Anda di halaman 1dari 12

MODERASI BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Makalah Diselesaikan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Sosiologi

Dosen Pengampu: Dr. Sahrul, M. Ag

Disusun Oleh:

Kelompok 12

Bayu Anggara Putra S (0101193125)


Annisa Fitri (0101193121)
Mhd. Aldi Syahputra (0101192029)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Moderasi
Beragama dalam Perspektif Islam”. Tugas ini kami buat untuk memenuhi salah satu mata
kuliah Sosiologi.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen mata kuliah yang bersangkutan Bapak “Dr. Sahrul, M. Ag” yang telah
memberikan tugas kepada penulis demi menumbuh kembangkan wawasan dan pengetahuan
penulis.

Sebelumnya penulis memohon maaf apabila penulisan tugas ini jauh dari kata
sempurna. dan ini merupakan langkah yang baik demi kemajuan studi penulis. Oleh karena itu
penulis mengharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan pada penulisan
tugas selanjutnya.

Penyusun Makalah

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Pengertian Moderasi Beragama ................................................................. 3

2.2 Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadist dalam Moderasi Beragama ..................... 4

2.3 Analisis Moderasi Beragama dalam Perspektif Islam ................................. 6

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 8

3.2 Saran ......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia menjadi
sorotan penting dalam hal moderasi Islam. Moderasi adalah ajaran inti agama Islam. Islam
moderat adalah paham keagamaan yang sangat relevan dalam konteks keberagaman dalam
segala aspek, baik agama, adat istiadat, suku dan bangsa itu sendiri. Oleh karena itu
pemahaman tentang moderasi beragama harus dipahami secara kontekstual bukan secara
tekstual, artinya bahwa moderasi dalam beragama di Indonesia buka Indonesia yang
dimoderatkan, tetapi cara pemahaman dalam beragama yang harus moderat karena Indonesia
memiliki banyaknya kultur, budaya dan adat-istiadat. Moderasi Islam ini dapat menjawab
berbagai problematika dalam keagamaan dan peradaban global. Yang tidak kalah penting
bahwa muslim moderat mampu menjawab dengan lantang disertai dengan tindakan damai
dengan kelompok berbasis radikal, ekstrimis dan puritan yang melakukan segala halnya dengan
tindakan kekerasan.

Moderasi Islam (Islam Wasatiyah) ini menjadi diskursus yang sangat hangat. Dalam
mengartikulasikan ajaran Islam kadang muncul pandangan ekstrem oleh sebagian kelompok,
sehingga kadang memicu aksi-aksi intoleran dan kekerasan. Dalam Islam, rujukan beragama
memang satu, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, namun fenomena menunjukkan bahwa wajah
Islam adalah banyak. Ada berbagai golongan Islam yang terkadang mempunyai ciri khas
sendiri-sendiri dalam praktik dan amaliah keagamaan. Tampaknya perbedaan itu sudah
menjadi kewajaran, sunatullah, dan bahkan suatu rahmat. Quraish Shihab (2007) mencatat,
bahwa keanekaragaman dalam kehidupan merupakan keniscayaan yang dikehendaki Allah.
Termasuk dalam hal ini perbedaan dan keanekaragaman pendapat dalam bidang ilmiah, bahkan
keanekaragaman tanggapan manusia menyangkut kebenaran kitab-kitab suci, penafsiran
kandungannya, serta bentuk pengamalannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Pengertian dari Moderasi Beragama?
2. Jelaskan Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang terkandung dalam Moderasi
Beragama?
3. Bagaimana Analisis Moderasi Beragama dalam Perspektif Islam?
1.3 Tujuan Penulisan

1
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Moderasi Beragama.
2. Untuk Mengetahui Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang terkandung dalam Moderasi
Beragama.
3. Untuk Mengetahui Analisis Moderasi Beragama dalam Perspektif Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Moderasi Beragama

Kata moderasi mengadopsi dari bahasa Latin yaitu moderatio yang mempunyai arti
kesedangan (tidak lebih dan tidak kurang). Kata itu juga bisa bermakna pengendalian diri dari
sikap berlebih-lebihan dan kekurangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
moderasi diartikan menjadi dua pengertian, yaitu pengurangan kekerasan dan penghindaran
dari keekstreman. Sebagai contoh jika ada seseorang dikatakan bersikap moderat berarti
maknanya adalah orang itu bersikap sebagaimana mestinya, wajar, biasa-biasa saja dan tidak
ekstrem. Hal ini menunjukkan bahwa kata moderat berarti lebih condong maknanya pada aspek
keseimbangan dalam dimensi moral, watak dan keyakinan, baik ketika seseorang dilihat
sebagai individu atau ketika dihubungkan pada institusi negara.

