Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Sigit Tri Utomo,M.Pd.I.

Disusun Oleh
1. Ira Destiyani (2120303036)
2. Wiwid Pudyastuti (2140303106)
3. Farida Isnaeni Khoirunnisa (2140303112)

HALAMAN UTAMA

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam


Fakultas Keguruan Dan Ilmupendidikan
Universitas Tidar
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak kesulitan dan
kendala dalam membuat makalah ini, untuk itu kami meminta maaf atas segala
keterbatasan kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi peningkatan kualitas
makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
khususnya dan pembaca pada umumnya, sebagai salah satu sumber informasi dan
bahan pembelajaran tentang pendidikan karakter yang berada di lingkungan
universitas maupun masyarakat umum.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita.

Magelang, 11 mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN UTAMA .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 4
A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5
A. Pendidikan Islam Dan Pendidikan Agama Islam........................................ 5
B. Fungsi Pendidikan Islam ......................................................................... 10
C. Tantangan Pendidikan Islam.................................................................... 12
D. Pembaharuan Pendidikan Islam ............................................................... 17
E. Manajemen Kecerdasan IQ, EQ, Dan SQ ................................................ 19
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 26
A. Kesimpulan ............................................................................................. 26
B. Saran ....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia mayoritas masyarakatnya muslim dan merupakan
penduduk muslim terbesar di dunia, tetapi terdapat karakter-karakter anak
didik maupun masyarakat indonesia yang tidak sesuai dengan pendidikan
islam. Pemerintah indonesia pun kurang mengetahui dan memahami
tentang pentingnya pendidikan islam terhadap masyarakat indonesia. Maka
kami akan mencoba untuk menela’ah sekaligus membahas akan pentingnya
pendidikan islam di masyarakat Indonesia. Agama memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu
dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai
dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama sangat penting bagi
kehidupan ini, maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi
menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan, baik
pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Melalui
pendidikan pula suatu bangsa dapat menjamin kelangsungan generasi yang
berperadaban dan beradab.

B. Rumusan Masalah
Penulisan makalah ini membentuk beberapa rumusan masalah, seperti
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan islam dan pendidikan agama
islam?
2. Bagaimana fungsi pendidikan islam?
3. Apa saja yang menjadi tantangan dalam pendidikan islam?
4. Mengapa ada pembaharuan pendidikan islam?
5. Bagaimana cara manajemen IQ, EQ dan SQ untuk meningkatkan SDM?

C. Tujuan
Adapun beberapa tujuan dalam penyusunan makalah ini:
1. Untuk mengetahui pendidikan dalam islam, dan pendidikan agama
islam.
2. Untuk mengetahui fungsi pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui tantangan dalam pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui pembaharuandalam pendidikan islam.
5. Untuk memahami dan mengetahui manajemen IQ, EQ dan SQ untuk
meningkatkan SDM.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Islam Dan Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam.
Ada beberapa pengertian Ilmu Pendidikan Islam menurut para pakar
Ilmu PendidikanIslam diantaranya :
a. Menurut Musthofa Al Gholayyini
Pendidikan Islam adalah menambahkan akhlaq yang mulia
didalam jiwa anak darimasa pertumbuhan serta memupuknya
dengan petunjuk dan nashihat sehingga mempunyai kemampuan
cinta bekerja dalam kebaikan dan manfaat bagi tanah air.
b. Menurut Drs. Burhan shomad
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan
membentuk individu menjadimakhluk yang berciri berderajat
tinggi menurut ukuran Allah. Secara rinci menurut beliau
Pendidikan Islam memiliki dua ciri khas yaitu :
 Bertujuan membentuk individu yang berakhlak tinggi
menurut ukuran Alquran.
 Isi pendidikannya adalah ajaran Allah yang tercantum
lengkap dalam Alquran dan pelaksanaannya dicontohkan
oleh Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pengertian Pendidikan Islam Menurut para pakar di atas, maka
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Pendidikan Islam adalah usaha
sadar yang dilakukan oleh pendidik yang bertakwa dengan secara sadar
mengarahkan dan membimbing pertumbuhan secara perkdmbangan
fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik
optimal dari pertumbuhan dan perkembangan anak baik secara jasmani
maupun rohani.
2. Dasar - Dasar Ilmu Pendidikan Islam
1.) Dasar Ideal Berbicara tentang dasar ilmu pendidikan Islam berarti
juga berbicara tentang kitab suci Alquran dan Hadist Rasul. Karena
semua aspek kehidupan yang terkandung di dalam ajaran Islam
berasaskan kepada kedua sumber pokok, yaitu Alquran dan Hadist.
a. Alquran Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama pada
masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Alquransebagai
dasar pendidikan Islam disamping Hadistt beliau sendiri.
Kedudukan Alquransebagai sumber pokok pendidikan Islam
dapat dipahami firman Allah: Artinya: “Dan Kami tidak
menurunkan kepadamu (Alquran) ini melainkan agarkamu dapat

5
menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Al-Nahl:
64)Sehubungan dengan masalah ini, Al-Nadwi, sebagaimana
dikutip Ramayulis, mempertegas dengan menyatakan bahwa:
“Pendidikan dan pengajaran umat Islam itu haruslah bersumber
kepada aqidah Islamiyah. Sekiranya pendidikan umat Islamitu
tidak didasarkan kepada aqidah yang bersumberkan Alquran dan
Hadist, maka pendidikan itu bukanlah pendidikan Islam, tetapi
pendidikan asing.”
b. Hadistt Setelah Alqur’an,
Pendidikan Islam menjadikan Hadistt Rasulullah
SAWsebagai dasar dan sumber kurikulumnya. Pada hakikatnya,
keberadaan Hadisttditujukan untuk mewujudkan dua sasaran,
yaitu:
 Menjelaskan apa yang terdapat dalam Alquran.
 Menjelaskan syariat dan pola perilaku.Dalam dunia
pendidikan Hadistt mempunyai dua manfaat pokok;
Pertama, Hadistt mampu menjelaskan konsep dan
kesempurnaan pendidikan Islam sesuaidengan konsep Alquran
serta lebih memerinci penjelasan dalam Alquran. Kedua,
Hadistt dapat menjadi contoh yang tepat dalam penentuan
metode pendidikan.Misalnya, kita dapat menjadikan kehidupan
Rasulullah SAW dengan para sahabatmaupun anak-anaknya
sebagai sarana penanaman keimanan.
c. Perkataan Para Sahabat (Qaul al-Shahabah)
Pada masa Khul afa’ al-Rasyidin, sumber pendidikan dalam
Islam sudahmengalami perkembangan. Selain Alquran dan
Hadistt juga perkataan, sikap, dan perbuatan para sahabat, Di
antara perkataan sahabat yang dapat dijadikan sebagai dasar
pendidikanIslam adalah sebagai berikut: Perkataan Abu Bakar
setelah dibai’at menjadi khalifah, ia mengucapkan pidato
sebagai berikut: “Hai manusia saya telah diangkat untuk
mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang
terbaik di antara kamu. Jika aku menjalankantugasku dengan
baik, ikutilah aku. Tapi jika aku berbuat salah, betulkanlah
aku,orang yang kamu pandang kuat, aku pandang lemah
sehingga aku dapatmengambil hak darinya, sedangkan orang
yang kamu pandang lemah, aku pandang kuat sehingga aku
dapat mengembalikan haknya. Hendaklah kamu taatkepadaku
selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi jika aku
tidak taatkepada Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu taat
kepadaku.” Menurut pandangan Nazmi Luqa, ungkapan Abu
Bakar ini mengandung arti bahwa manusia harus mempunyai

