Anda di halaman 1dari 19

AUDIEN KOMUNIKASI MASSA

Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah :
KOMUNIKASI MASSA
Dosen Pengampu : Dr. Khatibah, MA

Di Susun Oleh

Kelompok 9 :

M. DARMA MARPAUNG (0101193111)


BAYU ANGGARA PUTRA S (0101193125)
SITI ZAHARA (0101193112)

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (C)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN - SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

‫الر ِحي ِْم‬


َّ ‫الر ْح َم ِن‬
َّ ِ‫بِ ْس ِم هللا‬
Puji syukur kita hadiahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Audien
Komunikasi Massa ” dapat terselesaikan dengan baik. Dan tidak lupa pula kami
ucapkan terima kasih terhadap dosen mata kuliah Komunikasi Massa yakni Ibu.
Dr. Khatibah,MA dan juga rekan-rekan yang terlibat didalamnya, sehingga
makalah ini dapat tersusun.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan kita semua. Meskipun telah berusaha dengan segenap
kemampuan namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan kedepannya agar lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga makalah yang kami buat dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi kita semua. Semoga dari makalah ini dapat memberikan
manfaat dan dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi para pembaca.

Medan, 29 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ iii
1.1 Latar belakang .................................................................................. iii

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 1


2.1 Pengertian Audiens ............................................................................. 1
2.2 Sejarah Perkembangan Audiens ....................................................... 3
2.3 Konsep Audiens ................................................................................... 5
2.4 Audien (Khalayak) Dalam Komunikasi Massa ............................... 8
2.5 Audiens Framing ............................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata audiens menjadi mengemuka ketika diidentikan dengan “receivers”
dalam model proses komunikasi massa (source, channel, message, receiver,
effect) yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm (1955).
Audiens merupakan istilah kolektif dari penerima pesan dalam model proses
komunikasi massa (Mc Quail, 1997). Audiens adalah sekumpulan orang yang
menjadi pembaca, pendengar, dan pemirsa berbagai media atau komponen beserta
isinya, seperti pendengar radio atau penonton televisi.Komunikasi massa sendiri
merupakan proses komunikasi pada khalayak luas melalui media massa seperti
surat kabar, televise, radio dan sebagainya. Audiens memiliki dua sifatya itu pasif
dan aktif. Audiens pasif adalah mereka yang menerima pesan yang disampaikan
oleh media tanpa proses negiosasi. Sedangkan audiens aktif diartikan sebagai
audiens yang mampu memiliki media yang digunakan dan menerima pesan
dengan proses negosiasi.
Dengan demikian Audiens dapat didefinisikan dalam beberapa aspek: aspek
lokasi (seperti dalam kasus media lokal); aspek personal (seperti ketika media
dicirikan dengan mengacu pada kelompok usia tertentu, jenis kelamin, keyakinan
politik atau pendapatan); aspek jenis media yang dipakai (teknologi dan organisasi
gabungan); aspek isi pesan (genre, materi pelajaran, gaya); aspek waktu
('primetime' dan ‘primetime’, penonton dan juga lama menonton).
Sebelum media massa ada, audiens adalah sekumpulan penonton drama,
permainan dan tontonan. Setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens sering
diartikan sebagai penerima pesan-pesan media massa.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Audiens

