Anda di halaman 1dari 142

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/351098282

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Book · April 2021

CITATIONS READS

0 741

4 authors, including:

I Gede Sedana Suci Hadion Wijoyo


IHDN stmik dharmapala riau
9 PUBLICATIONS   22 CITATIONS    218 PUBLICATIONS   863 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

DIGIPRENEURSHIP View project

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEAGAMAAAN BUDDHA FORMAL DAN NONFORMAL View project

All content following this page was uploaded by Hadion Wijoyo on 26 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat Hak Cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang
terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan
penelitian ilmu pengetahuan;
iii. penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan
pengajaran, kecuali pertunjukan dan fonogram yang telah dilakukan pengumuman
sebagai bahan ajar; dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan
yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan
tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ADMINISTRASI
PENDIDIKAN

Dr. Sukatin, SPd.I., M.Pd.I.,


Dr. I Gede Sedana Suci, S.E., M.Ag.,
Ruby Santamoko, S.Ag., M.Pd.,
Pahmi, S.Pd., M.Pd.,
Wira Jaya Hartono, S.Pd., M.Pd.,
Denok Sunarsi, S.Pd., M.M.
Administrasi Pendidikan

Dr. Sukatin, S.Pd., M.Pd.I., dkk.

Editor:
Wira Jaya Hartono, S.Pd., M.Pd.,
dan Hadion Wijoyo, S.E., S.H., S.Sos., S.PD., M.H., M.M., AK.,CA.

Desainer:
Mifta Ardila

Sumber:
www.insancendekiamanidiri.co.id

Penata Letak:
Reski Aminah

Proofreader:
Tim ICM

Ukuran:
viii, 131 hlm., 15.5 x 23 cm

ISBN:
978-623-348-058-1
Cetakan Pertama:
Mei 2021

Hak Cipta 2021, pada


Dr. Sukatin, SPd.I., M.Pd.I., Dr. I Gede Sedana Suci, S.E., M.Ag., Ruby Santamoko, S.Ag.,
M.Pd., Pahmi, S.Pd., M.Pd., Wira Jaya Hartono, S.Pd., M.Pd., Denok Sunarsi, S.Pd., M.M.

Isi diluar tanggung jawab penerbit dan percetakan


Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Anggota IKAPI: 020/SBA/02

PENERBIT INSAN CENDEKIA MANDIRI


(Grup Penerbitan CV INSAN CENDEKIA MANDIRI)

Perumahan Gardena Maisa 2, Blok F03, Nagari Koto Baru, Kecamatan Kubung,
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat – Indonesia 27361
HP/WA: 0813-7272-5118
Website: www.insancendekiamandiri.co.id
www.insancendekiamandiri.com
E-mail: penerbitbic@gmail.com
Daftar Isi
Prakata ........................................................................................................ vii
BAB I
MANAJEMEN PENDIDIKAN ............................................................................ 1
A. Makna Manajemen Pendidikan ............................................................. 1
B. Prinsip Manajemen Pendidikan............................................................ 5
C. Fungsi Manajemen Pendidikan............................................................. 7
D. Pandangan terhadap Manajemen Pendidikan ...................................... 9
BAB II
ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN ............................................................ 11
A. Pengertian Organisasi ........................................................................ 11
B. Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan .................................................. 21
C. Kriteria Keberhasilan Organisasi Lembaga Pendidikan ...................... 28
BAB III
KONSEP DASAR KURIKULUM ........................................................................ 33
A. Pengertian Kurikulum ......................................................................... 33
B. Implementasi Manajemen Kurikulum................................................... 34
C. Ruang Lingkup ..................................................................................... 36
D. Prinsip dan Fungsi............................................................................... 37
E. Sumber Daya Pendukung .................................................................... 38
F. Sejarah Kurikulum............................................................................... 39
BAB IV
MANAJEMEN PESERTA DIDIK........................................................................ 51
A. Makna Manajemen Peserta Didik ......................................................... 51
B. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik ...................................... 52
C. Prinsip Manajemen Peserta Didik ....................................................... 54
BAB V
JENIS TENAGA KEPENDIDIKAN ..................................................................... 57
A. Profesi Kependidikan .......................................................................... 57
B. Profesionalisme Guru ......................................................................... 59
C. Syarat Profesi Kependidikan ............................................................... 61

v
D. Jenis Tenaga Profesi Kependidikan .................................................... 62
E. Perlindungan Profesi Kependidikan.................................................... 64
BAB VI
FASILITAS PENDIDIKAN ................................................................................. 71
A. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ............................... 71
B. Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan ........................................... 75
C. Sarana dan Prasarana yang Menunjang Pembelajaran ..................... 78
D. Manfaat Sarana dan Prasarana Pendidikan ....................................... 81
BAB VII
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ............................................................................ 85
A. Standar Pembiayaan Pendidikan ........................................................ 85
B. Konsep Pembiayaan Pendidikan ......................................................... 87
BAB VIII
HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN MASYARAKAT .......................... 93
A. Konsep Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat ............. 93
B. Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat ........... 96
C. Model Kerja Sama .............................................................................. 101
D. Pemberdayaan Masyarakat................................................................ 103
BAB XI
PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN .................................................................. 107
A. Pengertian Penjaminan Mutu Pendidikan ........................................... 107
B. Tujuan Penjaminan Mutu..................................................................... 108
C. Mekanisme Jaminan Mutu Pendidikan ................................................ 110
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 123
TENTANG PENULIS ........................................................................................ 125
TENTANG EDITOR .......................................................................................... 131

vi Administrasi Pendiikan
Prakata
Segenap rasa syukur yang tak pernah henti penulis
persembahkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala atas
segala kemudahan dan petunjuk dari-Nya yang tak henti-hentinya
penulis terima, hingga saat ini penulis telah menyelesaikan sebuah
buku yang dengan judul “Administrasi Pendidikan”
Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberi dukungan dalam proses penyelesaian
buku ini. Kepada keluarga, rekan sejawat dan seluruh tim Insan
Cendekia Mandiri yang telah melakukan proses penerbitan,
penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menanti saran konstruktif untuk perbaikan dan
peningkatan pada masa mendatang. Semoga buku ini dapat
memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan di
sekolah. Sebagaimana peribahasa tak ada gading nan tak retak,
mohon dimaafkan segala kekeliruan yang ada pada terbitan ini.
Segala kritik dan saran, tentu akan diterima dengan tangan
terbuka.

Penulis

vii
viii Administrasi Pendiikan
BAB I
MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Makna Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan diimplementasi pada bidang
pendidikan, yang mana semua sudah diatur pada suatu yang
menjadi objek dari pengaturan pendidikan. Manajemen
pendidikan merupakan suatu proses segala aktivitas yang
objeknya kepada aktivitas kerja sama beberapa orang/lebih,
guna mencapai tujuan dari pendidikan nasional. Manajemen
pendidikan merupakan suatu proses aktivitas-aktivitas atau
kegiatan seperti mulai dari proses perencanaan serta
pengelolaan suatu tim atau kelompok masyarakat yang telah
tergabung dalam suatu kelompok organisasi pendidikan,
agar efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan dari
pendidikan nasional.
Menurut Mulyani A. Nurhadi (1983), memberi
penjelasan mengenai pengertian dari manajemen
pendidikan. Menurutnya manajemen pendidikan adalah
aktivitas-aktivitas/tahapan aktivitas yang dilaksanakan dari,
oleh, serta untuk manusia itu sendiri. Tahapan aktivitas ini
adalah proses-proses perencanaan dari setiap tahapan
aktivitas pendidikan yang bersifat kompleks dan bersifat
unik, karena aktivitas ini memiliki perbedaan dari tujuan
suatu perusahaan, yang perusahaan bertujuan mencapai

1
laba/untung yang besar, sementara tujuan dari kegiatan
pendidikan tidak jauh dari tujuan pendidikan secara umum
serta tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan negara.
Setiap tahapan dari setiap proses manajemen ini
dilakukan secara tim atau berkelompok dengan bekerja sama
di dalam kelompok organisasi, jadi kegiatan dan aktivitasnya
dijaga supaya adanya suasana/kondisi kerja yang kondusif,
tenang dan tidak mengorbankan sesuatu unsur yang ada
pada manusia. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mewujudkan
suatu tujuan yang telah disepakati dalam organisasi, dalam
hal ini seperti tujuan-tujuan yang memiliki sifat secara umum
dan yang diamanatkan oleh setiap kelompok atau wadah
pendidikan.
Menurut Murphy dan Louis, langkah-langkah dari
pengelolaan dilaksanakan agar tujuan dari pendidikan
terwujud, baik secara efektif dan efisien. Dapat kita lihat,
tingkatan organisasi yang ada di sekolah. administrasi
pendidikan memiliki 3 level, yakni
1. Institusi
Memiliki kaitan dengan hubungan antara sekolah
selaku lembaga pendidikan dengan lingkungan di luar
sekolah.
2. Manajerial
Memiliki hubungan mengenai leadership, dan
susunan sekolah.

2 Administrasi Pendiikan
3. Teknis
Pada tingkatan ini berhubungan terhadap proses
belajar mengajar.

Jadi manajemen pendidikan memiliki lingkup yang


besar dalam bidang lembaga pendidikan, dan hal lain seperti
bidang atau struktur lainnya cukup banyak, mulai keadaan
fisik, financial, serta orang yang memiliki keterlibatan dalam
aktivitas proses pendidikan lembaga pendidikan tersebut
(sekolah).
Menurut Consortium on Renewing, Sekolah merupakan
lembaga pendidikan yang memiliki lima bentuk modal yang
perlu pengelolaan yang baik guna mencapai keberhasilan
pada sekolah tersebut, yakni
1. Integrative capital
Modal yang memiliki kaitan terhadap integrasi dari
empat modal lainnya agar dapat digunakan untuk
mencapai program atau tujuan dari pendidikan yang telah
ditetapkan oleh bangsa.
2. Human capital
SDM yang memiliki keterampilan/skill untuk
memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk keperluan dari
proses pembelajaran di sekolah.
3. Financial capital
Keuangan yang diperlukan guna melaksanakan
proses aktivitas/kegiatan pendidikan.

BAB I Manajemen Pendidikan 3


4. Social capital
Sebagai suatu lembaga dan komunitas, sekolah
memiliki keterikatan kepercayaan dan kebiasaan yang
mendeskripsikan sebagai lembaga pendidikan.
5. Political capital
Dasar dari otoritas legal dimiliki guna menjalankan
aktivitas-aktivitas di lembaga pendidikan.

Dari penyampaian tersebut, kesimpulan yang dapat


diambil yaitu yang menjadi fungsi penting dari manajemen
pendidikan salah satunya memiliki kaitan dengan proses
belajar mengajar, ini mencapai dari awal seperti bagian
persiapan dan sampai aspek evaluasi guna mengetahui hasil
dari suatu proses tersebut, dalam hal ini lembaga pendidikan
sekolah yang melakukan kegiatan/aktivitas belajar mengajar
tentu harus siap melakukan pengelolaan kegiatan-kegiatan
dengan benar, sebab proses pendidikan/pembelajaran ini
merupakan kegiatan pokok di sekolah. (Hoy & Miskel, 2001)
Tenaga pendidik yaitu guru, adalah faktor yang sangat
berperan penting dalam menjelaskan aktivitas dari
manajemen pendidikan, karena bagian utama dari setiap
proses pendidikan di sekolah terletak pada peran dari guru,
sebab guru oran terlibat secara langsung di setiap
aktivitas/kegiatan berjalar mengajar di dalam kelas. Jadi SDM
kualitas guru di suatu sekolah tentu akan berpengaruh dalam
menentukan bagaimana perannya dalam mencapai tujuan

4 Administrasi Pendiikan
yang sudah ditetapkan. Kinerja guru adalah suatu hal menjadi
perhatian penting dari pihak manajemen pendidikan yang
ada di sekolah supaya terus adanya perberkembangan dan
meningkatnya kemampuan-kemampuan dari kompetensi
guru. Dengan adanya peningkatan terhadap kinerja guru,
guru pun akan meningkat baik dari kualitas maupun
kemampuan, dan ini akan memberi pengaruh kepada
peningkatan kualitas dari pendidikan, ini tentu searah
dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat ini.

B. Prinsip Manajemen Pendidikan


Pada dasarnya prinsip dari manajemen pendidikan
berpatokan pada tujuan, melalui penentuan tujuan yang ingin
dicapai siswa-siswa pada pembelajaran, perlunya prinsip-
prinsip:
1. Efisien dan efektif terhadap penggunaan anggaran, daya,
dan waktu.
2. Fleksibilitas kegiatan dalam melaksanakan sesuatu
kegiatan dengan memperhatikan faktor ekosistem dan
keadaan penyedia fasilitas yang mendukung.
3. Berkelanjutan, menjadikan siswa-siswi untuk sanggup
melanjutkan ke tingkatan selanjutnya.
4. Pendidikan seumur hidup, yang didapatkan selama
pendidikan harus dilanjutkan dan diterapkan ke dalam
keluarga dan masyarakat. Sehingga siswa-siswi perlu

BAB I Manajemen Pendidikan 5


menguasai skill dan keterampilan belajar agar siap
menyampaikan hasil belajarnya ke masyarakat.
5. Relevansi, pendidikan akan berarti ketika kurikulum yang
dipakai sesuai dengan keadaan serta yang menjadi
tuntutan masyarakat.

Manajemen pendidikan merupakan suatu tahapan atau


sistem dalam mengelola pendidikan sebagai organisasi
dalam lembaga pendidikan dan peningkatan kemanusiaan
yang berkaitan dengan suatu proses pembelajaran.
Cakupan dalam setiap kegiatan yang mengelola
pendidikan memiliki tujuan untuk terlaksana proses
pembelajaran yang efektif dan efisien, yakni
1. Adanya program kurikulum seperti administrasi
kurikulum, pembelajaran, evaluasi, bimbingan.
2. Adanya program ketenagaan.
3. Program pengadaan fasilitas dan sarana pendidikan.
4. Program pendanaan.
5. Program hubungan masyarakat.

Menurut Oemar Hamalik sistem pendidikan merupakan


suatu kesatuan dari setiap unsur yang satu dengan unsur
lainnya. Setiap unsur berkaitan dan bergantung dalam
melakukan setiap tugas guna mencapai tujuan sistem
pendidikan. Unsur luar yang memasuki sistem, kemudian
mengalami proses dapat dikatakan keluaran atau output.

6 Administrasi Pendiikan
C. Fungsi Manajemen Pendidikan
1. Perencanaan
Fungsi pertama dari manajemen yaitu perencanaan.
Perencanaan merupakan rangkaian aktivitas guna
mempersiapkan dengan terstruktur semua aktivitas yang
akan dilaksanakan agar terwujudnya tujuan yang sudah
ditentukan. Perencanaan juga memiliki arti sebagai
penetapan tujuan, anggaran, tahapan, dan kegiatan di
setiap organisasi. Dengan perencanan, fungsi manajemen
bertujuan untuk menyepakati tujuan yang akan didapat
dengan menetapkan semua aturan dan petunjuk yang
harus dilakukan. Aspek dari perencanaan, yakni
a. Apa yang akan dilakukan
b. Kapan dilakukan
c. Di mana akan dilakukan
d. Bagaimana cara melakukannya
e. Apa saja yang dibutuhkan
2. Pengorganisasian
Dalam fungsi manajemen, pengorganisasian
merupakan lanjutan dari fungsi perencanaan. Setiap
lembaga atau organisasi, pengorganisasian ini urat nadi
organisasi. Sehingga keberlangsungan organisasi atau
lembaga dipengaruhi pengorganisasian. Menurut
Heidjarachaman Ranupandjo pengorganisasian me-
rupakan aktivitas yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok lembaga/organisasi guna terwujudnya tujuan

BAB I Manajemen Pendidikan 7


yang telah disepakati, penerapannya dengan membagi
tugas, tanggung jawab, dan wewenang, serta ditetapkan
juga orang yang menjadi pemimpin.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan memiliki fungsi untuk melaksanakan
hasil dari fungsi perencanaan dan fungsi
pengorganisasian. Pelaksanaan merupakan perbuatan
guna mengerahkan anggota atau karyawan dan
memberdayakan sarana dan prasarana yang ada untuk
melakukan tugas secara bersama. Fungsi ini memotivasi
anggota/karyawan untuk melaksanakan tugas dengan
baik agar tujuan dari bisa dicapai dengan efektif dan
efisien.
4. Pengawasan
Pengawasan adalah suatu aktivitas untuk
mengawasi dan mengetahui setiap aktivitas operasional
dan pencapaian akhir dengan dibandingkan prosedur
yang dilihat dalam perencanaan sebelumnya. Fungsi
pengawasan ini memberikan jaminan setiap aktivitas yang
berjalan sesuai dengan kebijakan, rencana, dan
kesepakatan dalam kegiatan/program dari pekerjaan
yang sudah dianalisa, dibahas serta ditetapkan di fungsi
perencanaan.

8 Administrasi Pendiikan
Menurut Usman, manajemen adalah membuat rencana,
menerapkan, dan melakukan kontrol terhadap semua
komponen agar tercapainya suatu visi, misi serta tujuan
dengan tepat. Manajemen dalam arti sempit merupakan
manajemen sekolah mencakup: Perencanaan program,
pelaksanaan, kepemimpinan kepala sekolah, pengawasan
atau evaluasi, dan sistem informasi sekolah (Jafar,
Zulkarnaen, Yusrizal, 2018). Menurut Hadari Nawawi
manajemen adalah tindakan pemimpin dalam melakukan
pengelolaan lembaga yang dipimpinnya. (Hasanah, 2019)

D. Pandangan terhadap Manajemen Pendidikan


1. Manajemen sebagai suatu sistem
Membuat rencana, menerapkan, dan melakukan
kontrol terhadap semua komponen agar tercapainya suatu
visi, misi serta tujuan dengan tepat.
2. Manajemen sebagai suatu proses
Manajemen sebagai rangkaian-rangkaian dari setiap
proses aktivitas yang mengarah kepada pencapaian tujuan
dengan menggunakan semua sumber daya.
3. Manajemen sebagai proses pemecahan masalah
Sistem manajemen di setiap praktik dibahas dari
proses pemecahan masalah yang dilakukan pada setiap
komponen yang sudah ada di dalam lembaga.

BAB I Manajemen Pendidikan 9


Pada penjelasan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan
bahwa ada dua alasan yang menjadi pokok mengapa
manajemen perencanaan pendidikan diperlukan, yaitu
1. Guna mencapai ketuntasan wajar 9 tahun, manajemen
pendidikan diperlukan sebagai kerangka kerja sama guna
mencapai tujuan ketercapaian APK sebesar 95% dan
tujuan institusi pendidikan.
2. Guna mencapai ketuntasan wajar 9 tahun, manajemen
pendidikan dibutuhkan sebagai proses memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi pada usaha dalam
mencapai tujuan.