6
prinsip yang sama di hadapan Khaliknya.Selama baik dan lurus,
ia harus diikuti, tetapi sebaliknya jika ia tidak baik danlurus,
manusia harus bertanggung jawab memutuskannya.
d. Ijtihad
Setelah jatuhnya kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
berakhirlah masa pemerintahan Khulafa’ al -Rasyidin dan
digantikan oleh Dinasti Umayyah. Padamasa ini Islam telah
meluas sampai ke Afrika Utara bahkan ke Spanyol.
Perluasandaerah kekuasaan ini diikuti oleh ulama dan guru atau
pendidik. Akibatnya terjadi pula perluasan pusat-pusat
pendidikan yang tersebar di kota-kota besar.Karena Alqurandan
Hadist banyak mengandung arti umum, maka para ahlihukum
Islam, menggunakan ijtihad untuk menetapkan hukum tersebut.
Ijtihad initerasa sekali kebutuhannya setelah wafatnya Nabi
SAW dan beranjaknya Islammulai ke luar tanah Arab.Ijtihad di
bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran Islam
yangterdapat dalam Alquran dan Hadist bersifat pokok-pokok.
Sejak diturunkan ajaranIslam sampai wafatnya Nabi
Muhammad SAW, Islam telah tumbuh dan berkembang melalui
ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi
sosialyang tumbuh dan berkembang pula.
e. Kemasyarakatan
Masyarakat mempunyai andil yang sangat besar terhadap
pendidikan anak-anak. Masyarakat merupakan penyuruh
kebaikan dan pelarang kemungkaran, dan masyarakat pun dapat
melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikotan,
pemutus hubungan kemasyarakatan.Pendidikan kemasyarakatan
dapat dilakukan melalui kerja sama yang utuhkarena
bagaimanapun masyarakat muslim adalah masyarakat yang satu
padu, ataudengan kata lain pendidikan kemasyarakatan
bertumpu pada landasan afeksikemasyarakatan, khususnya rasa
saling mencintai.
2.) Dasar Operasional
Dasar operasional adalah dasar yang mengatur secara
langsung pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah. Sesuai
dengan UU Nom 20 tentang Sisdiknas bahwa Dasar-dasar
operasional juga mempunyai bermacam-macam bentuk yangdapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Dasar Historis
Sejarah dianggap sebagai salah satu faktor budaya yang
paling penting yang telah dan tetap mempengaruhi filsafat
pendidikan, baik dalam tujuan maupun sistemnya pada
masyarakat manapun juga. Kepribadian nasional, misalnya yang
menjadi dasar filsafat pendidikan di berbagai masyarakat
haruslah berlaku jauh kemasa lampau, walaupun sistem-

7
sistemnya adalah hasil dari pemerintahan revolusioner, yang
didirikannya dengan sengaja untuk mengembangkan dan
memperbaiki pola-pola warisan budaya dari umat dan rakyat.
Kandel sebagaimana dikutip Hasan Langgulung, berkata, bahwa
pendidikan perbandingan (yang menitikberatkan pada identitas
nasional dalam sistem pendidikan) dan sejarah pendidikan:
“Berusaha menyingkap kekuatan-kekuatan dan faktor-faktor
yang berdiri di belakang sistem-sistem pendidikan di setiap
masyarakat.” Oleh sebab itu: “Dapatlah dianggap pendidikan
perbandingan itu sebagai kelanjutan sejarah pendidikan sampai
hari ini”.
b. Dasar Sosial
Banyak aspek sosial yang mempengaruhi pendidikan, baik
dari segi konsep, teori dan pelaksanaannya. Dimensi-dimensi
sosial yang biasanya tercakup dalam aspek sosial ini adalah
fungsi-fungsi sosial yang dimainkan oleh pendidikan seperti
pewarisan budaya yang dominan pada kawasan-kawasan
tertentu di suatu lembaga pendidikan, seperti sekolah, faktor-
faktor organisasi dari segi birokrasi, dan sistem pendidikan
sendiri. Dalam usaha kita untuk menganalisa masalah
pendidikan dari segi sosial kita dapat mengajukan soal-soal
kepada empat aspek sosial pendidikan itu sekaligus atau kita
pusatkan pada salah satu aspek saja tetapi tidak mengabaikan
aspek-aspek yang lain, misalnya sejauh mana penerapan nilai-
nilai Islam itu berkesan dalam menumbuhkan sifat-sifat
keberanian, patriotisme, kejujuran, dan lain-lain memperkuat
pertahanan masyarakat.
c. Dasar Ekonomi
Ekonomi dan pendidikan selalu bergandengan sejak zaman
dahulu kala. Ahli-ahli ekonomi sejak dahulu, begitu pula
pencipta-pencipta sains telah mengakui pentingnya peranan
yang dimainkan oleh pendidikan dalam pertumbuhan
pengetahuan manusia belakangan ini untuk perkembangan
ekonomi. Namun baru belakangan ini suatu disiplin ilmu yang
khusus untuk itu diciptakan. Dalam bidang ekonomi, yang
sangat releven dengan pendidikan biasanya adalah hal-hal yang
berkenaan dengan investmen dan hasilnya. Artinya kalau modal
ditanam sekian, berapa banyak nanti keuntungan yang
diharapkan dari itu. Kalau dalam pendidikan Islam telah
meletakkan dasar-dasar yang menjadi tapak tempat berdirinya
pendidikan Islam itu, maka juga dalam ekonomi Islam telah
meletakkan dasar-dasar pokok tempat ekonomi Islam itu berdiri.
d. Dasar Politik dan Administrasi
Membicarakan soal politik dan administrasi dalam
pendidikan sama halnya membicarakan soal ideologi. Sepanjang