Secara harfiah audiens sama saja dengan khalayak. Audiens adalah


sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, dan pemirsa berbagai
media atau komponen beserta isinya, seperti pendengar radio dan atau penonton
televisi.
Kata audiens menjadi mengemuka ketika diidentikan dengan “receivers”
dalam model proses komunikasi massa (source, channel, message, receiver,
effect) yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm (1955).
Dalam media, audiens dapat diartikan sebagai pasar dan program yang
disajikan merupakan produk yang ditawarkan. Pada dasarnya audiens merupakan
sekumpulan orang yang membaca, mendengar, menonton berbagai media massa,
baik cetak maupun elektronik. Audiens juga merupakan kehidupan sosial yang
dilayani oleh media dengan menyampaikan suatu informasi yang dibutuhkan.
Sebelum media massa ada, audiens adalah sekumpulan penonton drama,
permainan dan tontonan. Setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens sering
diartikan sebagai penerima pesan-pesan media massa.
Audiens adalah pertemuan publik, berlangsung dalam rentang waktu
tertentu,dan terhimpun bersama oleh tindakan individual untuk memilih secara
sukarelasesuai dengan harapan tertentu bagi maslahat menikmati, mengakui,
mempelajari,merasa gembira, tegang, kasihan, atau lega. Audiens juga dapat atau
memang dikendalikan oleh pihak yang berwenang dan karenanya merupakan
bentuk perilaku kolektif yang dilembagakan1.
Pada hakikatnya audiens bersifat dualitas, dalam arti ia merupakan
kolektivitas yang terbentuk baik sebagai tanggapan terhadap isi media dan
didefinisikan berdasarkan perhatian pada isi media itu, sekaligus ia merupakan

1
Endang S. Sari, Audience Research, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), 4.

1
sesuatu yang sudah ada dalam kehidupan sosial yang kemudian berhubungan
dengan media tersebut.
Dengan demikian, penggemar dari para penulis, kelompok musik, atau
serial televisi tertentu disebut audiens, tetapi yang tidak mudah dilokalisasikan
menurut waktu dan tempat mungkin tidak memiliki eksistensi selain disebut
kelompok sosial. Pada ekstrem yang lain, anggota suatu masyarakat kecil
mungkin memiliki surat kabar lokalnya sendiri yang memenuhi kebutuhan mereka
tetapi tidak memainkan peran dalam mewujudkan komunitas atau dalam
menetapkan batasnya atau dlam menentukan kontinuitasnya.
Audiens terbentuk karena adanya media. Secara perlahan-lahan
masyarakat membentuk suatu hal yang kita sebut dengan audiens. Secara historis,
audiens terbentuk karena adanya gagasan tentang public yang pada akhirnya
berkembang hingga sekarang.Media membentuk audiens menjadi beberapa bagian
berdasarkan minat, pendidikan, umur, sosial, agama dan juga politik.Seringkali
audiens digunakan sebagai alat dalam membanun pamor politik.
Konsep tentang audiens memang berkembang terus. Audiens ada yang
tercipta karena respon masyarakat terhadap isi media yang disampaikan. Audiens
juga tercipta karena ada kesengajaan media massa untuk melayani sejumlah
individu atau kelompok audiens yang tersebar di masyarakat. Dengan pola
terbentuknya audiens seperti itu, maka secara teoritis terjadi proses yang
menyatukan kelompok masyarakat menjadi suatu audiens, ada juga yang dipecah
menjadi kelompok-kelompok yang mempunyai kecenderungan yang sama.
Dengan demikian konsep audiens harus bisa menggambarkan proses
hubungan social antara media massa dengan lingkungan yang menjadi berdirinya
lembaga media. Oleh karena itu konsep media uses and gratification dan
kehidupan sehari-hari merupakan konsep-konsep yang akan merajut agar konsep
audiens lebih manusiawi, tidak membatasi individu dengan lingkungan sosialnya
maupun dengan media massanya. Sehingga bisa mempertemukan konsep-konsep
yang berbeda terutama tentang apakah audience itu terbentuk karena respon

2
masyarakat terhadap isi media atau desain awal media untuk melayani keinginan
masyarakat.2

