Anda di halaman 1dari 25

A.

Pendahuluan
Dinamika zaman dan segala problematikanya
mengakibatkan perubahan kehidupan masyarakat
seperti sosial, ekonomi, politik, spiritual dan
budaya. Gerakan Muhammadiyah tidak dapat
dilepaskan dari dinamika zaman. Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam dakwah amar ma’rif nahi
munkar senantiasa berjuangan untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Berdasarkan konsepsinya, perjuangan
Muhammadiyah dilandaskan pada Khittah
Perjuangan Muhammadiyah yang merupakan
pedoman, tuntunan, arahan dan landasan berpikir
dalam menjalankan persyarikatan
B. Pengertian dan Fungsi Khittah
Secara bahasa (lughawi), kata khittah berasal dari Bahasa Arab yaitu “Khiththatun” yang
berarti garis atau langkah. Khittah Muhammadiyah secara bahasa berarti garis-garis besar
atau langkah-langkah persyarikatan Muhammadiyah. Sedangkan secara istilah, khittah
Muhammadiyah berarti pedoman, arahan, kebijakan atau langkah-langkah persyarikatan
untuk mewujudkan keyakinan dan cita-cita hidup dan perjuangannya.

Bagi persyarikatan Muhammadiyah, khittah Muhammadiyah berfungsi sebagai landasan


operasional yang berisi garis-garis besar pelaksanaan dari hal-hal yang tercantum
dilandasan idiil. Kompenen yang termasuk dalam landasan idiil Muhammadiyah antara lain
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammdiyah (MADM), Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah (MKCHM), dan Kepribadian Muhammadiyah. Dengan demikian, hubungan
antara Khittah Muhammadiyah dengan tiga rumusan landasan idiil tersebut adalah sebagai
penjelasan atau penjabaran
Muhammadiyah berdiri pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H dan bertepatan dengan 18
November 1912 M sampai sekarang. Konsep Khittah Perjuangan di Muhammadiyah
dikenal sejak Muktamar di Palembang tahun 1956. Muktamar Muhammadiyah saat itu
menghasilkan Khittah Palembang 1956-1959.

