Anda di halaman 1dari 16

Makalah AIK

“KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH”

OLEH:

JUSRIANTI
10540 11355 19

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
judul “Khittah Perjuangan Muhammadiyah”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, dan tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait
dalam penyusunan makalah ini, semoga bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga Kristal-kristal Allah
senantiasa tercurah kepadanya. Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makassar, Mei 2020

Jusrianti
10540 11355 19
DAFTAR ISI
ii

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................ 1

B. Masalah.......................................................................................... 1

C. Rumusan Masalah........................................................................... 2

D. Tujuan............................................................................................ 2

II. PEMBAHASAN..................................................................................... 3

A. Pengertian Khithah Perjuangan Muhammadiyah................................ 3

B. Khithah Perjuangan Sebagai Pola Dasar............................................ 3

C. Komponen dan Langkah Perjuangan................................................. 4

III.PENUTUP............................................................................................ 12
A. Kesimpulan....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
iii

A. Latar Belakang
Kesinambungan sebuah organisasi selain didukung oleh banyak faktor
seperti sumber daya manusia yang selalu siap (regenerasi) untuk meneruskan
langkah dan segala seluruh visi dan misi yang telah ada beserta anggaran dasar dan
anggaran rumah tangganya (AD/ART) sebuah organisasi, perhatian terhadap
kemampuan finansial, kemampuan beradaptasi dengan dinamisasi zaman dan segala
problematika yang ada di dalamnya atau yang sedang berlangsung serta yang tak
kalah pentingnya adalah kepercayaan dari calon anggota terlebih lagi loyalitas serta
dedikasi dari anggota serta jajaran pengurus yang sudah lama berada adalah bukti
konkrit dari hal ini.
Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar
dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah
berpandangan bahwa agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi:
aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah duniawiyah yang merupakan satu kesatuan
yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif.
Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi yang keberadaannya sudah
sejak lama bahkan ikut berperan serta dalam perjuangan juga sebagai sebuah
gerakan yang dahulunya hanya memfokuskan pada penyebaran agama hal ini tidak
dapat disepelekan begitu saja. Dalam penyebaran agama yang dilakukan oleh KH.
Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah tidak hanya menyuruh kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran semata. Akan tetapi di samping itu
Muhammadiyah sebagai gerakan sekaligus organisasi juga turut membantu bangsa
ini agar bisa terlepas dari cengkeraman penjajah.
Berangkat dari hal ini maka Muhammadiyah sebagai bagian dari komponen
bangsa sekaligus sebagai warna dalam kemajemukkan bangsa tercinta ini. Kita akui
sebagai bangsa yang majemuk baik dari terdapatnya berbagai macam suku, bahasa
dan kebudayaan serta organisasi-organisasi kemasyarakatan (ORMAS) adalah warna
yang masing-masing mempunyai keunikan tersendiri. Dalam muhammadiyah ada
sebuah pedoman yang disebut dengan khithah, dimana khittah tersebut sebagai
langkah atau kebijakan yang dirumuskan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu
kita perlu mempelajari tentang khittah perjuangan muhammadiyah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa
masalah, yaitu :
1. Apa pengertian khithoh perjuangan muhammadiyah?
2. Bagaimana khithoh perjuangan sebagai pola dasar?
3. Bagaimana komponen dan langkah perjuangan muhammadiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian khithoh perjuangan muhammadiyah.
1
2. Untuk mengetahui bagaimana khithoh perjuangan sebagai pola dasar.
3. Untuk mengetahui bagaimana komponen dan langkah perjuangan
muhammadiyah.

D. Manfaat
1. Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.
2. Memberikan informasi bagi pembaca.
3. Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khithoh Perjuangan Muhammadiyah


Secara bahasa (lughowi) istilah khittah berasal dari bahasa arab
yaitu khiththotun yang artinya garis/langkah. Sehingga arti khittah
muhammadiyah berarti garis-garis besar atau langkah-langkah persyarikatan
muhammadiyah. Sedangkan dari segi istilah, khittah muhammadiyah adalah
pedoman yang berisi arah, kebijakan atau langkah-langkah yang dirumuskan
oleh persyarikatan muhammadiyah, yang harus dilaksanakan untuk tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan. Khittah perjuangan muhammadiyah artinya garis
besar perjuangan muhammadiyah. Khittah itu mengandung konsepsi
(pemikiran) perjuangan yang merupakan tuntunan, pedoman, dan arah
perjuangan. Hal tersebut mempunyai arti penting karena menjadi landasan
berpikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan anggota muhammadiyah.
Garis-garis besar perjuangan muhammadiyah tersebut tidak boleh bertentangan
dengan asas dan tujuan serta program yang telah disusun.