10 Administrasi Pendiikan
BAB II
ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN

A. Pengertian Organisasi
1. Menurut Louis A. Allen (1960), menjelaskan
pengorganisasian merupakan sistem mengarahkan dan
menghubungkan aktivitas yang dilaksanakan, pada
akhirnya fungsi organisasi/lembaga terselesaikan dengan
efektif dan efisien.
2. Menurut Edgar Schein (1973), menjelaskan bahwa setiap
organisasi merupakan kordinasi secara baik di kegiatan
dengan diikuti oleh sejumlah orang guna mewujudkan
tujuan, fungsi, dan dengan tingkat level tanggung jawab.
3. Menurut Ananda W.P Guruge (1977), menjelaskan bahwa
organisasi diartikan sebagai suatu ke tatanan kegiatan
yang banyak, dikelola dengan suatu bagian/kelompok dan
menjelaskan hubungan formal setiap orang yang telah
diberi tugas dengan berbagai macam tanggung jawab.
4. Menurut SB Hri Lubis (1987), mengatakan pokoknya
organisasi sebagai kesatuan sosial dari setiap kelompok
yang memiliki interaksi merujuk pada ketentuan-
ketentuan tertentu, jadi tiap-tiap anggota organisasi
mempunyai fungsi dan tugas yang sudah ditentukan,
organisasi sebagai suatu kesatuan memiliki tujuan

11
tertentu dan memiliki keterbatasan, sehingga dapat
dipisah dengan tegas dari lingkungannya.
5. Menurut Robbins (1996), bahwa organisasi dilihat pula
sebagai kesatuan bersosial yang dikoordinasi secara baik,
terstruktur dan terarah, yang sudah disusun oleh anggota
kelompok, atas dasar yang berkelanjutan guna
mewujudkan suatu tujuan.
6. Menurut Sutarto (1998), dapat dikatakan bahwa
organisasi merupakan sistem yang saling mempengaruhi
antara kelompok, anggota yang di dalam kelompok dengan
bekerja sama untuk mewujudkan tujuan.

Penjelasan beberapa ahli tentang organisasi, pada


dasarnya bisa diambil kesimpulan bahwa organisasi
merupakan koordinasi dengan baik dengan setiap program-
program organisasi untuk mewujudkan tujuan yang sudah
disepakati secara baik dengan aturan serta dalam membagi
tugas dan dengan tingkatan kekuasaan dan tanggung jawab.
Organisasi pada dasarnya memiliki cakupan dari faktor yang
membuat organisasi itu ada, yakni sekelompok orang, kerja
sama, serta tujuan yang sudah ditentukan yaitu adalah sistem
yang saling berpengaruh.
Lembaga merupakan sesuatu yang sudah tersistem
secara sistematis dalam hubungan bermasyarakat, sistem ini
diorganisir dalam rangka menciptakan nilai dan langkah-
langkah tertentu, serta menyediakan apa yang menjadi

12 Administrasi Pendiikan
kebutuhan dalam masyarakat tertentu. Lembaga bagian dari
macam-macam norma masyarakat yang memiliki sifat
memaksa. Kebiasaan dan perilaku di sekitar aktivitas
menjadi terarah dalam sistem keyakinan dan perilaku yang
sifatnya formal dan memaksa, jadi jika ingin dapat dikatakan
lembaga tersebut telah berkembang harusnya suatu lembaga
memiliki cakupan:
1. Rangkaian perilaku yang sudah diatur
2. Rangkaian perilaku, sikap, nilai yang mendukung
3. Mempunyai suatu acara seperti suatu tradisi dan upacara
lainnya.

Membentuk lembaga didasarkan:


1. Cara
Mengarah kepada kondisi di dalam masyarakat
dengan memakai simbol/tanda tertentu agar dapat
menghayati suatu kejadian.
2. Kebiasaan
Kebiasaan ialah tingkah laku suatu masyarakat yang
terus berulang secara sadar dalam jangka waktu tertentu,
yang menyebabkan tingkah laku tersebut menjadi suatu
kebiasaan yang susah dilupakan.
3. Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan serangkaian proses dan
perilaku masyarakat dalam memaknai kehidupan dengan
bentuk berupa upacara ritual dan lain-lainnya.

BAB II Organisasi Lembaga Pendidikan 13


Beberapa pengertian tentang pendidikan menurut para
ahli, yaitu
1. Menurut Driyarkara (1980), pendidikan merupakan
memanusiakan manusia.
2. Dictionary of education, pendidikan merupakan proses
manusia yang meningkatkan keterampilan dan perilaku
lainnya dalam bermasyarakat di tempat ia tinggal, proses
dalam bermasyarakat yang dialami oleh manusia
berhadapan pada pengaruh lingkungan yang khususnya
dari lembaga pendidikan, sehingga manusia bisa
mendapatkan peningkatan kemampuan-kemampuan
sosial individu dengan maksimal.

Pendidikan jangan dilihat sebagai suatu wadah untuk


persiapan menghadapi kehidupan di masa depan, namun
untuk kehidupan sekarang yang dirasakan oleh seseorang
dalam proses perkembangan ke arah pada tingkatan yang
dewasa.
Dapat dianalisa dan disimpulkan beberapa ciri
pendidikan merujuk pengertian pendidikan dari
penyampaian para ahli, yaitu
1. Pendidikan bermakna tujuan, yaitu keterampilan untuk
terus berkembang dan menjadi manusia yang bermanfaat.
2. Supaya dapat mewujudkan tujuan tersebut, pendidikan
tentu harus melakukan suatu usaha direncanakan dalam

14 Administrasi Pendiikan
menentukan materi, langkah, dan metode penilaian yang
relevan.
3. Kegiatan-kegiatan dalam pendidikan dilaksanakan pada
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dari bermacam pengertian dari pendidikan yang telah


dipaparkan pada penyampaian di atas, didapatkan
kesimpulan bahwa pendidikan merupakan usaha yang sudah
direncanakan guna adanya suasana pembelajaran dan proses
belajar mengajar supaya siswa dapat aktif meningkatkan
potensi dan kemampuan yang ada pada diri sendiri untuk
menguasai kekuatan spiritual, penguasaan diri, kepribadian,
kecerdasan, dan berakhlak baik, serta kemampuan
dibutuhkan masyarakat saat ini.
Dari penjabaran tersebut, dapat diartikan organisasi
lembaga pendidikan merupakan koordinasi dengan cara
rasional oleh sekelompok manusia dalam membuat lembaga
pendidikan. Tujuan dari organisasi lembaga pendidikan
tersebut yaitu menyiapkan siswa-siswi menjadi bagian dari
masyarakat dengan dibekali kemampuan akademik agar
dapat melaksanakan, meningkatkan, memperkaya ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan berusaha untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat serta memperkaya
budaya nasional. Maka dalam memberikan pelayanan
pendidikan kepada siswa khususnya dan masyarakat,

BAB II Organisasi Lembaga Pendidikan 15


organisasi lembaga pendidikan perlu memberi pelayanan
yang baik.
Pendidikan menurut Jhon Dewey adalah proses
membentuk keterampilan dasar peserta didik yang sangat
fundamental, proses tersebut terus berlangsung tanpa akhir.
Baik proses dalam meningkatkan intelektual peseta didik,
sikap, jati diri dan tingkah laku peserta didik antar sesama
manusia (Nindarti et al., 2018). Proses dalam belajar
mengajar merupakan hal utama dalam mencapai
keberhasilan pendidikan, keberhasilan pendidikan yang
berkualitas membutuhkan layanan pendidikan yang baik.
(Sagala, 2013)
Menurut Rahmayanty ciri khas dalam pelayanan yang
memiliki kualitas dapat disebut sebagai pelayanan yang
sangat baik. Mudah, cepat, tepat, dan akurat merupakan ciri-
ciri dalam pelayanan yang berkualitas dan baik. Pelayanan
yang baik akan berkesan baik sehingga pelanggan dapat
langsung merasakan pada waktu itu dan saat itu juga
(Aryawan, 2019). Manajemen pendidikan yang ada sekolah
memilki hubungan dengan kualitas pelayanan pendidikan.
Manajemen merupakan suatu bagian dari manajemen
pendidikan di setiap sekolah. Manajemen yang baik dan
berkualitas akan membuat siswa-siswinya aktif dan
semangat mengikuti pembelajaran di sekolah karena merasa
senang dan nyaman, sehingga akan berpengaruh dalam

16 Administrasi Pendiikan
peningkatan motivasi peserta didik dan hasil belajar dalam
menjalankan proses pembelajaran. Dan orang tua yang ada di
rumah akan merasa tenang menitipkan anaknya mengikuti
proses belajar (Aryawan, 2019).
Menurut Kast & James, bahwa struktur adalah sesuatu
yang berpola, memiliki keterkaitan antar komponen-
komponen di bagian organisasi. Struktur organisasi adalah
bentuk dari organisasi dengan menyeluruh yang
menjelaskan suatu keterkaitan dari bermacam aspek dan
fungsi organisasi yang terpengaruh oleh keadaan wilayah
sekitar dan pemanfaatan teknologi, serta target dari tujuan
yang ingin didapatkan. Struktur memiliki sifat tidak berubah
serta statis, perlu waktu untuk penyesuaiannya.
Stoner memiliki pendudukan, struktur organisasi
mempunyai 5 unsur, yakni
1. Spesialisasi aktivitas
Hal ini mengarah kepada syarat tugas perseorangan
dan kelompok di tiap-tiap organisasi.
2. Standardisasi aktivitas
Menstandarisasi suatu tahapan yang dipergunakan
dalam menjamin kelayakan aktivitas dengan membuat
seragam dan konsisten kerja yang wajib dilakukan
anggota, biasanya dengan menerapkan aturan, penjelasan
posisi, program penyeleksian, arah kerja, dan kemampuan
bekerja.

BAB II Organisasi Lembaga Pendidikan 17


3. Koordinasi aktivitas
Koordinasi suatu aktivitas merupakan tahapan
dengan menggabungkan berbagai fungsi di dalam
lembaga, yaitu fungsi primer dalam badan usaha,
marketing, produksi, dan penjualan adalah suatu hal yang
langsung dan mendukung tercapainya tujuan.
4. Sentralisasi dan desentralisasi keputusan
Teknik dalam mengambil suatu keputusan yang
mengarah pada tempat kekuasaan dalam mengambil
keputusan. Sentralisasi merupakan proses dalam
memberi kewenangan pengambilan suatu keputusan pada
tingkatan di atas organisasi. Desentralisasi adalah
pendelegasian tugas dan wewenang di tingkat seluruh
organisasi.
5. Ukuran unit kerja
Dalam unit kerja memiliki ukuran atau takaran
dalam mengarah kepada kuantitas pegawai di kelompok-
kelompok kerja.

Struktur organisasi lebih baik dan bagus jika dijelaskan


atau diberikan gambaran pada bagan/alur organisasi. Pada
struktur organisasi ada penjelasan jabatan pekerjaan, jadwal
kerja, jenis pekerjaan yang wajib dikerjakan, keterkaitan
antara atasan dan bawahan, kelompok/bagian tertentu,
tingkatan manajemen dan hubungan komunikasi. Struktur

18 Administrasi Pendiikan
organisasi membagi aktivitas pekerjaan dan memperlihatkan
cara/bagaimananya suatu aktivitas yang memiliki perbedaan
ini saling berhubungan.
Skema dalam organisasi berguna untuk menjelaskan
akan hubungan laporan yang dibuat dalam suatu garis secara
vertikal. Di skema organisasi terdapat siapa di suatu posisi
atau orang yang harus melapor, memberi gambaran
lingkungan tanggungjawab, pembagian tugas dan
pertanggungjawaban di tiap posisi.
Menurut Sutarto (1998) bagan organisasi melihatkan
struktur organisasi menggunakan kotak bergaris yang dibuat
berdasarkan kedudukan setiap orang yang memiliki fungsi
tertentu, satu sama lainnya dihubungkan dengan garis-garis
kewenangan.
Kegunaan bagan organisasi agar bisa mengetahui besar
kecil suatu organisasi, wewenang, rincian aktivitas satuan
organisasi dan lain-lainnya terhadap layak atau tidaknya
suatu organisasi. Struktur organisasi lembaga pendidikan
merupakan rincian terstruktur di antara bagan-bagan yang
menjelaskan keterkaitan kerja dengan membagi dan
mengoordinasikan tanggung jawab seseorang dan kelompok
supaya menjadi suatu kesatuan yang utuh di berbagai setiap
aktivitas untuk mencapai tujuan dari pendidikan.
Dalam UU No. 25 Tahun 2000 mengenai Program
Pembangunan nasional, dijelaskan pada rencana

BAB II Organisasi Lembaga Pendidikan 19


pembangunan tahunan, pengorganisasian lembaga
penyelenggara pendidikan menganut ketentuan nasional
tentang jenis dan jenjang pendidikan, dinyatakan adanya
perintah dalam membentuk dewan sekolah setiap kabupaten
dan kota, dan membentuk komite sekolah tiap-tiap sekolah.
Berkaitan mengenai pengelolaan pendidikan, telah
keluar Keputusan Menteri Pendidikan No. 044 Tahun 2002,
mengenai Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dewan
Pendidikan merupakan suatu badan yang memperantarai
peran masyarakat untuk meningkatkan mutu, pemerataan,
dan efisiensi pengelolaan pendidikan pada setiap kabupaten
dan kota. Peran dari Dewan pendidikan yaitu
1. Memberi pertimbangan
2. Pendukung
3. Pengontrol
4. Mediator

Komite sekolah merupakan wadah yang mandiri dalam


memperantarai peran masyarakat untuk meningkatkan
kualitas, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan
pada satuan pendidikan, baik pendidikan prasekolah,
pendidikan sekolah, ataupun jalur pendidikan di luar sekolah.
Komite sekolah memiliki peran yang bisa dikatakan hampir
mirip dengan dewan pendidikan, tapi cakupannya lebih kecil
dari dewan pendidikan yakni hanya pada satuan pendidikan.

20 Administrasi Pendiikan
B. Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan
UU RI No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 16 menjelaskan bahwa jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan dapat berupa satuan pendidikan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.

Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan merupakan wahana yang dilewati siswa-
siswi untuk meningkatkan kemampuan/skill pada suatu
proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Pada UU RI No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 31 ayat 1, 2, dan 3. Dijelaskan terdapat
tiga jalur pendidikan yang berperan dalam membentuk
kualitas SDM, yakni pendidikan formal, nonformal, dan
informal.
1. Jalur Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang
dilaksanakan pada setiap sekolah. Jalur pendidikan
memiliki tingkatan atau jenjang pendidikan yang terarah,
mulai dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
Pendidikan formal bisa terwujud pada model satuan
pendidikan yang dilakukan pemerintahan pusat,
pemerintahan daerah, serta masyarakat.
Setiap lembaga formal akan memiliki hak dan
wewenang yang diberikan pemerintah agar dapat

BAB II Organisasi Lembaga Pendidikan 21


memberikan gelar akademik ke siswa-siswi yang sudah
menyelesaikan pendidikan di lembaga pendidikan
ditempat dia belajar. Terkhusus untuk perguruan tinggi
yang ada program profesi sesuai dengan program
pendidikan yang menyelenggarakan doktor dapat
memberikan gelar doktor kehormatan ke setiap orang
yang layak mendapatkan penghargaan berkaitan dengan
jasa yang luar biasa di bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
masyarakat, agama, budaya, dan kesenian.
2. Jalur Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan
di luar pendidikan formal yang dapat diselenggarakan
secara terarah dan bertingkat. Pendidikan nonformal
dapat dikatakan pendidikan di luar sekolah. Pendidikan
nonformal disiapkan untuk warga negara yang butuh
pelayanan pendidikan yang mana memiliki fungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat.
Pendidikan nonformal seperti pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan pada anak usia dini,
pendidikan pemuda, pendidikan pemberdayaan pada
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan serta pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan
seperti: paket A, B, dan C, dan pendidikan lainnya yang

22 Administrasi Pendiikan
ditujukan untuk meningkat keterampilan kemampuan
siswa-siswi yakni Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain-lainnya, serta
pendidikan lainnya yang mengarah untuk meningkatkan
keterampilan.
3. Jalur Pendidikan informal
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 27 ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa
pendidikan informal ialah jalur pendidikan pada keluarga
dan lingkungan berupa pembelajaran yang dilaksanakan
dengan sifat kemandirian. Hasil pendidikan informal sama
dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
didik dinyatakan telah lulus ujian sesuai standar.
Homeschooling atau disebut sekolah rumah, diatur pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.
Jika anak-anak yang mengikuti pendidikan informal
menginginkan ijazah dikarenakan ingin masuk pendidikan
formal di jenjang yang tinggi, sehingga peserta didik pada
pendidikan informal dapat ikut ujian persamaan melalui
program PKBM.

Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan merupakan rangkaian proses pendidikan
yang ditentukan dengan tingkatan perkembangan siswa,
tujuan yang ingin dicapai, dan keterampilan yang akan

BAB II Organisasi Lembaga Pendidikan 23


dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Ini dijelaskan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 14.
1. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan di awal
selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan
dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lainnya yang sederajat serta
Sekolah Menengah pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan dasar adalah pendidikan 9 tahun yang
memiliki program pendidikan enam tahun di sekolah
dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah
lanjutan pertama.
Sebelum masuk jenjang pendidikan dasar, anak yang
berusia 0-6 tahun diselenggarakan pendidikan anak usia
dini, tetapi bukan merupakan pra syarat untuk mengikuti
pendidikan dasar. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 28
dijelaskan: Pendidikan anak usia dini diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau
informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan

24 Administrasi Pendiikan
formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lainnya yang
sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lainnya yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
2. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah adalah tingkatan pendidikan
lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terbagi
atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK), atau bentuk lainnya yang sederajat.
3. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi ialah tingkatan pendidikan
sesudah SMA/SMK/MA dengan cakupan pendidikan
diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
dilaksanakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi
memiliki kewajiban melakukan pendidikan, penelitian,
serta pengabdian masyarakat. UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 20
menjelaskan bahwa perguruan tinggi dapat melaksanakan
program akademik, profesi, dan/atau vokasi.

BAB II Organisasi Lembaga Pendidikan 25


Jenis pendidikan
Jenis pendidikan merupakan kelompok-kelompok yang
dibagi berdasarkan secara khusus tujuan pendidikan di
satuan pendidikan. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 15 bahwa jenis
pendidikan meliputi: pendidikan umum, kejuruan, akademik,
profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
1. Pendidikan umum
Pendidikan dasar dan menengah lebih
mengutamakan perluasan pengetahuan yang digunakan
oleh siswa-siswi guna melanjutkan pendidikan ke tinggi
yang tinggi. Modelnya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
(SMA).
2. Pendidikan kejuruan
Adalah pendidikan menengah yang menyiapkan
siswa-siswinya yang utama untuk siap bekerja dalam
berbagai bidang. Bentuk satuannya seperti Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
3. Pendidikan akademik
Adalah pendidikan tinggi pada program sarjana dan
program pascasarjana.
4. Pendidikan profesi
Adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana
yang menyiapkan peserta didik untuk memasuki suatu

26 Administrasi Pendiikan
profesi. Pendidikan kedinasan adalah pendidikan profesi
yang penyelenggaraannya departemen atau lembaga
pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan
bertujuan meningkatkan skills dalam melaksanakan tugas
kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri di suatu
departemen atau nondepartemen. Pendidikan kedinasan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan
nonformal.
5. Pendidikan vokasi
Adalah pendidikan tinggi yang menyiapkan peserta
didik agar dapat mempunyai pekerjaan berdasarkan
keahlian terapan tertentu maksimal dalam tingkatan D-IV
setingkat dengan S1.
6. Pendidikan keagamaan
Adalah pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan
tinggi yang menyiapkan siswa-siswi agar mampu
melaksanakan peran yang mewajibkan pemahaman
pengetahuan tentang ajaran agama. Dalam UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV
Pasal 30 pendidikan keagamaan berupa pendidikan
diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan
model lain-lainnya.
7. Pendidikan khusus
Merupakan pendidikan untuk siswa-siswi dengan
mempunyai kesulitan pada proses belajar mengajar

BAB II Organisasi Lembaga Pendidikan 27


dikarenakan kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. Siswa yang mempunyai kecerdasan luar biasa,
dilaksanakan dengan inklusif berupa satuan pendidikan
khusus.