2.2 Sejarah Perkembangan Audiens

Sejarah penelitian/ pembahasan mengenai audiens telah dimulai seiring


dengan penelitian tentang efek komunikasi massa. Pada awalnya, audiens
dianggap pasif (teori peluru (Bullet Theory) atau Model Jarum Hipodermis).
Namun pembahasan audiens secara intensif yang dimulai tahun 1940, Herta
Herzog, Paul Lazarsfeld dan Frank Stanton (dalam Barran & Davis, 2003)
mempelopori mempelajari aktifitas audiens (yang kemudian melahirkan konsep
audiens aktif) dan kepuasan audiens. Contohnya pada tahun 1942 Lazarfeld dan
Stanton memproduksi buku seri dengan perhatian pada bagaimana audiens
menggunakan media untuk mengorganisir pengalaman dan kehidupan sehari-
hari.Tahun 1944 Herzog menulis artikel Motivation and Gratifications of Daily
Serial Listener, yang merupakan publikasi awal tentang penelitian kepuasan
audiens terhadap media.
Pada waktu itu, aktivitas audiens merupakan fokus kajian uses and
gratifications. Secara umum, pandangan para peneliti dalam tradisi uses and
gratifications media menganggap bahwa audiens aktif dalam hal kesukarelaan dan
orientasi selektif dalam proses komunikasi massa.
Pandangan audiens pasif menyatakan bahwa orang dengan mudah
dipengaruhi secara langsung oleh media, sementara pandangan audiens aktif
menyatakan bahwa orang membuat keputusan-keputusan yang lebih aktif tentang
bagaimana menggunakan media. Bagi sebagian besar, teori masyarakat massa
cenderung untuk menganut pada konsep audiens pasif, walaupun tidak semua
teori audiens pasif dapat secara sah disebut teori masyarakat massa. Demikian
pula, kebanyakan teori masyarakat menganut paham audiens aktif.
Frank Biocca membicarakan lima karakteristik audiens aktif, dinyatakan
secara tidak langsung oleh teori-teori dari genre ini. Pertama adalah selektifitas.

2
RahmatJalaluddin, PsikologiKomunikasi, (Bandung: RemajaRosdakarya, 1994) hlm.

3
Audiens aktif dianggap selektif akan media yang mereka pilih untuk digunakan.
Karakteristik kedua adalah utilitarianisme.Audiens aktif dikatakan menggunakan
media untuk memenuhi kebutuhan dan sasaran tertentu.Karakteristik ketiga adalah
dimana secara tidak langsung penggunaan isi media untuk maksud
tertentu.Karakteristik keempat adalah keterlibatan, atau upaya.Disini, audiens
secara aktif hadir, memikirkan, penggunaan media.Akhirnya, audiens aktif tidak
mempan dipengaruhi, atau tidak mudah dibujuk oleh media semata.
Asal mula sejarah audiens adalah sekelompok penonton drama,
permainan, dan tontonan, yaitu penonton pertunjukan.Audiens biasanya besar,
dibandingkan dengan keseluruhan populasi dan berbagai perkumpulan sosial yang
biasa. Audiens adalah pertemuan publik, berlangsung dalam rentang waktu
tertentu, dan terhimpun bersama oleh tindakan individual untuk memilih secara
sukarela sesuai dengan harapan tertentu.Audiens telah direncanakan
sebelumnya dan ditentukan tempatnya menurut waktu dan tempat, dan seringkali
dengan provisi khusus untuk memaksimumkan kualitas penerimaan.
Suasana lingkungan bagi audiens (teater, aula, rumah ibadah) seringkali
dirancang dengan indikasi peringkat dan status. Audiens juga dapat dikendalikan
oleh pihak yang berwenang dan karenanya merupakan bentuk perilaku kolektif
yang dilembagakan.
Unsur historis lain tentang gagasan audiens menyusul penemuan
percetakan dan perkembangan publik pembaca (reading public), yaitu merreka
yang benar-benar ikut serta dalam bacaan pribadi dan menyediakan pengkut bagi
penulis dan aliran tertentu. Perkembangan ini juga menimbulkan pembagian
ekonomi yang lebih jelas (kaya dan miskin atau antara penduduk perkotaan dan
pedesaan).
Selain itu perkembangan lainnya adalah tumbuhnya komersialisasi
berbagai bentuk komunikasi pertunjukan dan publik, khsususnya media cetak
yang menimbulkan pengoperasian berskala besar serta pemisahan iklan dan
industri media.3

