penerbitan, dan toko buku yang banyak
memublikasikan majalah-majalah, brosur dan buku-buku yang sangat membantu
penyebarluasan paham-paham keagamaan, ilmu, dan kebudayaan Islam.
 Pengusahaan dana bantuan hari tua, yaitu dana yang diberikan pada saat
seseorang tidak lagi bisa bekerja karena usia telah tua atau cacat jasmani.
 Memberikan bimbingan dan penyuluhan keluarga mengenai hidup sepanjang
tuntunan Ilahi.
Dalam bidang politik, usaha-usaha Muhammadiyah meliputi:
 Menentang pemerintah Hindia Belanda yang mewajibkan pajak atas ibadah
kurban.
 Pengadilan agama di zaman kolonial berada dalam kekuasaan penjajah yang
tentu saja beragama Kristen. Agar urusan agama di Indonesia, yang sebagian
besar penduduknya beragama Islam, juga dipegang oleh orang Islam,
Muhammadiyah berjuang ke arah cita-cita itu.
 Ikut memelopori berdirinya Partai Islam Indonesia. Pada tahun 1945 termasuk
menjadi pendukung utama berdirinya partai Islam Masyumi dengan gedung
Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tempat kelahirannya.
 Ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia di kalangan
umat Islam Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam tablig-
tablighnya, dalam khotbah ataupun tulisan-tulisannya.
 Pada waktu Jepang berkuasa di Indonesia, pernah seluruh bangsa Indonesia
diperintahkan untuk menyembah dewa matahari, tuhan bangsa Jepang.
Muhammadiyah pun diperintah untuk melakukan Sei-kerei, membungkuk
sebagai tanda hormat kepada Tenno Heika, tiap-tiap pagi sesaat matahari sedang
terbit. Muhammadiyah menolak perintah itu.
 Ikut aktif dalam keanggotaan MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) dan
menyokong sepenuhnya tuntutan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) agar
Indonesia mempunyai parlemen di zaman penjajahan. Begitu juga pada
kegiatan-kegiatan Islam Internasional, seperti Konferensi Islam Asia Afrika,
Muktamar Masjid se-Dunia, dan sebagainya, Muhammadiyah ikut aktif di
dalamnya.
 Pada saat partai politik yang bisa menyalurkan cita-cita perjuangan
Muhammadiyah tidak ada, Muhammadiyah tampil sebagai gerakan dakwah
16
Islam yang sekaligus mempunyai fungsi politik riil. Pada saat itu, tahun
1966/1967, Muhammadiyah dikenal sebagai ormaspol, yaitu organisasi
kemasyarakatan yang juga berfungsi sebagai partai politik.
Dengan semakin luasnya usaha-usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah,
dibentuklah kesatuan-kesatuan kerja yang berkedudukan sebagai badan pembantu
pemimpin persyarikatan. Kesatuan-kesatuan kerja tersebut berupa majelis-majelis dan
badan-badan. Selain majelis dan lembaga, terdapat organisasi otonom, yaitu organisasi
yang bernaung di bawah organisasi induk, dengan masih tetap memiliki kewenangan
untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Dalam persyarikatan Muhammadiyah,
organisasi otonom Organisasi-organisasi otonom tersebut termasuk kelompok Angkatan
Muda Muhammadiyah (AMM). Keenam organisasi otonom ini berkewajiban-
mengemban fungsi sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha
Muhammadiyah.

4. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam


Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai hasil
kongkret dari telaah dan pendalaman beliau terhadap Al-Qur’an karim, faktor inilah
yang sebenarnya yang menjadi faktor utama yang mendorong berdirinya
Muhammadiyah. Sementara faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai factor
penunjang atau factor pemicu semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai setiap
mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an khususnya ketika menalaah surat-surat Al-Imran.

‫َو ْلَتُك ْن ِم ْنُك ْم ُأَّم ٌة َيْدُع وَن ِإَلى اْلَخْيِر َو َيْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُأوَلِئَك ُهُم‬
‫اْلُم ْفِلُحوَن‬

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah
orang-orang yang beruntung.”(QS.Al Imran:104)

‫َلُهْم َو ُأوَلِئَك اْلَبِّيَناُتَج اَء ُهُم َم ا َبْع ِد ِم ْن َو اْخ َتَلُفوا َتَفَّر ُقوا َك اَّلِذ يَن َتُك وُنواَو ال‬
‫َع ِظ يٌم َع َذ اب‬