C. Kriteria Keberhasilan Organisasi Lembaga Pendidikan


Mandiri merupakan tujuan dari desentralisasi pendidikan, di
daerah lebih mengutamakan kemandirian dalam pengelolaan
dan pemberdayaan setiap semua fasilitas-fasilitas/SDM yang
dimiliki guna melaksanakan setiap keputusan yang
disepakati pemerintah.
Dengan sumber daya yang ada, tiap-tiap daerah
memiliki perbedaan pula dalam mengatasi masalah
pendidikan. Hal ini terlihat dalam pengorganisasian suatu
institusi pengelolaan pendidikan, sementara dalam
mengorganisasikan lembaga penyelenggara pendidikan
tetap mengarah pada ketentuan nasional mengenai jenis dan
jenjang/tingkatan pendidikan.
Menurut Nanang dan Fattah, bahwa pengorganisasian
merupakan sistem dalam pembagian kerja dalam tugas yang
lebih kecil, memberikan tugas tersebut itu ke setiap orang
dengan menyesuaikan kemampuan karyawan/tenaga kerja,
menyediakan sumber daya, dan mengoordinasikan dalam
upaya mencapai efektivitas dari tujuan organisasi. Sehingga,
guna mendapatkan tercapainya dari tujuan suatu organisasi,

28 Administrasi Pendiikan
dibutuhkan kriteria-kriteria dari keberhasilan organisasi
lembaga pendidikan.
Kriteria dari suatu keberhasilan bertujuan guna
mengetahui nilai-nilai dari suatu aspek pada komponen-
komponen tertentu. Pengelola lembaga pendidikan yang
efektif dan efisien adalah syarat yang mutlak dalam mencapai
keberhasilan organisasi. Tanpa kecuali lembaga pendidikan
yang terus semakin dituntut agar dapat menjadi lembaga
pendidikan yang tepat sasaran. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal perlu adanya rencana sistem pengelola
yang handal, serta juga profesional. Sekolah merupakan
komponen penting dalam sistem pendidikan memberikan
dampak yang nyata dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Peran ini tidak terlepas bagaimana lembaga
atau sekolah dikelola.
Jika sekolah diumpamakan seperti mesin produksi,
maka kualitas output akan sesuai dengan kualitas mesin.
Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah
sebagai manajer pendidikan. Kemampuan kepala sekolah
terhadap pengelolaan sekolah berpengaruh dalam
peningkatan mutu sekolah. Kemampuan manajerial kepala
sekolah merupakan keterampilan kepala sekolah yang akan
berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan
(Damayanti, 2017). Kemampuan manajerial kepala sekolah
merupakan keterampilan seorang manajer pendidikan dalam

BAB II Organisasi Lembaga Pendidikan 29


mengelola serta menggunakan semua sumber daya sekolah
untuk mewujudkan program dan tujuan sekolah dengan
benar (Damayanti, 2017). Di sekolah, kepala sekolah
merupakan orang terdepan yang berusaha untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. (Ismoyowati, 2014)
Menurut Nawawi kepala sekolah merupakan manajer
dalam pendidikan sekolah yang berupaya mengarahkan
semua sumber daya yang ada di sekolah supaya sanggup
mengerjakan tugas dengan optimal demi mencapai hasil
terbaik, baik dari segi kuantitas ataupun dalam pembelajaran
(Maliling, 2019). Menurut Daryanto kepala sekolah adalah
orang yang bertanggung jawab mengenai semua program
sekolah (Syafrizal, 2017). Pencapaian kepala sekolah dalam
melakukan tanggung jawabnya, tidak terlepas dari
bermacam faktor, salah satu faktornya ialah kemampuan
manajerial seorang kepala sekolah. (Atmaja, T. Ampuh Rony
AR, Djailani, 2015)
Peranan kepala sekolah melaksanakan tugas-tugasnya
merujuk terhadap visi misi dari sekolah, dan penerapan
program sekolah yang sudah direncanakan yang tertuang
dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang sudah di jadwal dalam
program sekolah. Kepala sekolah sebagai seorang manajer
pendidikan diminta agar bertindak sebagai pemimpin, guru,
administrator, wirausahawan, pencipta iklim kerja, dan
penyelia. (Maliling, 2019)

30 Administrasi Pendiikan
Indikator kemampuan manajerial kepala sekolah yang
ada di Permendiknas No. 13 Tahun 2007, bahwa kepala
sekolah harus mampu:
1. Penyusunan rencana sekolah.
2. Mengembangkan sekolah sesuai kebutuhan.
3. Memanfaatkan sumber daya.
4. Mengembangkan sekolah agar proses pembelajaran
efektif.
5. Mengelola sarana dan prasarana dengan benar dan baik.
6. Menjalin hubungan baik sekolah dengan masyarakat
untuk pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan sekolah.
7. Mengelola kesiswaan.
8. Pengelolaan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai
tujuan pendidikan nasional.
9. Pengelolaan tata usaha untuk mendukung program
10. Pengelolaan unit layanan khusus.
11. Menerapkan prinsip kewirausahaan agar terciptanya ide
baru.
12. Menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
13. Pengelolaan sistem informasi sekolah dengan mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan.
14. Memanfaatkan perkembangan TIK guna meningkatkan
kualitas belajar mengajar.

BAB II Organisasi Lembaga Pendidikan 31


15. Mengelola usaha jasa untuk sumber dalam pembiayaan
sekolah.
16. Melakukan kontrol proses kegiatan belajar mengajar
sesuai standar pengawasan yang ditentukan. (Dahlan et
al., 2017)

Menurut Purwanto kepala sekolah merupakan seorang


administrator pendidikan memilki tanggung jawab dalam
terlaksananya proses pembelajaran dan belajar mengajar di
lingkungan sekolah yang dipimpin (Syafrizal, 2017). Menurut
Katz & Misra dalam kemampuan manajerial dibutuhkan tiga
keterampilan, yaitu
1. Keterampilan teknis, merupakan kemampuan untuk
dalam hal aturan, teknis, dan pengetahuan.
2. Keterampilan manusiawi, kemampuan memotivasi,
bekerja sama, baik antar sesama maupun berkelompok.
3. Keterampilan konseptual, adalah mengelola semua
aktivitas yang ada di organisasi.

Kepala sekolah yang merupakan manajer pendidikan,


perlu ketiga keterampilan di atas, supaya kepala sekolah
dapat mengerjakan tugas dan fungsi sebagai seorang
manajer. Kepala sekolah menguasai nilai yang ada pada tiga
keterampilan tersebut serta sanggup menerapkannya dalam
aktivitas sehari-hari. (Dahlan et al., 2017)

32 Administrasi Pendiikan
BAB III
KONSEP DASAR KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum
Pada Undang-Undangan Nomor 20 Tahun 2003, kurikulum
merupakan suatu perencanaan aturan yang kaitannya
dengan tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang
terapkan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan. Kurikulum adalah
seperangkat rencana pendidikan yang memberikan petunjuk
mengenai jenis, cakupan, susunan materi, dan proses
pendidikan. (Syafaruddin, 2018)
Kurikulum adalah rancangan mengenai aturan tujuan,
isi, bahan pembelajaran, dan upaya agar cara yang
dipergunakan pada pelaksanaan proses pembelajaran agar
tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik (Atmaja, T.
Ampuh Rony AR, Djailani, 2015). Menurut Hamalik
kurikulum dibuat untuk menghadapi perkembangan zaman
serta TIK agar mencapai tujuan pendidikan dengan
mempertimbangkan tahapan perkembangan siswa
disesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan
manusia seutuhnya (Syafaruddin, 2018). “Manajemen
kurikulum adalah sesuatu hal fundamental di sekolah,
dengan adanya manajemen kurikulum akan berdampak pada

33
kualitas dan kinerja guru pencapaian tujuan”. (Atmaja, T.
Ampuh Rony AR, Djailani, 2015)
Manajemen kurikulum merupakan langkah-langkah
menggunakan keseluruhan sumber daya sekolah guna
tercapai dan mewujudkan tujuan dari kurikulum pendidikan
yang dilakukan sekolah (Syafaruddin, 2018). Menurut
Rusman manajemen kurikulum merupakan proses dari
manajemen kurikulum terencana, tersusun, terprogram
secara baik dan benar agar tercapainya tujuan kurikulum (W.
Hidayati, 2017). Manajemen kurikulum adalah sesuatu hal
yang paling penting sebagai suatu substansi pengelolaan di
sekolah. (Utami, 2018)

B. Implementasi Manajemen Kurikulum


Implementasi manajemen kurikulum tahapan rangkaian
proses dalam melaksanakan tujuan dan kebijakan kurikulum
pada proses kegiatan mengajar sekolah, membuat siswa
mampu menguasai keterampilan, sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan (Fathurrochman, 2017). Menurut
Arikunto keberhasilan implementasi manajemen kurikulum
berdasarkan pada proses perencanaan, penyusunan dan
langkah penerapannya (Fathurrochman, 2017). Pada proses
dari penerapan kurikulum, penyusunan kurikulum harus
mampu mengerti akan dampak-dampak yang muncul dari
hasil kurikulum, agar bentuk perilaku dapat dimunculkan
dengan signifikan melalui bermacam tindakan bahkan

34 Administrasi Pendiikan
dengan suatu pengembangan yang telah direncanakan
dengan baik (Hasanah, 2019). Menurut Oemar Hamalik dua
tingkatan dalam penerapan kurikulum di sekolah yaitu pada
tingkat sekolah yang memiliki peran adalah kepala sekolah
serta guru yang berperan pada tingkatan kelas. Berbedanya
peran kepala sekolah dan guru, namun dalam melaksanakan
administrasi kurikulum, selalu bersama mem-
pertanggungjawabkan proses administrasi kurikulum.
(Fathurrochman, 2017)
Menurut Hairun Nusuf dalam upaya pengembangan
kurikulum berdasarkan pada tujuan pendidikan yang jelas,
pandangan mengenai proses belajar mengajar yang tepat dan
benar, pandangan mengenai lingkungan kondusif, konsep
peranan guru yang efektif, dan sistem evaluasi benar.
Berorientasi pada pengembangan kurikulum diharapkan
peningkatan dan penerapan kurikulum di setiap tingkat
satuan pendidikan agar mewujudkan tujuan dan mutu
pendidikan yang diharapkan (Syafaruddin, 2018).
Menurut Hairun Nusuf indikator kompetensi
pengembangan kurikulum sebagai berikut:
1. Guru merancang RPP dengan benar.
2. Menyampaikan materi pembelajaran dengan baik.
3. Materi sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4. Mencontohkan nilai-nilai dari materi yang telah diajarkan
guru dalam kehidupan.

BAB III Konsep Dasar Kurikulum 35


5. Materi yang mutakhir.
6. Proses belajar mencakup berbagai model pembelajaran.
7. Guru membantu mengembangkan kemampuan siswa.
8. Menjelaskan memanfaatkan pelajaran untuk
mengembangkan topik pembelajaran berikutnya.
(Syafaruddin, 2018)

C. Ruang Lingkup
Menurut Dinn Wahyudin cakupan manajemen kurikulum
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
evaluasi kurikulum. Secara luas, manajemen kurikulum tidak
dibatasi hanya di ruangan (Utami, 2018). Ruang lingkup
manajemen kurikulum terletak pada penerapan pada proses
manajemen itu sendiri, disebabkan proses penerapan
kurikulum memiliki persamaan dalam prinsip proses
manajemen. (Fathurrochman, 2017)
Siklus manajemen pengembangan kurikulum di
sekolah terdiri atas:
1. Tahapan perencanaan
a. Analisa kebutuhan
b. Perumusan dan menjawab pertanyaan filosofis
c. Menetapkan desain kurikulum
d. Pembuatan rencana induk berupa pengembangan,
pelaksanaan, dan penilaian
2. Tahapan pengembangan
a. Merumuskan dasar berpikir

36 Administrasi Pendiikan
b. Merumuskan visi, misi, dan tujuan
c. Menentukan struktur dan program
d. Pengorganisasian materi
e. Pengorganisasian pembelajaran
f. Menentukan sumber, alat, dan sarana belajar
g. Menentukan cara mengukur hasil belajar
3. Tahapan implementasi
a. Menyusun rencana silabus dan RPP
b. Menjabarkan materi
c. Penentuan strategi dan metode pembelajaran
d. Menyediakan sumber, alat, dan sarana pembelajaran
e. Penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil
belajar
f. Pengaturan lingkungan pembelajaran
4. Tahapan evaluasi
Menyusun kurikulum dilaksanakan oleh satuan
pendidikan atas dasar pada standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan.

D. Prinsip dan Fungsi


Secara fundamental prinsip manajemen kurikulum adalah
berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran berjalan
lancar, ukurannya dalam mencapai tujuan pada peserta didik,
serta mendorong guru untuk optimal menyempurnakan

BAB III Konsep Dasar Kurikulum 37


strategi belajar dengan peserta didik (Utami, 2018). Prinsip
manajemen kurikulum sebagai yaitu
1. Produktif, pencapaian yang didapat pada kegiatan
kurikulum ialah faktor yang dipertimbangkan.
2. Demokratisasi, sesuai demokrasi dalam mengelola
manajemen.
3. Kooperatif, saling bekerja sama untuk mencapai hasil
tujuan.
4. Efektivitas dan efisien, program perlu adanya
pertimbangan agar efektif dan efisien.
5. Menerapkan program yang telah disusun dalam
kurikulum. (Fathurrochman, 2017)

Menurut Dinn Wahyudin fungsi dari manajemen


kurikulum yaitu memberdayakan penggunaan sumber daya
kurikulum, mendorong peserta didik agar meningkatkan
hasil belajar, meningkatkan hubungan, dan pencapaian dari
proses belajar, meningkatkan pencapaian kinerja guru, dan
kegiatan siswa, mencapai tujuan dari proses belajar
mengajar, berpartisipasi dalam masyarakat.(Fathurrochman,
2017)

E. Sumber Daya Pendukung


Manajemen sekolah yang baik, penggunaan sumber belajar,
media pembelajaran, merupakan sumber daya pendukung
keberhasilan pelaksanaan kurikulum (Maimunah, 2016).

38 Administrasi Pendiikan
Pelaksanaan kurikulum baik langsung maupun operasional
adalah guru kelas dan guru mata pelajaran. Tugas guru
merupakan suatu profesi yang menuntut pemenuhan
kompetensi utama seorang guru (Syafaruddin, 2018). Guru
merupakan orang yang berperan dalam keberhasilan
implementasi kurikulum, tentu adanya dukungan sumber
daya lainnya seperti sarana prasarana, biaya, organisasi,
lingkungan. Namun tetap gurulah yang memegang peran
penting dari keberhasilan implementasi kurikulum.
(Rusman, 2011)
Pengajaran yang masih menggunakan metode/strategi
belajar tradisional berdampak terhadap hasil belajar dan
prestasi belajar siswa. Guru harus profesional, tidak hanya
mampu menyampaikan pembelajaran kepada siswa saja,
namun guru harus bisa mengaitkan siswa-siswi dengan
sumber-sumber belajar bervariasi. (Malichatin, 2019)

F. Sejarah Kurikulum
Sejarah kurikulum di Indonesia sering berubah-ubah di
setiap ada pergantian menteri pendidikan, sehingga mutu
pendidikan kita sampai saat ini belum dapat dikatakan
memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
Sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional
sering kali mengalai perubahan, yakni 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut
merupakan hal yang logis dari terjadinya perubahan sistem

BAB III Konsep Dasar Kurikulum 39


politik, sosial budaya, ekonomi, dan perkembangan teknologi
dalam masyarakat. Kurikulum dibuat untuk menghadapi
perkembangan zaman serta teknologi agar mencapai tujuan
dari pendidikan dengan mempertimbangkan tahapan
perkembangan siswa disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan pembangunan manusia. (Syafaruddin, 2018).
Pancasila dan UUD 1945 merupakan landasan seluruh
kurikulum nasional yang dirumuskan dengan dasar landasan
yang sama. Bedanya dalam penekanan utama pada tujuan
pendidikan serta pendekatannya.
1. Kurikulum 1947
Kurikulum 1947 merupakan kurikulum yang
pertama di era kemerdekaan. Menggunakan istilahnya
pada bahasa Belanda leer plan yang memiliki arti rencana
pelajaran, istilah tersebut populer dari pada istilah
curriculum dalam bahasa Inggris. Asas pendidikan yang
diputuskan adalah Pancasila. Kurikulum pada waktu itu
lebih dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947,
yang diselenggarakan di tahun 1950. Berbagai kalangan
mengatakan bahwa sejarah perkembangan kurikulum di
awali dari Kurikulum 1950. Berupa 2 hal utama yaitu
a. Daftar mata pelajaran dan jam pembelajaran.
b. Garis besar pengajaran.

40 Administrasi Pendiikan
Waktu itu, kurikulum di Indonesia terpengaruhi
dengan sistem pendidikan Belanda dan Jepang, sehingga
kita hanya meneruskan yang sudah ada. Rentjana
Pelajaran 1947 bisa disebut pengganti sistem pendidikan
Belanda, karena keadaan pada saat itu dalam semangat
berjuang merebut kemerdekaan. Pendidikan lebih
menekankan pada pembentukan karakter masyarakat
Indonesia yang merdeka, berdaulat serta sejajar dengan
negara lainnya. Arah Rentjana Pelajaran 1947 tidak
menuntun pada pendidikan pikiran, yang utama yaitu
pendidikan watak, adanya kesadaran bernegara, dan
bermasyarakat. Konteks pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari, memberi perhatian kepada seni
dan pendidikan jasmani.
2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Di tahun 1952 kurikulum kita dilakukan
penyempurnaan. Kurikulum yang baru ini lebih merinci
pada tiap-tiap mata pelajaran yang disebut Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum Rentjana Pelajaran
Terurai 1952 berorientasi pada sistem pendidikan
nasional. Keutamaan serta ciri-ciri kurikulum 1952
terletak pada setiap perencanaan pembelajaran wajib
memperhatikan isi dari pembelajaran yang dikaitkan pada
kehidupan sehari-harinya.

