net/publication/351098282
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
CITATIONS READS
0 741
4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hadion Wijoyo on 26 April 2021.
Editor:
Wira Jaya Hartono, S.Pd., M.Pd.,
dan Hadion Wijoyo, S.E., S.H., S.Sos., S.PD., M.H., M.M., AK.,CA.
Desainer:
Mifta Ardila
Sumber:
www.insancendekiamanidiri.co.id
Penata Letak:
Reski Aminah
Proofreader:
Tim ICM
Ukuran:
viii, 131 hlm., 15.5 x 23 cm
ISBN:
978-623-348-058-1
Cetakan Pertama:
Mei 2021
Perumahan Gardena Maisa 2, Blok F03, Nagari Koto Baru, Kecamatan Kubung,
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat – Indonesia 27361
HP/WA: 0813-7272-5118
Website: www.insancendekiamandiri.co.id
www.insancendekiamandiri.com
E-mail: penerbitbic@gmail.com
Daftar Isi
Prakata ........................................................................................................ vii
BAB I
MANAJEMEN PENDIDIKAN ............................................................................ 1
A. Makna Manajemen Pendidikan ............................................................. 1
B. Prinsip Manajemen Pendidikan............................................................ 5
C. Fungsi Manajemen Pendidikan............................................................. 7
D. Pandangan terhadap Manajemen Pendidikan ...................................... 9
BAB II
ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN ............................................................ 11
A. Pengertian Organisasi ........................................................................ 11
B. Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan .................................................. 21
C. Kriteria Keberhasilan Organisasi Lembaga Pendidikan ...................... 28
BAB III
KONSEP DASAR KURIKULUM ........................................................................ 33
A. Pengertian Kurikulum ......................................................................... 33
B. Implementasi Manajemen Kurikulum................................................... 34
C. Ruang Lingkup ..................................................................................... 36
D. Prinsip dan Fungsi............................................................................... 37
E. Sumber Daya Pendukung .................................................................... 38
F. Sejarah Kurikulum............................................................................... 39
BAB IV
MANAJEMEN PESERTA DIDIK........................................................................ 51
A. Makna Manajemen Peserta Didik ......................................................... 51
B. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik ...................................... 52
C. Prinsip Manajemen Peserta Didik ....................................................... 54
BAB V
JENIS TENAGA KEPENDIDIKAN ..................................................................... 57
A. Profesi Kependidikan .......................................................................... 57
B. Profesionalisme Guru ......................................................................... 59
C. Syarat Profesi Kependidikan ............................................................... 61
v
D. Jenis Tenaga Profesi Kependidikan .................................................... 62
E. Perlindungan Profesi Kependidikan.................................................... 64
BAB VI
FASILITAS PENDIDIKAN ................................................................................. 71
A. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ............................... 71
B. Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan ........................................... 75
C. Sarana dan Prasarana yang Menunjang Pembelajaran ..................... 78
D. Manfaat Sarana dan Prasarana Pendidikan ....................................... 81
BAB VII
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ............................................................................ 85
A. Standar Pembiayaan Pendidikan ........................................................ 85
B. Konsep Pembiayaan Pendidikan ......................................................... 87
BAB VIII
HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN MASYARAKAT .......................... 93
A. Konsep Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat ............. 93
B. Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat ........... 96
C. Model Kerja Sama .............................................................................. 101
D. Pemberdayaan Masyarakat................................................................ 103
BAB XI
PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN .................................................................. 107
A. Pengertian Penjaminan Mutu Pendidikan ........................................... 107
B. Tujuan Penjaminan Mutu..................................................................... 108
C. Mekanisme Jaminan Mutu Pendidikan ................................................ 110
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 123
TENTANG PENULIS ........................................................................................ 125
TENTANG EDITOR .......................................................................................... 131
vi Administrasi Pendiikan
Prakata
Segenap rasa syukur yang tak pernah henti penulis
persembahkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala atas
segala kemudahan dan petunjuk dari-Nya yang tak henti-hentinya
penulis terima, hingga saat ini penulis telah menyelesaikan sebuah
buku yang dengan judul “Administrasi Pendidikan”
Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberi dukungan dalam proses penyelesaian
buku ini. Kepada keluarga, rekan sejawat dan seluruh tim Insan
Cendekia Mandiri yang telah melakukan proses penerbitan,
penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menanti saran konstruktif untuk perbaikan dan
peningkatan pada masa mendatang. Semoga buku ini dapat
memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan di
sekolah. Sebagaimana peribahasa tak ada gading nan tak retak,
mohon dimaafkan segala kekeliruan yang ada pada terbitan ini.
Segala kritik dan saran, tentu akan diterima dengan tangan
terbuka.
Penulis
vii
viii Administrasi Pendiikan
BAB I
MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Makna Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan diimplementasi pada bidang
pendidikan, yang mana semua sudah diatur pada suatu yang
menjadi objek dari pengaturan pendidikan. Manajemen
pendidikan merupakan suatu proses segala aktivitas yang
objeknya kepada aktivitas kerja sama beberapa orang/lebih,
guna mencapai tujuan dari pendidikan nasional. Manajemen
pendidikan merupakan suatu proses aktivitas-aktivitas atau
kegiatan seperti mulai dari proses perencanaan serta
pengelolaan suatu tim atau kelompok masyarakat yang telah
tergabung dalam suatu kelompok organisasi pendidikan,
agar efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan dari
pendidikan nasional.
Menurut Mulyani A. Nurhadi (1983), memberi
penjelasan mengenai pengertian dari manajemen
pendidikan. Menurutnya manajemen pendidikan adalah
aktivitas-aktivitas/tahapan aktivitas yang dilaksanakan dari,
oleh, serta untuk manusia itu sendiri. Tahapan aktivitas ini
adalah proses-proses perencanaan dari setiap tahapan
aktivitas pendidikan yang bersifat kompleks dan bersifat
unik, karena aktivitas ini memiliki perbedaan dari tujuan
suatu perusahaan, yang perusahaan bertujuan mencapai
1
laba/untung yang besar, sementara tujuan dari kegiatan
pendidikan tidak jauh dari tujuan pendidikan secara umum
serta tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan negara.
Setiap tahapan dari setiap proses manajemen ini
dilakukan secara tim atau berkelompok dengan bekerja sama
di dalam kelompok organisasi, jadi kegiatan dan aktivitasnya
dijaga supaya adanya suasana/kondisi kerja yang kondusif,
tenang dan tidak mengorbankan sesuatu unsur yang ada
pada manusia. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mewujudkan
suatu tujuan yang telah disepakati dalam organisasi, dalam
hal ini seperti tujuan-tujuan yang memiliki sifat secara umum
dan yang diamanatkan oleh setiap kelompok atau wadah
pendidikan.
Menurut Murphy dan Louis, langkah-langkah dari
pengelolaan dilaksanakan agar tujuan dari pendidikan
terwujud, baik secara efektif dan efisien. Dapat kita lihat,
tingkatan organisasi yang ada di sekolah. administrasi
pendidikan memiliki 3 level, yakni
1. Institusi
Memiliki kaitan dengan hubungan antara sekolah
selaku lembaga pendidikan dengan lingkungan di luar
sekolah.
2. Manajerial
Memiliki hubungan mengenai leadership, dan
susunan sekolah.
2 Administrasi Pendiikan
3. Teknis
Pada tingkatan ini berhubungan terhadap proses
belajar mengajar.
4 Administrasi Pendiikan
yang sudah ditetapkan. Kinerja guru adalah suatu hal menjadi
perhatian penting dari pihak manajemen pendidikan yang
ada di sekolah supaya terus adanya perberkembangan dan
meningkatnya kemampuan-kemampuan dari kompetensi
guru. Dengan adanya peningkatan terhadap kinerja guru,
guru pun akan meningkat baik dari kualitas maupun
kemampuan, dan ini akan memberi pengaruh kepada
peningkatan kualitas dari pendidikan, ini tentu searah
dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat ini.