17
Artinya: Dan janganlah kamu menyerupai orang yang bercerai berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang
mendapat siksa yang berat,(QS. Al Imran:105)
Surah Al-Imran ayat 106 yang artinya:
“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada pula muka
yang menjadi hitam muram. Adapun orang-orang yang menjadi hitam-muram mukanya
(kepada mereka dikatakan):` Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu
rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu”.(QS. 3:106)

Maka akhirnya melahirkan amalan kongkrit yaitu lahirnya persyarikatan


Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-
ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan
kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas
asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada
Allah SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah jelaslah bahwa sesungguhnya
kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotifasi dan disemangati
oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an. Dan apa yang digerakan oleh Muhammadiyah tidak ada
motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam
kehidupan yang rill dan kongkrit. Segala yang dilakukan oleh Muhammadiyah baik
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan tak dapat dilepaskan dari
ajaran-ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan
sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan
ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan
wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan,
dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.

5. Ciri Perjuangan Muhammadiyah(5)


Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan
Muhammadiyah sejak kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang
melatarbelakangi berdirinya, aspirasi, motif, dan cita-citanya serta amal usaha dan
gerakannya, nyata sekali bahwa didalammya terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi
18
identitas dari hakikat atau jati diri Persyarikatan Muhammadiyah. Secara jelas dapat
diamati dengan mudah oleh siapapun yang secara sepintas mau memperhatikan ciri-ciri
perjuangan Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut.
1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam
2. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar
3. Muhammadiyah adalah gerakan tajdid

A. Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam


Telah diuraikan dalam terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun
oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur)
terhadap Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang
mendorong berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan
sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang
sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah
surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya
Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari
hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan
dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar
secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya
kepada Allah SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa
sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan
disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada
motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran,
kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat
dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya
gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam
wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh
umat sebagai rahmatan lil’alamin.
B. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah
Islamiyah. Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak
19
terpisahkan dalam jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab
terdahulu bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan
Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran
Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104. Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat :
104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu
dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat
sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah
masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang
benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga
pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian
banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha
Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah.
Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan
sarana dan wahana dakwah Islamiyah.
C. Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid
Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai
Gerakan Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan
diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama
Islam sebagaimana yang tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus
memebersihkan berbagai amalan umat yang terang-terangan menyimpang dari ajaran
Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun bid’ah lewat gerakan dakwah.
Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali oleh
ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi
secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bid’ah dan
tajdid, sbab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah
seseorang.
Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak
hanya sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang
menempel pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan
berbagai pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat,
semacam memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap
fakir miskin dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara

20
pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Ied dan pelaksanaan kurban dan
sebagainya.
Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian
dapat disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut
reformasi (reformation). Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah
sebagai gerakan tajdid, maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan
Purifikasi dan Gerakan Reformasi.

6. Pembaharuan (tajdid) dan Pemurnian (purifikasi) Ajaran Agama(12)


a. Gagasan Pembaharuan (tajdid) Islam
Satu ciri yang cukup menonjol dalam gerakan Muhammadiyah adalah gerakan
purifikasi (pemurnian) dan modernisasi ( pembaharuan) atau dalam bahasa arab “tajdid”
keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Pada mulanya, Muhammadiyah
dikenal dengan gerakan purifikasi, yaitu kembali kepada semangat dan ajaran Islam
yang murni dan membebaskan umat Islam dari Tahayul, Bid'ah dan Khurafat. Cita-cita
dan gerakan pembaharuan yang dipelopori Muhammadiyah sendiri sebenarnya
menghadapi konteks kehidupan keagamaan yang bercorak ganda, sinkretik dan
tradisional. Sebagai sebuah gerakan sosial keagamaan, Muhammadiyah mempunyai ciri
khusus dengan yang lain, tetapi ciri tersebut dibuat bukan atas dasar teoritik belaka,
melainkan berpijak pada proses yang sesuai dengan lingkungan dan budaya masyarakat.
Meskipun Muhammadiyah melakukan purifikasi keagaaman, namun Muhammadiyah
dalam waktu yang bersamaan sangat menyadari ketergantungan pada lingkungan sosial-
budaya di tempat Muhammadiyah berada.