8
sejarah Islam antara politik, administrasi, dan ideologi selalu
sejalan dan saling membantu satu sama lain menuju tujuan
bersama.
e. Dasar Psikologis
Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu fungsi pendidikan
adalah pemindahan nilai-nilai, ilmu dan keterampilan dari
generasi tua ke generasi mudauntuk melanjutkan dan
memelihara identitas masyarakat tersebut. Dalam pemindahan
nilai-nilai, ilmu, dan keterampilan inilah psikologi memegang
peranan yang sangat penting. Jadi, hubungan psikologi dengan
pendidikan adalah bagaimana budaya, keterampilan dan nilai-
nilai masyarakat dipindahkan, dalam istilah psikologinya
dipelajari (learned), dari generasi tua ke generasi muda supaya
identitas masyarakat terpelihara.
f. Dasar Filosofis
Filsafat pendidikan merupakan titik permulaan dalam proses
pendidikan, juga menjadi tulang punggung kemana bagian-
bagian yang lain dalam pendidikan itu bergantung dari segi
tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum, metode mengajar,
penilaian, administrasi, alat-alat mengajar, dan lain-lain. aspek
pendidikan yang bergantung pada filsafat pendidikan yang
memberinya arah, menunjuk jalan yang akan dilaluinya dan
meletakkan dasar-dasar dan prinsip-prinsip tempat tegaknya.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Dalam usaha kita untuk menganalisa masalah pendidikan sesuai
dengan Sadar operasional yang telah kita uraikan diatas maka Ruang
lingkup Pendidikan Islam memiliki cakupan yang cukup luas karena
banyak sekali yang terlibat dalam proses pendidikan Islam baik secara
langsung maupun tidak langsung. Ruang lingkup Pendidikan Islam
secara garis besar meliputi:
a. Pebuatan mendidik itu sendiri yang dimaksud dengan perbuatan
mendidik itu sendiri adalah apa saja yang dilakukan oleh
pendidik atau siswa didik dalam proses pendidikan itu terjadi.
b. Anak didik, Anak didik merupakan obyek pokok dari
pendidikan, karena bersifat selalu membutuhkan bantuan orang
lain, yang selalu menggantungkan orang lain.
c. Dasar dan tujuan Pendidikan IslamYaitu landasan sebagai
sumber dari kegiatan pendidikan Islam, hal ini dilakukan dalam
rangka mengarahkan anak supaya memiliki karakter dan
berkepribadian muslim yang bertakwa kepada Allah SWT.
d. Pendidik yaitu orang yang menjadi subyek dari pelaksanaan
pendidikan, harus memiliki kualitas iman dan takwa serta bisa
dijadikan figure karena akhlaknya yang luhur.

9
e. Materi Pendidikan Islam Bahan-bahan atau pengalaman-
pengalaman pelajaran yang disusun kurikulum dan dijabarkan
dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
f. Metode Pendidikan Islam Cara-cara bagaimana pendidik
menyajikan sebuah materi pendidikan kepada anak didik, supaya
materi yang disampaikan oleh pendidik itu mudah diterima
dengan baik dan memiliki kesan dalam diri anak.
g. Evaluasi Pendidikan Evaluasi merupakan cara untuk mengetahui
kemampuan siswa didik dalam penguasaan materi atau hasil
belajar siswa. Adapun jenis dari evaluasi yaitu evaluasiformatif,
sumatif, middle semester, cawu, THB, EBTA.
h. Alat-alat Pendidikan Islam Langkah-langkah atau tindakan-
tindakan guna menjaga kelangsungan pekerjaan mendidik.
Dapat berupa alat pendidik preventif atau alat pendidik represif.
i. LingkunganYang merupakan suatu keadaan-keadaan yang ikut
berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan islam.
Yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan Islam disini
ialah keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam
pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam. Lingkungan
pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam membentuk
kepribadian anak didik, oleh karena itu hendaklah diupayakan
agar lingkungan belajar senantiasa tercipta sehingga mendorong
anak didik untuk lebih giat belajar.
B. Fungsi Pendidikan Islam
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan
Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki
manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selama kurang
lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia
melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada
derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu
dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa
ketaqwaan kepada Allah SWT.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi
untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah
tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi
alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian
sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan
membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari
dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana
mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang
berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia.
(QS. Al Mujadilah (58) : 11). Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang
muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya

10
oleh tipu muslihat syaithan. Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andai kata orang
yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan
pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut
namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan
kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya
ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji
sawi.” Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab,
“Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera
menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang
dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang
membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu
mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya
cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk
yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak
pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik
dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah
kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan
metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan
pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia
terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan
terpecah belah. Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi
rahmatan lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup
manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir
pendidikan Islam.
Terdapat fungsi khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang
ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga
konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran
Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan
harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses
pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.
Menurut Abdul Fatah Jalal, fungsi umum pendidikan Islam ialah
terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan
haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah.
Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu
merealisasikan fungsi hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh
Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada
Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 :“ Dan Aku menciptakan Jin
dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Jalal
menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada
menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat,
ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu
mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau
disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang

11
islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara
yang benar. Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek
kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan,
perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah. Menurut
al Syaibani, Fungsi pendidikan Islam adalah :
a. Fungsi yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang
berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan
rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di
dunia dan di akhirat.
b. Fungsi yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku
masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan
kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
c. Fungsi profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan
masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci Fungsi pendidikan islam menjadi:
a. Pembinaan akhlak.
b. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
c. Penguasaan ilmu.
Selain itu terdapat fungsi Pendidikan baik secara mikro maupun makro:
a. Fungsi pendidikan Islam secara mikro adalah proses penanaman nilai-
nilai ilahiah pada diri anak didik, sehingga mereka mampu
mengaktualisasikan dirinya semaksimal mungkin sesuai dengan prinsip-
prinsip religius.
b. Secara makro pendidikan Islam berfungsi sebagai sarana pewarisan
budaya dan identitas suatu komunitas yang didalamnya manusia
melakukaninteraksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang
lain.Secara umum fungsi pendidikan Islam adalah membimbing
danmengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari
tahap ke tahapkehidupannya sampai mencapai titik kemampuan
optimal. Sementara fungsinyaadalah menyediakan fasilitas yang dapat
memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.Bila dilihat
secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk :
 Alat untuk memperluas, memelihara, dan menghubungkan
tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta
ide-idemasyarakat dan nasional.
 Alat untuk mengadakan perubahan inovasi dan perkembangan.
C. Tantangan Pendidikan Islam
Tantangan globalisasi merupakan suatu kondisi saat ini yang
meupakan suatu kondisi akibat dari modernisasi. Tantangan itu bukan yang
dianggap sulit namun kadang tantangan ini menghambat sesuatu yang ingin
dicapai namun dengan adanya tantangan ini membuat tekad meningkat dan

12
mampu menyelesaikan masalah. Menurut Mastuhu tahun 1999 yang
mengemukakan bahwa banyak tantangan dalam dunia pendidikan seperti
globalisai, kopleksitas, turbulence, dinamika, akselerasi, keberlanjutan dari
yang kuno ke yang modern koneksitas konvergensi, konsolidasi,
rasionalisme, paradoks global, dan kekuatan pemikiran. Kemudian menurut
Rahim 2001 yang mengemukakan bahwa secara eksternal masa depan
pedidikan dipengaruhi oleh tiga isu besar seperti globalisasi, demokratisasi
dan liberalisme islam. Kemudian menurut Wahid pada tahun 2011
mengemukakan tantangan pendidikan islam yang harus dihadapi era global
adalah kebodohan kebobrokan moral dan hilangnya karakter muslim. Yang
terakhir ada Menurut Daulay 2004 menyebutkan globalisai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan dekadensi moral yang sebagai tantangan
pendidikan islam masa kini dan masa depan. Merujuk kepada berbagai
pendapat di atas, penulis memilah dan merumuskan tiga tantangan utama
untuk dibahas. Ketiga tantangan ini dianggap memiliki pengaruh paling
krusial terhadap pendidikan Islam. Adapun tantangan yang lainnya adalah
implikasi yang lahir dari adanya ketiga tantangan utama tersebut.
a. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pendidikan Islam saat ini sedang ditantang konstribusinya terhadap
pembentukan peradaban dan budaya modern yang relevan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks). Pada
dimensi ini, pendidikan Islam mengalami kemunduran fungsi (degradasi
fungsional) karena pendidikan Islam lebih berorientasi pada aspek
moral spiritual. Terdapat banyak pendapat yang mengatakan bahwa
pendidikan Islam tidak terlalu fokus memprioritaskan aspek yang
bersifat praktis dan pragmatis, seperti penguasaan teknologi. Akibatnya,
pendidikan Islam tidak mampu bersaing pada level kebudayaan di
tingkat global. Secara makro kondisi pendidikan Islam saat ini sudah
ketinggalan zaman. Tertinggal karena kalah berpacu dengan
perkembangan dan perubahan sosial budaya. Tertinggal sebab alumni
yang hasilkan kalah bersaing dalam penguasaan ipteks.
b. Demokratisasi
Demokratisasi merupakan isu lain yang mempengaruhi pendidikan
Islam Indonesia. Dede Rosyada (2004) menjelaskan, bahwa tuntutan
demokratisasi pada awalnya ditujukan pada sistem politik negara
sebagai antitesis terhadap sistem politik yang otoriter. Selanjutnya
perkembangan tuntutan ini mengarah kepada sistem pengelolaan
berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Kehidupan demokrasi
adalah kehidupan yang menghargai akan potensi individu. Artinya,
bahwa setiap bentuk homogenisasi masyarakat adalah bertentangan
dengan prinsip-prinsip hidup demokrasi. Sehingga, menurut Tilaar
(1998), dalam bidang pendidikan semua warga negara memiliki hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan, juga memiliki kewajiban
yang sama dalam membangun pendidikan nasional yang berkualitas.
Demokratisasi pendidikan Islam menghendaki sistem pendidikan yang

13
bersifat sentralistik, seragam, dan dependen, untuk beralih
mengembangkan sistem pendidikan yang lebih otonom, beragam, dan
independen.
c. Dekadensi moral
Revolusi teknologi berakibat pada pergeseran nilai dan norma
budaya. Pada lazimnya, nilai-nilai budaya dari pihak yang lebih
dominan dalam penguasaan ipteks akan cenderung berposisi dominan
pula dalam interaksi kultural yang terjadi.

Kemudian Tantangan lembaga pendidikan ini menurut Cece Wijaya


dapat dilukiskan sebagai perubahan masyarakat di bidang sosial,
ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang berpengaruh
terhadap system pendidikan yang sedang berjalan. (Cece Wijaya, 1999:
38). Pengaruh tersebut menuntut lembaga pendidikan untuk mampu
menyesuaikannya dengan upaya pembaharuan pendidikan dan
pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berikut akan
dijelaskan bentuk-bentuk tantangan tersebut:
 Tantangan dibidang politik Dalam kehidupan politik, tentu politik
kenegaraan banyak berkaitan dengan masalah bagaimana lembaga
itu membimbing, mengarahkan dan mengembangkan kehidupan
bangsa dalam jangka panjang. Pengarahan tersebut didasarkan atas
falsafah Negara yang mengikat semua sector perkembangan bangsa
dalam proses pencapaian tujuan Negara atau tujuan nasional itu.
Dengan kata lain lembaga pendidikan yang ada di dalam wilayah
suatu Negara adalah merupakan sector perkembangan kehidupan
budaya bangsa yang committed (terikat) dengan tujuan perjuangan
nasional yang berlandaskan pada falsafah negaranya. Oleh karena
itu, maka suatu lembaga pendidikan yang tidak bersedia mengikuti
politik negaranya, akan merasakan bahwa politik tersebut menjadi
pressure (tekanan) terhadap cita-cita kelembagaan tersebut. Sudah
barang tentu hal ini merupakan tantangn yang perlu dijawab secara
“polities fundamental” pula. Karena hal tersebut menyangkut
kepentingan perkembangan bangsa di masa depan dan dalam
maknanya bagi pemeliharaan watak dan kepribadian, kreatifitas dan
disiplin bangsa itu sendiri.”
 Tantangan dibidang kebudayaan. Kebudayaan yaitu suatu hasil budi
daya manusia baik bersifat material maupun mental spiritual dari
bangsa itu sendiri atau bangsa lain. Suatu perkembangan
kebudayaan dalam abad modern ini adalah tidak dapat terhindar dari
pengaruh kebudayaan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan
timbulnya proses akulturasi (perpaduan atau saling berbaurnya
antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain), dimana
factor nilai yang mendasari kebudayaan sendiri sangat menentukan
survive (daya tahan) bangsa tersebut. Bilamana nilai-nilai cultural
bangsa itu melemah karena berbagai sebab, maka bangsa itu akan