BAB III Konsep Dasar Kurikulum 41


Dalam kurikulum ini lebih menjelaskan tiap-tiap
mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai
1952. Djauzak Ahmad yang mana Direktur Pendidikan
Dasar Depdiknas periode 1991-1995, mengatakan bahwa
silabus mata pelajarannya jelas sekali, guru mengajar satu
mata pelajaran. Waktu itu juga ada dibentuknya kelas
Masyarakat, yakni sekolah khusus bagi lulusan Sekolah
Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas
masyarakat ini banyak mengajarkan keterampilan, yakni
a. Pertanian
b. Pertukangan
c. Perikanan

Keterampilan ini bertujuan supaya anak yang tidak


sanggup sekolah ke tingkatan selanjutnya, dapat bekerja.
3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Menurut Hamalik keutamaan pokok kurikulum 1964
yang menjadi tanda yaitu dengan ciri-cirinya, pemerintah
berkeinginan supaya masyarakat mendapatkan
pendidikan akademik untuk bekal di sekolah dasar,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana. Program ini mencakup pengembangan
moral, kecerdasan, emosional, keterampilan, serta
jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan

42 Administrasi Pendiikan
moral. Mata pelajaran pada kurikulum ini, dibagi ke dalam
lima bidang studi, yaitu
a. Moral
b. Kecerdasan
c. Emosional
d. Keterampilan
e. Jasmani
4. Kurikulum 1968
Kurikulum ini adalah pembaruan dari kurikulum
sebelumnya, yaitu adanya perubahan dalam struktur
kurikulum pendidikan dari pancawardhana berubah ke
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, serta
keterampilan khusus.
Pada kurikulum tersebut adanya perwujudan dalam
perubahan arah pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Munculnya Kurikulum 1968 memiliki sifat politis karena
mengubah Rencana Pendidikan 1964 yang digambarkan
sebagai produk Orde Lama, tujuannya terletak pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968
ditekankan pada pendekatan organisasi dengan materi
pelajaran, yaitu
a. Kelompok pembinaan Pancasila.
b. Pengetahuan dasar.
c. Kecakapan khusus.

BAB III Konsep Dasar Kurikulum 43


Jumlah mata pelajaran ada sembilan. Djauzak
mengatakan Kurikulum ini adalah kurikulum bulat.
Kurikulum ini berisi mata pelajaran yang pokok.
5. Kurikulum Periode 1975
Kurikulum 1975 ditekannya dengan tujuan supaya
pendidikan efisien dan efektif. Latar belakangnya adanya
pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu, kata
Mudjito selaku Direktur Pembinaan TK dan SD pada
masanya. Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dijelaskan lebih detail di dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Setiap satuan pelajaran
dirinci dalam bentuk:
a. Tujuan Instruksional Umum
b. Tujuan Instruksional Khusus
c. Materi Pembelajaran
d. Alat Pembelajaran
e. Kegiatan Pembelajaran
f. Evaluasi
6. Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan
Kurikulum 1984 mengangkat process skill approach.
Kurikulum ini mengutamakan pada pendekatan proses,
namun faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini populer
dengan sebutan Kurikulum 1975 yang disempurnakan.
Peserta didik di posisikan sebagai subjek belajar. Mulai

44 Administrasi Pendiikan
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Prof. Dr.
Conny R. Semiawan adalah tokoh utama lahirnya
Kurikulum 1984. Beliau adalah Kepala Pusat Kurikulum
Depdiknas periode 1980-1986.
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum ini buat merupakan penyempurnaan dari
kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984. Kurikulum
ini dilaksanakan sesuai dengan UU No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Memberi dampak
kepada sistem pembagian waktu pembelajaran, sehingga
adanya perubahan dari sistem semester menjadi sistem
caturwulan. Melalui sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam 1 tahun menjadi 3 tahapan, dapat
diharapkan memberi peluang untuk peserta didik
menerima pembelajaran yang banyak. Tujuannya
ditekankan kepada pemahaman konsep dan kemampuan
dalam mengerjakan soal serta problem solving.
8. Kurikulum 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum 2004, atau dikenal dengan sebutan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Merupakan
program pendidikan berbasis kompetensi yang
mengandung 3 unsur pokok, yaitu
a. Pemilihan kompetensi yang sesuai.

BAB III Konsep Dasar Kurikulum 45


b. Spesifikasi indikator evaluasi guna mengukur
keberhasilan mencapai kompetensi.
c. Pengembangan pembelajaran.

Ciri-ciri dari Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu


a. Menekan diketercapaian kompetensi siswa, dan
memiliki orientasi pada hasil belajar.
b. Proses belajar menggunakan pendekatan dan metode
yang beragam.
c. Dalam melakukan penilaian, lebih menekankan pada
proses dan hasil belajar.
d. Dirinci dalam komponen aspek, kelas, serta semester.
e. Keterampilan dan pengetahuan di tiap mata pelajaran,
disusun berdasarkan aspek dari mata pelajaran.
f. Pernyataan hasil belajar disepakati untuk setiap aspek
rumpun pelajaran di tiap-tiap tingkatan.
g. Dalam rumusan hasil belajar merupakan menjawab
pertanyaan.

Hasil belajar menggambarkan secara kompleks


kurikulum yang disampaikan dengan kata kerja yang
mana diukur melalui berbagai teknik penilaian. Tiap-tiap
hasil belajar mempunyai perangkat indikator, yang
menjadi rumusan indikator yaitu untuk menjawab
pertanyaan “bagaimana kita mengetahui bahwa peserta
didik sudah mencapai hasil belajar yang diinginkan?

46 Administrasi Pendiikan
Pendidikan ini di titik beratkan pada peningkatan
keterampilan untuk melakukan kompetensi tugas yang
sesuai dengan standar performance yang sudah
ditentukan. Yang berarti bahwa pendidikan mengarah
dengan upaya menyiapkan peserta didik agar mampu
melaksanakan perangkat kompetensi yang sudah
dirumuskan.
Kurikulum 2004 ini popular dengan sebutan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Di tiap-tiap mata
pelajaran dijelaskan dengan patokan kompetensi yang
mestinya dapat dicapai peserta didik. Kebingungan terjadi
ketika dalam mengukur tercapainya kompetensi peserta
didik dalam UAS dan UN dalam bentuk soal-soal pilihan
ganda. Jika tujuan untuk pencapaiannya pada kompetensi
yang diinginkan peserta didik, harusnya yang menjadi alat
ukurnya lebih kepada praktik/soal-soal dalam bentuk
penjelasan/uraian yang bisa mengetahui sampai di mana
pemahaman dan kemampuan peserta didik. Yang terjadi
dari hasil kurikulum ini tidak memuaskan, serta banyak
guru yang tidak mengerti apa sebenarnya kompetensi
yang diinginkan oleh yang membuat kurikulum.
9. Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran 2006/Kurikulum
Periode KTSP
Pada awal tahun 2006 pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi diberhentikan, diganti dengan KTSP,

BAB III Konsep Dasar Kurikulum 47


yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) dan ditetapkan Menteri Pendidikan Nasional
melalui Permendiknas No. 22, 23, dan 24 tahun 2006.
Dalam UU No. 24 Tahun 2006 Pasal 1 ayat 15, kurikulum
tingkat satuan pendidikan merupakan kurikulum
operasional yang dirumuskan oleh dan dilakukan di setiap
satuan pendidikan dengan mengikuti SK, KD, panduan,
dan pedoman yang dikembangkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan. Dan hal lain, dalam pengembangan
KTSP harus relevan dengan keadaan satuan pendidikan,
kemampuan, karakteristik daerah, dan siswa.
KTSP bertujuan yakni tujuan pendidikan nasional,
kesamaan dengan khasnya, keadaan daerah, satuan
pendidikan dan siswa-siswi. Karena hal tersebut
kurikulum dirumuskan oleh satuan pendidikan guna
menyesuaikan dengan program pendidikan terhadap
kondisi di setiap daerah.
Dengan keluarnya Peraturan Menteri No. 24 Tahun
2006 tentang mengatur pelaksanaan Peraturan Menteri
No. 22 Tahun 2006 mengenai standar isi kurikulum dan
Peraturan Menteri No. 23 Tahun 2006 mengenai standar
kelulusan, muncul kurikulum 2006. Perbedaannya ada
pada wewenang pada penyusunan, yakni mengarah ke
jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan.

48 Administrasi Pendiikan
Dalam kurikulum 2006, pemerintahan di pusat
menentukan SK dan KD, sementara sekolah dalam hal ini
guru diharuskan agar sanggup mengembangkannya
berupa silabus dan penilaian disesuaikan dengan keadaan
sekolah dan keadaan daerah. Di bawah pembinaan serta
pengawasan oleh dinas pendidikan setempat penyusunan
KTSP menjadi tanggung jawab sekolah. Pencapaian dalam
pengembangan semua mata pelajaran, digabung menjadi
suatu perangkat yang diberi nama KTSP.
Dan di akhir 2012, muncul anggapan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran kurang berhasil,
dengan alasan bahwa sekolah dan guru tidak memahami
secara utuh tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran
serta muncul bermacam kurikulum yang sulit mencapai
tujuan pendidikan nasional. Sehingga pada awal 2013,
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran diberhentikan lalu
diganti dengan kurikulum baru.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan, modifikasi
serta pemutakhiran dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pelajaran. Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi
tanggal 15 Juli 2013.

BAB III Konsep Dasar Kurikulum 49


50 Administrasi Pendiikan
BAB IV
MANAJEMEN PESERTA DIDIK

A. Makna Manajemen Peserta Didik


Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 1 ayat 4, dijabarkan
bahwa peserta didik merupakan anggota masyarakat yang
berupaya untuk meningkatkan/mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Pada tingkat TK, berdasarkan ketentuan pada pasal 1
PP RI No. 27 Tahun 1990, disebut dengan anak didik.
Sementara pada tingkatan pendidikan dasar dan menengah,
berdasarkan ketentuan pasal 1 PP RI No. 28 dan 29 Tahun
1990 disebut dengan siswa. Dan pada tingkatan perguruan
tinggi, berdasarkan ketetapan PP RI No. 30 Tahun 1990
disebut dengan mahasiswa.
Peserta didik dapat disebut dengan sebutan lain, yakni
murid, anak didik, pembelajar, dan lain-lainnya. Menurut
Syamsul Nizar menjelaskan kriteria dari peserta didik, yakni
1. Bukan miniatur dari orang dewasa namun juga
mempunyai dunia sendiri.
2. Mempunyai periodisasi tumbuh kembang.
3. Makhluk Allah yang mempunyai perbedaan dengan orang
lain.

51
4. Peserta didik adalah 2 unsur utama dari jasmani dan
rohani, jasmani mempunyai daya fisik, serta rohani
mempunyai akal, hati nurani, dan nafsu.
5. Peserta didik merupakan makhluk yang mempunyai fitrah
yang bisa ditingkatkan/dengan sifat dinamis.

Manajemen peserta didik memiliki arti sebagai suatu


usaha mengatur para siswa-siswi dimulai dari siswa masuk
sekolah sampai siswa-siswi tersebut menamatkan
pendidikannya. Menurut Knezevich (1961) menjelaskan
manajemen peserta didik ialah suatu pelayanan yang
dipusatkan pada perhatian pengaturan, pengawasan, dan
layanan kepada siswa-siswi di dalam kelas dan di luar kelas,
contoh: pengenalan, pendaftaran, pelayanan individu yakni
pengembangan semua keterampilan yang dimiliki oleh
peserta didik, mengembangkan minat atau bakat, dan apa
yang menjadi suatu keperluan sampai siswa-siswi tersebut
menguasai apa yang dipelajari di sekolah.

B. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik


Manajemen peserta didik memiliki tujuan yaitu
1. Melakukan pengaturan aktivitas siswanya supaya dapat
menunjangnya proses pembelajaran
2. Proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan lancar,
sehingga peseta didik nyaman di sekolah.

52 Administrasi Pendiikan
3. Agar adanya ketertiban dan keteraturan agar bisa
memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan.

Secara khusus, memiliki tujuan, yaitu


1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
2. Menyalurkan dan meningkatkan kecerdasan, minat, dan
bakat.
3. Menyampaikan aspirasi, keinginan serta yang menjadi
kebutuhan/keperluan.

Terpenuhinya tujuan tersebut, diharapkan para siswa-


siswi bisa mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya dan
melanjutkan studinya untuk selalu belajar dan tercapainya
keinginan dari peserta didik.
Secara umum, memiliki fungsi yaitu sebagai wadah
untuk peserta didik guna meningkatkan diri sebaik-baiknya,
baik dari segi individual, sosial, aspirasi, kebutuhan dan
potensi peserta didik. Secara khusus, memiliki fungsi yang
berkenaan dengan pengembangan, yaitu
1. Fungsi individual
Para siswa-siswi bisa meningkatkan kemampuan-
kemampuan individualitas dengan tidak adanya halangan.
Kemampuan-kemampuan tersebut seperti:
a. Kemampuan umum (cerdas)
b. Kemampuan khusus (bakat)

BAB IV Manajemen Peserta Didik 53


2. Fungsi sosial
Peserta didik bisa melakukan sosialisasi bersama
teman sebaya, orang tua serta keluarga terhadap
lingkungan-lingkungan sosial sekolah serta masyarakat.
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang saling
membantu/tolong menolong.
3. Fungsi aspirasi dan harapan
Untuk menyalurkan hobi, kesenangan dan minat
para siswa-siswi, ini harus disalurkan sebagai penunjang
terhadap pengembangan potensi-potensi diri setiap
peserta didik.
4. Fungsi kebutuhan dan kesejahteraan
Fungsi ini agar para peserta didik mendapatkan
kesejahteraan dalam kehidupannya.

C. Prinsip Manajemen Peserta Didik


Prinsip ialah suatu pedoman dalam melakukan tugas dan
tanggung jawab. Prinsip manajemen peserta didik
mempunyai artian pada manajemen peserta didik, prinsip-
prinsip ini harus menjadi pedoman dalam melakukan
tugasnya.
Prinsip-prinsipnya yaitu
1. Dipandang sebagai bagian dari seluru manajemen sekolah
Memiliki tujuan yang sama serta mendukung seluruh
tujuan manajemen sekolah.

54 Administrasi Pendiikan
2. mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik
Semua program dan aktivitas dalam manajemen
peserta didik harus mendidik, bukan untuk yang hal-hal
lainnya.
3. Mempersatukan peserta didik
Semua siswa-siswi memiliki latar belakang berbeda,
bahkan yang menjadi perbedaan ini tidak sedikit, karena
itu harus saling menjadi persatuan antar peserta didik dan
pendidik.
4. Aktivitas dalam manajemen peserta didik harus dilihat
sebagai sesuatu yang melakukan pengaturan dengan
membimbing peserta didik.
Dengan adanya bimbingan dan binaan harus ada
persetujuan dari pihak yang dibimbing. Pihak yang
dibimbing merupakan peserta didik itu sendiri.
5. Kemandirian peserta didik
Prinsip dari kemandirian memiliki manfaat untuk
peserta didik itu sendiri, tidak hanya saat peserta didik itu
berada di sekolah, namun saat para peserta didik tersebut
sudah turun ke masyarakat. Adanya ketergantungan oleh
peserta didik harus dihilangkan dengan kegiatan yang ada
di dalam manajemen peserta didik.

BAB IV Manajemen Peserta Didik 55


56 Administrasi Pendiikan
BAB V
JENIS TENAGA KEPENDIDIKAN

A. Profesi Kependidikan
Pendidikan merupakan proses tiada akhir dan pembentukan
keterampilan dasar secara fundamental baik terkait dengan
daya pikir dan intelektual maupun emosional perasaan yang
diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesama. Wadah
pelaksana dan penyelenggara pendidikan pada proses
belajar mengajar adalah sekolah. Agar dapat mencapai tujuan
pendidikan nasional, maka sekolah memiliki wewenang
melaksanakan serta menyelenggarakan proses belajar
mengajar. Langkah sekolah yang merupakan wadah
penyelenggara pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yaitu adanya layanan dan manajemen
yang baik. Menurut Jhon Dewey pendidikan adalah proses
membentuk keterampilan dasar peserta didik yang sangat
fundamental, proses tersebut terus berlangsung tanpa akhir.
Baik proses dalam meningkatkan intelektual peseta didik,
sikap, jati diri dan tingkah laku peserta didik antar sesama
manusia. (Nindarti et al., 2018)
Dalam pendidikan, komponen terpenting yang memiliki
berperan besar dalam mendidik adalah guru. Peran yang
dimiliki guru yang dituntut mengembangkan skills yang

57
harus mampu untuk dikuasai oleh siswa bukanlah hal yang
bisa dibilang mudah, guru berkewajiban untuk berperan aktif
dalam menempatkan apa yang diinginkan masyarakat yang
terus berkembang serta perkembangan teknologi. Guru
harus bersikap profesional, dalam arti bahwa guru memiliki
tugas dan kewajiban dalam mengembangkan keterampilan
peserta didik, jati diri serta prestasi siswa-siswi, sehingga
siswa-siswi menjadi manusia yang bermanfaat kelak. Peserta
didik merupakan generasi penerus, dalam perkembangan
zaman ini. Peserta didik harus mempunyai keterampilan agar
memiliki nilai jual sehingga menjadi produktif serta tepat
guna dalam masyarakat. (Nurhaidah, 2015)
Secara etimologi profesi kependidikan mempunyai dua
kata, namun memiliki satu makna. Dalam bahasa Inggris
profesi disebut profession, memiliki arti job/kerja. Profesi
tidak hanya sebatas pekerjaan, tapi vokasi khusus yang
memiliki expertise, responsibility, dan corporatness.
1. Expertise
Kompetensi yang didapatkan dengan pendidikan
serta pelatihan dalam waktu lama.
2. Responsibility
Orang bisa disebut sebagai orang yang bertanggung
jawab jika berani melaksanakan sesuatu dan siap untuk
menerima akibat dari yang dilakukannya.

58 Administrasi Pendiikan
3. Corporatnes
Profesi merupakan sesuatu pekerjaan khusus
dengan kemampuan/skills, tanggung jawab, dan
kesejawatan.