6 Administrasi Pendiikan
C. Fungsi Manajemen Pendidikan
1. Perencanaan
Fungsi pertama dari manajemen yaitu perencanaan.
Perencanaan merupakan rangkaian aktivitas guna
mempersiapkan dengan terstruktur semua aktivitas yang
akan dilaksanakan agar terwujudnya tujuan yang sudah
ditentukan. Perencanaan juga memiliki arti sebagai
penetapan tujuan, anggaran, tahapan, dan kegiatan di
setiap organisasi. Dengan perencanan, fungsi manajemen
bertujuan untuk menyepakati tujuan yang akan didapat
dengan menetapkan semua aturan dan petunjuk yang
harus dilakukan. Aspek dari perencanaan, yakni
a. Apa yang akan dilakukan
b. Kapan dilakukan
c. Di mana akan dilakukan
d. Bagaimana cara melakukannya
e. Apa saja yang dibutuhkan
2. Pengorganisasian
Dalam fungsi manajemen, pengorganisasian
merupakan lanjutan dari fungsi perencanaan. Setiap
lembaga atau organisasi, pengorganisasian ini urat nadi
organisasi. Sehingga keberlangsungan organisasi atau
lembaga dipengaruhi pengorganisasian. Menurut
Heidjarachaman Ranupandjo pengorganisasian me-
rupakan aktivitas yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok lembaga/organisasi guna terwujudnya tujuan
8 Administrasi Pendiikan
Menurut Usman, manajemen adalah membuat rencana,
menerapkan, dan melakukan kontrol terhadap semua
komponen agar tercapainya suatu visi, misi serta tujuan
dengan tepat. Manajemen dalam arti sempit merupakan
manajemen sekolah mencakup: Perencanaan program,
pelaksanaan, kepemimpinan kepala sekolah, pengawasan
atau evaluasi, dan sistem informasi sekolah (Jafar,
Zulkarnaen, Yusrizal, 2018). Menurut Hadari Nawawi
manajemen adalah tindakan pemimpin dalam melakukan
pengelolaan lembaga yang dipimpinnya. (Hasanah, 2019)
10 Administrasi Pendiikan
BAB II
ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN
A. Pengertian Organisasi
1. Menurut Louis A. Allen (1960), menjelaskan
pengorganisasian merupakan sistem mengarahkan dan
menghubungkan aktivitas yang dilaksanakan, pada
akhirnya fungsi organisasi/lembaga terselesaikan dengan
efektif dan efisien.
2. Menurut Edgar Schein (1973), menjelaskan bahwa setiap
organisasi merupakan kordinasi secara baik di kegiatan
dengan diikuti oleh sejumlah orang guna mewujudkan
tujuan, fungsi, dan dengan tingkat level tanggung jawab.
3. Menurut Ananda W.P Guruge (1977), menjelaskan bahwa
organisasi diartikan sebagai suatu ke tatanan kegiatan
yang banyak, dikelola dengan suatu bagian/kelompok dan
menjelaskan hubungan formal setiap orang yang telah
diberi tugas dengan berbagai macam tanggung jawab.
4. Menurut SB Hri Lubis (1987), mengatakan pokoknya
organisasi sebagai kesatuan sosial dari setiap kelompok
yang memiliki interaksi merujuk pada ketentuan-
ketentuan tertentu, jadi tiap-tiap anggota organisasi
mempunyai fungsi dan tugas yang sudah ditentukan,
organisasi sebagai suatu kesatuan memiliki tujuan
11
tertentu dan memiliki keterbatasan, sehingga dapat
dipisah dengan tegas dari lingkungannya.
5. Menurut Robbins (1996), bahwa organisasi dilihat pula
sebagai kesatuan bersosial yang dikoordinasi secara baik,
terstruktur dan terarah, yang sudah disusun oleh anggota
kelompok, atas dasar yang berkelanjutan guna
mewujudkan suatu tujuan.
6. Menurut Sutarto (1998), dapat dikatakan bahwa
organisasi merupakan sistem yang saling mempengaruhi
antara kelompok, anggota yang di dalam kelompok dengan
bekerja sama untuk mewujudkan tujuan.
12 Administrasi Pendiikan
kebutuhan dalam masyarakat tertentu. Lembaga bagian dari
macam-macam norma masyarakat yang memiliki sifat
memaksa. Kebiasaan dan perilaku di sekitar aktivitas
menjadi terarah dalam sistem keyakinan dan perilaku yang
sifatnya formal dan memaksa, jadi jika ingin dapat dikatakan
lembaga tersebut telah berkembang harusnya suatu lembaga
memiliki cakupan:
1. Rangkaian perilaku yang sudah diatur
2. Rangkaian perilaku, sikap, nilai yang mendukung
3. Mempunyai suatu acara seperti suatu tradisi dan upacara
lainnya.
14 Administrasi Pendiikan
menentukan materi, langkah, dan metode penilaian yang
relevan.
3. Kegiatan-kegiatan dalam pendidikan dilaksanakan pada
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
16 Administrasi Pendiikan
peningkatan motivasi peserta didik dan hasil belajar dalam
menjalankan proses pembelajaran. Dan orang tua yang ada di
rumah akan merasa tenang menitipkan anaknya mengikuti
proses belajar (Aryawan, 2019).
Menurut Kast & James, bahwa struktur adalah sesuatu
yang berpola, memiliki keterkaitan antar komponen-
komponen di bagian organisasi. Struktur organisasi adalah
bentuk dari organisasi dengan menyeluruh yang
menjelaskan suatu keterkaitan dari bermacam aspek dan
fungsi organisasi yang terpengaruh oleh keadaan wilayah
sekitar dan pemanfaatan teknologi, serta target dari tujuan
yang ingin didapatkan. Struktur memiliki sifat tidak berubah
serta statis, perlu waktu untuk penyesuaiannya.
Stoner memiliki pendudukan, struktur organisasi
mempunyai 5 unsur, yakni
1. Spesialisasi aktivitas
Hal ini mengarah kepada syarat tugas perseorangan
dan kelompok di tiap-tiap organisasi.
2. Standardisasi aktivitas
Menstandarisasi suatu tahapan yang dipergunakan
dalam menjamin kelayakan aktivitas dengan membuat
seragam dan konsisten kerja yang wajib dilakukan
anggota, biasanya dengan menerapkan aturan, penjelasan
posisi, program penyeleksian, arah kerja, dan kemampuan
bekerja.
18 Administrasi Pendiikan
organisasi membagi aktivitas pekerjaan dan memperlihatkan
cara/bagaimananya suatu aktivitas yang memiliki perbedaan
ini saling berhubungan.
Skema dalam organisasi berguna untuk menjelaskan
akan hubungan laporan yang dibuat dalam suatu garis secara
vertikal. Di skema organisasi terdapat siapa di suatu posisi
atau orang yang harus melapor, memberi gambaran
lingkungan tanggungjawab, pembagian tugas dan
pertanggungjawaban di tiap posisi.
Menurut Sutarto (1998) bagan organisasi melihatkan
struktur organisasi menggunakan kotak bergaris yang dibuat
berdasarkan kedudukan setiap orang yang memiliki fungsi
tertentu, satu sama lainnya dihubungkan dengan garis-garis
kewenangan.
Kegunaan bagan organisasi agar bisa mengetahui besar
kecil suatu organisasi, wewenang, rincian aktivitas satuan
organisasi dan lain-lainnya terhadap layak atau tidaknya
suatu organisasi. Struktur organisasi lembaga pendidikan
merupakan rincian terstruktur di antara bagan-bagan yang
menjelaskan keterkaitan kerja dengan membagi dan
mengoordinasikan tanggung jawab seseorang dan kelompok
supaya menjadi suatu kesatuan yang utuh di berbagai setiap
aktivitas untuk mencapai tujuan dari pendidikan.
