Anda di halaman 1dari 16

BAB IX

KARAKTER GERAKAN DAKWAH MUHAMMADIYAH

I. CapaiannPembelajaran Matakuliah

1. Mahasiswa mampu Menguasai materi pembelajaran Al-Islam dan Ke-


Muhammadiyahan (AIK)-3 (Kemuhammadiyahan) bahwa Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam, dakwah dan tajdid secara baik dan benar.
2. Mahasiswa mampu menguasai dan menginplementasikan gerakan sosial
konsep al-ma’un setelah pembelajaran.

II. Sub - Capaiannpembelajaran Matakuliah

1. Mahasiswa paham materi pembelajaran AIK-3 (Kemuhammadiyahan),


Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
2. Mahasiswa paham materi pembelajaran AIK-3 (Kemuhammadiyahan),
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah.
3. Mahasiswa paham materi pembelajaran AIK-3 (Kemuhammadiyahan),
Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid.
4. Mahasiswa menginplementasikan gerakan sosial konsep al-ma’un sehar-hari
dalam hidupnya.
5. Mahasiswa dapat berperan dalam gerakan sosial konsep al-ma’un secara
individu maupun kelompok.

III. Materi Pembelajaran

A. Pendahuluan

Muhammadiyah sebagai organisasi atau sebagai persyarikatan yang


bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya melalui
gerakan Islam, gerakan dakwah dan gerakan tajdid. Berkaitan dengan karakter
gerakan dakwah Muhammadiyah tentunya sangat elegan, karena Muhammadiyah
selalu mengedepankan gerakan.. Timbul pertanyaan, apa yang dimaksud dengan
gerakan dalam Muhammadiyah? Gerakan dalam Muhammadiyah dimaknai bahwa

1
ketika mengajak kepada jalan kebaikan, maka Muhammadiyah sekaligus melawan
kemungkaran [ CITATION Hae10 \l 1033 ].
Organisasi Muhammadiyah dalam melakukan gerakan dakwahnya selalu
mengajak manusia untuk mengikuti jalan Allah, mengajak pada ajaran Islam,
menyuruh pada hal-hal ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar. Muhammadiyah
sebagai organisasi memiliki karakter, yang berbeda dengan organisasi
kemasyarakatan dan keagamaan lainnya. Keterlibatan dan keaktivan orang dalam
Muhammadiyah juga harus memiliki komitmen, misi, dan tujuan yang jelas sesuai
dengan prinsip, misi, dan cita-cita Muhammadiyah. Di sinilah pentingnya
memahami karakteristik tentang gerakan dakwah Muhammadiyah secara
mendalam dan konprehensif.
AD/ART organisasi Muhammadiyah mengemukakan terkait Gerakan Islam
dan Dakwah amar makruf nahi munkar dan Tajdid. Dari identitas Muhammadiyah
ada tiga karakter dasar organisasi yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan
yang nama kecilnya Muhammad Darwis nama yang diberikan oleh orang tuanya,
Ketiga karakter tersebut pada dasarnya berkaitan satu sama lain, yang pertama
karakter pergerakan, kedua karakter dakwah, dan ketiga karakter tajdid
[ CITATION Hae10 \l 1033 ]. Ketiganya saling terkait secara esensial, yang
pertama (gerakan Islam) sebagai karakter dasar yang utama, yang berikutnya
(karakter dakwah dan tajdid) sebagai karakter dasar yang bersifat derivasi atau
pengembangan dari karakter Islam dalam bentuk dari sebuah misi.

B. Karakter Gerakan Muhammadiyah

Era milenial ditandai dengan generasi Z [ CITATION Poh21 \l 1033 ], [ CITATION


Nat16 \l 1033 ], kecenderungan umat Islam untuk menunjukan sikap yang sedikit berbeda
dalam keagamaan maupun pergerakan Islam. Orang-orang bercadar dan berbagai
pakaian ala Arab yang dulunya kurang atau bahkan sulit untuk dilihat di ruang
publik menjadi semakin marak, bahkan muncul sedikit demi sedikit mulai
menyebar atau menyebar di antara kalangan umat Islam. Termasuk mulai ada
di Muhammadiyah [ CITATION Agu12 \l 1033 ]. Dan anehnya Muhammadiyah yang
terkenal dengan wasithiyah atau moderat masih ada pemahamannya keblabasan, contoh
kaum wanitanya seperti ibu Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah (NA), Imawati (IMM) dan
Ipmawati (IPM) ada satu orang atau lebih yang kita lihat juga bercadar. Padahal di
organisasi Muhammadiyah tidak mengenal yang namanya burgha, cadar atau sejenisnya.