3
Nurudin, PengantarKomunikasi Massa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007) hlm-29.

4
2.3 Konsep Audiens

McQuail (1987) menyebutkan beberapa konsep alternatif tentang audiens


sebagai berikut:

1. Audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, dan pemirsa.


Kumpulan inilah yang disebut sebagai audiens dalam bentuk yang paling
dikenal dan menjadi perhatian seluruh penelitian media. Fokusnya adalah pada
jumlah total orang yang dapat dijangkau oleh satuan isi media tertentu dan jumlah
orang dalam karakteristik demografi tertentu yang penting bagi pengirim.
Dalam praktek, penerapan konsep tersebut tidaklah sesederhana itu dan
akhirnya menimbulkan pertimbangan yang melebihi soal kuantitatif semata.
Clausse telah menunjukkan beberapa kelemahan untuk membedakan
berbagai kadar keikutsertaan dan keterlibatan audiens.
Audiens yang pertama dan yang terbesar adalah populasi yang tersedia
untuk menerima tawaran komunikasi tertentu. Dengan demikian, semua yang
memiliki pesawat televisi adalah audiens televisi dalam artian tertentu.Kedua,
terdapat audiens yang benar-benar menerima hal-hal yang ditawarkan dengan
kadar yang brbeda-beda seperti pemirsa televisi reguler, pembeli surat kabar, dan
sebagainya.Ketiga, ada bagian audiens sebenarnya yang mencatat penerimaan isi,
dan yang terakhir ada bagian lebih kecil yang mengendpkan hal-hal yang
ditawarkan dan diterima.
Clausse mengemukakn hal ini dengan mengacu pad serangkaian
penyusutan, dari populasi masyarakat secara menyeluruh, kemudian publik
potensial bagi suatu pesan, hingga publik efektif yang benar-benar mengikut,
sampai dengan publik pesan tertentu, dan akhirnya publik yang benar-benar
terpengaruh oleh komunikasi.

2. Audiens sebagai massa


Massa seringkali sangat besar, lebih besar dari kebanyakan kelompok,
kerumunan atau publik. Para anggota massa tersebar luas dan biasanya tidak

5
saling mengenal satu sama lain. Massa kurang memiliki kesadaran diri dan
identitas diri, serta tidak mampu bergerak secara serentak dan terorganisasi untuk
mencapai tujuan tertentu. Massa ditandai oleh komposisi yang selalu berubah dan
berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula. Ia tidak bertindak untuk
dirinya sendiri, tetapi “disetir” untuk melakukan suatu tindakan4.
Audiens sebagai massa lebih menekankan pada ukurannya yang besar,
heterogenitas, penyebaran, dan anonimitasnya serta lemahnya organisasi sosial
dan komposisi yang selalu berubah dengan cepat dan tidak konsisten.
Massa tidak memiliki keberadaan/eksistensi yang berlanjut kecuali dalam
pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-
orang sebanyak mungkin.
Menurut Raymond William, tidak ada massa rakyat, yang ada hanya cara
pandang orang-orang sebagai massa. Meskipun demikian, hal itu telah cenderung
menjadi standar untuk memutuskan audiens, semakin mendekati pengertian
massa, telah menyamakan massa dengan audiens bagi media massa.

3. Audiens sebagai publik atau kelompok sosial


Unsur penting dalam versi audiens ini adalah praeksistensi dari kelompok
sosial yang aktif, interaktif, dan sebagian besar otonom yang sebagian besar
dilayani oleh media tertentu, tetapi keberadaannya tidak tergantung pada media.
Gagasan tetang publik telah dibahas melalui sosiologi dan teori demokrasi
liberal. Misalnya gagasan telah didefinisikan oleh Dewey sebagi pengelompokan
orang-orang secara politis yang terwujud sebagai unit sosial melalui pengakuan
bersama atas masalah bersama yang perlu ditanggulangi. Pengelompokan seperti
ini memerlukan berbagai sarana komunikasi bagi pengembangan dan
kesinambungannya.
Meskipun demikian, kita dapat melihat adanya bukti tentang eksistensi
berbagai bentukan audiens yang berciri publik. Hampir seluruh masyarkat
memiliki publik yang mengetahui, yaitu bagian audiens yang paling aktif dalam
kehidupan politik dn sosial serta memiliki banyak sumber informasi, khususnya
golongan elit, pembentukan opini, dan pers spesialis.
4
Endang S. Sari, Audience Research, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), 15.

