Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah :
KOMUNIKASI MASSA
Dosen Pengampu : Dr. Khatibah, MA
Di Susun Oleh
Kelompok 9 :
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
BAB II
PEMBAHASAN
1
Endang S. Sari, Audience Research, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), 4.
1
sesuatu yang sudah ada dalam kehidupan sosial yang kemudian berhubungan
dengan media tersebut.
Dengan demikian, penggemar dari para penulis, kelompok musik, atau
serial televisi tertentu disebut audiens, tetapi yang tidak mudah dilokalisasikan
menurut waktu dan tempat mungkin tidak memiliki eksistensi selain disebut
kelompok sosial. Pada ekstrem yang lain, anggota suatu masyarakat kecil
mungkin memiliki surat kabar lokalnya sendiri yang memenuhi kebutuhan mereka
tetapi tidak memainkan peran dalam mewujudkan komunitas atau dalam
menetapkan batasnya atau dlam menentukan kontinuitasnya.
Audiens terbentuk karena adanya media. Secara perlahan-lahan
masyarakat membentuk suatu hal yang kita sebut dengan audiens. Secara historis,
audiens terbentuk karena adanya gagasan tentang public yang pada akhirnya
berkembang hingga sekarang.Media membentuk audiens menjadi beberapa bagian
berdasarkan minat, pendidikan, umur, sosial, agama dan juga politik.Seringkali
audiens digunakan sebagai alat dalam membanun pamor politik.
Konsep tentang audiens memang berkembang terus. Audiens ada yang
tercipta karena respon masyarakat terhadap isi media yang disampaikan. Audiens
juga tercipta karena ada kesengajaan media massa untuk melayani sejumlah
individu atau kelompok audiens yang tersebar di masyarakat. Dengan pola
terbentuknya audiens seperti itu, maka secara teoritis terjadi proses yang
menyatukan kelompok masyarakat menjadi suatu audiens, ada juga yang dipecah
menjadi kelompok-kelompok yang mempunyai kecenderungan yang sama.
Dengan demikian konsep audiens harus bisa menggambarkan proses
hubungan social antara media massa dengan lingkungan yang menjadi berdirinya
lembaga media. Oleh karena itu konsep media uses and gratification dan
kehidupan sehari-hari merupakan konsep-konsep yang akan merajut agar konsep
audiens lebih manusiawi, tidak membatasi individu dengan lingkungan sosialnya
maupun dengan media massanya. Sehingga bisa mempertemukan konsep-konsep
yang berbeda terutama tentang apakah audience itu terbentuk karena respon
2
masyarakat terhadap isi media atau desain awal media untuk melayani keinginan
masyarakat.2
2
RahmatJalaluddin, PsikologiKomunikasi, (Bandung: RemajaRosdakarya, 1994) hlm.
3
Audiens aktif dianggap selektif akan media yang mereka pilih untuk digunakan.
Karakteristik kedua adalah utilitarianisme.Audiens aktif dikatakan menggunakan
media untuk memenuhi kebutuhan dan sasaran tertentu.Karakteristik ketiga adalah
dimana secara tidak langsung penggunaan isi media untuk maksud
tertentu.Karakteristik keempat adalah keterlibatan, atau upaya.Disini, audiens
secara aktif hadir, memikirkan, penggunaan media.Akhirnya, audiens aktif tidak
mempan dipengaruhi, atau tidak mudah dibujuk oleh media semata.
Asal mula sejarah audiens adalah sekelompok penonton drama,
permainan, dan tontonan, yaitu penonton pertunjukan.Audiens biasanya besar,
dibandingkan dengan keseluruhan populasi dan berbagai perkumpulan sosial yang
biasa. Audiens adalah pertemuan publik, berlangsung dalam rentang waktu
tertentu, dan terhimpun bersama oleh tindakan individual untuk memilih secara
sukarela sesuai dengan harapan tertentu.Audiens telah direncanakan
sebelumnya dan ditentukan tempatnya menurut waktu dan tempat, dan seringkali
dengan provisi khusus untuk memaksimumkan kualitas penerimaan.
Suasana lingkungan bagi audiens (teater, aula, rumah ibadah) seringkali
dirancang dengan indikasi peringkat dan status. Audiens juga dapat dikendalikan
oleh pihak yang berwenang dan karenanya merupakan bentuk perilaku kolektif
yang dilembagakan.