Dalam UU No. 25 Tahun 2000 mengenai Program
Pembangunan nasional, dijelaskan pada rencana
20 Administrasi Pendiikan
B. Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan
UU RI No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 16 menjelaskan bahwa jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan dapat berupa satuan pendidikan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.
Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan merupakan wahana yang dilewati siswa-
siswi untuk meningkatkan kemampuan/skill pada suatu
proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Pada UU RI No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 31 ayat 1, 2, dan 3. Dijelaskan terdapat
tiga jalur pendidikan yang berperan dalam membentuk
kualitas SDM, yakni pendidikan formal, nonformal, dan
informal.
1. Jalur Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang
dilaksanakan pada setiap sekolah. Jalur pendidikan
memiliki tingkatan atau jenjang pendidikan yang terarah,
mulai dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
Pendidikan formal bisa terwujud pada model satuan
pendidikan yang dilakukan pemerintahan pusat,
pemerintahan daerah, serta masyarakat.
Setiap lembaga formal akan memiliki hak dan
wewenang yang diberikan pemerintah agar dapat
22 Administrasi Pendiikan
ditujukan untuk meningkat keterampilan kemampuan
siswa-siswi yakni Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain-lainnya, serta
pendidikan lainnya yang mengarah untuk meningkatkan
keterampilan.
3. Jalur Pendidikan informal
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 27 ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa
pendidikan informal ialah jalur pendidikan pada keluarga
dan lingkungan berupa pembelajaran yang dilaksanakan
dengan sifat kemandirian. Hasil pendidikan informal sama
dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
didik dinyatakan telah lulus ujian sesuai standar.
Homeschooling atau disebut sekolah rumah, diatur pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.
Jika anak-anak yang mengikuti pendidikan informal
menginginkan ijazah dikarenakan ingin masuk pendidikan
formal di jenjang yang tinggi, sehingga peserta didik pada
pendidikan informal dapat ikut ujian persamaan melalui
program PKBM.
Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan merupakan rangkaian proses pendidikan
yang ditentukan dengan tingkatan perkembangan siswa,
tujuan yang ingin dicapai, dan keterampilan yang akan
24 Administrasi Pendiikan
formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lainnya yang
sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lainnya yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
2. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah adalah tingkatan pendidikan
lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terbagi
atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK), atau bentuk lainnya yang sederajat.
3. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi ialah tingkatan pendidikan
sesudah SMA/SMK/MA dengan cakupan pendidikan
diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
dilaksanakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi
memiliki kewajiban melakukan pendidikan, penelitian,
serta pengabdian masyarakat. UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 20
menjelaskan bahwa perguruan tinggi dapat melaksanakan
program akademik, profesi, dan/atau vokasi.
26 Administrasi Pendiikan
profesi. Pendidikan kedinasan adalah pendidikan profesi
yang penyelenggaraannya departemen atau lembaga
pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan
bertujuan meningkatkan skills dalam melaksanakan tugas
kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri di suatu
departemen atau nondepartemen. Pendidikan kedinasan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan
nonformal.
5. Pendidikan vokasi
Adalah pendidikan tinggi yang menyiapkan peserta
didik agar dapat mempunyai pekerjaan berdasarkan
keahlian terapan tertentu maksimal dalam tingkatan D-IV
setingkat dengan S1.
6. Pendidikan keagamaan
Adalah pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan
tinggi yang menyiapkan siswa-siswi agar mampu
melaksanakan peran yang mewajibkan pemahaman
pengetahuan tentang ajaran agama. Dalam UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV
Pasal 30 pendidikan keagamaan berupa pendidikan
diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan
model lain-lainnya.
7. Pendidikan khusus
Merupakan pendidikan untuk siswa-siswi dengan
mempunyai kesulitan pada proses belajar mengajar
28 Administrasi Pendiikan
dibutuhkan kriteria-kriteria dari keberhasilan organisasi
lembaga pendidikan.
Kriteria dari suatu keberhasilan bertujuan guna
mengetahui nilai-nilai dari suatu aspek pada komponen-
komponen tertentu. Pengelola lembaga pendidikan yang
efektif dan efisien adalah syarat yang mutlak dalam mencapai
keberhasilan organisasi. Tanpa kecuali lembaga pendidikan
yang terus semakin dituntut agar dapat menjadi lembaga
pendidikan yang tepat sasaran. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal perlu adanya rencana sistem pengelola
yang handal, serta juga profesional. Sekolah merupakan
komponen penting dalam sistem pendidikan memberikan
dampak yang nyata dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Peran ini tidak terlepas bagaimana lembaga
atau sekolah dikelola.
Jika sekolah diumpamakan seperti mesin produksi,
maka kualitas output akan sesuai dengan kualitas mesin.
Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah
sebagai manajer pendidikan. Kemampuan kepala sekolah
terhadap pengelolaan sekolah berpengaruh dalam
peningkatan mutu sekolah. Kemampuan manajerial kepala
sekolah merupakan keterampilan kepala sekolah yang akan
berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan
(Damayanti, 2017). Kemampuan manajerial kepala sekolah
merupakan keterampilan seorang manajer pendidikan dalam
30 Administrasi Pendiikan
Indikator kemampuan manajerial kepala sekolah yang
ada di Permendiknas No. 13 Tahun 2007, bahwa kepala
sekolah harus mampu:
1. Penyusunan rencana sekolah.
2. Mengembangkan sekolah sesuai kebutuhan.
3. Memanfaatkan sumber daya.
4. Mengembangkan sekolah agar proses pembelajaran
efektif.
5. Mengelola sarana dan prasarana dengan benar dan baik.
6. Menjalin hubungan baik sekolah dengan masyarakat
untuk pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan sekolah.
7. Mengelola kesiswaan.
8. Pengelolaan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai
tujuan pendidikan nasional.
9. Pengelolaan tata usaha untuk mendukung program
10. Pengelolaan unit layanan khusus.
11. Menerapkan prinsip kewirausahaan agar terciptanya ide
baru.
12. Menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
13. Pengelolaan sistem informasi sekolah dengan mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan.
14. Memanfaatkan perkembangan TIK guna meningkatkan
kualitas belajar mengajar.
32 Administrasi Pendiikan
BAB III
KONSEP DASAR KURIKULUM
A. Pengertian Kurikulum
Pada Undang-Undangan Nomor 20 Tahun 2003, kurikulum
merupakan suatu perencanaan aturan yang kaitannya
dengan tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang
terapkan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan. Kurikulum adalah
seperangkat rencana pendidikan yang memberikan petunjuk
mengenai jenis, cakupan, susunan materi, dan proses
pendidikan. (Syafaruddin, 2018)
Kurikulum adalah rancangan mengenai aturan tujuan,
isi, bahan pembelajaran, dan upaya agar cara yang
dipergunakan pada pelaksanaan proses pembelajaran agar
tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik (Atmaja, T.
Ampuh Rony AR, Djailani, 2015). Menurut Hamalik
kurikulum dibuat untuk menghadapi perkembangan zaman
serta TIK agar mencapai tujuan pendidikan dengan
mempertimbangkan tahapan perkembangan siswa
disesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan
manusia seutuhnya (Syafaruddin, 2018). “Manajemen
kurikulum adalah sesuatu hal fundamental di sekolah,
dengan adanya manajemen kurikulum akan berdampak pada
33
kualitas dan kinerja guru pencapaian tujuan”. (Atmaja, T.
Ampuh Rony AR, Djailani, 2015)
Manajemen kurikulum merupakan langkah-langkah
menggunakan keseluruhan sumber daya sekolah guna
tercapai dan mewujudkan tujuan dari kurikulum pendidikan
yang dilakukan sekolah (Syafaruddin, 2018). Menurut
Rusman manajemen kurikulum merupakan proses dari
manajemen kurikulum terencana, tersusun, terprogram
secara baik dan benar agar tercapainya tujuan kurikulum (W.
