Disusun Oleh :
1. Moch Wildan Mahendra (21422018)
2. Anggraini Lestari (21422026)
Puji syukur kehdirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Agama Islam ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Agama Islam bagi para pembaca dan
juga penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Sidoarjo, 03-10-2022
Dalam Islam rujukan beragama yang paling utama al-Qur’an dan al-Hadist, namun
fenomena menunjukkan bahwa wajah Islam sangat banyak, Islam terkadang memiliki khas
sendiri-sendiri dalampraktek dan amaliah keagamaan. Tampaknya perbedaan itu sudah menjadi
kewajaran, sunatullah, dan bahkan suatu rahmat.1 Quraish Shihab mengatakan bahwa :
“Keanekaragaman dalam kehidupan merupakan keniscahyaan yang dikehendaki Allah. Termasuk
dalam hal ini perbedaan dan keanekaragaman pendapat dalam bidang ilmiah, bahkan
keanekaragaman tanggapan manusia menyangkut kebenaran kitab-kitab suci, penafsiran
kandunganna serta untuk pengalamannya”. 2 Yang menjadi permasalahan adalah dapatkah dari
yang berbeda tersebut untuk saling menghormati, tidak saling menyalahkan, tidak meyatakan
paling benar sendiri, dan besedia bedialog sehingga tercermin bahwa perbedaan itu benarbenar
rahmat. Jika ini yang dijadikan pijakan dalam beramal dan beragama, maka inilah sebenarnya
makna konsep “Islam moderat”. Artinya siapa pun orangnya dalam beragama dapat bersikap
sebagaimana kriteria tersebut, maka dapat disebut dengan Islam yang moderat.
BAB II PEMBAHASAN
A. Tafsir islam moderat
Tafsir Tematik Tentang Islam Moderat Perspektif Al-Qur’an” ini menjelaskan ayat-
ayat al-Qur’an tentang Islam Moderat. Istilah yang dapat dijadikan sandaran terhadap kata
moderat adalah Wasathan, yang mana di dalam al-Qur’an telah disebutkan kata wasath dan
derivasinya sebanyak lima kali dalam bentuk yang bervariatif, yaitu pada surat al-Adiyat
(100): 5, al-Baqarah (2): 143, al-Maidah (5): 89, al-Qalam (68): 28 dan al-Baqarah (2): 238.
Artikel ini merupakan kajian pustaka tafsir tematik dengan menggunakan teori yang
dirumuskan oleh Abdul Hayyi al-Farmawy. Dari hasil penggalian data dan analisisnya,
penulis mengambil kesimpulan bahwa Islam Moderat dalam al-Qur’an masuk dalam tiga hal,
yaitu Moderat dalam berakidah, Moderat dalam bersyariat dan Moderat dalam bertingkah
laku.
Umat muslim dunia pada hakikatnya mengalami perbedaan yang substantif dimana
terjadi variasi pemahaman ajaran Islam yang dilakukan oleh mereka sendiri. Kondisi ini
mengakibatkan munculnya fundamentalisme, liberalisme dan moderat. Salah satu doktrin
dianggap terlalu ekstrim dalam memahami Islam dengan penafsiran al-Qur’an yang tekstual,
sementara satu doktrin lebih mengedepankan logika dan memaknai Islam. Dalam pada itu,
Islam Moderat yang sering disebut Wasathiyah berupaya menjadi doktrin yang membawa
misi Rahmatan Lil ‘Alamin, hal ini tampak pada cara dan corak dakwah yang dibawa berupa
toleransi, kedamaian, menjadi penengah dalam realitas persoalan sosial. Dengan bentuk sikap
ini, maka Islam Moderat dapat diterima dengan baik di kalangan masyarakat khususnya di
Indonesia. Kekuatan Islam Moderat tidak lepas dari peran Walisongo yang mampu
mengakomodasi kultur budaya masyarakat setempat sehingga dapat mengislamkan
masyarakat khususnya Tanah Jawa. Dua golongan NU dan Muhammadiyah telah berhasil
merealisasikan Islam Moderat serta membendung setiap radikalisasi yang muncul di tengah
masyarakat. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk menjadikan Islam Moderat sebagai kiblat
ajaran Islam yang sebenarnya dengan berlandaskan Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin.
Kata “moderasi” memiliki korelasi dengan beberapa istilah. Dalam bahasa Inggris,
kata “moderasi” berasal dari kata moderation, yang berarti sikap sedang, sikap tidak berlebih-
lebihan. Juga terdapat kata moderator, yang berarti ketua (of meeting), pelerai, penengah (of
dispute). Kata moderation berasal dari bahasa Latin moderatio, yang berarti ke-sedang-an
(tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
“moderasi” berarti penghidaran kekerasan atau penghindaran keekstreman. Kata ini adalah
serapan dari kata “moderat”, yang berarti sikap selalu menghindarkan perilaku atau
pengungkapan yang ekstrem, dan kecenderungan ke arah jalan tengah. Sedangkan kata
“moderator” berarti orang yang bertindak sebagai penengah (hakim, wasit, dan
sebagainya), pemimpin sidang (rapat, diskusi) yang menjadi pengarah pada acara
pembicaraan atau pendiskusian masalah, alat pada mesin yang mengatur atau mengontrol
aliran bahan bakar atau sumber tenaga.