2
Kemudian yang aneh pada warga Muhammadiyah masih di temukan bagi kaum laki-laki
bercelana cingkrang, padahal itu bukan kebiasaan warga Muhammadiyah.
Demikian pula sikap kecenderungan keagamaan dan sikap sosial
kemasyarakatannya yang cenderung tertutup atau eksklusif, menyoroti pihak lain sebagai
serba salah atau tidak Islami, sikap konfrontasi dalam banyak hal, lebih banyak anti-ini
dan anti-itu, serta pola tindak yang menunjukkan diri berbeda dari kebanyakan. Kalau
berada dalam jamaah atau kegiatan keumatan mudah sekali memekikkan “takbir” meski
kadang bukan pada proporsinya, yang ingin menunjukkan militansi. Takbir itu kalimat
agung, tetapi ada hakikat dan proporsinya, tidak bisa sembarangan.
Sejauh yang menyangkut paham agama dan ukhuwah tentu tidak ada yang salah
dan hal itu dapat disikapi secara tasamuh atau toleransi. Tetapi bagi anggota
Muhammadiyah tentu perlu lebih mendalam untuk dihayati, dipahami, dan dijadikan
rujukan utama tentang karakter keislaman dan gerakan Muhammadiyah [ CITATION
Hae10 \l 1033 ]. Hal-hal furu’iyah tentu perlu saling hormat dan menghargai. Namun bagi
anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah di mana pun berada mestinya menjadikan
paham Islam dan prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah menjadi rujukan utama dalam
berpikir dan bertindak baik dalam keagamaan maupun arah gerakan.

1. Karakter Islam
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, oleh sebab itu Islam harus menjadi
landasan nilai, jiwa, pemikiran, dan cita-cita gerakan. Ciri gerakan Muhammadiyah
menyatu dan melekat dengan Islam [ CITATION Agu12 \l 1033 ]. Sehingga segala
sesuatunya selalu dipertimbangkan berdasarkan prinsip dan pedoman ajaran Islam
secara seksama. Ajaran Islam yang menjadi aspek hidup utama berkaitan aqidah,
ibadah, akhlak, dan mu’amalah dunyawiyah dipahami dan diamalkan berdasarkan
pada ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi yang maqbulah, serta dengan akal pikiran atau
ijtihad sesuai dengan semangat ajaran Islam.
Dalam memahami dan mengamalkan Islam secara luas dan mendalam perlu
menggunakan pendekatan bayani, burhani, dan irfani. Lebih dari itu Islam yang
dipahami dan diamalkan Muhammadiyah haruslah Islam yang menggerakkan karena
Muhammadiyah itu gerakan Islam. Islam yang menggerakkan ialah Islam yang
membawa perubahan, dinamis, progresif, dan penuh dengan daya hidup. Bukan Islam
yang kunol, kolot, dan anti kehidupan.
Islam yang menggerakkan ialah Islam berkemajuan. Islam berkemajuan selalu
mengajarkan umatnya untuk selalu memiliki jiwa, pikiran, dan tindakan yang membawa
kemajuan di segala bidang kehidupan. Islam yang cerdas, beradab, dan membangun
peradaban. Islam yang melahirkan pemikiran dan kerjakerja produktif. Islam yang

3
memajukan kehidupan laki-laki dan perempuan tanpa diskriminasi. Islam yang
rahmatan lil’alamin. Bukan Islam yang pasif, jumud, kolot, dan antikemajuan. Bukan
pula Islam yang banyak retorika minus kerja dan perbuatan berkemajuan menuju
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2. Karakter Dakwah
Muhammadiyah bukanlah organiasi atau pergerakan biasa, melainkan gerakan
dakwah. artinya, segala gerakannya selalu dakwah-minded, yakni berjiwa, berpikiran,
dan bertindak dakwah. Muhammadiyah selalu mengajak orang kepada jalan Allah,
mengajak pada ajaran Islam, menyuruh pada hal-hal ma’ruf, dan mencegah dari yang
munkar. Dalam bahasa populer Muhammadiyah gerakan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar. Dalam berdakwah diperlukan cara yang diajarkan Islam, yaitu bil-hikmah, wal
mauidhatul hasanah, wa jadilhum billaty hiya ahsan. Bukan dengan aksi jalanan.
Karakter dakwah yang melekat pada Muhammadiyah menjadikan dirinya
memandang segala persoalan dari sudut dakwah, yakni mengubah keadaan menjadi
lebih baik sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Dalam menghadapi persoalan
ummat dan kebangsaan Muhammadiyah meletakkannya dalam konteks dakwah, yang
bersifat mengajak, menyeru, dan mengubah ke arah yang lebih baik. Berbeda dengan
pendekatan politik ala partai politik, yang melihat persoalan dari kepentingan
kekuasaan, ada yang loyalis ada pula yang oposisi. Muhammadiyah berkomunikasi
dengan siapa saja demi untuk kepentingan dakwah dengan memilah mana yang
prinsip dan mana yang bersifat taktis dan strategis.