6
Bukti kedua, banyak negara menguasai beberapa pers partai tertentu atau
pers yang memang memiliki hubungan politik dengan kelompok pembacanya. Di
sini keanggotaan atau pendukung partai tertentu membentuk publik yang juga
adlah audiens.
Bukti ketiga, terdapat audiens lokal atau komunitas bagi publikasi yang
bersifat lokal. Dalam hal ini audiens cenderung serupa dengan anggota, khususnya
anggota yang paling aktif dari komunitas yang ad sebelumnya, yaitu kelompok
sosial.
Bukti terakhir, terdapat sangat banyak audiens tertentu yang terbentuk atas
dasar isu, minat, atau bidang keahlian yang mungkin memiliki bentuk interaksi
lainnya dan bukan sekedar penciptaan pasokan media.

4. Audiens sebagai pasar


Audiens sebagai pasar muncul sebagai akibat perkembangan ekonomi.
Produk media merupakan komoditi atau jasa yang ditawarkan untuk dijual kepada
sekumpulan konsumen tertentu yang potensial, bersaing dengan produk media
lainnya.Audiens sebagai pasar berarti sekumpulan calon konsumen dengan profil
sosial ekonomi yang diketahui yang merupakan sasaran suatu medium atau pesan.
Konsep audiens sebagai pasar ini mirip dengan audiens sebagai massa.
Dalam arti jumlahnya yang besar. Yang perlu diperhatikan adalah soal selera
dalam kaitannya dengan produk media yang akan menjadi minat mereka.
Audiens dipandang memiliki signifikansi rangkap bagi media, sebagai
perangkat calon konsumen produk dan sebagai audiens jenis iklan tertentu. Yang
merupakan sumber pendapatan media yang penting.
Dengan demikian, pasar bagi produk media juga mungkin merupakan
pasar bagi produk lainnya. Meskipun media komersial perlu memandang
audiensnya sebagai pasar dlam arti itu dan adakalanya mencirikan audiens tertentu
dalam hubungannya dengan gaya hidup dan pola konsumsi, ada sejumlah
konsekuensi pendekatan ini terhadap cara memandang audiens.

7
Sedangkan Allor (1988) menyebutkan bahwa audiens itu berada dimana-
mana dan tidak mempunyai tempat yang real5.

Menurut Nightingale ada 4 pengertian audiens, diantaranya :


1. Audiens yaitu “orang-orang yang berkumpul”,
2. Audiens yaitu “orang-orang yang dituju”. Berarti suatu grup yang terdiri
dari orang-orang yang dikirim pesan,
3. Audiens yaitu “yang terjadinya”. Pengalaman akan menerima pesan,
apakah sendiri atau dengan orang lain sebagai kejadian interaksi di
kehidupan,
4. Audiens yaitu”mendengar” atau “audisi”.

2.4 Karakteristik Audiens


Menurut Hiebert karakteristik audiens diantaranya:
Audiens cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi
pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. Pemilihan
media berdasarkan kesadaran audiens sendiri.
Audiens cenderung besar. Besar berarti audiens tidak hanya berada pada
suatu wilayah sasaran komunikasi massa, yang berarti berada dalam jangkauan
yang luas dan tak terukur.
Audiens cenderung heterogen. Heterogen berarti audiens terdiri dari
beragam lapisan dan kategori sosial. Meskipun media massa membuat kategori
khusus dalam mempetakan audiens, akan tetapi audiens akan tetap heterogen
walaupun mempetakannya melalui komunitas hobi khusus tertentu.
Audiens cenderung anonim, yaitu tidak mengenal satu sama lain.
Keseluruhan audiens media tidak bisa saling mengenal satu sama lain secara