B. Khithoh Perjuangan Sebagai Pola Dasar


Dari pengertian khittah perjuangan muhammadiyah di atas, maka khittah
perjuangan merupakan sebagai pola dasar kelanjutan organisasi muhammadiyah
yang. Karena fungsi khittah muhammadiyah berfungsi sebagai landasan
operasional, berisi garis-garis besar, serta sebagai landasan berpikir bagi semua
pimpinan dan anggota muhammadiyah dan yang menjadi landasan berpikir bagi
setiap amal usaha muhammadiyah dan sebagai tuntunan, sebagai pedoman dan
arahan untuk berjuang bagi anggota maupun pimpinan muhammadiyah.
Ditinjau dari struktur konsepsinya pada hakekatnya strategi
perjuangan Muhammadiyah merupakan operasionalisasi strategis dari Khittah
Perjuangan Muhammadiyah. Karena itu Khittah Muhammadiyah dapat dikatakan
sebagai pola dasar dari strategi perjuangan Muhammadiyah.
Dilihat dari substansinya, Khittah Perjuangan Muhammadiyah dapat
dikatakan sebagai teori perjuangan, yakni sebagai kerangka berfikir untuk
memahami dan memecahkan persoalan yang dihadapi Muhammadiyah sesuai
dengan gerakannya dalam konteks situasi dan kondisi yang dihadapi. Atas teori
perjuangan sebagaimana dikandung dalam Khittah itu kemudian
disusun strategi perjuangan sebagai rangkaian kebijakan dan pelaksanaannya.
Sehingga khittah muhammadiyah yang merupakan pedoman yang berisi
arah, kebijakan atau langkah-langkah yang dirumuskan oleh persyarikatan
muhammadiyah, yang harus dilaksanakan untuk tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan adalah menjadi pola dasar kebijakan atau langkah-langkah  yang
selanjutnya akan dilakukan atau dirumuskan oleh persyarikatan muhammadiyah.
C. Komponen dan Langkah Perjuangan
1. Perumusan Langkah Muhammadiyah 3 tahun 1938-1940
Langkah muhammadiyah tahun 1938-1940 lebih menekankan pada
garis-garis besar program muhammadiyah yang ditetapkan untuk kurun
waktu tertentu yaitu mulai tahun 1928 dan diharapkan tuntas atau tercapai
penyelesaiannya pada tahun 1940 (satu periode kepemimpinan). Pada
periode ini terkenal dengan sebutan Langkah Dua Belas Muhammadiyah,
yang dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. Mas Mansur. Berikut
merupakan  Langkah Dua Belas Muhammadiyah :
a. Memperdalam Masuknya Iman
Hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan dengan selebar-
lebarnya, yakni diberi riwayatnya dan diberi dalil buktinya, dipengaruhkan
dan digembirakan, sampai iman itu mendarah daging, masuk di tulang
sumsum dan mendalam di hati sanubari kita, sekutu-sekutu Muham-
madiyah seumumnya.
b. Memperluas Faham Agama
Hendaklah faham agama yang sesungguhnya itu dibentangkan
dengan arti yang seluas-luasnya, boleh diujikan dan diperbandingkan,
sehingga kita sekutu-sekutu Muhammadiyah mengerti perluasan Agama
Islam, itulah yang paling benar, ringan dan berguna, maka,
mendahulukanlah pekerjaan keagamaan itu.
c. Memperbuahkan Budi Pekerti
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang terpuji
dan akhlaq yang tercela serta diperbahaskannya tentang memakainya
akhlaq yang mahmudah dan menjauhkannya akhlaq yang madzmumah
itu, sehingga menjadi amalan kita, ya seorang sekutu Muhammadiyah,
kita berbudi pekerti yang baik lagi berjasa.
d. Menuntun Amalan Intiqad (self correctie)
Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita sendiri (self
correctie), segala usaha dan pekerjaan kita, kecuali diperbesarkan,
supaya diperbaikilah juga. Buah penyelidikan perbaikan itu
dimusyawarahkan di tempat yang tentu, dengan dasar mendatangkan
maslahat dan menjauhkan madlarat, sedang yang kedua ini didahulukan
dari yang pertama.
e. Menguatkan Persatuan
Hendaklah menjadikan tujuan kita juga, akan menguatkan
persatuan organisasi dan mengokohkan pergaulan persaudaraan kita
serta mempersamakan hak-hak dan memerdekakan lahirnya pikiran-
pikiran kita.
f. Menegakkan Keadilan
Hendaklah keadilan itu dijalankan
4 semestinya, walaupun akan
mengenai badan sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu
dibela dan dipertahankan di mana juga.
g. Melakukan Kebijaksanaan
Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmah, hikmah hendaklah
disendikan kepada Kitabullah dan Sunnaturrasulillah. Kebijaksanaan yang
menyalahi ke-dua pegangan kita itu, mestilah kita buang, karena itu
bukan kebijaksanaan yang sesungguhnya. Dalam pada itu, dengan tidak
mengurangi segala gerakan kemuhammadiyahan, maka pada tahun 1838-
1940 H. Muhammadiyah mengemukakan pekerjaan akan:
h. Menguatkan Majlis Tanwir
Sebab majlis ini nyata-nyata berpengaruh besar dalam kalangan
kita Muhammadiyah dan sudah menjadi tangan kanan yang bertenaga
disisi Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah, maka sewajibnyalah kita
perteguhkan dengan diatur yang sebaik-baiknya.
i. Mengadakan Konperensi Bagian
Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-langkah bagian
kita, maka hendaklah kita berikhtiar mengadakan Konperensi bagian,
umpama: Konperensi Bagian: Penyiaran Agama seluruh Indonesia dan
lain-lain sebagainya.
j. Mempermusyawaratkan Putusan
Agar dapat keringanan dan dipermudahkan pekerjaan, maka
hendaklah setiap ada keputusan yang mengenai kepala Majlis (Bagian),
dimusyawarahkanlah dengan yang bersangkutan itu lebih dahulu,
sehingga dapatlah mentanfidzkan dengan cara menghasilkannya dengan
segera.
k. Mengawaskan Gerakan Jalan
Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan akan mengawasi gerak
kita yang ada di dalam Muhammadiyah, yang sudah lalu, yang masih
langsung dan yang bertambah (yang akan datang/berkembang).
l. Mempersambungkan Gerakan Luar
Kira berdaya-upaya akan memperhubungkan diri kepada iuran
(ekstern), lain-lain persyarikatan dan pergerakan di Indonesia, dengan
dasar Silaturahim, tolong-menolong dalam segala kebaikan, yang tidak
mengubah asasnya masing-masing, terutama perhubungan kepada
persyarikatan dan pemimpin Islam. 