3. Karakter Tajdid
Muhammadiyah itu organisasi atau gerakan Islam yang berwatak tajdid
(pembaruan). Jiwa, pikiran, dan tindakannya selalu bersifat pembaruan yang
membawa pada perubahan ke arah kemajuan yang berkeunggulan. Dalam hal tajdid
ada yang bersifat pemurnian (tandhif, tajrid) dan ada yang bersifat pengembangan
atau dinamisasi (ishlah) sesuai dengan bidang dan sasarannya. Karenanya
Muhammadiyah tidak berpaham konservatif, kolot, jumud, dan kembali ke masa lalu
(salaf) secara parsial dan berkemunduran ala hidup zaman batu.
Jika dalam aqidah dan ibadah ada pemurnian, maka dalam pemurnian tidak
hanya verbal rukun tetapi juga substansi, esensi, makna, kekhusyukan, dan tahsinah
atau kebaikannya atau kemaslahatannya. Pemurnian pun luas dan mendalam, bukan
sekadar formalitas. Pemurnian akidah disertai pemahaman akan prinsip iman dan
tauhid serta dikaitkan dengan amal shaleh, bukan sekadar kulit luarnya. Dalam
beribadah mengikuti tuntunan Rasulullah, baik rukun maupun khusyuk dan makna
serta fungsi ibadah itu bagi kehidupan.

4
Dalam berakhlak mengikuti akhlak Nabi dengan uswah hasanah, sehingga
melahirkan keadaban dan peradaban, bukan sekadar keshalehan individual tetapi
sekaligus keshalehan sosial. Dalam hal mua’malah dunyawiyah berlaku prinsip ibahah
(kebolehan) dan dinamisasi (pengembangan) sehingga luas dan fleksibel untuk
mengurus kehidupan dunia sesuai dengan prinsip Islam. Dalam hal mu’amalah luas
sekali ranah pembaruan yang perlu dicapai, sehingga harus menciptakan berbagai
keunggulan di segala bidang kehidupan.

4. Karakter Wasithiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan keislaman dan kemasyarakatan memiliki sifat
tengahan (wasithiyah), sehingga tidak tampak ekstrem dan radikal dalam makna
cenderung serbakeras dan serba-apriori. Sifat tengahan itu kuat dalam prinsip tetapi
fleksibel dalam cara. Hal prinsip pun benar-benar yang bersifat prinsip, sehingga tidak
semua hal dijadikan prinsip jika hal itu menyangkut furu’ atau cabang dan ranting dari
persoalan [ CITATION Hae10 \l 1033 ].
Sikap tawasuth (tengahan) atau tawazun (keseimbangan) benar-benar menjadi
cirri khas Muhammadiyah. Islam dipandang dari sudut aqidah, ibadah, akhlak, dan
mu’amalah secara komprehensif sehingga semua aspek itu Islami. Berbicara tentang
Islami bukan hanya dalam urusan aqidah saja, ibadah saja, akhlak saja, tetapi juga
mu’amalah secara saling terkait satu sama lain dalam habluminallah dan
habluminannas. Tengahan dan seimbang dalam mengaitkan iman, ilmu, dan amal
sehingga Islam itu luas dan tidak parsial, sekaligus membumi.
Terkadang ada anggapan sempit yang disebut Islami itu jika berpakaian tertentu
atau beratribut tertentu. Jangan anggap berislam itu terbatas pada urusan pakaian,
tatacara makan, dan fisik saja. Tetapi Islam harus meluas menjadi urusan dunia yang
multiaspek, termasuk membangun peradaban ilmu dan kemajuan di segala bidang
kehidupan. Di sinilah sifat tengahan Muhammadiyah yang memposisikan dan
memfungsikan Islam secara seimbang dalam berbagai aspek kehidupan.
Sikap tengahan juga tercermin dalam cara berdakwah, antara amar ma’ruf dan
nahi munkar haruslah seimbang sesuai dengan sasaran, aspek, cakupan,
kepentingan, serta misinya. Dalam bersikap pun warga Muhammadiyah harus memiliki
sifat tengahan sebagaimana tercermin dalam Sepuluh Sifat Muhammadiyah dalam
Kepribadian Muhammadiyah. Sifat tengahan jangan diartikan lembek dan lemah.
Sebab yang tampak garang, keras, dan kencang pun tidak selalu identik dengan
keteguhan dalam prinsip dan lurus [ CITATION Ham11 \l 1033 ].