Setelah itu, pada Muktamar ke-37 tahun 1968, Muhammadiyah menggagas konsep
Khittah yang mengandung makna mendasar sebagai berikut :
1. Suatu garis perjuangan, yaitu teori, metode, sistem strategi, taktik, dan perjuangan
Muhammadiyah
2. Suatu pemikiran untuk melaksanakan perjuangan ideologi/keyakinan hidup
Muhammadiyah
Macam-macam Khittah Perjuangan persyarikatan Muhammadiyah dari periode ke
periode adalah sebagai berikut:
1. Langkah Muhammadiyah tahun 1938-1940. Langkah ini terkenal dengan sebutan Dua Belas
Langkah Muhammadiyah dan dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. Mas Mansyur
2. Khittah Palembang tahun 1956-1959 yang dirumuskan pada Muktamar Muhammadiyah ke-33
tahun 1956 di Palembang pada periode kepemimpinan Buya A.R (Ahmad Rasyid) Sutan
Mansur
3. Khittah Perjuangan Muhammadiyah tahun 1969 yang dirumuskan pada Sidang Tanwir
Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo, Jawa Timur, pada periode kepemimpinan K.H.A.R
(Abdul Razaq) Fachruddin
4. Khittah Perjuangan Muhammadiyah 1971 yang dirumuskan pada Muktamar Muhammadiyah
ke-38 tahun 1971 di Ujung Pandang pada periode kepemimpinan K.H.A.R Fachruddin
5. Khittah Perjuangan Muhammadiyah 1978 yang dirumuskan pada Muktamar Muhammadiah
tahun 1978 di Surabaya pada periode kepemimpinan K.H.AR. Fachruddin
6. Khittah Muhammadiyah dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang dirumuskan dan
ditetapkan pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 2002 di Denpasar Bali. Karena
ditetapkan di Denpasar, maka Khittah ini sering disebut Khittah Denpasar atau Khittah Bali.
Khittah tersebut dirumuskan pada era kepemimpinan Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif, M.A
1. Dua Belas Langkah Muhammadiyah (1938-1940)
Langkah Muhammadiyah atau biasa juga dengan Dua Belas Langkah Muhammadiyah dirumuskan
pada masa kepemimpinan K.H.Mas Mansyur. Perumusan Dua Belas Langlah oleh K.H.Mas
Mansyur pada dasarnya hanya diperuntukkan untuk Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di Indonesia.
Hal tersebut tercantum dalam surat Hoofd Bestuur Moehammadijah (sekarang Pimpinan Pusat
Muhammadiyah), tertanggal 7 Mei 1939, No. Surat 295/E, tentang Dua Belas Langkah
Muhammadiyah.
Perumusan Dua Belas Langkah Muhammadiyah di latar belakangi oleh perenungan dan telaah
K.H.Mas Mansyur bahwa Muhammadiyah adalah gerakan islam.
Adapun isi dari Dua Belas Langkah Muhammadiyah yaitu:
1. Memperdalam masuknya iman 7. Melakukan kebijaksanaan
2. Memperluas faham agama 8. Menguatkan majelis tanwir
3. Memperbuah budi pekerti 9. Mengadakan konferensi bagian
4. Menuntut amalan intiqad 10. Memusyawarahkan putusan
5. Menguatkan persatuan 11. Mengawaskan gerakan dalam
6. Menegakkan keadilan 12. Mempersambung gerakan luar
Dua Belas Langkah Muhammadiyah tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
Langkah Ilmi : langkah-langkah yang masih memerlukan penjelasan (berupa ilmu) sebelum dilaksanakan.
Hal ini terdapat pada langkah nomor satu sampai dengan tujuh.
Langkah Amali : langkah-langkah yang tinggal mengamalkan atau melaksankan sehingga tidak perlu
dijelaskan. Hal ini terdapat pada langkah nomor delapan sampai dengan dua belas.
2. Khittah Palembang 1956-1959
Muhammadiyah untuk pertama kalinya memperkenalkan konsep “Khittah” atau “Garis
Perjuangan” atau “Kebijakan Organisasi” dimulai pada Muktamar ke-33 di Palembang
tahun 1956. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah waktu itu adaah Buya A.R. Sutan
Mansur. Khittah tersebut akan diefektifkan pelaksanaannya sampai dengan tahun 1959,
yakni 1 periode kepemimpinan yang saat itu hanya 3 tahun. Isi (matan) Khittah
Palembang memuat hal-hal berikut :
a. Menjiwai pribadi anggota iman, ibadah, akhlak, dan ilmu pengetahuan
b. Melaksanakan uswatun khasanah
c. Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi
d. Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal
e. Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader
f. Mempererat ukhuwah islamiyah dan
g. Menuntun penghidupan kader
Your Text Here
You can simply impress your
audience and add a unique zing and
appeal to your Presentations.
3. Khitogo Ponorogo/Khittah Perjuangan Tahun 1969
Khittah Ponorogo/ Khittah Perjuangan Muhammadiyah
tahun 1969 yang dirumuskan/ diputuskan berdasarkan
sidang Tnawir tahun 1969 di Ponorogo, Jawa Timur.
Khittah ini merupakan kelanjutan amanah Muktamar
Muhammadiyah Ke 37 tahun 1968 di Yogyakarta, yang
antara lain merumuskan sikap Muhammadiyah dalam
menghadapi perkembangan politik pada masa
pemberontakan G/30/S/PKI tahun 1865 dan tumbuhnya
Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI)

Khittah Ponorogo adalah pernegasan peran


Muhammadiyah dalam amar ma'ruf nahi munkar yang
dilakukan melalui jalur politik
Matan (isi) Khittah Ponorogo dibagi menjadi 2 bagian, yaitu