Hidayati, 2017). Manajemen kurikulum adalah sesuatu hal
yang paling penting sebagai suatu substansi pengelolaan di
sekolah. (Utami, 2018)
34 Administrasi Pendiikan
dengan suatu pengembangan yang telah direncanakan
dengan baik (Hasanah, 2019). Menurut Oemar Hamalik dua
tingkatan dalam penerapan kurikulum di sekolah yaitu pada
tingkat sekolah yang memiliki peran adalah kepala sekolah
serta guru yang berperan pada tingkatan kelas. Berbedanya
peran kepala sekolah dan guru, namun dalam melaksanakan
administrasi kurikulum, selalu bersama mem-
pertanggungjawabkan proses administrasi kurikulum.
(Fathurrochman, 2017)
Menurut Hairun Nusuf dalam upaya pengembangan
kurikulum berdasarkan pada tujuan pendidikan yang jelas,
pandangan mengenai proses belajar mengajar yang tepat dan
benar, pandangan mengenai lingkungan kondusif, konsep
peranan guru yang efektif, dan sistem evaluasi benar.
Berorientasi pada pengembangan kurikulum diharapkan
peningkatan dan penerapan kurikulum di setiap tingkat
satuan pendidikan agar mewujudkan tujuan dan mutu
pendidikan yang diharapkan (Syafaruddin, 2018).
Menurut Hairun Nusuf indikator kompetensi
pengembangan kurikulum sebagai berikut:
1. Guru merancang RPP dengan benar.
2. Menyampaikan materi pembelajaran dengan baik.
3. Materi sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4. Mencontohkan nilai-nilai dari materi yang telah diajarkan
guru dalam kehidupan.
C. Ruang Lingkup
Menurut Dinn Wahyudin cakupan manajemen kurikulum
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
evaluasi kurikulum. Secara luas, manajemen kurikulum tidak
dibatasi hanya di ruangan (Utami, 2018). Ruang lingkup
manajemen kurikulum terletak pada penerapan pada proses
manajemen itu sendiri, disebabkan proses penerapan
kurikulum memiliki persamaan dalam prinsip proses
manajemen. (Fathurrochman, 2017)
Siklus manajemen pengembangan kurikulum di
sekolah terdiri atas:
1. Tahapan perencanaan
a. Analisa kebutuhan
b. Perumusan dan menjawab pertanyaan filosofis
c. Menetapkan desain kurikulum
d. Pembuatan rencana induk berupa pengembangan,
pelaksanaan, dan penilaian
2. Tahapan pengembangan
a. Merumuskan dasar berpikir
36 Administrasi Pendiikan
b. Merumuskan visi, misi, dan tujuan
c. Menentukan struktur dan program
d. Pengorganisasian materi
e. Pengorganisasian pembelajaran
f. Menentukan sumber, alat, dan sarana belajar
g. Menentukan cara mengukur hasil belajar
3. Tahapan implementasi
a. Menyusun rencana silabus dan RPP
b. Menjabarkan materi
c. Penentuan strategi dan metode pembelajaran
d. Menyediakan sumber, alat, dan sarana pembelajaran
e. Penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil
belajar
f. Pengaturan lingkungan pembelajaran
4. Tahapan evaluasi
Menyusun kurikulum dilaksanakan oleh satuan
pendidikan atas dasar pada standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan.
38 Administrasi Pendiikan
Pelaksanaan kurikulum baik langsung maupun operasional
adalah guru kelas dan guru mata pelajaran. Tugas guru
merupakan suatu profesi yang menuntut pemenuhan
kompetensi utama seorang guru (Syafaruddin, 2018). Guru
merupakan orang yang berperan dalam keberhasilan
implementasi kurikulum, tentu adanya dukungan sumber
daya lainnya seperti sarana prasarana, biaya, organisasi,
lingkungan. Namun tetap gurulah yang memegang peran
penting dari keberhasilan implementasi kurikulum.
(Rusman, 2011)
Pengajaran yang masih menggunakan metode/strategi
belajar tradisional berdampak terhadap hasil belajar dan
prestasi belajar siswa. Guru harus profesional, tidak hanya
mampu menyampaikan pembelajaran kepada siswa saja,
namun guru harus bisa mengaitkan siswa-siswi dengan
sumber-sumber belajar bervariasi. (Malichatin, 2019)
F. Sejarah Kurikulum
Sejarah kurikulum di Indonesia sering berubah-ubah di
setiap ada pergantian menteri pendidikan, sehingga mutu
pendidikan kita sampai saat ini belum dapat dikatakan
memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
Sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional
sering kali mengalai perubahan, yakni 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut
merupakan hal yang logis dari terjadinya perubahan sistem
40 Administrasi Pendiikan
Waktu itu, kurikulum di Indonesia terpengaruhi
dengan sistem pendidikan Belanda dan Jepang, sehingga
kita hanya meneruskan yang sudah ada. Rentjana
Pelajaran 1947 bisa disebut pengganti sistem pendidikan
Belanda, karena keadaan pada saat itu dalam semangat
berjuang merebut kemerdekaan. Pendidikan lebih
menekankan pada pembentukan karakter masyarakat
Indonesia yang merdeka, berdaulat serta sejajar dengan
negara lainnya. Arah Rentjana Pelajaran 1947 tidak
menuntun pada pendidikan pikiran, yang utama yaitu
pendidikan watak, adanya kesadaran bernegara, dan
bermasyarakat. Konteks pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari, memberi perhatian kepada seni
dan pendidikan jasmani.
2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Di tahun 1952 kurikulum kita dilakukan
penyempurnaan. Kurikulum yang baru ini lebih merinci
pada tiap-tiap mata pelajaran yang disebut Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum Rentjana Pelajaran
Terurai 1952 berorientasi pada sistem pendidikan
nasional. Keutamaan serta ciri-ciri kurikulum 1952
terletak pada setiap perencanaan pembelajaran wajib
memperhatikan isi dari pembelajaran yang dikaitkan pada
kehidupan sehari-harinya.
42 Administrasi Pendiikan
moral. Mata pelajaran pada kurikulum ini, dibagi ke dalam
lima bidang studi, yaitu
a. Moral
b. Kecerdasan
c. Emosional
d. Keterampilan
e. Jasmani
4. Kurikulum 1968
Kurikulum ini adalah pembaruan dari kurikulum
sebelumnya, yaitu adanya perubahan dalam struktur
kurikulum pendidikan dari pancawardhana berubah ke
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, serta
keterampilan khusus.
Pada kurikulum tersebut adanya perwujudan dalam
perubahan arah pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Munculnya Kurikulum 1968 memiliki sifat politis karena
mengubah Rencana Pendidikan 1964 yang digambarkan
sebagai produk Orde Lama, tujuannya terletak pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968
ditekankan pada pendekatan organisasi dengan materi
pelajaran, yaitu
a. Kelompok pembinaan Pancasila.
b. Pengetahuan dasar.
c. Kecakapan khusus.
44 Administrasi Pendiikan
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Prof. Dr.
Conny R. Semiawan adalah tokoh utama lahirnya
Kurikulum 1984. Beliau adalah Kepala Pusat Kurikulum
Depdiknas periode 1980-1986.
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum ini buat merupakan penyempurnaan dari
kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984. Kurikulum
ini dilaksanakan sesuai dengan UU No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Memberi dampak
kepada sistem pembagian waktu pembelajaran, sehingga
adanya perubahan dari sistem semester menjadi sistem
caturwulan. Melalui sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam 1 tahun menjadi 3 tahapan, dapat
diharapkan memberi peluang untuk peserta didik
menerima pembelajaran yang banyak. Tujuannya
ditekankan kepada pemahaman konsep dan kemampuan
dalam mengerjakan soal serta problem solving.
8. Kurikulum 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum 2004, atau dikenal dengan sebutan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Merupakan
program pendidikan berbasis kompetensi yang
mengandung 3 unsur pokok, yaitu
a. Pemilihan kompetensi yang sesuai.