5
5. Nonpolitik Praktis
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sejak awal memilih strategi perjuangan
non-politik praktis, artinya tidak bergerak dalam perjuangan memperebutkan dan
menduduki kekuasaan di pemerintahan sebagaimana yang dilakukan partai politik
seperti Serikat Islam, Masyumi, dan partai-partai Islam lainnya di masa lalu maupun
saat ini. Muhammadiyah lebih memilih jalur dakwah kemasyarakatan melalui berbagai
amal usaha dan langkah-langkah dakwah pembinaan masyarakat sebagaimana
Khittah Muhammadiyah yang masih berlaku sampai saat ini dan bahkan dikukuhkan
pada Muktamar tahun 2015 di Makassar.
Apakah Muhammadiyah apolitik dan tidak memandang penting politik kekuasaan
di pemerintahan? Sama sekali tidak. Muhammadiyah memandang politik kekuasaan
penting dan strategis, tetapi perjuangan secara langsung harus dilakukan melalui
partai politik. Kalau di masa lalu Muhammadiyah sempat mendirikan parpol Islam, hal
itu menunjukkan sikap positif Muhammadiyah. Tetapi karena Muhammadiyah bukan
parpol, maka selayaknya perjuangan politik-praktis itu dilakukan oleh parpol, bukan
oleh Muhammadiyah.
Kini, kader Muhammadiyah didorong untuk ada yang aktif di partai politik dan
berkiprah melalui parpol untuk perjuangan kekuasaan. Muhammadiyah perlu
melakukan pendidikan politik sekaligus membuka ruang bagi kader-kader politik untuk
berkiprah di jalur perjuangan kekuasaan. Pada saat yang sama Muhammadiyah dapat
menjalankan fungsi-fungsi kelompok kepentingan melalui lobi, komunikasi, dan fungsi
politik moral-kebangsaan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintahan sebagaimana
tuntunan Khittah Denpasar.
Dengan jalur ormas dan parpol itu akan bertemu, tetapi jangan dicampur aduk.
Muhammadiyah pernah memiliki pengalaman di partai politik, maka jangan dicoba-
coba lagi apapun namanya untuk melibatkan Muhammadiyah dalam pertarungan
politik kekuasaan layaknya parpol. Jika ingin berjuang di amal usaha politik praktis
maka jalurnya melalui partai politik. Sedangkan usaha-usaha lain di luar fungsi parpol
dapat diperankan Munammadiyah secara elegan sesuai dengan Kepribadian dan
Khittah Muhammadiyah. Di sinilah pentingnya kecermatan, keluwesan, kepiawaian,
dan kegigihan para pimpinan Muhammadiyah untuk menjalankan politik kebangsaan
yang canggih dan seksama untuk kemaslahatan persyarikatan, umat, dan bangsa.
Dengan adanya ketentuan Muhammadiyah bukan partai politik, bukan berarti
Muhammadiyah sebagai organisasi buta terhadap politik bangsa di NKRI ini. Justru
sebaliknya dengan Muhammadiyah tidak sebagai partai politik semangkin luas dan tak
terbatas perannya untuk ummat dan bangsa ini.

6
C. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Dakwah dan Tajdid

1. Gerakan Islam
Kata yang lebih dikenal untuk gerakan Islam tetap identik dengan kata
pembaruan atau senada dengan kata modernisasi. Modernisasi dilakukan agar
semua dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang
ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Gerakan
pembaruan Islam adalah upaya untuk menyesuaikan paham agama Islam dan
perkembangan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
Gerakan pembaruan Islam bukan mengubah, mengurangi atau menambah
isi teks al-Qur'an maupun hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas
keduanya sehingga dapat sesuai dgn kebutuhan dan tuntutan zaman. Dalam
mengamalkan ajaran islam, Muhammadiyah bekerja pada hampir semua bidang
kehidupan manusia. Diantara bidang tersrbut adalah akidah, akhlak, ibadah, dan
mu'amalat duniawiyah.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam jelas harus melekat secara esensi
dengan Islam itu sendiri. Artinya Islam harus menjiwai, melandasi, membingkai,
sekaligus menjadi sumber inspirasi, orientasi, misi, dan cita-cita gerakannya. Oleh
karena itu secara tegas dalam AD/ART Muhammadiyah dengan jelas disebutkan
Muhammadiyah berasas Islam, selain itu Muhammadiyah memiliki maksud dan
tujuan yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya [ CITATION Nur14 \l 1033 ].
Dengan identitas keislaman, maka Muhammadiyah dengan seluruh
kelembagaannya maupun orang-orangnya harus mengintegrasikan diri dengan
nilai, norma, dan prinsip Islam dalam keseluruhan orientasi dan aktivitas
gerakannya. Islam sebagai ajaran mengandung perintah, larangan, dan petunjuk
maka Muhammadiyah dan para anggotanya harus senantiasa mengikuti apa yang
menjadi perintah, larangan, dan petunjuk Islam dalam menjalani kehidupan. Islam
itu iman, ilmu, dan amal shalih maka trilogi itu harus melekat dalam seluruh
gerakan Muhammadiyah dan perilaku warga Muhammadiyah.
Secara khusus karakter Islam yang menyatu dalam identitas Muhammadiyah
itu haruslah berwatak pergerakan, inilah yang disebut sebagai karakter dasar yang
utama dari Muhammadiyah. Muhammadiyah dengan seluruh institusinya secara