Muhammadiyah tercermin dari 2 hal yaitu : 1) bentuk keteladanan seorang


pemimpin yang simpatik, 2) pemikiran pembaharuan Islam yang disebarluaskan oleh
Muhammadiyah dalam bentuk amal nyata dengan tindakan yang moderat. Dalam
Muhammadiyah, purifikasi adalah gerakan pembaharuan untuk memurnikan agama dari
syirk yang pada dasarnya merupakan rasionalisasi yang berhubungan dengan ide
mengenai transformasi sosial dari masyarakat agraris ke masyarakat industrial, atau
masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Dilihat dari segi ini sangat jelas bahwa
Muhammadiyah telah memberikan suatu ideologi baru dengan suatu pembenaran
teologi industrial, dan modern. Tampaknya Muhammadiyah memang mengidentifikasi

21
diri untuk cita-cita semacam itu. Upaya Muhammadiyah untuk melakukan persiapan ke
arah transformasi itu misalnya adalah dengan melepaskan beban-beban kultural yang
sampai sejauh itu dianggap dapat menghambat kemajuan.

Usaha pemurnian agama untuk membersihkan Islam dari praktek-praktek syirk,


takhayul, bid'ah dan khurafat, merupakan bukti yang menjelaskan itu.Muhammadiyah
berusaha mendongkel budaya Islam sinkritik dan Islam tradisional sekaligus, dengan
menawarkan sikap keagamaan. Gerakan "pemurnian" (purifikasi) berarti rasionalisasi
yang menghapus sumber-sumber budaya lama untuk digantikan budaya baru, atau
menggantikan tradisi lama dengan etos yang baru. Muhammadiyah tampak sekali
dengan sadar melakukan berbagai upaya pembaharuan demi mencapai cita-cita
transformasi sosialnya. Perlu digaris bawahi terlebih dahulu di sini bahwa program
purifikasi adalah ciri yang cukup menonjol dari Persyarikatan Muhammadiyah generasi
awal, dan hingga sampai saat sekarang ini. Namun harus disadari pula bahwa program
purifikasi memang lebih terfokus pada aspek aqidah. Pemberantasan TBC (Takhayul,
Bid'ah dan Churafat) merupakan respon konkrit Muhammadiyah terhadap Budaya
setempat yang dianggap menyimpang dari aturan aqidah islamiyah. Bahwa sesuatu yang
berbau mistik harus dijauhkan dari sikap umat Islam keseharian dengan cara mengubah
sesuatu yang berasal dari sufisme menjadi akhlak. Gerakan purifikasi Muhammadiyah
sampai saat ini masih melakukan penguatan dan penyadaran terhadap pola kehidupan
manusia.

Gerakan yang tidak kalah pentingnya adalah penajaman tauhid. Karena


formulasi tauhid adalah terletak pada realitas sosial. Apapun bentuknya, tauhid menjadi
titik sentral dalam melandasi dan mendasari aktivitas. Tauhid harus diterjemahkan ke
dalam realitas historis-empiris. Ajaran agama harus diberi tafsir baru yang lebih
konstektual dan elaboratif sesuai dengan konteks ruang dan waktu. Tauhid harusnya
dapat menjawab semua problematika kehidupan modernitas, dan merupakan senjata
pamungkas yang mampu memberikan alternatif baru yang lebih anggun dan segar. Jadi,
tujuannya adalah memberikan perubahan terhadap masyarakatnya. Perubahan itu
didasarkan pada cita-cita profetik yang diderivasikan dari misi historis sebagaimana
tertera dalam surat Ali Imran ayat 110, Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di
tengah manusia untuk menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman
kepada Allah. Gerakan di atas jelas nyata-nyata menjadi bidang garap Muhammadiyah,
22
lebih-lebih dalam mengahadapi tantangan era global. Arus budaya yang dihadapi
Muhammadiyah tempo dulu dengan sekarang jauh lebih berbeda. Sehingga tantangan
yang harus dihadapi sekarang adalah memperkuat basis keagamaan yang didukung oleh
nilai-nilai sosial-religius.

Salah satu tantangan global adalah tingginya tingkat kompetitif (persaingan)


disemua sisi kehidupan. Untuk itu Muhammadiyah perlu memperkokoh basis iptek dan
imtaknya. Sebagaimana sejak awal Muhammadiyah sangat getol dengan dunia
pendidikan. Letak semangat purifikasinya adalah meluruskan iptek yang sesuai dengan
cita-cita dan misi Muhammadiyah khususnya, dan umat manusia pada umumnya. Kerja
keras dan etos keilmuan warga persyarikatan yang menyatu dalam etos keagamaan umat
sangat diperlukan. Pencapaian kemampuan iptek yang membutuhkan sikap mental dan
pandangan hidup yang menggaris bawahi kenyataan bahwa aktivitas keilmuan
bukannya berada di luar kesadaran keagamaan.