Sedangkan dalam kaidah bahasa Arab, moderasi lebih dikenal dengan sebutan wast atau
wasathiyah. Terdapat persamaan makna antara kata tawassuth (tengah-tengah), ta’ādul (adil),
dan tawazun (berimbang). Atas dasar makna yang sangat berdekatan atau bahkan sama itulah,
ketiga ungkapan tersebut bisa disatukan menjadi wasathiyah. Wasathiyah berarti jalan tengah
atau keseimbangan antara dua hal yang berbeda atau berkebalikan. Dalam bahasa Yūsuf al-
Qardāwi, moderat adalah al-wast yang berarti jalan tengah, tidak ekstrem ke kanan ataupun
ekstrem ke kiri. Jika dikaitkan dengan persoalan agama, maka moderasi beragama itu bersikap
dan berperilaku yang tidak mengikuti arus ke kanan ataupun ke kiri, yakni tidak liberal ataupun
radikal. 1

Syekh Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan, wasathiyyah yang disebut juga dengan at-
tawâzun, yaitu upaya menjaga keseimbangan antara dua sisi/ujung/pinggir yang berlawanan
atau bertolak-belakang, agar jangan sampai yang satu mendominasi dan menegaskan yang lain.
Sebagai contoh dua sisi yang bertolak belakang; spiritualisme dan materialisme,
individualisme, dan sosialisme, paham yang realistik dan yang idealis, dan lain sebagainya.
Bersikap seimbang dalam menyikapinya yaitu dengan memberi porsi yang adil dan
proporsional kepada masing-masing sisi/pihak tanpa berlebihan, baik karena terlalu banyak
maupun terlalu sedikit. 2

1
Yoga Irama, Liliek Chann. 2021. Moderasi Beragama dalam Perspektif Hadis. Mumtaz: Jurnal Studi Al-
Qur’an dan Keislaman. Vol.5, No.1. hal. 43
2
Qardhawi, Al Khasais al-Ammah li al-Islam (Beirut: al Muassasah al-Risalah, 1983), h. 127

3
Beragama adalah memeluk atau menganut suatu agama sedangkan agama itu sendiri
mengandung arti, sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu (KBBI 2020). Agama di dunia ini
bukanlah satu akan tetapi banyak. Di Indonesia agama yang diakui oleh negara adalah Islam,
Kristen, Hindu, Buddha dan Konghucu. Secara Bahasa Beragama berarti menganut (memeluk)
agama. Secara Istilah Beragama itu menebar damai, menebar kasih sayang, kapan pun
dimanapun dan kepada siapapun. Beragama itu bukan untuk menyeragamkan keberagaman,
tetapi untuk menyikapi keberagaman dengan penuh kearifan. Agama hadir ditengah-tengah
kita agar harkat, derajat dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan terlindungi.
Oleh karenanya jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi dan saling merendahkan
dan meniadakan satu dengan yang lain. Oleh karenanya, mari senantiasa menebarkan
kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapan pun. Beragama itu Kalau dianalogikan,
moderasi adalah ibarat gerak dari pinggir yang selalu cenderung menuju pusat atau sumbu
(centripetal), sedangkan ekstremisme adalah gerak sebaliknya menjauhi pusat atau sumbu,
menuju sisi terluar dan ekstrem (centrifugal). Ibarat bandul jam, ada gerak yang dinamis, tidak
berhenti di satu sisi luar secara ekstrem, melainkan bergerak menuju ke tengah-tengah.
menjaga, menjaga hati, menjaga perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya ini.

Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun
ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya
hubungan antar umat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat
ini. Kalau dianalogikan, moderasi adalah ibarat gerak dari pinggir yang selalu cenderung
menuju pusat atau sumbu (centripetal), sedangkan ekstremisme adalah gerak sebaliknya
menjauhi pusat atau sumbu, menuju sisi terluar dan ekstrem (centrifugal). Ibarat bandul jam,
ada gerak yang dinamis, tidak berhenti di satu sisi luar secara ekstrem, melainkan bergerak
menuju ke tengah-tengah.