14
mudah terperangkap atau tertelan oleh kebudayaan lain yang
memasukinya, sehingga identitas kebudayaan bangsa itu sendiri
akan lenyap. Sikap selektif dalam menerima atau menolak
kebudayaan asing perlu dilandasi dengan penganalisaan mendalam
yang bersumberkan dari pandangan hidupnya sendiri baik sebagai
institusi maupun sebagai bangsa. Sikap selektif pada hakikatnya
bukanlah sikap-sikap menyerah atau sikap netral, melainkan sikap
kreatif yang hati-hati berdasarkan atas pertimbangan untung rugi
bagi perkembangannya lebih lanjut. Oleh karena itu memerlukan
pengetahuan yang mendalam dan wawasan yang menjangkau jauh
ke masa depan bagi eksistensi hidupnya. Diantara budaya asing yang
mempengaruhi kebudayaan bangsa ini adalah “trend sex bebas”. Ini
merupakan tantangan besar bagi lembaga pendidikan Islam untuk
membentengi anak-anak bangsa dari pengaruh-pengaruh negatif
yang diakibatkan oleh kebudayaan tersebut. Karena kalau tidak,
nilai-nilai kultural bangsa ini akan terancam pudar dan akan musnah
seiring berlalunya waktu.
 Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi Millenium ketiga dengan
ciri-ciri dimana diantara manusia satu dengan manusia yang lain
berbeda keadaan geografis, budaya, nilai-nilai, bahasa, dan
sebagainya sudah dapat disatukan melalui teknologi komunikasi,
seperti : telepon, komputer, faximile, dan sebagainya. Melalui
berbagai peralatan tersebut, manusia bersamaan. Era informasi yang
akan datang menyebabkan lingkungan social semakin luas karena
disatukan oleh teknologi dibidang komunikasi, yang memunculkan
era globalisasi. (Abuddin Nata, 2001: 144-145).
 Tantangan di bidang ekonomi. Ekonomi merupakan tulang
punggung dari kehidupan bangsa yang dapt menentukan maju-
mundurnya, lemah–kuatnya, lambat-cepatnya suatu proses
perkembangan system kependidikan dalam masyarakat bangsa.
Oleh karena itu kehidupan ekonomi suatu bangsa banyak
mempengaruhi pertumbuhan lembaga pendidikan. Bahkan juga
mempengaruhi system kependidikan yang diberlakukan serta
kelembagaan kependidikan yang dapat menunjang ataupun
mengembangkan system ekonomi yang diinginkan.
 Tantangan dibidang kemasyarakatan. Kemasyarakatan adalah
merupakan suatu lapangan hidup manusia yang mengandung ide-ide
yang sangat laten terhadap pengaruh kebudayaan, ilmu pengetahuan
dan teknologi, sebagai system kehidupan, kemasyarakatan adalah
statis dan tidak beku, berkecenderungan kearah perkembangan
dinamis yang mengandung implikasi perubahan-perubahan yang
biasa dikenal sebagai “perubahan social” (social
change).Perubahan-perubahan social yang ada dimasyarakat adalah
suatu hal yang sangat pasti dan tidak terhindarkan lagi. Misalnya,
pada era agricultural (pertanian) kekuatan ekonomi terletak pada

15
kepemilikan tanah atau sumber daya alam. Kemudian setelah itu
beralih ke era industrial,dimana kekuatan ekonomi terletak pada
kemampuan memiliki modal dan alat produksi, dan sekarang kita
telah memasuki era globalisasi atau era informasi. Pada era ini
kekuatan ekonomi (ekonosfer) seseorang terletak pada
kepemilikannya terhadap informasi. Seseorang yang memiliki
informasi akan lebih memiliki peluang daripada yang tidak tahu
informasi. Dari perubahan yang terjadi pada masyarakat terutam
pada era informasi seperti sekarang tentu ada dampak yang
ditimbulkan, baik itu dampak positif maupun negative. Menurut
Arifin dalam bukunya “Kapita Selekta Pendidikan”
mengemukadankan manfaat positif yang dapat diambil dari
kecanggihan teknologi informasi ini adalah melemahnya fungsi
daya mental-spiritual jiwa yang sedang tumbuh dan berkembang
seperti kecerdasan, pikiran ingatan, kemauan dan perasaan (emosi).
(Arifin, 1995: 8).
 Tantangan dibidang sistem nilai. Sistem nilai adalah tumpuan
norma-norma yang dipengang oleh manusia sebagai makhluk
individu sebagai makhluk social, baik itu berupa norma tradisional
maupun norma agama yang telah berkembang dalam. Sistem nilai
juga dijadikan tolak ukur bagi tingkah laku manusia dalam
masyarakat yang mengandung potensi mengendalikan, mengatur
dan mengarahkan perkembangan masyarakat itu sendiri. Bahkan
juga mengandung potensi rohaniah yang melestarikan eksistensi
masyarakat itu. Namun demikian, system nilai tersebut bukannya
tidak dapat mengalami perubahan. Terutama diakibatkan oleh faktor
kemajuan berpikir manusia itu sendiri maupun oleh desakan dari
system nilai yang dianggap lebih baik. Di seluruh dunia, saat ini
sedang dilanda perubahan system nilai tradisional yang ada. Hal ini
disebabkan oleh budaya “materialis” yang telah mendidik
masyarakat menilai sesuatu dari nilai materinya. Sesuatu dianggap
berharga kalau mengandung nilai-nilai materi, yang pada gilirannya
akan melahirkan paham komunis. Inilah yang menjadi titik sentral
problem yang menjadi tantangan terhadap lembaga pendidikan yang
salah satu fungsinya adalah mengawetkan system nilai yang telah
berkembang dalam masyarakat. Sehingga akulturasi budaya asing
tidak menenggelamkan nilai-nilai cultural bangsa ini. Oleh karena
itu lembaga pendidikan perlu memberikan jawaban-jawaban yang
tepat, sehingga kecenderungan dan sikap berpikir masyarakat tidak
terombang-ambing tanpa arah yang jelas. Dalam memberikan
jawaban terhadap tantangan tersebut, lembaga pendidikan Islam
sudah barang tentu perlu memegang petunjuk agama, misalnya pada
surat Ar-ra‟du ayat 11: Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah hal-hal yang ada didalam ummat ini sendiri, sehingga
mereka melakukan perubahan atas diri mereka sendiri”. Landasan