Dimana yang langkah 1 sampai ke 7 merupakan langkah ilmu yaitu


langkah-langkah yang masih memerlukan penjelasan berupa ilmu sebelum
dilaksanakan. Kemudian langkah 8 sampai ke 12 merupakan langkah alami

5
yaitu langkah-langkah yang tinggal mengamalkan atau melaksanakan
sehingga tidak perlu dijelaskan karena sudah terang dan nyata.

2. Khittah Palembang 1956-1959


Khittah palembang ini dirumuskan pada muktamar muhammadiyah ke
33 tahun 1956 di palembang pada periode kepemimpinan AR (Ahmad Rasyid)
Sutan Mansur. Isi khittah palembang menguraikan 7 langkah pokok yang
berisi kebijakan program dalam muhammadiyah untuk tahun 1956-1959.
Khittah palembang mirip dengan dua belas langkah muhammadiyah yaitu
menanamkan kembali kesadaran akan posisi muhammadiyah sebagai gerakan
islam yang memerlukan pagar tertentu agar menjadi pedoman bersikap dan
bertindak bagi seluruh anggotanya. Berikut merupakan penetapan khittah
pada periode ini:
a. Menjiwai Pribadi Para Anggota Terutama Para Pemimpin Muhammadiyah
Dengan :
 Memperdalam dan mempertebal Tauhid.
 Menyempurnakan ibadah dengan khusuk dan tawadlu.
 Mempertinggi ahlak.
 Memperluas ilmu pengetahuan.
 Menggerakan muhammadiyah dengan penuh keyakinan dan rasa
tanggung jawab, hanya mengharapkan keridhoan Allah dan kebahaian
umat.
b. Melaksanakan Uswatun Hasanah :
 Muhammadiyah harus selalu dimuka membimbing arah pendapat
umum.
 Menegakan agama islam.
 Membentuk rumah tangga bahagia.
 Mengatur hidupdan kehidupan antara rumah tangga dan tetangga.
 Anggota muhammadiyah harus menyesuaikan hidup dimasyarakat.
c. Mengutuhkan Organisasi Dan Merapikan Administrasi :
 Memeliharah fitrah terhadap keutuhan organisasi dan administrasi.
 Memperkuat keahlian para pekerja dan pemimpin agar tetap segar dan
giat.
 Menanamkan kesadaran organisasi.
 Administrsi dituntun menurut ketentuan yang ada.
d. Memperbanyak Dan mempertinggi Mutu Amal
 Memperbaiki dan melengkapi amal usaha muhammadiyah (termasuk
tempat ibadah pada sekolah-sekolah) sehingga dapat mendatangkan
manfaat kepada sesama manusia dari segala lapisan dan golongan.
 Menggiatkan gerakan perpustakaan, karang-mengarang,
penterjemahan, penerbitan, taman bacaan dan kutub khanah.