5
Endang S. Sari, Audience Research, 27-28.

8
keseluruhan, dalam pengertian yang menekankan pada semua audiens sebuah
media yang jumlahnya bisa mencapai jutaan6.
Unbound each other, yaitu tidak terikat satu sama lain, baik antara
individu dalam audience maupun antara komunikator dengan audience, sehingga
sulit digerakkan untuk suatu tujuan tertentu seperti pada crowd (kerumunan).
Isolated from one another, yaitu tertutup satu sama lain sehingga mereka
seperti atom-atom yang terpisah namun tetap merupakan satu kesatuan , yaitu
sama-sama pengguna media massa.
Karakteristik audiens dalam komunikasi massa adalah sebagai berikut:

1. Bersifat anonym.

Audiens bersifat anonim maksudnya adalah audiens yang berjumlah


banyak tidak saling mengenal antara satu sama lain. Misalnya, dalam suatu acara
komedi di salah satu saluran televisi swasta memiliki banyak penonton dari
seluruh Indonesia. Audiens yang bersifat anonim tersebut dalam ruang lingkup
seluruh Indonesia, sehingga tidak mungkin seorang audiens mengenal audiens
lainnya.

2. Bersifat heterogen.

Audiens bersifat heterogen artinya audiens memiliki keanekaragaman baik


dari suku, budaya, umur, jenis kelamin, strata sosial, profesi, dan lain sebagainya.
Setiap media memiliki banyak penonton dalam berbagai kalangan, tetapi ada juga
media yang mengkhususkan hanya untuk satu kalangan saja. Misalnya, suatu
acara televisi yang hanya dikonsumsi oleh orang dewasa saja. Namun hal ini tidak
berlaku keheterogenitasnya karena setiap orang dewasa ada yang memiliki umur
yang beragam, agama yang beragam, kepentingan yang beragam, dan lain
sebagainya.

6
William L Riverd, Media Massa dan MasyarakatModren,m, hlm -54 (Jakarta: PT Kencana,
2003) .

9
3. Memiliki kesamaan tujuan.

Karakter audiens ini dimiliki oleh setiap audiens baik audiens yang konkrit
maupun audiens yang abstrak. Audiens relatif memiliki kesamaan tujuan dalam
memilih media massa yang ingin dikonsumsinya. Kesamaan tujuan sebagai
karakter audiens ini berkaitan dengan kesamaan pengalaman dalam diri audiens.

4. Tidak terorganisir.

Tidak terorganisir merupakan karakter audiens yang dikategorikan sebagai


audiens yang abstrak. Menurut Mennicke, audiens atau massa terbagi menjadi
dua, yaitu massa abstrak dan massa konkrit. Massa abstrak memiliki karakter yang
tidak memiliki struktur yang jelas dan tidak terorganisir.

5. Terdiri atas jumlah besar.

Audiens terdiri atas jumlah yang besar. Audiens dalam jumlah besar ini
tersebar ke berbagai wilayah, sehingga seorang komunikator dalam media massa
dapat menggapainya melalui berbagai acara di televisi. Tanpa media komunikasi
massa maka seorang komunikator tidak dapat menjumpai satu persatu audiensnya
dengan tatap muka.

6. Tersebar dimanapun.

Karakter audiens berikut ini berkaitan dengan jumlah audiens dimana


audiens yang banyak tersebar dimanapun. Artinya, audiens tidak terbatas oleh
ruang lingkup waktu. Setiap audiens dapat memperoleh informasi dimanapun dan
kapanpun..

7. Memiliki perbedaan persepsi.

Karakter audiens ini berpengaruh terhadap audiens yang bersifat aktif.


Artinya, setiap audiens memiliki perbedaan persepsi ketika menyaksikan berbagai
tayangan televisi. Hal ini berkaitan dengan audiens aktif dimana audiens berperan

10
penting untuk menyeleksi acara mana saja yang diterima oleh dirinya. Tidak
semua audiens yang berpersepsi sama..