16
ideal fundamental ini cukup mengingatkan kita bahwa manusia
sebagai anggota masyarakat jangan statis dan jumud dalam hidup.
Melainkan hendaknya dinamis dan konstuktif dalam melakukan
perubahan-perubahan. Tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan
itu harus jelas arah dan tujuannya. Dan semua perubahan itu harus
dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan. Itulah sebabnya semua
usaha untuk menciptakan perubahan yang dilakukan itu perlu
dilandasi oleh nilai-nilai Islam.
D. Pembaharuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam banyak sekali telah didefinisikan oleh beberapa
kalangan. Diantara tokoh yang mendefinisakan pendidikan Islam adalah
Abdurrahman an-Nahlawi, menurutnya pendidikan Islam merupakan suatu
proses penataan individual dan sosial yang dapat menjadikan sesorang
tuduk dan taat sekaligus menerapkan Islam secara sempurna dalam
kehidupan individu dan masyarakat.1 M. Yusuf al-Qardhawi menjalaskan
bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, yakni akal
dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena itu,
pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan
damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat
dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Menurut
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, pendidikan Islam tidak seluruhnya bersifat
keagamaan, akhlak dan spiritual, namun tujuan ini marupakan landasan bagi
tercapainya tujuan yang bermanfaat. Dalam asas pendidikan Islam, tidak
terdapat pandangan yang bersifat materialistis, namun pendidikan Islam
memandang materi, atau usaha mencari rezeki sebagai masalah temporer
dalam kehidupan, dan bukan ditujukan untuk mendapatkan materi semata-
mata, melainkan untuk mendapat manfaat yang seimbang. Sedang menurut
Naquib al-Attas, pendidikan dalam arti Islam memang hanya dimaksudkan
untuk manusia. Dengan kata lain, hanya manusia yang mampu
melaksanakan pendidikan Islam.
Kemudian ada Perspektif menurut Azyumardi Azra tentang
pembaharuan pendidikan islam. Seperti:
1.) Pondok Pesantren
Salah satu lembaga pendidikan di Indonesia yang mempunyai
kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya
adalah pesantren. Institusi ini lahir, tumbuh dan berkembang telah lama.
Bahkan, semenjak belum dikenalnya lembaga pendidikan lainnya di
Indonesia, pesantren telah hadir lebih awal. Itu sebabnya pesantren pada
umumnya dipandang sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia. Hal ini
senada dengan apa yang diungkapkan oleh Malik Fajar. Ia menegaskan
bahwa, dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan
Islam di Indonesia tidak dipungkiri bahwa pesantren telah menjadi
semacam local genius institution. Model pendidikan pesantren yang
berkembang diseluruh Indonesia mempunyai nama dan corak yang

17
bervariasi, di Jawa termasuk Sunda dan Madura disebut pondok atau
pesantren. Sementara di aceh dikenal dengan istilah dayah, rangkang,
meunasah. Dan di Sumatera Barat disebut dengan Surau. Dalam catatan
Azra, pembaruan dan modernisasi pendidikan Islam diawali di Turki
pada awal pertengahan abad ke-19 M yang kemudian menyebar hampir
ke seluruh wilayah kekuasaan Turki Utsmani di Timur tengah. Dalam
tataran Indonesia, pembaruan pendidikan Islam tidak bersumber dari
kalangan Muslim itu sendiri. Melainkan diperkenalkan pleh
pemerintahan kolonial Belanda. Pada waktu itu, pendidikan Islam
benar-benar mendapatkan saingan yang berat dengan berdirinya
sekolah-sekolah umum yang didirikan oleh Belanda. Sehingga
semakinmengharuskan Pesantren untuk merespon hal
tersebut.Pembaruan pendidikan Islam juga banyak dipengaruhi oleh
gerakan reformis Muslim untuk mengadakan sebuah reformasi
pendidiakan Islam. Yang kemudian menjadikan pesantren untuk
berusaha mengubah diri, atau paling tidak mambuka diri untuk
menerima pengkajian keilmuan di luar ilmu-ilmu ke-Islaman. Karena
pesantren mendapat tantangan moderninsasi dan menuntut adanya
pembaruan tersebut, ia pun memberi.
2.) Madrasah
Karel A. Steenbrink menjalaskan bahwa kemunculan dan
perkembangan madrasah di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sebuah
gerakan pembaruan Islam.34 Sedangkan secara yuridis madrasah
menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dimulai dengan
kebijakan Orde Baru yang mengintergrasikan madrasah kedalam sistem
pendidikan nasional. Hal tersebut ditandai dengan upaya pemerintah
Orde Baru dengan penyususnan UU No.2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional yang sekaligus menggantikan UU No. 4 tahun
1950. Untuk tujuan ini dikeluarkan kebijakan berupa Surat Keputusan
Bersama (SKB) Tiga Menteri pada tahun 1975 tentang peningkatan
mutu pendidikan pada madrasah.Menurut Daulay, inti dari SKB tersebut
adalah upaya untuk meningkatkan mutu madrasah, dalam surat
keputusan tersebut dicantumkan:
a. Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah
sekolah umum yang setingkat.
b. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum yang
setingkat lebih di atasnya.
c. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat
(SKB Tiga Menteri Tahun 1975, Bab II, Pasal 2).
Seiring perjalanan waktu, madrasah kian mendapatkan kedudukan yang
ideal di Indonesia, yang kemudian dikokohkan dengan diundangkannya
UU SISDIKNAS No. 23 tahun 2003.Dengan diberlakukannya UU
sisdiknas tersebut, kini eksistensi madrasah sebagai institusi pendidikan
Islam di Indonesia telah sejajar dengan sekolah umum. Meski demikian,