7
kelembagaan dan orang-orang Muhammadiyah sebagai pelakunya haruslah
memiliki watak pergerakan. Artinya selalu bergerak alias tidak pasif, stagnasi, dan
statis. Bergerak itu artinya berpindah dari tempat atau kedudukan, tidak diam;
mulai melakukan suatu usaha; mengadakan aksi; giat berusaha termasuk untuk
memperbaiki nasib.
Kata lain dari gerak adalah menggerakkan; yang artinya menjadikan
bergerak: seperti buruh mengadakan aksi; membangkitkan atau membangunkan
sesuatu seperti untuk memberi pertolongan; dan mengubah kedudukan atau
keadaan. Adapun gerakan tersebut adalah :
1) Perbuatan keadaan menjadi bergerak (air, laut, mesin).
2) Pergerakan, usaha, atau kegiatan di lapangan sosial (politik dll).

Gerakan dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat disertai program


terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan
untuk melestarikan pola-pola dan lembaga-lembaga masyarakat yang ada.
Sedangkan pergerakan mengandung arti :
1) Perihal atau keadaan bergerak
2) Kebangkitan (untuk perjuangan atau perbaikan): pada waktu itu muncul
nasionalisme di mana-mana.

Semua makna yang terkait dengan gerakan dan pergerakan itu dinamis,
berubah, dan maju secara pesat. Karena itu, Muhammadiyah maupun simpatisan
di mana dan kapan pun berada harus selalu memiliki watak bergerak yang
dinamis, berubah, dan maju ke arah yang semakin benar, baik, berkualitas, dan
berkeunggulan di segala bidang pergerakannya. Pada saat yang sama tidak boleh
statis, jumud, dan tertinggal yang membuat dirinya kehilangan jatidiri pergerakan.
Kata almarhum KH. AR. Fakhruddin, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
“Muhammadiyah itu Gerakan Islam, kalau tidak bergerak maka bukan
Muhammadiyah”. Haedar Nasir Selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat
Muhammadiyah periode 2015-2022 melengkapi, “Muhammadiyah itu Gerakan
Islam, kalau tidak Islam dan tidak bergerak, maka bukan Muhammadiyah.” Penulis
juga menambahkan, Muhammadiyah itu pengikut Nabi Muhmmad saw, jadi
barang siapa yang mengaku Islam dan nabinya nabi Muhammad, maka
seharusnya seseorang tersebut adalah Muhammadiyah.

8
2. Gerakan Dakwah
K.H Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah berharap pada umat agar
umat Islam menjadi terbaik dan senantiasa menyeru kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.SWT Upaya itu
berdasarkan firman Allah QS. Ali-Imran : 110, yaitu :
   
 
  
   
   
    
 
 
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS.
Ali-Imran : 110)

Berangkat dari firman Allah, manusia harus melaksanakan dakwah amar


ma'ruf nahi munkar. Dalam menghadapi kemunkaran tidak boleh berdiam diri,
melainkan harus memiliki kepekaan sosial terhadap berbagai kemunkaran baik
yang sedang, atau akan berlangsung dan atau telah menimpa orang lain.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam memiliki watak dasar derivasi (turunan,
pengembangan) sebagai Gerakan Dakwah. Artinya dakwah menjadi misi utama
Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan Muhammadiyah itu Gerakan
Islam yang bermisi dakwah, dakwah yang mencerahkan sekaligus dakwah yang
menggembirakan. Karena itu, misi dakwah harus menjadi jiwa, orientasi, usaha,
dan aktivitas yang utama dalam Muhammadiyah. Dakwah harus menjadi jiwa,
alam pikiran, sikap, dan tindakan anggota Muhammadiyah. Jika Muhammadiyah
dan orang-orangnya tidak memiliki jiwa, pemikiran, dan kegiatan-kegiatan dakwah
maka seseorang itu belum Muhammadiyah.
Inspirasi lahirnya Muhammadiyah justru panggilan berdakwah, yakni
menjadi segolongan umat terpilih atau terunggul yang mengakar pada al-khayr,
menyuruh pada yang makruf, dan mencegah dari hal-hal munkar, sehingga

9
menjadi golongan al-muflihum atau orang-orang yang menang, selamat, dan
beruntung dunia akhirat Qs Ali Imran: 104, yaitu :
  
  
 
   
 
 
Artinya :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung. (Qs Ali Imran: 104).