Jadi, ketika kata “moderasi” disandingkan dengan kata “beragama”, menjadi
“moderasi beragama”, maka istilah tersebut berarti merujuk pada sikap mengurangi
kekerasan, atau menghindari keekstreman dalam praktik beragama. Gabungan kedua kata itu
menunjuk kepada sikap dan upaya menjadikan agama sebagai dasar dan prinsip untuk selalu
menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem (radikalisme) dan selalu mencari
jalan tengah yang menyatukan dan membersamakan semua elemen dalam kehidupan
bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa Indonesia.
A. KESIMPULAN
Moderasi Islam dalam berakidah sangat tampak pada pembahasan surat Al-Baqarah
(2): 143. Ayat tersebut menjelaskan bahwa posisi umat Islam dalam berakidah berada di
antara umat Nasrani dan Yahudi. Umat Islam tidak terlalu berlebih-lebihan dalam beragam
sebagaimana yang dilakukan oleh umat Nasrani yang berlebih-lebihan hingga menuhankan
nabi Isa. Selain itu, umat Islam juga tidak memudah-mudahkan bahkan meremehkan dalam
beragama sebagaimana yang dilakukan oleh orang Yahudi dengan mengganti kitab Allah,
membunuh nabi-nabinya, berbohong dan kufur terhadap Allah SWT.
Nilai moderat dalam Islam selain diterapkan dalam tataran akidah, juga tampak dalam
tataran syariat. Hal ini tampak dalam pembahasan makanan yang digunakan untuk membayar
kafarat sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Maidah (5): 89.
Ketetapan bahwa pembayaran kafarat tersebut tidak harus dengan makanan yang berkualitas
istimewa merupakan wujud moderasi Islam yang memudahkan umatnya dalam segala hal,
bahkan dalam pembayaran kafarat.
B.SARAN
Pemahaman moderat merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh Islam yang menjadi
pembeda dengan agama-agama lain. Pemahaman moderat menyeru umat manusia kepada
dakwah Islam yang toleran, menentang segala bentuk pemikiran yang liberal dan radikal
(Afrizal & Lubis, 2015, p. 209). Afrizal & Lubis juga menjelaskan bahwa dengan adanya
umat Islam di dunia ini kehidupan menjadi tentram dan Bahagia karena umat Islam
diciptakan di dunia ini dengan bentuk dan sifat yang sempurna yaitu adil, terbaik dan
memiliki keutamaan, sehingga memunculkan sifat moderat dalam kehidupannya.
E. DAFTAR PUSTAKA
Abdurrohman, A. (2018). Eksistensi Islam Moderat dalam Perspektif Islam. Rausyan Fikr,
14(1), 13.
Afrizal, N., & Lubis, M. (2015). Konsep Wasathiyah Dalam Al-Qur’an. Jurnal An-Nur, 4(2).
Al-Zuhaili, W. (1994). Tafsir al-Wajiz Ala Hamisy al-Qur’an al-Adzim. Dar al-Fikr.
Amin, R. (2014). Prinsip dan Fenomena Moderasi Islam Dalam Tradisi Hukum Islam. Al-
Qalam, 20(3), 23–32.
Arif, M. K. (2020). MODERASI ISLAM (WASATHIYAH ISLAM) PERSPEKTIF
AL-QUR’AN, AS-SUNNAH SERTA PANDANGAN PARA ULAMA DAN
FUQAHA. Al-Risalah, 11(1), 22–43. https://doi.org/10.34005/alrisalah.v11i1.592
Asbabun Nuzul: Latar belakang Historis Turunnya Ayat al-Qur’an. (2010). Penerbit
Diponegoro.
Fattah, A. (2017). Memaknai Jihad Dalam Al-Qur’an Dan Tinjauan Historis Penggunaan
Istilah Jihad Dalam Islam. J-Pai, 3(1).
Hanafi, M. (2013). Moderasi Islam “Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama.” Ikatan
Alumni al-Azhar dan Pusat Studi Al-Qur’an.
Ibn ‘Ashur, M. T. (n.d.). Ushul al-Nidzam al-Ijtima‘i fi al-Islam. Shirkah Tunisiyyah Li al-
Tauzi’.
Jihad Melawan Teror. (2016). Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2007a). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an (Vol. 1).
Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2007b). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an (Vol. 2).
Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2007c). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an (Vol. 3).
Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2007d). Secercah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama Al-Quran. Mizan Pustaka.
Suharto, T. (2017). Indonesianisasi Islam: Penguatan Islam Moderat Dalam Lembaga
Pendidikan Islam Di Indonesia. Al-Tahrir, 17(1), 155–178.
Tharaba, M. F. (2016). Hikmatut Tasyri’ Wa Hikmatus Syar’i (Filsafat Hukum Islam). Dream
Litera Buana.
Wahyudi, C. (2011). Tipologi Islam Moderat dan Puritan: Pemikiran Khaled M. Abou el-
Fadl. Jurnal Tasawuf Dan Pemikiran Islam, 1(1), 75–92.