18
dalam segi-segi tertetu mandrasah masih mendapatkan perlakuan yang
diskriminatif. Misalnya saja masalah pendanaan. Karena Kemenag
adalah institusi vertikal (yang tidak termasuk di desentralisasikan)
pemerintah daerah dan DPRD (propinsi, kabupaten, kota) tidak dapat
atau tidak bersedia memberikan anggaran rutin kepada madrasah,
termasuk tambahan insentif kepada guru madrasah. Merspon
diskriminasi tersebut, Azra berpendapat hanya ada tiga alternatif bagi
kemenag untuk menyelesaikan Sejarah dan Perkembangannya
Pendidikan Islam, Dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia,
masalah ini. Pertama; membiarkan dan melanjutkan ststus quo yang
diskriminatif tersebut. Kedua; membuat SKB tiga menteri (Menteri
Dalam Negeri, Menteri Agama Dan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan) yang tidak memperlakukan madrasah sebagai instansi
vertikal. Ketiga; menyerahkan madrasah kepada Kemendikbud.
Maka pembaharuan pendidikan islam kebanyakan yang dilakukan
diindonesia melalui bentuk pesantren dan madrasah karenadengan hal
itu bisa membuat pendidikanislamsemakin bisa bersaing dengan
pembaharuan pendidikan nasional.
E. Manajemen Kecerdasan IQ, EQ, Dan SQ
Manusia, jika ditinjau dari neurosains, merupakan makhluk yang
“unik”. Dalam dirinya tersimpan banyak misteri untuk selalu dikaji dan
diperbincangkan. Manusia adalah jagat kecil (mikrokosmos), yang menjadi
cermin alam semesta (makrokosmos).
Menurut Pasiak, otak disusun oleh (100 miliar!) sel-sel otak
(neuron) dan (100 triliun) sel pendukung (sel gila). Jumlah yang sangat
spektakuler ini (mungkin melebihi jumlah galaksi di alam semesta)
membentuk gumpalan-gumpalan otak. Hasil interaksi atau sirkuitnya
membentuk pikiran, pengalaman, dan pribadi manusia. Walaupun ada
faktor-faktor nonfisik atau nonlinear (yang masih misterius hingga kini),
kegiatan berpikir dan merasa dalam diri manusia, yang kemudian
membentuk kesadaran dan pribadinya, dinisbahkan pada sel-sel saraf ini.
Selain itu, otak merupakan sistem yang dinamis atau sistem yang hidup
(living system). Ini bukan saja karena otak tumbuh dan berkembang
menurut kaidah embriologis, tetapi juga karena otak selalu terbuka terhadap
intervensi dari luar. Artinya, walaupun merupakan sistem terbuka, otak
memiliki batas tertentu menerima intervensi, karena ada faktor-faktor
genetis yang tidak bisa diubah. Karena dapat diintervensi dari luar, otak
setiap orang itu unik. Pengalaman, pendidikan, dan gaya hidup yang
berbeda membuat otak menjadi berbeda.
a. Kecerdasan Intelektual atau Intelligence Quotient (IQ).
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal
kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar.
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi

19
lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional
itu. sedangkan IQ adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes
kecerdasan.
Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai
taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan
seseorang secara keseluruhan. Intelligence Quotient atau yang biasa
disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan
manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli
psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Pada masanya kecerdasan
intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang
pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap
masing-masing individu tersebut.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik
oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk
suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya
tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun.Daya
tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang
dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan
yang cukup. IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai
seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak
seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang
murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang
merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping
faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan
gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada
saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan
bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi
masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat IQ pada diri seseorang


adalah :
1. Pengaruh faktor bawaan atau keturunan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-
individu yang berasal dari suatu keluarga atau bersanak saudara,
nilai dalam tes IQ meraka berkorelasi tinggi sekitar 0,50, orang yang
kembar sekitar 0,90, yang tidak bersanak saudara sekitar 0,20, serta
anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya sekitar 0,10
sampai 0,20.
2. Pengaruh lingkungan
Walaupun ada cirri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa
sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-

20
perubaha yang berarti. Kecerdasan tentunya tidak bisa terlepas dari
otak. Perkembangan setiap individu sangat dipengaruhi oleh gizi
yang dikonsumsi pada saat anak-anak. Oleh karena itu ada hubungan
antara pemberian makanan bergizi dangan kecerdasan seseorang.
Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh
lingkungan yang amat penting selain guru. Rangsangan-rangsangan
yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang
peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai
keterampilan, dan lain-lain khususnya pada masa-masa peka.
3. Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan kecerdasannya.
4. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia
terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
5. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa setiap individu itu dapat memilih
metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.
Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.

Karakteristik orang yang memiliki IQ tinggi antara lain:


1. Berpikiran secara logis
Logis merupakan hasil pertimbangan akal pikiran yang
diungkapkan lewat kata-kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logis
bisa juga diartikan dengan masuk akal. Orang yang berpikiran secara
logis pasti pemikirannya masuk akal.
2. Rasional
Rasional diambil dari bahasa inggris rational yang berarti
dapat diterima oleh akal dan pikiran serta dapat ditalar sesuai dengan
kemampuan otak. Hal-hal yang rasional adalah sesuatu hal yang di
dalam prosesnya dapat dimengerti sesuai dengan kenyataan dan
realitas yang ada.
3. Sistematis
Sistematis adalah segala usaha untuk menguraikan dan
merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
yang menyangkut objeknya.