46 Administrasi Pendiikan
Pendidikan ini di titik beratkan pada peningkatan
keterampilan untuk melakukan kompetensi tugas yang
sesuai dengan standar performance yang sudah
ditentukan. Yang berarti bahwa pendidikan mengarah
dengan upaya menyiapkan peserta didik agar mampu
melaksanakan perangkat kompetensi yang sudah
dirumuskan.
Kurikulum 2004 ini popular dengan sebutan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Di tiap-tiap mata
pelajaran dijelaskan dengan patokan kompetensi yang
mestinya dapat dicapai peserta didik. Kebingungan terjadi
ketika dalam mengukur tercapainya kompetensi peserta
didik dalam UAS dan UN dalam bentuk soal-soal pilihan
ganda. Jika tujuan untuk pencapaiannya pada kompetensi
yang diinginkan peserta didik, harusnya yang menjadi alat
ukurnya lebih kepada praktik/soal-soal dalam bentuk
penjelasan/uraian yang bisa mengetahui sampai di mana
pemahaman dan kemampuan peserta didik. Yang terjadi
dari hasil kurikulum ini tidak memuaskan, serta banyak
guru yang tidak mengerti apa sebenarnya kompetensi
yang diinginkan oleh yang membuat kurikulum.
9. Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran 2006/Kurikulum
Periode KTSP
Pada awal tahun 2006 pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi diberhentikan, diganti dengan KTSP,
48 Administrasi Pendiikan
Dalam kurikulum 2006, pemerintahan di pusat
menentukan SK dan KD, sementara sekolah dalam hal ini
guru diharuskan agar sanggup mengembangkannya
berupa silabus dan penilaian disesuaikan dengan keadaan
sekolah dan keadaan daerah. Di bawah pembinaan serta
pengawasan oleh dinas pendidikan setempat penyusunan
KTSP menjadi tanggung jawab sekolah. Pencapaian dalam
pengembangan semua mata pelajaran, digabung menjadi
suatu perangkat yang diberi nama KTSP.
Dan di akhir 2012, muncul anggapan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran kurang berhasil,
dengan alasan bahwa sekolah dan guru tidak memahami
secara utuh tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran
serta muncul bermacam kurikulum yang sulit mencapai
tujuan pendidikan nasional. Sehingga pada awal 2013,
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran diberhentikan lalu
diganti dengan kurikulum baru.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan, modifikasi
serta pemutakhiran dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pelajaran. Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi
tanggal 15 Juli 2013.
51
4. Peserta didik adalah 2 unsur utama dari jasmani dan
rohani, jasmani mempunyai daya fisik, serta rohani
mempunyai akal, hati nurani, dan nafsu.
5. Peserta didik merupakan makhluk yang mempunyai fitrah
yang bisa ditingkatkan/dengan sifat dinamis.
52 Administrasi Pendiikan
3. Agar adanya ketertiban dan keteraturan agar bisa
memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan.
54 Administrasi Pendiikan
2. mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik
Semua program dan aktivitas dalam manajemen
peserta didik harus mendidik, bukan untuk yang hal-hal
lainnya.
3. Mempersatukan peserta didik
Semua siswa-siswi memiliki latar belakang berbeda,
bahkan yang menjadi perbedaan ini tidak sedikit, karena
itu harus saling menjadi persatuan antar peserta didik dan
pendidik.
4. Aktivitas dalam manajemen peserta didik harus dilihat
sebagai sesuatu yang melakukan pengaturan dengan
membimbing peserta didik.
Dengan adanya bimbingan dan binaan harus ada
persetujuan dari pihak yang dibimbing. Pihak yang
dibimbing merupakan peserta didik itu sendiri.
5. Kemandirian peserta didik
Prinsip dari kemandirian memiliki manfaat untuk
peserta didik itu sendiri, tidak hanya saat peserta didik itu
berada di sekolah, namun saat para peserta didik tersebut
sudah turun ke masyarakat. Adanya ketergantungan oleh
peserta didik harus dihilangkan dengan kegiatan yang ada
di dalam manajemen peserta didik.
A. Profesi Kependidikan
Pendidikan merupakan proses tiada akhir dan pembentukan
keterampilan dasar secara fundamental baik terkait dengan
daya pikir dan intelektual maupun emosional perasaan yang
diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesama. Wadah
pelaksana dan penyelenggara pendidikan pada proses
belajar mengajar adalah sekolah. Agar dapat mencapai tujuan
pendidikan nasional, maka sekolah memiliki wewenang
melaksanakan serta menyelenggarakan proses belajar
mengajar. Langkah sekolah yang merupakan wadah
penyelenggara pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yaitu adanya layanan dan manajemen
yang baik. Menurut Jhon Dewey pendidikan adalah proses
membentuk keterampilan dasar peserta didik yang sangat
fundamental, proses tersebut terus berlangsung tanpa akhir.
Baik proses dalam meningkatkan intelektual peseta didik,
sikap, jati diri dan tingkah laku peserta didik antar sesama
manusia. (Nindarti et al., 2018)
Dalam pendidikan, komponen terpenting yang memiliki
berperan besar dalam mendidik adalah guru. Peran yang
dimiliki guru yang dituntut mengembangkan skills yang
57
harus mampu untuk dikuasai oleh siswa bukanlah hal yang
bisa dibilang mudah, guru berkewajiban untuk berperan aktif
dalam menempatkan apa yang diinginkan masyarakat yang
terus berkembang serta perkembangan teknologi. Guru
harus bersikap profesional, dalam arti bahwa guru memiliki
tugas dan kewajiban dalam mengembangkan keterampilan
peserta didik, jati diri serta prestasi siswa-siswi, sehingga
siswa-siswi menjadi manusia yang bermanfaat kelak. Peserta
didik merupakan generasi penerus, dalam perkembangan
zaman ini. Peserta didik harus mempunyai keterampilan agar
memiliki nilai jual sehingga menjadi produktif serta tepat
guna dalam masyarakat. (Nurhaidah, 2015)
Secara etimologi profesi kependidikan mempunyai dua
kata, namun memiliki satu makna. Dalam bahasa Inggris
profesi disebut profession, memiliki arti job/kerja. Profesi
tidak hanya sebatas pekerjaan, tapi vokasi khusus yang
memiliki expertise, responsibility, dan corporatness.
1. Expertise
Kompetensi yang didapatkan dengan pendidikan
serta pelatihan dalam waktu lama.
2. Responsibility
Orang bisa disebut sebagai orang yang bertanggung
jawab jika berani melaksanakan sesuatu dan siap untuk
menerima akibat dari yang dilakukannya.
58 Administrasi Pendiikan
3. Corporatnes
Profesi merupakan sesuatu pekerjaan khusus
dengan kemampuan/skills, tanggung jawab, dan
kesejawatan.
B. Profesionalisme Guru
Profesionalisme asal katanya dari kata profesi, berarti
sesuatu bidang profesi dilaksanakan oleh seseorang dengan
menuntut adanya keahlian tertentu. Dalam UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa
profesional merupakan aktivitas yang dilaksanakan oleh
seorang serta juga menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang perlu kemampuan/skills yang mana sudah ditentukan
standar mutunya dan perlu pendidikan profesi.
Profesional adalah keadaan, arah, nilai, tujuan, dan
kualitas dari suatu keterampilan dan wewenang yang
berhubungan dengan penghasilan. Dalam upaya
meningkatkan agar tercapainya mutu pendidikan nasional
diperlukan guru yang memiliki kualitas serta menguasai
kompetensi guru. Guru bukan hanya sebagai pendidik saja,
namun guru memiliki tugas lain, yakni membina,
membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi.
Empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru untuk
melaksanakan aktivitas belajar mengajar, yaitu kompetensi:
pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional. Guru yang
60 Administrasi Pendiikan
C. Syarat Profesi Kependidikan
1. Kompetensi Pedagogik
Keterampilan guru pada pengelolaan proses belajar
mengajar yang memiliki hubungan dengan peserta didik,
meliputi:
a. Pemahaman wawasan pendidikan
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Silabus
d. Perancangan pembelajaran
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik
f. Penggunaan teknologi
g. Evaluasi hasil belajar
h. Pengembangan peserta didik guna mengembangkan
kemampuan yang dimiliki peserta didik
2. Kompetensi Profesional
Guru menguasai pengetahuan dan menguasai
pengetahuan yang mumpuni dari pelajaran yang
diajarnya. Dalam pembelajaran guru harus menguasai
metode/strategi pembelajaran, guru diminta untuk
menerapkan metode/strategi pembelajaran yang relevan,
dan sanggup menerapkan bermacam metode dan strategi
pada saat melakukan pengajaran.
3. Kompetensi Personal
Seorang guru di dalam aktivitas-aktivitasnya
diharuskan mempunyai kepribadian yang baik. Guru
62 Administrasi Pendiikan
1. Kepala Satuan Pendidikan
Merupakan seseorang memiliki tugas, wewenang,
dan tanggung jawab untuk memimpin satuan pendidikan.
Kepala Satuan Pendidikan harus sanggup melakukan
peran dan tugas sebagai edukator, manajer, administrator,
supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan
mediator. Sebutan lainnya bagi kepala satuan pendidikan
yaitu kepala sekolah dan/rektor.
2. Pendidik
Pendidik atau pengajar, merupakan tenaga
kependidikan memiliki tanggung jawab dalam
penyelenggaraan pendidikan yang bertugas secara khusus
sebagai profesi pendidik. Sebutan lain untuk pendidik
sesuai dengan bidangnya yaitu
a. Guru
b. Dosen
c. Konselor
d. Tutor
e. Instruktur
f. Fasilitator
3. Profesi Kependidikan yang Lainnya
Profesi kependidikan yang lainnya yaitu orang yang
juga memiliki tanggung jawab pada penyelenggaraan
pendidikan, akan tetapi secara langsung tidak ikut serta
pada proses belajar mengajar, yaitu
64 Administrasi Pendiikan
1. Perlindungan hukum
Yaitu perlindungan terhadap perilaku kekerasan,
ancaman, diskriminatif, intimidasi/perlakuan yang tidak
adil dari pihak siswa-siswi, orang tua siswa-siswi,
masyarakat, birokrasi/pihak lainnya, tindak kekerasan,
ancaman, baik fisik maupun psikologis, dan ketidakadilan.
2. Perlindungan profesi
Yaitu perlindungan terhadap pemutusan hubungan
kerja yang tidak sesuai dengan aturan dalam undang-
undang, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan
dalam penyampaian pendapat, pelecehan terhadap profesi
dan batasan atau larangan lainnya yang dapat
menghambat guru dalam mengerjakan tugasnya. Ranah
perlindungan profesi yaitu
a. Pemberian tugas kepada guru di satuan pendidikan
harus sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
b. Dalam menetapkan salah/benar yang dilakukan guru
pada saat melaksanakan tugasnya, ditetapkan dengan
pertimbangan pendapat dari Dewan Kehormatan Guru
Indonesia.
c. Dalam menempatkan dan menugaskan guru
berdasarkan atas perjanjian kerja.
d. Dalam memberi sanksi PHK untuk guru wajib sesuai
dengan prosedur yang sudah ditentukan dalam
berdasarkan Undang-undang.
66 Administrasi Pendiikan
l. Guru bebas untuk bergabung dalam organisasi seperti:
1) Memberikan pendapat baik dengan lisan/tulisan
atas dasar keyakinan akademik
2) Memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi
profesi guru
3) Bersikap kritis dan objektif terhadap organisasi
profesi.
3. Perlindungan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja
Dalam pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005, dijelaskan
mengenai ranah perlindungan hukum untuk guru. Maksud
perlindungan hukum tersebut seperti semua dimensi
kaitannya untuk memperoleh kepastian hukum,
kesehatan, keamanan, dan kenyamanan untuk guru dalam
menjalankan tugasnya.
a. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan
b. Rasa aman dalam menjalankan tugas, meliputi jaminan
dari ancaman psikis dan fisik dari siswa-siswi, orang
tua/wali murid siswa-siswi, pimpinan, rekan sejawat,
serta masyarakat luas
c. Keselamatan dalam menjalankan tugas, seperti risiko
dalam:
1) gangguan keamanan kerja
2) kecelakaan kerja
3) kebakaran pada waktu kerja
4) bencana alam dan kesehatan lingkungan kerja
68 Administrasi Pendiikan
g. Hasil karya teknologi
71
1. Agar terhindar adanya kesalahan dan kegagalan yang
tentu tidak diharapkan.
2. Agar efektif dan efisien dalam pelaksanaan.
3. Memberikan pelayanan dengan profesional pada bidang
sarana dan prasarana.
72 Administrasi Pendiikan
Menurut Mulyasa (2005) mengatakan bahwa sarana
pendidikan merupakan peralatan dan perlengkapan yang
langsung dipergunakan serta mendukung kegiatan
pembelajaran, yaitu gedung, ruang kelas, meja, kursi, dan
alat-alat serta media pembelajaran. Mulyasa (2005) juga
menjelaskan bahwa prasarana pendidikan merupakan
fasilitas yang secara tidak langsung mendukung jalannya
proses pembelajaran, yaitu halaman sekolah, taman sekolah,
jalan ke sekolah.
Kesimpulan yang dapat kita ambil, bahwa fasilitas
belajar merupakan semua/seluruh yang menunjang dan
mempermudah proses pembelajaran, yaitu sarana
pendidikan yang ada di sekolah berupa, gedung, ruang kelas
dan perlengkapan serta peralatan yang mendukung, media
belajar, buku dan sumber belajar lainnya.
Menurut Prantiaya (2008) yang menjadi aspek fasilitas
belajar yaitu sumber belajar, alat belajar dan pendukung
pembelajaran. Menurut Edgar Dale dalam Kherid (2009)
mengatakan bahwa sumber belajar merupakan sesuatu yang
bisa digunakan dalam memfasilitasi peserta didik belajar.
Association Educational Communication and Technology
mengatakan fasilitas belajar merupakan keseluruhan sumber
baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat
dipergunakan siswa-siswi pada kegiatan pembelajaran,
74 Administrasi Pendiikan
B. Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan dapat dikelompokkan dalam beberapa
macam, yaitu dilihat dari sudut berikut:
1. Habis tidaknya dipakai
a. Sarana pendidikan habis dipakai
Semua peralatan dan perlengkapan sudah dipakai
dapat habis pada waktu yang cukup cepat, yaitu
penghapus, tinta, bermacam bahan kimia yang dipakai
pada pelajaran IPA, kertas dan lain-lainnya. Seluruh
peralatan dan perlengkapan di atas ialah sarana
pendidikan yang jika digunakan sekali atau beberapa
kali dapat habis dipakai/berubah sifatnya.
b. Sarana pendidikan tahan lama
Semua atau segala peralatan dan perlengkapan yang
bisa dipakai dengan waktu yang cukup lama, contoh:
lemari, papan tulis, kursi, mesin, gedung, komputer, serta
alat-alat olahraga.
2. Bergerak tidaknya di saat digunakan
a. Sarana pendidikan bergerak
Sarana pendidikan yang dapat digerakkan atau
letaknya dapat dipindahkan sesuai dengan
kebutuhannya, contohnya: Lemari arsip, tempat duduk
dan peralatan lain-lainnya.
b. Sarana pendidikan tidak bergerak
Merupakan seluruh sarana pendidikan yang tidak
dapat/sulit digerakkan ke tempat lain, contoh: tanah,
76 Administrasi Pendiikan
terciptanya sekolah yang bersih dan indah, sehingga peserta
didik, tenaga kependidikan dan guru merasa senang dan
nyaman dalam mengikuti dan melaksanakan proses
pembelajaran dikarenakan keadaan sekolah yang
menyenangkan untuk meningkatkan SDM. Dan keadaan
sekarang masyarakat percaya dengan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai sarana untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Motivasi dari
orang tua untuk menyekolahkan anak mereka didasarkan
juga dengan asumsi bahwa sekolah dapat memberikan
keterampilan pada anak-anaknya.