2.2 Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadist dalam Moderasi Beragama

Al-Qur’an dan Hadis telah disepakati oleh para pemuka Islam bahwa keduanya merupakan
sumber dan referensi utama dalam merujuk semua masalah yang dihadapi dalam semua lini
kehidupan. Hal ini dilakukan mulai semenjak generasi masa Rasulullah hingga sampai kapan
saja selama umat Islam masih hidup di kolong permukaan bumi ini. Begitu pula halnya dengan
masalah moderasi beragama yang baru-baru ini cukup berdengung dan bergema

4
diperbincangkan di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Kata dan istilah
moderasi beragama bukanlah berasal dari bahasa Arab yang merupakan bahasa Al-Quran dan
Hadist akan tetapi kata asing yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia.

2.2.1 Moderasi Beragama dalam Al-Qur’an

1) Moderasi Beragama Bermakna Umat Pilihan


َ‫ش ِهيدًا ۗ َو َما َج َع ْلنَا ْٱل ِق ْبلَةَ ٱلَّتِى كُنت‬
َ ‫علَ ْيكُ ْم‬ َ ‫ٱلرسُو ُل‬ َّ َ‫اس َويَكُون‬ ِ َّ‫علَى ٱلن‬ ۟ ُ‫طا ِلتَكُون‬
َ ‫وا شُ َهدَآ َء‬ َ ‫َو َك َٰذَلِكَ َج َع ْل َٰنَكُ ْم أ ُ َّمةً َو‬
ً ‫س‬
َّ ‫علَى ٱ َّلذِينَ َهدَى‬
َ‫ٱَّللُ ۗ َو َما َكان‬ َ ‫يرة ً ِإ ََّّل‬
َ ‫َت لَ َك ِب‬ َ ‫علَ َٰى‬
ْ ‫ع ِق َب ْي ِه ۚ َو ِإن كَان‬ ُ ‫ٱلرسُولَ ِم َّمن َينقَل‬
َ ‫ِب‬ َّ ‫علَ ْي َها ٓ ِإ ََّّل ِلنَ ْعلَ َم َمن َيت َّ ِب ُع‬
َ
ٌ ‫اس لَ َر ُء‬
‫وف َّرحِ ي ٌم‬ َ َّ ‫ُضي َع ِإي َٰ َمنَكُ ْم ۚ ِإ َّن‬
ِ َّ‫ٱَّلل ِبٱلن‬ َّ
ِ ‫ٱَّللُ ِلي‬
Artinya: “Dan demikian Kami telah menjadikan kamu umatan wasatan agar
kamu menjadi saksi-saksi atas perbuatan manusia dan agar rasul ( Muhammad )
menjadi saksi atas perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang
dahulu menjadi kiblatmu melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa
Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan
Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang” (Al-Baqarah:143)
2) Moderasi Beragama dalam Keseimbangan Fenomena Alam
‫ص َر ه َْل ت ََر َٰى مِن فُطُور‬ ْ َ‫ٱلرحْ َٰ َم ِن مِن ت َ َٰ َف ُوت ۖ ف‬
َ ‫ٱر ِج ِع ْٱل َب‬ َّ ‫ق‬ِ ‫س َٰ َم َٰ َوت طِ َباقًا ۖ َّما ت ََر َٰى فِى خ َْل‬ َ َ‫ٱلَّذِى َخلَق‬
َ ‫س ْب َع‬
Artinya: “Kamu sekali kali tidak akan melihat pada ciptaan Allah yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang” (Al-Mulk:3)
3) Moderasi Beragama yang bermakna Seimbang Pola Hidup
َ َ‫ٱَّللُ إِلَيْكَ ۖ َو ََّل تَب ِْغ ْٱلف‬
َ‫ساد‬ َ ‫َصيبَكَ مِنَ ٱلدُّ ْنيَا ۖ َوأ َ ْحسِن َك َما ٓ أ َ ْح‬
َّ َ‫سن‬ َ ‫ٱل َءاخِ َرة َ ۖ َو ََّل ت‬
ِ ‫َنس ن‬ َّ َ‫َوٱ ْبت َِغ فِي َما ٓ َءات َ َٰىك‬
ْ ‫ٱَّللُ ٱلد ََّار‬
َ‫ٱَّللَ ََّل يُحِ بُّ ْٱل ُم ْف ِسدِين‬
َّ ‫ض ۖ ِإ َّن‬ِ ‫فِى ْٱْل َ ْر‬
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan” (Al-Qashas:77)
4) Moderasi Beragama dalam Berbangsa dan Bernegara
‫علِي ٌم‬ َ َّ ‫ٱَّلل أ َتْقَ َٰىكُ ْم ۚ ِإ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ ُ ‫َٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱل َّن‬
َ ‫اس ِإ َّنا َخلَ ْق َٰنَكُم مِن ذَكَر َوأُنث َ َٰى َو َج َع ْل َٰنَكُ ْم شُعُوبًا َوقَ َبا ٓ ِئ َل ِلت َ َع‬
ِ َّ َ‫ارفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َمكُ ْم عِند‬
‫ير‬
ٌ ِ‫َخب‬
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