a. Pola Dasar Perjuangan


1) Muhammadiyah berjuang untuk mencapai atau mewujudkan sutau cita-cita dan keyakinan
hidup yang bersumber pada ajaran Islam
2) Dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar dalam dan proporsi yang sebnar-benarnya
sebagaimana yang di tuntutkan oleh Rasulullah saw adalah satu-satunya jalan untuk
mencapai cita-cita dan keyakinan hidup
3) Dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar seperti yang dimaksud harus dilakukan melalui dua
saluran/ bidang secara simultan, yaitu:
a) saluran politik kenegaraan (politik praktis), dan
b) saluran masyarakat
4) Untuk melaksanakan perjuangan dakwah Islam dan amar ma'ruf nahi munkar seperti yang
dimaksud di atas dibuat alatnya masing-masing yang berupa organisasi.
a) untuk saluran/bidang politik kenegaraan (politik praktis) dengan organisasi politik
(partai)
b) untuk saluran/bidang masyrakat dengan organisasi non partai
5) Muhammadiyah sebagai organisasi memilih dan menempatkan diri sebagai gerakan Islam
amar ma'ruf nahi munkar dalam bidang masyrakat. Sedang untuk alat perjuangan dalam
bidang politik kenegaraan (politik praktis), Muhammadiyah membentuk suatu partai politik di
luat organisasi Muhammadiyah
6) Muhammadiyah harus menyadari bahwa partai tersebut adalah merupakan obyek dan
wajib membinanya.
7) Antara Muhammadiyah dan partai tidak ada hubungan organisatiris, tetapi tetap
mempunyai hubungan ideologis
8) Masing-masing berdiri dan berjalan sendiri-sendiri menurut caranya sendiri-sendiri, tetapi
dengan saling pengertian dan menuju tujuan yang satu
9) Padaprinsipnya tidak dibenarkan adanya diperangkapan jabatan, terutama jabatan
pimpinan antara pimpinan keduanya demi tertibnya pembagian pekerjaan (spesialisasi)

b. Program Dasar Perjuangan


Dengan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-
benarnya,Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis-konsepsional, secara
operasional dan secara kongrit rill bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyrakat dalam
Negara Republik Indonesia yang ber-Pancasila dan UUD 1945 menjadi masyarakat yang adil
dan makmur sejahtera, bahagia, material dan spiritual yang di ridhai Allah Swt.
Pada Muktamar ke-38 tahun 1971, Muhammadiyah
membuat keputusan tentang persyarikatan dengan
partai-partai dan organisasi-organisasi lain. Pernyataan
tersebut dituangkan dalam Khittah Muhammadiyah
tahun 1971 yang dikenal dengan Khittah Ujung Padang.
Khittah Ujung Padang inilah yang paling banyak dirujuk
dan menjadi pedoman dalam menentukan sikap
terhadap partai politik dan organisasi lain.
Bismillahirrahmanirrahim
Muktamar Muhammadiyah ke-38 yang berlangsung dari tanggal 1 s/d 6 Sya'ban 1391 H
dan bertepatan dengan 21 s/d 26 September 1971 M di Ujung Pandang, setelah mendengar
pandangan peserta Muktamar tentang hubungan Muhammadiyah dengan partai-partai dan
organisasi-organisasi lainnya dalam usaha peningkatan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah
Islam, memutuskan sebagai berikut :
a. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam yang beramal dalam bidang kehidupan manusia
dan masyarakat , tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan
afiliasi dari suatu partai atau organisasi apapun
b. Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau
memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Dasar
Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku dalam Muhammadiyah
c. Untuk lebih memantapkan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam setelah Pemilu
tahun 1971, Muhammadiyah melakukan amar ma'ruf nahi munkar secara konstruktif dan positif
terhadap Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI) seperti halnya partai-partai politik dan
organisasi-organisasi lainnya
d. Untuk lebih meningkatkan partisipasi Muhhamadiyah dalam pelaksanaan pembangunan
nasional, mengamanatkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menggariskan
kebijaksanaan dan mengambil langkah-langkah dalam pembangunan ekonomi, sosial dan
mental-spiritual
Khittah Perjuangan Muhammadiyah tahun 1978 merupakan garis besar
perjuangan Muhammadiyah yang diputuskan pada Muktamar
Muhammadiyah ke-40 di Surabaya. Khittah ini merupakan
penyempurnaan Khittah Ujung Padang. Penyempurnaan yang sangat
tampak adalah bagian sikap Muhammadiyah terhadap politik.