Unsur historis lain tentang gagasan audiens menyusul penemuan
percetakan dan perkembangan publik pembaca (reading public), yaitu merreka
yang benar-benar ikut serta dalam bacaan pribadi dan menyediakan pengkut bagi
penulis dan aliran tertentu. Perkembangan ini juga menimbulkan pembagian
ekonomi yang lebih jelas (kaya dan miskin atau antara penduduk perkotaan dan
pedesaan).
Selain itu perkembangan lainnya adalah tumbuhnya komersialisasi
berbagai bentuk komunikasi pertunjukan dan publik, khsususnya media cetak
yang menimbulkan pengoperasian berskala besar serta pemisahan iklan dan
industri media.3
3
Nurudin, PengantarKomunikasi Massa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007) hlm-29.
4
2.3 Konsep Audiens
5
saling mengenal satu sama lain. Massa kurang memiliki kesadaran diri dan
identitas diri, serta tidak mampu bergerak secara serentak dan terorganisasi untuk
mencapai tujuan tertentu. Massa ditandai oleh komposisi yang selalu berubah dan
berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula. Ia tidak bertindak untuk
dirinya sendiri, tetapi “disetir” untuk melakukan suatu tindakan4.
Audiens sebagai massa lebih menekankan pada ukurannya yang besar,
heterogenitas, penyebaran, dan anonimitasnya serta lemahnya organisasi sosial
dan komposisi yang selalu berubah dengan cepat dan tidak konsisten.
Massa tidak memiliki keberadaan/eksistensi yang berlanjut kecuali dalam
pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-
orang sebanyak mungkin.
Menurut Raymond William, tidak ada massa rakyat, yang ada hanya cara
pandang orang-orang sebagai massa. Meskipun demikian, hal itu telah cenderung
menjadi standar untuk memutuskan audiens, semakin mendekati pengertian
massa, telah menyamakan massa dengan audiens bagi media massa.
6
Bukti kedua, banyak negara menguasai beberapa pers partai tertentu atau
pers yang memang memiliki hubungan politik dengan kelompok pembacanya. Di
sini keanggotaan atau pendukung partai tertentu membentuk publik yang juga
adlah audiens.
Bukti ketiga, terdapat audiens lokal atau komunitas bagi publikasi yang
bersifat lokal. Dalam hal ini audiens cenderung serupa dengan anggota, khususnya
anggota yang paling aktif dari komunitas yang ad sebelumnya, yaitu kelompok
sosial.
Bukti terakhir, terdapat sangat banyak audiens tertentu yang terbentuk atas
dasar isu, minat, atau bidang keahlian yang mungkin memiliki bentuk interaksi
lainnya dan bukan sekedar penciptaan pasokan media.
7
Sedangkan Allor (1988) menyebutkan bahwa audiens itu berada dimana-
mana dan tidak mempunyai tempat yang real5.
5
Endang S. Sari, Audience Research, 27-28.
8
keseluruhan, dalam pengertian yang menekankan pada semua audiens sebuah
media yang jumlahnya bisa mencapai jutaan6.
Unbound each other, yaitu tidak terikat satu sama lain, baik antara
individu dalam audience maupun antara komunikator dengan audience, sehingga
sulit digerakkan untuk suatu tujuan tertentu seperti pada crowd (kerumunan).
Isolated from one another, yaitu tertutup satu sama lain sehingga mereka
seperti atom-atom yang terpisah namun tetap merupakan satu kesatuan , yaitu
sama-sama pengguna media massa.
Karakteristik audiens dalam komunikasi massa adalah sebagai berikut:
1. Bersifat anonym.
2. Bersifat heterogen.
6
William L Riverd, Media Massa dan MasyarakatModren,m, hlm -54 (Jakarta: PT Kencana,
2003) .
9
3. Memiliki kesamaan tujuan.
Karakter audiens ini dimiliki oleh setiap audiens baik audiens yang konkrit
maupun audiens yang abstrak. Audiens relatif memiliki kesamaan tujuan dalam
memilih media massa yang ingin dikonsumsinya. Kesamaan tujuan sebagai
karakter audiens ini berkaitan dengan kesamaan pengalaman dalam diri audiens.