6
 Mendirikan asrama-asrama di tempat-tempat yang ada di sekolah-
sekolah lanjutan di beri pendidikan jasmani dan rohani.

e. Mempertinggi Mutu Anggota Dan Membentuk Kader.


 Menetapkan minimum pengertian dan amalan agama yang perlu
dimiliki oleh yiap-tiap anggota muhammadiyah.
 Memberi penghargaan setiap keluarga muhammadiyah dan anak
muhammadiyah dan umat islam pada umumnya yang berjasa, “yang
tua dihormati” yang muda disayangi”.
 Menuntun anggota menurut bakat dan kecakapannya (tani, buruh,
pedagang, pegawai, cerdik pandai, dll) sesuai dengan ajaran islam.
 Menempatkan pecinta dan pendukung muhammadiyah berjenjang
naik; simpatisan, calon anggota anggota dan anggota teras.
 Mengadakan kursus kemasyarakatan di daerah.
f. Mempererat Ukhuwah.
 Mempererat hubungan antara sessama muslim menuju ke arah
kesatuan umat islam.
 Mengadakan ikatan yang nyata, umpamanya berjama’ah, himpunan
berkala, ta’ziah dsb.
 Mengadakan badan ishlah untuk :
 Sebagai penghubung bilamana ada kertakan
 Mencegah hal-hal yang akan menimbulkan kerusakan
 Menghindarkan dan menjauhkan segala hal yang dapat
menimbulkan perselisihan dan persengketaan.
g. Menuntun Penghidupan Anggota.
 Membimbing usaha keluarga muhammadiyah yang meliputi segenap
persoalan-persoalan, penghidupan dan pencarian nafkah dan
menyalurkannya kepada saluran yang menuju kearah kesempurnaan.

3. Khittah Perjuangan Muhammadiyah 1969 (Khittah Ponorogo)


Khittah perjuangan muhammadiyah 1969 dirumuskan pada sidang
tanwir muhammadiyah tahun 1969 di ponorogo, jawa timur pada periode
kepemimpinan KH AR (Abdul Razaq) Fahrudin. Khittah ponorogo pada
dasarnya menjelaskan dan menegaskan kepada seluruh warga negara
Indonesia bahwa muhammadiyah adalah organisasi dakwah islam yang
bekerja dalam bidang kemasyarakatan. Berikut merupakan penetapan khittah
pada periode ini:
a. Pola Dasar Perjuangan
 Muhammadiyah berjuang untuk mencapai atau mewujudkan suatu cita-
cita dan keyakinan hidup, yang bersumber ajaran Islam.
 Da’wah Islam dan amar m'aruf nahi munkar dalam arti dan proporsi
yang sebenar-benarnya sebagaimana yang dituntunkan oleh Muhammad