B. Profesionalisme Guru
Profesionalisme asal katanya dari kata profesi, berarti
sesuatu bidang profesi dilaksanakan oleh seseorang dengan
menuntut adanya keahlian tertentu. Dalam UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa
profesional merupakan aktivitas yang dilaksanakan oleh
seorang serta juga menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang perlu kemampuan/skills yang mana sudah ditentukan
standar mutunya dan perlu pendidikan profesi.
Profesional adalah keadaan, arah, nilai, tujuan, dan
kualitas dari suatu keterampilan dan wewenang yang
berhubungan dengan penghasilan. Dalam upaya
meningkatkan agar tercapainya mutu pendidikan nasional
diperlukan guru yang memiliki kualitas serta menguasai
kompetensi guru. Guru bukan hanya sebagai pendidik saja,
namun guru memiliki tugas lain, yakni membina,
membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi.
Empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru untuk
melaksanakan aktivitas belajar mengajar, yaitu kompetensi:
pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional. Guru yang

BAB V Jenis Tenaga Kependidikan 59


memiliki kualitas dan profesional merupakan guru yang
menguasai materi dan media pembelajaran. Guru merupakan
seorang fasilitator yang baik, menguasai kelas, dan mampu
membentuk perilaku peserta didik menjadi manusia
bermanfaat, guru harus mampu memunculkan ide-ide baru
agar suasana belajar menyenangkan.
Menurut Mulyasa yang menjadi indikator variabel
peran guru sebagai fasilitator yaitu sikap guru mengajar
peserta didik di dalam pembelajaran dengan memberikan
pembelajaran yang benar kepada peserta didik,
menyampaikan pembelajaran dengan media serta cara yang
berkualitas kepada peserta didik, memiliki keterampilan
dalam menyelesaikan dan menghadapi perbedaan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa. (Rahmawati &
Suryadi, 2019)
Guru menjadi ujung tombak pelaksanaan pendidikan di
sekolah dan lingkungan di sekitarnya, guru juga merupakan
orang yang berperan dalam penyampaian proses
pembelajaran. Guru yang bertanggung jawab membentuk
peserta didik sesuai kurikulum agar mencapai tujuan
pendidikan nasional. Tanpa adanya guru, tujuan dari
pendidikan nasional akan sulit terwujud. (Nasution, 2014)

60 Administrasi Pendiikan
C. Syarat Profesi Kependidikan
1. Kompetensi Pedagogik
Keterampilan guru pada pengelolaan proses belajar
mengajar yang memiliki hubungan dengan peserta didik,
meliputi:
a. Pemahaman wawasan pendidikan
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Silabus
d. Perancangan pembelajaran
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik
f. Penggunaan teknologi
g. Evaluasi hasil belajar
h. Pengembangan peserta didik guna mengembangkan
kemampuan yang dimiliki peserta didik
2. Kompetensi Profesional
Guru menguasai pengetahuan dan menguasai
pengetahuan yang mumpuni dari pelajaran yang
diajarnya. Dalam pembelajaran guru harus menguasai
metode/strategi pembelajaran, guru diminta untuk
menerapkan metode/strategi pembelajaran yang relevan,
dan sanggup menerapkan bermacam metode dan strategi
pada saat melakukan pengajaran.
3. Kompetensi Personal
Seorang guru di dalam aktivitas-aktivitasnya
diharuskan mempunyai kepribadian yang baik. Guru

BAB V Jenis Tenaga Kependidikan 61


harus berkepribadian yang layak menjadi teladan dan
menjadi panutan.
4. Kompetensi Sosial
Seorang guru diharuskan melihatkan kemampuan
dalam komunikasi bermasyarakat, termasuk kepada siswa
dan tenaga pendidikan lainnya.
Syarat dari guru profesional yaitu
a. Memiliki komitmen tinggi
b. Bertanggungjawab
c. Berpikir sistematis
d. Menguasai materi
e. Bagian masyarakat profesional

D. Jenis Tenaga Profesi Kependidikan


Ada dua jenis profesi di dalam pendidikan yakni tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan. Berdasarkan UU No. 20
Tahun 2003 pada Bab I Pasal 1 ayat 5 dijelaskan bahwa
tenaga kependidikan merupakan anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat guna menunjang
penyelenggara pendidikan. Dan pada ayat 6 dijelaskan
pendidik merupakan tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lainnya yang berhubungan dengan kekhususannya, serta ikut
serta dalam penyelenggaraan pendidikan.

62 Administrasi Pendiikan
1. Kepala Satuan Pendidikan
Merupakan seseorang memiliki tugas, wewenang,
dan tanggung jawab untuk memimpin satuan pendidikan.
Kepala Satuan Pendidikan harus sanggup melakukan
peran dan tugas sebagai edukator, manajer, administrator,
supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan
mediator. Sebutan lainnya bagi kepala satuan pendidikan
yaitu kepala sekolah dan/rektor.
2. Pendidik
Pendidik atau pengajar, merupakan tenaga
kependidikan memiliki tanggung jawab dalam
penyelenggaraan pendidikan yang bertugas secara khusus
sebagai profesi pendidik. Sebutan lain untuk pendidik
sesuai dengan bidangnya yaitu
a. Guru
b. Dosen
c. Konselor
d. Tutor
e. Instruktur
f. Fasilitator
3. Profesi Kependidikan yang Lainnya
Profesi kependidikan yang lainnya yaitu orang yang
juga memiliki tanggung jawab pada penyelenggaraan
pendidikan, akan tetapi secara langsung tidak ikut serta
pada proses belajar mengajar, yaitu

BAB V Jenis Tenaga Kependidikan 63


a. Tata usaha, merupakan tenaga kependidikan yang
memiliki tugas pada bidang administrasi di suatu
lembaga. Tugasnya yaitu pada administrasi:
1) Surat menyurat dan pengarsipan
2) Kepegawaian
3) Peserta didik
4) Keuangan dan lainnya.
b. Petugas Laboratorium, merupakan orang yang bertugas
khusus terhadap peralatan di labor.
c. Pustakawan, merupakan orang-orang yang memiliki
tugas berkaitan dengan pustaka.

E. Perlindungan Profesi Kependidikan


Setiap guru mempunyai hak, yaitu hak mendapatkan
perlindungan dalam pelaksanaan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual. Dalam Pasal 39 Undang-Undang No. 14
Tahun 2005, pada bagian 7 mengenai perlindungan,
dijelaskan bahwa banyak pihak wajib memberikan
perlindungan kepada guru, yang menjadi ranah perlindungan
yaitu pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib
memberikan perlindungan kepada guru dalam
melaksanakan tugas. Perlindungan tersebut yaitu
perlindungan hukum, profesi, dan keselamatan kesehatan
kerja.

64 Administrasi Pendiikan
1. Perlindungan hukum
Yaitu perlindungan terhadap perilaku kekerasan,
ancaman, diskriminatif, intimidasi/perlakuan yang tidak
adil dari pihak siswa-siswi, orang tua siswa-siswi,
masyarakat, birokrasi/pihak lainnya, tindak kekerasan,
ancaman, baik fisik maupun psikologis, dan ketidakadilan.
2. Perlindungan profesi
Yaitu perlindungan terhadap pemutusan hubungan
kerja yang tidak sesuai dengan aturan dalam undang-
undang, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan
dalam penyampaian pendapat, pelecehan terhadap profesi
dan batasan atau larangan lainnya yang dapat
menghambat guru dalam mengerjakan tugasnya. Ranah
perlindungan profesi yaitu
a. Pemberian tugas kepada guru di satuan pendidikan
harus sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
b. Dalam menetapkan salah/benar yang dilakukan guru
pada saat melaksanakan tugasnya, ditetapkan dengan
pertimbangan pendapat dari Dewan Kehormatan Guru
Indonesia.
c. Dalam menempatkan dan menugaskan guru
berdasarkan atas perjanjian kerja.
d. Dalam memberi sanksi PHK untuk guru wajib sesuai
dengan prosedur yang sudah ditentukan dalam
berdasarkan Undang-undang.

BAB V Jenis Tenaga Kependidikan 65


e. Kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi
guru dari praktik bayaran atau imbalan yang tidak
benar.
f. Tiap-tiap guru mempunyai kebebasan dalam
penyampaian pendapat.
g. Tiap-tiap guru mempunyai kebebasan dalam
menyampaikan pendapat, mengembangkan kreativitas,
memunculkan ide dan konsep baru sehingga adanya
nilai tambah dalam proses belajar mengajar.
h. Tiap guru harus bebas dari perlakuan pelecehan atas
profesinya dari siswa-siswi, orang tua siswa-siswi,
masyarakat, birokrasi, dan lain-lainnya.
i. Tiap guru yang ditugaskan pada daerah konflik harus
bebas dari berbagai macam ancaman, tekanan, dan
ketidakamanan.
j. Guru memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian
seperti:
1) Substansi
2) Tahapan
3) Instrumen penilaian
4) Keputusan akhir dalam memberikan nilai.
k. Guru berperan dalam merumuskan kelulusan seperti:
1) Menetapkan standar penguasaan kompetensi
2) Standar kelulusan mata pelajaran
3) Menentukan kelulusan ujian kecakapan khusus

66 Administrasi Pendiikan
l. Guru bebas untuk bergabung dalam organisasi seperti:
1) Memberikan pendapat baik dengan lisan/tulisan
atas dasar keyakinan akademik
2) Memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi
profesi guru
3) Bersikap kritis dan objektif terhadap organisasi
profesi.
3. Perlindungan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja
Dalam pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005, dijelaskan
mengenai ranah perlindungan hukum untuk guru. Maksud
perlindungan hukum tersebut seperti semua dimensi
kaitannya untuk memperoleh kepastian hukum,
kesehatan, keamanan, dan kenyamanan untuk guru dalam
menjalankan tugasnya.
a. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan
b. Rasa aman dalam menjalankan tugas, meliputi jaminan
dari ancaman psikis dan fisik dari siswa-siswi, orang
tua/wali murid siswa-siswi, pimpinan, rekan sejawat,
serta masyarakat luas
c. Keselamatan dalam menjalankan tugas, seperti risiko
dalam:
1) gangguan keamanan kerja
2) kecelakaan kerja
3) kebakaran pada waktu kerja
4) bencana alam dan kesehatan lingkungan kerja

BAB V Jenis Tenaga Kependidikan 67


d. Terbebas dari tindakan risiko gangguan keamanan
kerja dari siswa-siswi, orang tua siswa-siswi,
masyarakat/pihak lainnya.
e. Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan
kesehatan yang timbul dikarenakan:
1) Kecelakaan kerja
2) Kebakaran pada waktu kerja
3) Bencana alam
4) Kesehatan lingkungan kerja
4. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual
Pengakuan HAKI di Indonesia telah dijelaskan oleh
peraturan perundang-undangan, yaitu UU Merk, UU Paten,
dan UU Hak Cipta. HAKI terdiri dari dua kategori yaitu Hak
Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Industri
yaitu Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman.
Bagi guru, perlindungan HAKI yakni hak cipta atas
a. Penulisan buku
b. Makalah
c. Karangan ilmiah
d. Hasil penelitian
e. Hasil penciptaan
f. Hasil karya kesenian ataupun temuan-temuan pada
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi dan
seni, serta karya sejenis lainnya

68 Administrasi Pendiikan
g. Hasil karya teknologi

BAB V Jenis Tenaga Kependidikan 69


70 Administrasi Pendiikan
BAB VI
FASILITAS PENDIDIKAN

A. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Perencanaan merupakan rangkaian aktivitas guna
mempersiapkan secara sistematis semua program-program
kerja yang akan dilakukan agar tercapainya tujuan yang
sudah ditentukan. Perencanaan juga memiliki arti sebagai
penetapan tujuan, anggaran, tahapan, dan kegiatan di setiap
organisasi. Pada konteks ini, perencanaan merupakan
merinci rancangan anggaran pembelanjaan, pengadaan,
perbaikan, penyaluran/pembuatan alat serta keperluan
pembelajaran sesuai kebutuhan.
Sarana pendidikan adalah perlengkapan-perlengkapan
digunakan dengan langsung untuk dipergunakan pada proses
pendidikan, yaitu meja, kursi, kelas, dan media pembelajaran.
Prasarana pendidikan merupakan fasilitas-fasilitas untuk
mendukung proses pembelajaran di sekolah secara tidak
langsung, seperti halaman sekolah, taman sekolah dan lain-
lainnya. Manajemen perlengkapan sekolah merupakan suatu
aktivitas saling bekerja sama pemberdayaan seluruh
perlengkapan dan peralatan sekolah dengan baik.
Tujuan dari adanya perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan:

71
1. Agar terhindar adanya kesalahan dan kegagalan yang
tentu tidak diharapkan.
2. Agar efektif dan efisien dalam pelaksanaan.
3. Memberikan pelayanan dengan profesional pada bidang
sarana dan prasarana.

Secara rinci tujuan dari adanya upaya dalam


mengadakan sarana dan prasarana pendidikan dengan
sistem perencanaan dan pengadaan yang dilakukan tentu
harus hati-hati. Sarana dan prasarana pendidikan yang telah
diperoleh diharapkan hasil yang memiliki kualitas bagus
sesuai dengan keperluan, serta dengan pendanaan yang
efisien agar mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana
secara tepat dan dalam upaya pemeliharaan sarana dan
prasarana diharapkan keadaannya dalam kondisi siap pakai
di setiap waktu.
Dalam menyelenggarakan pendidikan, sarana dan
prasarana sangat diperlukan agar mendapatkan kegiatan
belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sarana prasarana
adalah hal utama dan penting yang harus disediakan secara
teliti dan berkelanjutan, sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik dan lancar.
Menurut Prantiya (2008) fasilitas Belajar mengatakan
fasilitas belajar sama dengan sarana prasarana pendidikan.
Hal yang sama disampaikan oleh Arikunto, bahwa fasilitas
dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah.

72 Administrasi Pendiikan
Menurut Mulyasa (2005) mengatakan bahwa sarana
pendidikan merupakan peralatan dan perlengkapan yang
langsung dipergunakan serta mendukung kegiatan
pembelajaran, yaitu gedung, ruang kelas, meja, kursi, dan
alat-alat serta media pembelajaran. Mulyasa (2005) juga
menjelaskan bahwa prasarana pendidikan merupakan
fasilitas yang secara tidak langsung mendukung jalannya
proses pembelajaran, yaitu halaman sekolah, taman sekolah,
jalan ke sekolah.
Kesimpulan yang dapat kita ambil, bahwa fasilitas
belajar merupakan semua/seluruh yang menunjang dan
mempermudah proses pembelajaran, yaitu sarana
pendidikan yang ada di sekolah berupa, gedung, ruang kelas
dan perlengkapan serta peralatan yang mendukung, media
belajar, buku dan sumber belajar lainnya.
Menurut Prantiaya (2008) yang menjadi aspek fasilitas
belajar yaitu sumber belajar, alat belajar dan pendukung
pembelajaran. Menurut Edgar Dale dalam Kherid (2009)
mengatakan bahwa sumber belajar merupakan sesuatu yang
bisa digunakan dalam memfasilitasi peserta didik belajar.
Association Educational Communication and Technology
mengatakan fasilitas belajar merupakan keseluruhan sumber
baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat
dipergunakan siswa-siswi pada kegiatan pembelajaran,

BAB VI Fasilitas Pendidikan 73


sehingga mempermudah siswa-siswi dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran.
Alat belajar adalah bahan-bahan, alat peraga baik
elektronik maupun tidak, yang dipergunakan untuk
mempermudah dalam menyampaikan dan menyajikan
materi belajar. Hal lainnya yang juga tidak kalah pentingnya
pada fasilitas belajar yaitu prasarana pendukung seperti
gedung/ruangan kelas untuk dipergunakan dalam belajar
mengajar.
Media belajar merupakan suatu komponen dalam
proses belajar mengajar yang memiliki peran utama dalam
proses belajar mengajar. Penggunaan media belajar harusnya
hal yang wajib menjadi perhatian oleh para guru di setiap
kegiatan belajar mengajar.
Oleh sebab itu, tenaga pendidik juga perlu mempelajari
cara menentukan media pembelajaran supaya pembelajaran
efektif dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Namun saat
ini, media yang digunakan dalam pengajaran cukup sering
diabaikan, cenderung apa adanya dengan bermacam alasan,
dikarenakan sedikitnya waktu dalam membuat alat-alat yang
akan dipergunakan dalam proses belajar mengajar, sulitnya
dalam menentukan media yang sesuai, ketersediaan dana,
dan lain-lainnya.

74 Administrasi Pendiikan
B. Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan dapat dikelompokkan dalam beberapa
macam, yaitu dilihat dari sudut berikut:
1. Habis tidaknya dipakai
a. Sarana pendidikan habis dipakai
Semua peralatan dan perlengkapan sudah dipakai
dapat habis pada waktu yang cukup cepat, yaitu
penghapus, tinta, bermacam bahan kimia yang dipakai
pada pelajaran IPA, kertas dan lain-lainnya. Seluruh
peralatan dan perlengkapan di atas ialah sarana
pendidikan yang jika digunakan sekali atau beberapa
kali dapat habis dipakai/berubah sifatnya.
b. Sarana pendidikan tahan lama
Semua atau segala peralatan dan perlengkapan yang
bisa dipakai dengan waktu yang cukup lama, contoh:
lemari, papan tulis, kursi, mesin, gedung, komputer, serta
alat-alat olahraga.
2. Bergerak tidaknya di saat digunakan
a. Sarana pendidikan bergerak
Sarana pendidikan yang dapat digerakkan atau
letaknya dapat dipindahkan sesuai dengan
kebutuhannya, contohnya: Lemari arsip, tempat duduk
dan peralatan lain-lainnya.
b. Sarana pendidikan tidak bergerak
Merupakan seluruh sarana pendidikan yang tidak
dapat/sulit digerakkan ke tempat lain, contoh: tanah,

BAB VI Fasilitas Pendidikan 75


gedung, tiang besi, dan saluran air PDAM/seluruh yang
ada kaitannya yang pada dasarnya sulit untuk
dipindahkan ke lokasi yang lain.
3. Hubungan dengan proses pembelajaran
a. Sarana pendidikan dipergunakan dengan langsung
pada pembelajaran yaitu tinta, spidol, alat peraga, alat
praktik, serta alat pendidikan lain-lainnya yang
dipergunakan oleh tenaga pendidik untuk melakukan
pengajaran.
b. Sarana pendidikan tidak langsung dapat dipergunakan
dalam pembelajaran di dalam kelas/sekolah,
contohnya: lemari, meja, kursi, dan alat kantor lainnya.

Untuk prasarana pendidikan dikelompokkan menjadi


dua jenis:
1. Prasarana pendidikan dipergunakan langsung oleh
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu ruang
kelas, pustaka, ruangan tempat praktik dan labor.
2. Prasarana pendidikan, secara keadaan tidak dipergunakan
dalam pembelajaran, yaitu ruangan kantor, kantin
sekolah, masjid/mushola, gedung, jalanan ke sekolah, WC,
ruangan UKS, ruangan guru, ruangan kepala sekolah, serta
halaman atau tempat parkir.

Melalui manajemen yang baik dalam mengelola sarana


dan prasarana pendidikan yang ada, diharapkan bisa

76 Administrasi Pendiikan
terciptanya sekolah yang bersih dan indah, sehingga peserta
didik, tenaga kependidikan dan guru merasa senang dan
nyaman dalam mengikuti dan melaksanakan proses
pembelajaran dikarenakan keadaan sekolah yang
menyenangkan untuk meningkatkan SDM. Dan keadaan
sekarang masyarakat percaya dengan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai sarana untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Motivasi dari
orang tua untuk menyekolahkan anak mereka didasarkan
juga dengan asumsi bahwa sekolah dapat memberikan
keterampilan pada anak-anaknya.
Sekolah ialah suatu lembaga pendidikan yang mendidik
para generasi-generasi penerus agar dalam kehidupannya
dapat menyesuaikan dirinya terhadap perubahan-perubahan
akibat dari perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi di era globalisasi ini. Sekolah/lembaga
pendidikan adalah agen perubahan karena sekolah/lembaga
pendidikan merupakan wadah untuk mengubah manusia
menjadi manusia yang bermanfaat dan memiliki kemampuan
/skills yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menjadi wadah untuk mengubah manusia
menjadi manusia yang bermanfaat dan memiliki
kemampuan/skills yang dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, sekolah harus sanggup memberikan sarana dan
prasarana di sekolah yang memiliki kualitas bagus dan

BAB VI Fasilitas Pendidikan 77


memenuhi kebutuhan guna mendukung pendidikan yang
orientasinya kepada ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi komunikasi.