4. Tidak terorganisir.
Audiens terdiri atas jumlah yang besar. Audiens dalam jumlah besar ini
tersebar ke berbagai wilayah, sehingga seorang komunikator dalam media massa
dapat menggapainya melalui berbagai acara di televisi. Tanpa media komunikasi
massa maka seorang komunikator tidak dapat menjumpai satu persatu audiensnya
dengan tatap muka.
6. Tersebar dimanapun.
10
penting untuk menyeleksi acara mana saja yang diterima oleh dirinya. Tidak
semua audiens yang berpersepsi sama..
9. Cenderungaktif7.
7
Pujileksono, Sugeng. Metode penelitian komunikasi kualitatif. (Malang : Kelompok Intrans
Publishing. 2015). Hlm 163-164.
11
interaktif yang melibatkan khalayak secara langsung. Selain itu, komunikasi
massa selalu ada proses seleksi.
12
menyukai artis tersebut. Maka jelas bahwa, dari penayangaan yang berulang-ulang
teersebut mempengaruhi perubahan sikap seseorang8.
Framing berarti proses menseleksi dan memberi perhatian lebih pada suatu
bagian peristiwa.
Memiliki hak untuk memaknai berita tersebut yang disebut dengan
audience framing. mendefinisikan framing adalah menseleksi beberapa aspek dari
realitas yang ada dan membuatnya menjadi lebih menonjol ketika
dikomunikasikan kedalam teks.
Tahapan dalam proses framing adalah: menentukan masalah,
mendiagnosa sebab timbulnya masalah, membuat penilaian moral dan
menawarkan solusi terhadap masalah tersebut. Proses framing ini terjadi pada
unsur-unsur komunikasi; seperti komunikator, teks, audiens dan budaya. Frame
yang ada dalam media teks kemudian menggiring pemikiran dan kesimpulan
audiens terhadap suatu issue. proses framing terjadi tidak hanya pada
komunikator, tapi juga pada teks, audiens dan budaya, karena memahami framing
berarti
memahami bagaimana proses mempresentasikan suatu berita serta
bagaimana memahaminya. Oleh sebab itu dalam framing dikenal adanya dua
konsep: media framing atau framing yang dibuat di media dan audiens framing
atau framing yang dilakukan oleh audiens. Secara umum, proses pemaknaan yang
terjadi pada media framing dan audiens framing sejalan dengan yang dijelaskan
oleh Hall dalam model encode/decode. Komunikator atau pengelola media me-
encode pesan yang akan dimuat di media, dengan menseleksi dan menekankan
titik berat pada fakta yang sekiranya akan menarik perhatian audiens. Audiens
mengakses media dan me-decode teks yang telah dikemas tadi sesuai dengan latar
belakang pengetahuan, nilai, budaya juga referensi dari orang-orang yang
8
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Mc Quail, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), 145.
13
berpengaruh terhadap audiens. Sehingga isi teks media bisa mengandung banyak
makna atau polisemy, tergantung siapa yang memaknainya.
kajian tentang audiens framing berawal dari kajian efek media framing.
Etman menyebutnya sebagai `individual frames‘, yaitu proses mental seseorang
dalam mengolah informasi yang dia dapat setelah mengkonsumsi media frames.
Audiens framing memang tidak bisa dipisahkan dari teori Hall (1980) mengenai
encoding/decoding. Media me-encode realitas menjadi pesan dalam media teks,
kemudian audiens mendecode pesan itu sesuai dengan pengetahuan, nilai,
kepercayaan dan pengalamannya. Oleh sebab itulah suatu pesan di media bisa
dimaknai berbeda oleh masing-masing individua9.
9
Tri Nugroho Adi, Mengkaji Khalayak Media Dengan Penelitian Resepsi, dalam jurnal Acta
diurnal Vol 8 No 1 (2012), 26.
14
DAFTAR PUSTAKA
L Riverd William , Media Massa dan Masyarakat Modren,m, hlm -54 (Jakarta:
PT Kencana, 2003) .
Nugroho Tri Adi, Mengkaji Khalayak Media Dengan Penelitian Resepsi, dalam
jurnal Acta dijurnal Vol 8 No 1 (2012), 26.
15