Matan (isi) Khittah Perjuangan Muhammadiyah Tahun 1978 :


1. Hakikat Muhammadiyah
2. Muhammadiyah dan Masyarakat
3. Muhammadiyah dan politik
4. Muhammadiyah dan Ukhuwah Islamiyah
5. Dasar Program Muhammadiyah
Khittah Muhammadiyah dalam Berbangsa dan Bernegara atau
Khittah Denpasar diputuskan dalam sidang Tanwir
Muhammadiyah di Denpasar Bali tahun 2020.

Khittah Denpasar mengandung pandangan Muhammadiyah


mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara,tidak terkecuali
dengan aspirasi politiknya. Jika Muhammadiyah tidak memiliki
hubungan dengan partai politik lantas bagaimana sikap
Muhammadiyah dalam menyalurkan aspirasi politiknya? Khittah
Denpasar dirumuskan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
1. Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah satu
aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang harus selalu
dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama. Karena itu
diperlukan sikap dan moral yang positif dari seluruh warga Muhammadiyah dalam menjalani
kehidupan politik untuk tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada
dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana nilai-nilai
Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan,
perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya “Baldatun Thayyibatun Wa
Rabbun Ghafur”.
3. Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui usaha-
usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil
society) yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan kenegaraan
sebagai proses dan hasil dari fungsi politik pemerintahan akan ditempuh melalui pendekatan-
pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai prinsip-prinsip perjuangan kelompok kepentingan yang
efektif dalam kehidupan negara yang demokratis.
4. Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis atau
berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan lembaga-
lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik yang
demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara. Dalam hal ini
perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya benar-benar
mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana yang menjadi
semangat dasar dan tujuan didirikannya negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tahun
1945.
5. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar
ma’ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan
sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi
kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju
kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.
6. Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan
kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa mengembangkan
sikap positif dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan
prinsip amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang demokratis dan
berkeadaban.
7. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan untuk
menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing.
Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga
negara yang dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan
kepentingan Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara.
8. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik untuk
benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh
dengan mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak mulia (akhlaq al-karimah),
keteladanan (uswah hasanah), dan perdamaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus
sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam melaksanakan
da’wah amar ma’ruf nahi munkar.
9. Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun
berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan
bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih
baik, maju, demokratis dan berkeadaban
Sebagai landasan operasional dan merupakan garis perjuangan, Khittah Muhammadiyah
sudah semestinya diterapkan warga Muhammadiyah, tidak terkecuali di kalangan pelajar,
dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai Khittah Perjuangan Muhammadiyah yang dapat diterapkan sebagai perilaku


islam, diantaranya :
a. Akhlak bagi muslim/muslimah menurut Dua Belas Langkah Muhammadiyah
1) Takut hanya kepada Allah 5) tidak alergi mendengar kritik
2) menepati janji 6) menjaga silaturrahmi
3) berkata benar dan saling menyayangi 7) meneggakkan keadilan
4) saling mengingatkan 8) menaatil keputusan musyawarah

b. Pribadi muslim/muslimah menurut Khittah Palembang


1) kuat akidah, tertib beribadah
2) mampu menjadi uswah hasanah
3) tertib berorganisasi
c. Perilaku politik menurut Khittah tahun 1969, Khittah tahun1971, Khittah
Perjuangan Muhammadiyah tahun 1978 dan Khittah Berbangsa dan Bernegara
1) bersikap netral, tidak berafiliasi pada partai politik dan menjaga jarak
dengan semua partai
2) berjuang untuk kemaslahtan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
3) amar ma'ruf nahi munkar terhadap pemerintah secara konstruktif dan
positif
4) melakukan perubahan pada bidang ekonomi, sosial, budaya dan hukum
5) pemberdayaan masyarakat dengan mengedepankan kepentingan
masyarakat
6) menggunakan hak pilij dengan tanggung jawab
7) mengedepankan rasa amanah, akhlak mulia, teladan ynag baik dan cinta
perdamaian
A, Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Secara bahasa, “khittah” berasal dari bahasa Arab yaitu “Khiththatun” yang artinya ...
a. garis atau langkah
b. pedoman atau arahan
c. undang-undang
d. peraturan organisasi
e. landasan berpikir