Sekolah ialah suatu lembaga pendidikan yang mendidik
para generasi-generasi penerus agar dalam kehidupannya
dapat menyesuaikan dirinya terhadap perubahan-perubahan
akibat dari perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi di era globalisasi ini. Sekolah/lembaga
pendidikan adalah agen perubahan karena sekolah/lembaga
pendidikan merupakan wadah untuk mengubah manusia
menjadi manusia yang bermanfaat dan memiliki kemampuan
/skills yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menjadi wadah untuk mengubah manusia
menjadi manusia yang bermanfaat dan memiliki
kemampuan/skills yang dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, sekolah harus sanggup memberikan sarana dan
prasarana di sekolah yang memiliki kualitas bagus dan
78 Administrasi Pendiikan
c. Ruang laboratorium, merupakan ruangan yang
digunakan untuk praktik pada mata pelajaran tertentu
yang membutuhkan alat-alat labor.
d. Ruang pimpinan, merupakan ruangan kepala sekolah
dan pimpinan sekolah untuk melaksanakan aktivitas-
aktivitas dalam manajemen sekolah.
e. Ruang guru, merupakan ruangan bagi guru untuk
melakukan kegiatan di luar kelas, istirahat, serta
menerima tamu.
f. Ruang tata usaha, merupakan ruangan yang digunakan
bagi pengelolaan administrasi sekolah.
g. Ruang konseling, merupakan ruangan konselor untuk
melakukan konseling dengan siswa terkait dengan
kepribadian, sosial, serta pembelajaran.
h. Ruang UKS, merupakan ruangan untuk mengatasi
siswa-siswi yang sakit atau siswa yang mengalami
gangguan pada kesehatannya.
i. Tempat beribadah, merupakan suatu tempat untuk
seluruh warga sekolah melakukan ibadah.
j. Ruang kesiswaan, merupakan ruangan yang digunakan
untuk melaksanakan aktivitas sekretariat kesiswaan.
k. Toilet, merupakan tempat untuk buang air besar/kecil.
l. Gudang, merupakan ruangan yang digunakan untuk
menyimpan alat-alat belajar di luar kelas, peralatan
80 Administrasi Pendiikan
Prasarana pendidikan dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis, yakni
1. Prasarana pendidikan langsung untuk dipergunakan
dalam proses pembelajaran, yaitu ruangan kelas, ruangan
pustaka, ruangan praktik, dan labor.
2. Prasarana sekolah, secara keadaan tidak dipergunakan
dalam pembelajaran, yaitu ruangan kantor, kantin
sekolah, masjid/mushola, gedung, jalanan ke sekolah, WC,
ruangan UKS, ruangan guru, ruangan kepala sekolah, serta
halaman atau tempat parkir.
82 Administrasi Pendiikan
9. Sesuai dengan keadaan anggaran yang sudah disediakan.
10. Mengikuti ketentuannya, tidak melanggar aturan-aturan.
11. Melibatkan orang tua dari siswa-siswi.
85
Dalam membedakan faktor-faktor kemahalan dan
keunikan pada daerah, perlu adanya indeks yang mengukur
biaya di tiap-tiap daerah. Standar pembiayaan ini digunakan
sebagai tolak ukur kelayakan sekolah mengenai pembiayaan,
serta dapat menjadi suatu pertimbangan terhadap keputusan
pembiayaan di setiap kegiatan pemerintah. Dalam
melaksanakan suatu penghitungan terhadap analisa
keuangan memerlukan keahlian pemahaman perhitungan
keuangan banyak yang tidak dipahami.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 mengenai
Persyaratan Pendidikan Nasional menjadi landasan standar
pembiayaan pendidikan. Bagian Standar Pembiayaan Bab IX
PP SNP, pembiayaan pendidikan meliputi biaya investasi,
biaya operasional, serta biaya pribadi. Biaya penyediaan
sarana dan prasarana, serta pertumbuhan SDM dan modal
kerja tetap, semuanya termasuk dalam biaya investasi satuan
pendidikan.
Gaji untuk guru dan tenaga pendidik, dan semua
tunjangan gaji, bahan/fasilitas yang dapat dikonsumsi, ini
termasuk kepada biaya operasional secara langsung dan
biaya operasional pendidikan yang tidak langsung meliputi:
listrik, air, komunikasi, perbaikan peralatan dan
perlengkapan, upah lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
dan asuransi, baik itu operasional langsung maupun tidak
langsung adalah contoh biaya operasional unit atau satuan
86 Administrasi Pendiikan
pendidikan. Biaya pribadi termasuk biaya pendidikan yang
harus dibayarkan oleh siswa/orang tua agar dapat
menempuh kegiatan pembelajaran dengan baik.
Pendanaan pendidikan meliputi pengeluaran investasi,
biaya operasional, serta biaya pribadi. Penyediaan peralatan
pendidikan, serta pertumbuhan SDM dan modal kerja tetap
termasuk kepada contoh biaya investasi. Pengeluaran pribadi
termasuk biaya pendidikan yang harus ditanggung siswa
masing-masing.
Rancangan biaya kegiatan program kerja tahunan,
termasuk biaya investasi, administrasi, dan personil, menjadi
dasar pembiayaan sekolah. orang tua, masyarakat,
pemerintah, dan donatur dapat berkontribusi untuk
pendanaan sekolah. Dalam menggunakan biaya wajib
dipertanggung jawabkan serta pengelolaannya bersifat
transparansi dan akuntabilitas.
88 Administrasi Pendiikan
yang tersedia. Keuangan sekolah ini terkait dengan politik
pendidikan, kebijakan pendanaan pemerintahan, dan
administrasi sekolah. (Levin, 1987)
School revenues, school expenditures, capital dan current
cost adalah kata-kata yang sering digunakan dalam keuangan
sekolah. Tidak ada satu solusi terbaik untuk mendanai semua
sekolah dalam pembiayaan sekolah karena keadaan setiap
sekolah berbeda-beda.
Setiap keputusan pendanaan sekolah akan berdampak
pada bagaimana sumber daya diperoleh dan didistribusikan.
Implikasinya bagi pembiayaan pendidikan dapat kita lihat
dengan melihat berbagai peraturan perundang-undangan di
bidang pendidikan.
1. Putusan mengenai siapa yang akan dididik dan berapa
banyaknya program yang akan diberikan.
2. Putusan mengenai cara bagaimana mereka akan dididik.
3. Putusan mengenai siapa yang akan membayar biaya
sekolah.
4. Menentukan jenis struktur pemerintahan yang paling
cocok untuk mendukung pendanaan sekolah.
90 Administrasi Pendiikan
menarik minat orang guna membagi biaya serta manfaat
pendidikan secara setara.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
pendidikan kejuruan yakni
1. Peranan pemerintah dalam mendanai bentuk pendidikan
ini.
2. Variasi antara bentuk pelatihan umum dan khusus.
3. Pilihan persiapan di tempat kerja dan di luar pekerjaan.
4. Dalam pendidikan ini, ada keseimbangan antara dukungan
pemerintah dan swasta.
5. Pentingnya kerja praktik sebagai keberlanjutan dari
bentuk pendidikan kejuruan.
6. Pembayaran untuk ikut jenis pendidikan kejuruan.
7. Sumber daya yang dialokasikan untuk jenis pendidikan ini.
92 Administrasi Pendiikan
BAB VIII
HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
DENGAN MASYARAKAT
A. Konsep Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat
Organisasi pendidikan ialah suatu sistem yang terbuka.