Menurut William Stern bahwa kecerdasan seseorang


sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan
atau lingkungan tidak begitu berpengaruh terhadap kecerdasan

21
seseorang. Teori yang cukup banyak dianut adalah bahwa
kecerdasan terdiri dari suatu faktor G (general factor), kemampuan
yang terdapat pada semua individu tapi dengan tingkatan yang
berbeda satu dengan yang lain, dan berbagai faktor S (special
factor), kemampuan yang berkaitan dengan bidang tertentu. Faktor
G bukanlah sekedar penjumlahan faktor S, masing-masing
merupakan satu kesatuan yang memiliki kualitas tersendiri.
b. Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ).
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman.
Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman
(1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi
pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional
digerakkan oleh kemampuan intelektual atau (IQ), sedangkan pikiran
emosional digerakkan oleh emosi. Daniel Golemen, dalam
bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi
IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% dan sisanya yang
80% ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan
Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ
mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang
yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam
dirinya, bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan
bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan
bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk
“menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih
positif. Seseorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan
potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama
dilihat dari berbagai segi. Hubungan antara otak dan emosi mempunyai
kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya
saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak
emosional.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
mengendalikan emosinya saat menghadapi situasi yang menyenangkan
maupun menyakitkan.Mantan Presiden Soeharto dan Akbar Tandjung
adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi,
mampu mengendalikan emosinya dalam berkomunikasi. Dalam bahasa
agama , EQ adalah kepiawaian menjalin “hablun min al-naas”. Pusat
dari EQ adalah “qalbu”. Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling

22
dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang
dijalani.Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh
otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan
komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang
memberi dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin
dan melayani.
Ada beberapa karakteristik orang yang memiliki EQ tinggi, yaitu:
1. Berempati.
2. Mengungkapkan dan memahami perasaan.
3. Mengendalikan amarah.
4. Kemandirian.
5. Kemampuan menyesuaikan diri.
6. Disukai.
7. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi.
8. Ketekunan.
9. Kesetiakawanan.
10. Keramahan.
11. Sikap hormat.
Pertumbuhan EQ dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Lingkungan
2. Keluarga
Orang tua adalah seseorang yang pertama kali harus
mengajaekan kecerdasan emosi kepada anaknya dengan
memberikan teladan dan contoh-contoh yang baik agar anak
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
3. Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat
telah matang jika telah mencapai.
c. Kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ)
Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang
kecerdasan spiritual. Tepatnya di tahun 2000, dalam bukunya berjudul
”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence, Danah Zohar dan Ian
Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelejensia.
Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan
nilai-nilai spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa
seseorang untuk mencapai kebahagiaan hakikinya. Karena adanya

23
kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat apa potensi dalam
dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan juga ada
kekurangannya.Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu. Intelejensia
spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan
dan keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta.
Denah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau
value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain.
(SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ
merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan
tersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karena
diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan
intelektualnya.Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang
mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-
raga yang penuh keseimbangan.
Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi
jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan
kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya
ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi
oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi terkapling-
kapling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan
pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai
penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa,
masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna
yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan
perbuatan dan tindakan yang positif. Mengenalkan SQ Pengetahuan
dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti berhubungan dengan
agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat
membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak
bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada,
tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
Menurut Robert A. Emmons, ada lima karakteristik orang yang
cerdas secara spiritual yaitu kemampuan untuk mengalami tingkat

24
kesadaran yang memuncak, kemampuan untuk mensakralkan
pengalaman sehari-hari, kemampuan untuk menggunakan sumber-
sumber spiritual buat menyelesaikan masalah dan kemampuan untuk
berbuat baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan spiritual
seseorang adalah antara lain sumber kecerdasan itu sendiri (God Spot),
potensi qalbu (hati nurani), dan kehendak nafsu. Sedangkan secara
umum faktor utama yang mempengaruhi kecerdasan spiritual seseorang
adalah faktor lingkungan yang lebih khususnya didominasi oleh peran
oaring tua dalam membina kecerdasan anak dalam keluarga. Manusia
yang memiliki SQ tinggi cenderung akan lebih bertahan hidup dari pada
orang yang memiliki SQ rendah.
Sehebat apapun manusia dengan kecerdasan intelektual maupun
kecerdasan emosional, pada saat-saat tertentu melalui pertimbangan
afektif, kognitif, dan konatifnya, manusia akan meyakini dan menerima
tanpa keraguan bahwa di luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha
Agung yang melebihi apapun, termasuk dirinya.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang seimbang berupaya
merealisasikan keseimbangan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi.
Pendidikan Islam bukan pendidikan duniawi saja, individual saja, atau
sosial saja, juga tidak mengutamakan aspek spiritual atau aspek materiil.
Keseimbangan antara semua itu merupakan karakteristik terpenting
pendidikan Islam. pendidikan agama Islam juga memiliki fungsi bagi
masyarakat atau kehidupan keseharian dan tantangan tantangan. Bukan
hanya itu pendidikan Islam juga bisa melalui perubahan yang supaya setara
dengan pendidikan negeri. Maka dari itu semua hal pendidikan Islam itu
penting. Pendidikan Islam juga mencakup manajemen IQ,EQ,dan SQ.
B. Saran
Demikian materi yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang
menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan serta kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan serta
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Untuk itu kami mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca guna
memperbaiki makalah ini agar lebih baik kedepannya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua serta menjadi pengetahuan tentang
Pendidikan Islam kami juga mengucapkan terimakasih kepada para ilmuan
yang telah membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan baik.

26
DAFTAR PUSTAKA
https://mcdens13.wordpress.com/2013/04/01/makalah-tentang-penddikan-agama-
islam/ (Diakses Pada Tanggal 10 Mei 2022)
Burhan Shomad, Drs. 1981. Beberapa Persoalan dalam Pendidikan Islam. Bandung.
PT. Al Ma’arif Al Ghilayyini, Musthofa.1948. Idhotun Nashihin. Shaida.
Mathba’ah Ashriyah
https://www.academia.edu/35358442/Contoh_Makalah_Agama_Tentang_Ilmu_P
endidikan_Islam (Diakses Pada Tanggal 10 Mei 2022)
https://islamkaffah.id/manajemen-kecerdasan-iq-eq-dan-sq/ (Diakses Pada
Tanggal 10 Mei 2022)
https://yuniuptt.blogspot.com/2019/01/makalah-iq-eq-dan-sq.html
(Diakses Pada Tanggal 10 Mei 2022)
Djunaedi, O. H. A. F. (2003). Tantangan dan Problernantlka Pendidikan Islam di
Era Globalisasi. VIII, 16–27.
Hawi, A., & Ilmu, D. F. (n.d.). TANTANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Abstrak.
Irsad, M. (2016). Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia Perspektif Azyumardi
Azra. 4, 149–159.
Tantangan, P. D. A. N., & Hidayat, N. (n.d.). PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.
VIII(2), 131–145.

27

Anda mungkin juga menyukai