7
Rasulullah saw. adalah satu-satunya jalan untuk mencapai cita-cita dan
keyakinan hidup tersebut.
 Da’wah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar seperti yang dimaksud
harus dilakukan melalui 2 (dua) saluran atau bidang secara simultan:
o Saluran politik kenegaraan (politik praktis)
o Saluran masyarakat.
 Untuk melakukan perjuangan da’wah Islam dan amar ma’ruf nahi
munkar seperti yang dimaksud diatas dibuat alatnya masing-masing
yang berupa organisasi:
o Untuk saluran atau bidang politik, kenegaraan (politik praktis) dengan
organisasi politik (partai).
o untuk saluran atau bidang masyarakat dengan organisasi non partai.
 Muhammadiyah sebagai organisasi memilih dan menempatkan diri
“Gerakan Islam dan amar ma’ruf nahi munkar dalam bidang
masyarakat”. Sedang untuk alat perjuangan dalam bidang politik
kenegaraan (politik praktis), Muhammadiyah membentuk satu partai
politik diluar organisasi Muhammadiyah.
 Muhammadiyah harus menyadari bahwa partai tersebut adalah
merupakan proyeknya dan wajib membinanya.
 Antara Muhammadiyah dan partai tidak ada hubungan organisatoris,
tetapi tetap memiliki hubungan idiologis.
 Masing-masing berdiri dan berjalan sendiri-sendiri menurut caranya
sendiri-sendiri, tetapi dengan saling pengertian dan menuju tujuan yang
satu.
 Pada prinsipnya tidak dibenarkan adanya rangkap jabatan, terutama
jabatan pimpinan antara keduanya demi tertibnya pembagian pekerjaan
(sepesialisasi).
b. Program Dasar Perjuangan
Dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar dalam arti proporsi
yang sebenarbenarnya, muhammadiyah harus mampu membuktikan
bahwa ajaran islam mampu mengatur masyarakat dalam NKRI yang
berpancasila dan ber UUD 1945 menjadi masyarakat yang adil dan
makmur serta sejahtera, bahagia, materil, dan spritual yang diridhoi Allah
SWT.

4. Khittah Perjuangan Muhammadiyah 1971 (Khittah Ujung Pangdang)


Dirumuskan pada muktamar ke 38 tahun 1971 di ujung pandang pada
periode kepemimpinan KH AR (Abdul Razaq) Fahrudin. Khittah ujung pandang
menegaskan sikap muhammadiyah khususnya terhadap politik. Berikut
merupakan penetapan khittah pada periode ini:
 Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal dalam segala
bidang kehidupan manusia dan masyarakat.

8
 Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak
memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang
dari ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muham-
madiyah.
 Untuk lebih memantapkan muhammadiyah sebagai gerakan da’wah islam
setelah pemilu tahun 1971, muhammadiyah melakukan amar ma’ruf nahi
munkar secara konstruktif dan positif terhadap partai muslimin Indonesia.
 Untuk lebih meningkatkan partisipasi muhammadiyah dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.

5. Khittah Perjuangan Muhammadiyah 1978 (Khittah Surabaya)


Dirumusakan pada muktamar muhammadiyah yahun 1978 di surabaya
pada periode kepemimpinan KH AR (Abdul Razaq) Fahrudin. Berikut
merupakan penetapan khittah pada periode ini yang merupakan
penyempurnaan dari khittah ujung pandang:
a. Hakekat Muhammadiyah
Perkembangan masyarakat Indonesia, baik yang disebabkan oleh
daya dinamika dari dalam ataupun karena persentuhan dengan
kebudayaan dari luar, telah menyebabkan perubahan tertentu. Perubahan
itu menyangkut seluruh segi kehidupan masyarakat, diantaranya bidang
sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan yang menyangkut perubahan
struktural dan perubahan pada sikap serta tingkah laku dalam hubungan
antar manusia.
Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti perkembangan
dan perubahan itu, senantiasa mempunyai kepentingan untuk
melaksanakan amar ma'ruf nahyi munkar, serta menyelenggarakan
gerakan dan amal usaha yang sesuai dengan lapangan yang dipilihnya,
ialah masyarakat, sebagai usaha Muhammadiyah untuk mencapai
tujuannya: "Menegakkan dan menjungjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya". Dalam
melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah berjalan diatas prinsip
gerakannya, seperti yang dimaksud dalam "Mattan Keyakinan dan Cita-
cita Hidup Muhammadiyah". Keyakinan dan cita-cita Hidup
Muhammadiyah itu senantiasa menjadi landasan gerakan
Muhammadiyah, juga bagi gerakan amal usaha dan hubungannya dengan
kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan, serta dalam kerjasama
dengan golongan Islam lainnya.