C. Sarana dan Prasarana yang Menunjang Pembelajaran


1. Sarana yang Menunjang Pembelajaran, yaitu
a. Peralatan pendidikan merupakan peralatan langsung
dapat dipergunakan di kelas pada proses belajar
mengajar. Contohnya: Papan tulis, spidol, dan lainnya.
b. Media pendidikan merupakan alat pendidikan yang
dipergunakan dengan tujuan membantu penyampaian
materi dalam proses belajar mengajar.
c. Buku, merupakan karya tulis yang diterbitkan untuk
sumber pelajaran, yaitu buku teks pelajaran, buku
pengayaan untuk peserta didik dan tenaga pendidikan,
serta buku referensi yang menjadi rujukan dalam
mendapatkan suatu informasi/data.
d. Sumber belajar lain-lainnya, merupakan sumber
informasi berupa jurnal, majalah, surat kabar, brosur,
website, dan lain-lainnya.
2. Prasarana yang Menunjang Pembelajaran
a. Ruang kelas, merupakan tempat/ruangan untuk
penyampaian materi serta praktik.
b. Ruang pustaka, merupakan ruangan yang berfungsi
salah satunya untuk menyimpan dan memperoleh
informasi dari berbagai macam bahan pustaka.

78 Administrasi Pendiikan
c. Ruang laboratorium, merupakan ruangan yang
digunakan untuk praktik pada mata pelajaran tertentu
yang membutuhkan alat-alat labor.
d. Ruang pimpinan, merupakan ruangan kepala sekolah
dan pimpinan sekolah untuk melaksanakan aktivitas-
aktivitas dalam manajemen sekolah.
e. Ruang guru, merupakan ruangan bagi guru untuk
melakukan kegiatan di luar kelas, istirahat, serta
menerima tamu.
f. Ruang tata usaha, merupakan ruangan yang digunakan
bagi pengelolaan administrasi sekolah.
g. Ruang konseling, merupakan ruangan konselor untuk
melakukan konseling dengan siswa terkait dengan
kepribadian, sosial, serta pembelajaran.
h. Ruang UKS, merupakan ruangan untuk mengatasi
siswa-siswi yang sakit atau siswa yang mengalami
gangguan pada kesehatannya.
i. Tempat beribadah, merupakan suatu tempat untuk
seluruh warga sekolah melakukan ibadah.
j. Ruang kesiswaan, merupakan ruangan yang digunakan
untuk melaksanakan aktivitas sekretariat kesiswaan.
k. Toilet, merupakan tempat untuk buang air besar/kecil.
l. Gudang, merupakan ruangan yang digunakan untuk
menyimpan alat-alat belajar di luar kelas, peralatan

BAB VI Fasilitas Pendidikan 79


sekolah yang sudah dapat berfungsi/rusak, serta arsip
sekolah.
m. Tempat olahraga, merupakan tempat ruangan
terbuka/tertutup yang sudah dilengkapi berbagai
alat/sarana pada pelajaran olahraga/penjasorkes.
n. Tempat bermain, merupakan ruangan yang
terbuka/tertutup untuk siswa-siswi agar bisa bermain
pada jam istirahat/di luar jam pelajaran sekolah.

Sarana pendidikan dibagi atas tiga jenis jika dilihat dari


hubungan dengan pembelajaran, yaitu
1. Alat pelajaran
Peralatan yang dipergunakan dengan langsung pada
pembelajaran, seperti buku, alat-alat peraga, alat-alat tulis,
alat praktik dan alat-alat lainnya.
2. Alat peraga
Peralatan yang dapat membantu proses
pembelajaran di kelas seperti: alat-alat yang mudah
memberikan arti kepada peserta didik secara berurutan
dari awal sampai akhir dengan jelas dan rinci.
3. Media Pelajaran
Sarana pendidikan yang dipergunakan untuk
perantara pada proses pembelajaran, agar dapat efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Media juga
terdiri dari tiga macam, yaitu audio, visual, dan audio-
visual.

80 Administrasi Pendiikan
Prasarana pendidikan dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis, yakni
1. Prasarana pendidikan langsung untuk dipergunakan
dalam proses pembelajaran, yaitu ruangan kelas, ruangan
pustaka, ruangan praktik, dan labor.
2. Prasarana sekolah, secara keadaan tidak dipergunakan
dalam pembelajaran, yaitu ruangan kantor, kantin
sekolah, masjid/mushola, gedung, jalanan ke sekolah, WC,
ruangan UKS, ruangan guru, ruangan kepala sekolah, serta
halaman atau tempat parkir.

D. Manfaat Sarana dan Prasarana Pendidikan


1. Untuk membantu jajaran sekolah/unsur pimpinan
sekolah dalam menentukan tujuan.
2. Peletakan dasar dalam menentukan tahapan-tahapan
yang dilaksanakan ke depannya.
3. Menghilangkan ketidakpastian karena sudah ada
ketentuan/pedoman dalam penggunaan atau
pemanfaatan sarana dan prasarana.
4. Sebagai pedoman/petunjuk/dasar dalam melaksanakan
kegiatan untuk mengawasi, mengendalikan, dan memberi
penilaian untuk proses agar aktivitas dapat berjalan
dengan efektif dan efisien.

Keutamaan dari manajemen sarana dan prasarana


pendidikan ini ialah perannya untuk melakukan pengaturan
serta merawat sarana dan prasarana sekolah supaya

BAB VI Fasilitas Pendidikan 81


memberikan hasil yang baik dan memiliki arti pada aktivitas
kegiatan pembelajaran.
Dalam melakukan perencanaan sarana prasarana di
sekolah, ada persyaratan yang menjadi perhatian yaitu
1. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana harus
dilihat sebagai bagian penting dalam upaya untuk
meningkatkan mutu pembelajaran.
2. Perencanaan harus jelas dan teliti.

Dalam upaya untuk tercapainya persyaratan di atas,


kejelasan dalam perencanaan dapat di lihat pada:
1. Tujuan, fungsi, sasaran/target yang ingin dicapai, harus
ada penyusunan perkiraan anggaran.
2. Jenis/bentuk aktivitas yang akan dilakukan.
3. Pelaksana kegiatan, yaitu guru, tenaga pendidikan, dan
lain-lainnya.
4. Alat/peralatan yang diperlukan.
5. Waku dan tempat kegiatan.
6. Perlu diketahui jika dalam merencanakan harus yang
relevan, maksudnya bahwa rencana benar dapat
dikerjakan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.
7. Atas dasar dari kesepakatan dan rumusan secara bersama
dan pihak terkait.
8. Sesuai dengan petunjuk, jenis, kuantitas, serta kualitas dan
menyesuaikan terhadap apa yang menjadi keperluan yang
penting/skala prioritas.

82 Administrasi Pendiikan
9. Sesuai dengan keadaan anggaran yang sudah disediakan.
10. Mengikuti ketentuannya, tidak melanggar aturan-aturan.
11. Melibatkan orang tua dari siswa-siswi.

BAB VI Fasilitas Pendidikan 83


84 Administrasi Pendiikan
BAB VII
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

A. Standar Pembiayaan Pendidikan


Standar pembiayaan meliputi syarat-syarat minimal
mengenai pembiayaan pada satuan pendidikan, mulai dari
tahapan dan alur dalam mengelola, penganggaran, serta
akuntabilitas dalam menggunakan biaya. Pada standar
pembiayaan pendidikan ada tiga jenis biaya, yakni
1. Biaya investasi, seperti: penyediaan sarana dan prasarana,
mengembangkan SDM, dan lain-lainnya.
2. Biaya personal, yaitu pembiayaan pendidikan dikeluarkan
oleh siswa guna dapat ikut dalam proses belajar mengajar.
3. Biaya operasional, yaitu gaji guru dan tenaga
kependidikan serta tunjangan, alat habis dipakai, serta
biaya operasional tidak langsung yakni air, alat
komunikasi, pemeliharaan alat, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan biaya lain-lainnya.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, perlu adanya


standar pembiayaan minimal yang ditentukan berdasarkan
perhitungan semua biaya personal, yaitu gaji, tunjangan,
ATK, pertemuan, penilaian, pemeliharaan, pembinaan serta
jasa yang diperkirakan terpakai.

85
Dalam membedakan faktor-faktor kemahalan dan
keunikan pada daerah, perlu adanya indeks yang mengukur
biaya di tiap-tiap daerah. Standar pembiayaan ini digunakan
sebagai tolak ukur kelayakan sekolah mengenai pembiayaan,
serta dapat menjadi suatu pertimbangan terhadap keputusan
pembiayaan di setiap kegiatan pemerintah. Dalam
melaksanakan suatu penghitungan terhadap analisa
keuangan memerlukan keahlian pemahaman perhitungan
keuangan banyak yang tidak dipahami.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 mengenai
Persyaratan Pendidikan Nasional menjadi landasan standar
pembiayaan pendidikan. Bagian Standar Pembiayaan Bab IX
PP SNP, pembiayaan pendidikan meliputi biaya investasi,
biaya operasional, serta biaya pribadi. Biaya penyediaan
sarana dan prasarana, serta pertumbuhan SDM dan modal
kerja tetap, semuanya termasuk dalam biaya investasi satuan
pendidikan.
Gaji untuk guru dan tenaga pendidik, dan semua
tunjangan gaji, bahan/fasilitas yang dapat dikonsumsi, ini
termasuk kepada biaya operasional secara langsung dan
biaya operasional pendidikan yang tidak langsung meliputi:
listrik, air, komunikasi, perbaikan peralatan dan
perlengkapan, upah lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
dan asuransi, baik itu operasional langsung maupun tidak
langsung adalah contoh biaya operasional unit atau satuan

86 Administrasi Pendiikan
pendidikan. Biaya pribadi termasuk biaya pendidikan yang
harus dibayarkan oleh siswa/orang tua agar dapat
menempuh kegiatan pembelajaran dengan baik.
Pendanaan pendidikan meliputi pengeluaran investasi,
biaya operasional, serta biaya pribadi. Penyediaan peralatan
pendidikan, serta pertumbuhan SDM dan modal kerja tetap
termasuk kepada contoh biaya investasi. Pengeluaran pribadi
termasuk biaya pendidikan yang harus ditanggung siswa
masing-masing.
Rancangan biaya kegiatan program kerja tahunan,
termasuk biaya investasi, administrasi, dan personil, menjadi
dasar pembiayaan sekolah. orang tua, masyarakat,
pemerintah, dan donatur dapat berkontribusi untuk
pendanaan sekolah. Dalam menggunakan biaya wajib
dipertanggung jawabkan serta pengelolaannya bersifat
transparansi dan akuntabilitas.

B. Konsep Pembiayaan Pendidikan


Mekanisme pembiayaan pendidikan ialah cara merumuskan
dan mengoperasionalkan sekolah berdasarkan pendapatan
dan modal yang tersedia. Struktur pembiayaan pendidikan
sangat bervariasi tergantung pada keadaan wilayah, jenjang
pendidikan, keadaan politik, undang-undang pendidikan,
ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah,
serta administrasi sekolah di setiap daerah. Berbagai cara
harus dipertimbangkan guna menentukan apakah sistem

BAB VII Pembiayaan Pendidikan 87


tersebut memadai untuk kondisi keadaan saat ini. Untuk
menilai apakah metodenya baik, dilakukan melalui:
1. Menilai proporsi yang berbeda dari kelompok umur,
gender, dan tingkat buta huruf.
2. Mendistribusikan sumber daya dengan efisien sebagai
tugas pemerintahan untuk membantu biaya di sektor
pendidikan dalam kaitannya dengan sektor lain.

Dalam mengambil suatu keputusan tentang pendanaan


sekolah akan berdampak pada bagaimana sumber daya
didapatkan dan didistribusikan. Maka, penting untuk
mempertimbangkan siapa yang akan dididik dan banyaknya
layanan yang akan diberikan, serta bagaimana mereka akan
dididik dan siapa yang akan membiayainya. Jenis struktur
pemerintah apa yang terbaik guna mendukung sistem
pendanaan pendidikan.
Pendidikan kejuruan dan bantuan siswa merupakan
salah satu tanggung jawab pemerintah untuk pendanaan
pendidikan. Hal ini harus dipahami mengingat faktor-faktor
seperti keperluan dan ketersediaan pendidikan, peran orang
tua dalam menyekolahkan anaknya dengan manfaat sosial
yang besar, dan pengaruh politis dan ekonomis pada sektor
pendidikan.
Pembiayaan sekolah merupakan metode merumuskan
sekolah di berbagai wilayah geografis dan di setiap jenjang
pendidikan dengan menggunakan pendapatan dan modal

88 Administrasi Pendiikan
yang tersedia. Keuangan sekolah ini terkait dengan politik
pendidikan, kebijakan pendanaan pemerintahan, dan
administrasi sekolah. (Levin, 1987)
School revenues, school expenditures, capital dan current
cost adalah kata-kata yang sering digunakan dalam keuangan
sekolah. Tidak ada satu solusi terbaik untuk mendanai semua
sekolah dalam pembiayaan sekolah karena keadaan setiap
sekolah berbeda-beda.
Setiap keputusan pendanaan sekolah akan berdampak
pada bagaimana sumber daya diperoleh dan didistribusikan.
Implikasinya bagi pembiayaan pendidikan dapat kita lihat
dengan melihat berbagai peraturan perundang-undangan di
bidang pendidikan.
1. Putusan mengenai siapa yang akan dididik dan berapa
banyaknya program yang akan diberikan.
2. Putusan mengenai cara bagaimana mereka akan dididik.
3. Putusan mengenai siapa yang akan membayar biaya
sekolah.
4. Menentukan jenis struktur pemerintahan yang paling
cocok untuk mendukung pendanaan sekolah.

Ada dua poin kunci yang harus dibahas untuk


menjawab pertanyaan di atas: i) Bagaimana sumber daya
diperoleh? ii) bagaimana sumber daya akan didistribusikan
ke berbagai bentuk dan jenjang pendidikan/jenis
sekolah/kondisi daerah? Masing-masing masalah ini dikaji

BAB VII Pembiayaan Pendidikan 89


dengan dua kriteria: 1) efisiensi yang mengacu pada layanan
yang dapat mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat, 2)
pemerataan, mengacu pada keseimbangan manfaat dan
biaya.
Menurut J. Wiseman (1987), ada 3 pertimbangan yang
harus dikaji ketika memutuskan apakah pemerintah harus
ikut serta dalam pendanaan:
1. Tuntutan dan ketersediaan pendidikan di sektor
pendidikan dapat dipandang sebagai alat tukar dan
kebutuhan untuk investasi SDM atau modal manusia di
masa akan datang.
2. Pendanaan pendidikan terkait dengan hak orang tua dan
siswa untuk menentukan apakah akan menyekolahkan
anak mereka atau tidak, yang berdampak pada manfaat
sosial secara menyeluruh.
3. Faktor politik dan ekonomi yang berpengaruh pada bidang
pendidikan.

Perihal pendidikan teknik dan industri, M. Woodhall


(1987) menyatakan dulu perusahaan mempunyai
bertanggungjawab mendanai bentuk pendidikan ini. Subsidi
diberikan kepada karyawan perusahaan itu sendiri. Posisi
pemerintah dalam pembiayaan ini sekarang menjadi lebih
besar. Ini karena pertimbangan finansial. Hal ini
menunjukkan bahwa kebijakan ketenagakerjaan cenderung

90 Administrasi Pendiikan
menarik minat orang guna membagi biaya serta manfaat
pendidikan secara setara.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
pendidikan kejuruan yakni
1. Peranan pemerintah dalam mendanai bentuk pendidikan
ini.
2. Variasi antara bentuk pelatihan umum dan khusus.
3. Pilihan persiapan di tempat kerja dan di luar pekerjaan.
4. Dalam pendidikan ini, ada keseimbangan antara dukungan
pemerintah dan swasta.
5. Pentingnya kerja praktik sebagai keberlanjutan dari
bentuk pendidikan kejuruan.
6. Pembayaran untuk ikut jenis pendidikan kejuruan.
7. Sumber daya yang dialokasikan untuk jenis pendidikan ini.

Dalam mengukur pembiayaan pendidikan berfokus


pada keadaan anggaran, dengan mengabaikan adanya
kebutuhan dasar untuk menyelenggarakan layanan
pendidikan. Metode kecukupan ini penting karena
mengintegrasikan sejumlah kriteria kualitas ke dalam
pengukuran pendanaan pendidikan.
Dengan demikian, tergantung dari perbedaan tingkatan
mutu layanan pendidikan, dapat dilihat dari perbedaan biaya
pendidikan yang sesuai guna memenuhi persyaratan kualitas
tersebut. Studi tentang ketersediaan biaya sekolah ini telah
dipergunakan untuk mendistribusikan dana pendidikan di

BAB VII Pembiayaan Pendidikan 91


banyak negara bagian di Amerika Serikat. Di Indonesia,
berbagai penelitian telah mencoba menerapkan metode
pendekatan kecukupan ini.
Anggaran pembiayaan menurut pendekatan kecukupan
berdasarkan berbagai faktor, yaitu
1. Ukuran suatu lembaga pendidikan.
2. Banyak peserta didik.
3. Tingkat kompensasi (gaji) guru.
4. Rasio siswa terhadap guru.
5. Peningkatan pertumbuhan populasi (terutama di negara
berkembang).
6. Kualifikasi atau kriteria seorang guru.
7. Fluktuasi penjualan (Perubahan dari pendapatan).