Berkaitan dengan perintah Allah swt di QS. Ali Imran ayat 104 ini, adalah
agar ada segolongan umat atau perseorangan untuk melakukan menyuruh pada
yang makruf, dan mencegah hal-hal munkar. Karena seluruh denyut nadi gerakan
Muhammadiyah dan orang-orangnya haruslah dakwah. Dakwah untuk mengajak
orang di jalan Allah SWT dengan cara bil-hikmah, wal-mauidhat al-hasanah, wa
jadilhum bi laty hiya ahsan (Qs An-Nahl: 125). Apakah dakwah itu bersifat bi-lisan
maupun bil-hal, baik yang bersifat kerisalahan maupun kerahmatan, semuanya
harus melekat dalam seluruh detak jantung gerakan Muhammadiyah dari pusat
sampai bawah termasuk di amal usahanya.
Dakwah amar ma'ruf nahi munkar yang dilakukan Muhammadiyah berkaitan
pada dua bidang, yaitu perorangan dan masyarakat. Hal ini dilakukan:
 Pertama, bidang perorangan/individu, dan bidang perorangan/individu ini dibagi
menjadi dua.yaitu :
1) Bagi orang yang sudah Islam, sifat dakwahnya adalah tajdid yakni memurnikan
ajaran Islam sebagaimana diajarkan dalam al-Qur'an dan Hadits. Pemurnian ini
meliputi:
a. Pemurnian tauhid, bersih dari tahayul, bidah, khurafat, dan syirik
b. Pemurnian Ibadah, membersihkan amaliyah ibadah dari bid'ah dan taklid.
c. Pemurnian akhlak, berakhlak dengan tuntunan Nabi Muhammad saw.

2) Bagi orang yang belum memeluk Islam, maka sifat dakwahnya adalah seruan
dan ajakan yang disertai dengan berbagai alasan dan penjelasan yang penuh
dengan kebijaksanaan. Dalam hal ini tidak ada paksaan untuk memeluk agama

10
Islam, namun dakwah yang disampaikan mampu menembus qolbunya secara
mendalam yang tertutup tersebut dan tanpa disadari terbuka qolbunya dengan
nur illahi.
 Kedua, Bidang Masyarakat.
Sifat dakwah Muhammadiyah merupakan bimbingan, perbaikan dan
peringatan pada masyarakat. Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan
bermusyawarah atas dasar takwa dan mengharap keridlaan Allah semata-mata.
Dengan melaksanakan dakwah dan amar makruf nahi munkar dengan caranya
masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju
tujuannya, yaitu: “terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”
[ CITATION Hae11 \l 1033 ].

3. Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid


Tajdid bermakna pembaruan. Kata tajdid bentuk kata dari jadda-yajiddu-
jiddan/ jiddatan artinya ternama, yang besar, nasib baik, dan baru. Pemahaman
mengenai tajdid dibedakan menjadi dua. Yaitu tajdid dalam arti pemurnian dan
tajdid dalam arti pembaruan. Dalam arti pemurnian disebut purifikasi, sedangkan
dalam arti pembaruan disebut reformasi.

4. Muhammadiyah sebagai gerakan Nasional


Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara Muhammadiyah berdiri
di barisan depan dalam melakukan reformasi kehidupan nasional di berbagai
bidang kehidupan agar Indonesia tidak ketinggalan dari negar-negara tetangga,
dan lebih maju tumbuh dan berkembang menjadi negara dan bangsa yang adil,
makmur, bermartabat, dan berdaulat.
Kini arena dakwah dan para pelaku dakwah begitu beragam dan banyak
sekali di tengah perubahan dan perkembangan zaman yang superkompleks
sehingga Muhammadiyah harus “berfastabiq al-khairat” dalam gerakannya. Misi
gerakan agama lain juga tidak kalah dinamis, berkembang, dan maju ketimbang
gerakan-gerakan dakwah Islam. Muhammadiyah sebagai pelopor dakwah yang
berkemajuan tentu dituntut dan ditantang untuk mendinamisasikan gerakan
dakwahnya sehingga dapat mengungguli sekaligus memberikan alrernatif terbaik
dalam menyebarluaskan dan mewujudkan ajaran Islam sebagai rahmatan
lil-’alamin di muka bumi.