5
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al-
Hujurat:13)

2.2.2 Moderasi Beragama dalam Hadist

1) HR. Bukhari
Dari Abû Hurayrah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Amal seseorang tidak
akan pernah menyelamatkannya”. Mereka bertanya: “Engkau juga, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Begitu juga aku, kecuali jika Allah melimpahkan
rahmat-Nya. Maka perbaikilah (niatmu), tetapi jangan berlebihan (dalam beramal
sehingga menimbulkan bosan), bersegeralah di pagi dan siang hari. Bantulah itu
dengan akhir-akhir waktu malam. Berjalanlah pertengahan, berjalanlah
pertengahan agar kalian mencapai tujuan”.
2) HR. Muslim
Jâbir b. Samurah berkata, “aku telah shalat bersama Nabi saw. berkali-kali, dan
(aku dapati) shalatnya dalam pertengahan dan khutbahnya juga pertengahan”.

2.3 Analisis Moderasi Beragama dalam Perspektif Islam

Al-Quran dan Hadis merupakan sumber dan rujukan suci bagi umat muslim dalam
mengarungi dan mengatasi tantangan yang terbentang di depan kehidupan mereka. Sekarang,
Tantangan global yang diarahkan oleh teknologi canggih yang diciptakan oleh negara sekuler
tidak mungkin terbendung, sebenarnya itu tidak perlu ditakuti karena merupakan suatu
keniscayaan. Dunia Islam kalah bersaing dengan mereka karena terlena, terbuai, dan asyik
bernostalgia dengan romantisme peradaban yang telah mereka capai pada abad-abad masa lalu,
sehingga apa yang terjadi sekarang dunia Islam mudah terombang ambing karena ekonomi,
industri, teknologi dan media masa berada dalam genggaman tangan mereka. Era global
dengan kecanggihan transformasi dan informasi membuat dunia semakin mengecil. Berbagai
etnis, bahasa, budaya dan agama seolah-olah berkumpul dalam suatu wadah. Dalam hal ini
fakta empiris menampilkan bahwa umat Islam terpecah belah dalam berbagai sekte, paham dan
aliran yang masing-masing di antaranya saling menghantam sebagaimana terjadi di Timur
tengah riuh dengan perang saudara. Dan hal ini kesempatan emas bagi lawan-lawan Islam
dimanfaatkan untuk menghancurkan Islam. Dan apa yang disaksikan sekarang, label Islam

6
radikal, Islam teroris, Islam fundamental selalu disandang pada pundak mereka. Kondisi di atas
sulit dapat dibendung dan di atasi karena pemahaman umat Islam sekarang terhadap ajaran
agamanya tidak seimbang, kurang tepat, lemah bersifat parsial dan fanatik. Sehingga mereka
benci kepada agama lain dan saling mengkafirkan sesamanya sendiri, tambahan lagi dalam
bidang ekonomi, industri dan teknologi dunia Islam ketinggalan jauh dari mereka di mana
sebelumnya umat Islam berada pada garda depan dalam peradaban dunia.