9
b. Hubungan Muhammadiyah dan masyarakat
Sesuai dengan khittahnya, Muhammadiyah sebagai Persyarikatan
memilih dan menempatkan diri sebagai Gerakan Islam amar ma'ruf nahyi
munkar dalam masyarakat, dengan maksud yang terutama ialah
membentuk keluarga dan masyarakat sejahtera sesuai dengan Da'wah
jama'ah. Disamping itu Muhammadiyah menyelenggarakan amal usaha
seperti tersebut dalam Anggaran Dasar Pasal 4, dan senantiasa berikhtiar
untuk meningkatkan mutunya. Penyelenggaraan amal usaha tersebut
merupakan sebagian ikhtiar Muhammadiyah untuk mencapai Keyakinan
dan cita-cita Hidup yang bersumberkan ajaran Islam, dan bagian dari
usaha untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
c. Muhammadiyah dan politik
Dalam bidang Politik, Muhammadiyah berusaha sesuai dengan
khittahnya: dengan dakwah amar ma'ruf nahyi munkar dalam arti dan
proporsi yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat
membuktikan secara teoritis konsepsional, secara operasional dan secara
konkrit riil bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam
Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera,
bahagia, material dan spiritual yang diridahai Allah swt. Dalam
melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada
kepribadiannya.
Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan
bagian gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan berdasarkan
landasan dan peraturan yang berlaku dalam Muhammadiyah. Dalam hal
ini Muktamar Muhammadiyah ke-38 telah menegaskan bahwa :
 Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam
segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai
hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari
sesuatu Partai Politik atau organisasi apapun.
 Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat
tidak memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak
menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan
Muhammadiyah.

d. Muhammadiyah dan ukhuwah islamiah


Sesuai dengan kepribadiannya, Muhammadiyah akan bekerjasama
dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan Agama Islam serta membela kepentingannya. Dalam
melakukan kerjasama tersebut, Muhammadiyah tidak bermaksud

10
menggabungkan dan mensubordinasikan organisasinya dengan organisasi
atau institusi lainnya.

e. Dasar program muhammadiyah


Berdasarkan landasan serta pendirian tersebut diatas dan dengan
memperhatikan kemampuan dan potensi Muhammadiyah dan bagiannya,
perlu ditetapkan langkah kebijaksanaan sebagai berikut:
1. Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang
menghimpun sebagian anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan
muslimat yang beriman teguh, taat beribadah, ber-akhlak mulia, dan
menjadi teladan yang baik ditengah-tengah masyarakat.
2. Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah
tentang hak dan kewajibannya sebagai warganegara dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan meningkatkan kepekaan sosialnya
terhadap persoalan-persoalan dan kesulitan hidup masyarakat.
3. Menepatkan kedudukan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan
untuk melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahyi munkar kesegenap
penjuru dan lapisan masyarakat serta segala bidang kehidupan di Negara
Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
6. Khittah Muhammadiyah Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
tahun 2002 (Khittah Denpasar)
Dirumuskan dan ditetapkan pada sidang tanwir muhammadiyah tahun
2002 di Denpasar Bali sehingga sering disebut Khittah Denpasar dan
dirumuskan di era kepemimpinan Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif. Khittah ini
menegaskan tentang posisi muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Muhammadiyah menempatkan dirinya sebagai moral force
(kekuatan moral) dan interest groups (kelompok kepentingan) dalam
dinamika kehidupan berbangsa di negara Indonesia.
Dalam khittah ini kembali menegaskan prinsippnya bahwa
muhammaadiyah tidak meliliki hubungan organisatoris apapun dengan
kekuatan atau partai politik manapun serta memberi kebebasan kepada
warganya untuk menyalurkan aspirasi politik sesuai dengan hak asasinya.
Namun demikian khittah denpasar ini memberi kerangka agar warga
muhammadiyah tidak anti atau alergi terhadap politik.
Warga atau anggota muhammadiyah yang aktif dalam kegiatan politik
hendaklah besungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya dan
mengedepankan empat hal. Yaitu:
a. Rasa tanggungjawab (amanah)
b. Berakhlak mulia (akhlaq al karimah)
c. Menjadi teladan/ contoh yang baik (uswatun hasanah)
d. Perdamaian (ishlah)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang membahas tentang khithoh perjuangan
muhammadiyah, maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Khittah muhammadiyah yang merupakan pedoman yang berisi arah,
kebijakan atau langkah-langkah yang dirumuskan oleh persyarikatan
muhammadiyah, yang harus dilaksanakan untuk tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan adalah menjadi pola dasar kebijakan atau langkah-langkah  yang
selanjutnya akan dilakukan atau dirumuskan oleh persyarikatan muhammadiyah.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://helsahedweg.blogspot.com/p/korean-music.html

http://jepepastibisa.blogspot.com/2011/06/anda-pengin-mendapatkan-artikel-
mapel.html

http://hartokambaton.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://tugascepat.blogspot.com/2010/12/khittah-perjuangan-muhammadiyah.html

http://batang.muhammadiyah.or.id/content-79-sdet-khittah-perjuangan-dalam-
kehidupan-berbangsa-dan-bernegara.html

13

Anda mungkin juga menyukai