2. Berikut ini adalah langkah ilmi dalam Dua Belas Langkah Muhammadiyah, kecuali ....
a. memperluas paham agama
b. menuntut amal intiqad
c. memperluas budi pekerti
d. menguatkan Majelis Tanwir
e. menegakkan keadilan

3. Langkah yang tinggal dilaksanakan tanpa membutuhkan keterangan dalam Dua Belas Langkah
Muhammadiyah disebut dengan langkah ....
a. perjuangan
b. pengorbanan
c. ilmi
d. amali
e. alami
4. Khittah Perjuangan Muhammadiyah yang dirumuskan pada periode KH.AR.Facrudin
tahun 1978 adalah ....
a. Khittah Palembang d. Khittah Perjuangan Muhammadiyah
b. Khittah Ujung Padang e. Dua Belas Langkah Muhammadiyah
c. Khittah Denpasar

5. Khittah Perjuangan Muhammadiyah dijadikan sebagai tuntunan pedoman dan arahan


untuk berjuang bagi anggota persyarikatan Muhammadiyah. Pernyataan tersebut
adalah ....
a. maksud dan fungsi Khittah Perjuangan Muhammadiyah
b. maksud dan arahan Khittah Perjuangan Muhammadiyah
c. maksud dan tujuan Khittah Perjuangan Muhammadiyah
d. tujuan dan fungsi Khittah Perjuangan Muhammadiyah
e. fungsi dan arahan Khittah Perjuangan Muhammadiyah

6. Khittah Perjuangan Muhammadiyah dijadikan sebagai landasan berpikir bagi semua


pimpinan dan anggota dan juga dijadikan sebagai landasan amal usaha Muhammadiyah.
Pernyataan berikut adalah ...
a. arahan Khittah Perjuangan Muhammadiyah
b. maksud Khittah Perjuangan Muhammadiyah
c. fungsi Khittah Perjuangan Muhammadiyah
d. tujuan Khittah Perjuangan Muhammadiyah
e. hakikat Khittah Perjuangan Muhammadiyah
7. Dibawah ini yang bukan merupakan isi (matan) Khittah Palembang ....
a. melaksanakan ukhuwah Islamiyah
b. memperbanyak dan mempertinggi mutu amal
c. mengukuhkan organisasi dan menertibkan administrasi
d. menghubungkan gerakan luar
e. mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader

8. Terdapat dua saluran dakwah amar ma'ruf nahi munkar yang terdapat pada Khittah
Ponorogo tahun 1969, yaitu ...
a. budaya dan adat istiadat
b. sosial dan kemasyarakatan
c. sosial dan ekonomi
d. politik dan ekonomi
e. politik dan kemasyarakatan

9. Khittah Palembang irumuskan pada periode kepemimpinan K.H.AR.Sutan Mansur.


Khittah ini ditetapkn dalam Muktamar Muhammadiyah ke....
a. 33
b. 34
c. 35
d. 36
e. 37
10. Penyusunan Khittah Perjuangan Muhammadiyah tahun 1969 (Khittah Ponorogo) dibagi
menjadi 2 bentuk yaitu ....
a. program jangka pendek dan menengah
b. langkah amali dan langkah ilmi
c. program dasar dan pola dasar perjuangan
d. program unggulan dan program 25 tahun
e. pola umum dan pola khusus

B. Jawablah pertanyn-pertanyaan di bawah ini dengan benar !


1. Sebutkan matan Dua Belas Langkah Muhammadiyah !
2. Jelaskan pengertian dari langkah ilmi d amali !
3. Jelaskan perbedaan bentuk dakwah amar ma'ruf nahi munkar dalam Khittah Ponorogo 1969
dan Khittah Ujung Pandang 1971 !
4. Bagaimana substansi dari matan Khittah Denpasar ?
5. Sebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam Khittah Perjuangan Muhammadiyah yang dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari !
“Sebaik-baiknya teman duduk
di setiap waktu adalah buku”

Anda mungkin juga menyukai