8. Memiliki pengalaman yang sama.

Setiap audiens memiliki kesamaan pengalaman dan memiliki keinginan


untuk berbagi pengalaman kepada sesama audiens lainnya. Audiens yang
memiliki pengalaman yang sama cenderung memilih produk media massa yang
mempengaruhi kehidupannya dan media sering digunakan untuk tempat
menyadarkan dirinya sendiri.

9. Cenderungaktif7.

Dahulu audiens dianggap sebagai penonton yang pasif dan mudah


dipengaruhi oleh media massa. Seiring dengan perkembangan zaman, audiens
mulai dipandang sebagai audiens yang aktif karena memiliki rasa ingin tahu yang
besar dengan berbagai pertanyaan dan audiens dapat mengkritik suatu acara di
media. Audiens juga dapat menolak apabila media mempengaruhinya.

2.4. Audien (Khalayak) Dalam Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut Gerbner yaitu produksi dan distribusi yang


berdasarkan lembaga dan teknologi dari arus pesan yang berkelanjutan Khalayak
Dalam Komunikasi Massa

Komunikasi massa mengacu pada keseluruhan komponennya yang


merupakan pembawa pesan seperti Majalah, radio, koran, televisi sampai internet
yang mampu meneruskan pesan-pesan ke seluruh penjuru dunia. Komunikasi
massa juga berperan sebagai pranata sosial yang tidak hanya menghasilkan
manfaat tetapi berperan sebagai kontrol sosial. Karakteristik komunikasi massa
yaitu sifatnya yang satu arah, sebagai contoh televisi yang mengadakan dialog

7
Pujileksono, Sugeng. Metode penelitian komunikasi kualitatif. (Malang : Kelompok Intrans
Publishing. 2015). Hlm 163-164.

11
interaktif yang melibatkan khalayak secara langsung. Selain itu, komunikasi
massa selalu ada proses seleksi.

Komunikasi massa bertujuan untuk meraih khalayak sebanyak mungkin


maka harus berupaya membidik sasaran tertentu, namun jumlah sebenarnya
penerima komunikasi massa pada saat tertentu tidaklah esensial. Komunikasi
massa yang merupakan proses komunikasi melalui media massa (cetak, elektronik
maupun online). Peran yang begitu penting untuk membentuk opini masyarakat
itulah yang menjadikan komunikasi massa dipilih khalayak dan dapat meninjau
perubahan sikap dari pesan yang didapat media. Elemen dari komunikasi massa
dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk menngungkapkan pendapatnya. Media
massa meliputi media elektronik, media cetak dan media online. Media elektronik
sendiri akan terbagi menjadi beberapa macam diantaranya radio dan televisi, sama
halnya dengan media cetak akan terbagi menjadi bermacam-macam pula. Yang
termasuk media cetak yaitu buku, majalah, koran, dan sebagainya. Media online
melingkupi media internet seperti blog, website, dan lain -lain.komunikasi massa
dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk menngungkapkan pendapatnya. Media
massa meliputi media elektronik, media cetak dan media online. Media elektronik
sendiri akan terbagi menjadi beberapa macam diantaranya radio dan televisi, sama
halnya dengan media cetak akan terbagi menjadi bermacam-macam pula. Yang
termasuk media cetak yaitu buku, majalah, koran, dan sebagainya. Media online
melingkupi media internet seperti blog, website, dan lain -lain.Akan tetapi tidak
hanya pendapat yang diperlukan keduanya dalam saling tukar menukar informasi,
namun perlu adanya sikap yang merepresentasikan dalam menilai media dan isi
konten media itu sendiri. Masyarakat akan mencerna dan menyerap informasi dari
media yang akan merubah cara pandang tersebut atau bahkan tidak. Semisal
ketika seseorang melihat tayangan pemberitaan selebriti mengenai aartis yang
terkeenal dan hampir setiap hari ada di stasiun televisi. Diawal seseorang tersebut
tidak menyukai namun karena melihat realita kehidupan dan karirnya tiba-tiba

12
menyukai artis tersebut. Maka jelas bahwa, dari penayangaan yang berulang-ulang
teersebut mempengaruhi perubahan sikap seseorang8.