Sebagai sistem terbuka, artinya lembaga pendidikan selalu
melakukan komunikasi hubungan dengan lingkungan.
Kontak hubungan ini diperlukan agar lembaga tidak mati.
Hanya pada sistem terbuka yang mempunyai negentropy,
yakni upaya yang selalu dilakukan guna menghindari
kepunahan. Berarti hidup/mati suatu sistem ada pada
perjuangan lembaga tersebut. Konsep ini dapat disesuaikan
dengan praktik pendidikan yang sudah ada.
Sekolah yang namanya sudah jelek di mata masyarakat
dan akhirnya tidak berjalan/punah, merupakan sekolah yang
tidak sanggup menciptakan suatu hubungan yang baik
dengan masyarakat sekitarnya. Banyak alasan yang
menyebabkan masyarakat tidak mau memasukkan anaknya
ke sekolah tersebut, ini yang membuat sekolah tidak
memiliki peserta didik.
Searah dengan maksud tersebut, pemerintah
menyampaikan bahwa pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama-sama antar pemerintahan, orang tua, dan
93
masyarakat. Lembaga pendidikan bukan lembaga yang
muncul secara tiba-tiba dalam melakukan pembinaan
mengembangkan generasi penerus, namun juga suatu bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dengan adanya
suatu hubungan yang saling kerja sama, lembaga pendidikan
dapat menjalankan apa yang menjadi keinginan masyarakat
mengenai pengembangan anak-anaknya.
Lembaga pendidikan sebenarnya melakukan fungsi
rangkap kepada masyarakat karena memberikan pelayanan
dan agen perubahan, disebut fungsi pelayanan sebab
lembaga pendidikan melayani apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat, serta fungsi pemimpin, dikatakan fungsi
pemimpin karena memimpin masyarakat bersamaan dengan
penemuan dalam upaya meningkatkan kehidupan
masyarakat.
Melakukan hubungan dengan masyarakat, dapat
mempermudah lembaga pendidikan untuk bisa
menyesuaikan dengan keadaan lingkungan. Lembaga
pendidikan dapat dengan mudahnya memposisikan diri
terhadap masyarakat dalam artian diterima sebagai bagian
dari masyarakat.
Pendekatan secara situasional perlu dilakukan lembaga
pendidikan sebagai sistem terbuka. Pendekatan ini
mewajibkan lembaga pendidikan memberi perhatian kepada
masyarakat dan mengamati aspirasinya, kebutuhannya,
94 Administrasi Pendiikan
kemampuan, dan kondisi masyarakat. Kepala sekolah
bersama masyarakat berupaya menemukan jalan keluar dan
mewujudkannya di lembaga pendidikan sebagai suatu
keputusan bersama-sama.
Hubungan kerja sama lembaga pendidikan dengan
masyarakat tentu menyesuaikan perubahan lingkungan
dalam upaya yang memungkinkan lembaga tersebut tetap
ada, dikarenakan berada bersama masyarakat dan juga
menjadi inovator di tengah masyarakat dapat memberikan
manfaat ke lembaga pendidikan. Hal ini harus diusahakan
kepala sekolah selaku manager pendidikan di sekolah.
Sekolah memanfaatkan hubungan dengan masyarakat
guna menjaga jalannya dan sebagian untuk melayani
masyarakat. Manfaat di atas dapat dirasakan kepala sekolah
jika sanggup melakukan komunikasi dan kerja sama yang
baik.
Umpamanya seperti dalam mempertahankan hidup,
pelayanan kepada masyarakat akan terjadi peningkatan jika
hubungan lembaga pendidik dengan masyarakat terus
membaik. Masyarakat akan merasa senang, sebab
masyarakat mendapat perhatian, lembaga terbuka kepada
masyarakat yang ingin ikut serta pada dunia pendidikan,
termasuk mengajukan usul tentang hal-hal yang mereka
inginkan terjadi.
96 Administrasi Pendiikan
a. Menjelaskan mengenai kebijakan dalam
penyelenggaraan kegiatan sekolah, kondisi serta
perkembangan sekolah.
b. Menerima masukan, kritik dan pendapat dalam upaya
untuk mengembangkan sekolah.
c. Menjaga hubungan yang baik dan menciptakan kerja
sama dengan warga sekolah.
98 Administrasi Pendiikan
tua peserta didik. Dan dapat juga dilaksanakan melalui
pertemuan ke rumah siswa. Jika tidak memungkinkan,
bisa juga dilakukan pertemuan antara guru dengan orang
tua siswa per kelas untuk melakukan pembicaraan secara
terbuka mengenai problem yang sering terjadi dalam
keluarga, mencari solusinya terhadap masalah tersebut.
2. Hubungan kultural
Ini bagian dari upaya bekerja sama antar sekolah dan
masyarakat yang diharapkan saling membina dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat. Maka perlu
adanya hubungan kerja sama antara kehidupan di sekolah
dan kehidupan dalam masyarakat. Kegiatan kurikulum
sekolah menyesuaikan dengan keadaan dan
perkembangan masyarakat. Begitu juga mengenai
memilih bahan pembelajaran dan strategi pembelajaran.
Tidak mustahil untuk mengikutsertakan siswa untuk
membantu kegiatan yang dilaksanakan masyarakat di luar
sekolah. Program kerja sama ini dapat mendidik peserta
didik agar ikut serta dan turut bertanggungjawab kepada
masyarakat.
3. Hubungan institusional
Hubungan kerja sama lembaga pendidikan dengan
lembaga atau institusi resmi baik itu swasta ataupun
pemerintah, yaitu
D. Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat melihat sekolah sebagai cara yang meyakinkan
dalam pembinaan perkembangan anak-anaknya, karena
itulah masyarakat berpartisipasi. Akan tetapi, ini tidak
otomatis akan terjadi apalagi pada negara berkembang
seperti di Indonesia. Hal ini disebabkan masih banyak
masyarakat yang belum paham akan makna lembaga
pendidikan, apalagi jika keadaan keuangan mereka rendah,
masyarakat hampir tidak peduli terhadap lembaga
pendidikan. Pusat perhatian mereka pada kebutuhan
hidupnya.
Untuk mengajak masyarakat dalam upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah maupun di
107
tua, dan perwakilan lainnya dari masyarakat yang dianggap
mumpuni untuk ikutsertakan dalam tim tersebut,
dikarenakan kepeduliannya yang tinggi kepada sekolah.
Dalam pelaksanaan SPMP, pengawas pendidikan yang
tugasnya sebagai pembina sekolah juga diikutsertakan dalam
TPS, sebagai perwakilan pemerintahan.
125
Dr. Sukatin, S.Pd.I., M.Pd.I., lahir di Nipah
Panjang 10 Juli 1986. Putri ke-3 dari 3
bersaudara. Ayah bernama Gino dan Ibu.
Nyami. Menikah dengan Mashudi
Hariyanto, S.HI., M.E. Pada Tahun 2012
dan dikarunia 2 orang anak: Alifia Zaira
Faizatul Husna Hariyanto&Azkayra Zulfa Al-Mumtaza
Hariyanto.
Pendidikan Formal dimulainya di SDN/v Nipah Panjang
(1998), MTsN I Nipah Panjang (2001), dan MA Pondok
Modern Arrisalah Slahung Ponorogo (2005). Pendidikan
Tinggi S-1 Pendidikan Agama Islam ditempuh di Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo (2009),
S-1 Bimbingan dan Konseling Di tempuh di Universitas Darul
Ulum Jombang (2010), S-2 Psikologi Pendidikan Islam di
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(2012). Dan Pendiidkan Terakhir Doktor (S-3) di Universitas
Islam Negeri (UIN) STS Jambi Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam selesai tahun 2019. Sehari-hari mengajar
dan menjadi Dosen Tetap di Institut Agama Islam Nusantara
Batang Hari Jambi sampai sekarang, dan mengajar di UIN STS
Jambi.