92 Administrasi Pendiikan
BAB VIII
HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
DENGAN MASYARAKAT
A. Konsep Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat
Organisasi pendidikan ialah suatu sistem yang terbuka.
Sebagai sistem terbuka, artinya lembaga pendidikan selalu
melakukan komunikasi hubungan dengan lingkungan.
Kontak hubungan ini diperlukan agar lembaga tidak mati.
Hanya pada sistem terbuka yang mempunyai negentropy,
yakni upaya yang selalu dilakukan guna menghindari
kepunahan. Berarti hidup/mati suatu sistem ada pada
perjuangan lembaga tersebut. Konsep ini dapat disesuaikan
dengan praktik pendidikan yang sudah ada.
Sekolah yang namanya sudah jelek di mata masyarakat
dan akhirnya tidak berjalan/punah, merupakan sekolah yang
tidak sanggup menciptakan suatu hubungan yang baik
dengan masyarakat sekitarnya. Banyak alasan yang
menyebabkan masyarakat tidak mau memasukkan anaknya
ke sekolah tersebut, ini yang membuat sekolah tidak
memiliki peserta didik.
Searah dengan maksud tersebut, pemerintah
menyampaikan bahwa pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama-sama antar pemerintahan, orang tua, dan

93
masyarakat. Lembaga pendidikan bukan lembaga yang
muncul secara tiba-tiba dalam melakukan pembinaan
mengembangkan generasi penerus, namun juga suatu bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dengan adanya
suatu hubungan yang saling kerja sama, lembaga pendidikan
dapat menjalankan apa yang menjadi keinginan masyarakat
mengenai pengembangan anak-anaknya.
Lembaga pendidikan sebenarnya melakukan fungsi
rangkap kepada masyarakat karena memberikan pelayanan
dan agen perubahan, disebut fungsi pelayanan sebab
lembaga pendidikan melayani apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat, serta fungsi pemimpin, dikatakan fungsi
pemimpin karena memimpin masyarakat bersamaan dengan
penemuan dalam upaya meningkatkan kehidupan
masyarakat.
Melakukan hubungan dengan masyarakat, dapat
mempermudah lembaga pendidikan untuk bisa
menyesuaikan dengan keadaan lingkungan. Lembaga
pendidikan dapat dengan mudahnya memposisikan diri
terhadap masyarakat dalam artian diterima sebagai bagian
dari masyarakat.
Pendekatan secara situasional perlu dilakukan lembaga
pendidikan sebagai sistem terbuka. Pendekatan ini
mewajibkan lembaga pendidikan memberi perhatian kepada
masyarakat dan mengamati aspirasinya, kebutuhannya,

94 Administrasi Pendiikan
kemampuan, dan kondisi masyarakat. Kepala sekolah
bersama masyarakat berupaya menemukan jalan keluar dan
mewujudkannya di lembaga pendidikan sebagai suatu
keputusan bersama-sama.
Hubungan kerja sama lembaga pendidikan dengan
masyarakat tentu menyesuaikan perubahan lingkungan
dalam upaya yang memungkinkan lembaga tersebut tetap
ada, dikarenakan berada bersama masyarakat dan juga
menjadi inovator di tengah masyarakat dapat memberikan
manfaat ke lembaga pendidikan. Hal ini harus diusahakan
kepala sekolah selaku manager pendidikan di sekolah.
Sekolah memanfaatkan hubungan dengan masyarakat
guna menjaga jalannya dan sebagian untuk melayani
masyarakat. Manfaat di atas dapat dirasakan kepala sekolah
jika sanggup melakukan komunikasi dan kerja sama yang
baik.
Umpamanya seperti dalam mempertahankan hidup,
pelayanan kepada masyarakat akan terjadi peningkatan jika
hubungan lembaga pendidik dengan masyarakat terus
membaik. Masyarakat akan merasa senang, sebab
masyarakat mendapat perhatian, lembaga terbuka kepada
masyarakat yang ingin ikut serta pada dunia pendidikan,
termasuk mengajukan usul tentang hal-hal yang mereka
inginkan terjadi.

BAB VIII Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat 95


B. Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat
Don Begin menjelaskan bahwa public relations terdiri dari
external public relations (humas ke luar) dan internal public
relations (humas ke dalam). Dengan demikian, sekolah
dikenal melalui kegiatan humas/hubungan masyarakat.
1. Kegiatan Eksternal
Kegiatan eksternal hubungannya ke masyarakat
yang ada di luar lingkungan lembaga berupa secara
langsung dan tidak langsung.
a. Kegiatan secara langsung yakni
1) Rapat
2) Konsultasi dengan tokoh masyarakat
3) Menerima tamu
b. Kegiatan tidak langsung merupakan aktivitas berkaitan
dengan masyarakat melalui perantaraan media
tertentu untuk memberikan informasi melalui:
1) Televisi
2) Radio
3) Media cetak
4) Pameran sekolah
2. Kegiatan Internal
Kegiatan internal ini memiliki sasaran kepada warga
sekolah yang bersangkutan yaitu guru, tenaga
kependidikan, tata usaha dan semua peserta didik. Tujuan
dari kegiatan internal yaitu

96 Administrasi Pendiikan
a. Menjelaskan mengenai kebijakan dalam
penyelenggaraan kegiatan sekolah, kondisi serta
perkembangan sekolah.
b. Menerima masukan, kritik dan pendapat dalam upaya
untuk mengembangkan sekolah.
c. Menjaga hubungan yang baik dan menciptakan kerja
sama dengan warga sekolah.

Kegiatan internal memiliki perbedaan dengan


kegiatan langsung dan tidak langsung. Kegiatan langsung
seperti:
a. Rapat majelis guru
b. Upacara
c. Liburan
d. Penjelasan lisan pada berbagai kesempatan yang ada,
misalnya pada pertemuan dan lain-lainnya.

Dan kegiatan yang tidak langsung seperti:


a. Memberi informasi dengan surat edaran
b. Memberi informasi dengan pengumuman
c. Penyelenggaraan kegiatan mading
d. Penerbitan majalah sekolah untuk diberikan ke semua
warga sekolah
e. Memasangkan iklan pada kegiatan tertentu

Di era ini masih sering terjadi kesalahpahaman tentang


hubungannya lembaga pendidikan dan masyarakat, perlu

BAB VIII Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat 97


kejelasan dari pihak pemerintah dan akademisi untuk
menyampaikan bagaimana hubungan lembaga pendidikan
dengan masyarakat yang sebenarnya harus terjadi. Saat ini,
sekolah dianggap hanya sebagai penjara akademik/sarana
untuk menyampaikan hal-hal yang bersifat akademis kepada
siswa-siswi. Sehingga banyak orang-orang beranggapan
bahwa cukup dengan adanya komite sekolah dan humas,
maka hubungan antara sekolah dan masyarakat sudah
berjalan sebagaimana mestinya.
Makna dari hubungan sekolah/lembaga pendidikan
dengan masyarakat jauh lebih luas dari pada itu dan memiliki
berbagai bidang. Bidang-bidang yang dimaksud yaitu bidang-
bidang yang ada hubungannya dengan pendidikan peserta
didik dan pendidikan masyarakat pada umumnya.
Jenis hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat
dibedakan menjadi tiga jenis, yakni
1. Hubungan edukatif
Hubungan kerja sama mengenai mendidik, antara
guru dan orang tua. Dengan hubungan tersebut
diharapkan untuk tidak terjadinya perbedaan bahkan
masalah-masalah yang dapat mengakibatkan keraguan
pendirian dan sikap pada diri anak.
Cara kerja sama ini diimplementasikan melalui
pertemuan-pertemuan yang sudah dijadwalkan dengan
terstruktur antara guru di sekolah dengan semua orang

98 Administrasi Pendiikan
tua peserta didik. Dan dapat juga dilaksanakan melalui
pertemuan ke rumah siswa. Jika tidak memungkinkan,
bisa juga dilakukan pertemuan antara guru dengan orang
tua siswa per kelas untuk melakukan pembicaraan secara
terbuka mengenai problem yang sering terjadi dalam
keluarga, mencari solusinya terhadap masalah tersebut.
2. Hubungan kultural
Ini bagian dari upaya bekerja sama antar sekolah dan
masyarakat yang diharapkan saling membina dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat. Maka perlu
adanya hubungan kerja sama antara kehidupan di sekolah
dan kehidupan dalam masyarakat. Kegiatan kurikulum
sekolah menyesuaikan dengan keadaan dan
perkembangan masyarakat. Begitu juga mengenai
memilih bahan pembelajaran dan strategi pembelajaran.
Tidak mustahil untuk mengikutsertakan siswa untuk
membantu kegiatan yang dilaksanakan masyarakat di luar
sekolah. Program kerja sama ini dapat mendidik peserta
didik agar ikut serta dan turut bertanggungjawab kepada
masyarakat.
3. Hubungan institusional
Hubungan kerja sama lembaga pendidikan dengan
lembaga atau institusi resmi baik itu swasta ataupun
pemerintah, yaitu

BAB VIII Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat 99


a. Hubungan kerja sama antara sekolah satu dengan
sekolah lain
b. Kepala pemerintahan setempat
c. Perusahaan negara
d. Perusahaan swasta

Kesimpulan yang bisa diambil bahwa dengan


dilaksanakan ketiga hubungan di atas, diharapkan sekolah
tidak tertinggal terhadap perubahan dan tuntutan
masyarakat yang secara terus menerus berkembang pesat.
Sehingga meskipun tergerus oleh perkembangan globalisasi,
sekolah tidak lagi sekadar sebagai penyalur informasi
akademik. Sehingga, untuk kembali mendapatkan fungsinya
yang sebenarnya, sekolah harus menjadi bagian dari pusat
belajar dari banyak pusat belajar yang kini dikelompokkan
sebagai pendidikan nonformal.
Dengan hubungan sekolah dan masyarakat diharapkan
agar proses belajar yang berjalan mengalami perubahan, dari
proses belajar dengan cara “menyuapi” dengan bahan
pelajaran yang telah dicerna oleh guru, menjadi proses
belajar yang inovatif, yaitu belajar secara antisipatoris dan
partisipatoris.
Proses belajar yang inovatif ini tidak hanya “belajar
memecahkan masalah”, tetapi justru yang terpenting adalah
mengidentifikasi, mengerti, dan bila perlu merumuskan
kembali masalah itu. Peserta didik dididik agar ikut serta

100 Administrasi Pendiikan


dalam arti luas di dalam kehidupan masyarakat, dan dapat
mengantisipasi kehidupan masyarakat yang akan datang
tempat mereka akan hidup dan terlibat di dalamnya setelah
mereka dewasa.

C. Model Kerja Sama


1. Hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat. Bentuk hubungan ini bisa individu, dapat juga
secara organisasi/kelompok:
a. Secara individual:
1) orang tua berkunjung ke sekolah guna konsultasi
2) Secara sukarela orang tua berkunjung ke sekolah
untuk memberikan masukan bahkan bantuan demi
kemajuan sekolah.
Contohnya: seorang pensiunan pustakawan
dengan sukarela berkunjung untuk memberi saran
dalam rangka membenahi pustaka di sekolah.
b. Secara Organisasi melalui BP3
Organisasi menjadi efektif jika sekolah sanggup
memberdayakan potensi-potensi yang ada di kalangan
orang tua, seperti:
1) Para dokter membantu pada seksi UKS bahkan untuk
mendirikan poliklinik sekolah.
2) Para teknik untuk menyampaikan pendapat dalam
pembangunan sekolah.

BAB VIII Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat 101


3) Para profesional, pejabat dan pengusaha yang juga akan
dengan sukarela membantu sekolah demi kepentingan
anaknya.
4) Para pemuka agama untuk peningkatan iman dan
taqwa.
2. Hubungan Sekolah dengan Alumni
Melaui alumni, sekolah mendapat masukan
mengenai kekurangan yang baiknya dibenahi, hal-hal yang
harus dilaksanakan untuk perbaikan sekolah. Melalui
alumni dapat juga dikumpulkan dana untuk meningkatkan
kesejahteraan guru dan karyawan maupun untuk
pembangunan sekolah. Dapat juga mengundang para
alumni itu agar menceritakan pengalaman kesuksesannya
untuk memotivasi peserta didik atau membagi
pengetahuan supaya dapat menjadi penyemangat bagi
peserta didik dan tambahan wawasan peserta didik.
3. Hubungan dengan Dunia Usaha
a. Mengundang para tokoh yang berhasil agar berkunjung
ke sekolah
Pencapaian tokoh tersebut akan menjadi
penyemangat dan dukungan ke semua pihak untuk
berbuat yang serupa.
b. Mengirim peserta didik ke dunia usaha/kerja. Hal
tersebut akan mendatangkan manfaat kedua pihak.
Dunia kerja mendapatkan tambahan tenaga, sementara

102 Administrasi Pendiikan


peserta didik memperoleh pengalaman kerja yang
sangat berharga untuk masa depan peserta didik.
4. Hubungan dengan Instituti yang lainnya
a. Hubungan dengan Sekolah lain:
Kegiatan kerja sama ini dapat berupa pembinaan
dengan MGMP, MKS, MGP, K3S, K3M.
b. Hubungan dengan Lembaga atau Badan Pemerintahan
atau Swasta
Contohnya: kerja sama dengan bank pada
kegiatan menggalang dana rajin menabung. Begitupun
kerja sama dengan dinas pertanaman dalam upaya
penghijauan.

D. Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat melihat sekolah sebagai cara yang meyakinkan
dalam pembinaan perkembangan anak-anaknya, karena
itulah masyarakat berpartisipasi. Akan tetapi, ini tidak
otomatis akan terjadi apalagi pada negara berkembang
seperti di Indonesia. Hal ini disebabkan masih banyak
masyarakat yang belum paham akan makna lembaga
pendidikan, apalagi jika keadaan keuangan mereka rendah,
masyarakat hampir tidak peduli terhadap lembaga
pendidikan. Pusat perhatian mereka pada kebutuhan
hidupnya.
Untuk mengajak masyarakat dalam upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah maupun di

BAB VIII Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat 103


perguruan tinggi, sudah sepatutnya para kepala sekolah
melalui tokoh-tokoh masyarakat aktif menggugah perhatian
mereka. Para kepala sekolah dapat mengundang para tokoh
ini untuk merumuskan berbagai macam kerja sama dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan. Keputusan diambil
melalui musyawarah guna mendapatkan alternatif yang
terbaik.
Yang menjadi hal menarik bagi masyarakat ialah jika
lembaga pendidikan tersebut sanggup menyediakan lulusan
yang sanggup untuk terjun ke masyarakat baik sosial maupun
di lingkungan kerja. Artinya bila lulusan tersebut berkualitas,
baik sebagai tenaga menengah maupun sebagai tenaga ahli
tidak membutuhkan latihan lagi sebelum bekerja, melainkan
secara langsung dapat melakukan pekerjaan di bidangnya
dengan benar. Upaya menciptakan lulusan seperti ini
menjadi tantangan yang berat bagi para kepala sekolah.
Jika kepala sekolah berhasil, biasanya mendapatkan
imbalan dari warga masyarakat cukup besar. Masyarakat
akan semangat mendukung lembaga pendidikan tersebut
baik secara moral maupun material. Semakin banyak orang
tua yang merasa senang, semakin banyak dan semakin besar
peluang keikutsertaan masyarakat terhadap lembaga
pendidikan. Di bawah ini berbagai contoh kegiatan ikut
sertaan masyarakat sebagai partisipasi masyarakat ke dalam
dunia pendidikan, yaitu

104 Administrasi Pendiikan


1. Pada bentuk partisipasi, yaitu
a. Dewan pendidikan
b. Komite sekolah
c. Persatuan orang tua siswa
d. Perkumpulan olahraga
e. Perkumpulan kesenian
f. Organisasi lainnya
2. Pada bidang partisipasi, yaitu
a. Kurikulum
b. Alat belajar
c. Dana
d. Material untuk bangunan
e. Audit Keuangan
f. Kontrol terhadap kegiatan sekolah
3. Pada cara partisipasi, yaitu
a. Ikut dalam pertemuan
b. Berkunjung ke sekolah
c. Lewat surat
d. Lewat handphone
e. Ikut malam kesenian

BAB VIII Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat 105


106 Administrasi Pendiikan
BAB XI
PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

A. Pengertian Penjaminan Mutu Pendidikan


Penjaminan mutu pendidikan merupakan proses dalam
menetapkan dan mencapai standar mutu pengelolaan
dengan berkelanjutan, sehingga semua pemangku
kepentingan merasa puas akan pencapaian. Menurut Elliot,
bahwa penjaminan mutu merupakan semua perencanaan
tindakan tersusun dan terstruktur dalam menyediakan
kepercayaan yang dipergunakan untuk memuaskan
kebutuhan tertentu dari kualitas.
Dalam penerapan SPMP terbagi atas rangkaian tahapan,
dimulai dari:
1. Mengumpulkan data
2. Analisa data
3. Pelaporan
4. Menyusun rekomendasi
5. Melakukan rekomendasi berupa program yang dapat
meningkatkan mutu pendidikan.

Perlunya sekolah membuat tim pengembang sekolah


yang di dalam tim tersebut terdiri dari: Kepala sekolah,
pengawas sekolah, perwakilan guru, komite sekolah, orang

107
tua, dan perwakilan lainnya dari masyarakat yang dianggap
mumpuni untuk ikutsertakan dalam tim tersebut,
dikarenakan kepeduliannya yang tinggi kepada sekolah.
Dalam pelaksanaan SPMP, pengawas pendidikan yang
tugasnya sebagai pembina sekolah juga diikutsertakan dalam
TPS, sebagai perwakilan pemerintahan.

B. Tujuan Penjaminan Mutu


Tujuannya dari kegiatan penjaminan mutu memiliki berbagai
manfaat, baik bagi pihak internal ataupun eksternal
organisasi. Menurut Yorke bahwa, tujuan penjaminan
kualitas yakni
1. Membantu dalam perbaikan dan peningkatan
berkelanjutan melalui praktik yang baik dan bersedia
melakukan suatu inovasi.
2. Mendapat kemudahan dalam memperoleh bantuan-
bantuan, baik berupa uang/sarana/bantuan lainnya dari
lembaga yang terpercaya.
3. Menyediakan informasi kepada masyarakat sesuai target
dan waktu dengan konsistensi.
4. Adanya jaminan tidak terjadinya peristiwa yang tidak
inginkan.

Di lain hal, tujuannya dari penjaminan kualitas ialah


agar bisa menyenangkan semua pemangku kepentingan di
dalamnya, sehingga bisa berhasil dalam mewujudkan target

108 Administrasi Pendiikan


yang telah dirumuskan. Penjaminan kualitas adalah bagian
yang menyatu dalam membentuk kualitas produk dan jasa di
suatu organisasi. Tahapan dalam penjaminan kualitas yang
dipergunakan diharapkan bisa menghentikan perubahan,
sebaliknya jika dinilai perubahan tersebut menuju ke arah
penurunan/kemunduran.
Menurut Stebbing (2003) dalam Sanaky,
perkembangan Penjaminan Mutu Pendidikan menjelaskan
tentang kegiatan penjaminan kualitas, yaitu
1. Penjaminan kualitas bukan pengendalian
kualitas/inspeksi. Meskipun program penjaminan kualitas
tercakup hanya bagian dari komitmen terhadap mutu
secara keseluruhan.
2. Penjaminan kualitas bukan kegiatan pemeriksaan yang
luar biasa. Artinya, bagian pengendali kualitas tidak harus
bertanggungjawab pada pemeriksaan semua yang
dikerjakan.
3. Penjaminan kualitas bukan menjadi tanggung jawab
bagian perancangan saja. Artinya, bagian penjaminan
kualitas bukan keputusan bidang perancangan/teknik,
namun memerlukan sumber daya manusia yang siap
tanggung jawab dalam pengambilan keputusan pada
bidang yang diperlukan.

BAB XI Penjaminan Mutu Pendidikan 109


4. Penjaminan kualitas bukan bidang yang membutuhkan
biaya yang besar. Dokumentasi dan sertifikasi yang
berkaitan dengan penjaminan kualitas.
5. Kegiatan penjaminan kualitas adalah kegiatan
pengendalian melalui tahapan yang sesuai, sehingga
adanya perbaikan dalam efisiensi, produktivitas, dan
profitabilitas.
6. Penjaminan kualitas bukan hanya obat mujarab untuk
menyembuhkan bermacam penyakit. Dengan penjaminan
kualitas, justru akan dapat mengerjakan semua dengan
baik mulai dari awal dan tiap waktu.