2.5. Audiens Framing

Framing berarti proses menseleksi dan memberi perhatian lebih pada suatu
bagian peristiwa.
Memiliki hak untuk memaknai berita tersebut yang disebut dengan
audience framing. mendefinisikan framing adalah menseleksi beberapa aspek dari
realitas yang ada dan membuatnya menjadi lebih menonjol ketika
dikomunikasikan kedalam teks.
Tahapan dalam proses framing adalah: menentukan masalah,
mendiagnosa sebab timbulnya masalah, membuat penilaian moral dan
menawarkan solusi terhadap masalah tersebut. Proses framing ini terjadi pada
unsur-unsur komunikasi; seperti komunikator, teks, audiens dan budaya. Frame
yang ada dalam media teks kemudian menggiring pemikiran dan kesimpulan
audiens terhadap suatu issue. proses framing terjadi tidak hanya pada
komunikator, tapi juga pada teks, audiens dan budaya, karena memahami framing
berarti
memahami bagaimana proses mempresentasikan suatu berita serta
bagaimana memahaminya. Oleh sebab itu dalam framing dikenal adanya dua
konsep: media framing atau framing yang dibuat di media dan audiens framing
atau framing yang dilakukan oleh audiens. Secara umum, proses pemaknaan yang
terjadi pada media framing dan audiens framing sejalan dengan yang dijelaskan
oleh Hall dalam model encode/decode. Komunikator atau pengelola media me-
encode pesan yang akan dimuat di media, dengan menseleksi dan menekankan
titik berat pada fakta yang sekiranya akan menarik perhatian audiens. Audiens
mengakses media dan me-decode teks yang telah dikemas tadi sesuai dengan latar
belakang pengetahuan, nilai, budaya juga referensi dari orang-orang yang

8
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Mc Quail, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), 145.

13
berpengaruh terhadap audiens. Sehingga isi teks media bisa mengandung banyak
makna atau polisemy, tergantung siapa yang memaknainya.
kajian tentang audiens framing berawal dari kajian efek media framing.
Etman menyebutnya sebagai `individual frames‘, yaitu proses mental seseorang
dalam mengolah informasi yang dia dapat setelah mengkonsumsi media frames.
Audiens framing memang tidak bisa dipisahkan dari teori Hall (1980) mengenai
encoding/decoding. Media me-encode realitas menjadi pesan dalam media teks,
kemudian audiens mendecode pesan itu sesuai dengan pengetahuan, nilai,
kepercayaan dan pengalamannya. Oleh sebab itulah suatu pesan di media bisa
dimaknai berbeda oleh masing-masing individua9.

9
Tri Nugroho Adi, Mengkaji Khalayak Media Dengan Penelitian Resepsi, dalam jurnal Acta
diurnal Vol 8 No 1 (2012), 26.

14
DAFTAR PUSTAKA

Endang S. Sari, Audience Research, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), 15.

Jalaluddin Rahmat , Psikologi Komunikasi, (Bandung: RemajaRosdakarya, 1994)


hlm.

L Riverd William , Media Massa dan Masyarakat Modren,m, hlm -54 (Jakarta:
PT Kencana, 2003) .

McQuail Denis, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011),


145.

Nugroho Tri Adi, Mengkaji Khalayak Media Dengan Penelitian Resepsi, dalam
jurnal Acta dijurnal Vol 8 No 1 (2012), 26.

Nurudin, PengantarKomunikasi Massa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007) hlm-


29.Rahmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, (Bandung: RemajaRosdakarya,
1994) hlm.

Pujileksono, Sugeng. Metode penelitian komunikasi kualitatif. (Malang :


Kelompok Intrans Publishing. 2015). Hlm 163-164.

S. Sari Endang, Audience Research, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), 4.

15

Anda mungkin juga menyukai