b. Gagasan Pemurnian (purifikasi) Islam

Gagasan dasar berdirinya Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari


tumbuhnya pemahaman untuk melaksanakan ajaran Islam menurut ajaran nabi
Muhammad pada diri Dahlan. Karena itu maka Dahlan dengan Muhammadiyah
berusaha mengembalikan pelaksanaan agama Islam sesuai dengan contoh nabi dengan
cara ittiba’. Dengan gagasan demikian, maka Muhammadiyah melakukan usaha
purifikasi keagamaan. Menurut keyakinan Muhammadiyah, Islam yang murni adalah
keyakinan dan amal keagamaan yang hanya berdasarkan Al-quran dan sunah nabi.
Selain kedua sumber itu, maka tidak lagi ada sumber lain yang diterima, karena
penerimaan atau pengakuan akan amal beragama dengan sumber tambahan akan
menjerumuskan umat kedalam kegiatan bid’ah, khurafat atau mungkin terperosok
kedalam perbuatan syirik.

Usaha Muhammadiyah bagi pemurniaan Islam itu menggunakan alat organisasi


dan kepemimpinan yang mementingkan keutamaan, keikhlasan, dan pertanggung
jawaban dunia akhirat. Pentingnya organisasi dan kepemimpinan itu karena tidak ada
lagi nabi penyiar agama sesudah kenabian Muhammad. Jadi dengan demikian karena
nabi Muhammad diyakini sebagai nabi penghabisan, maka untuk mencapai terwujudnya
masyarakat yang dicita-citakan oleh diturunkannya agama Islam yang murni hanya akan
23
diwujudkan dengan adanya beberapa persyaratan antara lain adanya “ pimpinan dengan
pengorganisasian yang rapi ”. dengan adanya 2 hal tersebut purifikasi dan kepimpinan
organisasi, maka dalam pembaharuan gagasan-gagasannya tentang keagamaan
Muhammadiyah mempunyai spesifikasi karena dalam tema idenya mempunyai dua
elemen: pertama, persepsi bahwa kebanyakan umat Islam masih belum menyadari
kebenaran arti dan nilai ajaran Islam, apalagi menjalankan kewajibannya; kedua,
didorong oleh persepsi tersebut, maka muncul keyakinan bahwa menegakkan Islam
merupakan suatu panggilan, dan Muhammadiyah menjawab panggilan tersebut secara
kolektif.

24
BAB III
PENUTUP

Sebagai sebuah gerakan Islam yang lahir pada tahun 1912 Masehi dan kini
hampir memasuki usia 100 tahun, telah banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah
bagi masyarakat dan bangsa Indonesia secara luas. Sehingga harus diakui bahwa
Muhammadiyah memiliki kontribusi dan perhatian yang cukup besar dalam dinamika
kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah untuk
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Persyarikatan Muhammadiyah telah menempuh berbagai usaha
meliputi bidang dakwah, sosial, pendidikan, ekonomi, politik, dan sebagainya, yang
secara operasional dilaksanakan melalui berbagai institusi organisasi seperti majelis,
badan, dan amal usaha yang didirikannya sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan
makmur yang diridlai Allah SWT.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Haedar Nashir, Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah,


Malang: UMM Press 2006.
2. Ibid Hal vii
3. Hamdan Hambali, Ideologi dan Strategi Muhammadiyah,
Yogyakarta:Suara Muhammadiyah, 2008
4. Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo
5. http://www.muhammadiyah.or.id/content-176-det-ciri-perjuangan.html
diakses 15 Juni 2015
6. Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam
Persatuan, Yogyakarta, 1994.
7. Sribintara Soe Tawidjana, K.H. Ahmad Dahlan Pendiri
Muhammadiyah, Majalah Fajar no.2 1959.
8. Soebagio LN.KH Mas Mansyur, Pembaharu Islam diIndonesia,
Gunung Agung, Jakarta 1982.
9. Syuja Kyai, Islam Berkemajuan, Al-wasath, 2009
10. Arifin, MT.. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah dalam
Pendidikan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.1987
11. Tatapangarsa, Humaidi, H, Drs. 2000. Pembaharuan Islam Konsep,
Pemikiran, dan Gerakan.Malang: Bagian Pengajaran AIK UMM.
12. Mujtahid. “Gerakan Pemikiran Muhammadiyah: antara Purifikasi
dan Modernisasi”.

26

Anda mungkin juga menyukai