11
3. Gerakan Tajdid
Muhammadiyah, selain gerakan dakwah, dalam identitasnya disebutkan juga
sebagai gerakan tajdid. Tajdid itu pembaruan, baik yang bersifat purifikasi atau
pemurnian (tajrid, tandhif) maupun pengembangan atau dinamisasi (tajdid, ishlah).
Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid sangat dikenal oleh masyarakat luas. Para
peneliti atau pakar menyebutnya sebagai gerakan modernisme atau reformisme
Islam, yang menunjukkan Muhammadiyah sebagai organisasi pembaruan Islam
yang maju dan mampu hidup serta memberikan jawaban atas permasalahan
aktual dinamika zaman [ CITATION Abu13 \l 1033 ].
Karenanya, baik Muhammadiyah secara kelembagaan maupun orang-orang
Muhammadiyah harus berjiwa, berpikiran, bersikap, bertindak, dan melakukan
usaha-usaha tajdid. Pada saat yang sama tidak boleh konservatif, jumud, dan
tradisional yang menyebabkan kemunduran dan ketertinggalan di tengah dinamika
zaman. Dalam keputusan Muktamar Tarjih XXII di Malang tahun 1990,
direkomendasikan agar Muhammadiyah dapat menanggapi setiap perkembangan
pemikiran tentang Islam dan iptek sebagai bagian integral dari tajdid dalam
pelaksanaan gerakan dakwah Islam amar makruf nahi munkar. Sehubungan
dengan itu Muhammadiyah perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Kajian secara sungguh-sungguh dengan pendekatan interdisipliner terhadap
sumber pokok ajaran Islam, Al-Qur’an dan As-Sunnah Al-Maqbulah,
sehingga diperoleh pemahaman Islam yang utuh, benar, dan fungsional,
serta mendakwahkannya sebagai petunjuk operasional bagi umat dan
masyarakat dalam melaksanakan fungsi khalifah di muka bumi;
2) Kajian secara serius dengan pendekatan interdisipliner terhadap berbagai
persoalan sebagai akibat perkembangan kehidupan manusia, perubahan
sosial, dan kemajuan iptek untuk memperoleh pemahaman yang tepat
sebagai landasan bimbingan dan pelurusan arah perkembangan kehidupan
manusia, perubahan sosial, dan kemajuan iptek tersebut sesuai dengan
prinsip dan tujuan Islam.”

Banyak usaha dan langkah Muhammadiyah dalam menjalankan tajdid di


abad kedua dalam pergerakannya. Semua pihak harus berpikir dan bekerja keras
agar Muhammadiyah tampil sebagai gerakan tajdid gelombang kedua sebagai
kesinambungan dari tajdid abad pertama yang dipelopori pendirinya KH Ahmad

12
Dahlan. Jika Muhammadiyah dan penggeraknya tidak menjadikan tajdid sebagai
arus utama gerakannya di abad baru ini maka kekuatan-kekuatan lain akan
mengambil peranan tajdid, yang belum tentu sejalan dengan Muhammadiyah. Jika
Muhammadiyah tidak melakukan tajdid maka bukan Muhammadiyah, demikian
pula manakala orang-orang Muhammadiyah tidak berpikiran tajdid maka bukanlah
pengikut dan penggerak Muhammadiyah.

D. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

Muhammadiyah sebagai gerakan organisasi sosial dan keagamaan, artinya


Muhammadiyah bergerak dalam ranah sosial dan agama. Mengapa demikian?
Inilah yang sering menjadi pertanyaan kita. Jawabannya sudah pasti ada pada
sejak KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah untuk pertama kalinya.
Bagaimana kemudian kita ketahui bersama kondisi geografis dan sosial yang ada
di Yogyakarta saat itu, Sebagian besar masyarakat masih menganut
faham kejawen. itu bagus, tapi menganut kejawen itu yang kurang bagus. Karena
dalam faham kejawen terdapat ritual-ritual sama persis seperti yang dilakukan
umat beragama Hindu. Penyembahan terhadap makhluk hidup sering dilakukan.
Hal inilah yang kemudian membuat Darwis (KH. Ahmad Dahlan) menjadi miris dan
serasa tersayat. Bagaimana bisa di Yogyakarta masih ada masyarakat yang
menyembah pohon, dan menaruh sesaji dibawahnya. Kalau bahasa anak
sekarang mengatakan, “apa akal mereka tidak berguna ?”.
Firman Allah swt mengemukakan :
  
   
    
   
  
   
   
  
 
Artinya:
"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?.Itulah orang yang
menghardik anak yatim.dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat.(yaitu) orang-orang yang lalai
dari shalatnya. orang-orang yang berbuat riya. dan enggan (menolong dengan)
barang berguna." (QS. Al-Ma’un: 1-7).