C. Mekanisme Jaminan Mutu Pendidikan


Keutamaan dari sistem penjaminan mutu pendidikan,
pendidikan dilakukan melalui metode siklus PDCA (Plan–Do–
Check–Action) dalam pelaksanaan penyelenggara
pendidikan.
1. Perencanaan Mutu (Plan)
Adanya rencana yang terhadap perencanaan mutu,
seperti: menetapkan kebijakan mutu, menetapkan tujuan
mutu dan indikator pencapaian, serta menetapkan
prosedur.
2. Pelaksanaan (Do)
Adanya penerapan rencana yang mana sudah
ditentukan sebelumnya. Sehingga dalam usaha
melaksanakan penjaminan mutu pendidikan, semua

110 Administrasi Pendiikan


tahapan dalam pendidikan, termasuk layanan
administrasi pendidikan dikerjakan berdasarkan standar
yang sudah ditetapkan dan disepakati.
3. Evaluasi (Check)
Memonitoring, memeriksa, mengukur dan evaluasi
terhadap hasil pelaksanaan program, termasuk juga audit
mutu internal.
4. Action

Dilakukan keberlanjutan dan perbaikan dari hasil


evaluasi. Melakukan penyusunan perencanaan perbaikan
dan penyusunan laporan pelaksanaan program
pendidikan.
Penjaminan Mutu diperlukan untuk:
1. Memeriksa dan pengendalian mutu.
2. Meningkatkan mutu.
3. Memberikan jaminan pada semua jajaran.
4. Standarisasi.
5. Persaingan nasional dan internasional.
6. Pengakuan lulusan.
7. Memastikan semua aktivitas lembaga dapat berjalan
dengan benar.
8. Membuktikan ke semua jajaran bahwa lembaga
bertanggungjawab dalam usaha pencapaian mutu
semua kegiatan.

BAB XI Penjaminan Mutu Pendidikan 111


Landasan yuridis SPMP Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 mengenai Sisdiknas Pasal 1 ayat 21, dijelaskan
bahwa Evaluasi pendidikan merupakan kegiatan
pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan
dan seterusnya sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan. Pada Pasal 35 ayat 1 dijelaskan
bahwa Standar Nasional pendidikan meliputi standar isi,
proses, kompetensi lulusan dan seterusnya.
Pasal 50 ayat 2; pemerintah menetapkan kebijakan
nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin
mutu dan seterusnya. Beberapa Model SPM: Model SPM.
Didasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Program
Kerja Penjaminan Mutu 2003, yaitu
1. Penetapan Standar Mutu.
2. Pelaksanaan.
3. Evaluasi.
4. Pencapaian dan peningkatan standar.
5. Bench-marki.

Dalam PP 19 tahun 2005 mengenai Standar Nasional


Pendidikan, BAB II pasal 2 dijelaskan bahwa Lingkup Standar
Nasional Pendidikan, meliputi standar:
1. Isi.
2. Proses.

112 Administrasi Pendiikan


3. Kompetensi lulusan.
4. Pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Sarana dan prasarana.
6. Pengelolaan.
7. Pembiayaan.
8. Penilaian pendidikan.

Penjelasan dari delapan standar di atas, yaitu


1. Standar isi meliputi materi dan tingkat kompetensi guna
tercapainya kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu, yakni
a. kerangka dasar dan struktur kurikulum yang menjadi
pedoman dalam penyusunan kurikulum.
b. beban belajar bagi siswa-siswi di satuan pendidikan
dasar dan menengah.
c. kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan
dikembangkan oleh satuan pendidikan didasarkan
panduan penyusunan kurikulum.
d. kalender pendidikan untuk penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan.
2. Standar proses merupakan standar nasional pendidikan
yang kaitannya dalam melaksanakan proses belajar
mengajar di satuan pendidikan guna mencapai standar
kompetensi lulusan, meliputi:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan

BAB XI Penjaminan Mutu Pendidikan 113


c. Penilaian
d. Pengawasan
3. Standar kompetensi lulusan ialah persyaratan
kemampuan lulusan yang meliputi perilaku, pengetahuan,
dan keterampilan.
Bagian dari standar nasional pendidikan yaitu
Standar Kompetensi Lulusan yang memiliki kriteria
kompetensi lulusan minimal yang berlaku di semua
wilayah hukum NKRI. Melalui SKL kita akan mempunyai
patokan mutu, baik bersifat evaluasi kecil seperti kualitas
proses dan kualitas produk maupun bersifat evaluasi
besar seperti efektifitas dan efisiensi suatu program
pendidikan, di masa akan datang pendidikan kita akan
melahirkan standar mutu yang bisa
dipertanggungjawabkan di tiap jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan.
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan merupakan
syarat pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun
mental, serta pendidikan dalam jabatan.
Pendidikan prajabatan merupakan pendidikan
formal untuk menyiapkan calon pendidik dan tenaga
kependidikan yang diselenggarakan perguruan tinggi,
lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang
terakreditasi, sesuai dengan peraturan. Kelayakan fisik
dan mental pendidik dan tenaga kependidikan merupakan

114 Administrasi Pendiikan


kondisi fisik dan mental pendidik dan tenaga
kependidikan yang tidak mengganggu pengajaran dan
layanan pendidikan. Pendidikan dalam jabatan
merupakan pendidikan dan pelatihan yang diperoleh
pendidik dan tenaga kependidikan selama mengerjakan
tugasnya dalam peningkatan kualifikasi akademik.
Dalam upaya meningkatkan agar tercapainya mutu
pendidikan nasional diperlukan guru yang memiliki
kualitas serta menguasai kompetensi guru. Guru tidak
hanya sebagai pengajar saja, namun guru juga memiliki
tugas lain, yaitu membina, membimbing, mengarahkan,
menilai, dan mengevaluasi. Empat kompetensi yang harus
dimiliki guru untuk melaksanakan proses pembelajaran,
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional.
Guru yang berkualitas merupakan guru yang menguasai
materi dan media pembelajaran. Guru merupakan seorang
fasilitator yang baik, menguasai kelas, dan mampu
membentuk perilaku peserta didik menjadi manusia
bermanfaat, guru harus mampu memunculkan ide-ide
baru agar suasana belajar menyenangkan.
Menurut Mulyasa yang menjadi indikator variabel
peran guru sebagai fasilitator yaitu sikap guru membantu
peserta didik dalam pembelajaran dengan memberikan
pembelajaran yang benar kepada peserta didik,

BAB XI Penjaminan Mutu Pendidikan 115


menyampaikan pembelajaran dengan media serta cara
yang berkualitas kepada peserta didik, memiliki
keterampilan dalam menyelesaikan dan menghadapi
perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa
(Rahmawati & Suryadi, 2019). Guru menjadi ujung tombak
pelaksanaan pendidikan di sekolah dan lingkungan di
sekitarnya, guru juga merupakan orang yang berperan
dalam penyampaian proses pembelajaran. Guru yang
bertanggung jawab membentuk peserta didik sesuai
kurikulum agar mencapai tujuan pendidikan nasional.
Tanpa adanya guru, tujuan dari pendidikan nasional akan
sulit terwujud. (Nasution, 2014)
Kompetensi adalah perangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dan dikuasai oleh guru dalam melakukan tugas.
Kompetensi pendidik sebagai agen dalam proses
pembelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah
serta PAUD yakni kompetensi:
a. Pedagogik.
b. Kepribadian.
c. Profesional.
d. Sosial.

116 Administrasi Pendiikan


a. Kompetensi Pedagogik
Keterampilan guru pada pengelolaan proses
belajar mengajar yang memiliki hubungan dengan
peserta didik, meliputi:
1) Pemahaman wawasan pendidikan
2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) Silabus
4) Perancangan pembelajaran
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik
6) Penggunaan teknologi
7) Evaluasi hasil belajar
8) Pengembangan peserta didik guna mengembangan
kemampuan yang dimiliki peserta didik
b. Kompetensi Profesional
Guru menguasai pengetahuan dan menguasai
pengetahuan yang mumpuni dari pelajaran yang
diajarnya. Dalam pembelajaran guru harus menguasai
metode/strategi pembelajaran, guru diminta untuk
menerapkan metode/strategi pembelajaran yang
relevan, dan sanggup menerapkan bermacam metode
dan strategi pada saat melakukan pengajaran.
c. Kompetensi Personal
Seorang guru di dalam aktivitas-aktivitasnya
diharuskan mempunyai kepribadian yang baik. Guru

BAB XI Penjaminan Mutu Pendidikan 117


harus berkepribadian yang layak menjadi teladan dan
menjadi panutan.
d. Kompetensi Sosial
Seorang guru diharuskan melihatkan kemampuan
dalam komunikasi bermasyarakat, termasuk kepada
siswa dan tenaga pendidikan lainnya.
Syarat dari guru profesional yaitu
1) Memiliki komitmen tinggi
2) Bertanggungjawab
3) Berpikir sistematis
4) Menguasai materi
5) Bagian masyarakat profesional
5. Standar sarana dan prasarana merupakan standar
nasional pendidikan berhubungan terkait dengan kriteria
minimum mengenai ruangan belajar, lokasi olahraga,
tempat ibadah, pustaka, labor, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber
belajar lainnya, yang dibutuhkan dalam menunjang proses
pembelajaran, termasuk pemanfaatan TIK. Standar ini
meliputi:
a. pengadaan satuan pendidikan.
b. kelengkapan prasarana berupa: lahan, gedung,
ruangan, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki
tiap-tiap satuan pendidikan.

118 Administrasi Pendiikan


c. kelengkapan sarana yang terdiri dari perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya, TIK, serta perlengkapan lainnya yang
harus dimiliki.
6. Standar pengelolaan ialah standar nasional pendidikan
berhubungan mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan di tingkatan satuan
pendidikan, daerah, atau nasional untuk tercapainya
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
Standar ini, meliputi:
a. Merencanakan program sekolah.
b. Melaksanakan renja sekolah.
c. Pengawasan dan evaluasi.
d. Kepemimpinan sekolah.
e. Sistem informasi manajemen.

Standar pengelolaan pendidikan oleh pemerintah


daerah, yakni
a. Perencanaan program pemerintahan di daerah.
b. Pengelolaan program wajib belajar.
c. Pengelolaan program peningkatan angka partisipasi
jenjang pendidikan menengah.
d. Pengelolaan program pendidikan keaksaraan.
e. Pengelolaan program penjaminan mutu satuan
pendidikan.

BAB XI Penjaminan Mutu Pendidikan 119


f. Pengelolaan program peningkatan status guru sebagai
profesi
g. Pengelolaan program akreditasi pendidikan
h. Pengelolaan program peningkatan-peningkatan
relevansi pendidikan
i. Pengelolaan program pemenuhan standar pelayanan
minimal bidang pendidikan.
7. Standar pembiayaan merupakan standar yang mengatur
komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan
yang berlaku selama satu tahun.
Merujuk pada pasal dan ayat dalam Standar Nasional
Pendidikan yang kaitannya mengenai pembiayaan
pendidikan, kesimpulannya bahwa meskipun biaya
pendidikan berupa biaya investasi, biaya operasi, dan
biaya personal, tetapi standar pembiayaan pendidikan
difokuskan pada biaya operasi pendidikan dalam bagian
dari dana pendidikan yang dipergunakan untuk
pembiayaan kegiatan operasional satuan pendidikan
supaya berlangsung kegiatan pendidikan sesuai standar
nasional pendidikan. Penilaian Pendidikan terdiri dari
penilaian:
a. Pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, menengah,
dan pendidikan tinggi.
b. Hasil belajar pendidik.
c. Hasil belajar satuan pendidikan.

120 Administrasi Pendiikan


d. Hasil belajar pemerintah.
e. Kelulusan.

Hasil UN dibutuhkan sebagai salah satu


pertimbangan untuk:
a. Pemetaan mutu program.
b. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan selanjutnya.
c. Penentu kelulusan.
d. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan.

Peserta didik dikatakan lulus dari satuan pendidikan


pada pendidikan dasar dan menengah jika sudah:
a. Selesainya semua program belajar mengajar;
b. mendapatkan nilai minimal baik pada penilaian akhir
untuk semua mata pelajaran kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olah raga, dan kesehatan;
c. lulus ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. lulus UN.

BAB XI Penjaminan Mutu Pendidikan 121


122 Administrasi Pendiikan
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari dkk. 2009. Guru Profesional: Menguasai
Metode dan Terampil Belajar. Bandung: Alfabeta.

B. Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah.


Jakarta: Rineka Cipta.

Dosen Tim AP. 2010. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:


UNY Press.

Fattah, Nanang. 1996. Landasan Manajemen


Pendidikan. Cibeureum: PT Remaja Rosdakarya
Bandung.

Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

PP 19 Tahun tentang Standar Nasional Pendidikan, BAB II


pasal 2.

PPRI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan


Nasional Pasal 1 Ayat 6.

Priatna, Nanang dkk. 2013. Pengembangan Profesi


Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rugaiyah dan Atiek Sismiati. 2011. Profesi Kependidikan.


Bogor: Ghalia Indonesia.

Sanaky, Hujaie A. H. 2011. Sistem Penjaminan Mutu


Pendidikan.

SPMP UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat


21.

UU No. 14 Tahun 2005.

BAB XI Penjaminan Mutu Pendidikan 123


UU RI No. 20 Tahun 2003.

Wau, Yasaratodo. 2016. Profesi Kependidikan. Medan:


Unimed Press.

124 Administrasi Pendiikan


TENTANG PENULIS

Pahmi, S.Pd,I., M.Pd., lahir di Desa Tuo


llir, 04 Juni 1984. Putra ke-5 dari 5
bersaudara. Ayah bernama Sopian Sauri
dan Hazanah. Menikah dengan Nur Afni
Elsa Marina, A. Keb. Pada Tahun 2017.
Pendidikan Tinggi Program Strata Satu
(S-1) Pendidikan Agama Islam (PAI) ditempuh di Sekolah
Tinggi Agama Islam (STAI) Muara Bulian Tahun 2012,
Program Strata Dua (S-2) Konsentrasi Kurikulum Pendidikan
Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha
Syaifuddin Jambi (2017) dan sekarang mengajar menjadi
Dosen Tetap di Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari
Jambi pada Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan (FPIK)
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) sampai
sekarang.

125
Dr. Sukatin, S.Pd.I., M.Pd.I., lahir di Nipah
Panjang 10 Juli 1986. Putri ke-3 dari 3
bersaudara. Ayah bernama Gino dan Ibu.
Nyami. Menikah dengan Mashudi
Hariyanto, S.HI., M.E. Pada Tahun 2012
dan dikarunia 2 orang anak: Alifia Zaira
Faizatul Husna Hariyanto&Azkayra Zulfa Al-Mumtaza
Hariyanto.
Pendidikan Formal dimulainya di SDN/v Nipah Panjang
(1998), MTsN I Nipah Panjang (2001), dan MA Pondok
Modern Arrisalah Slahung Ponorogo (2005). Pendidikan
Tinggi S-1 Pendidikan Agama Islam ditempuh di Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo (2009),
S-1 Bimbingan dan Konseling Di tempuh di Universitas Darul
Ulum Jombang (2010), S-2 Psikologi Pendidikan Islam di
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(2012). Dan Pendiidkan Terakhir Doktor (S-3) di Universitas
Islam Negeri (UIN) STS Jambi Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam selesai tahun 2019. Sehari-hari mengajar
dan menjadi Dosen Tetap di Institut Agama Islam Nusantara
Batang Hari Jambi sampai sekarang, dan mengajar di UIN STS
Jambi.

126 Admiistrasi Pendidikan


Ruby Santamoko merupakan Dosen di
STAB Dharma Widya Tangerang
Banten. Menyelesaikan pendidikan S1
di STABN Striwijaya Tangerang
Jurusan Dhammacariya. Selanjutnya
melanjutkan pendidikan S2 (Master)
Manajemen Pendidikan Sekolah di STM IMNI Jakarta jurusan.
Saat ini beliau adalah Ketua STAB Dharma Widya Tangerang.

Dr. I Gede Sedana Suci, S.E., M.Ag.,


adalah tenaga edukatif di Universitas
Negeri Hindu I Gusti Bagus Sugriwa
Denpasar (UHN IGB Sugriwa) pada
Program S1 dan Pascasarjana, khusus
di Prodi Pendidikan Agama, dan
PAUD. Lahir pada tahun 1976, di Buleleng, Bali. Selesai SMA
melanjutkan jenjang ke perguruan tinggi yaitu pada D3
Politeknik Universitas Udayana (UNUD), pada jurusan
Administrasi Niaga melalui penelusuran minat dan bakat
(PMDK). Kemudian S1 diselesaikan pada tahun 2003 pada
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas
Udayana (UNUD). Magister Pendidikan Agama Hindu,
diselesaikan pada tahun 2007 pada Institut Hindu Dharma
Negeri Denpasar dan Program Doktor selesai tahun 2019

Tentang Penulis 127


pada Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas
Negeri Malang (UM).

Denok Sunarsi, lahir di Bandung, 29


November, saat ini mengajar di
Universitas Pamulang, Fakultas
Ekonomi, Program Studi Manajemen,
sedang menempuh kuliah pada Program
Doktor Ilmu Manajemen di Universitas
Pasundan, tertarik menulis dan meneliti secara kolaborasi
yang berfokus pada MSDM, UMKM, Keuangan dan Marketing
kontemporer. Google Scholar ID: jMkCtL8AAAAJ; Sinta ID:
6031882; Orcid ID: https://orcid.org/0000-0001-6876-
0143; dan Scopus ID: 57216789555

Wira Jaya Hartono, S.Pd., M.Pd., adalah


dosen tetap di STMIK Dharmapala Riau
yang lahir di Kota Tanjungpinang,
Propinsi Kepulauan Riau. Lulus S-1
program studi Bahasa Inggris di
Universitas Islam Riau. Lulus S-2
program studi bahasa Inggris di Universitas Negeri Padang.
Dengan Keahlian dalam Pengajaran General English hingga
English for Specific Purposes. Pernah Mengajar di Jurusan

128 Admiistrasi Pendidikan


Hubungan Internasional di Universitas Raja Ali Haji pada
tahun 2017. Hingga sekarang melaksanakan pembelajaran di
STMIK Dharmapala Riau.

Tentang Penulis 129


130 Admiistrasi Pendidikan
TENTANG EDITOR

Hadion Wijoyo, S.E., S.H., S.Sos.,


S.Pd., M.H., M.M., Ak., CA., QWP®,
CPHCM®, C.PS® lahir di Desa Selat
Baru, Kabupaten Bengkalis, Propinsi
Riau, adalah dosen tetap di STMIK
Dharmapala Riau dengan jabatan
fungsional Lektor Kepala. Dengan
pengalaman mengajar lebih dari 20
(dua puluh) tahun yang bersangkutan
telah menghasilkan berbagai karya
ilmiah baik jurnal internasional (scopus) maupun akreditasi
Nasional dan lebih dari 40 (emat puluh) buku telah di
hasilkan. Beliau juga menjadi Chief Editor, Editor, maupun
Reviewer di beberapa jurnal Internasional dan Nasional.
Selain seorang Dosen, yang bersangkutan juga Asesor BAN
PAUD dan PNF R.I. sejak tahun 2009. Selain seorang
akademisi yang bersangkutan juga aktif di berbagai
organisasi profesi maupun sosial level nasional maupun
lokal.

Tentang Penulis 131


View publication stats

Anda mungkin juga menyukai