Menurut Yusuf Qardhawi (2017) yang dianggap sebagai bapak moderasi beragama di dunia
Islam menyatakan bahwa terjadi kericuhan di kalangan umat beragama karena berlebih-lebihan
dalam beragama dan hal ini ditandai dengan sikapnya sebagai berikut:

a) Fanatik pada suatu pendapat.


b) Kebanyakan orang mewajibkan atas manusia sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah
c) Memperberat yang tidak pada tempatnya
d) Sikap kasar dan keras
e) Buruk sangka terhadap manusia
f) Terjerumus ke dalam jurang pengafiran

Keenam hal di atas disebabkan karena pemahaman agama umat Islam ekstrem dan tidak
keseimbangan sehingga terjadilah berlebih-lebihan dalam praktik amalan beragama.
Pemahaman ajaran agama yang tidak seimbang berakibat kepada melesetnya misi suci Islam
itu sendiri yaitu “Islam datang ke dunia untuk membawa rahmat kepada sekalian alam dan Nabi
Muhammad itu sendiri diutus ke dunia ini tidak untuk menyempurnakan akhlak umat
manusia”.

Begitu juga halnya dengan moderasi beragama dalam masyarakat plural telah ditata oleh
Al-Quran tentangnya. Masyarakat adalah sekelompok individu yang hidup bersama, bekerja
sama untuk memperoleh kepentingan bersama memiliki tatanan kehidupan, norma-norma dan
adad istiadad yang ditaati dalam lingkungannya. Sedangkan masyarakat plural adalah
masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis, budaya dan agama. Era global bentuk pluralisme
tersebut tidak mungkin terelak sebab dunia bagaikan sebuah desa, beragam manusia berkumpul
bersama. Kebiasaan, dalam masyarakat majemuk sering terjadi konflik disebabkan berbedanya
kepentingan dan keyakinan beragama. Hal ini sulit dapat diatasi kecuali melalui toleransi
bersama. Dalam menghadapi kondisi seperti ini Al-Quran telah menawarkan konsep
Wasathiah yang dalam istilah sekarang disebut moderasi beragama.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Moderasi beragama merupakan isu yang cukup mencuat dan cukup hangat dibicarakan
dalam dekade ini. Menteri agama Lukman Hakim Saifuddin sangat antusias menghadapinya
karena melalui konsep moderasi beragama kegaduhan dalam masyarakat akan dapat diatasi
terutama masalah konflik antara umat beragama dan interen umat beragama itu sendiri karena
selama ini radikalisme kekerasan beragama dan terorisme selalu disemat kepada kelompok-
kelompok Islam yang notabenenya memang fakta di lapangan riil dan nyata.

Al-Quran sebagai kitab suci dan Hadis sebagai sabda Nabi Muhammad, keduanya
merupakan pedoman hidup dan sumber rujukan umat Islam dalam memutuskan segala perkara
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Moderasi beragama yang diberi arti
sebagai beragama dengan mengambil posisi jalan tengah dan seimbang tidak ekstrem dan
berlebih-lebihan telah ditawarkan Al-Quran dan Hadis beberapa abad yang lalu. Bahkan bukan
dalam moderasi beragama ketika menghadapi masyarakat plural saja tetapi lebih jauh
mendalam dan universal sampai kepada masalah fenomena alam, masalah moral, masalah
bagaimana cara menangani dunia dan alam termasuk seni dalam hidup harus serasi dan
seimbang, jikalau keseimbangan ini tidak dipahami dan diterapkan dunia dan manusia yang
hidup di dalamnya akan kacau dan berantakan.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abror, M. (2020). Moderasi Beragama dalam Bingkai Toleransi. RUSYDIAH: Jurnal


Pemikiran Islam, 1(2), 137-148.

Fahri, M., & Zainuri, A. (2019). Moderasi Beragama di Indonesia. Intizar, 25(2), 95-100.

Irama, Y., & AW, L. C. (2021). MODERASI BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF


HADIS. Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman, 5(01), 41-57.

Junaedi, Edi. “Inilah Moderasi Beragama Perspektif Kementerian Agama”, Jurnal


Multikultural dan Multireligius. Vol. 18, No. 2, 2019.

Nurdin, F. (2021). Moderasi Beragama menurut Al-Qur’an dan Hadist. Jurnal Ilmiah Al-
Mu'ashirah: Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif, 18(1), 59-70.

Anda mungkin juga menyukai