13
Ayat di atas merupakan landasan ideologi perjuangan Muhammadiyah yang
memberikan landasan keberpihakan kepada kaum lemah (dhu’afa’) dan kaum
teraniaya (mustadh’afin). Semangat Al-Ma’un merupakan dasar pijakan dalam
pengembangan awal gerakan “PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem)” dengan
tokoh K.H. Sudjak di awal pendirian Muhammadiyah tahun 1912 [ CITATION
Ahm11 \l 1033 ]. Inspirasi tersebut disesuaikan dengan munculnya ide-ide baru
tentang pembentukan masyarakat sipil atau masyarakat madani atau masyarakat
yang beradab. Masyarakat madani yang dimaksud dalam hal ini adalah
masyarakat yang terbuka dan bermartabat.
Gerakan sosial dapat dipahami sebagai kelompok yang terorganisir dalam
kerangka tujuan sosial terutama dalam usaha membantu untuk perbaikan sosial
maupun nilai sosial [ CITATION Man02 \l 1033 ]. Muhammadiyah memiliki cita-cita
sosial, yakni “kesejahteraan, dan kemakmuran masyarakat yang diridhai Allah”.
Dari sini kita ketahui bahwa Muhammadiyah menghendaki terciptanya negara
yang baik dan penuh akan ampunan Allah. Inilah interpretasi dari ungkapan Islam
adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Bagaimana kita lihat kemudian
Muhammadiyah sejak didirikan oleh Kyai Dahlan, sampai kepemimpinan yang
sekarang masih berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik, dan memberikan
pelayanan sosial pada masyarakat. Hal inilah yang menjadi penting dalam
perkembangan Muhammadiyah.
Muhammadiyah menurut hemat penulis dalam melakukan karakter gerakan
dakwah, selalu berupaya untuk menjadi yang terbaik dan terdepan. Kemudian
karakter gerakkannya baik dari gerakan islam, gerakan dawkah amar ma’ruf nahi
munkar dan gerakan tajdid, tidak memiliki embel-embel pencitraan, murni
semata-mata gerakan sosial karena hanya mengharaf ridha Allah swt [ CITATION
Ham11 \l 1033 ]. Inilah karakter gerakan dakwah Muhammadiyah yang senantiasa
eksis dalam pandangan masyarakat. Kemudian melalui semangat al-ma’un
merupakan dasar pijakan dalam pengembangan awal gerakan Muhammadiyah
sebagai organisasi atau persyarikatan di tengah-tengah umat dengan
mengamalkan konsep wasithiyah sesuai ajaran Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

14
IV. Latihan

1. Apakah yang di maksud dengan gerakan Islam, dakwah dan tajdid ?


2. Buat satu video yang berdurasi 5 menit tentang inplementasi gerakan al-
ma’un, kemudian video tersebut upload ke-youtub kemudian setelah itu lalu
copy linknya kirim ke wa group kelas.

V. Evaluasi

1. Tulis dan jelaskan satu persatu 3 Karakter Gerakan Muhammadiyah


Muhammadiyah.
2. Tuliskan 3 Gerakan Muhammadiyah yang berkaitan dengan gerakan sosial
namun pemerintah tidak melakukannya.

VI. Kunci Jawaban

Untuk menjawab soal Latihan dan Evaluasi, silahkan kaji kembali materi di atas.

15
Refrensi :

Adaby., A. (2011). Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah.


Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Agus Miswato, M. Z. (2012). Seri Studi Islam Sejarah Isalm dan


Kemuhammadiyahan. Magelang: P3SI UMM.

Fakih, M. (2002). Tiada Transformasi Tanpa Gerakan Sosial, dalam Zaiyardam Zubir,
Radikalisme Kaum Terpinggir : Studi Tentang Ideologi, Isu , Strategi Dan
Dampak Gerakan. Insist Press: Insist Press.

Haedar Nashir. (2011). Muhammadiyah dan Pembentukan Masyarakat Islam”.


Yogyakarta: Al Wasat.

Hambali, H. (2011). Ideologi dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara


Muhammadiyah.

Mujahid., A. (2013). Sejarah Muhammadiyah Gerakan “Tajdid” di Indonesia Bagian I.


Bandung: Too Bagus Publishing.

Nashir., H. (2010). Muhammadiyah Gerakan Pembaruan . Yogyakarta: Suara


Muhammadiyah.

Nur Rahma Amini, M. Q. (2014). Kemuhammadiyahan. Medan: UMSU Press.

Pohan, Selamat, (2021). Strategi dan Metode Pembelajaran Generasi Milenial.


Yogyakarta: Bildung.

Yustisia., N. (2016). Ada 5 Generasi Yang lahir Setelah Perang Dunia Ke Dua Dan
Berhubungan Dengan Masa Kini Menurut Teori Generasi. Jakarta: Randomnes.

16

Anda mungkin juga menyukai